BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Hortikultura atau tanaman sayuran adalah komoditi pertanian yang
memiliki harga yang cukup tinggi di pasaran. Hal ini disebabkan sayuran dibutuhkan oleh hampir semua orang dari berbagai lapisan masyarakat. Sehingga tidak heran jika volume peredarannya di pasar dalam skala besar. Kendala usahatani hortikultura di beberapa negara berkembang, adalah rendahnya nilai pendapatan petani, keterbatasan pengetahuan petani, keterbatasan lahan yang dimiliki petani, dan posisi tawar pada pihak petani yang kurang kuat. Hal tersebut menyebabkan rendahnya nilai keuntungan yang diperoleh petani (Ashari, 1995). Menurut Hanani dkk (2003), pemilihan jenis sayuran yang akan diusahakan serta penentuan besarnya skala jenis usaha merupakan tindakan pertama yang harus dilakukan pengusaha. Jenis sayuran yang dipilih untuk diusahakan adalah sayuran yang memiliki nilai ekonomi atau prospek (peluang) cukup besar dalam pemasaran dan tidak sulit untuk dibudidayakan. Sayuran jenis tersebut biasanya mempunyai banyak peminat. Kalaupun peminatnya tidak banyak, harganya relatif tinggi dan dapat dijadikan sebagai komoditas ekspor. Cabai merupakan salah satu jenis sayuran yang memiliki nilai ekonomi cukup besar. Cabai merah merupakan tanaman yang sangat potensial untuk diusahakan. Ini dikarenakan cabai merah sangat banyak dikonsumsi sebagai bumbu penyedap
Universitas Sumatera Utara
rasa pada masakan, bahan campuran industri pengolahan makanan dan minuman, serta digunakan untuk pembuatan obat-obatan dan kosmetik. Namun biasanya usahatani cabai merah dilakukan dalam skala kecil. Hal ini dikarenakan adanya ketergantungan terhadap harga jual yang selalu berfluktuasi setiap waktu yang akan mempengaruhi hasil usahatani serta pendapatan petani. Dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, sering dihadapkan pada permasalahan pengetahuan petani yang masih relatif rendah, keterbatasan modal, lahan garapan yang sempit serta kurangnya keterampilan petani yang nantinya akan berpengaruh pada penerimaan petani. Untuk menghasilkan
sayuran segar bermutu tinggi dengan harga dan
keuntungan yang layak, diperlukan penanganan yang baik mulai dari perencanaan tanam hingga pemasarannya ke konsumen (Redaksi Agromedia a, 2008). Sehingga dibutuhkan penanganan khusus dalam pengelolaan cabai merah dari penyemaian bibit hingga pasca panen sehingga petani mendapatkan produksi dan pendapatan yang lebih baik. Dari kendala-kendala usahatani tersebut, sistem pengelolaan sangat mempengaruhi hasil produksi dan pendapatan dari petani. Oleh karena itu, penulis menganggap perlu dilakukan penelitian mengenai semua jenis sistem pengelolaan serta jumlah pendapatan pada setiap sistem pengelolaan. Tanaman cabai merah paling banyak dijumpai di Kabupaten Karo, dimana kecamatan yang menanamnya antara lain sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. No
Luas tanam, Luas panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Tanaman Komoditi Cabai Merah Tahun 2008 Kabupaten Karo. Rata-Rata Kecamatan Luas tanam Luas panen Produksi roduksi (Ha) (Ha) (Ton) (Ton/Ha)
1 Barus Jahe
76
73
852
11,67
2 Berastagi
115
84
728
8,67
3 Dolat Rakyat
178
28
300
10,71
5
5
26
5,20
5 Kabanjahe
199
197
2.758
14,00
6 Kutabuluh
400
250
750
3,00
7 Lau Baleng
29
127
479
3,77
8 Mardingding
41
42
138
3,29
9 Merdeka
230
165
1.365
8,27
10 Merek
186
223
1.333
5,98
11 Munte
188
246
2.981
12,12
1.015
265
1.952
7,37
13 Payung
498
944
8.944
9,47
14 Simpang Empat
654
1.124
11.240
10,00
15 Tiga Binanga
303
175
850
4,86
16 Tiga Panah
154
146
2.242
15,36
17 Tiganderget
140
79
734
9,29
Jumlah
4.411
4.173
37.672
4 Juhar
12 Naman Teran
Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo, Tahun 2009 Dari tabel 1. di atas, terdapat jumlah luas tanam dan luas panen yang berbeda. Ini dikarenakan data yang diambil hanya pada awal tahun hingga akhir tahun. Sehingga jika ada penanaman cabai pada akhir tahun 2008 sedangkan panennya pada awal tahun 2009, maka data luas panen akan masuk data pada tahun 2008 dan luas panen akan masuk pada data pada tahun 2009. Adapun peneliti memilih Kecamatan Kabanjahe sebagai daerah penelitian, dikarenakan Kecamatan Kabanjahe merupakan pusat
dari pemerintahan
Universitas Sumatera Utara
Kabupaten Karo. Sehingga dianggap daerah penelitian lebih memiliki kelebihan dari sektor informasi pasar dan kemudahan akses dari sarana produksi pertanian dibandingkan daerah lain. Pada tahun 2008 produksi cabai di Kecamatan Kabanjahe tercatat luas areal pertanaman cabai hanya mencapai 199 hektar dengan hasil mencapai 2.758 ton atau rata-rata hasil perhektar mencapai 14,00 ton/ha. Hasil tersebut masih rendah karena menurut Pracaya (2000), jika dibudidayakan dengan intensif tanaman cabai bisa mencapai 15 sampai 20 ton/ha. Penyebab rendahnya produksi cabai bisa diakibatkan oleh serangan hama dan penyakit pada buah cabai, selain itu diduga akibat sistem pengelolaan yang kurang baik. Adapun desa yang dijadikan daerah penelitian adalah Desa Kaban. Ini dikarenakan desa tersebut memiliki luas tanam yang lebih besar dibandingkan dengan desa lainnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.2 dibawah ini. Tabel 2.
Luas Tanam Komoditi Cabai Merah Tahun 2010 Kecamatan Kabanjahe No Kelurahan / Desa Luas Tanam Cabai Merah (Ha/Tahun) 1 Gungleto 2 Gunegri 15 3 Kampung Dalam 5 4 Padang Mas 5 Lau Jimba 5 6 Kaban 46 7 Kacaribu 7 8 Kandibata 32 9 Ketaren 10 10 Lau Sinamo 20 11 Rumah Kabanjahe 30 12 Sumber Mufakat (Sumbul) 15 13 Samura 20 Sumber : PPL Kecamatan Kabanjahe 2010
Universitas Sumatera Utara
1.2.
Identifikasi Masalah
1) Apakah terdapat perbedaan biaya produksi pada setiap jenis pengelolaan cabai merah? 2) Apakah terdapat perbedaan penerimaan pada setiap jenis pengelolaan cabai merah? 3) Apakah terdapat perbedaan pendapatan pada setiap jenis pengelolaan cabai merah? 4) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi petani dalam pemilihan sistem pengelolaan dengan perlakuan biasa dan perlakuan intensif usahatani cabai merah? 1.3.
Tujuan Penelitian
1) Untuk mengidentifikasikan perbedaan biaya produksi pada setiap jenis pengelolaan tanaman cabai merah. 2) Untuk mengidentifikasikan perbedaan penerimaan pada setiap jenis pengelolaan cabai merah. 3) Untuk mengidentifikasikan perbedaan pendapatan pada setiap jenis pengelolaan cabai merah. 4) Untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam pemilihan sistem pengelolaan dengan perlakuan biasa dan perlakuan intensif usahatani cabai merah.
Universitas Sumatera Utara
1.4.
Kegunaan Penelitian
1) Sebagai bahan pertimbangan bagi para pihak-pihak terkait dalam mengambil kebijakan pengembangan usahatani cabai merah. 2) Sebagai bahan masukan bagi petani cabai merah untuk meningkatkan produksi cabai merahnya.
Universitas Sumatera Utara