BAB I PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG I.1.1.Latar Belakang Perancangan Kesehatan anak, khususnya balita, penting artinya bagi keluarga. Ibaratnya, kesehatan anak adalah kebahagiaan orang tua. Tahap tumbuh dan berkembang si kecil adalah masa yang terpenting dimna Pertumbuhanmerupakan peningkatan secara bertahap dari organ dan jaringan tubuh, Sedangkan Perkembanganadalah penampilan kemampuan (skill) yang diperoleh dari kematangan sistem syaraf pusat, khususnya otak. Perkembangan ini berkaitan erat dengan kecerdasan dan bertambahnya keterampilan si anak. anak yang sehat, perkembangannya searah dengan pertumbuhannya1. Salah satu upaya dalam menjaga kesehatan anak adalah dengan adanya Rumah Sakit Anak yang memiliki pelayanan dari memantau kesehatan dengan memberikan konsultasi tumbuh kembang anak sehingga tidak saja kesehatan yang diperhatikan tetapi juga harus sesuai umur dengan masa tumbuh kembang anak, hingga treatment pada anak yang terjangkit penyakit. Faktor resiko kesehatan pada anak cukup tinggi, yaitu antara lain 2 : faktor resiko dari lingkungan, misalnya malnutrisi (kekurangan gizi), kemiskinan di daerah perkotaan dan kecelakaan lalu lintas, faktor resiko dari keluarga, misalnya hubungan kelurga yang tidak harmonis dan perawatan keluarga/ pola asuh yang tidak tepat dan faktor resiko dari kelahiran. Hal ini mengakibatkan anak-anak lebih rentan terserang penyakit dibandingkan dengan orang dewasa. Disamping itu penanganan medis pada pasien anak juga lebih sulit dan lebih spesifik dibanding dengan penanganan medis orang dewasa, karena dipengaruhi oleh faktor psikologi dan emosional anak yang masih labil. Selain itu juga disebabkan kurangnya pemahaman dari sebagian besar anak terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan, baik fasilitas kesehatan maupun tenaga kesehatannya. 1
2
http://ainunfadilahdianhusada.blogspot.com/p/blog-page_5781.html diakses 11 September 2014 Rumah Sakit Anak di Yogyakarta (Amalia Yusri, 2003) S1 thesis, UGM
1
Anak-anak berpendapat staf medis ingin melukai mereka dan tidak memperdulikan rasa sakit yang mereka alami (M.Shore, 1967:89). Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa anak-anak cenderung takut pada staf medis, seperti dokter dan perawat yang secara tidak langsung juga menimbulkan ketakutan anak tersebut untuk datang ke rumah sakit untuk berobat. Di Indonesia, populasi anak-anak mencapai kurang lebih 40% dari jumlah penduduk keseluruhan dan selalu meningkat dari tahun ke tahun, hal ini berdampak pada peningkatan fasilitas pada berbagai sektor kehidupan bagi anak-anak. Kurangnya unit pelayanan khusus anak pada Rumah Sakit Umum yang berada di Kabupaten Malang menjadi perhatian untuk membangun sebuah Rumah Sakit khusus yang diperuntukan bagi anak-anak. Jumlah penduduk berdasarkan hasil Susenas 2010 di Kabupaten Malang sebanyak 2.447.051 jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari laki - laki 1.232.841 (50,38 persen) jiwa dan perempuan 1.214.210 (49,62 persen) jiwa. Sedangkan komposisi penduduk berdasarkan umur seperti pada tabel berikut: Tabel 1.1 Jumlah penduduk Kabupaten Malang berdasarkan umur
sumber : Kabupaten Malang Dalam Angka tahun 2013
2
Berdasarkan data pada tabel di atas jika dilihat berdasarakan persentase kelompok umur muda, kelompok produktis dan kelompok umur tua, maka hal ini mengindikasikan bahwa sumber daya manusia Kabupaten Malang sangat potensial dalam pendukung pembangunan perekonomian daerah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 1.1 diagram porsentasi jumlah penduduk terhadap umur di Kabupaten Malang (Sumber: Kabupaten Malang dalam angka 2013)
Berdasarkan dari data Badan Pusat Statistik yang menyebutkan bahwa 2,013tt (satuan kapasitas tempat tidur) kapasitas tempat tidur yang tersedia di Rumah Sakit Umum, hanya 10% saja unit yang khusus diperuntukkan bagi anak-anak, padahal 24,4% penduduk Kabupaten Malang adalah anak-anak usia 0-14 tahun. Pemeran utama di dalam industri Rumah Sakit di Malang Raya terdiri dari 5 Rumah Sakit Besar, antara lain Rumah Sakit Umum Daerah Saiful Anwar. Rumah Sakit yang berdiri pada tahun 1947 ini memiliki bed mencapai 854 buah. Kedua adalah RSUD Kepanjen, Rumah Sakit yang berdiri pada tahun 1957 dan memiliki jumlah tempat tidur mencapai 246 buah. Selanjutnya Rumah Sakit swasta yaitu RSI AISYAH yang memiliki 90 tempat tidur. Rumah Sakit swasta lainnya adalah RS Panti Nirmala Rumah Sakit yang berdiri pada tahun 1920-an dan memiliki 161 tempat tidur. Rumah Sakit Swasta yang terakhir adalah RS Baptis yang terletak di Kota Batu dan memiliki 100 tempat tidur.3
3
http://www.malangraya.info/kanal/kesehatan/ diakses tanggal 11 September 2014
3
Hasil survey Departemen Kesehatan menyatakan bahwa persediaan tempat tidur untuk anak-anak di Rumah Sakit Umum hanya berkisar 10 % dari jumlah tempat tidur yang ada (Arsip Survei Dinas Kesehatan 2007). Berdasarkan perhitungan dari 21 Rumah Sakit dengan kapasitas 2.013 tt (satuan tempat tidur pasien), maka 201,3 tt merupakan tempat tidur khusus pasien anak-anak. Perkiraan nilai penjualan total bisnis Rumah Sakit di Malang Raya berdasarkan data Direktorat Bina Upaya Kesehatan tahun 2012 yang diambildari rsonline.com BOR (Bed Occupancy Rate) Kabupaten Malang mencapai 90,37% dari 1069 tempat tidur dan termasuk kategori tinggi. Kota Malang BOR-nyamencapai 58,46 % dari 1719 tempat tidur dan termasuk kategori rendah.Selain itu, kebutuhan akan tempat tidur untuk melayani pasien masih cukupbanyak khususnya di Kabupaten Malang. Tabel 1.2 menunjukkan data jumlah penduduk dengan kebutuhan akan tempat tidur.4 Tabel 1.2 Kebutuhan Tempat Tidur di Kabupaten Malang dan Kota Malang
Sumber : http://www.malangraya.info/kanal/kesehatan - diakses tanggal 12 September 2014
Dilihat dari Tabel 1.2 diatas bahwa kebutuhan akan tempat tidur masih kurangdi Kabupaten Malang yaitu kekurangannya mencapai 433 tempat tidur. Tetapi, di Kota Malang dan Batu masih lebih 1917 dan 244 tempat tidur. Hal ini menjadi tantangan untuk dapat memasuk ke Industri Rumah Sakit. Berikut ini penulis akan menyajikan data jumlah kunjungan pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3 Jumlah Kunjungan Rumah Sakit di Kabupaten Malang dan Kota Malang
Sumber : http://www.malangraya.info/kanal/kesehatan - diakses tanggal 12 September 2014
4
http://www.malangraya.info/kanal/kesehatan diakses tangga 12 September 2014
4
Standart yang di tetapkan oleh direktorat Rumah sakit Khusus dan Swasta (Departemen Kesehatan RI) tentang ratio atau angka perbandingan antara tempat tidur pasien (tt) dan jumlah penduduk adalah 7 tt untuk 10.000 penduduk. Berikut adalah data kuantitalif mengenai kebutuhan bed pada perancangan Rumah Sakit Anak di Kabupaten Malang beserta captive market:
A. Perhitungan Jumlah Tempat Tidur pasien khusus anak dalam lingkup Kawasan Kabupaten Malang Jumlah Anak usia 0-14 tahun di Kabupaten Malang adalah 596.651 jiwa dan perbandingan jumlah tempat tidur berbanding jumlah pasien anak adalah 7 : 10.000. Maka perhitungan jumlah tempat tidur (tt) yang seharusnya tersedia : 7 = 𝟒� � , � 𝐭𝐭 10.000
596.651 ×
Jumlah tempat tidur pasien anak saat ini adalah 201,3 tt maka kekurangan jumlah tempat tidur khusus pasien anak adalah
417,6 – 201,3 = 216,3 216,3 tt (Kapasitas RSA )
B. Perhitungan Jumlah Tempat Tidur pasien khusus anak dalam lingkup kawasan Kota Malang Jumlah Anak usia 0-14 tahun
di Kota Malang adalah 184, 141
jiwa dan
perbandingan jumlah tempat tidur berbanding jumlah pasien anak adalah 7 : 10.000. Maka perhitungan jumlah tempat tidur (tt) yang seharusnya tersedia : 184, 141 ×
7 = � � � , � � 𝐭𝐭 10.000
Jumlah tempat tidur pasien anak saat ini adalah 273,7 tt maka kekurangan jumlah tempat tidur khusus pasien anak adalah
128,89 – 273,7 = -144,8 -144,8 tt (bed anak sudah terpenuhi) 5
C. Captive Market Captive market Rumah Sakit Anak di Kabupaten Malang adalah masing-masing 50% dari keseluruhan perhitungan bed di Kabupateng Malang dan Kota Malang. Jumlah perhitungan dari lingkup Kawasan Kabupaten Malang adalah 108,15 tt. Sedangkan Kota Malang sudah tidak ada lagi peluang pasar bed ( 0 tt ). Jadi, kesimpulannya adalah kapasitas maksimal tt Rumah Sakit Anak di Kabupaten Malang adalah 108,15 tt
Menurut perhitungan diatas maka kapasitas tempat tidur yang dibutuhkan oleh Rumah Sakit Anak adalah 108 tt untuk melayani masyarakat Kabupaten Malang. Karena alasan kapasitas lahan dan peluang untuk rumah sakit lain, maka Rumah Sakit Anak akan dirancang dengan kapasitas 75 tt . Tipe Rumah Sakit Anak ini berdasarkan jenis pelayanan dan fasilitasnya termasuk Rumah Sakit Khusus, karena fungsinya sebagai Rumah Sakit yang khusus menangani penyakit yang diderita oleh pasien dengan batasan umur 0-14 tahun. Menurut kepemilikannya merupakan Rumah Sakit Swasta Madya, sedangkan berdasarkan kapasitasnya Rumah Sakit Anak setara dengan Rumah Sakit pemerintah kelas C. Jenis layanan yang berikan oleh Rumah Sakit Anak ini adalah pelayanan kepada masyarakat dalam bidang kesehatan anak, untuk pasien rawat jalan, rawat inap dan pasien darurat, meliputi pelayanan : Preventif (pencegahan penyakit anak), Kuratif (pengobatan dan perawatan pasien), Rehabilitatif (pemulihan kondisi penderita) 1.1.2.Latar Belakang Permasalahan Suasana lingkungan medis identik dengan ketakutan, kegelisahan, perasaan tertekan, serta ketidakpastian. Kegagalan proses adaptasi pasien terhadap lingkungan medis dapat menyebabkan stress psikologis dalam diri pasien yang berpengaruh terhadap proses penyembuhannya. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Dijkstra (2009), yang mengungkapkan bahwa efek fisiologis dari sebuah lingkungan fisik sangat berpengaruh pada hasil penyembuhan, dimana terdapat sebuah korelasi yang positif antara elemenelemen lingkungan dengan hasil penyembuhan. Secara medis, stress psikologis yang
6
terjadi pada pasien dapat menekan sistem imun sehingga pasien memerlukan waktu perawatan
yang
lebih
lama
dan
bahkan
dapat
mempercepat
terjadinya
komplikasikomplikasi selama perawatan . Fakta medis tersebut menunjukkan peran rumah sakit secara umum, serta ruang rawat inap secara khusus sebagai sebuah lingkungan perawatan cukup esensial dalam mereduksi stress psikologis pada diri pasien.5 Selain itu, hal utama yang terpenting dalam aspek health design adalah memfasilitasi keterlibatan pihak keluarga6. Salah satu aspek psikologis anak adalah selalu ingin dekat dengan keluarga (keluarga kecil) , maka ketika anak-anak mendapat pengobatan di rumah sakit, keseluruhan keluarganya pun menjadi pasien yang harus difasilitasi. Sebuah penelitian membuktikan bahwa 24 jam terbukanya keterlibatan keluarga dalam perawatan anak yang terjangkit penyakit dapat mengurangi intensitasi anak itu tinggal di rumah sakit sekitar 30% - 50% (penyembuhan anak lebih cepat) dalam artian dapat menekan biaya rumah sakit dan meningkatkan kepuasan hati dari perhatian keluarga si anak itu sendiri. Anak memiliki permasalahan tersendiri terhadap Rumah Sakit, atau mungkin dapat disebut dengan phobia Rumah Sakit. Phobia anak terhadap Rumah Sakit timbul karena berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah anak-anak merasa asing dengan keadaan Rumah Sakit yang sangat umum, mereka merasa tidak akrab dengan kondisi lingkungan Rumah Sakit. Penanggulangan ketakutan anak-anak akan Rumah Sakit, serta kebutuhan dan keinginan anak-anak menjadi salah satu faktor penting guna mendukung proses penyembuhan anak.7 Bermain diyakini adalah salah satu cara penanggulangan ketakutan atau phobia anak terhadap Rumah Sakit, karena menurut Sigmund Freud “Anak dapat mengeluarkan semua perasaan negatif, seperti pengalaman yang tidak menyenangkan/traumatik dan harapan-harapan yang tidak terwujud dalam realita melalui bermain.”8
Fasilitas bermain memang sangat berpengaruh pada proses penyembuhan anak, seperti pada paragraf sebelumnya yang menyatakan salah satu bentuk interaksi saat anak 5
Rumah Sakit Anak di Kabupaten Sleman (Budining Wirastuti, 2000) Leibrock, Cynthia A. 2011, Design Details for Health: Making the Most of Design's Healing Potential 7 Rumah Sakit Anak di Yogyakarta (Amalia Yusri, 2003) S1 thesis, UGM 8 Tedjasaputra , Mayke S. 2007, Bermain, Mainan. Dan Permainan 6
7
bermain yaitu si anak tidak benar-benar terlibat dalam kegiatan bermain, hal ini dikarenakan tidak semua anak yang sakit dapat sembuh dengan bermain, ada pula yang jika melakukan permainan akan berdampak lebih buruk pada kesehatannya. Namun dengan mendesain ruangan dan perabot rumah sakit yang mencakup kegiatan anak dan keluarga dan juga akses anak-anak yang diutamakan dapat memberi kenyamanan bagi anak-anak secara visual. Kenyamanan visual tersebut dapat dicapai dengan fasilitas seperti kursi, jendela, tempat minum, meja, handle pintu, dan lain-lain yang harus memperhatikan ukuran anak-anak sehingga mereka merasa nyaman. “Children are visually more comfortable with reduce scale”9 dalam artian rumah sakit tidak harus menjadi sebuah bangunan yang monumental namun sebaiknya menggunakan skala bangunan desa (kecil, lebih tenang, dan lebih mudah dimanage). Selain itu penting juga menentukan fasilitas bermain yang masih dalam jangkauan bermain bersama keluarga seperti perpustakaan (library), plan nutrition centers, a healing garden, kid’s corner pada setiap sudut rumah sakit yang dapat diidentifikasi anak melalui sebuah landmark sehingga mereka dapat mencari area yang disenangi dengan sendirinya. Akhirnya penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan berupa Rumah Sakit Anak ini tidak hanya mampu menyelesaikan masalah kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan anak di Kabupaten Malang, tetapi lebih jauh lagi akan mampu menyelesaikan permasalahan anak terhadap Rumah Sakit Anak, yaitu wadah penyembuhan penyakit anak sebagai wujud proses penyembuhannya didukung dengan kegiatan bermain bersama keluarga. I.2. RUMUSAN PERMASALAHAN Dari paparan latar belakang di atas, dapat disimpulkan beberapa inti permasalahan yang ada, yaitu:
I.2.1. Permasalahan Umum
9
Leibrock, Cynthia A. 2011, Design Details for Health: Making the Most of Design's Healing Potential
8
1.
Bagaimana merencanakan dan merancang sebuah Rumah Sakit Anak di Kabupaten Malang yang dapat memenuhi tuntutan kebutuhan fungsionalnya secara optimal sebagai sarana penyembuhan pasien anak.
2.
Bagaimana mendesain sebuah bangunan yang mempu membawa image positif sehinggan pengguna tidak merasa takut akan Rumah Sakit.
I.2.2. Permasalahan Khusus 1.
Bagaimana merancang ruang luar dan ruang dalam Rumah Sakit Anak yang rekreatif untuk pasien anak-anak.
2.
Bagaimana merancang rumah sakit yang rekreatif bagi pasien anak-anak.
I.3. TUJUAN DAN SASARAN I.3.1.Tujuan Terwujudnya konsep rancangan Rumah Sakit Anak di Kabupaten Malang ini bertujuan untuk: a. Merencanakan dan merancang Rumah Sakit Anak di Kabupaten Malang, yang dapat melayani anak-anak dalam hal pelayanan medis. b. Mewujudkan suatu rancangan Rumah Sakit Anak yang mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan, dan juga mewujudkan RSA yang rekreatif. I.3.2. Sasaran Sasaran yang ingin didaapatkan dari penelitian ini adalah mendapatkan suatu perancangan bangunan rumah sakit dengan arsitektur yang melibatkan aspek rekreatif untuk anak dalam proses penyembuhan pasien yang dirawat.
9
I.4. LINGKUP PEMBAHASAN I.4.1.Non Arsitektural a.
Memahami karakter pola perilaku anak
b.
Memahami sirkulasi pengguna di dalam Rumah Sakit
c.
Memahami pengaruh penggunaan warna dan bentuk terhadap psikologi pasien anak
I.4.2.Arsitektural a.
Memahami karakter desain lingkungan anak
b.
Pemahaman konsep tata ruang dan pelayanan Rumah Sakit Anak
c.
Pemahaman konsep penataan interior dan ekterior yang rekreatif
I.5. METODE PEMBAHASAN I.5.1.Metode Studi Metode
studi
untuk
meyelesaikan
penulisan
tugas
akhir
ini
adalah
denganmenggunakan metode deduktif. Metode deduktif dilakukan dengan melakukan studi-studi literatur yang telah ada kemudian melakukan analisis untuk kemudian disintesis terhadap rumusan permasalahan. Dalam membahas dan mempersiapkan desain diperlukan alat, bahan, dan cara pembahasan, yaitu :
1.Alat Pembahasan Metode pembahasan ini berdasarkan atas dua faktor utama, yaitu : a.
Design Determinant, yaitu aspek-aspek yang dibutuhkan dalam suatu perancangan, meliputi program ruang, tapak, utilitas, struktur, dan penekanan desain.
b. Design Requirement, yaitu persyaratan-persyaratan yang mendasari suatu perancangan agar aspek-aspek yang dibutuhkan dalam perancangan dapat menjadi sesuai. 10
Kedua faktor yang mempengaruhi perancangan Rumah Sakit Anak di Kabupaten Malang tersebut dapat diuraikan menjadi lima aspek, yaitu sebagai berikut : a.
Program Ruang Dalam menyusun program ruang Rumah Sakit Anak di Kabupaten Malang digunakan data pasien anak yang belum terlayani oleh saran kesehatan di Kabupaten Malang. Selain itu juga dilakukan studi kasus terhadap Rumah Sakit Anak untuk membantu dalam penentuan fasilitas dan ruang yang dibutuhkan Rumah Sakit Anak di Kabupaten Malang. Besaran ruang Rumah Sakit Anak dihitung berdasarkan standar ruang bagi Rumah Sakit Anak dan studi banding yang ada.
b.
Tapak Tapak Rumah Sakit Anak di Kabupaten Malang terletak di Kabupaten Malang.
c.
Struktur Persyaratan struktur, meliputi : sub struktur, mid struktur, dan upper struktur dengan pertimbangan tuntutan fungsi ruang, tuntutan crita dan estetika serta kondisi lingkungan.
d.
Utilitas Utilitas yang direncanakan bertujuan untuk mendukung bangunan Rumah Sakit Anak di Kabupaten Malang, agar dapat berfungsi dengan baik berdasarkan faktor kebutuhan ruang dan kenyamanan gi pasien Rumah Sakit Anak tersebut. Sistem utilitas pada bangunan Rumah Sakit Anak meliputi : sistem penerangan, penghawaan, jaringan air bersih, jaringan pembuangan limabah, jaringan listrik, jaringan komunikasi, pemadam kebakaran dan penagkal petir.
e.
Penekanan Desain
11
Penekanan desain pada bangunan Rumah Sakit Anak di Kabupaten Malang adalah dengan arsitektur Modern.
2.Analisis Data Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis logik untuk data yang bersifat kualitatif dan bentuk uraian sistematis, sedangkan untuk data yang bersifat kuantitatif digunakan teknik analisis statistik dengan bentuk penyajian berupa tabel dan grafik.
Proses dalam melakukan analisis adalah : a.
Melakukan reduksi data, yang meliputi proses seleksi, pemfokusan dan penyederhanaan, sehingga diperoleh data yang benar-benar diperlukan dalam proses perencanaan dan perancangan.
b. Membuat statistik data yang berupa tabel atau grafik untuk memudahkan dalam proses analisi.
3. Pengolahan data Pengolahan data dilakukan dengan cara mengelompokkan data yang ada berdasarkan fungsi dan kegiatan yang terjadi di Rumah Sakit Anak di Semarang, misalnya aktifitas pasien, pengelola dan pengunjung. Pencarian jumlah pasien Rumah Sakit Anak di Semarang dengan menggunakan data jumlah anak yang belum terlayani kesehatannya oleh rumah sakit-rumah sakit yang ada di kota Semarang. Sedangkan pencarian jumlah pengelola dan karyawan dilakukan dengan data yang ada disesuaikan dengan standar yang berlaku. 4. Kesimpulan Kesimpulan didapat dari analisa yang dipakai sebagai dasar untuk membuat design guidelines sebagai landasan perancangan
12
I.6. KERANGKA POLA PIKIR
Gambar 1.2 Kerangka Pola Berpikir
13
I.7. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I
PENDAHULUAN Berisikan latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, lingkup pembahasan, metode pembahasan, sistematika penulisan, orisinalitas penulisan dan pola pikir.
BAB II
STUDI RUMAH SAKIT ANAK Berisikan tinjauan pustaka terhadap rumah sakit, rumah sakit anak, aspek perencanaan dan perancangan bangunan instalasi rawat jalan anak yang meliputi landasan teori, karakteristik, klasifikasi, jenis, komponen Rumah Sakit
BAB III
TINJAUAN LOKASI Pada bab ini akan diulas berupa data-data awal mengenai kondisi tapak terpilih yang dapat menjelasakan baik potensi tapak maupun kelemahan yang dapat dioptimalkan serta analisis bisnis kesehatan rumah sakit.
BABIV
PENDEKATAN KONSEP DESAIN Berisi analisis untuk merumuskan pendekatan serta konsep meliputi analisis makro, alternative pengembangan bangunan dan kawasan serta kesimpulan yang dipakai pada konsep perencanaan dan perancangan bangunan Rumah Sakit Anak.
BAB V
KONSEP DESAIN Terdiri dari konsep perencanaan dan perancangan instalasi rawat jalan anak, serta pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan tema perancangan.
14
I.8. KEASLIAN PENULISAN
Penulisan pra tugas akhir dengan judul “Perancangan Rumah Sakit Anak yang Rekreatif untuk mempercepat proses penyembuhan anak ”, sudah pernah dibuat sebelumnya. Persamaan teruatama pada tipe bagunan namun lokasi dan permasalahan yang diuraikan berbeda. Beberapa judul tugas akhir yag pernah ada:
a.
Rumah Sakit Anak di Yogyakarta (Sentagi Sesotya Utami, 1998).
b.
Rumah Sakit Anak di Kabupaten Sleman (Budining Wirastuti, 2000)
c.
Rumah Sakit Anak di Yogyakarta (Amalia Yusri, 2003)
d.
Rumah Sakit Anak dan Keluarga di Yogyakarta (Pipik Hari D.A, 2010).
e.
Rumah sakit Anak Dan Ibu Bersalin, Penekanan Ruang Arsitektur Dengan Bentuk Penggabungan Rawat Ibu Dan Anak (Andrita Nindyani, 2009).
15