BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Malformasi anorektal merupakan kelainan kongenital yang sering kita jumpai pada kasus bedah anak. Sebagian besar pengarang menulis bahwa rerata insidensi di seluruh dunia adalah 1 per 5000 kelahiran hidup, walaupun kondisi ini lebih sering ditemui pada beberapa area. Insidensinya bervariasi dari 50% sampai 60% abnormalitas yang lebih tinggi disertai dengan lebih banyak malformasi. Terdapat beberapa faktor prognostik yang telah diketahui mempengaruhi terjadinya morbiditas pada malformasi anorektal, seperti abnormalitas pada sakrum, gangguan persarafan pelvis, sistem otot perineal yang tidak sempurna, dan gangguan motilitas kolon (Pena, 2006). Infeksi luka operasi (ILO) masih merupakan sumber morbiditas pasien bedah (Nichols, 1998). Kejadian ILO berkisar 500.000 per tahun pada 27 juta tindakan bedah dan merupakan seperempat kasus infeksi nosokomial di Amerika Serikat tiap tahun (Nichols, 2001). Selama pertengahan tahun 1970, rerata lama rawat di rumah sakit meningkat dua kali, dan biaya rawat inap meningkat jika terjadi ILO pascatindakan operasi. Biaya dan lama rawat di rumah sakit ini menjadi turun pada sebagian besar tindakan operasi yang dilakukan pada pasien rawat jalan, seperti laparoskopi (minimal invasif) atau pasien dengan lama rawat inap singkat. Pada kasus ini, sebagian besar pasien didiagnosis dan diterapi di klinik rawat jalan
1
atau rumah pasien (Nichols, 2001). Tindakan bedah pada kasus malformasi anorektal masih merupakan tindakan yang paling sering dilakukan oleh setiap ahli bedah anak. Kelainan malformasi anorektal ini memiliki insidensi 1:5000 dan lebih banyak dijumpai pada laki-laki. Lebih dari setengah abad terakhir terjadi perkembangan terapi malformasi anorektal dari cut back sederhana ke abdominoperineal pullthrough, sacroperineal pullthrough sampai dengan yang sering dikerjakan saat ini, yaitu posterior sagittal anorectoplasty (PSARP) (Bhatnagar, 2005). Insidensi ILO pascaoperasi pada anak dengan malformasi anorektal belum banyak dilaporkan. Angka ILO tergantung pada banyak faktor meliputi tipe tindakan, komorbiditas dan profilaksis yang diberikan. Angka ILO pada anak dengan malformasi anorektal pascaoperasi tutup stoma sebesar 14%. Angka ILO tidak dipengaruhi oleh pemberian antibiotik oral (Breckler et al., 2010). Analisis 1433 luka operasi pada 1094 neonatus yang dilakukan operasi selama periode April 1975 sampai Desember 1987, rerata insidensi ILO adalah 16,6% (Davenport et al., 1993). Pemberian antibiotik pada 1313 pasien anak yang dilakukan operasi dengan kategori luka bersih, bersih terkontaminasi, kontaminasi dan kotorterinfeksi menunjukkan hasil ILO hanya terjadi pada 22 (1,7%) kasus saja (Ichikawa et al., 2007). Tingginya angka kejadian infeksi luka operasi pada anak dengan malformasi anorektal pascaoperasi pembuatan anus di RSUP Dr. Sardjito, mendorong perlunya dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor prognostik
2
terhadap kejadian ILO pada anak dengan malformasi anorektal pascaoperasi pembuatan anus di RSUP Dr. Sardjito.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah jenis kelamin, usia, jenis malformasi anorektal dan status gizi pasien berhubungan dengan kejadian infeksi luka operasi pada anak dengan malformasi anorektal pascaoperasi pembuatan anus? 2. Apakah teknik operasi anoplasti dan lama operasi berhubungan dengan kejadian infeksi luka operasi pada anak dengan malformasi anorektal pascaoperasi pembuatan anus? 3. Apakah
kadar
albumin,
trombosit
dan
hemoglobin
pascaoperasi
berhubungan dengan kejadian infeksi luka operasi pada anak dengan malformasi anorektal pascaoperasi pembuatan anus?
C. Tujuan Penelitian Dari penelitian ini dapat diketahui faktor-faktor yang memiliki peranan terhadap kejadian infeksi luka operasi pada pasien-pasien malformasi anorektal pascaoperasi definitif, sehingga risiko-risiko yang mempengaruhi infeksi luka operasi dapat diminimalisir dikemudian hari, dan diharapkan dengan mengetahui faktor-faktor risiko tersebut lama rawat inap menjadi lebih singkat.
3
D. Keaslian Penelitian Dari pencarian literatur di PubMed dengan menggunakan kata kunci “surgical site infection”, “wound infection”, dan “anorectal malformation” ditemukan 18 artikel. Empat buah jurnal di antaranya melakukan studi ILO pada pasien anak. Jurnal-jurnal tersebut adalah: No 1
2
3
4
Judul Penelitian Jumlah sampel Wound infection after 118 anak colostomy closure for (<18 tahun) imperforate anus in children: utility of preoperative oral antibiotics (Breckler et al., 2010) Preventing posterior 38 anak sagittal anoplasty (<9 tahun) 'cripples' in areas with limited medical resources: a few modifications to surgical approach in anorectal malformations (Olivieri et al., 2012) Wound Infection in 1094 Pediatric Surgery: A neonatus Study in 1,094 Neonates (Davenport and Doig, 1993) Prospective study of 1313 anak antibiotic protocols for (<15 tahun) managing surgical site infections in children (Ichikawa et al., 2007).
4
Disain Kohor
Perbedaan Jenis operasi (tutup stoma) Disain penelitian
Potong lintang
Jenis operasi Jenis komplikasi
Potong lintang
Usia subjek penelitian Jenis penyakit
Potong lintang
Usia subjek penelitian Jenis penyakit
E. Manfaat Penelitian 1.
Dalam bidang akademik, dapat memberikan informasi tentang faktor prognostik terhadap kejadian infeksi luka operasi pada anak dengan malformasi anorektal pascaoperasi pembuatan anus di RSUP Dr. Sardjito.
2.
Dalam bidang pengembangan penelitian, dapat menyumbang saran dikemudian hari agar faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi luka operasi dapat ditekan, khususnya pada anak dengan malformasi anorektal pascaoperasi pembuatan anus.
5