PENGENALAN BEBERAPA OPT BENIH HORTIKULTURA ( Lenny Hartati Harahap,SP.MSi.) POPT pada Balai Besar Karantina Pertanian Belawan Dipublikasikan melalui www.bbkpbelawan.deptan.go.id tanggal 18 Mei 2010
I.
TANAMAN SAYURAN
A. Kubis (Brassica oleracea, Cruciferae) 1. Bercak hitam (black spot, wire stem) : Alternaria brassicicola (Schw.) Wilts. Sebaran geografi : Penyakit ini telah terdapat di pertanaman kubis di seluruh dunia. Di Indonesia penyakit ini dilaporkan terdapat di Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Irian Jaya. Tanaman inang : tanaman yang termasuk famili Cruciferae. Gejala serangan : Gejala penyakit terutama muncul pada daun, namun demikian penyakit ini juga dapat terjadi pada seluruh bagian tanaman. Gejala yang nampak berupa bercak-bercak kecil berwarna coklat kehitaman pada daun. Bercak tersebut dapat berkembang membesar dan membentuk zona. Daun-daun tua lebih rentan dibandingkan daun-daun muda. Bibit yang berasal dari benih terinfeksi penyakit dapat menimbulkan gejala bercak nekrotik pada seluruh permukaan bibit. Bibit tersebut tidak dapat berkembang atau mati. Penularan penyakit : Inokulum penyakit berasal dari sisa-sisa tanaman sakit dan benih terinfeksi. Bibit yang masih muda terdapat gejala berupa garis-garis hitam pada hipokotil dan bercak-bercak nekrotik pada kotiledon. Infeksi sekunder dapat terjadi dari bibit terinfeksi. Lokasi patogen pada benih : Miselium patogen dalam lapisan luar benih dan kotiledon. Uji kesehatan benih : Metode Blotter. Pengendalian penyakit : Di Denmark perlakuan benih dengan iprodion (Rovral 50 WP) dapat mengendalikan inokulum yang terbawa benih. Demikian juga perlakuan dengan mankozeb (Dithane M-45) dengan dosis 3 g/kg benih. 2. Bercak daun (grey leaf spot) : A. brassicae (Berk.) Sacc. Sebaran geografi : Penyakit ini telah terdapat di seluruh dunia. Di Indonesia penyakit ini terdapat di Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Irian Jaya. Tanaman Inang : Tanaman yang termasuk famili Cruciferae. Gejala serangan : Pada daun terdapat bercak bulat dan membentuk zona. Bercak berwarna coklat muda sampai keabu-abuan atau coklat gelap. Ukuran diameter bercak 0,5 – 12 mm. Bercak-bercak dapat menyatu. Pada tulang daun bercak berbentuk lonjong atau garis dan cekung. Pengenalan Beberapa OPT Benih Tanaman Holtikultura (Lenny Hartati Harahap,SP.MSi.) POPT pada Balai Besar Karantina Pertanian Belawan
Penularan penyakit : Melalui benih. Lokasi patogen pada benih : Miselium patogen pada lapisan luar benih. Uji kesehatan benih : Metode Blotter. 3. Pangkal batang hitam (black leg) : Phoma lingam (Tode ex Fr.) Desm. Sebaran geografi : Penyakit ini telah terdapat di seluruh dunia. Di Indonesia penyakit ini terdapat di Jawa dan Sulawesi. Tanaman inang : Tanaman yang termasuk famili Cruciferae Gejala serangan : Penyakit ini berpengaruh pada keseluruhan tanaman. Gejala awal pada pangkal batang berupa bercak memanjang, berwarna coklat muda, cekung, dengan tepi keunguan. Bercak berkembang baik ke arah atas maupun bawah, akhirnya batang menjadi terpilin dan berwarna hitam. Piknidia dapat terbentuk pada bercak tersebut. Tanaman yang terinfeksi menjadi layu, mendadak mati, dan batang patah. Bercak pada daun berbentuk bulat, berwarna coklat muda sampai keabuan. Warna pusat bercak berubah menjadi abu-abu yang mengandung piknidia kecil. Tanaman terinfeksi yang ditanam untuk menghasilkan benih dapat terjadi bercak-bercak kecil pada polong. Benih yang dihasilkan mengkerut, serta bibit yang tumbuh akan segera mati. Penularan penyakit : melalui benih. Lokasi patogen pada benih : Miselium terdapat pada kulit benih dan embrio. Uji kesehatan benih : Metode deep freezing blotter / media kertas dengan pendinginan. Pengendalian penyakit benih : Perlakuan benih dengan pasta benomil pada dosis 200 – 400 g/50 kg benih dapat mengeradikasi inokulum (Gabrielson et al ; 1977). Peranan karantina : Dilaporkan dari Kanada bahwa terdapat dua strain Phoma lingam yaitu strain yang sangat virulen (ganas) (strain W) dan strain yang kurang virulen (strain PS). Di Kanada, patogen ini mendapat pengawasan ketat dari pihak karantina.
4. Rebah kecambah (damping – off) : Sclerotinia sclerotiorum. Sebaran geografis : Penyakit ini mempunyai sebaran yang luas hampir di seluruh dunia. Tanaman inang : Patogen ini mempunyai inang yang banyak, antara lain dari Famili Cruciferae, Solanaceae, dan Leguminoceae. Pengenalan Beberapa OPT Benih Tanaman Holtikultura (Lenny Hartati Harahap,SP.MSi.) POPT pada Balai Besar Karantina Pertanian Belawan
Gejala serangan : Pada bibit gejala tampak pada hipokotil yaitu luka kebasah-basahan. Batang dekat permukaan tanah terdapat bercak berwarna coklat sampai hitam. Batang mengecil sehingga tidak mampu lagi menopang tegaknya tanaman. Penularan penyakit : melalui benih. Lokasi patogen pada benih : Sklerotia tercampur dengan benih. Miselium juga dapat berada dalam benih. Uji kesehatan benih : Metode pengamatan secara visual. Pengendalian benih : Mengumpulkan sklerotia yang tercampur pada benih dengan cara penapisan kemudian dimusnahkan. 5. Busuk hitam (black rot) : Xanthomonas campestris pv. campestris (Pammel) Dowson. Sebaran geografis : Penyakit ini dilaporkan terdapat di Amerika Serikat, Braszil, Kanada, Argentina, India, Thailand, Taiwan, Pakistan, Denmark, Cekolowakia, Portugal, New Zealand, dan Australia. Di Indonesia terdapat di Sumatera, Jawa, dan Sulawesi. Tanaman inang : Kubis bunga, radish, kailan, caisin, petsai, dan sawi hijau. Gejala serangan : Di pesemaian daun terdapat bintik-bintik hitam dan dalam waktu singkat tanaman mati secara serentak. Pada kotiledon terdapat bercak hitam berbentuk huruf – V pada bagian tepi. Penularan penyakit : melalui benih. Lokasi inokulum pada benih : Bakteri terdapat pada permukaan benih dan di dalam funiculus. Uji kesehatan benih : Pengamatan gejala pada bibit dengan menggunakan media water agar. Prosedur : •
Rendam 1.000 benih selama 3 – 4 jam dalam 200 ppm aureofungin.
•
Tiriskan benih, kemudian letakan benih sebanyak 20 biji di atas media water agar (1,5%) pada petridish berdiameter 9 cm.
•
Inkubasikan petri dalam ruang gelap dengan C.°suhu 20
•
Amati setelah 8 hari terhadap kotiledon dan hipokotil gejala busuk dan bercak berbentuk huruf V.
Pengendalian penyakit benih : Perlakuan benih dengan perendaman air panas dengan suhu 52 menit diikuti dengan perendaman Streptosiklin dan tiga kali penyemprotan di lapangan dapat mengendalikan penyakit busuk hitam di India. Di Amerika, perendaman benih dalam antibiotik < 3.000 ppm selama 30 menit dapat mengeradikasi inokulum.
Pengenalan Beberapa OPT Benih Tanaman Holtikultura (Lenny Hartati Harahap,SP.MSi.) POPT pada Balai Besar Karantina Pertanian Belawan
B. Kentang (Solanum tuberosum L.) 1. Layu bakteri (bacterial wilt) : Ralstonia solanacearum (Smith) Smith, sinonim : Burkholderia
solanacearum (Smith) Yabuuchi et. Al., Pseudomonas solanacearum (Smith) Smith. Bakteri layu atau busuk coklat merupakan penyakit yang serius dan masalah besar bagi pertanaman kentang di dunia. Penyakit ini juga disebut southern bacterial wilt, solanaceous wilt, tergantung dari negara terjadinya penyakit. Sebaran geografi : Terdapat di negara beriklim panas, sedang, sub tropis. Di Indonesia dilaporkan terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Lombok dan Nusa Tenggara Barat. Tanaman inang : Spesies dari bakteri dikelompokkan dala grup, strain, pathovar, biotipe, dan ras, tetapi belum ada kesepakatan yang berlaku secara umum. Biasanya baktei ini dikelompokkan dalam biotipe dan ras. Specias terdiri dari 4 biotipe berdasarkan uji laboratories dalam pemanfaatan disakarida dan alcohol hexose dan 3 ras berdasarkan kisaran tanaman inang. Bakteri dilaporkan mernyerang lebih dari 20 spesies tanaman budidaya dan 33 famili gulma. Penyakit ini menimbulkan kerugian ekonomis selain pada tanaman pisang, juga pada tomat, kentang, tembakau, dan terun. Bakteri dapat bertahan lama dalam tanah. Gejala serangan : Daun termuda nampak merunduk. Pada kondisi menguntungkan kelayuan tanaman akan terjadi secara cepat dalam 2 – 3 hari setelah nampak gejala awal. Pada batang tumbuh akar secara berlebihan. Pembuluh batang berwarna kuning atau coklat gelap. Pada gejala lanjut nampak bercak kebasahan pada permukaan luar batng. Apabila batang dipotong melintang nampak tetesan eksudat berwarna putih kotor atau kekuningan. Eksudat dapat ditemukan pada mata tunas atau titik ujung stolon umbi, ditandai dengan menempelnya tanah pada bagian-bagian tersebut, juga pada lingkaran vaskuler umbi yang dibelah dan biasanya berwarna lebih gelap. Gejala layu bakteri dapat dengan mudah dibedakan dengan penyakit layu yang disebabkan oleh cendawan dengan cara merendam potongan batang dalam air. Sel-sel bakteri berwarna putih akan mengalir keluar dari xylem dalam waktu 3 – 5 menit. Bila tanaman terinfeksi berat air tersebut akan menjadi putih keruh dalam waktu 10 – 15 menit. Gejala pada akar diawali dengan membusuknya perakaran. Lokasi patogen pada benih : Inokulum pada benih diduga sebagai kontaminan, Bakteri tidak terdapat dalam embrio. Penularan penyakit : Melalui benih, tanah, sisa-sisa tanaman sakit, air yang mengalir. Uji kesehatan benih : Uji pengamatan gejala pada bibit (seedling symptom test). Patogen dapat didekteksi dengan adanya gejala dari bibit yang ditumbuhkan dalam kertas yang dibasahi (moist blotter paper). Patogen kemudian diisolasi dalam media agar SPA (Sucrose Peptone Agar) : 20 g sukrosa, 5 g pepton, 0,5 g K2HPO4, 0,25 g MgSO4. 7H2O,12 g oxoid agar no.3, 1 lt air destilasi pada SPA berwarna putih seperti mutiara, flat, berair, apabila diinkubasi lebih lama akan berbentuk seperti kumparan. Pengenalan Beberapa OPT Benih Tanaman Holtikultura (Lenny Hartati Harahap,SP.MSi.) POPT pada Balai Besar Karantina Pertanian Belawan
Uji tanam benih pada media agar TTC : Sebanyak 200 – 400 benih (setelah disterilisasi dengan larutan NaOCl selama 3 menit kemudian dibilas dengan air steril, dikering anginkan) ditanam dalam media agar TTC. Jumlah benih per cawan petri sebanyak 25 butir. Koloni bakteri setelah 4 – 5 hari diinkubasikan berwarna putih dengan merah jambu pada tengahnya, koloni nampak kebasahan. MediaTTC/1 lt : glukosa 10 g, pepton 10 g, casamino acid (casein hydrolysate) 1,0 mg, agar 18 g. Setelah di autoclave ditambahkan 1,0 ml larutan 2,3,5, triphenyl tetrazolium chloride 1 % (yang telah di autoclove secara terpisah). Pengendalian penyakit : Perlakuan benih dengan cara disinfeksi permukaan benih atau pengeringan benih.
2. Potato Virus X (PVX) : Potex virus, flexious rod 515 nm. Sebaran geografi : Dilaporkan telah tersebar luas di Amerika Utara. Di Indonesia dilaporkan terdapat di Sumatera dan Jawa. Tanaman inang : Kecubung (Datura stramonium) (gejala mosaik), Gomphrena globosa (bercak lokal), tembakau (Nicotiana tabacum) (gejala mottle, moasaik), Solanum sarachoides, tomat. Penularan penyakit : Secara mekanik/gesekan dan benih. Gejala serangan : PVX dikenal sebagai virus laten kentang, gejala mottle atau mosaik laten (mild mosaic). Setelah infeksi pada musim pertama virus tidak menunjukan gejala pada hampir semua kultivar. Virus dapat terbawa benih tanpa disertai gejala pada benih. Pada beberapa strain dapat menunjukan gejala mosaik. Bisa terjadi kombinasi serangan antara virus PVY dan PVX. Pada strain tertentu dapat menyebabkan gejala nekrotik pada daun dan umbi, dan dapat mematikan tanaman. Gejala nampak samar-samar apabila suhu > 80 F.° Uji kesehatan benih : Metode serologi ELISA. 3. Potato Virus Y (PVY) : Poty virus, flexious rod 730 nm. Sebaran geografi : Dilaporkan terdapat di Kanada, Amerika Utara, dan Mesir. Di Indonesia di laporkan terdapat di Sumaterea dan Jawa. Tanaman inang : Kentang hibrida A6 (bercak lokal bulat), tembakau (N. tabacum) (vein clearing, mottle, strain nekrotik : nekrotik veinal), kecubung (D. stramonium), Chenopodium amaranticolor (bercak lokal),
Solanum nigrum var. judaicum, tomat, cabai. Gejala serangan : PVY menyebabkan gejala mosaik, patah daun (leaf drop streak) dan vein banding mosaic. Terdapat tiga strain virus yaitu strain O (PVYo) terdapat di seluruh dunia, strain N (PVYn) menimbulkan gejala tembakau veinal necrosis terdapat di bagian timur Kanada, dan strain C Pengenalan Beberapa OPT Benih Tanaman Holtikultura (Lenny Hartati Harahap,SP.MSi.) POPT pada Balai Besar Karantina Pertanian Belawan
(PVYc) belum terdapat di Amerika Utara. Penularan penyakit ; Terdapat paling tidak 30 spesies kutu Aphid (green peach Aphid) dapat menularkan penyakit disamping gesekan daun, luka, dan benih/umbi. Uji kesehatan benih : Metode serologi ELISA 4. Nematoda Sista Kuning (NSK / golden cyst nematode) : Globodera rostochiensis. Sebaran geografi : Dilaporkan daerah penyebarannya adalah negara-negara di Eropa, Afrika, Asia (Asia Tenggara tercatat di Filipina dan Malaysia), dan New Zealand. Di Indonesia, NSK sampai dengan awal tahun 2003 belum ditemukan sehingga nematoda tersebut termasuk dalam daftar OPTK kelas A1 (belum ditemukan di dalam negeri). Namun berdasarkan pemantauan Direktorat Perlindungan Hortikultura dan Direktorat Perbenihan Hortikultura pada bulan Maret 2003, nematoda ini sudah ditemukan di beberapa lokasi pertanaman kentang, antara lain di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatera Utara. Tanaman inang : Tanaman komersial yang termasuk Solanaceae antara lain kentang (Solanum tuberosum), terung (S. melongena), tomat (Lycopersicon esculentum). Tanaman inang lainnya yaitu S. dulcamara (bitter nightshade), S. rostratum (buffalo bur), S. triforum (cutleaf nightshade), S. elaeagnifolium (silverleaf nightshade), S. blodgettii , S. xanti (purple nightshade), S. integrifolium (tomato eggplant), dan kecubung (Datura stramonium). Gejala serangan : Gejala yang terlihat di atas permukaan tanah hanya terjadi jika di dalam tanah terdapat jumlah NSK yang cukup besar. Infestasi NSK yang berat menyebabkan tanaman layu, dan pertumbuhan tanaman terhambat atau kerdil, serta perkembangan akar terhambat. Tanaman menguning dan kering tidak merata di seluruh areal pertanaman kentang. Bila tanaman dicabut secara perlahan, nematoda betina yang berbentuk bulat, berwarna putih, kuning, atau keemasan masih menempel berderet pada akar dan dapat dilihat tanpa menggunakan alat bantu lensa pembesar. Warna induk nematoda tersebut secara berangsurangsur berubah coklat dan menjadi sista, berisi kumpulan telur dan dapat bertahan hidup sampai beberapa tahun. Sista dapat juga tersebar di tanah sekitar perakaran. Penularan penyakit : Melalui sisa-sisa bahan tanaman, tanah dan benih. Lokasi sista nematoda pada benih : Sista nematoda Globodera rostochiensis terdapat pada tanah yang menempel di permukaan benih. Uji kesehatan benih : Metode pengamatan secara visual. Pengendalian penyakit benih : Perlakuan benih dengan fumigasi (metil bromida, dosis 32 gram/m3 selama 3 jam), atau perendaman dengan sodium hypoclorite (klorok) yang mengandung 1 % chlorine selama 2 jam, lalu dicuci dengan air bersih dan dikeringanginkan. Pengenalan Beberapa OPT Benih Tanaman Holtikultura (Lenny Hartati Harahap,SP.MSi.) POPT pada Balai Besar Karantina Pertanian Belawan
C. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) 1. Bercak kering Alternaria (early blight, Alternaria blight) : Alternaria solani Sorauer. Sebaran geografi : Terdapat di Inggris, India, Australia, dan Amerika Serikat. Di Indonesia dilaporkan terdapat di Sumatera dan Jawa. Tanaman inang : Tanaman yang termasuk Solanaceae antara lain kentang (Solanum tuberosum), terung (S.
melongenas), ranti (S. nigrum), kecubung (Datura stramonium). Gejala serangan : Gejala dapat terjadi pada daun, batang, dan buah. Pada daun terdapat bercak-bercak kecil bulat dan bersudut, berwarna coklat tua sampai hitam. Di sekitar bercak nekrotik terdapat halo sempit. Pada serangan berat banyak terdapat bercak, daun akan layu dan gugur sebelum waktunya. Gejala pada batang ditandai dengan bercak gelap yang mempunyai lingkaran-lingkaran terpusat. Gejala pada buah umumnya melalui batang atau calyx, terjadi bercak dengan lingkaran-lingkaran terpusat. Buah yang terinfeksi akan gugur sebelum masak. Penularan penyakit : Melalui sisa-sisa tanaman sakit, tanah dan benih. Lokasi inokulum pada benih : Miselium dan konidia pada permukaan benih. Miselium pada lapisan benih. Uji kesehatan benih : Metode Blotter. Pengendalian penyakit benih : Di Hongaria dikendalikan dengan perlakuan benih yaitu dengan perendaman selama 15 menit dalam ceresan 0,1 %. 2. Layu Fusarium (Fusarium wilt) : Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici (Sacc.) Snyder & Hansen. Sebaran geografi : Terdapat di seluruh dunia. Di Indonesia dilaporkan terdapat di Sumatera dan Jawa. Tanaman inang : terbatas pada tomat. Gejala serangan : Bibit yang terserang menunjukkan gejala layu. Tanaman dewasa yang terserang menunjukkan kelayuan yang diawali dengan merunduknya petiole dan rachis daun. Daun yang terserang akhirnya berubah menjadi kuning. Akar yang terinfeksi apabila dicabut dan dibelah secara vertikal menunjukkan gejala diskolorasi pada pembuluh xylem. Penularan penyakit : melalui benih dan tanah Lokasi patogen pada benih : Pada permukaan benih sering terkontaminasi inokulum patogen. Struktur seperti klamidospora terdapat dalam hilum benih. Miselium terdapat dalam lapisan luar benih, mikrokonidia yang Pengenalan Beberapa OPT Benih Tanaman Holtikultura (Lenny Hartati Harahap,SP.MSi.) POPT pada Balai Besar Karantina Pertanian Belawan
dihasilkan terbawa dalam pembuluh cairan. Uji kesehatan benih : Benih yang telah disterilisasi permukaannya diletakkan pada media agar Littman : Dextrose 10 g, peptone 10 g, bacto oxgall 15 g, agar 20 g, air destilasi 1 l. Kemudian diinkubasikan pada 20o C selama 5 hari dengan pencahayaan ultra violet selama 12 jam. Pada benih yang terinfeksi akan muncul koloni seperti kapas di sekitar benih. Pengendalian penyakit benih : Perlakuan dengan benomil dilaporkan di Taiwan dapat mengeradikasi inokulum. Di Maroko perlakuan benih dengan 2 % Na-hipoklorit dilaporkan dapat mengendalikan penyakit. Peranan karantina : Penyakit layu Fusarium merupakan penyakit yang menimbulkan banyak kerugian dan terdiri dari beberapa ras maka penyebaran penyakit melalui lalu lintas benih perlu mendapat perhatian dari pihak karantina. 3. Hawar daun (late blight, fruit rot) : Phytophthora infestans (Mount.)de Barry. Sebaran geografi : Terdapat di Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Eropa. Di Indonesia penyakit ini dilaporkan terdapat di Sumatera, Jawa, Sulawesi Utara, Bali, dan Nusa Tenggara Timur. Tanaman inang : Tomat, kentang, dan terung. Gejala serangan : Bercak pada daun pada awalnya berupa bercak kebasahan kemudian meluas secara cepat menjadi bercak hijau pucat sampai coklat. Pada kondisi lembab pada permukaan bawah daun terdapat gejala busuk berwarna abu-abu keputihan, kemudian berkembang menjadi bercak besar berwarna coklat. Daun yang terinfeksi menjadi coklat, menggulung, dan mati. Batang dan petiole juga dapat terserang, sehingga keseluruhan tanaman mati. Buah yang terserang nampak bercak gelap seperti berminyak. Bercak dapat membesar sehingga menutupi seluruh buah. Gejala busuk lunak oleh bakteri biasanya mengikuti gejala hawar daun sehingga menyebabkan timbulnya bau busuk. Penularan penyakit : Melalui sisa-sisa tanaman sakit dan benih. Lokasi patogen pada benih : Inokulum terdapat pada permukaan benih, lapisan luar benih (internal dan eksternal). Uji kesehatan benih : metode Blotter. Pengendalian penyakit benih : Perlakuan desinfeksi permukaan benih.
4. Rebah kecambah, busuk pangkal batang (damping off, collar rot : Rhizoctonia solani Kuhn.) Sebaran geografi : Di Indonesia dilaporkan terjadi di Jawa dan Sumatera. Tanaman inang : Pengenalan Beberapa OPT Benih Tanaman Holtikultura (Lenny Hartati Harahap,SP.MSi.) POPT pada Balai Besar Karantina Pertanian Belawan
Penyakit ini mempunyai sebaran inang yang luas antara lain tanaman yang termasuk famili Solanaceae. Gejala serangan : Penyakit terjadi pada pembibitan dan tanaman muda yaitu terjadinya gejala pembusukan dan rebah kecambah. Gejala awal terjadi pada pangkal batang dekat permukaan tanah, yaitu adanya pembusukan dengan warna coklat kemerahan. Pembusukan dimulai dari lapisan luar batang, kemudian berkembang menjadi cekung, kanker berwarna coklat dan batang menjadi terpilin. Dalam kondisi yang menguntungkan penyakit dapat berkembang ke bagian atas maupun bawah tanaman. Penularan penyakit : Inokulum primer berasal dari tanah dan sisa-sisa tanaman sakit. Lokasi patogen pada benih : Sklerotia tercampur dalam benih. Uji kesehatan benih : Metode Blotter untuk mengamati miselium. Sklerotia yang tercampur dengan benih dapat dideteksi dengan pengamatan secara visual. Pengendalian penyakit benih : Dilaporkan perlakuan benih dengan Ceresan M dapat mengendalikan penyakit. 5. Cucumber Mosaic Virus (CMV) : Cucumovirus, 28 nm. Sebaran geografi : Terutama didaerah beriklim sedang. Di Indonesia dilaporkan terdapat di Jawa. Tanaman inang : Lebih dari 49 famili tanaman terdiri dari tanaman budidaya, tanaman hias, gulma, tanaman tahunan, dan semak, antara lain : wortel, seledri, ketimun, melon, squash, kacang-kacangan, selada, cabai, bayam, tanaman hias (anemone, candytuft, viola, zinnia, columbine, dahlia, delphinium, geranium, petunia, phlox), pisang, ixora, dan markisa. Gejala serangan : Gejala bervariasi tergantung pada strain virus dan kultivar tanaman. Pada tanaman tomat gejala diawali dengan menguning dan kerdil. Daun menunjukkan gejala mottle mirip gejala tobacco mosaic virus (TMV). Gejala karakteristik adalah bentuk daun seperti tali sepatu (shoestring-like), yang dapat dikacaukan dengan gejala ToMV yaitu malformasi daun (fern-leaf). Pada ketimun dan zucchini menunjukkan gejala mosaik sistemik dan kerdil, buah ketimun mengalami distorsi. Pada kacang-kacangan terdapat gejala mild mosaic (mosaik ringan), kerdil dan menguning. Pada bayam terjadi gejala hawar dan mosaik pada seledri. Penularan penyakit : •
Secara mekanis
•
Vektor : terdapat 60 spesies aphid.
•
Melalui benih : pada tomat dan ketimun hanya 1 %, Vigna sequipedalis dan V. unquiculata 4 – 28 %, Phaseolus vulgaris 20 %, dan Stellaria media 40 %.
Pengenalan Beberapa OPT Benih Tanaman Holtikultura (Lenny Hartati Harahap,SP.MSi.) POPT pada Balai Besar Karantina Pertanian Belawan
Lokasi patogen pada benih : Virus CMV terdapat pada embrio. Uji kesehatan benih : •
Tanaman indikator : Chenopodium quinoa dan C. amaranticolor, menimbulkan gejala
bercak
lokal nekrotik. Vigna unquiculata, bercak lokal berukuran kecil berwarna coklat. Tomat, gejala daun berbentuk seperti tali sepatu. •
Uji serologi : ELISA.
6. Virus Mosaik Tomat (Tomato Mosaic Virus) : ToMV (bentuk batang, 300 x 18 nm). Sebaran geografi : Terdapat di seluruh dunia. Di Indonesia penyakit ini dilaporkan di Sumatera dan Jawa. Tanaman inang : Tanaman yang termasuk famili Solanaceae, Amaranthaceae, Aizoaceae, dan Scrophulariaceae. Beberapa spesies menunjukkan reaksi lokal gejala bercak nekrotik yaitu Nicotiana tabacum var Xanthi n.c. dan N. sylvestris, N. glutinosa juga dapat bereaksi lokal tetapi kurang sensitive. Gejala serangan : Gejala yang timbul sangat dipengaruhi oleh suhu, penyinaran, umur tanaman, kultivar/varietas tanaman, serta strain virus. Secara umum dapat dikelompokan dalam tiga tipe gejala : a) Gejala mosaik dan mottle pada daun (pada musim panas di rumah kaca). Pada kondisi intensitas rendah dan suhu rendah terjadi gejala kerdil dan malformasi daun (fern-leaf) b) Gejala kuning nyata atau “aucuba” mosaik dan mottle pada daun yang dapat mempengaruhi buah. c) Gejala nekrotik pada batang, petiole, dan atau buah. Terjadinya nekrotik dapat menimbulkan kematian tanaman. Pada buah terjadi bercak cekung nekrotik. Pada cabai yang ditanam setelah tomat, terjadi nekrotik pada daun, kerontokan/gugur daun, mosaik kronis, serta kekerdilan. Penularan penyakit : Secara mekanis dan melalui benih. Virus ini belum diketahui dapat ditularkan melalui vektor (serangga penular). Lokasi patogen dalam benih : Virus terdapat dalam external mucilage, testa, dan endosperm. Virus tidak ditularkan melaalui embrio. Virus dapat bertahan dan bersifat infektif selama beberapa tahun. Virus bersifat sangat stabil dan mudah ditularkan dari benih ke pembibitan pada saat pengelolaan tanaman secara mekanis misalnya pada saat pemindahan bibit ke pertanaman. Uji kesehatan benih : a) Metode uji tanaman indikator : Inokulasi virus pada tanaman indikator N. tabacum cv. Xanthi n. c. dapat menimbulkan hasil reaksi lokal bercak nekrotik dalam 3 – 5 hari. Ukuran diameter bercak 0,5 mm kemudian berkembang menjadi 4 mm. Inokulasi juga dapat dilakukan pada potongan N. Pengenalan Beberapa OPT Benih Tanaman Holtikultura (Lenny Hartati Harahap,SP.MSi.) POPT pada Balai Besar Karantina Pertanian Belawan
sylvestris yang diinkubasi dalam cawan petri di bawah penyinaran lampu. Inokulum virus dapat diperoleh dengan cara menggerus benih terinfeksi dalam larutan air atau buffer. b) Uji serologi ; Dengan menggunakan antisera pada konsentrasi 1 : 16.000. Pengendalian penyakit benih : •
Benih tomat dapat dibebaskan dari kontaminasi virus dengan cara merendam benih dalam larutan 10 % (w/v), Na, PO, selama 20 menit.
•
Perlakuan benih dengan pemanasan (heat treatment) pada suhu 70o C selama 2 – 4 hari atau selama 2 hari pada suhu 78o C dapat mengeradikasi virus yang terbawa dalam endosperm.
•
Penanganan bibit secara hati-hati agar tidak bersentuhan satu sama lain.
•
Menghindari menanam tomat pada lahan yang sama untuk jangka waktu minimum 7 bulan.
Peranan karantina : Diketahui ada tipe strain ToMV yang berdekatan dengan tipe strain TMV (tobaca mosaic virus) daripada tobamovirus. D. Cabai (Capsicum annum L. & C. fructescensL.) 1. Antraknosa (antracnose) : Colletotrichum capsici (Syd.) Butl. Et Bisby. Sebaran geografi : Penyakit ini telah terdapat di seluruh dunia. Di Indonesia penyakit ini dilaporkan terjadi di Sumatera, Jawa, dan Sulawesi Selatan. Tanaman inang : Penyakit mempunyai banyak tanaman inang, antara lain dari famili Solanaceae. Gejala serangan : Pada batang terdapat gejala diskolorasi memanjang berwarna abu-abu keputihan dengan bintikbintik hitam. Bintik hitam tersebut adalah aservuli. Batas antara bagian batang yang masih hijau sangat jelas. Buah yang terinfeksi berubah menjadi keputih-putiihan mengandung banyak aservuli. Buah yang masak nampak bercak-bercak hitam dengan aservuli di sekeliling bercak . Penularan penyakit : Inokulum yang terbawa benih memegang peranan dalam penularan penyakit. Lokasi patogen pada benih : Miselium terdapat pada lapisan luar benih, kotiledon, dan saluran embrio. Uji kesehatan benih : Metode Blotter. Pengendalian penyakit benih : Perlakuan benih dengan bisdithane dan vitavax dilaporkan dapat mengendalikan penyakit. 2. Bercak daun (leaf spot) : Xanthomonas campertris pv. vesicatoria (Doidge) Dowson. Sebaran geografi : Amerika Serikat, Meksiko, Kanada, Jamaica, Puerto Rico, Bermuda, Brazil, Argentina, Australia, Jepang, India, Cina, Israel, Itali, Hongaria, Yugoslavia, Bulgaria, Rumania, Rusia, Afrika Selatan, Pengenalan Beberapa OPT Benih Tanaman Holtikultura (Lenny Hartati Harahap,SP.MSi.) POPT pada Balai Besar Karantina Pertanian Belawan
Zimbabwe. Di Indonesia dilaporkan terdapat di Jawa, Kalimantan Selatan, dan Sumatera Selatan. Tanaman inang : Tomat, cabai (C. annum, C. fructescens), kecubung (D. stramonium), Hyoscyamus niger, H.
aureus, Lycopersicon pimpinellifolium, Nicotiana rustica, Physalis minima, Solanum dulcamara, S. nigrum, S. rostratum, S. tuberosum, dan S. melongena. Gejala serangan : Bakteri dapat menyebabkan gejala kudis pada buah, dikelilingi oleh halo kebasahan, bercak daun, hawar daun, dan kanker pada batang dan petiole. Penularan penyakit : Melalui benih dan sisa-sisa tanaman sakit. Lokasi patogen pada benih : Bakteri terdapat pada permukaan benih. Uji kesehatan benih : Metode pengamatan gejala pada kotiledon. 1. Benih cabai/tomat disebar pada pot berisi tanah yang sudah disterilisasi. Setelah 10 – 20 hari setelah sebar, amati gejala yang timbul pada kotiledon. Gejala pada kotiledon yaitu berupa bercak kecil berdiameter 0,5 mm berwarna kehijauan. Bercak berkembang menjadi keabu-abuan. Beberapa bercak menyatu dan menyebabkan warna menjadi kuning dan gugurnya kotiledon. 2. Isolasi bakteri dari bercak tersebut pada media Tween B. Koloni pada media berbentuk bulat, cembung, berwarna kuning. Di sekeliling koloni terdapat zona kristal putih yang merupakan garam kalsium dari asam lemak yang dilepaskan enzim lipolitik dan media Tween. Media Tween B / 1 lt air : Pepton 10 g, Kbr 10 g, CaCl2 0,25 g, H3BO3 0,3 g, agar 15 g. Setelah di autoclave tambahkan : • Tween 80 sebanyak 10 ml • Cycloheximid 100 g • Cephalexin 65 mg • Fluorouracil 12 mg • Tobramycin 0,4 mg Pengendalian penyakit benih : Perlakuan benih dengan HCl 1 % selama 15 menit dilanjutkan dengan perlakuan trisodium phosphate sebelum pengeringan dapat sekaligus mengendalikan TMV. E. Bawang Merah/Bawang Putih (Allium spp.) 1. Bercak ungu, trotol (purple blotch) : Alternaria porri (Ell.) cif. Sebaran geografi : Terdapat di daerah yang beriklim panas dan lembab antara lain New York State, India, Mesir. Di Indonesia dilaporkan di Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara Barat dan Papua. Tanaman inang : Bawang Bombay, bawang daun (A. ampeloprasum), bawang merah, kucai, bawang putih, Pengenalan Beberapa OPT Benih Tanaman Holtikultura (Lenny Hartati Harahap,SP.MSi.) POPT pada Balai Besar Karantina Pertanian Belawan
bawang Mesir (A. proliferum), dan Welsh onion (A. fistulosum). Gejala serangan : Pada daun terdapat bercak melekuk, berwarna putih atau kelabu. Pada serangan lanjut, bercakbercak tampak menyerupai cincin, warna agak keunguan, dengan tepi agak kemerahan atau keunguan. Bercak dikelilingi oleh zona berwarna kuning yang dapat meluas ke bagian atas atau bawah bercak. Ujung daun nampak mengering. Permukaan bercak pada keadaan lembab menjadi coklat atau hitam . Infeksi umbi biasanya terjadi pada saat atau setelah panen. Umbi tampak membusuk dan berair dimulai dari bagian leher. Umbi yang membusuk berwarna kuning atau merah kecoklatan. Serangan lanjut menyebabkan jaringan umbi yang terserang mengering, berwarna gelap dan bertekstur seperti kertas. Penularan penyakit : Melalui sisa-sisa tanaman, umbi, dan benih. Lokasi patogen pada benih : Inokulum/miselium terdapat pada benih. Uji kesehatan benih : Metode Blotter.
2. Busuk leher (damping-off, grey mold, neck rot) : Botrytis allii Munn. Sebaran geografi : Terdapat di Amerika Utara, Inggris, Jerman, Israel, Cekoslowakia. Di Indonesia dilaporkan terdapat di Jawa. Tanaman inang : Bawang Bombay (Allium cepa), bawang daun (A. porrum), bawang merah (A. cepa var.
aggregatum). Gejala serangan : Serangan awal terjadi pada umbi di penyimpanan. Umbi membusuk dimulai dari leher kemudian berkembang ke seluruh umbi. Umbi lapis menjadi kebasahan dan transparan. Miselium berwarna putih keabu-abuan nampak diantara umbi lapis. Penularan penyakit : Melalui benih yang disimpan di tempat yang sama dengan umbi yang sudah terinfeksi. Penyakit juga dapat ditularkan melalui tanah. Lokasi patogen pada benih : Sklerotia tercampur dengan benih. Miselia terdapat di dalam lapisan luar benih. Konidia terdapat pada permukaan benih. Uji kesehatan benih : Metode agar dekstrose kentang (potato dextrose agar, PDA). Benih yang telah disterilkan permukaannya diletakkan dalam media PDA (pada pembuatan media PDA ditambahkan 750 mg dicrysticin/liter). Kemudian diinkubasikan pada suhu 25 o C selama 7 hari dengan penyinaran selama 12 jam terang dan 12 jam gelap secara bergantian. Koloni cendawan putih keabu-abuan terdiri dari konidia dan konidiofor. Pengendalian penyakit benih : Pengendalian penyakit ini di Eropa berupa perlakuan benih dengan karbendazim, atau iprodion 2 Pengenalan Beberapa OPT Benih Tanaman Holtikultura (Lenny Hartati Harahap,SP.MSi.) POPT pada Balai Besar Karantina Pertanian Belawan
% atau benomil dilaporkan dapat mengendalikan inokulum. 3. Busuk hitam (smudge, damping-off, black rot) : Colletotrichum circinans (Berk.) Voglino, sinonim :
Vermicularia circinans Berk., C. dematium (Pers.) Grove f. circinans (Berk.) Arx. Sebaran geografi : Terdapat di Eropa, Amerika Serikat, Argentina, Jepang, India, Selandia Baru. Di Indonesia dilaporkan terdapat di Jawa. Tanaman inang : Bawang Bombay, bawang merah, bawang daun, A. fistulosum.
4. Gejala serangan : Diawali pada umbi lapis yang kering dan bagian bawah umbi. Gejala awal berupa titik hijau tua kemudian menjadi hitam pada lapisan kutikula. Titik-titik tersebut tersebar pada permukaan umbi yang berkembang menjadi bercak bulat dengan diameter 1 cm. Gejala smudge kadang-kadang mirip dengan smut yang disebabkan oleh Phoma spp. Aservuli Colletotrichum mempunyai seta tebal yang dapat terlihat dengan lensa pembesar. Patogen dapat menyebabkan pertunasan prematur. Penularan penyakit : Melalui tanah (soil-borne), sisa-sisa tanaman sakit, dan benih. Lokasi patogen pada benih : Miselium pada lapisan luar benih, kotiledon, dan saluran embrio. Uji kesehatan benih : Metode Blotter. Pengendalian penyakit benih : Perlakuan benih dengan bisdithane dan vitavax dilaporkan dapat mengurangi inokulum. 5. Virus mosaik (Onion Mosaic Virus) Sebaran geografi : Dilaporkan terdapat di Amerika Serikat, Selandia Baru, Rusia. Di Indonesia dilaporkan di Sumatera, Jawa dan Bali. Tanaman inang : Bawang putih. Gejala serangan : Gejala primer yaitu pada daun terjadi mosaik, klorotik, mottle, garis-garis putus. Umumnya menyerang daun muda. Tanaman menjadi kerdil, umbi yang dihasilkan kecil. Penularan penyakit : Melalui sisa-sisa tanaman yang tercampur benih dan vektor. Uji kesehatan benih : Uji serologi : ELISA.
6. Kerdil kuning (Onion Yellow Dwarf Virus) Potyvirus 722-820 nm. Sebaran geografi : Terdapat di Virginia Barat, Iowa, dan Jerman. Di Indonesia dilaporkan di Sumatera, dan Jawa. Pengenalan Beberapa OPT Benih Tanaman Holtikultura (Lenny Hartati Harahap,SP.MSi.) POPT pada Balai Besar Karantina Pertanian Belawan
Tanaman inang : Bawang merah, bawang putih, bawang Bombay, tanaman hias jenis Allium. Gejala serangan : Gejala awal terjadi pada tanaman muda yaitu terdapat bintik-bintik garis kuning pada pangkal daun pertama. Daun-daun yang tumbuh berikutnya menunjukkan gejala garis-garis kuning dan daun menguning. Daun kadang-kadang terpilin/terpuntir, gepeng dan cenderung rebah. Umbi mengecil. Tangkai bunga menguning dan terpuntir. Malai bunga mengecil dan sedikit menghasilkan bunga. Benih yang dihasilkan berkualitas rendah. Pada bawang putih menyebabkan gejala mosaik bila terjadi kombinasi serangan dengan virus lain. Penularan penyakit : Virus dapat bertahan dalam umbi, tanaman dan benih. Virus juga dapat ditularkan oleh kutu Myzus persicae. Uji kesehatan benih : Uji serologi : ELISA.
DAFTAR PUSTAKA
AVRDC. 1990. Vegetable Production Training Manual. Asian Vegetable Research and Development Center. Shanhua, Tainan. Babadoost, M and S.Z. Islam. 2003. Fungisida seed treatment effects on seedling damping-off pumpkin caused by Pytophthora capsici. Plant Disease 87(1):63-68. Balai Penelitian Hortikultura Lembang.1993. Materi latihan PHT tanaman sayuran untuk staf PT Sarana Agropratama. Kerjasama Balai Penelitian Hortikultura Lembang dengan PT PT Sarana Agropratama. hal. 112-113. Condon, M.S. 1997. Implications of plant pathogens to international trading of seeds, p. 17-30. In D.C. McGee (ed.) Plant Pathogens and the Worldwide Movements of Seeds. APS Press. St. Paul, Minnesota. USA. Dinarto, W., S. Ilyas, E. Murniati, and Sudarsono. 1997. Yield and losses due to seedborne PStV infection on peanut. In: A.G. Taylor and Xue-Lin Huang (eds) Progress in Seed Research: Proceeding of the Second International Conference on Seed Science and Technology, Guangzhou, China. George, R.A.T. 2000. Vegetable Seed Production. CABI Publishing. New York. USA. Ilyas, S. 1994. Matriconditioning benih cabai (Capsicum annuum L.) untuk memperbaiki performansi benih. Keluarga Benih 5 (1): 59-67. Ilyas, S. dan W. Suartini. 1997. Improving seed quality, seedling growth and yield of yard-long bean (Vigna unguiculata (L.) Walp.) by seed conditioning and gibberellic acid treatment. In: A.G. Taylor and Xue-Lin Huang (eds) Progress in Seed Research: Proceeding of the Second International Conference on Seed Science and Technology, Guangzhou, China. Ilyas, S. 2003. Mutu benih. Makalah disampaikan pada Pelatihan ‘Aplikasi Penanda Genetika untuk Menguji Kebenaran Varietas dan Mutu Benih’ Pusat Studi Pemuliaan Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor, 8-18 Juli 2003. Lewis, J.A. and R.P. Larkin. 1998. Formulation of the biocontrol fungus Cladorrhinum foecundissimum to reduce damping-off diseases caused by
Rhizoctonia solani and Pythium ultimum. Biol. Control. 12:182-190. Lou, B.G. P.R. Harvey, R.O. Warren, B.X. Zhang. And M.H. Ryder. 2003. Biplpgical control of damping-off caused by ridomil-resistant Pythium. http://www/. Google-search. 10/16/2003. Olsen, M.W. and D.J. Young. 2003. Plant Disease Management: Horticultural Crops. The University of Arizona. College of Agriculture. Tucson, Arizona 85721. http://www/. Google/Search 10/16/2003. Pengenalan Beberapa OPT Benih Tanaman Holtikultura (Lenny Hartati Harahap,SP.MSi.) POPT pada Balai Besar Karantina Pertanian Belawan
Roberts, D.P., S.M. Lohrke, S.L.F. Meyer and J.S. Buyer. 2003. Biocontrol of seedling pathogen and root-knot on vegetables. USDA ARS. Sustainable Agricultural Systems Laboratory and Nematology Laboratory Beltsville, MD 20705. Siemonsma, J.S. and K. Piluek. 1994. Vegetables. Plant Resources of South-East Asia No. 8. Bogor. Small, M. 2003. Home grown transplant require TLC. Urban Integrated Pest Management Agent for Colorado State University Cooperative Extension. http://www.colostate.edu/Depts/CoopExt/4DMG/VegFruit/transpla.html Smith, E.M. and F.C. Wehner. 1987. Biological and chemical measures integrated with deep soil cultivation against crator disease of wheat. Phythopathology 19: 87-90. Smith, J.E., L. Korsten, and T.A.S. Aveling. 1999. Evaluation of seed treatments for reducing Colletotrichum dematium on cowpea seed. Seed Sci. Technol. 27: 591-598. Sudarsono, S. Tumbelaka dan S. Ilyas. 1997. Yield reduction due to peanut stripe virus and the virus transmission on seed of peanut. Hayati 4 (3): 55-58. Wick, R.L. 2003. Damping-off and root rot bedding plants. Suburban Experiment Station.http://www/umassvegetable.org/soil_crop_pest_mgt/disease_ mgt/damping off root rot.html. 10/16/2003 Yakoby N, Zhou R, Kobiler I, Dinoor A and Prusky D. 2001. Development of Colletotrichum gloeosporioides restriction enzyme-mediated integration mutant as biocontrol agents against anthracnose disease in Avocado fruits. Pytopathology 91(2):143-158.
Pengenalan Beberapa OPT Benih Tanaman Holtikultura (Lenny Hartati Harahap,SP.MSi.) POPT pada Balai Besar Karantina Pertanian Belawan