1
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penulis membaca sebuah cerita pendek karangan Y.B Mangunwijaya yang berjudul Natal 1945. Cerita berlatar Agresi Militer Belanda II pada tahun 1945 ini sangat menarik perhatian penulis. Penulis menganggap bahwa kisah yang disajikan dalam cerita pendek ini konteks dengan kegelisahan manusia pada masa-masa sekarang bahkan mungkin masa-masa yang akan datang. Kegelisahan yang terus menggerus keyakinan manusia akan keberadaan Tuhan. Berbicara soal keyakinan seorang manusia akan keberadaan Tuhan adalah berbicara soal religiositas. William James seorang filosof Pragmatisme berkebangsaan Amerika Serikat menyimpulkan, bahwa kecenderungan untuk hidup religius didasarkan pada keyakinan untuk berbuat dan meyakini adanya Tuhan. Keyakinan akan adanya suatu fakta di mana yang akan datang merupakan yang menyebabkan adanya fakta itu (Siswanto&Sutono, 2007:53). Keyakinan akan adanya Tuhan menunjukkan bahwa seorang manusia merasa tidak mampu untuk melalui kehidupan ini tanpa adanya satu kekuatan. Manusia adalah makhluk yang bergantung kepada Tuhannya, terlebih ketika kehidupan tidak sedang bermurah hati kepadanya. Tuhan merupakan sumber kekuatan untuk melewati segala cobaan dalam hidup. Tuhan merupakan sumber energi, ia adalah Yang Transenden, suatu realitas yang bukan milik
2
dunia ini meskipun dimanifestasikan di dalam dan melalui dunia ini (Siswanto&Sutono, 2007:71). Religiositas berhubungan erat dengan pengalaman. Meminjam istilah kaum pragmatis, istilah pengalaman merujuk kepada suatu pengetahuan yang tidak berasal dari pikiran melainkan dari peristiwa praktis atau langsung dengan dunia sekitarnya (Siswanto&Sutono, 2007:69). Pengalaman ini kita sebut dengan pengalaman religius. Pengalaman religius adalah suatu pengetahuan tentang Tuhan yang bisa dijadikan sebagai dasar pembenaran akan adanya Tuhan. Pengalaman religius ini bisa kita temukan dalam berbagai media, salah satunya karya sastra. Kita bisa menemukan banyak karya sastra yang memuat nilai-nilai religius. Karyakarya ini bisa bertujuan untuk memberikan sebuah pengetahuan akan keberadaan Tuhan lewat pengalaman si sastrawan. Pengetahuan yang akan memberikan sebuah jawaban atas kegelisahan-kegelisahan manusia atas keberadaan Tuhan. Ibarat seorang nabi, tugas sastrawan adalah memberikan jawaban atas kegelisahan-kegelisahan tersebut melalui sebuah karya sastra. Setiap karya sastra
selalu
Mangunwijaya,
memuat pada
nilai-nilai mulanya
religius.
semua
Seperti
karya
sastra
pernyataan adalah
Y.B
religius
(Mangunwijaya, 1982:11). Pernyataan tersebut menegaskan bahwa sastra adalah sebuah media penyampai pesan-pesan Tuhan. Seluruh kitab suci yang ada di setiap agama adalah sebuah mahakarya sastra yang berisi jawabanjawaban atas kegelisahan umat manusia.
3
Natal 1945 karya Y.B Mangunwijaya adalah salah satu dari sekian banyak karya sastra yang memuat nilai-nilai religius. Pemilihan Natal 1945 untuk dijadikan bahan kajian ini tentu bukan asal-asalan. Cerita pendek yang mengharukan ini disajikan secara sederhana dan berlatar peristiwa bersejarah di Indonesia. Kisah 4 orang tentara pelajar yang bergabung dalam front untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia ini menarik untuk disimak. Mereka terjebak dalam keganasan perang di tengah hutan dengan persediaan logistik serba terbatas. Tuhan, hampir tidak pernah terlintas dalam benak mereka, yang mereka pikirkan hanyalah bagaimana bisa bertahan dalam situasi genting pada saat itu. Hingga pada satu titik, mereka dipaksa untuk kembali menyentuh keyakinan mereka akan keberadaan Tuhan setelah mereka diberi tugas untuk mengantarkan jasad pahlawan yang gugur untuk dimakamkan. Cerita pendek ini sarat pesan-pesan religius. Y.B Mangunwijaya adalah seorang rohaniawan sekaligus penulis yang produktif. Karya-karya beliau banyak ditujukan untuk pembebasan kaum miskin yang tertindas. Salah satunya adalah proyek penataan ulang kali Code dan proyek Sekolah Dasar Eksperimental Kanisius di Mangunan, Sleman. Selain itu, Y.B Mangunwijaya juga pernah meraih penghargaan dari Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 1982 lewat bukunya yang berjudul Sastra dan Religiositas. Bukan sesuatu yang berlebihan apabila penulis berusaha membedah religiositas yang disampaikan oleh Y.B Mangunwijaya dalam cerita pendek ini.
4
1. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut : a. Apa
substansi
cerita
pendek
Natal
1945
karya
Y.B.
Mangunwijaya? b. Apa pengertian religiositas dalam Filsafat Agama? c. Apa makna religiositas dalam cerita pendek Natal 1945 karya Y.B. Mangunwijaya? 2. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran yang dilakukan terhadap penelitian di lingkup Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, terdapat beberapa hasil penelitian (skripsi) yang terkait dengan persoalan Religiositas yaitu : 1. Religiositas Dalam Pandangan Hidup Suku Sunda (Tinjauan Filsafat Kebudayaan), karya Vitria Dwi Jayanti tahun 2013. Penelitian ini membahas pandangan hidup Suku Sunda. Dalam penelitian ini juga dibahas tentang religiositas Suku Sunda. 2. Religiositas Dalam Pragmatisme William James, karya Agus Sutono pada tahun 1998. Penelitian ini membedah aspek-aspek religiositas dalam pemikiran William James. 3. Manusia Religius dalam Perspektif Mircea Eliade, karya Lusianti pada tahun 2012. Penelitian ini membahas pandangan Mircea Eliade tentang konsepsi manusia religius. Selain itu, dalam
5
penelitian ini juga meneliti religiositas manusia dalam perspektif Fenomenologi Agama. 4. Konsep Religiositas Y.B Mangunwijaya dan Implementasinya Dalam Penyelesaian Konflik Keagamaan di Indonesia, karya Lia Kristina Sunardi pada tahun 2005. Penelitian ini membahas pandangan penerapannya
Y.B
Mangunwijaya
dalam
mengatasi
tentang
religiositas
dan
berbagai
macam
konflik
lakukan,
Konsep
keagamaan di Indonesia. Berdasarkan
penelusuran
yang
penulis
Religiositas Y.B Mangunwijaya dan Implementasinya Dalam Penyelesaian Konflik Keagamaan di Indonesia karya Lia Kristina Sunardi pada tahun 2005 adalah penelitian yang hampir mirip dengan penelitian yang hendak penulis lakukan. Namun, penulis berusaha lebih spesifik dalam membahas persoalan religiositas, dalam hal ini menggunakan objek material berupa cerita pendek Natal 1945 karya Y.B Mangunwijaya. Hasil yang ingin dicapai dalam penelitian ini pun jauh berbeda. Penulis lebih mengarahkan penelitian ini pada religiositas yang terkandung dalam sebuah cerita pendek, sedangakan penelitian yang Lia Kristina Sunardi lakukan lebih ke arah peran pemikiran religiositas Y.B Mangunwijaya. Untuk itu, penelitian yang akan dilakukan oleh penulis sangat bisa dipertanggungjawabkan keasliannya.
6
3. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : a. Memberikan wawasan dan pemahaman mendalam tentang religiositas dalam sebuah karya sastra. b. Memberikan sebuah sumbangan pemikiran filosofis terhadap karya sastra yang pernah dibuat. c. Memberikan sebuah gambaran tentang pentingnya religiositas dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
B. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah yaitu : a. Mendeskripsikan cerita pendek Natal 1945 karya Y.B. Mangunwijaya. b. Menggali makna yang terkandung dalam cerita pendek Natal 1945 karya Y.B Mangunwijaya. c. Mencoba merumuskan secara filosofis tentang religiositas dalam cerita pendek Natal 1945 karya Y.B Mangunwijaya.
C. TINJAUAN PUSTAKA Manusia pada hakikatnya adalah makhluk pencari Tuhan. Melalui kemampuan transendensinya manusia berusaha menemukan hakekat dirinya sebagai makhluk Tuhan. Persoalan ini selalu muncul seiring dengan perkembangan sejarah umat manusia. Kemampuan transendensi manusia ini
7
menjadi landasan dari religiositas manusia. Kemampuan transendensi seorang manusia berkaitan dengan faktor pengalaman. Pengalaman religius merupakan faktor penentu bagi manusia untuk meyakini keberadaan Tuhan. Selaras dengan pemikiran Wiliam James, bahwa untuk menentukan benar atau salahnya suatu hal harus kembali kepada pengalaman. (Sutono, 1988 : xiii) Konsep religiositas merupakan kata kunci dari gagasan-gagasan Y.B. Mangunwijaya, yang dimaknai sebagai sikap personal yang menggambarkan intimitas jiwa, yaitu cita rasa yang mencakup totalitas kedalaman keimanan manusia kepada Tuhan. Y.B. Mangunwijaya melakukan kajian mendalam mengenai agama dan religiositas sebagai upaya untuk mengembalikan fungsi agama sebagai alat pemersatu dan yang paling penting adalah untuk menghindari konflik antar agama. (Sunardi, 2005 : x). Penelitian tentang religiositas ini mampu menjawab hal-hal mendasar tentang masalah aktual seputar konflik keagamaan di Indonesia. Konsep religiositas Y.B. Mangunwijaya digunakan untuk meneliti realitas konflik keagamaan dan menyelesaikan konflik tersebut. Konsep religiositas dalam konteks komunal atau umum, mampu menjadi motor penggerak dalam upaya mewujudkan sau masyarakat yang mampu hidup berdampingan dalam pluralitasnya (Sunardi, 2005: 122). Y.B. Mangunwijaya di dalam bukunya Sastra dan Religiositas memberikan Mangunwijaya
pembeda
yang
menganggap
jelas
antara
agama
bahwa
agama
lebih
dan
religiositas.
menunjuk
kepada
8
kelembagaan kebaktian kepada Tuhan atau kepada ”dunia atas” dalam aspeknya yang resmi, yuridis, peraturan-peraturan dan hukum-hukumnya, serta keseluruhan organisasi tafsir Alkitab, yang melingkupi segi-segi kemasyarakatan. Sementara itu, religiositas lebih melihat aspek yang di dalam lubuk hati. Sebuah sikap personal yang menjadi misteri bagi orang lain karena menafaskan intimitas jiwa, atau cita rasa yang mencakup totalitas (termasuk rasio dan rasa manusiawi) kedalaman pribadi manusia. Oleh karena itu, religiositas pada dasarnya mengatasi atau lebih dalam dari agama yang tampak formal dan resmi. Religiositas lebih bergerak dalam tata kemasyarakatan yang cirinya lebih intim. Menelusuri nafas religiositas dalam sebuah karya sastra, salah satunya cerita pendek, bukan sebuah penelusuran yang mengada-ada. Mengutip pernyataan Y.B. Mangunwijaya dalam bukunya Sastra dan Religiositas, pada mulanya semua karya sastra adalah religius (Mangunwijaya, 1982:11). Cerita pendek berjudul Natal 1945 yang terdapat dalam buku kumpulan cerita pendek Rumah Bambu memiliki muatan religius yang kental. Pertama, perwatakan masing-masing tokoh, khususnya tokoh Nani yang
diceritakan
memiliki
keyakinan
terhadap
Tuhan
yang
akan
menolongnya di tengah kecamuk Agresi Militer Belanda II. Kedua, alur cerita secara keseluruhan menggambarkan sebuah konflik tentang cita-cita atau harapan masing-masing tokoh. Cerita pendek ini adalah pengalaman langsung
seorang
Y.B.
Mangunwijaya
dari
pergolakan
perang
9
mempertahankan kemerdekaan, mengingat dirinya adalah seorang mantan Tentara Pelajar. D. LANDASAN TEORI Disiplin filsafat yang mengkaji persoalan-persoalan tentang agama adalah filsafat agama. William J. Wainwright menyebutkan disiplin filsafat ini mulai digunakan di dalam dunia akademis pada abad ke-19. Saat itu filsafat agama digunakan sebagai sebuah rujukan terhadap kritik atas kesadaran religius manusia dan ekspresi budaya manusia dalam bentuk pemikiran, bahasa, perasaan, dan praktiknya. Lebih lanjut Wainwright menyebutkan, bahwa kajian filosofis tentang agama memiliki dua tema utama, pertama adalah Tuhan atau Brahman atau apapun yang menjadi objek pemikiran religius, sikap, perasaan, dan praktik yang diyakini, dan, kedua, subjek religius manusia, yaitu, pikiran, sikap, perasaan dan praktiknya. Filsafat Agama bukan sebagai sebuah bagian dari pembelajaran tentang agama dan tidak berdiri pada titik tolak atau sudut pandang agama. Filsafat agama juga bukan sebagai sebuah cabang dari teologi, namun sebuah cabang dari filsafat.
“Philosophy of religion is, accordingly, not a branch of theology (meaningly "theology" the systematic formulation of religious beliefs), but a branch of philosophy. It studies the concepts and propositions of theology and the reasoning's of theologians, as well as the prior phenomena of religious experience and the activities of worship upon which theology ultimately rests and out of which it has arisen.” (John H. Hick, 7:1989)
10
Terdapat beberapa perbedaan yang mencolok antara filsafat agama dan teologi. Filsafat agama membedah agama melalui keragu-raguan, sedangkan teologi mengawalinya dengan keyakinan. Filsafat agama menitikberatkan pemikirannya pada akal atau rasio, sedangkan teologi lebih kepada wahyuwahyu yang terdapat dalam kitab suci. Filsafat agama tidak membahas dasardasar dari ajaran sebuah agama tertentu, seperti yang dilakukan oleh teologi, melainkan dasar-dasar agama pada umumnya. Filsafat agama tidak terikat pada dasar-dasar agama tertentu, dan berusaha menyatakan kebenaran atau ketidakbenaran sebuah agama. Terdapat empat unsur fundamental dalam sebuah agama. Pertama, keyakinan ketuhanan, kultus peribadatan menunjukkan bahwa semua agama meyakini adanya kenyataan lain. Semua umat beragama menekankan loyalitas terhadap Tuhan. Keyakinan ketuhanan mempengaruhi segala bentuk ekspresi keagamaan sesorang. Kedua, pengetahuan dan atau pengalaman, dalam setiap agama terdapat orde, suatu norma yang terkait dg misi utama agama. Orde dapat bersifat kosmis maupun etis. Orde biasanya bersumber dari gnostik. Pengetahuan dan atau pengalaman keagamaan pada agama kesukuan dapat terjadi karena mythe, dalam agama profetis pengetahuan dan atau pengalaman keagamaan diperoleh, salah satu caranya, lewat wahyu /kitab suci. Ketiga, keyakinan tentang keabadian jiwa, pemahaman dan pengakuan tentang ketidaksempurnaan dunia serta orientasi penyelamatan mengandaikan dan membawa manusia kepada keyakinan tentang dunia lain yang sempurna setelah dunia ini, umat beragama meyakini tentang kehidupan jiwa manusia
11
setelah kehidupan di dunia ini. Immortalitas jiwa menjadi jaminan bagi moral. Keempat, orientasi etis-sosial, dalam setiap agama terdapat orientasi etissosial.
Agama selalu sosial, meskipun agama bermula dari pengakuan
keagamaan yang individual. Orientasi etis-sosial agama terkait dengan orde dan pandangan baik buruk. Religiositas manusia bermula dari sebuah pengalaman religius. Pengalaman yang diperoleh dalam kehidupan beragama. Pengalaman ini mencakup semua perasaan kebahagiaan dan ketakutan yang muncul.
“In the widest sense, 'religious experience' ranges over any experiences one has in connection with one's religious life, including any joys, fears, or longings one has in a religious context. Indeed, the term is not restricted to particular states of consciousness”. (William P. Altson, 34: 1991)
Inti atau esensi dari agama adalah keyakinan personal yang salah satu nilai pentingnya adalah didukung oleh suatu struktur yang kekal dalam semesta (Bertocci, 10: 1951). Agama sangat menekankan kepada penilaian yang mendalam terhadap hidup. Penilaian-penilaian ini bisa berlainan satu sama lain, karena sifatnya sangat personal. Namun, dalam wilayah keyakinan beragama, penilaian tersebut berdasarkan pada postulat atau dalil-dalil tertentu yang terdapat dalam kitab suci. Keyakinan beragama diuji oleh tanggung jawab hidup manusia untuk mengada dan menjalin hubungan dengan Tuhannya (Bertocci, 11:1951). Tanpa terkecuali, manusia menghormati Tuhannya sebagai sesuatu yang dominan, sesuatu yang mengatur seluruh kehidupan, dan manusia merasa
12
perlu untuk mengarahkan tujuan hidupnya kepada Tuhan. Segala persoalanpersoalan hidup yang terjadi akan diserahkan kepada Tuhan. Persoalan keyakinan terhadap Tuhan adalah persoalan religiositas. Hal ini mengarah pada sebuah keyakinan terhadap suatu kekuatan yang tak tampak. Keyakinan ini bisa menjadi semakin kuat ketika seorang individu mengalami apa yang dinamakan mukjizat atau keajaiban. Namun, inti dari religiositas bukan tertuju pada keyakinan akan mukjizat atau keajaiban tersebut, tetapi kepada Tuhan sebagai pemberi mukjizat atau keajaiban tersebut.
“The primary object of faith is God himself, not revelation. However, because God is known only through revelation, faith in God naturally includes a believing, trusting response to what God has revealed.” (William J. Wainwright, 324: 2005) Sebagai suatu disiplin filsafat khusus, filsafat agama memiliki tujuan tertentu. Tujuan tersebut menurut John H. Hick adalah melakukan analisis terhadap konsep-konsep seperti Tuhan, hal-hal yang kudus atau suci, penyelamatan,
pemujaan
atau
peribadatan,
penciptaan,
pengorbanan,
keabadian, dan untuk menentukan sifat dasar dari ungkapan-ungkapan religius dibandingkan dengan pemaknaan agama untuk kehidupan sehari-hari, moralitas, penemuan-penemuan ilmiah dan ekspresi kesenian belaka. Tujuan dari filsafat agama ini yang kemudian membedakannya dengan disiplindisiplin ilmu lain tentang agama, seperti psikologi agama, sosiologi agama, antropologi agama, fenomenologi agama, dll. Pernyataan John H. Hick
13
tentang tujuan filsafat agama ini menjadi sebuah alasan yang relevan untuk menelusuri religiositas dalam koridor filsafat agama. Dari uraian di atas, dengan demikian, penelitian ini adalah mungkin dilakukan. Pertama, persoalan religiositas berada dalam ruang lingkup filsafat agama, sehingga penelitian ini, meskipun menggunakan obyek material berupa karya sastra, namun tetap berada pada koridor filsafat agama, yakni dengan membahas persoalan religiositas yang berada di dalamnya. Kedua, melalui kerangka berpikir yang sistematis dan terstruktur, teori-teori tentang religiositas yang digunakan dalam penelitian ini mampu menjawab secara jelas nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah karya sastra.
E. METODE PENELITIAN 1. Bahan Penelitian Penelitian
ini adalah
penelitian
kualitatif
dengan metode
hermeneutika (Bakker dan Ahmad Charis, 1990: 41-54). Peneliti berusaha menganalisis aspek-aspek religiositas dalam cerita pendek Natal 1945 karya Y.B. Mangunwijaya. Data yang digunakan diambil dari studi pustaka. a. Pustaka Primer : Bahan yang dijadikan pustaka primer dalam penelitian ini adalah cerita pendek Natal 1945 karya Y.B. Mangunwijaya yang dimuat dalam buku kumpulan cerita pendek Rumah Bambu. b. Pustaka Sekunder : Bahan yang dijadikan pustaka sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku tentang filsafat agama, utamanya yang berisi tentang religiositas dan tentang teori-teori kritik sastra.
14
2. Jalannnya Penelitian Jalannya penelitian ini akan melalui beberapa tahapan : a. Pengumpulan data berdasarkan materi yang akan dibahas dalam penelitian. b. Identifikasi dan klasifikasi data yang telah dikumpulkan c. Analisis data yang telah diidentifikasi dengan menggunakan metode yang digunakan d. Menyusun laporan secara sistematis 3. Analisis Hasil Penelitian ini menggunakan analisis hasil dengan metode hermeneutika. (Bakker dan Ahmad Charis, 1990: 41-54). Metode Hermeneutika digunakan untuk membaca cerita pendek Natal 1945 sehingga ditemukan makna yang terkandung dalam cerita tersebut. Adapun unsur-unsur metodis yang digunakan dalam penelitian kali ini : a. Deskripsi Peneliti memaparkan cerita pendek Natal 1945 karya Y.B. Mangunwijaya b. Interpretasi Peneliti menafsirkan makna yang terkandung dalam cerita pendek karya Y.B. Mangunwijaya.
15
c. Heuristika Peneliti berusaha menganalisis data yang ada untuk mendapatkan sebuah pemahaman tentang religiositas dan konsep filosofis yang mendasarinya. d. Refleksi Peneliti merefleksikan seluruh hasil penelitian untuk memperoleh konsep pribadi tentang religiositas.
F. HASIL YANG DICAPAI Hasil yang dicapai dalam penelitian ini adalah memperoleh jawaban dari persoalan yang telah disampaikan dalam rumusan masalah yaitu : a. Memperoleh deskripsi yang utuh atas cerita pendek Natal 1945 karya Y.B. Mangunwijaya. b. Mengungkapkan kandungan makna dalam cerita pendek Natal 1945 karya Y.B Mangunwijaya. c. Memberikan penjelasan filosofis tentang religiositas dalam cerita pendek Natal 1945 karya Y.B Mangunwijaya.
G. SISTEMATIKA PENULISAN Penelitian ini akan disusun dalam lima bab sebagai berikut : BAB I : Berisi tentang latar belakang dilakukanya penelitian ini, rumusan masalah yang hendak dijawab, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
16
pustaka, landasan teori, metode penelitian yang akan digunakan, hasil yang ingin dicapai dan sistematika penulisan. BAB II : Berisi tentang biografi singkat Y.B. Mangunwijaya, beberapa aktivitasnya dalam bidang kesusastraan, dan karya-karya yang pernah dihasilkan oleh Y.B. Mangunwijaya, termasuk sinopsis dan penokohan dalam cerita pendek Natal 1945. BAB III : Berisi tentang definisi filsafat agama, persoalan religiositas, dan posisi antara agama dengan religiositas. BAB IV : Berisi tentang penemuan aspek-aspek religiositas dalam cerita pendek Natal 1945 karya Y.B Mangunwijaya. BAB V : Berisi tentang pemaparan kesimpulan yang didapat dalam pemikiran pada bab-bab sebelumnya.