Bab 5 Ringkasan
Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Rashomon karya Akutagawa Ryunosuke. Cerpen Rashomon hasil karya Akutagawa Ryunosuke pertama kali dipublikasikan di majalah sastra Teikoku Bungaku pada November 1915. Rashomon mengambil bahan dari karya klasik yang sangat disukai oleh Akutagawa, Konjaku Monogatari, jilid ke-29 kisah ke-18 yang berjudul Rajomon nite Uwakoshi ni Nobori Shijin wo Miru Nusubito no Monogatari (Kisah Seorang Pencuri yang Melihat Mayat di Atas Rajomon) dan jilid ke-31 kisah ke-31, Tachi Haki no Jin ni Sakana wo Uru Ona no Monogatari (Kisah Perempuan Tua yang Menjual Ikan pada Para Serdadu). Konjaku Monogatari adalah kumpulan cerita fiksi yang dihimpun pada abad ke-12. Akutagawa Ryunosuke adalah salah seorang penulis Jepang era Taisho (1912-1926) yang berhasil meraih pembaca dari luar Jepang sangat banyak. Karya-karyanya, sebagaimana karyakarya Natsumesoseki dan Mori Ogai, banyak mengilhami para sastrawan Jepang modern. Hingga akhir hayatnya ia menulis lebih dari seratus cerita pendek (cerpen). Dalam skripsi ini penulis menganalisis salah satu cerpen Akutagawa Ryunosuke yang berjudul Rashomon, yang dilihat dari psikologis tokoh utamanya. Tokoh utama dalam cerpen Rashomon memperlihatkan masalah ego yang menarik untuk dianalisis dimana ego nya berperan besar dalam mempengaruhi perubahan sikap psikologis yang dialami. Penulis juga tertarik dengan ego yang ditunjukkan oleh tokoh utama di akhir cerita, sehingga penulis mencoba menganalisis penyebab munculnya ego yang pada akhirnya membawa tokoh utama kepada pandangan hidup yang berbeda dengan awal cerita.
47
Dalam menganalisis psikologis tokoh utama, saya menggunakan teori psikoanalisis dari Sigmund Freud, karena selain dia orang yang pertama kali menemukan teori dari psikoanalisis, teori freud juga telah banyak dipergunakan untuk penelitian dalam bidang psikologis dan sastra. Penulis mencoba untuk menjelaskan bahwa perubahan sikap psikologis yang diperlihatkan Genin semuanya berkaitan dengan teori psikoanalisis Freud. Pada setiap perubahan psikologis Genin jelas terlihat bahwa yang paling berperan besar adalah ego. Genin yang terjebak antara dua pilihan, memutuskan menjadi pencuri demi memenuhi hasrat dari id nya, akan tetapi ego Genin lah yang paling berperan besar dalam mengambil keputusan untuk menjadi pencuri. Penulis akan menganalisis psikologis Genin berdasarkan teori-teori psikoanalisis dari Sigmund Freud, yaitu Struktur Kepribadian yang terdiri dari id, ego, dan superego, Dinamika Kepribadian yang terdiri dari kecemasan atau ketakutan, yaitu kecemasan realistis dan kecemasan neurotis, dan Perkembangan Kepribadian yang terdiri dari Identifikasi dan Mekanisme Pertahanan yang terdiri dari Represi, Fiksasi, Regresi, Pembentukan reaksi, dan Projeksi. Penulis membagi cerita ini menjadi tujuh tahapan. Selain untuk memudahkan dalam menganalis juga dikarenakan setiap tahapan tersebut dibagi berdasarkan perubahan sikap psikologis atau pandangan hidup dari tokoh utama (Genin). Tahapan pertama adalah Genin yang baru kehilangan pekerjaannya. Ketika Genin kehilangan pekerjaannya ia mengalami fiksasi. Seperti yang telah di jelaskan dalam bab dua, fiksasi adalah terhentinya perkembangan normal pada tahap perkembangan tertentu karena perkembangan lanjutannya sangat sukar sehingga menimbulkan frustasi dan kecemasan yang terlalu kuat. Dalam hal ini Genin yang telah kehilangan pekerjaannya merasakan sebuah kecemasan realistis akan bagaimana ia menjalani hidup atau bagaimana ia dapat 48
bertahan hidup sehingga menyebabkan ia tidak tahu harus berbuat apa sedangkan biasanya ia tahu apa yang harus ia perbuat. Kecemasan Genin mengarahkannya kepada tahapan kedua. Tahapan kedua adalah Konflik batin Genin; yaitu menjadi pencuri atau mati kelaparan. Pada tahapan ini Genin sedang mengalami konflik batin antara mati kelaparan dan menjadi pencuri. Hal itu disebabkan id Genin sebagai pemuas kebutuhan mendasar membutuhkan makan, akan tetapi ada suatu kecemasan realistis akan kemungkinan untuk mati kelaparan, kemudian ego Genin bekerja berdasarkan reatitas yang ada, dalam hal ini ia menjadi pencuri agar ia tidak mati kelaparan, sedangkan superego Genin melarangnya untuk menjadi pencuri. Tahapan ketiga adalah Pertemuan Genin dengan Roba. Ini merupakan tahapan dimana Genin untuk pertama kalinya bertemu dengan Roba, dan merupakan awal mula penyebab berubahnya pandangan hidup Genin boleh melakukan apa saja untuk dapat bertahan hidup termaksud menjadi orang biadab. Ketika Genin ingin naik ke atas menara, Genin melihat seberkas cahaya yang berasal dari dalam menara. Melihat hal tersebut Genin merasakan kecemasan dan ketakutan, oleh sebab itu ia melakukan identifikasi, dimana ia meniru tingkah laku binatang, yaitu kucing yang mengendap-endap dan cicak yang merayap. Dimana Genin yang melakukan identifikasi tersebut bertujuan agar ia dapat mengatasi rasa takut dan mendapatkan informasi mengenai apa yang ada di atas menara. Lalu Tahapan keempat adalah Genin yang melihat Roba mencabuti rambut mayat yang kemudian marah dan mengutuk perbuatan tersebut. Genin yang tadinya ketakutan ketika melihat sosok Roba berubah menjadi perasaan benci dan marah pada Roba. Ketika Genin melihat Roba mulai mencabuti rambut si mayat, dorongan superego yang Genin miliki mulai menundukkan hasrat dari ego nya. Dalam hal ini sesuai dengan teori Freud yang menjelaskan bahwa superego yang memungkinkan manusia memiliki 49
pengendalian diri, selalu akan menuntut kesempurnaan manusia dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. Dimana ego Genin yang pada awalnya mendorong nalurinya untuk menjadi pencuri demi bertahan hidup, kemudian ditaklukkan oleh moral dari superego nya yang membenci segala tindak kejahatan. Tahapan kelima adalah Genin yang mendengarkan cerita Roba serta alasan Roba mencabuti rambut mayat. Genin yang tadinya begitu marah kemudian dengan beraninya menghampiri Roba untuk menangkap dan menghukumnya. Roba yang merasa takut terhadap Genin, akhirnya menceritakan alasan kenapa ia mencabuti rambut mayat. Selama mendengarkan cerita Roba struktur kepribadian Genin perlahan-lahan mulai berubah dari superego yang menolak setiap bentuk kejahatan menjadi ego yang memberanikan dirinya untuk melakukan apa saja agar dapat bertahan hidup. Keberanian yang Genin rasakan disebabkan karena dorogan ego Genin. Dalam hal ini ego Genin bekerja berdasarkan prinsip realitas yang ada yang dikarenakan kecemasan realitis, dimana Genin merasa takut mati kelaparan sehingga ia membuang jauh-jauh pikiran mati kelaparan. Lalu tahapan keenam adalah tahapan yang menggambarkan ego Genin. Pada tahapan ini ego Genin terlihat dengan jelas. Tidak lama setelah mendengarkan pernyataan Roba bahwa untuk dapat bertahan hidup orang boleh melakukan apa saja, Genin yang semula mengutuk tindakan Roba malah merampas pakaian Roba. Genin yang merenggut pakaian yang dikenakan Roba telah kehilangan moral dan hati nuraninya, dimana dorongan ego yang Genin miliki telah menundukkan kesadaran moral dari superego Genin. Pernyataan Roba yang menyatakan bahwa untuk dapat bertahan hidup orang boleh melakukan apa saja itulah yang kemudian justru mempertebal niat Genin untuk menjadi orang bejat dan mempraktekkan ”boleh melakukan apa saja untuk bertahan hidup” terhadap Roba sendiri. 50
Tahapan ketujuh merupakan akhir cerita. Dimana pada akhir cerita, pandangan hidup Genin telah sepenuhnya berubah yaitu boleh melakukan apa saja demi dapat bertahan hidup. Dalam hal ini Genin memutuskan menjadi pencuri atau penyamun di Kota Kyoto agar dapat bertahan hidup. Genin yang pada awalnya terjebak antara dua pilihan, memutuskan menjadi pencuri demi memenuhi hasrat dari id nya, akan tetapi ego Genin lah yang paling berperan besar dalam mengambil keputusan untuk menjadi pencuri. Dalam hal ini sesuai dengan teori freud yang menjelaskan bahwa ego merupakan perkembangan dari id dan harus mencari realitas yang dibutuhkan id. Dan ego-lah yang menyebabkan manusia mampu menundukan hasrat hewaninya dan hidup sebagai wujud rasional. Genin juga terlihat mengalami regresi. Regresi merupakan tahap dimana seseorang mundur ke tahap perkembangan terdahulu. Dalam hal ini Genin mundur ke tahapan sebelumnya dimana ia tadinya telah memutuskan untuk menjadi seorang pencuri. Simpulan dalam skripsi ini adalah psikologis tokoh utama Genin dalam cerita Rashomon terdapat dorongan id, ego, dan superego. Genin lebih memperlihatkan ego nya dibandingkan id dan superego nya, dimana ego lebih berperan besar dalam mempengaruhi perubahan sikap psikologis dan pandangan hidupnya. Genin yang pada akhirnya memutuskan menjadi pencuri merupakan gambaran akhir dari ego Genin, dimana superego Genin yang tadinya masih berperan untuk menghalangi niat buruk Genin menjadi pencuri, kemudian menjadi tidak berperan lagi karena ditaklukan oleh dorongan ego. Lemahnya superego membuat tindakan biadab yang ditunjukan oleh tokoh Genin pada akhir cerita itu dianggap sebagai sesuatu yang wajar dan masuk akal bagi dirinya sendiri. Dalam hal ini Genin adalah seorang yang dewasa oleh karena itu ego Genin lebih berperan besar dibandingkan id nya. Sedangkan ego Genin yang lebih 51
banyak berperan dibandingkan superego nya dikarenakan oleh Genin yang kurang berpendidikan, sehingga ia lebih memilih jalan sebagai seorang pencuri dibandingkan dengan pekerjaan yang lebih halal atau beradab. Dan Genin juga mengalami dan melakukan identifikasi dan mekanisme pertahanan untuk mereduksi dan menghilangkan segala kecemasan yang dikarenakan pengaruh dari luar. Dengan mengetahui psikologis Genin melalui teori psikoanalisis, pembaca pun akan dapat memahami penyebab perubahan sikap psikologis Genin dengan lebih baik lagi.
52