BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita- cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 (KemenkesRI, 2009).Kesehatan sendiri masih merupakan salah satu permasalahan yang dimiliki Indonesia hingga saat ini. Seperti masih banyaknya penyakit degeneratif yang terjadi di kalangan masyarakat terutama masyarakat yang tinggal di lingkungan perkotaan. Penyakit degeneratif terjadi akibat perubahan gaya hidup masyarakat, yang kini cenderung praktis dan menuju ke arah moderenisasi. Salah satu gaya hidup masyarakat yang cenderung negatif yaitu mengkonsumsi minuman beralkohol yang dimana berpotensi memicu timbulnya penyakit. Dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2012 tentang pengendalian peredaran minuman beralkohol di Provinsi Bali disebutkan minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu. Minuman tradisional beralkohol adalah hasil peragian atau penyulingan yang dibuat oleh masyarakat Bali secara sederhana semata-mata untuk mata pencaharian produksi tidak melebihi 25 liter per hari (Pemda Bali, 2012). Mengkonsumsi minuman keras sudah menjadi hal yang biasa di kalangan 1
2
Remaja hingga dewasa terutama di Bali. Arak merupakan salah satu minuman keras tradisional yang sering dikonsumsi pada saat perayaan di Bali, dan bahkan sehari – hari sekalipun. Minuman keras kini kerap dimodifikasi dengan bahan lain seperti susu, minuman bersoda, hingga spiritus (methanol). Minuman keras yang telah dicampur dengan bahan lain tersebut dianggap akan mengurangi rasa menyengat, pahit dan tidak enak pada minuman keras itu sendiri dan menciptakan rasa yang baru. Masyarakat yang mengkonsumsi minuman keras oplosan tidak tahu atas efek buruk apa yang kemungkinan terjadi apabila mengkonsumsi minuman tersebut. Minuman keras modifikasi atau sering disebut dengan miras oplosan ini biasanya dapat dan mudah dijumpai pada warung minuman keras tradisional yang biasanya berdalih agar meminimalkan modal yang dikeluarkan (Mulyadi, 2014). Methanol merupakan bentuk alkohol yang paling sederhana dan merupakan senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. Methanol biasanya paling banyak digunakan dalam pembuat bahan kimia lainnya. Sekitar 40% diubah menjadi formaldehyde yang kemudian dijadikan berbagai macam produk seperti plastik, cat, bahan peledak dan tekstil (Hikmah, 2010). Kejadian methanol sampai terminum erat kaitannya dengan kemiripannya dengan ethanol, baik dalam penampilan, bau, maupun harganya yang murah. Disamping itu orang awam tidak begitu mengetahui bahwa methanol mempunyai kandungan yang lebih berbahaya daripada ethanol. Penjual miras nakal berupaya
mencampurkan
methanol
kedalam
minuman
alkohol dengan
dalih
menggantikan etil alkohol dikarenakan harga methanol yang lebih murah (Kompasnia, 2010). Gejala yang timbul apabila seseorang keracunan arak methanol pada awalnya akan merasakan adanya gangguan yang terjadi pada saluran pencernaan seperti sakit perut,
3
mual dan muntah – muntah dimana gejala tersebut kemudian dilanjutkan dengan adanya depresi susunan saraf pusat dan terlihat gejala mirip dengan korban keracunan alkohol seperti sakit kepala, sakit otot, badan terasa lemah dan kejang-kejang (Haryadi, 2014). WHO menyebutkan, penyalahgunaan alkohol merupakan salah satu pembunuh utama kaum muda India. Penelitian yang dilakukan oleh pemerintah India pada tahun 2004 didapatkan bahwa 62,5 juta orang bergantung pada minuman keras. Pada Juli 2009, 43 orang meninggal akibat miras lokal Gujarat India Barat. Pada Mei 2008 lebih dari 168 orang meninggal di dua bagian India Selatan, Karnataka dan Tamil Nadu, karena kasus serupa. Di Amerika Serikat pada tahun 2012 terjadi 1612 kasus keracunan methanol. Kejadian keracunan alkohol oplosan ini pun telah terjadi di kalangan masyarakat Indonesia, diantaranya terdapat kejadian luar biasa miras oplosan hingga Desember 2014 di Sumedang Jawa Barat mencapai 127 orang. Sementara di Garut terdapat korban meninggal mencapai 16 orang. Pada Agustus 2013 di Cicalengka, Bandung terdapat 33 kasus keracunan miras yang 12 diantaranya meninggal. Di Yogyakarta antara Januari 2013-2014 terdapat sedikitnya 19 korban jiwa akibat minuman keras oplosan, di Mojokerto pada Desember 2013 terdapat 17 orang meninggal. Dari hasil uji laboraturium terungkap semua miras yang diminum mengandung methanol dengan kadar 38-84% (Suaramerdeka, 2014). Di Bali sendiri telah terjadi kasus keracunan di beberapa kabupaten yang diantaranya Kabupaten Buleleng dan Bangli. Di Buleleng pada awal Januari 2014 telah terjadi kasus keracunan arak methanol sebanyak 55 orang yang 3 orang diantaranya meninggal dunia. Di Kabupaten Bangli sendiri, menurut informasi yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Bali pada bulan September 2012 terdapat 41 kasus keracunan dan belum lagi kasus – kasus yang belum terekspos (Pemerintah Provinsi
4
Bali, 2012). Dari kejadian keracunan ini, diharapkan untuk diadakannya sosialisasi terhadap para tenaga kesehatan bagaimana penanganan, perawatan serta pengobatan bagi para korban keracuan serta diharapkan para tenaga kesehatan dapat membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang apa itu methanol serta dampak buruk yang dimiliki agar dapat menimimalkan resiko terjadinya kasus keracunan kembali. Mengingat pentingnya peranan pengetahuan petugas puskesmas dalam memanajemen pasien keracunan arak methanol untuk mencegah terjadinya kematian, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai sejauh mana pengetahuan petugas puskesmas dalam manajemen penatalaksanaan pasien keracunan arak methanol, dimana penelitian ini dilakukan dengan metode survei dengan angket sebagai instrumen penelitian.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dilihat bahwa mengkonsumsi
minuman keras sudah menjadi kebiasaan di kalangan masyarakat. Minuman keras kini kerap dimodifikasi dengan mencampurnya dengan bahan lain yang diantaranya methanol atau di kalangan masyarakat lebih dikenal dengan sebutan spiritus. Kasus kejadian keracunan methanol telah banyak terjadi di berbagai tempat dan salah satunya adalah di Bali. Bangli merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki kasus yang terbilang cukup tinggi yaitu pada tahun 2012 terakhir terdapat 41 kasus yang 2 orang diantaranya meninggal dunia. Sehubungan dengan hal itu maka adapun penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan petugas puskesmas di Kabupaten Bangli mengenai manajemen penatalaksanaan pasien keracunan arak methanol.
5
1.3
Pertanyaan Penelitian Bagaimanakah
pengetahuan
petugas
puskesmas
mengenai
manajemen
penatalaksanaan pasien keracunan arak methanol di Kabupaten Bangli?
1.4
Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui tingkat pengetahuan petugas puskesmas mengenai manajemen penatalaksanaan pasien keracunan arak methanol di Kabupaten Bangli.
1.4.2 Tujuan khusus Adapun tujuan khusus penelitian ini yaitu : 1. Mengetahui gambaran umur dengan pengetahuan petugas puskesmas dalam penatalaksanaan pasien keracunan arak methanol. 2. Mengetahui gambaran jenis kelamin dengan pengetahuan petugas puskesmas dalam penatalaksanaan pasien keracunan arak methanol. 3. Mengetahui gambaran tingkat pendidikan dengan pengetahuan petugas puskesmas dalam penatalaksanaan pasien keracunan arak methanol. 4. Mengetahui gambaran profesi dokter bidan perawat dengan pengetahuan petugas puskesmas dalam penatalaksanaan pasien keracunan arak methanol. 5. Mengetahui gambaran lama bekerja dengan pengetahuan petugas puskesmas dalam penatalaksanaan pasien keracunan arak methanol.
6
1.5
Manfaat Penelitan
1.5.1 Manfaat Praktis Bagi institusi kesehatan seperti puskesmas yang berada di wilayah Kabupaten Bangli menjadi masukan mengenai tingkat pengetahuan petugas puskesmas mengenai manajemen penatalaksanaan pasien keracunan arak methanol di Kabupaten Bangli.
1.5.2 Manfaat teoritis Hasil penelitian ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan merupakan salah satu referensi bagi peneliti selanjutnya.
1.6
Ruang Lingkup Pelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang keilmuan Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan, yaitu khususnya mengenai manajemen sumber daya manusia yang membahas tingkat pengetahuan petugas puskesmas mengenai manajemen penatalaksanaan pasien keracunan arak methanol di Kabupaten Bangli.