BAB 5 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS
5.1
Review Demand Dalam melakukan pendesainan terhadap gedung terminal penumpang BIJB ini, kami menggunakan skenario pertumbuhan demand medium berdasarkan data yang kami peroleh dari Master Plan BIJB pada phase pertama (sampai tahun 2020). Kondisi pertumbuhan medium tersebut menggambarkan Pertumbuhan PDRB pada Provinsi Jawa Barat sebesar 3.8% per tahun. Pemilihan atas kondisi medium ini dikarenakan kondisi tersebut merupakan kondisi yang optimal, dimana kondisi tersebut tidaklah terlalu over-optimistic maupun over-pessimistic. Berdasarkan hal tersebut, maka jumlah penumpang yang digunakan sebagai kriteria desain adalah sebesar 10,843,402 orang untuk penumpang domestik dan sebesar 1,474,705 orang untuk penumpang internasional. Sedangkan jumlah penumpang jam puncak yang akan dilayani oleh BIJB pada tahun 2020 adalah sebesar 1,240 orang untuk penumpang domestik dan 400 orang untuk penumpang internasional. Hasil perhitungan dengan menggunakan kisaran persentase volume tahunan, sebagaimana diberikan oleh Horonjeff, yaitu sebesar 0.03% dari volume penumpang tahunan memberikan nilai penumpang jam puncak sebesar 1,627 orang untuk penumpang domestik dan 443 orang untuk penumpang internasional. Kriteria desain yang kami pilih tetap disesuaikan dengan jumlah penumpang jam puncak yang digunakan oleh Dinas Perhubungan. Pemilihan yang kami lakukan tersebut dikarenakan angka yang dihasilkan berdasarkan Horonjeff adalah terlalu besar dan dapat menimbulkan over-design. Pemilihan volume perencanaan yang lebih kecil tersebut lebih dikarenakan pada tahun 2020 tersebut akan dibuka pengembangan tahap 2 BIJB, dengan jumlah penumpang jam puncak desain yang akan lebih besar. Sehingga akan lebih optimal apabila desain untuk pengembangan tahap 1 ini dilakukan dengan volume perencanaan yang lebih kecil.
59
Konsep Distribusi Terminal Konsep yang digunakan dalam perencanaan terminal penumpang ini adalah konsep pier finger. Dalam konsep ini, terdapat sebuah gedung utama terminal dan beberapa pier yang memanjang dari gedung utama tersebut. Dalam desain yang kami lakukan, direncanakan akan terdapat 4 buah pier dengan 8 buah parking stand untuk pesawat dan 8 buah gate pada masing-masing pier. Desain terminal tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.1. Pemilihan sistem pier ini dikarenakan system ini akan lebih akomodatif untuk pengembangan lebih lanjut di masa yang akan datang guna mengakomodasi pertambahan jumlah pergerakan penumpang tahunan. Untuk mengatasi salah satu kelemahan dari sistem pier ini, yaitu penumpang perlu berjalan jauh dari gedung utama terminal ke gate dan sebaliknya, kami melakukan antisipasi dengan memasang sistem ban berjalan pada pier yang ada. Berdasarkan standar IATA, jarak paling jauh untuk penumpang berjalan kaki dimana penumpang masih merasa nyaman adalah sejauh 300 m. Panjang pier yang kami rencanakan pada terminal penumpang BIJB ini adalah mencapai 350 m. Untuk mengatasi jarak yang jauh ini diperlukan ban berjalan (moving walkways) agar penumpang tidak terlalu jauh berjalan serta kemyamanan penumpang tetap dapat terjaga. Ban berjalan yang dipakai menggunakan spesifikasi Hitachi tipe S1400MXH yang bisa melayani 9000 orang/jam dengan kecepatan 40 m/menit. Dengan jumlah penumpang jam puncak sebanyak 1240 orang untuk penumpang domestic dan 400 orang untuk penumpang internasional, maka dengan spesifikasi ban berjalan yang dipakai dapat digunakan.
Musholla
Gif t Sh op
R estoran
Musho lla
Gift Shop
Gift Shop
Restoran
Gi ft S hop
Telephone
Telephone
Execu tive Lounge
Executiv e Loun ge
Telepho ne boo th
Moving Sidewalks
Cafe Cafe
Cafe Cafe Business Center
Nursery
Lost Found
Moving Sidewalks
Food Court
Airport
Airport Security Management
Starbucks
Moving Sidewalks
Gift Shop
R estoran
Bread Talk
Gift Krispy Musholla Shop Kreme
Business Center
Lost and Restoran Found
Periplus
Executive Lounge
Telepho ne boo th
ATM
Gift Shop
Gift Shop
Fiscal and Port Immigration Health Office Authority
Executive Lounge
Restoran
Airlines Office
Showroom industri Jabar Periplus
Money Changer
Starbucks
Krispy Kreme
Bread Talk
Gift Shop
Telephone
Restoran
Executive Lounge
Showroom industri Jabar
Airlines Check-in Office ATM
Telephone
Musholla
Airlines Office
Musholla
Restaurant Restaurant
Hotel Car Taxi Reservt Rent Srvc
G ift S hop
Restaurant
Airport Management
Moving Sidewalks
Telephone
Airport Security
Gi ft S hop
5.2
LAYOUT GEDUNG TERMINAL PENUMPANG LANTAI 2
Gambar 5.1 Konsep Distribusi Terminal Bandara Jawa Barat
60
5.3
Sirkulasi Terminal Sirkulasi pada terminal penumpang ini direncanakan dibagi menjadi 2, yaitu sirkulasi horizontal serta sirkulasi vertikal. Sirkulasi horizontal meliputi sirkulasi pergerakan penumpang pada lantai 1 dan 2 dari gedung terminal penumpang, baik untuk terminal domestik maupun terminal internasional. Diagram sirkulasi horizontal yang direncanakan pada gedung terminal penumpang Bandara Internasional Jawa Barat ini dapat dilihat pada Gambar 5.2. Sirkulasi vertikal meliputi sirkulasi pergerakan penumpang pada kedua lantai gedung terminal yang menggambarkan sirkulasi keberangkatan dan kedatangan penumpang yang diproses pada lantai yang berbeda. Diagram sirkulasi vertikal yang direncanakan pada gedung terminal penumpang Bandara Internasional Jawa Barat ini dapat dilihat pada Gambar 5.3 dan 5.4.
Gambar 5.2 Sirkulasi Horizontal Bandara Jawa Barat
61
Gambar 5.3 Sirkulasi Vertikal Terminal Domestik
Gambar 5.4 Sirkulasi Vertikal Terminal Internasional 5.4
Kebutuhan Ruang Terminal Penumpang Kebutuhan ruang pada suatu terminal penumpang didasarkan pada jumlah penumpang tahunan yang akan dilayani oleh bandara tersebut pada tahun perencanaan. Pada tahun perencanaan 2020, jumlah penumpang tahunan yang diramalkan akan dilayani oleh bandara ini adalah sebesar 10,843,302 orang penumpang domestik dan 1,474,705 orang penumpang internasional. Dari jumlah penumpang tersebut, serta menggunakan beberapa asumsi pendukung, dapat ditentukan kebutuhan ruang untuk tiap fasilitas yang harus tersedia pada bandara tersebut
5.4.1
Asumsi Yang Digunakan Dalam melakukan perhitungan kebutuhan ruang terminal penumpang ini, kami menggunakan beberapa asumsi pendukung yang didasarkan atas nilai yang biasa digunakan oleh industri penerbangan dalam perencanaan suatu bandara. Adapun asumsi-asumsi yang kami gunakan adalah sebagai berikut: a. Jumlah penumpang tahunan domestik pada tahun 2020 (x) : 10,843,302 penumpang (Dishub Jabar, 2005) b. Jumlah penumpang tahunan internasional pada tahun 2020 (x) : 1,474,705 penumpang (Dishub Jabar, 2005) c. jumlah penumpang internasional berangkat pada waktu sibuk (a) : 400 penumpang (Dishub Jabar, 2005)
62
d. jumlah penumpang internasional transfer (b) : 60 penumpang (asumsi 15% transfer) e. jumlah penumpang domestik berangkat pada waktu sibuk (a) : 1,240 penumpang (Dishub Jabar, 2005) f. jumlah penumpang domestik transfer (b) : 186 penumpang (asumsi 15% transfer) g. jumlah penumpang internasional datang pada waktu sibuk (c) : 400 penumpang (Dishub Jabar, 2005) h. jumlah penumpang domestik datang pada waktu sibuk (c) : 1,240 penumpang (Dishub Jabar, 2005) i. jumlah pengunjung per penumpang (f) : 4 orang (asumsi berdasarkan kondisi sosial budaya Indonesia) j. waktu pemrosesan check-in per penumpang (t1) : 2 menit (Horonjeff, 1994) k. waktu pemrosesan passport per penumpang (t2) : 3 menit (rata-rata di Bandara Soekarno-Hatta) l. proporsi penumpang yang menggunakan mobil/taksi (p) : 0.94 (Masterplan) m. rata-rata waktu tunggu terlama (u) : 120 menit n. rata-rata waktu tunggu tercepat (v) : 60 menit o. proporsi penumpang menunggu terlama (i) : 0.4 p. proporsi penumpang menunggu tercepat (k) : 0.6 q. maksimum jumlah kursi pesawat terbesar yang dilayani (m) : 400 kursi (B 747-400) r. waktu kedatangan penumpang pertama sebelum boarding di gate hold (g) : 120 menit s. waktu kedatangan penumpang terakhir sebelum boarding di gate hold (g) : 60 menit t. kebutuhan ruang per penumpang (s) : 1 m2 (IATA, 1995) u. proporsi penumpang datang dengan menggunakan wide body aircraft (q) : 0.4 (Masterplan) v. proporsi penumpang datang dengan menggunakan narrow body aircraft (r) : 0.6 (Masterplan) w. jumlah gate terminal internasional : 8 gate x. jumlah gate terminal domestik : 24 gate 5.4.2
Kerb Celukan yang digunakan sebagai ruang untuk menaikkan dan menurunkan penumpang dari kendaraan. Untuk menentukan panjang dari kerb digunakan rumus berikut, a. kerb kedatangan : (0.095 × c × p ) + 10% (5.1) 63
b. kerb keberangkatan : (0.095 × a × p ) + 10%
(5.2)
berdasarkan rumus tersebut dan asumsi yang telah disebutkan diatas, didapatkan panjang kerb sebagai berikut, a. kerb kedatangan internasional: (0.095 × c × p ) + 10% (0.095 × 400 × 0.94) + 10% : 39.292 m = 40 m
b. kerb keberangkatan internasional: (0.095 × a × p ) + 10% : (0.095 × 400 × 0.94) + 10% : 39.292 m = 40 m
c. kerb kedatangan domestik: (0.095 × c × p ) + 10% (0.095 × 1240 × 0.94) + 10% 121.8 m = 125 m
d. kerb keberangkatan internasional: (0.095 × a × p ) + 10% : (0.095 × 1240 × 0.94) + 10% : 121.8 m = 125 m
5.4.3
Hall Keberangkatan dan Kedatangan Ruang tunggu umum yang dapat dipergunakan baik oleh penumpang, pengantar, maupun pengunjung bandara pada umumnya. Pada area ini biasanya terdapat toko dan restoran yang digunakan untuk meningkatkan kenyamanan pengguna bandara. Luas hall keberangkatan dan kedatangan ini ditentukan dengan menggunakan rumus, a. hall kedatangan : [0.375 × (b + c + (2 × c × f ))] + 10% (5.3) b. hall keberangkatan : 0.75 × (a × (1 + f ) + b )
(5.4)
berdasarkan rumus tersebut dan asumsi yang telah disebutkan diatas, didapatkan luas hall keberangkatan dan kedatangan sebagai berikut, a. hall kedatangan internasional : [0.375 × (b + c + (2 × c × f ))] + 10%
[0.375 × (60 + 400 + (2 × 400 × 4))] + 10% : 1,509.8 m² = 1,510 m² b. hall keberangkatan internasional : 0.75 × (a × (1 + f ) + b ) 0.75 × (400 × (1 + 4) + 60) : 1,545 m² = 1,550 m² c. hall kedatangan domestik : [0.375 × (b + c + (2 × c × f ))] + 10% [0.375 × (186 + 1240 + (2 × 1240 × 4))] + 10% : 4,680.2 m² = 4,700 m² d. hall keberangkatan domestik : 0.75 × (a × (1 + f ) + b ) 0.75 × (1240 × (1 + 4) + 186) : 4,789.5 m² = 4,800 m²
5.4.4
Check-in Area Tempat bagi penumpang untuk menyelesaikan administrasi penerbangan, menukarkan tiket dengan boarding pass, serta melakukan pemrosesan bagasi. Jumlah counter check-in yang dibutuhkan ditentukan dengan menggunakan rumus,
64
⎡ (a + b ) × t1 ⎤ (5.5) ⎢ ⎥ + 10% 60 ⎣ ⎦ Sedangkan luas area yang dibutuhkan untuk mengakomodasi jumlah counter check-in tersebut ditentukan dengan menggunakan rumus, (0.25 × (a + b)) + 10% (5.6) berdasarkan rumus tersebut dan asumsi yang telah disebutkan diatas, didapatkan Jumlah counter check-in sebagai berikut, ⎡ (400 + 60 ) × 2 ⎤ a. counter check-in internasional, ⎢ ⎥⎦ + 10% : 16.9 buah = 17 60 ⎣ buah
⎡ (1240 + 186 ) × 2 ⎤ b. counter check-in domestik, ⎢ ⎥⎦ + 10% : 52.3 buah = 53 60 ⎣ buah dan area check-in seluas, a. area check-in internasional, (0.25 × (400 + 60)) + 10% : 126.5 m² = 150 m²
b. area check-in domestik, (0.25 × (1240 + 186)) + 10% : 392.2 m² = 400 m² 5.4.5
Pemeriksaan Security (terpusat) Meliputi pemeriksaan x-ray terhadap penumpang dan barang bawaan mereka. Jumlah x-ray yang dibutuhkan untuk pemeriksaan security (terpusat) dapat a+b ditentukan dengan menggunakan rumus berikut, (5.7) 300 berdasarkan rumus tersebut dan asumsi yang telah disebutkan diatas, didapatkan jumlah x-ray yang dibutuhkan sebagai berikut, a. Pemeriksaan security (terpusat) internasional, a + b 400 + 60 : : 1.5 buah = 2 buah 300 300 b. Pemeriksaan security (terpusat) domestik, a + b 1240 + 186 : : 4.8 buah = 5 buah 300 300
5.4.6
Pemeriksaan Security (Gate hold room) Meliputi pemeriksaan x-ray terhadap penumpang dan barang bawaan mereka. Jumlah x-ray yang dibutuhkan untuk pemeriksaan security (gate hold room) dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut, m 0.2 × (5.8) g −h berdasarkan rumus tersebut dan asumsi yang telah disebutkan diatas, didapatkan jumlah x-ray yang dibutuhkan sebagai berikut,
65
a. Pemeriksaan security (gate hold room) internasional, m 400 0.2 × : 0.2 × : 1.3 buah = 2 buah 120 − 60 g −h b. Pemeriksaan security (gate hold room) domestik, m 400 0.2 × : 0.2 × : 1.3 buah = 2 buah g −h 120 − 60 5.4.7
Gate Hold Room Luas Gate hold room dapat ditentukan dengan rumus, m× s (5.9) berdasarkan rumus tersebut dan asumsi yang telah disebutkan diatas, didapatkan luas gate hold room yang dibutuhkan sebagai berikut, a. Terminal internasional : m × s : 400 ×1 : 400 m² b. Terminal domestik : m × s : 400 ×1 : 400 m² Sedangkan luas total dari gate hold room adalah 400 m² x jumlah gate yang ada, sehingga luas total gate hold room adalah, a. Terminal internasional : 400 m² x 8 : 3,200 m² b. Terminal domestik : 400 m² x 24 : 9,600 m²
5.4.8
Area Pemeriksaan Passport Bagian dari terminal internasional yang digunakan oleh imigrasi untuk melakukan pemeriksaan passport terhadap semua penumpang internasional. Luas area pemeriksaan passport dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut,
0.25 × ( b + c )
(5.10)
berdasarkan rumus tersebut dan asumsi yang telah disebutkan diatas, didapatkan luas area pemeriksaan passport yang dibutuhkan sebagai berikut,
0.25 × ( 400 + 60 ) : 115 m² 5.4.9
Ruang Tunggu Keberangkatan Ruang tunggu khusus bagi penumpang setelah melewati proses check-in dan pemeriksaan security. Pada area ini, terdapat beberapa fasilitas konsesi berupa toko maupun restoran untuk meningkatkan kenyamanan penumpang selama menunggu pesawat mereka. Luas ruang tunggu keberangkatan dapat ditentukan dengan rumus, ⎡c ⎤ (5.11) ⎢⎣ 30 × ( ( u × i ) + ( v × k ) ) ⎥⎦ + 10%
66
berdasarkan rumus tersebut dan asumsi yang telah disebutkan diatas, didapatkan luas ruang tunggu keberangkatan yang dibutuhkan sebagai berikut, a. Ruang tunggu keberangkatan internasional : ⎡ 400 ⎤ ⎢⎣ 30 × ( (120 × 0.4 ) + ( 60 × 0.6 ) ) ⎥⎦ + 10% : 1,232 m² = 1,300 m² b. Ruang tunggu keberangkatan domestik : ⎡1240 ⎤ ⎢⎣ 30 × ( (120 × 0.4 ) + ( 60 × 0.6 ) ) ⎦⎥ + 10% : 3,819.2 m² = 3,900 m² 5.4.10 Baggage Claim Luas area dan jumlah baggage claim devices yang dibutuhkan untuk melayani kedatangan domestik dan internasional. Rumus untuk menentukan luas area dan jumlah baggage claim devices adalah sebagai berikut, a. Luas area : [ 0.9 × c ] + 10%
(5.12)
c×q c×r (5.13) + 425 300 berdasarkan rumus tersebut dan asumsi yang telah disebutkan diatas, didapatkan luas area dan jumlah baggage claim devices yang dibutuhkan sebagai berikut,
b. Jumlah baggage claim devices :
a. Luas area baggage claim internasional : [ 0.9 × 400] + 10% : 396 m² = 400 m² b. Luas area baggage claim domestik : [ 0.9 ×1240] + 10% : 1,227.6 m² = 1,230 m² c. Jumlah baggage claim devices internasional :
400 × 0.4 400 × 0.6 + 425 300
: 1.176 buah = 2 buah d. Jumlah baggage claim devices domestik :
1240 × 0 1240 × 1 + 425 300
: 4.1 buah = 5 buah 5.4.11 Fasilitas Konsesi Terminal Domestik Fasilitas tambahan dalam suatu bandara. Umumnya dibangun untuk menambah kenyamanan penumpang selama mereka melakukan pergerakan di dalam terminal. Fasilitas konsesi ini dapat meliputi, executive lounge, cafe, restoran, toko buku, toko cinderamata, dll. Adapun fasilitas konsesi yang kami sediakan dalam perencanaan terminal penumpang ini, berdasarkan standar ICAO, adalah:
67
a. Toko buku luas area :
65 × x 65 × 10,843,302 : : 704.8 m² = 705 m² 1, 000, 000 1, 000, 000
b. Gift shop luas area :
65 × x 65 × 10,843,302 : : 704.8 m² = 705 m² 1, 000, 000 1, 000, 000
c. Salon dan pangkas rambut 10 × x 10 × 10,843,302 luas area : : : 108.4 m² = 110 m² 1, 000, 000 1, 000, 000 d. Penyewaan mobil dan reservasi hotel 35 × x 35 × 10,843,302 luas area : : : 379.5 m² = 380 m² 1, 000, 000 1, 000, 000 e. Display luas area :
8× x 8 × 10,843,302 : : 86.7 m² = 90 m² 1, 000, 000 1, 000, 000
f. Kios asuransi 14 × x 14 × 10,843,302 luas area : : : 151.8 m² = 155 m² 1, 000, 000 1, 000, 000 g. Lost and Found 6.5 × x 6.5 × 10,843,302 luas area : : : 70.5 m² = 75 m² 1, 000, 000 1, 000, 000 h. Telepon umum 9× x 9 × 10,843,302 luas area : : : 97.6 m² = 100 m² 1, 000, 000 1, 000, 000 i. Toilet umum 120 × x 120 × 10,843,302 luas area : : : 1,301.2 m² = 1,310 m² 1, 000, 000 1, 000, 000 j. Restoran dan café luas area : 1,200 m² (asumsi dari standar bandara lain) k. Executive lounge luas area : 1,000 m² (asumsi dari standar bandara lain) l. Business centre luas area : 500 m² (asumsi dari standar bandara lain) m. Showroom hasil industri Jabar luas area : 500 m² (asumsi dari standar bandara lain) n. Kantor airlines luas area : 500 m² (asumsi dari standar bandara lain) o. Nursery room luas area: 100 m² (asumsi dari standar bandara lain)
68
p. Port health authority luas area: 200 m² (asumsi dari standar bandara lain) q. Security luas area: 300 m² (asumsi dari standar bandara lain) r. Pengelola bandara luas area: 500 m² (asumsi dari standar bandara lain) s. Lift dan eskalator luas area: 200 m² (asumsi dari standar bandara lain) adapun luas total dari fasilitas konsesi untuk terminal domestik adalah, 8,630 m² 5.4.12 Fasilitas Konsesi Terminal Internasional Fasilitas tambahan dalam suatu bandara. Umumnya dibangun untuk menambah kenyamanan penumpang selama mereka melakukan pergerakan di dalam terminal. Fasilitas konsesi ini dapat meliputi, executive lounge, cafe, restoran, toko buku, toko cinderamata, dll. Adapun fasilitas konsesi yang kami sediakan dalam perencanaan terminal penumpang ini, berdasarkan standar ICAO, adalah: a. Toko buku luas area :
65 × x 65 × 1, 474, 705 : : 96 m² = 100 m² 1, 000, 000 1, 000, 000
b. Gift shop luas area :
65 × x 65 × 1, 474, 705 : : 96 m² = 100 m² 1, 000, 000 1, 000, 000
c. Salon dan pangkas rambut 10 × x 10 × 1, 474, 705 : : 15 m² = 20 m² luas area : 1, 000, 000 1, 000, 000 d. Penyewaan mobil dan reservasi hotel 35 × x 35 × 1, 474, 705 luas area : : 52 m² = 60 m² : 1, 000, 000 1, 000, 000 e. Display luas area :
8× x 8 × 1, 474, 705 : : 12 m² = 15 m² 1, 000, 000 1, 000, 000
f. Kios asuransi 14 × x 14 × 1, 474, 705 luas area : : : 21 m² = 25 m² 1, 000, 000 1, 000, 000 g. Lost and Found 6.5 × x 6.5 × 1, 474, 705 luas area : : : 10 m² = 10 m² 1, 000, 000 1, 000, 000 69
h. Telepon umum 9× x 9 × 1, 474, 705 luas area : : : 13 m² = 13 m² 1, 000, 000 1, 000, 000 i. Toilet umum 120 × x 120 × 1, 474, 705 luas area : : : 177 m² = 180 m² 1, 000, 000 1, 000, 000 j. Restoran dan café luas area : 500 m² (asumsi dari standar bandara lain) k. Executive lounge luas area : 200 m² (asumsi dari standar bandara lain) l. Business centre luas area : 200 m² (asumsi dari standar bandara lain) m. Showroom hasil industri Jabar luas area : 150 m² (asumsi dari standar bandara lain) n. Kantor airlines luas area : 300 m² (asumsi dari standar bandara lain) o. Nursery room luas area : 50 m² (asumsi dari standar bandara lain) p. Money changer luas area : 200 m² (asumsi dari standar bandara lain) q. Karantina luas area : 100 m² (asumsi dari standar bandara lain) r. Port health authority luas area : 100 m² (asumsi dari standar bandara lain) s. Security luas area : 100 m² t. Pengelola bandara luas area : 500 m² u. Lift dan eskalator luas area : 200 m² adapun luas total dari fasilitas konsesi terminal internasional adalah, 3,123 m² 5.4.13 Luas Kotor Gedung Terminal Dari beberapa luas area yang telah kita dapatkan diatas, kita dapat menentukan luas kotor dari gedung terminal yaitu, a. terminal internasional 1,510m2 +1,550m2 +150m2 +3,200m2 +1,300m2 + 400m2 +115m2 +3,123m2 : 11,348 m² b. terminal domestik 4,700m2 +4,800m2 +400m2 +9,600m2 +3,900m2 +400m2 + 8,630m2 : 32,430 m²
70
5.4.14 HVAC (Heating, Ventilation, Air Conditioning) Ruangan tempat meletakkan mesin-mesin yang diperlukan untuk mengoperasikan generator, AC, dan peralatan listrik lain nya. Rumus untuk menentukan luas area yang dibutuhkan untuk HVAC adalah sebagai berikut, 15% x luas kotor gedung berdasarkan rumus tersebut dan perhitungan yang telah didapatkan diatas, didapatkan luas area HVAC yang dibutuhkan sebagai berikut, a. terminal internasional, 15% x 11,348 m² : 1,702.2 m² = 1,710 m² b. terminal domestik, 15% x 32,430 m² : 4,864.5 m² = 4,900 m² 5.4.15 Struktur Gedung Untuk penempatan dinding serta kolom, diasumsikan sebesar 5% dari luas kotor total dari gedung. Berdasarkan rumus tersebut, maka luas yang diperuntukan bagi struktur gedung adalah sebesar, a. terminal internasional, 5% × (11,348m 2 + 1, 710m 2 ) : 652.9 m² = 660 m²
b. terminal domestik, 5% × ( 32, 430m 2 + 4,900m 2 ) : 1,866.5 m² = 1,870 m² 5.4.16 Luas Total Desain Terminal Berdasarkan perhitungan atas luas berbagai fasilitas terminal yang dibutuhkan, dapat ditentukan luas total dari terminal sebagai berikut, a. terminal internasional, 11,348m 2 + 1, 710m 2 + 660m 2 : 13,720 m² b. terminal domestik, 32, 430m 2 + 4,900m 2 + 1,870m 2 : 39,200 m² 5.4.17 Luas Aktual Terminal Dalam melakukan penempatan fasilitas – fasilitas terminal yang telah direncanakan di atas kedalam layout gedung terminal, kami melakukan beberapa penyesuaian terhadap luas masing – masing fasilitas terminal tersebut. Penyesuaian ini dilakukan untuk mengakomodasi penempatan sistem struktural bangunan seperti kolom, kedalaman terminal, bentuk layout terminal, faktor kenyamanan dan estetika, serta kesesuaian dengan fasilitas pendukung lain dari bandara seperti apron, parkir, jalan akses, dan sebagainya. Adapun luas aktual masing – masing fasilitas terminal yang telah disesuaikan berdasarkan layout dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan 5.2.
71
Tabel 5.1 Luas Aktual Terminal Domestik BIJB Fasilitas Kerb Hall Keberangkatan Hall Kedatangan Check-in Area Ruang Sirkulasi dan Tunggu Baggage Claim Area Gate Hold Room Fasilitas Konsesi Total
Luas Aktual 767 m² 4,708 m² 4,800 m² 2,340 m² 11,520 m² 4,010 m² 11,040 m² 3,820 m² 43,005 m²
Tabel 5.2 Luas Aktual Terminal Internasional BIJB Fasilitas Kerb Hall Keberangkatan Hall Kedatangan Check-in Area Area Pemeriksaan Passport Ruang Sirkulasi dan Tunggu Baggage Claim Area Gate Hold Room Fasilitas Konsesi Total
Luas Aktual 312 m² 1,500 m² 1,650 m² 870 m² 480 m² 2,948 m² 1,100 m² 3,680 m² 1,490 m² 14,030 m²
5.4.18 Level of Service Level of Service (LOS) dapat dinyatakan sebagai suatu nilai yang menyatakan kemampuan dari supply untuk memenuhi demand yang ada dan mengabungkan penilaian aspek kuantitatif maupun kualitatif terhadap tingkat kenyamanan. IATA telah mengeluarkan suatu standar untuk memperhitungkan Level of Service pada suatu gedung terminal penumpang yang dapat dilihat pada Tabel 5.3. Adapun penilaian Level of Service dari desain Gedung Terminal Penumpang Bandara Internasional Jawa Barat ini berdasarkan standar IATA tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.4 dan 5.5. Adapun contoh perhitungan untuk Level of Service ini dapat dilihat sebagai berikut, a. Hall keberangkatan domestik (luas aktual : 4,708 m²) y 3 ⎡⎣ a (1 + o ) + b ⎤⎦ × 60 2 ⎡ 3 1240 (1 + 4 ) + 186⎤⎦ 20 4708 = s × × ⎣ 60 2 4708 = s × 3193 4708 s= = 1.47m2 3193 A = s×
72
b. Hall kedatangan domestik (luas aktual : 4,770 m²) ⎛ w(d + b) z × d × o ⎞ A = s × ⎜⎜ + ⎟ 60 60 ⎟⎠ ⎝ ⎛ 15 (1240 + 186 ) 30 × 1240 × 4 ⎞ + 4770 = s × ⎜⎜ ⎟⎟ 60 60 ⎝ ⎠ 4770 = s × 2836.5 s=
4770 = 1.68m 2 2836.5
c. Check-in Area domestik (luas aktual : 2,340 m²) A = s×
⎞ 20 ⎛ 3 ( a + b ) × ⎜⎜ − ( a + b ) ⎟⎟ 60 ⎝ 2 ⎠
2340 = s ×
⎞ 20 ⎛ 3 (1240 + 186 ) × ⎜⎜ − (1240 + 186 ) ⎟⎟ 60 ⎝ 2 ⎠
2340 = s × 237.667 s=
2340 = 9.8m 2 237.667
Tabel 5.3 Standar Level of Service IATA Standar LOS (m² / penumpang) A B C Check-in Area 1.8 1.6 1.4 Ruang Tunggu dan Sirkulasi 2.7 2.3 1.9 Gate Hold Room 1.4 1.2 1.0 Baggage Claim Area 2.0 1.8 1.6
D 1.2 1.5 0.8 1.4
E 1.0 1.0 0.6 1.2
Keterangan : A : LOS sangat baik, kondisi arus bebas, tingkat kenyamanan sangat baik B : LOS tinggi, kondisi arus stabil, sangat sedikit delay, tingkat kenyamanan tinggi C : LOS baik, kondisi arus stabil, delay masih dapat diterima, tingkat kenyamanan baik D : LOS tidak mencukupi, kondisi arus tidak stabil, delay tidak dapat diterima, tingkat kenyamanan tidak mencukupi E : LOS tidak dapat diterima Tabel 5.4 Level of Service Fasilitas Terminal Domestik BIJB Penumpang Penumpang Pengantar Luas Aktual m² / pnp Fasilitas berangkat (org) transfer (org) per pnp (org) (m²) Hall Keberangkatan 1,240 186 4 4,708 1.5 Hall Kedatangan 1,240 186 4 4,800 1.7 Check-in Area 1,240 186 4 2,340 9.8 1,240 186 4 11,520 6.6 Ruang Tunggu dan Sirkulasi Gate Hold Room 1,240 186 4 11,040 1.2 Baggage Claim Area 1,240 186 4 4,007 5.6
73
LOS n/a n/a A A B A
Tabel 5.5 Level of Service Fasilitas Terminal Internasional BIJB Penumpang Penumpang Pengantar Luas Aktual m² / pnp berangkat (org) transfer (org) per pnp (org) (m²) Fasilitas Hall Keberangkatan 400 60 4 1,500 1.5 Hall Kedatangan 400 60 4 1,650 1.8 Check-in Area 400 60 4 870 11.3 Ruang Tunggu dan Sirkulasi 400 60 4 2,948 7.4 Gate Hold Room 400 60 4 3,680 1.2 Area Pemeriksaan Passport 400 60 4 476 4.1 Baggage Claim Area 400 60 4 1,100 4.8
5.4.19 Analisis Kebutuhan Ruang Terminal Penumpang Berdasarkan review demand yang telah kami lakukan pada langkah sebelumnya, didapatkan jumlah penumpang tahunan yang akan dilayani oleh Bandara Internasional Jawa Barat ini adalah sebesar 10,843,302 orang penumpang domestik dan 1,474,705 orang penumpang internasional. Gedung terminal yang direncanakan haruslah dapat menampung jumlah penumpang tersebut dengan efisien. Efisiensi dari gedung terminal penumpang tersebut dapat ditentukan dengan luas ruang terminal penumpang serta kelengkapan fasilitas yang memadai. Diantara beberapa fasilitas yang harus ada pada suatu gedung terminal penumpang antara lain adalah kerb, hall, check-in area, dan lain-lain. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diatas, diperoleh luas dari fasilitas – fasilitas yang ada tersebut. Selain fasilitas – fasilitas tersebut, kami juga menambahkan beberapa fasilitas konsesi agar kenyamanan penumpang selama melakukan pergerakan di dalam gedung terminal dapat ditingkatkan. Adapun contoh dari fasilitas konsesi tersebut adalah restoran dan toko buku. Luas dari masing – masing fasilitas konsesi tersebut dapat dilihat pada sub bab 5.4.11 dan 5.4.12. Penjumlahan dari luas seluruh fasilitas dan fasilitas konsesi tersebut menghasilkan luas kotor terminal sebesar 11,348 m² untuk terminal internasional dan 32,430 m² untuk terminal domestik. Suatu luas bangunan tertentu perlu ditambahkan terhadap luas kotor terminal untuk mengakomodasi kebutuhan HVAC dan juga kebutuhan untuk struktur gedung itu sendiri. Adapun luas HVAC tersebut adalah 6,610 m² dan luas untuk struktur gedung adalah 2,530 m². Luas total terminal, yaitu luas keseluruhan fasilitas ditambah dengan luas untuk HVAC dan struktur gedung, adalah 13,720 m² untuk terminal internasional dan 39,200 m² untuk terminal domestik.
74
LOS n/a n/a A A B n/a A
5.5
PERENCANAAN STRUKTUR
5.5.1
Preliminary Design Preliminary design atau perencanaan awal dari suatu struktur meliputi perencanaan awal terhadap dimensi balok, dimensi kolom, dan dimensi pelat. a. Perencanaan awal dimensi balok Tinggi minimum balok (h) diperoleh dengan mengikuti pada peraturan SNI 03-2847-2002 pasal 11.5 mengenai tinggi minimum balok dan pelat yang diizinkan. Estimasi tinggi minimum balok tersebut diperoleh dengan rumus, L (5.14) h= 12 dimana, h = tinggi minimum balok (h) (mm) L = panjang bentang (mm) Estimasi untuk lebar minimum balok diperoleh dengan rumus, h (5.15) b= 2 Berdasarkan rumus tersebut, tinggi dan lebar minimum dari balok yang ada dapat dilihat pada Tabel 5.6. Tabel 5.6 Perhitungan Dimensi Balok Induk Tipe Balok
Panjang Bentang (mm)
h (mm)
b (mm)
1 2
6,000 9,000
500 750
250 375
Dimensi Balok Induk h (mm) b (mm) 500 250 750 375
untuk perhitungan balok anak, estimasi dimensi balok tidak menggunakan rumus L/12. Hal ini dikarenakan balok anak hanya berfungsi sebagai pengaku saja, tidak memikul beban secara langsung sehingga dimensi balok anak lebih kecil daripada dimensi balok induk untuk panjang bentang balok yang sama. Adapun perhitungan dimensi balok anak dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7 Perhitungan Dimensi Balok Anak 75
Tipe Balok
Panjang Bentang (mm)
1 2
6,000 9,000
Dimensi Balok Anak h (mm) b (mm) 300 300 300 300
b. Perencanaan awal dimensi pelat Tebal minimum pelat yang akan digunakan diperoleh dari asumsi yang biasa digunakan. Perhitungan dimensi pelat tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.8. Tabel 5.8 Perhitungan Dimensi Pelat Tipe Tebal Pelat Pelat (mm) Atap Lantai 2
100 200
c. Perencanaan awal dimensi kolom Dimensi kolom dapat diestimasi dengan menggunakan peraturan SNI 032847-2002 pasal 12.9 mengenai pembatasan untuk tulangan komponen struktur tekan. Dari hasil pembebanan, diperoleh bahwa beban aksial utama (Pu) terbesar yang harus dipikul oleh kolom pada struktur gedung utama terminal. Dengan menggunakan rumus dapat ditentukan Ag kolom yang diperlukan. Adapun rumus tersebut adalah, Pu = 0.2 × Ag × f c1
(5.16)
Perhitungan dari dimensi kolom ini dapat dilihat pada Tabel 5.9. Untuk mempermudah perhitungan, akan digunakan Microsoft Excel© Tabel 5.9 Perhitungan Dimensi Kolom Pu Tipe Pu max Ag min max Kolom (N) fc' (mm²) (kg) Gedung utama 35,235 352,350 27.5 64,064 Pier
5.5.2
28,440
284,400
27.5
51,709
Dimensi Kolom h (mm)
b (mm)
375
375
250
250
Pembebanan
76
Pembebanan yang dimaksudkan untuk struktur gedung terminal penumpang ini adalah semua beban yang direncanakan akan bekerja dan harus dipikul oleh struktur gedung terminal tersebut. Jenis pembebanan yang ada dilakukan berdasarkan peraturan SKBI – 1.3.53.1987 dan Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2003). Adapun pembebanan yang ada meliputi beban mati, beban hidup, beban mati tambahan, beban angin, serta beban gempa dengan perincian sebagai berikut, a. Beban mati (DL) Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap. Beban mati ini bergantung pada berat jenis material bangunan. Karena material yang digunakan dalam struktur ini adalah beton, maka beban mati yang ada adalah berat sendiri beton yaitu 2,400 kg/m³. Beban mati yang bekerja pada struktur gedung terminal ini diantaranya adalah, 1. Pelat atap dan pelat lantai Beban yang direncanakan akan dipikul oleh pelat atap dan pelat pada tiap lantai adalah a. Pelat atap gedung utama Berat sendiri pelat = 2, 400 kg m3 × 0.1m × 6.5m = 1,560 kg m b. Pelat lantai gedung utama Berat sendiri pelat = 2, 400 kg m3 × 0.2m × 6.5m = 3,120 kg m c. Pelat atap pier Berat sendiri pelat = 2, 400 kg m3 × 0.1m × 9m = 2,160 kg m d. Pelat lantai pier Berat sendiri pelat = 2, 400 kg m3 × 0.2m × 9m = 4,320 kg m 2. Balok Beban yang direncanakan akan dipikul oleh balok adalah sebagai berikut a. Balok gedung utama Berat sendiri balok = 2, 400 kg m3 × 0.75m × 0.375m = 675 kg m b. Balok pier Berat sendiri balok = 2, 400 kg m3 × 0.5m × 0.25m = 300 kg m c. Pelat atap gedung utama Berat sendiri pelat = 2, 400 kg m3 × 0.1m × 6.5m = 1,560 kg m d. Pelat lantai gedung utama Berat sendiri pelat = 2, 400 kg m3 × 0.2m × 6.5m = 3,120 kg m e. Pelat atap pier 77
Berat sendiri pelat = 2, 400 kg m3 × 0.1m × 9m = 2,160 kg m f. Pelat lantai pier Berat sendiri pelat = 2, 400 kg m3 × 0.2m × 9m = 4,320 kg m 3. Kolom Beban yang direncanakan akan dipikul oleh kolom adalah a. Balok gedung utama Berat sendiri balok = 2, 400 kg m3 × 0.75m × 0.375m = 675 kg m b. Balok pier Berat sendiri balok = 2, 400 kg m3 × 0.5m × 0.25m = 300 kg m c. Pelat atap gedung utama Berat sendiri pelat = 2, 400 kg m3 × 0.1m × 6.5m = 1,560 kg m d. Pelat lantai gedung utama Berat sendiri pelat = 2, 400 kg m3 × 0.2m × 6.5m = 3,120 kg m e. Pelat atap pier Berat sendiri pelat = 2, 400 kg m3 × 0.1m × 9m = 2,160 kg m f. Pelat lantai pier Berat sendiri pelat = 2, 400 kg m3 × 0.2m × 9m = 4,320 kg m g. Kolom gedung utama Berat sendiri kolom = 2, 400 kg m3 × 0.375m × 0.375m = 337.5 kg m h. Kolom pier Berat sendiri kolom = 2, 400 kg m3 × 0.25m × 0.25m = 150 kg m b. Beban mati tambahan (SIDL) Beban mati tambahan adalah adalah beban mati yang ditambahkan pada struktur setelah konstruksi struktur selesai. Adapun contoh beban mati tambahan adalah beban keramik, spesi, plafond, Mekanikal dan Elektrikal (M&E), dan dinding bata. Adapun beban mati tambahan yang bekerja pada struktur gedung terminal ini adalah sebagai berikut, 1. Pelat atap a. Mekanikal dan Elektrikal (M&E) = 15 kg/m² b. Plafond = 18 kg/m² 2. Pelat lantai Beban mati tambahan = 50 kg/m²
c. Beban hidup (LL)
78
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung, dan kedalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan pembebanan pada lanatai dan atap tersebut. Khusus pada atap, beban hidup dapat termasuk beban yang berasal dari air hujan. Beban hidup yang direncanakan akan dipikul oleh struktur adalah sebagai berikut, 1. Pelat atap a. Beban hidup atap (La) = 50 kg/m² b. Beban hujan (R) = 20 kg/m² 2. Pelat lantai Direncanakan berdasarkan tabel 2 Beban Hidup Pada Lantai Gedung pada SKBI – 1.3.53.1987, dengan mengasumsikan lantai gedung akan memikul beban yang cukup berat dan peruntukan ruang untuk restoran, toko buku, toko cinderamata, dsb, sehingga digunakan beban hidup untuk mall = 300 kg/m² d. Beban angin (W) Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Beban angin yang direncanakan akan dipikul dapat dirinci sebagai berikut, 1. Tiup = +0.9 × 25 kg m 2 = 22.5 kg m 2 2. Tekan = −0.4 × 25 kg m 2 = 10 kg m 2 e. Beban gempa (E) Beban gempa untuk bangunan irrergular dapat didefinisikan sebagai gayagaya di dalam struktur yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa itu. Pembebanan dilakukan berdasarkan Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2003). Beban gempa pada perencanaan tugas akhir ini diperhitungan dengan menggunakan metode respons spektra yang dimasukan kedalam perhitungan dengan menggunakan ETABS 9. Respons spektrum gempa yang digunakan yaitu untuk wilayah 4 dapat dilihat pada Gambar 5.5. Dalam perhitungan respons spektra tersebut, perlu dipertimbangkan parameter-parameter berikut ini:
79
-
Wilayah gempa = Zone 4 (Majalengka) Kondisi tanah = Sedang Analisis yang dilakukan = Respons Spektra Faktor Keutamaan (I) Nilai faktor keutamaan dapat dilihat pada Tabel 5.10.
Gambar 5.5 Respons Spektrum Gempa Wilayah 4 Tabel 5.10 Faktor Keutamaan I Untuk Berbagai Kategori Gedung atau Bangunan Faktor Kategori Gedung atau Bangunan Keutamaan I Gedung umum seperti untuk penghunian, perniagaan, dan 1 perkantoran Monumen dan bangunan monumental 1 Gedung penting pasca gempa seperti rumah sakit, instalasi air 1.5 bersih, pembangkit tenaga listrik, pusat penyelamatan dalam keadaan darurat, fasilitas radio dan televisi Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya seperti gas, produk 1.5 minyak bumi, asam, gas beracun Cerobong, tangki di atas menara 1.25 Berdasarkan tabel di atas, digunakan nilai I = 1 - Faktor reduksi gempa maksimum (R) untuk Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah diambil = 5.5 f. Kombinasi Pembebanan
80
Kombinasi pembebanan yang diperhitungkan dalam perencanaan struktur ini adalah 1. 1.4 (DL + SIDL) 2. 1.2 (DL + SIDL) + 1.6 LL + 0.5 La 3. 1.2 (DL + SIDL) + 1.6 LL + 0.5 R 4. 1.2 (DL + SIDL) + 1.6 La + 0.5 LL 5. 1.2 (DL + SIDL) + 1.6 La + 0.5 W 6. 1.2 (DL + SIDL) + 1.6 R + 0.5 LL 7. 1.2 (DL + SIDL) + 1.6 LL + 0.8 W 8. 1.2 (DL + SIDL) + 1.3 W + 0.5 LL + 0.5 La 9. 1.2 (DL + SIDL) + 1.3 W + 0.5 LL + 0.5 R 10. 1.2 (DL + SIDL) + 1.0 Ex + 0.3 Ey + 0.5 LL 11. 1.2 (DL + SIDL) + 1.0 Ex – 0.3 Ey + 0.5 LL 12. 1.2 (DL + SIDL) – 1.0 Ex + 0.3 Ey + 0.5 LL 13. 1.2 (DL + SIDL) – 1.0 Ex – 0.3 Ey + 0.5 LL 14. 1.2 (DL + SIDL) + 0.3 Ex + 1.0 Ey + 0.5 LL 15. 1.2 (DL + SIDL) + 0.3 Ex – 1.0 Ey + 0.5 LL 16. 1.2 (DL + SIDL) – 0.3 Ex + 1.0 Ey + 0.5 LL 17. 1.2 (DL + SIDL) – 0.3 Ex – 1.0 Ey + 0.5 LL 18. 1.2 (DL + SIDL) + 1.0 Ex + 0.3 Ey + 0.5 R 19. 1.2 (DL + SIDL) + 1.0 Ex – 0.3 Ey + 0.5 R 20. 1.2 (DL + SIDL) – 1.0 Ex + 0.3 Ey + 0.5 R 21. 1.2 (DL + SIDL) – 1.0 Ex – 0.3 Ey + 0.5 R 22. 1.2 (DL + SIDL) + 0.3 Ex + 1.0 Ey + 0.5 R 23. 1.2 (DL + SIDL) + 0.3 Ex – 1.0 Ey + 0.5 R 24. 1.2 (DL + SIDL) – 0.3 Ex + 1.0 Ey + 0.5 R 25. 1.2 (DL + SIDL) – 0.3 Ex – 1.0 Ey + 0.5 R 26. 0.9 (DL + SIDL) + 1.3 W 27. 0.9 (DL + SIDL) – 1.3 W 28. 0.9 (DL + SIDL) + 1.0 Ex + 0.3 Ey 29. 0.9 (DL + SIDL) + 1.0 Ex – 0.3 Ey 30. 0.9 (DL + SIDL) – 1.0 Ex + 0.3 Ey 31. 0.9 (DL + SIDL) – 1.0 Ex – 0.3 Ey 32. 0.9 (DL + SIDL) + 0.3 Ex + 1.0 Ey 33. 0.9 (DL + SIDL) + 0.3 Ex – 1.0 Ey 34. 0.9 (DL + SIDL) – 0.3 Ex + 1.0 Ey 35. 0.9 (DL + SIDL) – 0.3 Ex – 1.0 Ey
5.5.3
Pemodelan Struktur 81
Dalam melakukan pemodelan struktur kami membagi bangunan gedung terminal tersebut menjadi 3 bagian utama yaitu, bagian gedung utama, bagian gedung samping, dan bagian pier. Adapun pemodelan struktur untuk bagian gedung tersebut dalam bentuk 3 dimensi dapat dilihat pada Gambar 5.6, 5.7, dan 5.8.
Gambar 5.6 Pemodelan Bagian Gedung Utama
Gambar 5.7 Pemodelan Bagian Gedung Samping
82
Gambar 5.8 Pemodelan Bagian Pier 5.5.4
Analisis Struktur Dari hasil analisis program ETABS 9, didapatkan gaya dalam maksimum untuk balok dan kolom sebagaimana tergambar dalam Tabel 5.11 dan 5.12. Tabel 5.11 Gaya Dalam Maksimum Balok T V2 M3 kN.m kN kN.m -33.0182 -123.459 -242.1068 Balok Induk 33.0182 123.459 242.1068 -3.245 -40.03 -78.736 Balok Anak 3.245 40.03 67.046 Tabel 5.12 Gaya Dalam Maksimum Kolom P Mx My kN kN.m kN.m Kolom 1157.36 204.987 181.91
5.5.5
Desain Balok Induk Dalam melakukan desain balok induk, akan dilakukan analisis tahanan untuk masing – masing balok terhadap lentur, geser, dan torsi. a. Dimensi Dimensi yang dimiliki oleh balok induk ini adalah b = 400 mm dan h = 500 mm
83
b. Tengah bentang Mu = 242,106.8 kN.mm d (asumsi D-22, selimut 50 mm) d = 500 − 50 − 0.5(22) = 439mm d ' = cov er + 0.5 D = 50 + 0.5(22) = 61mm Asumsi : As’ sudah leleh T = Cc + Cs
As. fy = 0.85 fc '.b.a + As '( fy − 0.85 fc ') 400 As = 0.85(30).400.a + 0.5 As(400 − 0.85(30)) 400 As = 10, 200a + 187.26 As a = 0.0209 As Mnφ > Mu a a Mu As. fy (d − ) + As '. fy (d '− ) > dengan φ = 0,8 2 2 φ 0.0209 As ⎞ 0.0209 As ⎞ ⎛ ⎛ As.400 ⎜ 439 − ⎟ + 0,5. As.400 ⎜ 61 − ⎟ > 302, 633,500 2 2 ⎝ ⎠ ⎝ ⎠ 2 2 175, 600 As − 4.18 As + 12, 200 As − 2.09 As > 302, 633,500 −6.27 As 2 + 187,800 As − 302, 633,500 > 0 As = ±1, 709mm 2 As perlu = 1, 709mm 2 Tulangan Tarik D = 25; n = 4 => 1,962.5 mm2 d = 500 − 50 − 0.5(25) = 437.5mm 400 − 2(50) − 4(25) spasi = = 66.67mm < 500mm.......OK !! 4 −1 Digunakan tulangan diameter 25 mm sejumlah 4 buah Tulangan Tekan As’ = 0.5As = 0.5(1709) = 854.5mm2 Digunakan D = 19; n = 5; As’ = 1,416.925mm2 1 d ' = s + D = 50 + 9.5 = 59.5mm 2 b − 2 s − nD 400 − 2(50) − 5(19) s= = = 51.25mm < 500mm......OK !! n −1 5 −1 Digunakan tulangan diameter 19 mm sejumlah 5 buah
84
Cek Kelelehan T = Cc + Cs As. fy = 0.85 fc '.b.a + As '( fy − 0.85 fc ') 400 x1,962.5 = 0.85(30).400.a + 1, 416.925(400 − 0.85(30)) 785, 000 = 10, 200a + 530, 638.4125 a = 24.94mm a 24.94 c= = = 29.34mm β1 0.85 d '− c fy 0.003 > c Es 59.5 − 29.34 0.003 > 0.002 = 29.34 0.0031 > 0.002.....OK !!
ε 's =
Cek Mn >
Mu
φ
→T +T ' >
Mu
φ
a a Mu As. fy (d − ) + As '. fy (d '− ) > φ 2 2 24.94 ⎞ 24.94 ⎞ ⎛ ⎛ 400 x1,962.5 ⎜ 437.5 − ⎟ + 1, 416.925 x 400 ⎜ 59.5 − ⎟ > 302, 633,500 2 ⎠ 2 ⎠ ⎝ ⎝ 333, 648,550 N + 26, 655,193.1N > 302, 633,500 N 360,303.74kN > 302, 633.500kN .....OK !! As min =
fc ' 1.4 b.d > b.d fy 4 fy
30 1.4 400.500 > 400.500 4.400 400 684.65 > 700 As min = 700mm 2 As (design) = 1,962.5mm2 As (design) ≥ As min .....OK !! Pengecekan As max f 's ρ max ≤ 0.75ρbal + ρ ' fy
ρbal = f '=
0.85 fc '.β1 ⎛ 600 ⎞ 0.85 x30 x0.85 x0.6 = 0.0325 ⎜ ⎟= fy 400 ⎝ 600 + fy ⎠
A ' s 1, 416.925 = = 0.0081 bd 400 x 437.5
85
f ' s(bal ) = ε ' s (bal ).E d '− c 59.5 − 29.34 0.003x 200, 000 x = 0.003x 200, 000 x c 29.34 = 616.77 MPa f ' s(bal ) ρ max = 0.75ρbal + ρ ' fy (616.77)0.0081 = 0.75(0.0325) + = 0.024375 + 0.0125 400 = 0.036875 Asmax = ρ .b.d = 0.036875 x300 x 437.5 = 6, 453.125mm 2 As > Asmax 1,962.5 > 6, 453.125 1,962.5mm 2 < 6, 453.125mm 2 .....OK !! As > Asmin As >
30 x 400 x 437.5 = 1,962.5 > 599.07 mm 2 4 x 400
c. Pinggir bentang Mu = 242,003 kN.mm d (asumsi D-22, selimut 50 mm) d = 500 − 50 − 0.5(22) = 439mm d ' = cov er + 0.5 D = 50 + 0.5(22) = 61mm Asumsi : As’ sudah leleh T = Cc + Cs
As. fy = 0.85 fc '.b.a + As '( fy − 0.85 fc ') 400 As = 0.85(30).400.a + 0.5 As(400 − 0.85(30)) 400 As = 10, 200a + 187.26 As a = 0.0209 As Mnφ > Mu a a Mu As. fy (d − ) + As '. fy (d '− ) > dengan φ = 0,8 2 2 φ 0.0209 As ⎞ 0.0209 As ⎞ ⎛ ⎛ As.400 ⎜ 439 − ⎟ + 0,5. As.400 ⎜ 61 − ⎟ > 302,503, 750 2 2 ⎝ ⎠ ⎝ ⎠ 2 2 175, 600 As − 4.18 As + 12, 200 As − 2.09 As > 302,503, 750 −6.27 As 2 + 187,800 As − 302,503, 750 > 0 As = ±1, 709mm 2 As perlu = 1, 709mm 2
86
Karena As perlu serupa dengan As perlu pada tengah bentang, maka tulangan tarik dan tekan untuk pinggir bentang adalah serupa dengan tengah bentang. Perencanaan Geser Balok Induk
- 123,459 + 123,459
Zona : Vu 123, 459 Vn ≥ = φ 0.85 Vn = 145, 245.88 = Vc + Vs 1 Vc = 30 x 400 x 437.5 = 159, 752.41N 6 Cek Keperluan Sengkang Vu < 0.5Vc
φ
145, 245.88 < 79,876.21.........PERLU SENGKANG !!
Zona I Vu < 0.5Vc φ 145, 245.88 < 79,876.21.....TIDAK OK !! Zona II 75 30 x 400 x 437.5 1200 φ 145, 245.88 < 159, 752.41 + 59,907.15 145, 245.88 < 219, 659.56.....OK !! Vu
< Vc +
Penentuan Tulangan Tekan Asumsi D = 8; n = 2; As=50.24mm2 Av = n.As=2(50.24)=100.48mm2 3 Av. fy 3(100.48)400 Spasi : = = 301.44mm bw 400 s ≤ 0.5d s < 0.5(437.5) 301.44 < 218.75
87
s < 600mm 301.44 < 600 s < smax Digunakan tulangan sengkang dengan diameter 8 mm dan spasi 218.75 mm Perencanaan Torsi ⎛ Acp 2 ⎞ 1 φ f 'c ⎜ ⎟ 12 ⎝ Pcp ⎠ Tu = 33, 018, 200kN .mm Vu = 123, 459kN Tu ≥
Vc = 159, 752.41kN Acp = 500 × 400 = 200, 000mm 2 Pcp = 2 × ( 400 + 500 ) = 1,800mm 2 Aoh = ( 400 − 2 × 50 − 8 ) × ( 500 − 2 × 50 − 8 ) = 114, 464mm 2 Poh = 2 × ( ( 400 − 2 × 50 ) + ( 500 − 2 × 50 ) ) = 1, 400mm ⎛ (500.400) 2 ⎞ 1 0.75 30 ⎜ ⎟ 12 ⎝ (500.2) + (400.2) ⎠ 33, 018, 200 ≥ 7, 607, 257.74.....Tidak OK !! Hitung torsi... At Tu 33, 018, 200 = = = 0.481 S 2φ × Aoh × f y × cot φ 2 × 0.75 × 114, 464 × 400 × 1 33, 018, 200 ≥
123, 459 − 159, 752.41 Av φ 0.75 = = = 0.028 S f yv × d 400 × 437.5 Vu
− Vc
AV + 2 At A 2A aktual = V + t = 0.028 + 2 ( 0.481) = 0.99 s s s AV + 2 At 75 f 1c × bw 75 30 × 400 = = = 0.342 s 1200 fy 1, 200 × 400 AV + 2 At bw 1 400 = = 0.333 min = 1 3 3 400 s fy At bw 400 ≥ = 0.4186 ≥ = 0.4186 ≥ 0.166 s 6 fyv 6 × 400
Cek keruntuhan 2
2
Vc 2 ⎛ Vu ⎞ ⎛ Tu × Poh ⎞ ≤Φ + ⎜ ⎟ +⎜ 2 ⎟ bw × d 3 ⎝ bw × d ⎠ ⎝ 1.7 × Aoh ⎠
f 1c
88
2
2
159, 752.41 2 ⎛ 123, 459 ⎞ ⎛ 33, 018, 200 × 1, 400 ⎞ + = ⎜ ≤ 0.75 30 ⎟ +⎜ ⎟ 2 400 × 437.5 3 ⎝ 400 × 437.5 ⎠ ⎝ 1.7 × 114, 464 ⎠ = 2.192 ≤ 4.336.....ok ! ⎛ f yv ⎞ 2 At 2 Poh ⎜ ⎟⎟ cot θ = 0.4186 (1400 ) × 1× 1 = 586.04mm ⎜ s ⎝ f yt ⎠ Digunakan tulangan torsi dengan diameter 13 mm sejumlah 6 buah Al =
As = 132.665 Al( min )
5 f 1c × Acp At fy 5 30 × 200, 000 = − Poh = − 0.4186 × 1400 12 × fy s fy 12 × 400
= 555.05mm 2 Av +t As × 2 132.665 × 2 = 0.99; s = = = 268mm s 0.99 0.99 268mm ≤ 300mm...ok ! 5.5.6 Analisis Desain Balok Induk Dari analisis struktur serta desain yang dilakukan terhadap balok induk, digunakan dimensi balok induk sebesar 400 x 500 mm. Penggunaan dimensi ini didasarkan atas hasil analisis struktur dengan menggunakan program ETABS dimana dimensi yang lebih kecil daripada 400 x 500 mm tidak kuat untuk menahan berbagai kombinasi pembebanan yang direncanakan. Pembesian yang digunakan dalam balok induk ini dibedakan menjadi 2, yaitu pembesian pada bagian tumpuan dan bagian lapangan. Momen yang ada pada bagian tumpuan dan bagian lapangan adalah sama yaitu -242,106.8 kNmm dan 242,106.8 kNmm, maka pembesian untuk bagian tumpuan dan bagian lapangan adalah sama. Pembesian yang digunakan untuk tulangan tarik adalah tulangan ulir diameter 25 mm sejumlah 4 buah dan untuk tulangan tekan adalah tulangan ulir diameter 19 mm sejumlah 5 buah. Tulangan sengkang yang digunakan adalah tulangan ulir dengan diameter 8 mm dan spasi antar sengkang adalah 218.75 mm. Karena nilai torsi yang ada cukup besar, maka pengaruh torsi pada balok induk tidak dapat diabaikan sehingga dibutuhkan tulangan torsi dengan diameter 13 mm sejumlah 6 buah.
89
5.5.7 Desain Balok Anak Dalam melakukan desain balok anak, akan dilakukan analisis tahanan untuk masing – masing balok terhadap lentur, geser, dan torsi. a. Dimensi yang dimiliki oleh balok anak ini adalah b = 300 mm dan h = 400 mm b. Tengah bentang Mu = 67,046.14 kN.mm d (asumsi D-22, selimut 50 mm) d = 400 − 50 − 0.5(22) = 339mm d ' = cov er + 0.5 D = 50 + 0.5(22) = 61mm Asumsi : As’ sudah leleh T = Cc + Cs As. fy = 0.85 fc '.b.a + As '( fy − 0.85 fc ') 400 As = 0.85(30).300.a + 0.5 As (400 − 0.85(30)) 400 As = 7, 650a + 187.26 As a = 0.0278 As Mnφ > Mu a a Mu As. fy (d − ) + As '. fy (d '− ) > dengan φ = 0,8 2 2 φ 0.0278 As ⎞ 0.0278 As ⎞ ⎛ ⎛ As.400 ⎜ 339 − ⎟ + 0,5. As.400 ⎜ 61 − ⎟ > 83,807, 675 2 2 ⎝ ⎠ ⎝ ⎠ 2 2 135, 600 As − 5.56 As + 12, 200 As − 2.78 As > 83,807, 675 −8.34 As 2 + 147,800 As − 83,807, 675 > 0 As = ±587 mm As perlu = 587 mm 2 Tulangan Tarik D = 16; n = 3 => 602.88 mm2 d = 400 − 50 − 0.5(16) = 342mm 300 − 2(50) − 3(16) spasi = = 76mm.......OK !! 3 −1 Digunakan tulangan diameter 16 mm sejumlah 3 buah Tulangan Tekan As’ = 0.5As = 0.5(587) = 293.5mm2 Digunakan D = 13; n = 3; As’ = 397.995mm2 90
1 d ' = s + D = 50 + 6.5 = 56.5mm 2 b − 2 s − nD 300 − 2(50) − 3(13) s= = = 80.5mm < 500mm......OK !! n −1 3 −1 Digunakan tulangan diameter 13 mm sejumlah 3 buah
Cek Kelelehan T = Cc + Cs As. fy = 0.85 fc '.b.a + As '( fy − 0.85 fc ') 400 x602.88 = 0.85(30).300.a + 397.955(400 − 0.85(30)) 241,152 = 7, 650a + 149, 049.1275 a = 12.04mm a 12.04 = = 14.165mm c= β1 0.85 d '− c fy 0.003 > c Es 56.5 − 14.165 = 0.003 > 0.002 14.165 0.0089 > 0.002.....OK !!
ε 's =
Cek Mn >
Mu
φ
→T +T ' >
Mu
φ
a a Mu As. fy (d − ) + As '. fy (d '− ) > 2 2 φ 12.04 ⎞ 12.04 ⎞ 67, 046.14 ⎛ ⎛ 400 x602.88 ⎜ 342 − ⎟ + 397.995 x 400 ⎜ 56.5 − ⎟> 2 ⎠ 2 ⎠ 0.85 ⎝ ⎝ 81, 022.25kN + 8, 036.32kN > 78,877.8kN 89, 058.57 kN > 78,877.8kN .....OK !! As min =
fc ' 1.4 b.d > b.d fy 4 fy
30 1.4 b.d > 300.400 4.400 400 410.79 > 420 As min = 420mm 2 As (design) = 602.88mm 2 As (design) ≥ As min .....OK !!
91
c. Pinggir bentang Mu = -78,736.4 kN.mm d (asumsi D-22, selimut 50 mm) d = 400 − 50 − 0.5(22) = 339mm d ' = cov er + 0.5 D = 50 + 0.5(22) = 61mm Asumsi : As’ sudah leleh T = Cc + Cs As. fy = 0.85 fc '.b.a + As '( fy − 0.85 fc ') 400 As = 0.85(30).300.a + 0.5 As (400 − 0.85(30)) 400 As = 7, 650a + 187.26 As a = 0.0278 As Mnφ > Mu a a Mu As. fy (d − ) + As '. fy (d '− ) > dengan φ = 0,8 2 2 φ 0.0278 As ⎞ 0.0278 As ⎞ ⎛ ⎛ As.400 ⎜ 339 − ⎟ + 0,5. As.400 ⎜ 61 − ⎟ > 98, 420,500 2 2 ⎝ ⎠ ⎝ ⎠ 2 2 135, 600 As − 5.56 As + 12, 200 As − 2.78 As > 98, 420,500
−8.34 As 2 + 147,800 As − 98, 420,500 > 0 As = ±694mm As perlu = 694mm 2 Tulangan Tarik D = 16; n = 4 => As = 803.84 mm2 d = 400 − 50 − 0.5(16) = 342mm 300 − 2(50) − 4(16) = 45.33mm < 500mm.......OK !! spasi = 4 −1 Digunakan tulangan diameter 16 mm sejumlah 4 buah Tulangan Tekan As’ = 0.5As = 0.5(694) = 347mm2 Digunakan D = 13; n = 3; As’ = 397.995mm2 1 d ' = s + D = 50 + 6.5 = 56.5mm 2 b − 2 s − nD 300 − 2(50) − 3(13) s= = = 80.5mm < 500mm......OK !! n −1 3 −1 Digunakan tulangan diameter 13 mm sejumlah 3 buah
92
Cek Kelelehan T = Cc + Cs As. fy = 0.85 fc '.b.a + As '( fy − 0.85 fc ') 400 x803.84 = 0.85(30).300.a + 397.955(400 − 0.85(30)) 321,536 = 7, 650a + 149, 049.1275 a = 22.55mm a 22.55 = = 26.53mm c= β1 0.85 d '− c fy 0.003 > c Es 56.5 − 26.53 0.003 > 0.002 = 26.53 0.0034 > 0.002.....OK !!
ε 's =
Cek Mn >
Mu
φ
→T +T ' >
Mu
φ
a a Mu As. fy (d − ) + As '. fy (d '− ) > 2 2 φ 22.55 ⎞ 22.55 ⎞ ⎛ ⎛ 400 x803.84 ⎜ 342 − ⎟ + 397.995 x 400 ⎜ 56.5 − ⎟ > 98, 420.5 2 ⎠ 2 ⎠ ⎝ ⎝ 106,340kN + 7, 200kN > 98, 420.5kN 113,540kN > 98, 420.5kN .....OK !! As min =
fc ' 1.4 b.d > b.d 4 fy fy
30 1.4 b.d > 300.400 4.400 400 410.79 > 420 As min = 420mm 2 As (design) = 602.88mm2 As (design) ≥ As min .....OK !! Pengecekan As max
ρ max ≤ 0.75ρbal + ρ ' ρbal = f '=
f 's fy
0.85 fc '.β1 ⎛ 600 ⎞ 0.85 x30 x0.85 x0.6 = 0.0325 ⎜ ⎟= fy 400 ⎝ 600 + fy ⎠
A ' s 397.995 = = 0.00388 bd 300 x342
93
f ' s (bal ) = ε ' s (bal ).E d '− c 56.5 − 14.165 0.003 x 200, 000 x = 0.003 x 200, 000 x c 14.165 = 1, 793.22MPa f ' s (bal ) ρ max = 0.75ρbal + ρ ' fy (1, 793.22)0.00388 = 0.75(0.0325) + = 0.024375 + 0.0174 400 = 0.041775 Asmax = ρ .b.d = 0.041775 x300 x342 = 4, 286.115mm 2 As > Asmax 602.88 > 4, 286.115 602.88mm 2 < 4, 286.115mm2.....OK !! As > Asmin 30 x300 x342 = 351.23mm 2 4 x 400 602.88mm 2 > 351.23mm 2 .....OK !! As >
Perencanaan Geser Balok Anak
40,030
+
40,030
Zona : Vu 40, 030 Vn ≥ = 0.85 φ Vn = 47, 094.12 = Vc + Vs 1 Vc = 30 x300 x342 = 93, 660.56 N 6 Cek Keperluan Sengkang Vu
φ
< 0.5Vc
47, 094.12 > 46,830.28.........PERLU SENGKANG !!
Zona I Vu < 0.5Vc φ 47, 094.12 < 46,830.28.....TIDAK OK !!
94
Zona II 1 > 76 30 3 1, 200 0.33 < 0.34 gunakan Vu
φ
76 30 1, 200
< Vc +
75 30 bw.d 1, 200
75 30 x300 x342 1, 200 47, 094.12 < 93, 660.56 + 35,122.71 47, 094.12 < 93, 660.56 +
47094.12 < 128783.27.....OK !! Penentuan Tulangan Tekan Asumsi D = 8; n = 2; As=50.24mm2 Av = n.As=2(50.24)=100.48mm2 3 Av. fy 3(100.48)400 Spasi : = = 401.92mm 300 bw s ≤ 0.5d s < 0.5(342) 401.92 < 171
s < 600mm 401.92 < 600 s < smax Digunakan tulangan sengkang dengan diameter 8 mm dan spasi 171 mm Perencanaan Torsi
Tu ≥
⎛ Acp 2 ⎞ 1 φ f 'c ⎜ ⎟ 12 ⎝ Pcp ⎠
⎛ (400.300) 2 ⎞ 1 0.75 30 ⎜ ⎟ 12 ⎝ (300.2) + (400.2) ⎠ 3, 245, 010 ≥ 3,521, 073.58.....OK !! 3, 245, 010 ≥
Pengaruh torsi dapat diabaikan
95
5.5.8 Analisis Desain Balok Anak Dari analisis struktur serta desain yang dilakukan terhadap balok anak, digunakan dimensi balok anak sebesar 300 x 400 mm. Penggunaan dimensi ini didasarkan atas hasil analisis struktur dengan menggunakan program ETABS dimana dimensi yang lebih kecil daripada 300 x 400 mm tidak kuat untuk menahan berbagai kombinasi pembebanan yang direncanakan. Pembesian yang digunakan dalam balok anak ini dibedakan menjadi 2, yaitu pembesian pada bagian tumpuan dan bagian lapangan. Pada bagian tumpuan yang memikul momen negatif sebesar -78,736.4 kNmm, pembesian yang digunakan adalah tulangan ulir dengan tulangan tarik dengan diameter 16 mm sejumlah 4 buah dan tulangan tekan dengan diameter 13 mm sejumlah 3 buah. Pada bagian lapangan yang memikul beban positif sebesar 67,046.14 kNmm, pembesian yang digunakan adalah tulangan ulir dengan tulangan tarik dengan diameter 16 mm sejumlah 3 buah dan tulangan tekan dengan diameter 13 mm sejumlah 3 buah. Tulangan sengkang yang digunakan adalah tulangan ulir dengan diameter 8 mm dan spasi antar sengkang adalah 171 mm. Karena nilai torsi yang ada masih dapat dipikul oleh tulangan – tulangan yang ada, maka pengaruh torsi pada balok anak ini dapat diabaikan. 5.5.9 Desain Pelat Untuk penulangan pada pelat, kami menggunakan penulangan dengan Wire Mesh dengan diameter sebesar 8 mm. Pemilihan diameter ini disesuaikan dengan tebal pelat yang ada yaitu 0.10 m pada pelat atap dan 0.15 m pada pelat lantai 2. Sedangkan untuk pelat lantai dasar tidak digunakan penulangan karena beban yang bekerja pada pelat akan langsung disalurkan ke tanah. 5.5.10 Desain Kolom Dalam melakukan desain kolom, akan dilakukan analisis tahanan untuk masing – masing kolom terhadap tekan dan geser. Untuk perhitungan kolom ini, kami menggunakan program PCA-COL. Adapun langkah – langkah perhitungan yang kami lakukan dapat dilihat pada Gambar 5.9 sampai dengan 5.14.
96
Gambar 5.9 Input General Information
Gambar 5.10 Input Material Properties
97
Gambar 5.11 Input Reinforcement
Gambar 5.12 Tulangan di Kolom
98
Gambar 5.13 Input Load Factor
Gambar 5.14 Diagram Interaksi
99
5.5.11 Analisis Desain Kolom Dimensi kolom yang digunakan dalam desain ini adalah 500 x 500 mm. Dimensi ini didapatkan dari hasil analisis struktur dengan menggunakan program ETABS, dimana dimensi ini adalah salah satu dimensi yang optimal dalam menahan kombinasi – kombinasi pembebanan yang bekerja. Pembesian yang digunakan pada kolom ini adalah tulangan ulir dengan diameter 22 mm sejumlah 8 buah. Rasio dari luas tulangan ini dibandingkan dengan luas total kolom adalah 1.22%. Angka ini cukup rendah dan cenderung optimal serta memenuhi rentang rasio yang disyaratkan oleh SNI yaitu sebesar 1 s/d 2%. Dari diagram interaksi yang ada, dapat dilihat bahwa desain kolom ini terletak dalam diagram interaksi. Hal ini menandakan bahwa kolom ini kuat untuk menahan kombinasi beban ultimit yang direncanakan. Selain itu, letak posisi kolom pada garis bagian atas dari diagram interaksi tersebut menunjukkan bahwa desain ini cukup optimal dan hemat. Untuk memudahkan proses pengecoran, maka tulangan yang ada sebaiknya diikat dengan menggunakan tulangan sengkang. Sengkang yang digunakan adalah tulangan ulir dengan diameter 8mm dan dengan spasi diambil berupa spasi sengkang minimum sebesar 50 mm. 5.5.12 Gambar Kerja Gambar kerja hasil desain yang kami lakukan dalam perencanaan struktur ini dapat dilihat pada Gambar 5.15 sampai dengan 5.19.
100
a. Balok Induk
Gambar 5.15 Gambar Kerja Balok Induk Lapangan
Gambar 5.16 Gambar Kerja Balok Induk Tumpuan
101
b. Balok Anak
Gambar 5.17 Gambar Kerja Balok Anak Lapangan
Gambar 5.18 Gambar Kerja Balok Anak Tumpuan
102
c. Kolom
Gambar 5.19 Gambar Kerja Kolom
103
5.6
PERENCANAAN FONDASI
5.6.1 Perhitungan Daya Dukung Tanah Fondasi Tiang Pancang Data dari Program ETABS memberikan support reactions untuk fondasi adalah sebagai berikut, M = 204.987 kNm F = 1,431.68 kN Cu = 0.6 N ; N = N-SPT Skin Friction (Qs) (tanah kohesif) (5.17) = α .Cu. perimeter.Li (ton) = 0, 2.N . perimeter.Li (ton) (tanah pasiran) (5.18) End Bearing (Qp) = 9.Cu. Ap (ton) (tanah kohesif) (5.19) = 40.N av . Ap (ton) (tanah pasiran) (5.20) Dimana, α = Faktor adhesi pada tanah kohesif untuk tiang pancang Cu = Kohesi undrained (ton/m2) Li = Panjang lapisan tanah (m) Perimeter = Keliling penampang (m) Ap = Luas penampang (m2) N + N2 ; N1 = rata-rata N-SPT pada jarak 10D dari N av = 1 2 ujung pondasi ke atas N2 = rata-rata N-SPT pada jarak 4D dari ujung pondasi ke bawah Untuk mempermudah perhitungan, kami melakukan perhitungan dalam bentuk tabel sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.13.
104
Asumsi awal : Tinggi tiang 19 m (berdasarkan kedalaman minimum lapisan untuk daya dukung) N1 : 32
Pile Properties Type : Concrete Diameter : 0.25 m Area : Perimeter : Jml Tiang :
0.0625 m2 1m 2
Gaya dalam :
N2 : Navg : M: P:
50 41 204.987 kNm 1431.68 kN
Tabel 5.13 Perhitungan Daya Dukung Tanah
Depth (m)
Soil Layer
Cu N-SPT (t/m2)
Skin Friction (ton) α
N-SPT Local Cumm 2.4 2.4 2.4 4.8 2.4 7.2
End Bearing (ton)
Qult (ton)
Qallowable (ton)
1.5 1.5 1.5
3.9 6.3 8.7
2.6 4.2 5.8
N-SPT
0 1 2
C1 C1 C1
4 4 4
2.67 2.67 2.67
0.9 0.9 0.9
3 4 5 6
C2 C2 C2 C2
4 4 10 10
2.67 2.67 6.67 6.67
0.9 0.9 0.6 0.6
2.4 2.4 4 4
9.6 12 16 20
1.5 1.5 3.75 3.75
11.1 13.5 19.75 23.75
7.4 9 13.166 15.833
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
C3 C3 C3 C3 C3 C3 C3 C3 C3 C3
9 9 14 14 14 14 19 19 21 21
6 6 9.33 9.33 9.33 9.33 12.7 12.7 14 14
0.55 0.55 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5
3.3 3.3 4.666 4.666 4.666 4.666 6.333 6.333 7 7
23.3 26.6 31.266 35.933 40.6 45.266 51.6 57.933 64.933 71.933
3.375 3.375 5.25 5.25 5.25 5.25 7.125 7.125 7.875 7.875
26.675 29.975 36.516 41.183 45.85 50.516 58.725 65.058 72.808 79.808
17.783 19.983 24.344 27.455 30.566 33.677 39.15 43.372 48.538 53.205
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
S4 S4 S4 S4 S4 S4 S4 S4 S4 S4 S4 S4 S4 S4 S4 S4 S4 S4 S4
25 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
-
-
5 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
76.933 86.933 96.933 106.933 116.933 126.933 136.933 146.933 156.933 166.933 176.933 186.933 196.933 206.933 216.933 226.933 236.933 246.933 256.933
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
176.933 186.933 196.933 206.933 216.933 226.933 236.933 246.933 256.933 266.933 276.933 286.933 296.933 306.933 316.933 326.933 336.933 346.933 356.933
117.955 124.622 131.288 137.955 144.622 151.288 157.955 164.622 171.288 177.955 184.622 191.288 197.955 204.622 211.288 217.955 224.622 231.288 237.955
105
Karena gaya aksial P = 1,431.68 kN = 143.168 ton, maka harus dipilih lapisan dengan daya dukung tanah lebih besar dari P sehingga dipilih kedalaman 24 meter dan grup tiang dengan tiang sebanyak 2 buah. Desain tiang pancang ini dapat dilihat pada Gambar 5.20. SPESIFIKASI TIANG PANCANG BETON SEGIEMPAT25 X 25 CM Data-data: TIANG SEGIEMPAT, PANJANG SISI MUTU BETON MUTU BAJA TULANGAN (BjTD) UKURAN & JUMLAH BAJA TULANGAN TULANGAN SPIRAL LUAS BAJA TULANGAN LUAS PENAMPANG TIANG
Perhitungan: Concrete -------------------------------Tegangan izin tekan beton Baja ------------------------------------Tegangan izin tarik baja
: 25 cm : K-450 : U-39 : 4 D 16 mm : Æ 6 mm : 8,043 cm2 : 625 cm2
K-450 = 0.33 X 450 = 148.5 Kg/cm2 U-39 = 0.58 x 3,900 = 2,262 Kg/cm2
P AXIAL YANG DAPAT DIPIKUL OLEH TIANG : P = (148.5 x 400) + (2,262 x 8.043) = 11,105 Kg = 111 Ton = 1,110 kN
106
Embankment
Silty CLAY
CLAY some silt
silt some SAND
Gambar 5.20 Tiang Pancang
5.6.2 Efisiensi Grup Tiang Tampak atas dari Pile Cap dapat dilihat pada Gambar 5.21.
Gambar 5.21 Tampak Atas Pile Cap
Diketahui: Gaya dalam ultimate, P = 1,431.68 kN ; M = 204.987 kNm Daya dukung ultimate tiang tunggal, Qult = 2,469.33 kN Diameter pile, D = 0.25 m Jarak antar pile, d = 1 m Jumlah baris, n = 1 Jumlah kolom, m = 2 Safety factor, SF = 3
107
Maka, D 0.25 = ⇒ θ = 14.04 d 1 ⎧ ( n − 1).m + (m − 1).n ⎫ Efisiensi, η = 1 − ⎨ ⎬.θ 90.n.m ⎩ ⎭ tan θ =
⎧ (1 − 1).2 + (2 − 1).1 ⎫ = 1− ⎨ ⎬ .14.04 90.1.2 ⎩ ⎭ = 0,922 = 92.2% n × m × η × Qult tunggal Qizin grup tiang = SF 1× 2 × 0,922 × 2, 469.33 = 3 = 1,517.81 kN > P = 1,431.68 kN ….. OK!
(5.21)
(5.22)
Selanjutnya, akan dihitung beban aksial terbesar tiang tunggal dalam grup tiang akibat gaya dalam P dan M: P 1, 431.68 ÆVp = = = 715.84 kN n× m 1× 2 ⎛ ⎞ ⎛ 204.987 ⎞ M ÆVm1 = ⎜ .li = ⎜ .0.5 = 102.49 kN ⎟ 2 2 ⎟ ⎜ 2.m.∑ l ⎟ 2.2.(0.5) ⎝ ⎠ i ⎝ ⎠ ∴ P tunggal terbesar dalam grup = 715.84 + 102.49 = 818.33 kN < Qall tunggal = 1,646.22 kN ..... OK! < Qall pracetak = 1,110 kN….. OK!
5.6.3 Analisis Efisiensi Grup Tiang Data tanah dari hasil penyelidikan SPT hanya mencapai kedalaman 20 m, sedangkan daya dukung tanahnya belum mencukupi karena lebih kecil dari beban aksial yang akan diterimanya sebesar P = 1,431.68 kN. Oleh karena itu, perhitungan daya dukung melebihi kedalaman 20 m dengan asumsi bahwa lapisan setelah 20 m memiliki parameter yang sama seperti lapisan di atasnya, dalam hal ini sama seperti lapisan pasir (S1). Grup tiang terdiri dari 2 buah tiang dengan efisiensi sebesar 92.2%. Efisiensi ini melebihi 90% dan dapat dikategorikan baik sehingga layak untuk dipakai. Beban aksial untuk satu tiang pada grup tiang tersebut mencapai 818.33 kN lebih kecil dibandingkan beban izin pada daya dukung sebesar 1,646.22 kN dan beban izin satu tiang pracetak sebesar 1,110 kN, sehingga layak dipakai.
108
5.6.4 Penurunan Konsolidasi (Consolidation Settlement) Penurunan konsolidasi dari grup tiang dapat dilihat pada Gambar 5.22. Embankment
Silty CLAY
CLAY some silt
silt some SAND
Gambar 5.22 Penurunan Konsolidasi Grup Tiang
Data penyelidikan tanah : Diketahui: Pult untuk 1 tiang, Pu,1 = 2,469.33 kN Pult untuk 2 tiang, Pu,2 = 4,938.6 kN Safety factor, SF = 3 Cc = 0,58 Cr = 0,03 e0 = 1,44 Pc = 18 kN/m2 Maka,
4,938.6 = 16.73 kN/m2 B × L 9.25 × 9.25 Po = ( 2.23 x18) + (4.05 x18.85) + (0.15(20 − 9.81)) + (9.57(21.21 − 9.81)) Qu,2 =
Pu ,2
=
= 227.1kN/m2 Pertambahan tegangan efektif akibat beban di atas lapisan kompresibel, Δpav, dihitung dengan menggunakan metode 2V:1H.
109
Metode 2V:1H qo × B × L Δp = ( B + z )( L + z ) Æ Δpt =
16.73 × 9.25 × 9.25 = 16.73 kN/m2 (9.25 + 0)(9.25 + 0)
Æ Δpm =
16.73 × 9.25 × 9.25 = 16.15 kN/m2 (9.25 + 0.165)(9.25 + 0.165)
Æ Δpb =
16.73 × 9.25 × 9.25 = 15.6 kN/m2 (9.25 + 0.33)(9.25 + 0.33)
1 ( Δpt + 4.Δp m + Δp b ) 6 1 = (16.73 + 4 x16.15 + 15.6) 6 = 16.15 kN/m2 Untuk lempung normally consolidated
Δpav =
Sc = =
⎛ p + Δp av Cc.Hc . log⎜⎜ o po 1 + eo ⎝
⎞ ⎟⎟ ⎠
(5.23)
0,58.0,33 ⎛ 227.1 + 16.15 ⎞ .log ⎜ ⎟ 1 + 1, 44 227.1 ⎝ ⎠
= 0,0023 m = 2.3 mm < 100 mm … OK! 5.6.5 Analisis Penurunan Konsolidasi Penurunan konsolidasi sebesar 2.3 mm lebih kecil dibandingkan penurunan izin rata-rata untuk berbagai tipe gedung sebesar 100 mm sehingga pondasi ini layak dipakai. Penurunan izin rata – rata untuk berbagai tipe gedung dapat dilihat pada Tabel 5.14. Dalam hal ini diasumsikan bahwa penurunan terjadi secara seragam sehingga tidak terjadi defleksi.
110
Tabel 5.14 Penurunan Izin Rata-rata Untuk Berbagai Tipe Gedung Type of Building Building with plain brick walls L/H ≥ 2.5 L/H ≤ 1.5 Buliding with brick walls, reinforced with reinforced concrete or reinforced brick Framed building Solid reinfoced concrete foundations of smoke-stacks, silos, towers, and so on H = Height of building L/H = 9000/9000 = 1
Allowable Average Settlement in. (mm) 3 (80) 4 (100) 6 (150) 4 (100) 12 (300)
Sumber : Coduto, 2001 5.6.6 Perencanaan Pile Cap Pada perhitungan pile cap diperhitungkan terhadap momen karena terdapat 2 buah tiang pancang sehingga menimbulkan eksentrisitas. Detail penulangan dari pile cap ini dapat dilihat pada Gambar 5.23. Pu = 1431.68 kN = 1,431,680 N Mu = 204.987 kNm = 204,987,000 Nmm B = 800 mm lk = 150 mm H = 500 mm Selimut beton = 25 mm Tulangan yang akan digunakan = D22 mm d = H – selimut – ½ D tulangan = 500 – 25 – 11 = 464 mm Mu = Pu x lk = 1,431,680 x 150 = 214,752,000 Nmm Mu Mn > 0.8 Mu Mu As perlu = = 0,8 × fy × jd 0,8 × fy × (0,875 × d ) =
(5.24)
214, 752, 000 + 204,987, 000 = 3, 230.75 mm2 0.8 × 400 × 0.875 × 464
111
Cek As minimum :
1.4 ⎧ 1.4 2 ⎪ fy × b × d = 400 × 800 × 464 = 1,300 mm ⎪ As min = maks ⎨ ⎪ fc ' × b × d = 30 × 800 × 464 = 1, 271 mm 2 ⎪⎩ 4 fy 4 × 400 Karena As perlu > As min, maka As = As perlu = 3,230.75 mm2 Tulangan yang akan digunakan adalah D22 mm, As satuan D = 0.25 x 3.14 x 222 = 380 mm2. Maka jumlah tulangan yang dibutuhkan adalah : As 3, 230.75 n tulangan = = = 8.5 ≈ 9 buah As satuan tulangan 380 Spasi tulangan tarik b − 2 se lim ut beton − nD 800 − (2 × 25) − (9 × 22) = = = 69 mm n −1 8 Jarak antar tulangan = spasi tulangan + ½ Dkanan + ½ Dkiri = 69+11+11 =91mm Maka jarak antar tulangan diambil = 100 mm. ∴Tulangan tarik = D22-100 Tulangan tekan didesain disamakan dengan tulangan tariknya. ∴Tulangan tekan = D22-100
Gambar 5.23 Detail Penulangan Pile Cap
112
5.6.7 Analisis Perencanaan Pile Cap Pile cap didesain sesuai dengan spesifikasi pracetak dari pabrik dengan ketebalan minimum sebesar 300 m. Gaya horizontal seharusnya diperhitungkan, namun dalam hal ini lebih dominan momen dan gaya aksial. 5.6.8 Perencanaan Tie Beam Tie Beam ini didesain untuk menahan gaya tarik dan tekan yang senilai dengan 10 % beban terpusat ultimate yang ditinjau dari kolom terbawah dengan kombinasi pembebanan seperti yang telah dilakukan sebelumnya. Material yang digunakan untuk Tie Beam ini adalah beton bertulang. Detail penulangan untuk Tie Beam ini dapat dilihat pada Gambar 5.24. a. Dimensi Tie Beam Dimensi tie beam direncanakan akan disamakan untuk semua bentang, sehingga acuan yang digunakan adalah panjang bentang terbesar bangunan. L = 6500 mm Tinggi tie beam (h) = 1/10 x L = 650 mm Maka dimensi Tie Beam yang diambil adalah = 650 x 500 mm2 b. Penentuan Tulangan Tarik dan Tekan Tulangan Tarik Gaya aksial kolom ultimate (Pu) = 1,431.68 kN = 1,431,680 N Gaya tarik yang diterima Tie Beam = 10% x 1,431,680 = 143,168 N Mutu beton yang digunakan = K-300 = 30 MPa Mutu baja tulangan = 400 MPa Selimut beton direncanakan = 50 mm Tulangan direncanakan harus mampu menahan gaya tarik yang diterima. Tu ≤ As x fy Tu 1, 431, 680 As min = = = 357.92 mm 2 fy 400 Tulangan tarik yang direncanakan untuk digunakan adalah D13 mm 1 1 Maka, As satuan D13 = πD 2 = × 3,14 × 13 2 = 132,7 mm 2 4 4 Maka jumlah tulangan yang dibutuhkan adalah: As min 357.92 n = = = 2.69 ≈ 3 buah As satuan D13 132, 7 Cek kembali kuat tarik: Tu ≤ As x fy 143,168 ≤ 3 x 132,7 x 400 113
143,168 < 159,240.....OK!! Spasi tul.tarik b − 2 se lim ut beton − nD 500 − (2 × 50) − (3 × 13) = = 180.5mm n −1 2 Jarak antar tulangan = spasi tulangan + ½ Dkanan + ½ Dkiri = 180.5+6.5+6.5 =193.5 mm maka, jarak antar tulangan diambil = 200 mm ∴Tulangan tarik = 3D13 – 200
=
Tulangan tekan Tulangan tekan dapat saja di desain dengan mengasumsikan Luas tulangan tekan (As tekan) = 0.5 As tarik. Namun karena pada tie beam ini, tulangan tarik berada di serat bawah jika di tumpuan dan berada di serat atas jika di lapangan, sedangkan tulangan tekan berada di posisi sebaliknya, sehingga pada pengerjaan tie beam ini agar tidak tertukar dengan cara pemasangan tulangan pada balok biasa, kemudahan pelaksanaan dan juga berdasarkan kebiasaan di pelaksanaan proyek maka jumlah tulangan tekan disamakan dengan tulangan tarik. ∴Tulangan tekan = 3D13 – 200 c. Penentuan Tulangan Sengkang Tulangan sengkang yang digunakan adalah tulangan sengkang minimum yaitu φ8 mm. Spasi tulangan sengkang yang digunakan di tumpuan adalah spasi tulangan sengkang minimum, yaitu 100 mm untuk menjaga keamanan terhadap perilaku geser. Sedangkan untuk daerah lapangan, tulangan sengkang didesain dengan jarak 0.5 d = 0.5 ( H - selimut beton – ½ D tulangan longitudinal) = 0.5 x (650-50-(0.5x13)) = 221.75 mm. Sehingga jarak sengkang di lapangan diambil sebesar 250 mm. ∴Tulangan sengkang di tumpuan = φ8 – 100 ∴Tulangan sengkang di lapangan = φ8 – 250 d. Penentuan Tulangan Samping Karena tinggi Tie Beam > 400 mm, maka diperlukan tulangan samping. Tulangan samping ini didesain dengan diameter yang sama dengan tulangan tarik maupun tekan, yaitu D13, yang diletakan di kanan kiri tie beam dengan ketinggian setengah tinggi tie beam. Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar. ∴Tulangan samping = D13 – 300
114
e. Panjang Pengangkuran Panjang pengangkuran diambil = 40 x D = 40 x 13 = 520 mm Ø13-300
Ø13-300
Ø13-300
Ø13-300
Ø8-250
Lapangan
Ø13-300
Ø13-300
Ø8-100
Tumpuan
Gambar 5.24 Detail Penulangan Tie Beam 5.7
ESTIMASI BIAYA
5.7.1 Work Breakdown Structure (WBS) Dalam desain Bandara Internasional Jawa Barat ini, kami melakukan pembuatan terhadap dua buah WBS yang akan digunakan dalam perhitungan estimasi biaya. Adapun WBS yang pertama, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 5.25, adalah WBS umum yang menunjukkan pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat ini secara keseluruhan. Sedangkan WBS yang kedua, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 5.26, adalah WBS lebih mendetail yang hanya menunjukkan satu lingkup pekerjaan saja.
Gambar 5.25 WBS Umum Bandara Internasional Jawa Barat
115
Gambar 5.26 WBS Gedung Terminal Penumpang BIJB
5.7.2 Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan yang digunakan dalam desain Gedung Terminal Penumpang Bandara Internasional Jawa Barat ini dibagi menjadi 2 kategori besar yaitu metode pelaksaan struktur bawah dan metode pelaksanaan struktur atas. Adapun kedua metode pelaksanaan tersebut adalah sebagai berikut, a. Metode Pelaksanaan Struktur Bawah 1. Pondasi Tiang Pancang a. Tentukan alat pemancangan yang akan digunakan b. Rencanakan set tiang final c. Rencanakan urutan pemancangan dengan pertimbangan kemudahan manuver alat d. Tentukan letak tiang pancang dengan theodolit dan tandai dengan patok e. Tempatkan alat pancang sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh pada patok titik pancang yang telah ditentukan f. Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap tiang g. Tiang didirikan di samping driving lead dan kepala tiang dipasang pada helmet yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang
116
h. Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat di atas patok tiang pancang yang telah ditentukan i. Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjang backstay sambil diperiksa dengan waterpass sehingga diperoleh posisi yang vertikal j. Sebelum pemancangan dimulai, bagian bawah tiang diklem dengan center gate pada dasar driving lead agar posisi tiang tidak bergeser selama pemancangan, terutama untuk tiang batang pertama k. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer secara berkesinambungan ke atas helmet yang terpasang di atas kepala tiang l. Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk proses penyambungan tiang m. Selesai penyambungan, pemancangan dapat dilanjutkan n. Pemancangan tiang dapat dihentikan bila ujung bawah tiang telah mencapai lapisan tanah keras / final set yang ditentukan o. Pemotongan tiang pancang pada cut off level disesuaikan dengan shop drawing 2. Pile Cap a. Gali tanah berpedoman kepada Bouwplank dan Shop Drawing b. Padatkan dasar galian dengan stamper c. Tebar dan padatkan lapisan pasir urug d. Pasang bekisting kayu e. Pasang penulangan, beton decking dan kaki ayam f. Bersihkan daerah yang akan dicor dengan menggunakan compressor g. Cor beton dan padatkan dengan vibrator h. Curing / perawatan beton 3. Tie-Beam a. Pembuatan tanda menyatakan as atau level b. Pekerjaan penggalian dengan menggunakan alat berat (backhoe) maupun tenaga manusia, hingga mencapai elevasi yang diinginkan c. Pekerjaan urugan pasir dan lantai kerja untuk dudukan poer dan sloof sesuai dengan elevasi rencana d. Setelah pekerjaan galian poer dan sloof kemudian dilanjutkan dengan pekerjaan urugan pasir pasir dan lantai 117
e. f. g. h.
i. j. k.
kerja untuk dudukan poer dan sloof sesuai dengan elevasi rencana Membuat panel bekisting yang disesuaikan dengan ukuran poer dan sloof Oleskan minyak bekisting pada permukaan panel hingga rata Pasang panel bekisting pada lokasi masing-masing, sambungan antar panel harus rapat Panel bekisting harus diberi pengaku dari kaso untuk sisi luar panel dan bagian atas juga diberi kaso agar benar-benar tegak Cek kelurusan bekisting dengan tarikan benang Lakukan pengecoran Perawatan beton (curing)
b. Metode Pelaksanaan Struktur Atas 1. Kolom a. Perakitan tulangan yang dibutuhkan termasuk pemasangan sengkang b. Pemasangan bekisting kolom, terdiri dari panel, rangka, dan waller c. Pemasangan bekisting kolom dan kepala kolom dilakukan secara bersama-sama d. Cor beton dan padatkan dengan menggunakan vibrator e. Pengecoran dilakukan sampai elevasi bodeman terendah f. Bekisting kolom dibongkar dengan kepala kolom masih terpasang untuk langkah berikutnya 2. Balok a. Pasang scaffolding pada jarak-jarak tertentu dan dengan susunan sedemikian untuk mencegah terjadinya eksentrisitas dan memastikan beban di sisi dinding selalu berada di dalam support. b. Pasang bekisting sesuai dengan dimensi balok yang diinginkan dan memenuhi persyaratan stability, strength, dan serviceability. c. Lakukan fabrikasi tulangan berdasarkan Shop Drawing yang ada. d. Cor beton dan padatkan dengan menggunakan vibrator e. Proses curing / perawatan beton
118
3. Pelat a. Perhatikan beban vertikal dan horizontal yang akan bekerja pada pelat b. Pasang erection beaty scaffolding yang berfungsi untuk menyangga bekisting di atas nya. c. Lakukan pemasangan bekisting d. Lakukan pemasangan wiremesh berdasarkan Shop Drawing yang ada e. Cor beton dan padatkan dengan menggunakan vibrator f. Proses curing / perawatan beton 5.7.3 Bill of Quantity Dalam Bill of Quantity ini, kami melakukan perhitungan terhadap volume item – item pekerjaan struktural, sebagaimana yang telah kami susun di dalam WBS, berdasarkan gambar dan permodelan desain struktural yang telah kami buat pada tahapan sebelumnya. Bill of Quantity tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.15. Tabel 5.15 Bill of Quantity No A I 1 2 3 II 1 III 1 IV 1 2 V 1 2 3 VI 1 VII 1
Item Pekerjaan Gedung Utama Pekerjaan Fondasi Pekerjaan Timbunan Pekerjaan Pile Cap Pekerjaan Tiang Pancang Pekerjaan Tie-Beam Pekerjaan Beton Pekerjaan Pelat Lantai 1 (T = 10 cm) Pekerjaan Beton Pekerjaan Pelat Lantai 2 & Atap Pekerjaan Beton Lantai 2 Pekerjaan Beton Atap Pekerjaan Kolom Pekerjaan Beton Pekerjaan Tulangan Pekerjaan Bekisting Pekerjaan Balok Tipe B.1 Pekerjaan Beton Pekerjaan Balok Tipe B.2 Pekerjaan Beton
Unit
Volume
m³ m³ buah
51,951.90 335.156 858
m³
2,128.75
m³
2,098
m³ m³
3,161.40 2,107.60
m³ m³ m³
965.25 965.25 51.48
m³
2,450
m³
1,411.20
119
B I 1 2 3 II 1 III 1 IV 1 2 V 1 2 3 VI 1 VII 1 C I 1 2 3 II 1 III 1 IV 1 2 V 1 2 3 VI 1 VII 1
Pekerjaan Gedung Pinggir Pekerjaan Fondasi Pekerjaan Timbunan Pekerjaan Pile Cap Pekerjaan Tiang Pancang Pekerjaan Tie-Beam Pekerjaan Beton Pekerjaan Pelat Lantai 1 Pekerjaan Beton Pekerjaan Pelat Lantai 2 & Atap Pekerjaan Beton Lantai 2 Pekerjaan Beton Atap Pekerjaan Kolom Pekerjaan Beton Pekerjaan Tulangan Pekerjaan Bekisting Pekerjaan Balok Tipe B.1 Pekerjaan Beton Pekerjaan Balok Tipe B.2 Pekerjaan Beton Pekerjaan Pier Pekerjaan Fondasi Pekerjaan Timbunan Pekerjaan Pile Cap Pekerjaan Tiang Pancang Pekerjaan Tie-Beam Pekerjaan Beton Pekerjaan Pelat Lantai 1 Pekerjaan Beton Pekerjaan Pelat Lantai 2 & Atap Pekerjaan Beton Lantai 2 Pekerjaan Beton Atap Pekerjaan Kolom Pekerjaan Beton Pekerjaan Tulangan Pekerjaan Bekisting Pekerjaan Balok Tipe B.1 Pekerjaan Beton Pekerjaan Balok Tipe B.2 Pekerjaan Beton Total
m³ m³ buah
9,644.63 159.375 408
m³
887.25
m³
780.03
m³ m³
1,175.88 783.918
m³ m³ m³
459 459 24.48
m³
951.2
m³
552.096
m³ m³ buah
93,425.70 768.75 1,872
m³
4,336.80
m³
3,755.70
m³ m³
5,661.63 3,774.42
m³ m³ m³
2,106 2,106 112.32
m³
4,898.40
m³ m³
2,658.24 210,244.80
5.7.4 Perhitungan Detail Analisa Harga Satuan Untuk perhitungan detail dari analisa harga satuan, kami melakukan perhitungan terhadap pekerjaan pembuatan kolom 500 mm x 500 mm. Pekerjaan pembuatan kolom 500 mm x 500 mm ini dibagi menjadi 3 sub pekerjaan yaitu sub pekerjaan beton, sub pekerjaan pembesian, dan sub pekerjaan bekisting (framework) sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.16, 5.17, dan 5.18.
120
Tabel 5.16 Detail Analisa Harga Satuan Sub Pekerjaan Beton JENIS PEKERJAAN : BETON KOLOM 500 x 500 SATUAN PEMBAYARAN : M3 Uraian No I Asumsi 1 Menggunakan alat secara mekanik 2 Bahan dasar : split, pasir & semen 3 Jam kerja per hari 4 Kerja efektif setiap jam 60 menit
Kode
Perbandingan pasir & semen -semen -pasir -split 6 Berat jenis bahan -beton -semen -pasir -split 7 Asumsi produktifitas 1 pekerja 8 Asumsi 1 mandor per pekerjaan II Urutan Kerja 1 Bekisting beton dibuat sesuai dengan ukuran seperti gambar rencana Semen, pasir, split dan air dicampur dan diaduk menjadi beton 2 dengan menggunakan peralatan concrete mixer 3 Beton dicor ke dalam acuan yang sudah disiapkan 4 Penyelesaian & perapihan setelah pengecoran 5 Asumsi Scaffolding menggunakan steel clamps III Alat,Tenaga & Bahan yang digunakan
Koef.
Satuan
T TE
8.00 1
jam
Sm Ps Sp
19.76 29.01 51.23
% % %
D1 D2 D3 D4
2.4 1.44 1.8 1.9 0.0306
m3/hari
M1 M2 M3
497.95 0.41 0.71
kg m3 m3
V Fa Ts T1 T2 T3 T4 Ts
360.00 0.85
liter
3.00 5.00 2.00 2.00 12.00
menit menit menit menit menit
Q1
1.53
m3 / jam
Cm Qt
1.00 12.24 0.08
unit m3/hari
5
1
2
Bahan -semen -pasir -split Alat
2.a Concrete mixer Kapasitas alat Faktor efesiensi alat Waktu siklus : -Waktu mengisi -Waktu mengaduk -Waktu menuang -Waktu tunggu
Kap.prod. / jam
(IRBAL)
=
Kebutuhan concrete mixer Kapasitas produksi per hari Koef. concrete mixer =
V x Fa x 60 1000 X Ts
Cm / Qt
121
2.b Concrete Pump kapasitas pompa Faktor efisiensi alat koefisien alat Kap.prod. / jam
=
V x Fa x K 1000 Produksi menentukan : Concrete mixer Produksi per hari Koefi. Concrete Pump = 1 / Qt
V fa Ka Q3
20,000 Ltr/jam 0.85 1 17 m3 / jam 136 m3 / hari
Qt
12.24 0.08170
2.c Alat bantu diperlukan : -sekop, cangkul, sendok semen, ember, gerobak dorong (lump sum) 3 Tenaga Produksi menentukan : concrete mixer Produksi per-hari Kebutuhan tenaga : -Mandor -Pekerja
12.24 10 400
Koefisien tenaga -Mandor -Pekerja 4
Waktu pelaksanaan yang diperlukan Volume pekerjaan Masa pelaksanaan = Vp / Qt
m3/hari
0.08170 32.67974
Vp Mp
3530.25 289.00
m3 hari
Tabel 5.17 Detail Analisa Harga Satuan Sub Pekerjaan Pembesian : PEMBESIAN JENIS PEKERJAAN SATUAN PEMBAYARAN : M3 KodeKoef. Satuan No Uraian I Asumsi 1 Menggunakan alat secara mekanik 2 Bahan dasar : tulangan 3 Jam kerja per hari T 8.00 jam 4 Kerja efektif setiap jam 60 menit TE 1 5 Asumsi 1 mandor per pekerjaan 6 Asumsi produktifitas 1 kepala tukang besi 7 Asumsi Produktifitas 1 tukang besi II Urutan Kerja Tulangan dirakit dengan menggunakan bantuan bar cutter dan bar bender 1 III 1
2 2.a
Alat,Tenaga & Bahan yang digunakan Bahan -besi D 22 mm -besi D 8 mm Alat Bar Cutter Kapasitas produksi / jam (Bar Cutter) Kapasitas produksi / jam (Bar Bender) Kebutuhan alat Kapasitas produksi / hari (Bar Cutter) Kapasitas produksi / hari (Bar Bender) Koefisien Bar Cutter 1/Qt Koefisien Bar Bender 1/Qt
Q1 Q1 Cm Qt Qt
100 20
kg kg
0.5 30 30 2 480
kg/menit kg/jam kg/jam unit kg/hari
480 0.0042 0.0042
kg/hari
122
3
Tenaga Produksi menentukan Kebutuhan tenaga : -Mandor -Kepala Tukang Besi -Tukang Besi Koefisien tenaga : -Mandor -Kepala Tukang Besi -Tukang Besi Waktu pelaksanaan yang diperlukan Volume pekerjaan Masa pelaksanaan = Vp / Qt
480
kg/hari
10 40 80
orang orang orang
0.0021 0.0833 0.1667
Vp Mp
120 0.25
kg hari
Tabel 5.18 Detail Analisa Harga Satuan Sub Pekerjaan Framework : BEKISTING JENIS PEKERJAAN SATUAN PEMBAYARAN : M3 No Uraian I Asumsi 1 Menggunakan alat secara mekanik Bahan dasar : papan plywood 2 3 Jam kerja per hari 4 Kerja efektif setiap jam 60 menit 5 Asumsi 1 mandor per pekerjaan 6 Asumsi produktifitas 1 kepala tukang kayu 7 Asumsi Produktifitas 1 tukang kayu II Urutan Kerja Tentukan bentuk dan dimensi framework yang dibutuhkan 1 Buat framework dari papan plywood 2 Rakit framework dan kunci dengan menggunakan steel clamps 3 III Alat,Tenaga & Bahan yang digunakan 1 Bahan -kawat koefisien -papan koefisien
3
Kode
T TE
-paku koefisien diperlukan : - palu, scaffolding , steel clamps Tenaga Produktifitas pembuatan bekisting Kebutuhan tenaga : -Mandor -Kepala Tukang Kayu -Tukang Kayu
8.00 1
jam
ls 1.1
kg m3
ls
kg
ls
Qt
Koefisien tenaga : -Mandor -Kepala Tukang Kayu -Tukang Kayu Waktu pelaksanaan yang diperlukan Volume pekerjaan Masa pelaksanaan = Vp / Qt
Koef. Satuan
10.67
m3/hari
10 40 80
orang orang orang
0.937 3.749 7.498
Vp Mp
187.1 17.5
m3 hari
123
5.7.5 Analisa Harga Satuan (AHS) Dalam analisa harga satuan ini, kami melakukan analisa terhadap pekerjaan – pekerjaan yang kami buat di dalam Work Breakdown Structure (WBS). Analisa harga satuan ini hanya dilakukan untuk pekerjaan struktural saja guna membatasi lingkup pembahasan yang ada. Adapun analisa harga satuan untuk berbagai pekerjaan struktural Terminal Penumpang BIJB dapat dilihat pada Tabel 5.19 sampai dengan 5.31. a. Pekerjaan Fondasi Tabel 5.19 AHS 1 Buah Tiang Pancang Persegi 250 x 250 mm Koefisien Pengali Satuan 12 m 6 m 7 m 0.631 jam 0.631 jam orang 0.79 orang 0.79 orang 0.79 orang 0.79 4.74 orang orang 1.58
Bahan / Upah Pile Bottom (L = 12m) Pile Middle (L = 6m) Pile Middle (L = 7m) Diesel Hammer K45 Crawler Crane Mandor Mekanik Electrician Operator Pekerja Cutoff Pile
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Harga Rp. 159,000.00 Rp 185,000.00 Rp 177,000.00 Rp 55,035.00 163,943.00 36,000.00 40,950.00 40,950.00 53,330.00 26,000.00 26,000.00
Bahan Rp. 1,908,000.00 1,110,000.00 1,239,000.00
Upah Rp.
Peralatan Rp.
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
28,440.00 32,351.00 32,351.00 42,131.00 123,240.00 41,080.00
Rp Rp Rp 34,728.00 Rp 103,449.00 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Total Rp. 1,908,000.00 1,110,000.00 1,239,000.00 34,728.00 103,449.00 28,440.00 32,351.00 32,351.00 42,131.00 123,240.00 41,080.00 4,694,770.00
Tabel 5.20 AHS 1 m³ Timbunan Koefisien Pengali Satuan hari 0.0003 hari 0.0003 jam 0.1397 jam 0.53 jam 0.0003
Harga Rp. 35,000 22,000 75,000 100,000 150,000
Bahan / Upah Mandor Pekerja Wheel Loader Dump Truck Motor Grader
Bahan Rp.
Upah Rp.
Peralatan Rp.
Total Rp.
11 7
11 7 10,478 53,000 45 63,540
10,478 53,000
Tabel 5.21 AHS 1 m³ Beton Pile Cap Koefisien Pengali Satuan m³ 1.1 m³ 1 200 kg 3 kg m³ 0.09 2 kg 0.6 ltr ls 0.0833 jam 0.8 jam 0.8 jam ls 0.3333 jam 0.85 orang 1.655 orang 15.6 orang 1.655 orang 14 orang 48.5 orang
Bahan / Upah Ready Mix Concrete Curing Concrete Tulangan Kawat Kayu Terentang Paku Minyak Bekisting Peralatan Concrete Pump Car Bar Cutter Bar Bender Molen Vibrator Mandor Kepala Tukang Kayu Tukang Kayu Kepala Tukang Besi Tukang Besi Pekerja
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Harga Rp. 584,850.00 3,000.00 5,500.00 9,500.00 1,100,000.00 10,000.00 6,500.00
Rp Rp Rp
116,930.00 7,500.00 8,750.00
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
4,167.00 36,000.00 34,000.00 32,000.00 35,000.00 32,000.00 26,000.00
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Bahan Rp. 643,335.00 3,000.00 1,100,000.00 28,500.00 99,000.00 20,000.00 3,900.00
Upah Rp.
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
30,600.00 56,270.00 499,200.00 57,925.00 448,000.00 1,261,000.00
Peralatan Rp. Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Total Rp. 643,335.00 3,000.00 28,500.00 99,000.00 99,000.00 20,000.00 3,900.00
Rp Rp Rp
9,741.00 Rp 6,000.00 Rp 7,000.00 Rp
9,741.00 6,000.00 7,000.00
Rp
1,389.00 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
1,389.00 30,600.00 56,270.00 499,200.00 57,925.00 448,000.00 1,261,000.00 3,273,860.00
124
b. Pekerjaan Tie-Beam Tabel 5.22 AHS 1 m³ Timbunan Koefisien Pengali Satuan 0.0003 hari 0.0003 hari 0.1397 jam 0.53 jam 0.0003 jam
Harga Rp. 35,000 22,000 75,000 100,000 150,000
Bahan / Upah Mandor Pekerja Wheel Loader Dump Truck Motor Grader
Bahan Rp.
Upah Rp.
Peralatan Rp.
Total Rp.
11 7
11 7 10,478 53,000 45 63,540
10,478 53,000
Tabel 5.23 1 m³ Beton Sloof Koefisien Pengali Satuan m³ 1.1 m³ 1 200 kg 3 kg m³ 0.09 2 kg ltr 0.6 ls jam 0.0833 jam 0.8 jam 0.8 ls jam 0.3333 orang 0.85 orang 1.655 orang 15.6 orang 1.655 14 orang orang 48.5
Bahan / Upah Ready Mix Concrete Curing Concrete Tulangan Kawat Kayu Terentang Paku Minyak Bekisting Peralatan Concrete Pump Car Bar Cutter Bar Bender Molen Vibrator Mandor Kepala Tukang Kayu Tukang Kayu Kepala Tukang Besi Tukang Besi Pekerja
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Harga Rp. 584,850.00 3,000.00 5,500.00 9,500.00 1,100,000.00 10,000.00 6,500.00
Rp Rp Rp
116,930.00 7,500.00 8,750.00
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
4,167.00 36,000.00 34,000.00 32,000.00 35,000.00 32,000.00 26,000.00
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Bahan Rp. 643,335.00 3,000.00 1,100,000.00 28,500.00 99,000.00 20,000.00 3,900.00
Upah Rp.
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Peralatan Rp. Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Total Rp. 643,335.00 3,000.00 28,500.00 99,000.00 99,000.00 20,000.00 3,900.00
Rp Rp Rp
9,741.00 Rp 6,000.00 Rp 7,000.00 Rp
9,741.00 6,000.00 7,000.00
Rp
1,389.00 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
1,389.00 30,600.00 56,270.00 499,200.00 57,925.00 448,000.00 1,261,000.00 3,273,860.00
30,600.00 56,270.00 499,200.00 57,925.00 448,000.00 1,261,000.00
c. Pekerjaan Pelat Lantai 2 Tabel 5.24 1 m³ Pekerjaan Beton Lantai 2 Koefisien Pengali Satuan m³ 1.1 m³ 1 m² 14 3 kg m³ 0.055 0.4 kg 2 ltr ls 0.0833 jam ls 0.3333 jam 0.75 orang 1.5 orang 10.04 orang 0.65 orang
Bahan / Upah Ready Mix Concrete Rp Curing Concrete Rp Wire Mesh Rp Kawat Rp Papan Meranti Palemban Rp Paku Rp Minyak Bekisting Rp Peralatan Concrete Pump Car Rp Molen Vibrator Rp Kepala Tukang Kayu Rp Tukang Kayu Rp Pekerja Rp Mandor Rp
Harga Rp. 584,850.00 3,000.00 28,000.00 9,500.00 1,700,000.00 10,000.00 6,500.00
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Bahan Rp. 643,335.00 3,000.00 392,000.00 28,500.00 92,934.00 4,000.00 13,000.00
Upah Rp.
116,930.00 4,167.00 34,000.00 32,000.00 26,000.00 36,000.00
Rp Rp Rp Rp
25,500.00 48,000.00 261,040.00 23,400.00
Peralatan Rp. Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Total Rp. 643,335.00 3,000.00 392,000.00 28,500.00 92,934.00 4,000.00 13,000.00
Rp
9,741.00 Rp
9,741.00
Rp
1,389.00 Rp Rp Rp Rp Rp Rp
1,389.00 25,500.00 48,000.00 261,040.00 23,400.00 1,545,839.00
125
d. Pekerjaan Pelat Atap Tabel 5.25 1 m³ Pekerjaan Beton Atap Koefisien Pengali Satuan m³ 1.1 m³ 1 m² 20 2 kg m³ 0.075 0.4 kg 2 ltr ls 0.0833 jam ls 0.3333 jam 0.75 orang 1.5 orang 10.04 orang 0.65 orang
Bahan / Upah Ready Mix Concrete Rp Curing Concrete Rp Wire Mesh Rp Kawat Rp Papan Meranti Palemban Rp Paku Rp Minyak Bekisting Rp Peralatan Concrete Pump Car Rp Molen Vibrator Rp Kepala Tukang Kayu Rp Tukang Kayu Rp Pekerja Rp Mandor Rp
Harga Rp. 584,850.00 3,000.00 28,000.00 9,500.00 1,700,000.00 10,000.00 6,500.00
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Bahan Rp. 643,335.00 3,000.00 560,000.00 19,000.00 127,659.00 4,000.00 13,000.00
Upah Rp.
116,930.00 4,167.00 34,000.00 32,000.00 26,000.00 36,000.00
Rp Rp Rp Rp
Peralatan Rp. Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Total Rp. 643,335.00 3,000.00 560,000.00 19,000.00 127,659.00 4,000.00 13,000.00
Rp
9,741.00 Rp
9,741.00
Rp
1,389.00 Rp Rp Rp Rp Rp Rp
1,389.00 25,500.00 48,000.00 261,040.00 23,400.00 1,739,064.00
25,500.00 48,000.00 261,040.00 23,400.00
e. Pekerjaan Balok Tipe B.1 Tabel 5.26 1 m³ Pekerjaan Balok Tipe B.1 Koefisien Pengali Satuan m³ 1.1 m³ 1 200 kg 3 kg 0.933 lbr 3.2 kg 1.6 ltr ls ls 0.0833 jam ls 0.3333 jam 0.8 jam 0.8 jam 2.275 orang 28 orang 2.275 orang 14 orang 59.6 orang 1.04 orang
Bahan / Upah Ready Mix Concrete Curing Concrete Tulangan Kawat Papan Plywood Paku Minyak Bekisting Scaffolding Peralatan Concrete Pump Car Molen Vibrator Bar Cutter Bar Bender Kepala Tukang Kayu Tukang Kayu Kepala Tukang Besi Tukang Besi Pekerja Mandor
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Harga Rp. 584,850.00 3,000.00 5,500.00 9,500.00 95,000.00 10,000.00 6,500.00
Rp
116,930.00
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
4,166.67 7,500.00 8,750.00 34,000.00 32,000.00 35,000.00 32,000.00 26,000.00 36,000.00
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Bahan Rp. 643,335.00 3,000.00 1,100,000.00 28,500.00 88,667.00 32,000.00 10,400.00
Upah Rp.
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
77,350.00 896,000.00 79,625.00 448,000.00 1,549,600.00 37,440.00
Peralatan Rp. Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Total Rp. 643,335.00 3,000.00 1,100,000.00 28,500.00 88,667.00 32,000.00 10,400.00
Rp
9,741.00 Rp
9,741.00
Rp Rp Rp
1,389.00 Rp 6,000.00 Rp 7,000.00 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
1,389.00 6,000.00 7,000.00 77,350.00 896,000.00 79,625.00 448,000.00 1,549,600.00 37,440.00 5,018,047.00
126
f. Pekerjaan Balok Tipe B.2 Tabel 5.27 1 m³ Pekerjaan Balok Tipe B.2 Koefisien Pengali Satuan m³ 1.1 m³ 1 150 kg kg 2.25 lbr 0.933 3.2 kg ltr 1.6 ls ls jam 0.0833 ls jam 0.3333 jam 0.6 jam 0.6 2.1 orang orang 28 2.1 orang orang 10.5 orang 58 orang 0.925
Bahan / Upah Ready Mix Concrete Curing Concrete Tulangan Kawat Beton Papan Plywood Paku Minyak Bekisting Scaffolding Peralatan Concrete Pump Car Molen Vibrator Bar Cutter Bar Bender Kepala Tukang Kayu Tukang Kayu Kepala Tukang Besi Tukang Besi Pekerja Mandor
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Harga Rp. 584,850.00 3,000.00 5,500.00 9,500.00 95,000.00 10,000.00 6,500.00
Rp
116,930.00
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
4,166.67 7,500.00 8,750.00 34,000.00 32,000.00 35,000.00 32,000.00 26,000.00 36,000.00
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Bahan Rp. 643,335.00 3,000.00 825,000.00 21,375.00 88,667.00 32,000.00 10,400.00
Upah Rp.
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Peralatan Rp. Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Total Rp. 643,335.00 3,000.00 825,000.00 21,375.00 88,667.00 32,000.00 10,400.00
Rp
9,741.00 Rp
9,741.00
Rp Rp Rp
1,389.00 Rp 4,500.00 Rp 5,250.00 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
1,389.00 4,500.00 5,250.00 71,400.00 896,000.00 73,500.00 336,000.00 1,508,000.00 33,300.00 4,562,857.00
71,400.00 896,000.00 73,500.00 336,000.00 1,508,000.00 33,300.00
g. Pekerjaan Pelat Lantai 1 Tabel 5.28 1 m³ Pekerjaan Pelat Lantai 1 Koefisien Pengali Satuan m³ 1.1 m³ 1 m³ 0.075 0.4 kg 2 ltr ls jam 0.0833 ls jam 0.3333 orang 0.75 orang 1.5 10.04 orang orang 0.65
Bahan / Upah Rp Ready Mix Concrete Curing Concrete Rp Papan Meranti Palemban Rp Paku Rp Rp Minyak Bekisting Peralatan Concrete Pump Car Rp Molen Vibrator Rp Kepala Tukang Kayu Rp Tukang Kayu Rp Pekerja Rp Mandor Rp
Harga Rp. 584,850.00 3,000.00 1,700,000.00 10,000.00 6,500.00
Rp Rp Rp Rp Rp
Bahan Rp. 643,335.00 3,000.00 127,659.00 4,000.00 13,000.00
Upah Rp.
116,930.00 4,167.00 34,000.00 32,000.00 26,000.00 36,000.00
Rp Rp Rp Rp
25,500.00 48,000.00 261,040.00 23,400.00
Peralatan Rp. Rp Rp Rp Rp Rp
Total Rp. 643,335.00 3,000.00 127,659.00 4,000.00 13,000.00
Rp
9,741.00 Rp
9,741.00
Rp
1,389.00 Rp Rp Rp Rp Rp Rp
1,389.00 25,500.00 48,000.00 261,040.00 23,400.00 1,160,064.00
127
h. Pekerjaan Kolom Tabel 5.29 1 m³ Pekerjaan Beton Kolom Koefisien Pengali Satuan 9.959 sak m³ 0.41 m³ 0.71 ls 0.08 jam 0.0817 jam 0.081699 jam 32.67974 jam
Bahan / Upah Semen Pasir Beton Split Peralatan Concrete Mixer Concrete Pump Mandor Pekerja
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Harga Rp. 40,000.00 Rp 115,000.00 Rp 110,000.00 Rp
Bahan Rp. 398,360 47,150 78,100
125,000.00 116,930.00 36,000.00 26,000.00
Upah Rp.
Peralatan Rp.
Rp Rp Rp Rp
2,942 849,674
Rp Rp Rp
Total Rp. 398,360 47,150 78,100
100,000 Rp 9,554 Rp Rp Rp Rp
100,000 9,554 2,942 849,674 1,485,780
Tabel 5.30 1 m³ Pekerjaan Pembesian Kolom Koefisien Pengali Satuan 100 kg 20 kg ls 0.0042 jam 0.0042 jam 0.0021 jam 1.634 jam jam 0.4085
Bahan / Upah Besi D22 Besi D8 Peralatan Bar Cutter Bar Bender Mandor Tukang Besi Kepala Tukang Besi
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Harga Rp. 5,500.00 Rp 5,500.00 Rp
Bahan Rp. 550,000.00 110,000.00
7,500.00 8,750.00 36,000.00 32,000.00 35,000.00
Upah Rp.
Peralatan Rp.
Rp Rp Rp Rp Rp
75.00 52,288.00 14,298.00
Rp Rp
Total Rp. 550,000.00 110,000.00
32.00 Rp 37.00 Rp Rp Rp Rp Rp
32.00 37.00 75.00 52,288.00 14,298.00 726,730.00
Tabel 5.31 1 m³ Pekerjaan Framework Kolom Koefisien Pengali Satuan m³ 1.1 ls ls 0.94 jam jam 7.498 jam 3.749
Bahan / Upah Papan Meranti Palemban Rp Scaffolding Peralatan Mandor Rp Tukang Kayu Rp Kepala Tukang Kayu Rp
Harga Rp. 1,700,000.00 Rp
36,000.00 32,000.00 34,000.00
Bahan Rp. 1,870,000.00
Upah Rp.
Rp Rp Rp
33,740.00 239,926.00 127,461.00
Peralatan Rp. Rp
Total Rp. 1,870,000.00
Rp Rp Rp Rp
33,740.00 239,926.00 127,461.00 2,271,127.00
128
5.7.6 Rencana Anggaran dan Biaya Rencana Anggaran dan Biaya untuk pekerjaan struktural terminal penumpang BIJB ini diperoleh dengan menggalikan volume pekerjaan yang didapatkan dari tabel Bill of Quantity dengan harga satuan untuk satu satuan volume pekerjaan yang diperoleh dari analisa harga satuan. Adapun rencana anggaran dan biaya ini dapat dilihat pada Tabel 5.32. Tabel 5.32 Rencana Anggaran dan Biaya No A I 1 2 3 II 1 III 1 IV 1 2 V 1 2 3 VI 1 VII 1 B I 1 2 3 II 1 III 1 IV 1 2 V 1 2 3 VI 1 VII 1
Item Pekerjaan Gedung Utama Pekerjaan Fondasi Dangkal Pekerjaan Timbunan Pekerjaan Pile Cap Pekerjaan Tiang Pancang Pekerjaan Tie-Beam Pekerjaan Beton Pekerjaan Pelat Lantai 1 (T = 10 cm) Pekerjaan Beton Pekerjaan Pelat Lantai 2 & Atap Pekerjaan Beton Lantai 2 Pekerjaan Beton Atap Pekerjaan Kolom Pekerjaan Beton Pekerjaan Tulangan Pekerjaan Bekisting Pekerjaan Balok Tipe B.1 Pekerjaan Beton Pekerjaan Balok Tipe B.2 Pekerjaan Beton Pekerjaan Gedung Pinggir Pekerjaan Fondasi Pekerjaan Timbunan Pekerjaan Pile Cap Pekerjaan Tiang Pancang Pekerjaan Tie-Beam Pekerjaan Beton Pekerjaan Pelat Lantai 1 Pekerjaan Beton Pekerjaan Pelat Lantai 2 & Atap Pekerjaan Beton Lantai 2 Pekerjaan Beton Atap Pekerjaan Kolom Pekerjaan Beton Pekerjaan Tulangan Pekerjaan Bekisting Pekerjaan Balok Tipe B.1 Pekerjaan Beton Pekerjaan Balok Tipe B.2 Pekerjaan Beton
Unit
Volume
Harga Satuan
Sub Total
m³ m³ buah
51951.9 335.156 858
Rp Rp Rp
63,540 3,273,860 4,694,770
Rp Rp Rp
3,301,002,946 1,097,253,823 4,028,112,660
m³
2128.75
Rp
3,273,860
Rp
6,969,229,475
m³
2098
Rp
1,160,064
Rp
2,433,814,272
m³ m³
3161.4 2107.6
Rp Rp
1,545,839 1,739,064
Rp Rp
4,887,015,415 3,665,251,287
m³ m³ m³
965.25 965.25 51.48
Rp Rp Rp
832,512 726,655 1,945,915
Rp Rp Rp
803,582,208 701,403,739 100,175,705
m³
2450
Rp
5,018,047
Rp
12,294,215,150
m³
1411.2
Rp
4,562,857
Rp
6,439,103,799
m³ m³ buah
9644.63 159.375 408
Rp Rp Rp
63,540 3,273,860 4,694,770
Rp Rp Rp
612,815,933 521,771,438 1,915,466,160
m³
887.25
Rp
3,273,860
Rp
2,904,732,285
m³
780.03
Rp
1,160,064
Rp
904,884,722
m³ m³
1175.877 783.918
Rp Rp
1,545,839 1,739,064
Rp Rp
1,817,716,526 1,363,283,573
m³ m³ m³
459 459 24.48
Rp Rp Rp
832,512 726,655 1,945,915
Rp Rp Rp
382,123,008 333,534,645 47,636,000
m³
951.2
Rp
5,018,047
Rp
4,773,166,307
m³
552.096
Rp
4,562,857
Rp
2,519,135,099
129
C I 1 2 3 II 1 III 1 IV 1 2 V 1 2 3 VI 1 VII 1
Pekerjaan Pier Pekerjaan Fondasi Pekerjaan Timbunan Pekerjaan Pile Cap Pekerjaan Tiang Pancang Pekerjaan Tie-Beam Pekerjaan Beton Pekerjaan Pelat Lantai 1 Pekerjaan Beton Pekerjaan Pelat Lantai 2 & Atap Pekerjaan Beton Lantai 2 Pekerjaan Beton Atap Pekerjaan Kolom Pekerjaan Beton Pekerjaan Tulangan Pekerjaan Bekisting Pekerjaan Balok Tipe B.1 Pekerjaan Beton Pekerjaan Balok Tipe B.2 Pekerjaan Beton
m³ m³ buah
93425.7 768.75 1872
Rp Rp Rp
63,540 3,273,860 4,694,770
Rp Rp Rp
5,936,231,608 2,516,779,875 8,788,609,440
m³
4336.8
Rp
3,273,860
Rp
14,198,076,048
m³
3755.7
Rp
1,160,064
Rp
4,356,852,365
m³ m³
5661.63 3774.42
Rp Rp
1,545,839 1,739,064
Rp Rp
8,751,968,458 6,563,957,943
m³ m³ m³
2106 2106 112.32
Rp Rp Rp
832,512 726,655 1,945,915
Rp Rp Rp
1,753,270,272 1,530,335,430 218,565,173
m³
4898.4
Rp
5,018,047
Rp
24,580,401,425
m³
2658.24
Rp
4,562,857 Rp Sub Total 1 Rp Overhead (10%) Rp Contingency (5%) Rp Sub Total 2 Rp
12,129,168,992 156,140,643,204 15,614,064,321 7,807,032,161 171,754,707,525
5.7.7 Analisis Estimasi Biaya Dalam estimasi biaya ini, kami melakukan perhitungan terhadap biaya total yang dibutuhkan untuk melakukan konstruksi struktur dari gedung terminal penumpang Bandara Internasional Jawa Barat. Untuk dapat melakukan estimasi biaya dengan baik, pertama perlu disusun suatu work breakdown structure yang menyatakan semua pekerjaan yang perlu dilakukan dalam pembangunan struktural gedung terminal tersebut. Setelah work breakdown structure selesai disusun, perlu ditentukan metode – metode konstruksi optimum dan efisien yang diperlukan dalam proses konstruksi tersebut. Hal berikutnya yang perlu dilakukan adalah membuat bill of quantity yang menyatakan jumlah total volume untuk masing – masing jenis pekerjaan. Pembuatan bill of quantity ini sedapat mungkin dilakukan sebaik mungkin untuk mencegah kesalahan perhitungan volume yang dapat berdampak besar pada kesalahan perhitungan biaya total konstruksi. Berikutnya, dilakukan pembuatan terhadap analisa harga satuan masing – masing tipe pekerjaan untuk menentukan harga dari satu satuan volume untuk masing – masing tipe pekerjaan. Hal terakhir yang kita lakukan adalah membuat rancangan anggaran dan biaya dimana dilakukan pengalian antara volume pekerjaan yang diperoleh dari bill of quantity dan harga satuan untuk
130
masing – masing pekerjaan per satuan volume yang diperoleh dari analisa harga satuan. Berdasarkan perhitungan yang telah kami lakukan, diperoleh sub total untuk keseluruhan pekerjaan konstruksi adalah Rp. 156,140,643,204 (Seratus Lima Enam Milyar, Seratus Empat Puluh Juta, Enam Ratus Empat Tiga Ribu, Dua Ratus Empat Rupiah). Untuk biaya operasional di lapangan dan biaya tidak terduga yang mungkin muncul, kami memasukkan biaya overhead sebesar 10% dan biaya contingency 5%. Persentase tersebut adalah persentase yang umum digunakan dalam suatu proyek konstruksi. Setelah dilakukan penjumlahan dengan biaya overhead dan contingency diperoleh biaya total pekerjaan minus pajak sebesar Rp.171,754,707,525 (Seratus Tujuh Satu Milyar, Tujuh Ratus Lima Puluh Empat Juta, Tujuh Ratus Tujuh Ribu, Lima Ratus Dua Puluh Lima Rupiah). Dengan luas total bangunan sebesar 149,900 m², biaya total pekerjaan per satuan luas pekerjaan didapatkan sebesar Rp. 1,146,000 (Satu Juta Seratus Empat Puluh Enam Ribu Rupiah) per m² luas bangunan.
131