BAB I PENDAHULUAN
A.
Lata r Belakang Secara nasional cakupan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif di Indonesia berfluktuasi selama 3 tahun terakhir, cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0—5 bulan turun dari 62,2% tahun 2007 menjadi 56,2% pada tahun 2008, namun meningkat lagi pada tahun 2009 menjadi 61,3%. Sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai 6 bulan turun dari 28,6% pada tahun 2007 menjadi 24,3% pada tahun 2008 dan naik lagi menjadi 34,4% pada tahun 2009 (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2009). Cakupan pemberian ASI eksklusif dipengaruhi beberapa hal, terutama masih sangat terbatasnya
tenaga konselor ASI, belum adanya peraturan
perundangan tentang pemberian ASI serta belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi, advokasi dan kampanye terkait pemberian ASI maupun Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI), masih kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana KIE ASI dan MP-ASI dan belum optimalnya membina kelompok pendukung ASI dan MP-ASI (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2009). WHO, UNICEF, dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes No. 450/7 Men. Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 april 2004 telah menetapkan rekomendasi pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Dalam rekomendasi
tersebut,
dijelaskan
bahwa
1
untuk
mencapai
pertumbuhan,
2
perkembangan, dan kesehatan yang optimal, bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama (Dwi, 2009). Berdasarkan data yang diperoleh dari profil kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif hanya sekitar 40,21%. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Demak tahun 2010 rata-rata cakupan pemberian ASI eksklusif sekitar 18,84% dari jumlah bayi 6.349, cakupan ini masih dibawah target yang diharapkan yaitu 80%. Berdasarkan data dari Puskesmas Mranggen 1 didapatkan rata-rata cakupan pemberian ASI eksklusif sekitar 10,33% dari jumlah anak 376 (Dinas Kesehatan Kabupaten Demak, 2010). ASI merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi, sebagian besar pertumbuhan dan perkembangan bayi ditentukan oleh pemberian ASI eksklusif. ASI mengandung zat gizi yang tidak terdapat dalam susu formula. Komposisi zat dalam ASI antara lain 88,1% air, 3,8% lemak, 0,9% protein, 7% laktosa, serta 0,2% zat lainnya yang berupa Decosahexanoic Acid (DHA), Arachidonic Acid (AA), shpynogelin, dan zat gizi lainnya (Dwi, 2009). Terkait itu ada suatu hal yang perlu disayangkan, yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga dan masyarakat mengenai pentingnya ASI bagi bayi. Akibatnya, program pemberian ASI eksklusif tidak berlangsung secara optimal. Masalah rendahnya pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh banyak faktor salah satunya adalah karena masih rendahnya tingkat pengetahuan ibu
3
mengenai pentingnya ASI, hal ini disebabkan karena kurang atau salah informasi mengenai pentingnya manfaat ASI, banyak ibu yang merasa bahwa susu formula lebih baik daripada ASI sehingga ibu lebih percaya bahwa susu formula bisa menambah gizi pada bayinya padahal promosi penambahan Arachidonic Acid (AA), Decosahexanoic Acid (DHA), Arachinoid Acid (ARA), pada susu formula ternyata sudah terkandung dalam komposisi ASI. Demikian juga dengan zat kekebalan tubuh (antibodi) untuk ketahanan tubuh bayi (Weni, 2009). Ibu juga memberikan tambahan makanan selain ASI yaitu diberi pisang dan nasi lembut karena dengan pemberian makanan tambahan kepada bayinya ibu merasa bayinya akan lebih tercukupi kebutuhan gizinya (Utami, 2005). Adapun dampak jika bayi tidak diberi ASI secara eksklusif yaitu bayi akan lebih mudah terkena resiko terjadinya penyakit infeksi seperti infeksi saluran pencernaan (diare), infeksi saluran pernafasan dan infeksi telinga serta menghambat sistem kekebalan tubuh bayi dan terjadinya karies dentis (kerusakan gigi) pada bayi (Dwi, 2009). Sekitar 70 persen wanita Indonesia adalah pekerja, baik di sektor formal maupun informal. Hal ini berarti bagi ibu yang aktif bekerja banyak yang terganggu dalam kegiatan menyusui. Tapi itu bukan menjadi alasan untuk tidak memberi ASI eksklusif bagi bayinya, upaya pemberian ASI eksklusif masih dapat diberikan kepada bayinya dengan ASI perahan (Syarifah, 2008). Pada ibu bekerja pemberian ASI eksklusif sering kali mengalami hambatan karena singkatnya masa cuti hamil, jam kerja yang sangat terbatas dan kesibukan dalam melaksanakan pekerjaan, inilah yang menjadikan bayi tidak memperoleh ASI eksklusif, dan ibu bekerja beranggapan bahwa dengan pemberian ASI eksklusif akan menghabiskan
4
banyak waktu dirumah, sehingga ibu memilih untuk menggunakan susu formula karena dianggap lebih menguntungkan dan membantu saat ibu bekerja, serta ibu bekerja beranggapan bahwa ASI nya tidak mencukupi kebutuhan bayi saat ibu bekerja sehingga ibu bekerja tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya (Dwi, 2009). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada ibu bekerja di Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak diperolah sebanyak 60% tidak memberikan ASI eksklusif alasannya singkatnya masa cuti hamil, kesibukan dalam melaksanakan pekerjaan serta anggapan ibu bekerja dengan memberikan ASI eksklusif saja tidak mencukupi kebutuhan gizi pada bayinya sehingga ibu bekerjamemberikan susu formula dan tambahan makanan selain ASI yaitu bubur nasi dan pisang. Dari uraian diatas perlu diteliti “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Bekerja dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen Kabupaten Demaktahun 2011”.
B. Rumusan Masalah “Adakah Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Bekerja dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen Kabupaten Demaktahun 2011 ?”
5
C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu bekerja dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen Kabupaten Demaktahun 2011.
2.
Tujua n Khusus a.
Mendiskripsikan tingkat pengetahuan ibu bekerja dengan pemberian ASI eksklusif di desa Sumberejo Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.
b.
Mendiskripsikan pemberian ASI eksklusif di Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.
c.
Meng analisis hubungan tingkat pengetahuan ibu bekerja dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.
D.
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1.
Bagi Masyarakat Untuk meningkatkan pengetahuan tentang pemberian ASI eksklusif dan meningkatkan kesadaran dalam pemberian ASI eksklusif.
2.
Bagi Institusi Kesehatan
6
Dapat dijadikan masukan bagi tenaga kesehatan dan peran sertanya untuk meningkatkan pelayanan terhadap ibu dan anak untuk melaksanakan program peningkatan pengetahuan ibu bekerja dengan pemberian ASI eksklusif dan menambah informasi mengenai pemberian ASI eksklusif. 3.
Bagi Peneliti Penelitian ini sangat bermanfaat dalam proses belajar karena akan banyak menambah wawasan yang luas dalam ruang lingkup pemberian ASI eksklusif.
4.
Bagi Mahasiswa Untuk meningkatkan pengetahuan dan tambahan informasi serta dapat digunakan sebagai bahan kajian mengenai pemberian ASI eksklusif bagi mahasiswa khususnya Mahasiswa Kebidanan Universitas Muhammadiyah Semarang.
E.
Keaslian Penelitian Tabel 1.1 keaslian penelitian No 1
Nama Purwaningsih
Judul Beberapa faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Karangawen wilayah kerja Puskesmas Karangawen I Kabupaten Demak tahun 2009
Rancangan Penelitian Jenis penelitian studi diskriptif dengan pendekatan CroosSectional
Variabel Variabel bebas umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan Variabel terikat pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan
Hasil Tidak ada hubungan antara umur dengan pemberian ASI eksklusif, tidak ada hubungan antara pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif, tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif, ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif
2
Desy Nia Pujiastuti
Jenis penelitian deskriptife kuantitatif dengan metode Case Controldan pendekatan Restropektive
3
Wita Wulandari
Hubungan status pekerjaan dan tingkat pengetahuan dengan lamanya pemberian ASI tanpa MPASI pada ibu menyusui yang mempunyai anak usia 6-1 tahun di Desa Bandungrejo Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak tahun 2010 Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan praktik pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah kerja Puskesmas Candi Lama Kota Semarang tahun 2009
Variabel bebas status pekerjaan, tingkat pengetahuan Variabel terikat lamanya pemberian ASI tanpa MPASI Variabel bebas tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif Variabel terikat praktik pemberian ASI eksklusif
Hasil penelitian di Desa Bandungrejo kecamatan Mranggen Kabupaten Demak dengan menggunakan uji pearson menunjukkan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan dengan lamanya pemberian ASI tanpa MPASI pada ibu menyusui yang mempunyai bayi 6-1 tahun Ada hubungan antara tingkat pengetahuanibu tentang ASI eksklusif dengan praktik pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan
Jenis penelitian Eksplanatory Research dengan pendekatan Cross Sectional
7
2
8
Dari penelitian yang dilakukan sebelumnya, terdapat perbedaan antara lain: 1. Variabel penelitian 2. Jenis Penelitian Pada penelitian yang akan dilakukan ialah hubungan tingkat pengetahuan ibu bekerja dengan pemberian ASI eksklusif, dengan variabel bebas tingkat pengetahuan ibu bekerja dan variabel terikat pemberian ASI eksklusif dan metode jenis penelitian analitik. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu Purwaningsih menggunakan
variabel bebas umur, pendidikan, pekerjaan,
pengetahuan dan variabel terikat pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan metode jenis penelitian diskriptif dengan pendekatan croos sectional. Sedangkan dengan Desy Nia Pujiastuti menggunakan variabel bebas status pekerjaan, tingkat pengetahuan dan variabel terikat lamanya pemberian ASI tanpa MPASI metode jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan Restropektif, serta Witta Wulandari menggunakan variabel bebas tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan variabel terikat praktik pemberian ASI eksklusif.