PEMUPUKAN TANAMAN HORTIKULTURA
MODUL VIII
3/6/2013
Dr. Ir. Anas D. Susila, MSi BAHAN AJAR MATA KULIAH DASAR DASAR HORTIKULTURA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTUKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PEMUPUKAN TANAMAN HORTIKULTURA 9.1. Prinsip Rekomendasi Pupuk Rekomendasi pemupukan seharusnya dapat menghasilkan produk dan kualitas tanaman yang diinginkan, juga untuk menghidari kesalahan manajemen aplikasi pupuk yang menyebabkan kerusakan lingkungan. Proses ini memerlukan penelitian, bukan hanya kesaksian dari beberapa petani. Tahap pertama adalah menyimpan pupuk di zona perakaran dan tersedia bagi tanaman melalui manajemen pengairan.
Ketika analisis tanah mencerminkan respon positif
tanaman terhadap perlakukan pemupukan, penetapan jumlah hara yang memerlukan uji kalibrasi untuk menghasilkan data interpretasi untuk jenis tanaman tertentu. Setelah kalibrasi uji tanah dan manajemen pengairan, perlu diketahui filosofi rekomendasi pemupukan hara essensial. Kondisi politik mengenai penggunaan pupuk sering mengganggu rekomendasi pemupukan.
Beberapa pihak berargumentasi bahwa pemupukan
telah menyebabkan kerusakan lingkungan, akan tetpai beberapa pihak lain berpendapat bahwa penggunaan pupuk dapat meningkatkan hasil dan kualitas tanaman. Pada kenyataannya kedua pendapat tersebut benar. Jalan satu-satunya untuk mengatasi kedua perbedaan pendapat tersebut adalah dengan pendekatan ilmiah untuk mengorksinya.
9.2. Sejarah Penggunaan Pupuk Produksi tanaman sampai awal abad ke 20 tergantung terhadap kesuburan tanah alami.
Hara mineral tertentu seperti, rock phosphat, sodium nitrat,
potassium silikat, digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan produktivitas. Disamping itu berbagai sumber bahan organik seperti pupuk kandang dan kompos, juga digunakan untuk pembenah tanah. Bahan sumber hara di atas tidak tersedia pada tanah alami, sehingga untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman perlu penambahan dalam jumlah yang lebih besar daripada yang tersedia di dalam tanah. Di awal abad ke 20 bahan kimia sisntetis sebagai sumber hara mulai banyak digunkan. Pupuk ini dapat dibuat dalam skala besar di pabrik sehingga Page | 1
lebih murah untuk digunakan, akibatnya tanaman dapat memberikan respon yang positif. Pupuk sisntetik segera mengganti peran bahan organik sebagai penyedia hara tanaman dalam meningkatkan hasil dan kualitas. Pupuk memegang peranan penting dalam peningkatan produktivitas tanaman dunia dan meningkatkan keuntungan bagi para petani. Penelitian ilmiah memegang peranan penting dalam pemanfaatan pupuk dalam produksi tanaman selama pertengahan abad ke 20. Penelitian dilakukan untuk membuat panduan jumlah pupuk dan bagaimana cara aplikasinya kepada tanaman. Metode ilmiah telah digunakan untuk membantu penggunaan pupuk secara efisien, termasuk metode analisis tanah, teknologi aplikasi, dan bahan-bahan baru sebagai pupuk. Rekomendasi pupuk selama abad ke 20 berfokus pada produktivitas dan nilai ekonomi tanaman. Di akhir abad ke 20, para peneliti peduli terhadap pencemaran hara di air permukaan dan air tanah. Rekomendasi pupuk harus dipertimbangan secara baik tingkat produkstivitasnya dengan perlindungan terhadap lingkungan.
Saat ini
rekomendasi pemupukan harus mempertimbangkan keduanya, nilai ekonomis produk dan kesehatan lingkungan.
9.3. Pengelolaan Air Sebelum menjawab masalah lain dalam rekomendasi pemupukan, pengeloaan air baik untuk irigasi atau drainase harus dilakukan secara baik. Aplikasi rekomendasi pemupukan dengan menggunakan sedikit air akan susah pengelolaannya. Masalah lingkungan akan muncul ketika pergerakan hara dari lapang terjadi karena adanya air. Air merupakan kendaraan bagi hara untuk ditransportasikan ke luar areal pertanaman. Apabila para petani mengelola air secara baik, hara akan tersedia bagi tanaman untuk meningkatkan hasil dan kualitas, dan meningkatkan efisiensi aplikasi pupuk dan meminimalisasi kerusakan lingkungan
9.4. Filosofi Pemupukan Ketika kepedulian terhadap lingkungan mempengaruhi penelitian di bidang pemupukan untuk menghasilkan rekomendasi, tidak semua rekomendasi pemupukan menggunakan filosofi rekomendasi pemupukan yang sama, yang mempertimbangan penggunaan pupuk, interasi tanah, dan pergerakan hara. Pada Page | 2
kenyataannya, beberapa rekomendasi pemupukan justru bertengtangan dengan perlindungan terhadap lingkungan dan meningkatkan ongkos produksi. Filosofi pemupukan sangat berbeda berdasarkan pendekatan pemupukan tanah atau pemupukan tanaman. Dalam sub bab ini akan dibahas filosofi yan mempengaruhi penetapan rekomendasi pemupukan. Pembahasan ini berfokus terhadap unsur hara P dan K. Analisis tanah tidak direkomendasikan untuk menentukan dosis pupuk N, sebab N sangat mobil di dalam tanah. Build-Up and Maintenance. Flosofi ini telah diaplikasikan sejak tahun 1940 oleh laboratorium uji tanah komersial.
Filosofi ini menyatakan bahwa
konsentrasi hara dapat ditingkatkan dan dipertahankan di dalam tanah. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa penambahan pupuk akan meningkatkan hasil nilai indeks analisis tanah, akan tetapi peningkatan hara tanah hanya mungkin terjadi di area dimana evapotranspirasi melebihi hujan dan pada tanah dengan tekstur lembut. Filosofi ini merupakan salah satu dati tiga filosofi yang lebih didasarkan pada memupuk tanah daripada memupuk tanaman. Selama fase peningkatan hara, pupuk ditambahan untuk menyuplai hara bagi tanaman ditambah hara yang dapat meningkatkan hasil nilai indeks pada analisis tanah. Asumsi yang digunakan adalah bahwa pupuk yang ditambah akan tetap berada pada zona perakaran dan tidak akan hilang karena pencucian dan aliran permukaan. Saat hasil analisi tanah didapat, pupuk perlu ditambahkan sedikit lebih tinggi daripada titik kritis (beberapa pupuk untuk tanamn dan beberapa untuk mempertahankan level hara tersebut pada nilai hasil analisiss tanah). Filosofi ini membuat petani jarang mengurang jumlah pupuk yang diaplikasikan. Di area yang mempunyai curah hujan yang tinggi, tanah yang ringan pupuk akan mudah hilang dari tanah. Oleh karena itu filosofi ini akan meningkatkan biaya pupuk, biasanya tidak diikuti oleh meningkatnya nilai hasil analisis tanah yang diharapkan, dan dapat mencemari daerah sekitar dengan pupuk, Basic
Cation
Saturation.
Filosofi
basic
cation
saturation
mengasumsikan bahwa jumlah kation dalam partikel tanah dan partikel organik (KTK)
dapat
dimanipulasi
dengan
penambahan
perbandingan yang ideal pada daerah pertukaran ion.
pupuk
dalam
kondisi
Pada pendekatan ini,
pemupukan dipertimbangkan sebagai memupuk tanah daripada memupuk tanaman.
Untuk mempertahankan rasio ion yang ideal, petani harus juga Page | 3
memupuk tanah setiap musim tanam. Sebagai tambahan daripada filosofi built up maintain pada filosofi ini secara salah diasumsikan bahwa tanaman akan tumbuh baik pada rasio tertentu. Pada dareah dengan jenis tanah yang mempunyai KTK rendah dimana tanah tidak akan mampu menyuplai hara yang cukup, filosofi ini kurang cocok. Sama seperti filosofi bulit up maintaine, filosofi basic cation ratio ini akan meningkatkan biaya pemupukan dan meninkatkan resiko terhadap lingkungan. Hydroponics.
Dalam filosofi hidroponik, tanah dianggap tidak dapat
menyuplai hara untuk tanaman. Sehingga semua hara yang diperlukan tanaman harus diberikan dari sumber pupuk. Tanah hanya dapat memegang larutan hara akan tetapi jumlah hara yang dapat ditahan dalam zona perakaran sangatlah kecil, terutama pada tanah berpasir. Filosofi hidroponik didasarkan pada memupuk tanah daripada memupuk tanaman. Dengan menyuplai semua hara dari pupuk, hal ini kan berpotensi kelebihan pupuk bagi tanaman yang dapat megakibatkan pencucian dan meningkatkn biaya produksi. Percent Sufficiency Concept (CNR). Filosofi Persen Sufficiency disebut juga Crop Nutrient Requirement (CNR). Asumsi yang dibuat dalam filosofi ini adalah bahwa tanah berkontribusi terhadap hara tanaman (sangat nyata biasanya pada unsur P, Ca, Mg, S, hara mikro dan kadang kadang K), kontribusi dari tanah dapat diketahui dari uji kalibrasi tanah, tambahan hara yang tidak dapat dipenuhi oleh
tanah
akan
ditambahkan
menggunakan
pupuk.
Pendekatan
ini
memperhitungkan kapasitas tanah dalam menyuplai hara, kebutuhan hara tanaman, dan potensial dari pupuk untuk memndapatkan CNR. Filosofi ini telah terbukti mampu meningkatkan hasil dan kualitas tanaman dengan tetap mempertahankan kualitas lingkungan hidup.
9.5. Pemupukan Berdasarkan Rekomendasi Program pemupukan tanaman yang berdasarkan analisis tanah dimulai dengan pengambilan contoh tanah pada lahan yang akan ditanami. Pengambilan contoh tanah harus dilakukan secara benar yang dapat mewakili seluruh areal yang akan ditanamani. Contoh tanah dapat dikirim ke laboratorum uji tanah yang telah melakukan Uji Korelasi dan Uji Kalibrasi analisis tanah pada lokasi yang akan ditanami sesuai dengan jenis tanah dan jenis tanaman. Untuk menentukan Page | 4
tingkat kesuburan tanah hasil analisis tanah dicocokan dengan Tabel Interpretasi hasil analisi tanah yang dikeluarkan oleh laboratorium uji tanah tersebut. Contoh Tabel Interpretasi hasil analisi tanah disajikan pada Tabel 9.1. Setelah katergori kesuburan tanah diketahui, selanjutnya data rekomendasi pupuk dapat ditentukan menggunakan tabel rekomendasi yang disajikan pada Tabel 9.2. Sebagai contoh, seorang petani akan menanam terong di suatu lahan. Sebelum penanaman, petani tersebut mengambil contoh tanah secara diagonal dilahan agar dapat mewakili kesuburan tanah seluruh lahan. Contoh tanah di kirim ke laboratotium uji tanah yang telah melakukan Uji Korelasi dan Kalibrasi tanaman tomat untuk jenis tanah yang sama dengan lahan petani.
Petani
mendapatkan hasil analisis tanah sebagai berikut P = 15 ppm, dan K = 40 ppm, pH tanah 6.6. Setelah dicocokkan dengan Tabel 12.3, ternyata lahan tersebut mengadung P dalam kategori sangat rendah dan K dalam kategori sedang. Berdasarkan tabel rekomendasi (Tabel 12.4) maka dapat ditentukan rekomendasi sebagai berikut: karena pH 6.6 maka tidak perlu dilakukan pengapuran, dosis pupuk yang diperlukan N = 200 kg N/a, P = 168 kg P2O5/ha, dan K= 134 kg K2O/ha. TABEL 0-1. INTERPRETASI HASIL ANALSISIS TANAH MENGGUNAKAN MECHLIH-I UNTUK BUDIDAYA TANAMAN SAYURAN PADA TANAH MINERAL. Parts Per Million (ppm) Unsur P
Sangat Redah < 20
Rendah
Sedang
Tinggi
11 - 15
16 - 30
31 - 60
Sangat Tinggi > 60
K
< 20
20 - 35
36 - 60
61 - 125
> 125
Mg
--
< 15
15 - 30
> 30
--
Ca
< 50
50 - 100
101 - 300
301 - 500
> 500
Page | 5
TABEL 0-2. REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN SAYURAN Kg/ha/musim tanam Jenis Tanaman
Target pH
P2O5 N (kg/ha)
Sangat rendah
Rendah
Sedang
K2O Tinggi
Sangat tinggi
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Catatan
Bawang Bombay
6.5
150
168
213
174
0
0
168
134
112
0
0
250 251 350 351 354
Bawang daun, Leek
6.5
120
134
174
135
0
0
134
112
90
0
0
250 251 350
Bit Brokoli, Kubis bunga, Brussel sprout Jagung Manis
6.5
120
134
174
135
0
0
134
112
90
0
0
251 251 350
6.5
175
168
213
174
0
0
168
134
112
0
0
250 251 350 351 352 354
6.0
200
168
213
174
0
0
168
134
112
0
0
249 251 350
Kacang kapri
6.5
60
90
135
98
0
0
90
90
67
0
0
250 251 350
Kacangan
6.5
100
134
174
135
0
0
134
112
90
0
0
250 251 350
Kentang
6.0
200
134
213
98
0
0
168
168
168
168
168
250 253 350
Kubis , collard, Petsai
6.5
175
168
213
174
0
0
168
134
112
0
0
250 251 350 351 352 354
Melon
6.5
150
168
213
174
0
0
168
134
112
0
0
250 251 350 351 354
Mentimun
6.5
150
134
174
135
0
0
134
112
90
0
0
250 251 350 351 354
Mustard, Kale, Turnip
6.5
120
168
213
174
0
0
168
134
112
0
0
250 251 350
Okra
6.5
120
168
213
174
0
0
168
134
112
0
0
Paprika
6.5
200
168
213
174
0
0
224
168
112
0
0
250 251 350 351 250 251 350 351 352 353 354
Parsley
6.5
120
168
213
174
0
0
168
134
112
0
0
250 251 350
Page | 6
Jenis Tanaman
Kg/ha/musim tanam Target pH
N (kg/ha)
P2O5 Sangat rendah
Rendah
Sedang
K2O Tinggi
Sangat tinggi
Sangat rendah
Rendah
Seda ng
Tinggi
Sangat tinggi
Catatan
Radish Selada, Crisphead, Romaine, Endive, Escarole Seledri
6.5
90
134
174
135
0
0
134
112
90
0
0
250 251 252 350
6.5
200
168
213
174
0
0
168
134
112
0
0
250 251 350 351 352 354
6.5
200
224
274
174
0
0
280
168
112
0
0
250 251 350 354
Semangka
6.0
150
168
213
174
0
0
168
134
112
0
0
Spinasi
6.5
90
134
174
135
0
0
134
112
90
0
0
251 251 350 351 352 353 354 250 251 350
Squash, Pumpkin
6.5
150
134
174
135
0
0
134
112
90
0
0
250 251 350 351 354
Strawberry
6.5
150
168
213
174
0
0
168
134
112
0
0
250 350 352 353 354 355
Terong
6.5
200
168
213
174
0
0
168
134
112
0
0
6.5
200
168
213
174
0
0
252
168
112
0
0
6.5
60
134
174
135
0
0
134
112
90
0
0
250 251 350
6.5
175
168
213
174
0
0
168
134
112
0
0
250 251 350
Tomat besar, Cherry, Plum Ubi jalar Wortel
250 251 350 351 352 353 354 250 251 350 351 352 353 354
Page | 7
REKOMENDASI PEMUPUKANTANANAMAN HORTIKULTURA TAHUNAN 13.1. Analisis Hara Sebagai Alat untuk Penetapan Rekomendasi Pupuk Kekurangan mineral dan kelebihan mineral sangat sulit didiagnosa terutama untuk mata yang tidak terlatih. Tanaman yang menunjukkan gejala abnormal harus diuji karena nematoda dan beberapa serangga pengganggu akar juga menginduksi kelainan tajuk yang mirip dengan ketidakseimbangan nutrisi. Gejala beberapa infeksi virus mirip dengan kekurangan atau kelebihan mineral. Jika analisis tajuk menunjukkan beberapa elemen kurang atau berlebih, dalam ketiadaan patogen dan hama, penanggulangan harus segera dilakukan. Untuk menentukan pemupukan perlu dilakukan analisis hara. Analisis hara akan menjadi sarana manajemen pemupukan agar pemberian pupuk dapat dilakukan dengan tepat.
Ada dua pendekatan manajemen pemupukan, ialah
analisis jaringan tanaman dan analisis tanah. Analisis tanah banyak digunakan sebagai alat manajemen untuk tanaman semusim seperti tomat, jagung dan kacang-kacangan, tetapi dapat juga digunakan pada tanaman jeruk. Analisis tanah untuk pohon buah-buahan agak sulit diinterpretasikan, karena korelasi antar hasil analisis tanah dan produksi buah sering kali tidak baik. Hal ini terjadi karena akar pohon menyebar secara vertikal sedangkan pengambilan sampel untuk analisis tanah seringkali kurang mewakili.
Analisis jaringan tanaman lebih banyak
digunakan sebagai alat manajemen pemupukan tanaman buah-buahan. 13.1.1. Analisis Hara Tanah Analisis tanah adalah pengukuran konsentrasikimia elemen dalam tanah. Tetapi, prakteknya sekarang, analisis tanah berarti penentuan cepat bentuk yang tersedia secara biologis (bioavailable) dari hara tanaman untuk keperluan menentukan kebutuhan pupuk dalam produksi tanaman. Analisis tanah adalah cara yang terpercaya untuk memperkirakan kebutuhan hara tanaman. Tetapi, ada perbedaan filosofi dalam mengintepretasikan hasil analisis. Ada tiga konsep yang berbeda yang biasanya digunakan untuk dalam menginterpretasikan hasil analisis Page | 8
tanah, ialah: (1) nisbah kejenuhan kation, (2) mempertahankan hara tanah, dan (3) level kecukupan hara. Berdasarkan konsep nisbah kejenuhan kation, tanah yang ideal adalah tanah yang basa yang dapat dipertukarkan adalah 65 % kalsium, 10 % magnesium, 5 % kalium, atau Nisbah Ca/Mg adalah 6.6; nisbah Ca/K adalah 13, and nisbah Mg/K adalah 2.0. Di luar nisbah ini, magnesium atau kalium akan defisien. Hasil percobaan di Nebraska pada jagung menunjukkan bahwa konsep ini tidak bisa digunakan untuk memperkirakan kebutuhan pupuk. Konsep mempertahankan hara tanah berimplikasi pada level analisis tanah, sejumlah hara harus ditambahkan untuk menggantikan hara yang diperkirakan akan diserap tanaman. Konsep ini tidak dapat diterapkan pada tanah subur, yang kandungan haranya lebih dari cukup untuk produksi optimum. Konsep level kecukupan hara didasarkan pada kalibrasi antara hasil analisis tanah dengan produksi tanaman. Berdasarkan konsep ini diketahui bahwa tidak ada respon terhadap produksi apabila pupuk diberikan saat tanah sudah mencapai kandungan hara di atas level tertentu. Konsep ini menjanjikan, karena hanya diperlukan sedikit usaha untuk menjaga hara tanah di atas level kecukupan. Dalam analisis tanah, terutama untuk kebun buah, sampel tanah tidak hanya dilakukan pada permukaan tanah, tetapi juga pada horison yang lebih dalam.
Hal ini perlu dilakukan mengingat penyebaran akar tanaman pohon
biasanya cukup dalam. 1. Pengambilan Sampel Tanah Pengambilan sampel tanah harus dilakukan pada tempat tumbuh pohon yang diambil sampel daunnya. Hal ini dilakukan untuk mengurangi variabilitas dengan menggolongkan pasing-masing kelompok tanaman dan jenis tanah. Seperti pada pengambilan contoh daun, contoh tanah diambil dari 15-20 pohon. Sampel tanah diambil dari bawah kanopi pohon, pada jarak 30 cm dari pohon. Kedalaman tanah yang diambil paling tidak 30 cm, atau diambil dua sampel, ialah pada kedalaman 0-15 cm dan 15-30 cm. Tanah dimasukkan kedalam kantung plastik dan dapat dicampur dengan sample tanah lain yang diambil dari blok yang sama. Tanah kemudian dikeringanginkan sebelum dikirim ke laboratorium. 2. Analisis Laboratorium Page | 9
Ada
beberapa
metoda
untuk
mengekstrak
tanah,
ialah
dengan
menggunakan pengekstrak Mehlich-1 (pengekstrak asam ganda), amonium asetat netral, amonium asetat (pH = 4.8), Bray P1 dan P2, dan natrium bikarbonat. Hasil ektrakntersebut kemudian dianalisis dengan metode seperti yang digunakan pada analisis tanaman. 3. Kalibrasi Hasil Analisis Tanah Kalibrasi hasil analisis tanah dengan produksi tanaman merupakan tahapan kritis. Hasil kalibrasi akan berbeda apabila ekstraksi hara dalam tanah dilakukan dengan cara yang berbeda. Kesalahan yang umum terjadi adalah membandingkan antara nilai suatu hasil analisis dengan suatu kalibrasi yang diperoleh dengan cara ekstraksi yang berbeda. Karena itu, suatu kalibrasi dari hasil ekstraksi dengan cara tertentu tidak digunakan untuk meginterpretasikan hasil analisis tanah dengan cara ekstraksi yang berbeda. Tahapan kalibrasi adalah sebgai berikut: (1) analisis tanah dari zona perakaran, (2) menumbuhkan tanaman pada kondisi lapangan, (3) mengukur hasil yang dapat dipasarkan, (4) mengkorelasikan antara hasil analisis tanah dengan produksi, (5) mengulang langkah di atas pada tanah, tanaman dan waktu yang berbeda. Dari data-data yang diperoleh dalam melakukan tahapan di atas, akan diperoleh hubungan antara kandungan hara di tanah dengan produksi tanaman. Hubungan ini dapat dijadikan pedoman dalam menginterpretasikan hasil analisis tanah untuk tujuan rekomendasi pemupukan. 13.1.2. Analisis Hara Jaringan Tanaman Analisis jaringan tanaman, biasanya adalah analisis daun, memberi gambaran kandungan hara yang ada dalam tanaman. Analisis tanaman dapat menjawab pertanyaan sebagian besar pekebun mengenai kecukupan hara tanamannya; apakah kesuburan tanah, pupuk yang diberikan serta pengapuran yang dilakukan dapat memenuhi kebutuhan hara tanamannya. Analisis tanaman dapat dipandang sebagai pengujian paling penting untuk menentukan kecukupan hara tanaman.
Pada saat ini hasil analisis tanaman merupakan metode yang
terpercaya untuk diagnosa masalah dan monitoring hara tanaman pada berbagai jenis tanah maupun spesies tanaman. Ada beberapa tujuan analisis tanaman, Page | 10
ialah: (1) verifikasi gejala defisiensi hara, (2) menentukan derajad kesuburan tanah, (3) menentukan apakah pemupukan yang dilakukan dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman. Tahapan dalam analisis tanaman meliputi pengambilan contoh daun, penyiapan contoh, analisis laboratorium dan interpretasi data (Gambar 13.1). Spesies tanaman, umur, bagian tanaman, waktu pengambilan contoh, dan pemupukan yang dilakukan sangat berpengaruh pada interpretasi dari hasil analisis. Karena itu pengambilan contoh harus dilakukan dengan hati-hati dan mengikuti standar. Pengambilan contoh yang tidak mengikuti standar akan dapat mengacaukan interpretasi hasil.
Membersihan daun dari kotoran, debu, sisa
pestisida dan benda-benda asing lainnya perlu dilakukan. Contoh daun kemudian dikeringkan dengan oven pada 80C dan digiling untuk mengecilkan ukuran. Bahan tersebut kemudian diabukan atau diperlakukan dengan oksidasi asam kuat, baru kemudian dinalisis.
GAMBAR 0-1. PROSEDUR ANALISIS HARA 1. Pengambilan Contoh Jaringan Melakukan prosedur pengambilan contoh yang benar sangat diperlukan, karena hal ini sangat berpengaruh dalam interpretasi hasil. Bagian tanaman mana Page | 11
yang akan disampel, berapa banyak tanaman yang akan disampel, berapa banyak sampel per individu tanaman dan kapan sampling dilakukan harus dibakukan. Setiap pengambilan contoh harus dilakukan dengan prosedur yang sama, agar tidak terjadi kesalahan interpretasi data. Waktu pengambilan contoh biasanya pada pertengahan musim pertubuhan atau pada tepat sebelum mulai pertumbuhan bunga. Beberapa tanaman buah-buahan temperate sudah memiliki prosedur baku pengambilan contoh, tetapi untuk buah-buahan tropika belum ada. Pada buah apel contoh daun diambil pada 8-10 minggu sesudah bunga mekar.
Daun yang
dijadikan contoh sebanyak 4-8 lembar per pohon adalah daun terminal yang tumbuh pada masa pertumbuhan ini. Tanaman yang disampling sebanyak 50-100 pohon. Pada jeruk tanaman sampel sebanyak 15-20 pohon. Diambil daun yang berumur 4-6 bulan dari ranting yang tidak berbuah. Umur daun mempengaruhi kandungan hara dalam daun. Konsentrasi hampir semua hara makro pada jeruk stabil pada 4-6 bulan setelah daun muncul. Karena itu, daun pada umur tersebut yang digunakan sebagai daun contoh.
Total contoh yang dianggap dapat
mewakili adalah 100 lembar daun, atau berarti 8-10 lembar daun per pohon. Tanaman yang dijadikan contoh adalah tanaman sehat, tidak mengalami stres, atau mengalami kerusakan/ luka mekanik atau karena serangga dan tidak terinfeksi penyakit. Daun yang baru saja disemprot dengan hara mikro atau fungisida tidak boleh dijadikan sampel, karena akan berpengaruh terhadap hasil analisis hara mikro. 2. Penyiapan Sampel Daun contoh segera dicuci untuk menghulangkan benda-benda yang menempel (tanah, debu, sisa pestisida dan sebagainya). Daun dibersihkan dengan cara meletakkan lembar daun diantara ibu jari dan telunjuk dan menarik ujungnya dalam larutan deterjen 2 %, kemudian membilasnya dengan air bersih. Proses ini harus selesai dalam waktu kurang dari dari satu menit, karena dapat menyebabkan hilangnya beberapa unsur hara. Daun contoh kemudian dikering anginkan paling tidak satu hari, atau dikirim ke laboratorium dalam box yang juga berisi es batu. Contoh daun tidak boleh diletakkan dalam kantung kedap udara, kecuali bila ditempatkan dalam kulkas. Jaringan tanaman untuk analisis hara tidak boleh dibekukan. Page | 12
3. Analisis Laboratorium Setelah sampai dilaboratorium, contoh daun segera dikeringkan dalam oven pada 80 C sampai bobotnya konstan.
Jaringingan tersebut kemudian
dihaluskan menjadi bubuk. Sebagian dari bubuk sample ini diambil untuk analisis nitrogen. Biasanya nitrogen dianalisis denagn menggunakan metode Kjeldhal. Untuk menentukan hara lain, bubuk daun dicerna basah dengan asam (kombinasi asam sulfat, asam nitrat dan asam perklorat) atau diabukan dalam furnace (pengabu). TABEL 0-1. STANDAR KECUKUPAN UNSUR HARA PADA TANAMAN JERUK Unsur
Sangat rendah < 2.2 < 0.09 < 0.40 < 1.60 < 0.16 < 0.14 < 21.0 < 36.0 < 16.0 < 16.0 < 3.60 < 0.06
Rendah
N (%) 2.2-2.3 P (%) 0.09-1.1 K (%) 0.40-0.69 Ca (%) 1.6-2.9 Mg (%) 0.16-0.25 S (%) 0.14-0.19 B (ppm) 21-30 Fe (ppm) 36-59 Mn (ppm) 16-24 Zn (ppm) 16-24 Cu (ppm) 3.6-4.9 Mo (ppm) 0.06-0.09 Li (ppm) As (ppm) F (ppm) Sumber: Embleton, et al. (1973)
Optimum
Tinggi
2.4-2.6 0.12-0.16 0.70-1.09 3.0-5.5 0.26-0.6 0.2-0.3 31-100 60-120 25-200 25-100 5-16 0.1-3.0 <3 <1 < 1-20
2.7-2.8 0.17-0.29 1.10-2.00 5.6-6.9 0.7-1.1 0.4-0.5 101-260 130-200 300-500 110-200 17-22 4.0-100 3-35 1-5 25-100
Sangat tinggi > 2.80 > 0.30 > 2.30 > 7.00 > 1.20 > 0.60 > 260 > 250 > 1 000 > 300 > 22 > 100 > 35 >5 > 100
Sulfur (S) diukur dengan pembakaran kering bubuk daun kering berukuran kurang dari 40 mesh yang dialiri oksigen. kemudian diukur dengan spektrofotometer.
Sulfur dioksida yang terbentuk Fosfor (P), boron (B) dan
molibdenum (Mo) diukur dengan colorimeter; kalium (K) dan natrium (Na) dengan flame fotometer; kalsium (Ca), magnesium (Mg), besi (Fe), tembaga (Cu), Mangan (Mn), dan seng (Zn) dengan atomic absorption spectrophotometer. Pada tanaman jeruk, analisis tanaman dilakukan dengan mengambil jaringan daun yang telah berkembang penuh umur 4-6 bulan diambil dari ranting Page | 13
terminal yang tidak menyangga bunga atau buah, kemudian dianalisis kadar unsur haranya dan dibandingkan dengan standar kecukupan hara tanaman jeruk. Secara umum analisis tanaman dapat digunakan untuk identifikasi status hara, mengkoreksi tingkat kritis, dan menduga serapan unsur hara pada tanaman tahunan. Konsep analisis daun pada tanaman jeruk dikembangkan oleh Embleton et al. (1973). Konsep nilai standar yang dikembangkan merupakan harga rata-rata kadar hara tanaman yang pertumbuhan dan produksinya baik.
Standar hara
tanaman jeruk dapat dilihat pada Tabel 13.1. 4. Interpretasi Hasil Interpretasi hasil analisis jaringan tanaman tidak mudah. pengalaman untuk bisa memahami hasil analisis jaringan.
Diperlukan
Interpretasi hasil
dilakukan dengan membandingkan antara hasil analisis denagn ‘nilai standar’. Nilai standar ini rata-rata konsentrasi hara yang diperoleh dari hasil analisis daun tanaman yang pertumbuhan dan produksinya normal. Selain nilai standar, juga interpretasi hasil juga menggunakan ‘nilai kritis’. Nilai kritis adalah nilai dimana bila konsentrasi hara berada di bawah nilai tersebut, tanaman mengalami defisiensi hara.
Nilai kritis dan maupun nilai standar adalah suatu titik
konsentrasi tunggal. Pada saat ini interpretasi data menggunakan kisaran konsentrasi dari defisiensi sampai ekses (berlebih). Metode ini berdasarkan kisaran nilai yang diperoleh dari hubungan antara konsentrasi hara dengan pertumbuhan atau produksi tanaman (Gambar 13.2). Kondisi pada zona A dan B adalah defisiensi berat, sedangkan pada zona C adalah defisiensi ringan. Nilai Kritis berada pada perbatasan zona C dan D. Zona kecukupan adalah zona D, selanjutnya apabila konsentarsi hara mencapai zona E, tanaman mengalami keracunan hara. Daftar kisaran dfisiensi, kecukupan dan kelebihan hara pada beberapa tanaman buahbuahan dapat dilihat pada buku yang ditulis oleh Jones et al. (1991). Metode interpretasi data lain yang banyak digunakan adalah Diagnosis and Recommendation Integrated System (DRIS).
Teknik DRIS didasarkan pada
perbandingan dari rasio hara yang dihitung dengan norma atau nilai yang sudah disusun berdasarkan survei. Dari berbagai studi diketahui bahwa Metode DRIS tidak lebih baik daripada metode diatas. Page | 14
GAMBAR 0-2. HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN ATAU PRODUKSI TANAMAN DENGAN KONSENTRASI HARA (SMITH, 1962).
13.2. Menggunakan Hasil Analisis Tanah dan Tanaman Analisis tanaman dan tanah yang hanya dilakukan satu kali saja tidak begitu berarti. Setiap tahun harus dilakukan analisis. Perubahan hara di tanah maupun daun dari tahun lalu dan tahun sebelumnya juga sama pentingnya dengan hasil analisis tahun ini.
Perubahan dalam dosis pupuk harus berdasar pada
perubahan level hara daun. Hasil analisis akan menunjukan respon dalam status hara akibat perubahan dosis pupuk. Agar hasil analisis tanah dan tanaman betul-betul berguna, catatan program pemupukan selama beberapa tahun harus dipelihara. Harus tercatat dosis pupuk, cara pemupukan dan waktu pemupukan.
Program pemupukan akan
dinamis (‘teknik penyesuaian’ = selalu disesuaikan setiap tahun), mungkin naik mungkin turun, tergantung kecenderungan jangka panjang. Hasil analisis tanaman dan tanah mengindikasikan apakah pemupukan yang diberikan pada suatu blok tanaman harus ditambah atau dikurangi dibandingkan tahun sebelumnya. Tanpa catatan jangka panjang, hasil analisis tanaman dan tanah tidak dapat memberikan indikasi dosis pupuk yang harus diberikan.
Rekomendasi pemupukan yang
didasarkan pada satu kali analisis bagus untuk memulai program pemupukan, Page | 15
tetapi rekomendasi ini hanya merupakan dugaan dan hanya bisa dilakukan oleh orang yang terlatih dan berpengalaman dengan tanah di daerah tersebut. Hal ini tidak akan sebaik ‘teknik penyesuaian’ yang berdasar hasil analisis tanaman dan tanah serta catatan program pemupukan selama beberapa tahun.
Contoh
penggunaan metode ini sebagai berikut: a. Tahun lalu tanaman mangga dipupuk 1.5 kg ZK/pohon dan kandungan hara daun mencapai 0.25 %. Kandungan K ini defisien, karena kecukupan hara kalium untuk mangga adalah 0.3-1.2 %. Berapa banyak pupuk ZK yang harus diberikan ? b. Sampai pekebun mendapat pengalaman dengan jenis tanah dan iklim setempat, tidak ada rekomendasi yang pasti dapat diberikan. Pendekatan terbaik adalah meningkatkan dosis ZK sebanyak 20 % menjadi 1.8 kg/pohon pada tahun depan. c. Jika pada tahun depan hasil analisis daun menunjukkan kandungan K menjadi 0.3 %, nilai pada batas kritis, pupuk ZK pada tahun berikutnya dapat ditingkatkan 10 % menjadi 2.0 kg/pohon. Jika kemudian kandungan K daun menjadi lebih dari 1.2 %, pemupukan berikutnya diturunkan 5 % dari tahun sebelumnya. Monitoring status hara pada kebun buah adalah kegiatan yang sangat penting dalam manajemen pemupukan. ‘Teknik penyesuaian’ sangat bermanfaat untuk membantu pekebun memutuskan apakah program pemupukan harus diubah dan berapa banyak perubahannya. Walaupun biaya untuk analisis hara cukup tinggi, tetapi hal ini dapat mengurangi biaya pemupukan (pemupukan terhindar dari kelebihan pupuk yang tidak bermanfaat) dan dan dapat meningkatkan produksi serta kualitas buah.
13.3. Pemupukan Pemupukan pada tanaman hortikultura perlu dikelola dengan sangat hatihati, tidak cukup dengan mengandalkan resep yang menyatakan berapa gram pupuk yang perlu diberikan untuk setiap pohon per tahun. Resep pemupukan kelihatannya akan mempermudah pengelolaan pemupukan, tetapi tanpa analisis hara tanah atau analisis hara daun, pemupukan bisa menyebabkan terjadinya Page | 16
kelebihan atau kekurangan unsur hara. Ada beberapa masalah yang akan timbul karenanya, ialah: (1) produktivitas tanaman rendah karena hara yang tidak seimbang; (2) pertumbuhan vegetatif yang terlalu kuat pada saat yang tidak tepat akan memngurangi kualitas buah; (3) kualitas buah rendah karena hara yang tidak seimbang; (4) kontaminasi air tanah karena pupuk berlebih yang tercuci dari zona perakaran. Sebagai contoh, kelebihan hara nitrogen pada tanaman manggis dapat menyebabkan daun kering seperti terbakar dan rontok (Gambar 13.3). Gejala kelebihan nitrogen terlihat mulai dari daun-daun tua di cabang-cabang bawah yang dekat pada tanah berupa munculnya warna coklat dari pingir daun yang kemudian merambat menuju tengah-tengah daun atau ke tulang daun hingga akhirnya daun mengering dan rontok. Gejala ini terus berlanjut hingga ke daundaun muda yang berada pada bagian tunas dan cabang paling atas. Pada tingkat kelebihan nitrogen yang lebih berat, daun akan rontok sebelum semua kering atau berubah warna menjadi coklat, bahkan daun yang masih hijau tua telah rontok. Gejala ini terkait dengan terjadinya kerusakan pada akar sehingga tanaman tidak mendapatkan lagi suplai air dan hara untuk mempertahankan hidup (Liferdi, 2007) . Kekurangan hara tanah akan menyebabkan produksi dan kualitas buah rendah.
Aplikasi pupuk yang berlebih akan boros, mahal dan menyebabkan
tanaman tidak tahan terhadap hama dan penyakit. Karena itu pemupukan harus disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan untuk menjaga kesuburan tanah. Pemupukan perlu direncanakan dan dilakukan dengan benar berdasarkan hasil analisis tanah dan daun dan dilakukan pada waktu aplikasi yang tepat. Untuk tanaman hortikultura tahunan sebaiknya dilakukan tiga kali dalam setahun, ialah: (a) segera sesudah panen dan pemangkasan, dengan komposisi nitrogen tinggi; (b) menjelang tanaman berbunga, dengan komposisi fosfor tinggi; (c) Sesudah buah terbentuk, pada masa pembesaran cepat dari buah, dengan komposisi kalium tinggi.
Page | 17
(a)
(b)
(c)
GAMBAR 0-3. PERBEDAAN WARNA DAUN BIBIT MANGGIS PADA KONDISI (A) KEKURANGAN, (B) KECUKUPAN DAN (C) KELEBIHAN NITROGEN (SUMBER: LIFERDI, 2007). Dosis pupuk dan waktu pemberiannya perlu ditentukan dengan tepat, agar kebutuhan tanaman terpenuhi, kesuburan tanah dapat dipertahankan, kehilangan hara dari tanah dapat diminimalkan dan pencemaran tanah dan air dapat diminimalkan. Perlu dicek agar pupuk betul-betul diberikan dengan tepat. Perlu hati-hati agar tidak terjadi salah target pemupukan. Pemupukan dengan nitrogen dan fosfor perlu dilakukan dengan hati-hati, karena kedua bahan ini dapat mencemari air tanah dalam. Bila pemupukan dengan menggunakan alat (misalnya sprayer untuk pupuk daun), maka perlu dipilih alat yang sesuai dengan jenis tanamannya, dikalibrasi dengan benar agar tidak ada kesalahan dalam pemupukan. Semua kegiatan pemupukan harus dicatat dengan teliti untuk masing-masing blok tanaman. Pencatatan meliputi lokasi (blok), tanggal, jenis pupuk, dosis, cara pemupukan dan nama orang yang melakukan. Stok pupuk harus ditangani dengan baik. Pupuk harus sudah tersedia sebelum waktu pemupukan tiba. Pupuk harus disimpan dalam kemasan asli dan labelnya harus tetap menempel dibungkusnya ditempat yang bersih, kering, tidak Page | 18
menimbulkan resiko pencemaran lingkungan, terpisah dari bibit dan hasil panen. Bila mungkin terpisah dari pestisida. Perlu disediakan catatan khusus mengenai keluar-masuknya pupuk dari gudang. Stok pupuk perlu dicatat. Agar pemupukan ideal diperlukan adanya laboratorium analisis hara di dekat lokasi, lembaga (BPTP, perguruan tinggi, Dinas Pertanian, BPP, dll.) yang dapat memberikan konsultasi berdasarkan hasil analisis hara.
Para ahli pada
lembaga tersebut perlu memiliki sertifikat kemampuan mereka mengenai pemupukan.
Perlu dilakukan pelatihan mengenai hara dan pemupukan pada
petani, petugas, penyuluh dan manajer.
13.4. Studi Kasus Pemupukan Manggis Bersama dengan para mahasiswa S1, S2, dan S3, Pusat Kajian Buahbuahan Tropika IPB melakukan studi pemupukan manggis di Leuwuliang, Bogor. Studi dilakukan selama 5 tahun, ialah pada tahun 2003 – 2008. Mahasiswa yang terlibat adalah Liferdi (2007), Safrizal (2007), dan Abdillah (2008), Kurniawan (2010). Penelitian yang dilakukan meliputi uapaya untuk mendapatkan contoh daun yang dapat mewakili dengan uji korelasi, uji kalibrasi, interpretasi status konsentrasi N, P, K pada daun tanaman manggis, dosis optimum pupuk N, P, K pada tanaman manggis, rekomendasi pemupukan berdasarkan data produksi. 1. Korelasi Konsentrasi N, P, K Daun Manggis dengan Produksi Korelasi antara hara N, P, dan K dengan produksi terbaik apabila sampel daun diambil pada daun berumur 4 atau 5 bulan. Korelasi ini positif, yang berarti semakin tinggi kandungan hara daun akan semakin tinggi produksi buah. Hara N, P, dan K pada sampel daun berumur 5 bulan juga berkorelasi positif dengan kandungan hara di tanah. Nilai koefisien korelasi (r) pada ketiga unsur hara yang terkandung dalam daun berumur 5 bulan dengan produksi maupun kandungan hara tanah nyata dan di atas 0.8. Karena itu, dalam analisis hara daun untuk tujuan pemupukakan dapat digunakan daun manggis berumur 5 bulan (Liferdi, 2007). Daun mangggis muncul setelah panen berakhir.
Panen manggis di
Leuwiliang Bogor berakhir bulan Februari, dan trubus muncul pada akhir Februari atau awal Maret, sehingga pada bulan akhir Juli daun manggis berumur lima Page | 19
bulan. Oleh karena itu di Bogor, analisis daun manggis disarankan dialkukan pada akhir Juli atau awal Agustus, dengan menggunakan contoh daun terminal (ujung) dari daun yang muncul sesudah panen. Untuk daerah lain, waktu analisis daun dapat mengikuti contoh di Bogor, ialah pada 5-6 bulan sesudah panen berakhir. 2. Kalibrasi Hasil korelasi antara kandungan hara daun pada daun berumur 5 bulan dengan produksi kemudian digunakan untuk membangun model matematik yang mengkaitkan antara kandungan hara dengan produksi.
Respon tanaman
dikelompokkan atas katagori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Kategori respon sangat rendah menunjukan bahwa tingkat konsentrasi unsur di daun hanya mampu mendukung tanaman untuk berproduksi kurang dari 50% potensi hasil. Kategori rendah menghasilkan 50% - 75% potensi hasil, sedang menghasilkan 75% - 100% potensi hasil. Tinggi dan sangat tinggi dapat menghasilkan 100% potensi hasil tanpa adanya penambahan pupuk (Dannke dan Olson 1990). Dalam percobaan pada manggsi ini katagori tinggi dan sangat tinggi tidak ada, akrena kebun yang digunakan hampir tidak pernah dipupuk sebelumnya. Ada empat model regresi yang digunakan untuk membangun interpretasi status hara manggis. Dari empat model regresi yang digunakan, model kuadratik adalah yang mempunyai nilai R2 terbesar dan tiga model lainnya yaitu linear, logistik, dan exponensial nilai r lebih kecil dari model kuadratik. Berdasarkan nilai r maka model kuadratik adalah model yang paling tepat untuk menentukan status hara N dan P pada tanaman manggis. Model kuadratik juga didukung logika ilmu pemupukan yaitu peningkatan pemberian unsur hara akan meningkatkan hasil hingga kebutuhan tanaman terpenuhi, dan akan turun apabila kandungan hara berlebih.
Pada K, model exponential mempunyai nilai R2
terbesar karena terkait dengan sifat unsur K yang dapat dikonsumsi secara berlebihan oleh tanaman. Karena R2 pada model regresi kuadratik juga besar, maka model ini yang digunakan. Berdasarkan model regresi yang terpilih, status hara N, P, K dapat diketahui dengan cara menarik garis lurus pada nilai hasil relatif 50 %, 75 %, dan Page | 20
100 %. Menurut Kidder (1993) bahwa nilai perpotongan dengan angka hasil relatif kurang dari 50 % statusnya adalah sangat rendah, sedangkan antara 50-75 % statusnya rendah, 75-100 % statusnya sedang, dan 100 % statusnya tinggi. Dari hasil analisis ini diketahui bahwa pada konsentrasi N daun < 0,99 % statusnya adalah sangat rendah, 0.99-1.35 % statusnya adalah rendah, dan 1.35-2.15 % statusnya adalah sedang. Untuk unsur hara P, pada konsentrasi P daun < 0.11 % statusnya adalah sangat rendah, 0.11-0.21.% statusnya adalah rendah, dan 0.210.31 % statusnya adalah sedang. Untuk unsur hara K, pada konsentrasi K daun < 0.69 % statusnya adalah sangat rendah, 0,69 – 0,90% statusnya adalah rendah, dan 0.90-1.12 % statusnya adalah sedang (Liferdi, 2007). Pada N, P, K sangat rendah dan rendah hingga sedang perlu dilakukan pemupukan untuk meningkatkan konsentrasi N, P, K di daun sehingga dapat mendukung pertumbuhan dan hasil yang optimum. Untuk mengetahui berapa banyak pupuk yang mesti diberikan agar status hara naik dari status sangat rendah menjadi
status
sedang
perlu
pendekatan
persamaan
regresi
dengan
menghubungkan antara dosis pupuk N, P, K dengan konsentrasi N, P, K daun sebagai respon pemupukan. 3. Rekomendasi Dosis Pupuk N, P, K Berdasarkan Produksi Tahun 2004 Untuk mengetahui kebutuhan dosis pupuk yang optimum agar tanaman dapat berproduksi secara maksimum digunakan model regresi hubungan antara dosis pupuk dengan hasil relatif sebagai respon pemupukan. Berdasarkan model regresi tersebut dapat diketahui bahwa respon tanaman manggis terhadap pupuk N pada tahun pertama sangat rendah (pada tanaman yang tidak pernah dipupuk, maka respon pemberian pupuk untuk pertama kali akan tertunda karena perakaran tanaman berada jauh di bawah permukaan tanah). Respon tanaman pada tahun kedua mulai terlihat. Hasil perhitungan Liferdi (2007) berdasarkan persamaan regresi respon tanaman manggis tahun kedua maka dosis optimum pupuk N untuk status hara sangat rendah adalah 2183 g N atau setara dengan 5 kg urea per pohon (Tabel 13.2). Berdasarkan perhitungan Liferdi (2007), dosis optimum pupuk P pada tahun pertama adalah 1 755 g P2O5 /tanaman/tahun. Sedangkan pada tahun kedua Page | 21
untuk mendapatkan hasil maksimum dibutuhkan dosis pupuk optimum sebesar 1 680 g P2O5/tanaman/tahun atau setara dengan 4.5 kg SP 36. Dosis optimum yang diperoleh ini adalah dosis optimum pada status hara sangat rendah. Bila uji optimasi dilakukan pada status hara rendah hingga sedang tentu dosis pupuk yang dibutuhkan kurang dari 1 680 g P2O5/tanaman/tahun. Dosis optimum pupuk K pada tahun pertama untuk mendapatkan hasil maksimum adalah 911 g K2O /tanaman/tahun. Pada tahun kedua dosis pupuk optimumnya adalah 1 555 g K2O/tanaman/tahun atau setara dengan 2.5 kg KCl (Tabel 13.2). TABEL 0-2. DOSIS OPTIMUM PUPUK N, P DAN K DIHITUNG BERDASARKAN PERSAMAAN REGRESI DARI KURVA RESPON HASIL RELATIF TANAMAN MANGGIS TAHUN 2004 Unsur N P K
Status hara Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah
Persamaan Regresi RY = -9E-06x2 + 0,0393x + 48,23 RY = -2E-05x2 + 0,0672 + 30,822 RY = -2E-05x2 + 0,0622 + 46,533
Dosis 2 183 g N
5 kg Urea
1 680 g P2O5 4.5 kg SP36 1 555 g K2O 2.5 kg KCl
Meskipun pemberian pupuk N, P, K hanya dapat menaikkan sedikit konsentrasi N, P, K daun manggis di Leuwiliang. Akan tetapi, pemberian pupuk secara rutin setiap tahun akan menaikkan konsentrasi N, P, K di daun. Hal ini dapat dilihat dari konsentrasi N, P, K daun pada tahun kedua lebih tinggi daripada tahun pertama.
Tingginya konsentrasi N, P, K daun pada tahun kedua
kemungkinan disebabkan adanya efek residu pemupukan dari tahun sebelumnya. Selain itu, tanaman yang dipupuk secara rutin menyebabkan sistim perakaran lebih dangkal.
Bila perakaran dangkal maka pemberian hara dapat langsung
digunakan oleh tanaman dan peluang hara yang hilang atau tercuci semakin sedikit.
Page | 22