BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sejak masa kolonial sampai sekarang Indonesia tidak dapat lepas dari sektor perkebunan. Bahkan sektor ini memiliki arti penting dan menentukan dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia. Perkebunan mempunyai kedudukan yang penting di dalam pengembangan pertanian, baik pada tingkat nasional maupun regional. Sejarah
perkebunan
kelapa sawit di Indonesia dibagi ke dalam 5 periode, yaitu zaman penjajahan Belanda, Jepang, Revolusi Fisik, Nasionalisasi ke Orde Baru sampai Era Reformasi saat ini. Oleh karena itu, perkebunan kelapa sawit di Indonesia mempunyai peran yang sangat strategis dari sisi ekonomi antara lain sebagai komoditas ekspor, penyerapan kesempatan kerja, menekan jumlah penduduk miskin, mendorong pusat pertumbuhan wilayah, mencukupi kebutuhan konsumsi dalam negeri, dan lain-lain. Disamping itu sekarang ini semakin menguatnya permintaan Crude Palm Oil (CPO) sebagai bahan baku bahan bakar nabati (biodiesel) maka semakin menambah kuatnya permintaan terhadap hasil produksi kelapa sawit (Kompas, 2007). Dengan besarnya produksi CPO yang mampu dihasilkan, tentunya hal ini akan berdampak positif bagi perekonomiam Indonesia, baik dari segi kontribusinya terhadap pendapatan negara, maupun besarnya tenaga kerja yang terserap di sektor industri ini yang mencapai 8,5 juta orang. Sektor ini juga mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitar perkebunan sawit, dimana
Universitas Sumatera Utara
persentase penduduk miskin di areal ini kurang dari 6%, jauh lebih rendah dari angka penduduk miskin nasional sebesar 17% (sumber:berkas sambutan Menteri Negara Riset dan Teknologi). Berdasarkan data tahun 2006, Indonesia telah menjadi Negara penghasil CPO terbesar di dunia dengan total produksi sekitar 16 juta ton. Sementara negara tetangga kita Malaysia yang selama ini berada pada posisi no.1, saat ini berada pada posisi ke-2 dengan total produksi sebesar 15,8 juta ton. Yang menarik dari data ini adalah ternyata Indonesia mampu menjadi negara penghasil CPO nomor 1 di dunia, 4 tahun lebih cepat dari prediksi sebelumnya, dimana Indonesia diperkirakan baru akan menjadi produsen CPO terbesar di dunia pada tahun 2010 (Berita Iptek: 2007). Perkembangan industri kelapa sawit di Indonesia ini sangat signifikan dan fantastis. Luas areal produksi dan ekspor kelapa sawit dari tahun 1916 sampai dengan 2006 menunjukkan angka yang sangat signifikan dan fantastik terutama antara tahun 1990 sampai dengan 2006, dimana untuk total luas areal dari 1.126.677 ha menjadi 6.074.926 Ha, sedangkan untuk produksi minyak sawit meningkat dari 7.000.508 ton menjadi 16.000.211 ton dan ekspornya dari 4.110.027 ton menjadi 12.101.000 ton. Dari total areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia, sejumlah 4.582.733 Ha atau sejumlah 75,4 % berada di Pulau Sumatera. Sumatera Utara termasuk ke dalam daerah yang banyak memproduksi kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit itu sendiri telah dimulai di Sumatera Utara sejak tahun 1911 dan sampai saat ini Sumatera Utara termasuk provinsi penghasil utama minyak kelapa sawit bagi Indonesia. Minyak kelapa sawit bagi Provinsi
Universitas Sumatera Utara
Sumatera Utara merupakan salah satu komoditi yang cukup menunjang pembangunan, baik dilihat dari devisa yang dihasilkan ataupun bagi pemenuhan akan minyak nabati serta merupakan sumber pendapatan bagi masyarakat yang berkecimpung didalamnya. Salah satu perkebunan besar yang ada di Sumatera Utara adalah Pt. Nusantara IV Kebun Pasir Mandoge. PT. Nusantara IV Kebun Pasir Mandoge merupakan perkebunan yang berorientasi pada tanaman kelapa sawit. Lokasi ini dipilih sebagai pengembangan kelapa sawit karena telah dipertimbangkan dari segi kesuburan tanah, iklim, dan curah hujan sangatlah cocok. PT. Nusantara IV Kebun Pasir Mandoge adalah salah satu dari beberapa perkebunan yang dapat mengolah / memproduksi hasil perkebunannya sendiri, yaitu mengolah hasil dari Tandan Buah Segar (TBS) menjadi CPO. Masalah produksi terutama, bukanlah merupakan hal yang baru dalam sebuah perusahaan baik itu perusahan industri maupun perusahaan yang bergerak dibidang pertanian. Usaha meningkatkan produksi merupakan suatu pendekatan yang positif bagi peningkatan keuntungan serta pertumbuhan perusahaan. Proses penciptaan output (produksi) selalu dihadapkan kepada berbagai alternatif, apakah alternatif dimaksud berkaitan dengan penggunaan input atau penciptaan output. Proporsi maupun jenis input yang digunakan guna menghasilkan berbagai output dan bagaimana kombinasi penggunaan input sehingga proses produksi terkendali (Sumanjaya, 2008 ; 78). Pengertian output dalam hal ini tentunya berkaitan dengan produk yang akan dihasilkan dengan berbagai kriteria, dan input meliputi antara lain penggunaan tenaga kerja, barang-barang modal, bahan baku, teknologi, dan
Universitas Sumatera Utara
berbagai input lainnya dengan berbagai satuan. Secara umum faktor produksi terdiri dari empat macam yakni lahan (tanah), modal, tenaga kerja, dan manajemen. Akan tetapi dalam praktek, keempat faktor produksi tersebut belum cukup di dalam proses pertanian. Faktor-faktor sosial ekonomi lainnya, seperti tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat keterampilan dan lain-lain juga berperan dalam mempengaruhi tingkat produksi (Sumanjaya, 2008 ; 80). Dalam praktek, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: 1. Faktor Biologi, seperti lahan pertanian dengan macam dan tingkat kesuburannya, bibit, varitas, pupuk, obat-obatan, gulma, dan sebagainya. 2. Faktor Sosial Ekonomi seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, risiko dan ketidakpastian, kelembagaan, tersedianya kredit, dan sebagainya. Beberapa faktor produksi diatas dapat dikombinasikan antara yang satu dengan yang lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang merupakan dambaan setiap orang. Tujuan yang dimaksud adalah produksi, prodiktivitas, efisiensi, profit, dan sebagainya. Berbicara mengenai produksi, tidak terlepas dari luas lahan. Kondisi pertanian dapat dilihat dari faktor luas lahan yang dapat mempengaruhi produksi setiap tahunnya. Lahan merupakan aset terpenting bagi kegiatan pertanian. Semakin luas lahan garapan maka semakin besar produksi yang dihasilkan dan sebaliknya. Untuk mengolah lahan tersebut diperlukan sumber daya manusia. Peranannya berbeda dari faktor produksi lainnya, dimana sumber daya manusia
Universitas Sumatera Utara
dan meningkatkan kemampuannya dalam mengelolah dan mendayagunakan berbagai faktor produksi untuk mengahsilkan barang. Tenaga kerja merupakan unsur tani dalam kemampuan produksi barang dan jasa serta mengatur sarana produksi yang lain seperti bahan mentah, tanah dan air. Oleh karena itu, tenaga kerja sangat
dibutukan daam peningkatan kemampuan produksi untuk
meningkatkan produktivitas karena kontribusi tenaga kerja dinilai menentukan kinerja usaha tani yang masih bersifat padat karya. Namun dalam pelaksanaannya untuk mencapai peningkatan produktivitas produksi tersebut tidaklah mudah karena kedua hal tersebut tidaklah cukup. Hal yang tak kalah penting adalah modal. Modal disini mencakup uang, bibit, pupuk dan sebagainya yang cukup sebagai jaminan produktivitas dan kelancaran dalam peningkatan produksi. Jika sebuah perusahaan memiliki tingkat tenaga kerja dengan tingkat keterampilan serta keahlian yang rendah, disamping modal yang terbatas, bahan baku yang juga langka, serta masih menggunakan teknologi yang sederhana dapat menyebabkan produksi yang dihasilkan kurang atau mungkin saja tidak akan disenangi oleh konsumen (masyarakat). Selain itu dampak yang timbul seperti diuraikan sebelumnya adalah produk tersebut tidak akan mampu bersaing dipasaran apakah itu dalam pasar domestik maupun pasar internasional. Disisi lain tersedianya sarana atau faktor produksi yang banyak belum tentu pula akan menjamin produksi serta produktivitas yang diperoleh akan lebih baik. Namun yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah mengenai peranan dari pengusaha untuk melakukan berbagai cara atau usaha yang berkaitan terutama dengan kenaikan produksi serta pencapaian efisiensi.
Universitas Sumatera Utara
Demikian juga halnya dengan perusahaan yang bergerak dibidang produksi pertanian/perkebunan tidak terlepas dari berbagai aspek ini. Oleh karena itu, sebelum seseorang merancang untuk menganalisis kaitan input dan ouput maka diperlukan pemahaman
identifikasi terhadap
vairabel-variabel apa
yang
mempengaruhi proses produksi. Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi Kelapa Sawit dengan Studi pada Perkebunan PTPN IV Kebun Pasir Mandoge.”
I.2 Perumusan Masalah Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada latar belakang, maka perumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah pengaruh luas lahan terhadap hasil produksi kelapa sawit di PTPN IV Kebun Pasir Mandoge? 2. Bagaimanakah pengaruh tenaga kerja terhadap hasil produksi kelapa sawit di PTPN IV Kebun Pasir Mandoge? 3. Bagaimanakah pengaruh pupuk terhadap hasil produksi kelapa sawit di PTPN IV Kebun Pasir Mandoge?
I.3 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian dimana tingkat kebenarannya masih perlu diuji. Berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
perumusan masalah tersebut diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Luas lahan mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan hasil produksi, ceteris paribus. 2. Penggunaan tenaga kerja mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan hasil produksi, ceteris paribus. 3. Penggunaan pupuk mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan hasil produksi, ceteris paribus.
I.4 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian I.4.1Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh luas lahan terhadap hasil produksi kelapa sawit di PTPN IV Kebun Pasir Mandoge. 2. Untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja terhadap hasil produksi kelapa sawit di PTPN IV Kebun Pasir Mandoge. 3. Untuk mengetahui pengaruh pupuk terhadap hasil produksi kelapa sawit di PTPN IV Kebun Pasir Mandoge.
1.4.2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis khususnya dibidang ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
2. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi terutama Departemen ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya. 3. Sebagai penambah, pelengkap sekaligus sebagai pembanding hasil-hasil penelitian menyangkut topik yang sama. 4. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi perusaan yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara