BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman tomat merupakan tanaman hortikultura yang memiliki prospek pengembangan yang sangat baik karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi serta potensi pasar yang terbuka lebar. Sentra produksi tomat di Indonesia adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Jawa Timur dan Bali. Produksi tomat di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain, yaitu hanya 0,8 juta ton sedangkan Turki, Amerika Serikat dan India berturut-turut 10,8 juta ton, 13,1 juta ton dan 13,6 juta ton (Sekretariat Jendral Kementrian Pertanian, 2014). Rendahnya produksi tomat di Indonesia salah satunya disebabkan oleh penyakit layu Fusarium. Penyakit layu Fusarium disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporun f.sp. lycopersici (Subramanian, 1970). Penyakit layu ini meyebabkan kerugian pada tanaman tomat yaitu sebesar
20-30% (Wibowo, 2005). Kerugian yang
ditimbulkan di Malang Jawa Timur sebesar 10,25% (Djauhari, 1987), di Lembang dan Pacet, Jawa Barat sebesar 16,7% (Semangun, 2007). Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada awal bulan Maret 2013 pada sentra-sentra tanaman tomat di Bali, ditemukan bahwa penyakit ini menyebar di beberapa daerah penanaman tomat seperti Kecamatan Petang Kabupaten Badung, Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli dan Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan dengan persentase penyakit masing-masing sebesar 15%, 10%, dan 15%.
1
2 Penyakit layu Fusarium pada tanaman tomat berkembang pada suhu tanah 21-33oC dengan suhu optimumnya 280C. Penyakit ini dapat hidup pada pH tanah yang luas variasinya yaitu antara pH 3,6 - 8,4. Penyakit ini dapat berkembang karena varietas tomat yang tahan terhadap layu Fusarium sangat terbatas (Semangun, 2007). Pengendalian penyakit layu Fusarium belum berhasil dilakukan dengan baik karena patogen dapat bertahan lama di dalam tanah. Tanah yang sudah terkontaminasi oleh patogen ini sulit dibebaskan kembali dari jamur ini. Jamur melakukan infeksinya pada akar, melalui luka-luka, lalu menetap dan berkembang di berkas pembuluh sehingga mengganggu pengangkutan air dan hara dan tanaman menjadi layu (Walker, 1952). Pengendalian penyakit dengan menggunakan fungisida sintetik dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan seperti resistensi patogen, pencemaran lingkungan, dan matinya organisme non target (Oka, 1995). Residu fungisida sintetis dapat meracuni baik hewan maupun manusia. Keracunan akibat kontak langsung dengan fungisida sintetik dapat terjadi pada saat aplikasi (Djunaedy, 2009). Usaha untuk mengurangi dampak negatif akibat penggunaan fungisida sintetik perlu dilakukan dalam rangka pelaksanaan pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan. Salah satu cara untuk mengurangi dampak akibat penggunaan fungisida sintetik adalah penggunaan biofungisida atau fungisida nabati, yaitu penggunaan ekstrak tumbuhan yang mempunyai senyawa aktif yang berpotensi sebagai anti jamur. Menurut Djunaedy (2009) terdapat 37.000 spesies flora
3 Indonesia yang telah diidentifikasi dan baru satu persen yang telah dimanfaatkan sebagai biopestisida. Beberapa penelitian melaporkan tentang sifat anti jamur dari empat spesies tanaman seperti cengkeh (Eugenia aromatica), sirih (Piper bettle), lengkuas (Alpinia galanga) dan
sembung gantung (Sphaeranthus indicus) terhadap
penyebab penyakit busuk batang pada tanaman vanili (Suprapta dan Khalimi, 2009). Pemanfaatan ekstrak daun matoa (Pometia pinnata) untuk mengendalikan penyakit hawar daun pada tanaman kentang
dilaporkan oleh Suprapta et al.
(2002). Menurut Rinrin (2011) pengujian aktifitas anti jamur terhadap 15 spesies tumbuhan famili Compositae menghasilkan bahwa ekstrak etanol Beluntas (Pluchea indica Less.) memberikan hambatan pertumbuhan terbesar terhadap jamur Candida albicans. Menurut Rachma (2012) kayu manis (Cinnamomum burmanni) mempunyai daya antijamur terhadap Candida albicans secara in vitro. Senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tanaman dapat bersifat sebagai anti mikroba. Beberapa senyawa metabolit sekunder seperti senyawa fenolik yaitu asam kafein, asam khlorogenik, skopoletin bersifat toksik bagi patogen (Sinaga, 2006). Berdasarkan penelitian pendahuluan ekstrak 43 jenis tumbuhan pekarangan
terhadap jamur Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici
secara in vitro diketahui bahwa ekstrak daun kayu manis atau Cinnamomum burmanni Blume berpotensi sebagai anti jamur, dengan diameter zona hambatan sebesar 30 mm, sedangkan kulit kayu manis dengan diameter daya hambatan sebesar 32 mm.
4 Penelitian ini dilakukan untuk menguji efektivitas ekstrak daun kayu manis dalam menghambat pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici dan mengendalikan penyakit layu Fusarium pada tanaman tomat.
1.2 Rumusan Masalah Ada beberapa permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini yaitu: 1. Apakah ekstrak daun tanaman kayu manis efektif menghambat pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici, penyebab penyakit layu Fusarium pada tanaman tomat. 2. Bagaimanakah mekanisme kerja ekstrak daun kayu manis dalam menghambat pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici. 3. Apakah jenis senyawa yang terkandung di dalam ekstrak daun kayu manis yang bersifat sebagai anti jamur terhadap jamur Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici. 4. Apakah formula ekstrak daun kayu manis efektif menghambat penyakit layu Fusarium pada tanaman tomat.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1
Tujuan umum Untuk mengetahui potensi ekstrak daun kayu manis sebagai fungisida nabati untuk mengendalikan penyakit layu Fusarium pada tanaman tomat yang disebabkan jamur Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici.
5 1.3.2
Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui konsentrasi yang efektif ekstrak daun kayu manis dalam menghambat pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici. 2. Untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak daun kayu manis dalam menghambat
pertumbuhan
jamur
Fusarium
oxysporum
f.sp.
lycopersici. 3. Untuk mengetahui senyawa yang terkandung pada ekstrak daun kayu manis yang bersifat sebagai anti jamur terhadap Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici. 4. Untuk mengetahui efektivitas formula ekstrak daun kayu manis dalam menghambat penyakit layu Fusarium pada tanaman tomat.
1.4 Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini dapat memberikan landasan akademis terhadap manfaat ekstrak daun tanaman kayu manis sebagai senyawa anti jamur terhadap Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici penyebab penyakit layu Fusarium pada tanaman tomat. 2. Bagi masyarakat dan pengusaha tanaman tomat dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai salah satu alternatif dalam usaha untuk mengendalikan penyakit layu Fusarium pada tanaman tomat, yang ramah lingkungan sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil tomat dan mengurangi penggunaan fungisida sintetis.