BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam masyarakat, dapat dilihat berlangsungnya perubahan-perubahan, pergeseran, dan tantangan. Setiap masyarakat yang mengalami perubahan sosial dengan cepat akan menimbulkan permasalahan sosial karena terjadinya perubahan nilai-nilai dan norma-norma sosial, sehingga masyarakat kehilangan pegangan. Bahkan, perubahan yang terjadi di dalam masyarakat tersebut dapat menimbulkan penyimpangan sosial yang tidak terkendalikan. Suatu perilaku akan dianggap menyimpang apabila tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Dengan kata lain, penyimpangan adalah segala macam pola perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri terhadap kehendak masyarakat. Ini terjadi karena tidak sanggup menyerap norma-norma yang bersifat konformis. Norma-norma dan nilai-nilai yang konformis bukan tidak pernah diserap pada saat mengalami proses sosialisasi. Akan tetapi, orang-orang yang terjerumus ke dalam perilaku menyimpang tersebut memiliki nilai dan norma yang antisosial lebih besar dibanding dengan menerima nilai dan norma yang konformis. (Setiadi, 2011:224). Proses sosialisasi memiliki peran yang sangat penting dan signifikan bagi kelangsungan keadaan tertib masyarakat. Dalam proses sosialisasi tersebut, individu mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola, nilai dan norma, serta standar tingkah laku dalam masyarakat di mana ia hidup. Tanpa mengalami proses sosialisasi
1 Universitas Sumatera Utara
yang memadai, maka kemungkinan individu tersebut tidak akan memiliki pemahaman mengenai nilai dan norma sosial yang berlaku sehingga pada akhirnya mengalami kesulitan menyesuaikan pola perilakunya, bahkan sering kali terjadi perilaku yang menyimpang. Fenomena penyimpangan sosial banyak terjadi di negara Indonesia, salah satu contohnya adalah penyalahgunaan narkoba. Secara sosiologis, penyalahgunaan narkoba merupakan perbuatan yang disadari berdasarkan pengetahuan atau pengalaman sebagai pengaruh langsung maupun tidak langsung dari proses interaksi sosial. Di mana, penggunaan narkoba melanggar norma dan nilai yang berlaku di masyarakat. Selain itu, penyalahgunaan narkoba tersebut terjadi karena sosialisasi yang kurang tepat. (http://jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2013/08/JURNALHADRIANSYAH-090569201003-SOSIOLO GI-2013.pdf. diakses tanggal 17 Juli 2014, pukul 04.07 WIB) Narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA), atau yang lebih populer dengan sebutan narkoba merupakan peringkat tertinggi dan tantangan paling besar dalam masalah kesehatan dan sosial. (Afiatin, 2008:5). Kasus penyalahgunaan narkoba semakin meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan, sebagian besar korbannya adalah pemuda yang menjadi generasi penerus bangsa. Penyebaran narkoba di tingkat generasi muda semestinya mendapat perhatian serius, dan memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilakukan secara berkesinambungan, karena keberadaan anak bangsa menentukan arah dan masa depan bangsa Indonesia. Dampak narkoba
2 Universitas Sumatera Utara
yang sifatnya merusak dan mematikan, menghambat tujuan, dalam menciptakan generasi yang berkualitas. (http://www.bnn.go.id/portal/index.php/konten/detail/deputipencegahan/artikel/11535 /narkoba-cederai-anak-bangsa, diakses tanggal 15 Juli 2014, pukul 09.56 WIB)
Persoalan narkotika adalah permasalahan internasional. Jumlah pengguna, pecandu, dan korban penyalahgunaan narkoba di dunia, cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan "World Drug Report" yang diterbitkan Organisasi PBB yang menangani narkoba dan kriminal, UNODC (United Nations Office Drugs and Crime), diperkirakan terdapat 315 juta orang yang berusia produktif, yakni antara 1564 tahun menjadi pengguna narkoba. Sementara, sekitar 200 juta orang meninggal setiap tahunnya. Semuanya diakibatkan oleh besarnya jumlah narkoba yang beredar dan rendahnya angka pemulihan bagi para pengguna narkoba. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Anang Iskandar, dalam peringatan
“Hari
Anti
Narkoba
Internasional
2014”
di
Istana
Wapres.
(http://www.indopos.co.id/2014/06/prevalensi-pengguna-narkoba-meningkat.html, diakses tanggal 17 Juli 2014, pukul 04.38 WIB). Menurut data dari Badan Narkotika Nasional (BNN), pengguna narkoba tahun 2013 sudah mencapai 3,8 juta. Jumlah ini meningkat dibanding tahun sebelumnya sebesar 3,6 juta. 22% diantaranya, berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa.
(http://www.bnn.go.id/portal/index.php/konten/detail/deputi/pencegahan/artikel/1153 5/narkoba-cederai-anak-bangsa, diakses tanggal 15 Juli 2014, pukul 09.56 WIB)
3 Universitas Sumatera Utara
Badan Narkotika Nasional (BNN) menyatakan, sebanyak 22 persen pengguna narkoba di Indonesia dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Kepala Bagian Humas BNN, Kombes (Pol) Sumirat Dwiyanto, menyampaikan, pelajar dan mahasiswa masih menjadi kelompok rentan pengguna narkoba. Lemahnya pengawasan orangtua serta labilnya psikologi remaja membuat mereka mudah terjerumus menggunakan narkotika. Sumirat mengatakan bahwa umumnya pengguna yang berada di kelompok 15–20 tahun menggunakan narkotika jenis ganja dan psikotropika seperti Sedatin, Rohypnol, Megadon. Sejak 2010 sampai 2013 tercatat ada peningkatan jumlah pelajar dan mahasiswa yang menjadi tersangka kasus narkoba. Pada 2010 tercatat ada 531 tersangka narkotika, jumlah itu meningkat menjadi 605 pada 2011. Setahun kemudian, terdapat 695 tersangka narkotika, dan tercatat 1.121 tersangka pada 2013.
Kecenderungan yang sama juga terlihat pada data tersangka narkoba berstatus mahasiswa. Pada 2010, terdata ada 515 tersangka, dan terus naik menjadi 607 tersangka pada 2011. Setahun kemudian, tercatat 709 tersangka, dan 857 tersangka di tahun 2013. Sebagian besar pelajar dan mahasiswa yang terjerat UU Narkotika, merupakan konsumen atau pengguna. Pada 2011 BNN juga melakukan survei nasional perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba pada kelompok pelajar dan mahasiswa. Dari penelitian di 16 provinsi di tanah air, ditemukan 2,6 persen siswa SLTP sederajat pernah menggunakan narkoba, dan 4,7 persen siswa SMA terdata pernah memakai barang haram itu. Sementara untuk perguruan tinggi, ada 7,7 persen mahasiswa yang pernah mencoba narkoba.
4 Universitas Sumatera Utara
(http://harianterbit.com/read/2014/09/13/8219/18/18/22-Persen-Pengguna-NarkobaKalangan-Pelajar. diakses tanggal 30 November 2014, pkl 10.03 WIB)
Dalam perkembangannya, tidak terkecuali penyalahgunaan narkoba juga terjadi Kota Sumatera Utara. Berdasarkan data (Harian Andalas, Selasa, 25 Maret 2014), pelaku penyalahgunaan narkoba di kota Medan dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Kapolda Sumut Irjen Pol Syarief menyebutkan bahwa, meningkatnya jumlah pelaku penyalahgunaan narkoba itu dilihat banyaknya kasus yang diungkap selama 2013, mencapai 3.094 kasus dengan tersangka 4.229 Sedangkan 2012, diungkap 2.432 kasus dengan tersangka 3.237 orang. Sementara, Kepala Bagian Anev Dit Narkoba Polda Sumut, AKBP H. KAM Sinambela menambahkan, sejak tahun 2009 sampai Januari 2014 jumlah kasus yang ditangani 14.058 kasus dengan tersangka
18.571
orang
dengan
usia
pelaku
mulai
15
tahun
ke
atas.
(http://gatotpujonugroho.com/4-juta-warga-indonesia-pakai-narkoba/, diakses tanggal 17 Juli 2014, pukul 05.32 WIB). Ketua Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sumatera Utara (Sumut), Kombes Pol Rudy Tranggono, mengatakan bahwa sebanyak 3,8 persen dari sekitar 14 juta jiwa penduduk Sumut adalah pecandu narkoba. Jumlah pecandu narkoba di Sumut tergolong cukup tinggi, atau di atas angka rata-rata nasional
sebesar
2,8
persen.
(http://www.antarasumut.com/bnnp-38-persen-
penduduk-sumut-pecandunarkoba/, diakses tanggal 17 Juli 2014, pukul 08.19 WIB) Tanah karo merupakan salah satu daerah yang strategis baik dalam pengedaran dan penggunaan narkoba karena merupakan tempat singgah alternatif terdekat baik dari Kota Medan dan Aceh. Tanah Karo menduduki peringkat kedua
5 Universitas Sumatera Utara
penyalahgunaan narkoba di Sumatera Utara setelah Kota Medan. Maraknya penggunaan narkoba di “Bumi Turang” Tanah Karo Simalem belakangan ini sangat mencemaskan, terutama para orang tua yang mempunyai anak masih duduk di bangku sekolah atau pun kuliah. (http://download.portalgaruda.org/article.php?article=111041&val=4141&title=MEN ENTUKANMODEL%20PERSAMAAN%20REGRESI%20LINIER%20BERGAND A%20DENGAN%20METODE%20BACKWARD%20%28Kasus%20Penyalahgunaa n%20Narkoba%20di%20Tanah%20Karo%29, diakses tanggal 17 Juli 2014, pukul 09.29 WIB).
Pedesaan acap kali dideskripsikan sebagai tempat kehidupan masyarakat di mana anggota masyarakatnya bergaul dengan rukun, tenang, selaras, dan akur. Sempitnya wilayah kultural pedesaan dan relatif homogennya masyarakat pedesaan membuat sistem pengawasan sosial perilaku antar-anggota masyarakat relatif intensif. Masyarakat yang saling mengenal memudahkan terkontrolnya perilaku anggota masyarakat. Jika ada seseorang yang melakukan penyimpangan, maka ia akan menjadi bahan pergunjingan masyarakat. Nilai dan sistem nilai di dalam struktur masyarakat
pedesaan lebih bersifat informal. Artinya, pola-pola pergaulan dan
interaksi lebih banyak diwarnai oleh pola tradisional. (Setiadi, 2011:838, 850, 852). Pola hidup yang berdasarkan kekeluargaan dan kegotongroyongan adalah sebagai ciri kehidupan masyarakat tradisional, satu dengan yang lain mengenal secara dekat dan akrab. Setiap anggota masyarakat diikat oleh nilai-nilai adat, agama, dan kebudayaan. Namun, kemajuan zaman dan kehidupan modern telah banyak pula menyentuh
6 Universitas Sumatera Utara
daerah atau wilayah pedesaan, sehingga wujud desa sudah menunjukkan banyak perubahan. Jadi, perilaku menyimpang dapat terjadi di mana saja, baik pada masyarakat desa, maupun pada masyarakat kota. (Hartomo, 2008:240)
Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo merupakan salah satu desa terbesar di Tanah Karo. Desa ini memiliki luas 14.000 Ha, dan penduduknya berjumlah 5022 jiwa atau 1478 kepala keluarga yang terdiri dari laki-laki 2467 jiwa dan perempuan 2555 jiwa. Masyarakat Desa Batukarang adalah masyarakat yang majemuk. Desa Batukarang didiami oleh beberapa suku diantaranya, Suku Karo, Suku Simalungun, Suku Batak Toba, Suku Jawa, dan Suku Nias, penduduk Desa Batukarang mayoritas bersuku Karo. Pada umumnya, penduduk Desa Batukarang bermatapencaharian sebagai petani. Jenis tanaman yang ditanam adalah padi, cabe, tembakau, dan tanaman holtikultura lainnya. Dari segi agama, masyarakat Desa Batukarang terbagi ke dalam tiga agama besar, yaitu Islam, Kristen Protestan, dan Katolik. Namun, agama mayoritas yang dianut oleh masyarakat Desa Batukarang adalah agama Kristen Protestan. Desa Batukarang ±45 menit dari kota Kabanjahe. Kasus penyalahgunaan narkoba di Desa Batukarang sudah menjadi masalah sejak dahulu, bahkan sampai saat ini narkoba belum bisa ditangani. Ada tujuh puluh persen para pemuda Desa Batukarang yang sudah menjadi korban penyalahgunaan narkoba (hasil wawancara dengan Sekretaris Desa Batukarang). Jenis narkoba yang paling banyak digunakan adalah ganja dan sabu. Pada umumnya, masyarakat sudah mengetahui adanya tempat atau lokasi yang sering digunakan pelaku untuk melakukan penyalahgunaan narkoba, dan lokasi
7 Universitas Sumatera Utara
tersebut berada dekat dengan tempat tinggal masyarakat, yaitu warung kopi di pinggir jalan. Tidak jarang ketika masyarakat melewati warung tersebut, tercium bau ganja. Berdasarkan hasil pra observasi, orang-orang yang sering datang dan duduk warung kopi tersebut, tujuh puluh persen sudah terlibat penyalahgunaan narkoba. Hal itu sudah menjadi suatu rahasia umum dalam masyarakat. Secara terbuka, para pelaku sudah berani menggunakannya di depan umum. Tidak hanya para remaja yang menggunakannya, tapi juga kaum pria dewasa yang sudah berumahtangga atau pria paruh baya. Kebanyakan remaja yang menjadi korban penyalahgunakan narkoba adalah remaja yang sudah putus sekolah ataupun pengangguran yang tinggal di desa, yang seringkali menghabiskan waktu mereka duduk-duduk di warung. Bahkan, pada siang hari pun yang biasanya digunakan masyarakat untuk beraktivitas dan bekerja di ladang, namun berbeda dengan mereka yang menghabiskan waktu duduk dan bercengkerama dengan teman sepergaulannya di warung. Jadi, warung tersebut tidak pernah sunyi pengunjungnya, apalagi pada malam hari. Selama ini sudah banyak hal yang terjadi pada masyarakat Desa Batukarang terkait dengan masalah narkoba, ada beberapa orang yang overdosis sehingga harus dirawat dan direhabilitasi, ada yang masuk penjara karena menjadi pengedar narkoba, dan ada juga yang kedapatan pada saat melakukan transaksi narkoba sehingga ditangkap polisi. Penelitian terhadap penyalahgunaan narkoba telah banyak dilakukan, terutama penelitian terhadap kalangan remaja. Namun penelitian terhadap penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja di Desa Batukarang belum pernah diteliti sebelumnya. Oleh karena itu, penulis tertarik meneliti penyalahgunaan narkoba yang terjadi pada 8 Universitas Sumatera Utara
kalangan remaja Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo. Sampai sekarang, masalah penyalahgunaan narkoba belum dapat ditangani, meskipun upayaupaya penanggulangan sudah dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah 1. Mengapa terjadi penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo? 2. Bagaimana pandangan masyarakat tentang penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo. 2. Untuk mengetahui pandangan masyarakat tentang penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi dalam pengembangan ilmu sosiologi yang terkait dengan perilaku menyimpang. 9 Universitas Sumatera Utara
b. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan menambah wawasan bagi pembaca untuk mengetahui penyebab terjadinya penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, serta mengetahui pandangan masyarakat tentang penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo.
1.4.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembaca, aparat desa setempat, masyarakat, para tokoh atau pemerhati masyarakat, dan juga menambah pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman penulis dalam membuat karya ilmiah serta dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya.
1.5
Defenisi Konsep 1.5.1 Penyalahgunaan narkoba adalah menggunakan narkotika dan obat-obatan terlarang yang merupakan salah satu jenis zat adiktif, yaitu zat yang mengakibatkan ketergantungan apabila dikonsumsi dan menimbulkan kerusakan pada jaringan saraf dan psikomotorik. Biasanya dokter menggunakan obat-obatan tersebut untuk membantu meringankan beban rasa sakit yang diderita oleh pasien. Efek obat-obatan tersebut dianggap dapat memberi ketenangan atau kenyamanan oleh penggunanya, sehingga
10 Universitas Sumatera Utara
para pengguna ketagihan dan ketergantungan. (Setiadi, 2011:204). Dalam penelitian ini jenis narkoba yang dimaksud adalah ganja dan sabu. 1.5.2 Remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Remaja yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah yang berusia antara 14 sampai 21 tahun. 1.5.3 Penyimpangan sosial adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat. Perbuatan yang mengabaikan norma, penyimpangan ini terjadi jika seseorang atau sebuah kelompok tidak mematuhi patokan baku di dalam masyarakat. Biasanya dikaitkan dengan perilaku-perilaku negatif. 1.5.4 Kontrol sosial adalah suatu proses baik yang direncanakan atau tidak direncanakan, yang bertujuan untuk mengajak, membimbing, atau bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang berlaku di tempat tinggal mereka. 1.5.5 Norma sosial adalah peraturan-peraturan yang selalu disertai sanksi-sanksi yang relatif tegas yang merupakan faktor pendorong bagi individu ataupun kelompok masyarakat untuk mencapai ukuran nilai-nilai sosial tertentu yang dianggap terbaik untuk dilakukan. Norma-norma tersebut biasanya dinyatakan dalam bentuk bentuk kebiasaan, tata kelakuan, adat istiadat atau hukum adat. Norma dimaksudkan agar dalam suatu masyarakat terjadi 11 Universitas Sumatera Utara
hubungan-hubungan yang lebih teratur antar manusia sebagaimana yang diharapkan bersama. Norma sosial ini dalam kehidupan masyarakat seharihari dianggap sebagai alat kendali atau batasan-batasan tindakan anggota masyarakat untuk memilih peraturan yang diterima atau tidak diterima dalam suatu pergaulan. (Basrowi, 2005:88) 1.5.6 Nilai-nilai sosial adalah ukuran sikap dan perasaan seseorang atau kelompok yang berhubungan dengan keadaan baik buruk, benar salah, atau suka tidak suka terhadap suatu obyek, baik material maupun non-material. Nilai merupakan standar atau patokan perilaku sosial yang melambangkan baik-buruk, boleh-tidak boleh dilakukan, benar-salahnya suatu obyek dalam hidup bermasyarakat. Nilai-nilai sosial itu biasanya dijunjung tinggi dan diakui sebagai pedoman dalam bertindak. (Abdulsyani 2007:49,51)
12 Universitas Sumatera Utara