BAB 4 KEUANGAN DAERAH
BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan IV-2010 cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Lambatnya penyerapan belanja modal menjadi salah satu pendorong menurunnya realisasi belanja fiskal selama triwulan laporan. Sementara itu disisi penerimaan APBD mengalami peningkatan realisasi. Peningkatan terutama didorong oleh penghimpunan pajak daerah yang melebihi target anggaran. Kenaikan penerimaan Pemerintah Provinsi yang kurang diimbangi oleh penyerapan belanja mendorong terjadinya kontraksi fiskal terhadap jumlah uang beredar di masyarakat.
4.1 PENDAPATAN DAERAH Pada triwulan IV-2010, hampir semua pos penerimaan APBD mengalami peningkatan realisasi yang cukup baik dibandingkan triwulan IV-2009. Peningkatan realisasi pendapatan asli daerah didorong oleh peningkatan pajak kendaraan bermotor sementara peningkatan realisasi dana perimbangan didorong oleh penerimaan bagi hasil pajak/bukan pajak. Secara nominal, realisasi pendapatan triwulan IV-2010 sebesar Rp 591,03 Miliar dengan capaian 110,70% dari target anggaran APBD-P 2010. Capaian tersebut meningkat apabila dibandingkan triwulan IV-2009 yang tercatat sebesar Rp 551,99 Miliar dengan capaian 100,07% dari target anggaran APBD-P 2009. Pendapatan Asli Daerah pada triwulan IV-2010 tercatat sebesar Rp 130,89 Miliar dengan capaian 126,74% sementara pada triwulan IV-2009 realisasi tercatat sebesar Rp 99,34 Miliar dengan capaian 107,24%. Kondisi ini tentu memberikan efek positif bagi kemandirian pembiayaan fiskal daerah. Dilihat dari strukturnya, peningkatan penerimaan ini disumbang oleh peningkatan pajak kendaraan bermotor yang penghimpunannya berhasil melebihi target anggaran 2010 hingga 29,27%. Tercatat, pajak kendaraan bermotor yang terhimpun sampai dengan triwulan IV-2010 mencapai Rp 37,69 Miliar atau 34% lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 28,22 Miliar. Sementara itu di sisi dana perimbangan, realisasi DAU dan DAK relatif sama dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan realiasasi penerimaan bagi hasil pajak/bukan pajak berkontribusi besar pada peningkatan dana perimbangan. Dari target penerimaan sebesar Rp 20,58 Miliar, Pemerintah Provinsi berhasil mendapatkan dana bagi hasil pajak/bukan pajak sebesar Rp 26,93 Miliar atau 30,86% lebih tinggi dari target anggaran. Adapun komposisi peningkatannya terbesar berasal dari dana bagi hasil PBB dan BPHTB.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010
45
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
Tabel 4.1 Anggaran Induk dan Realisasi Penerimaan APBD Provinsi Gorontalo IV-2009 Pendapatan Daerah
APBD-P 2009
Pendapatan Asli Daerah Pajak daerah Pajak Kendaraan Bermotor Pajak Kendaraan di Air Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Bea Balik Nama Kendaraan Di Air Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Pajak Air Permukaan Pajak Air Bawah Tanah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Jumlah Pendapatan
92,678,000,000 83,313,210,857 29,350,472,100 25,000,000 29,606,754,069 15,000,000 24,180,984,688 120,000,000 15,000,000 500,000,000 8,864,789,143 458,934,916,658 19,263,660,658 388,325,256,000 51,346,000,000 551,612,916,658
Nominal
IV-2010
Pencapaian (%)
99,347,553,945 84,149,062,986 28,227,118,500 18,380,000 35,031,603,600 20,761,171,353 97,577,830 13,211,703 15,198,490,959 452,646,952,441 12,975,696,441 388,325,256,000 51,346,000,000 551,994,506,386
107.20 101.00 96.17 73.52 118.32 85.86 81.31 88.08 171.45 98.63 67.36 100.00 100.00 100.07
APBD 2010 106,783,066,210 96,450,724,011 32,550,861,400 25,000,000 41,541,852,923 15,000,000 22,180,984,688 121,800,000 15,225,000 550,000,000 9,782,342,199 430,749,380,658 20,580,008,454 400,750,820,000 10,734,900,000 537,532,446,868
Nominal
Pencapaian (%)
130,895,807,649 120,763,859,727 37,698,428,218 58,940,311,550 24,013,162,614 88,762,760 23,194,585 10,131,947,922 438,417,250,983 26,931,530,983 400,750,820,000 10,734,900,000 21,848,025,000 591,161,083,632
122.58 125.21 115.81 141.88 108.26 72.88 152.35 103.57 101.78 130.86 100.00 100.00 109.98
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo
Secara nominal penerimaan dana perimbangan pada triwulan IV-2010 sebesar Rp 438,42 Miliar menurun dibandingkan triwulan IV-2009 sebesar Rp 452,64 Miliar, namun secara persentase realisasi mengalami peningkatan. Penurunan nominal anggaran disebabkan berkurangnya Dana Alokasi Khusus (DAK) dari Pemerintah Pusat dibandingkan tahun sebelumnya. Pada triwulan IV-2009, realisasi DAK mencapai Rp 51,34 Miliar sementara realisasi triwulan IV-2010 hanya mencapai Rp 10,73 Miliar. Dilihat dari pangsanya, komposisi dana perimbangan masih mendominasi APBD triwulan IV-2010 sebesar 74,16% lebih rendah dibandingkan pangsa dana perimbangan pada triwulan IV-2009 sebesar 82%. Menurunnya komposisi dana dari pemerintah pusat menjadi sinyal positif bagi kemandirian keuangan daerah yang diindikasikan meningkatnya komposisi pendapatan asli daerah. Tabel 4.2 Komposisi Penerimaan APBD Provinsi Gorontalo (dalam %) IV-2009 Pendapatan Daerah Pendapatan Asli Daerah Pajak daerah Pajak Kendaraan Bermotor Pajak Kendaraan di Air Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Bea Balik Nama Kendaraan Di Air Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Pajak Air Permukaan Pajak Air Bawah Tanah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Jumlah Pendapatan
APBD-P 2009 92,678,000,000 83,313,210,857 29,350,472,100 25,000,000 29,606,754,069 15,000,000 24,180,984,688 120,000,000 15,000,000 500,000,000 8,864,789,143 458,934,916,658 19,263,660,658 388,325,256,000 51,346,000,000 551,612,916,658
Nominal 99,347,553,945 84,149,062,986 28,227,118,500 18,380,000 35,031,603,600 20,761,171,353 97,577,830 13,211,703 15,198,490,959 452,646,952,441 12,975,696,441 388,325,256,000 51,346,000,000 551,994,506,386
IV-2010 Komposisi (%) 18.00 15.24 5.11 0.00 6.35 3.76 0.02 0.00 2.75 82.00 2.35 70.35 9.30 100.00
APBD-P 2010 103,753,066,210 93,420,724,011 32,550,861,400 25,000,000 41,541,852,923 15,000,000 22,180,984,688 121,800,000 15,225,000 550,000,000 9,782,342,199 430,749,380,658 20,580,008,454 400,750,820,000 10,734,900,000 534,502,446,868
Nominal
Komposisi (%)
130,895,807,649 120,763,859,727 37,698,428,218 58,940,311,550 24,013,162,614 88,762,760 23,194,585 10,131,947,922 438,417,250,983 26,931,530,983 400,750,820,000 10,734,900,000 21,848,025,000 591,161,083,632
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
46
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010| BANK INDONESIA
22.14 20.43 6.38 9.97 4.06 0.02 0.00 1.71 74.16 4.56 67.79 1.82 3.70 100.00
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
4.2 BELANJA DAERAH Menurunnya penyerapan anggaran belanja APBD Prov. Gorontalo pada triwulan IV2010 dibandingkan dengan triwulan IV-2009 lebih didorong oleh menurunnya penyerapan belanja langsung khususnya pada pos belanja modal. Pada triwulan laporan, tercatat Rp 564,75 Miliar dana APBD telah dibelanjakan dengan persentase realisasi mencapai 90,24%, lebih rendah dibandingkan penyerapan belanja triwulan IV-2009 yang mencapai Rp 618,02 Miliar (91,40%). Telah terjadi penurunan yang cukup signifikan terhadap penyerapan belanja langsung sementara tingkat penyerapan belanja tidak langsung mengalami kenaikan. Tingkat penyerapan belanja langsung hanya mencapai 86,39% dari target anggaran jauh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 91,96%. Pos Belanja Modal menjadi pos anggaran yang realisasinya paling rendah selama tahun 2010. Kondisi ini disebabkan karena Pemerintah Daerah terlambat dalam penyelesaian proyek – proyek infrastruktur fisik. Beberapa proyek infrastruktur yang mendapatkan perhatian khusus Pemerintah Provinsi yang dipandang perlu untuk dipercepat penyelesaiannya antara lain : penyelesaian jalan by pass bandara Jalaluddin, proyek pembangunan bendungan Paguyaman, pelabuhan Tilamuta dan bandara Pohuwato. Di sisi lain tingkat penyerapan belanja langsung mengalami peningkatan dari 90,38% di tahun 2009 menjadi 95,28% di tahun 2010. Hampir seluruh pos dalam komponen belanja tidak langsung menunjukkan peningkatan realisasi yang cukup baik. Tabel 4.3 Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo Belanja Daerah
APBD-P 2009
Belanja Tidak Langsung 232,835,353,600 Belanja Pegawai 150,952,011,350 Belanja Subsidi 14,278,912,250 Belanja Hibah 15,649,405,000 Belanja Bantuan Sosial 3,326,025,000 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 39,539,000,000 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 8,840,000,000 Belanja Tidak Terduga 250,000,000 Belanja Langsung 443,353,139,430 Belanja Pegawai 27,600,364,078 Belanja Barang dan Jasa 219,564,551,400 Belanja Modal 196,188,223,952 Jumlah Belanja 676,188,493,030
IV-2009 Nominal Pencapaian (%) 210,304,553,122 90.32 135,776,267,432 89.95 9,755,602,250 68.32 14,684,719,000 93.84 2,987,239,648 89.81 38,295,927,392 96.86 8,554,797,400 96.77 250,000,000 100.00 407,714,888,659 91.96 24,726,636,145 89.59 204,665,301,688 93.21 178,322,950,826 90.89 618,019,441,781 91.40
APBD-P 2010 270,851,001,852.00 173,793,863,052.00 2,728,450,000.00 16,364,500,000.00 4,865,000,000.00 39,550,000,000.00 32,066,138,800.00 1,483,050,000.00 354,999,376,675.00 23,943,509,247.00 191,571,911,638.00 139,483,955,790.00 625,850,378,527.00
IV-2010 Nominal Pencapaian (%) 258,065,176,335 95.28 165,233,608,171 95.07 1,928,000,000 70.66 16,142,400,000 98.64 4,266,797,209 87.70 39,430,332,880 99.70 30,930,988,075 96.46 133,050,000 8.97 306,683,792,717 86.39 21,693,499,447 90.60 176,002,302,158 91.87 108,987,991,112 78.14 564,748,969,052 90.24
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
Kualitas APBD Gorontalo triwulan IV-2010 lebih diarahkan pada kepentingan konsumsi sementara untuk kepentingan investasi relatif menurun. Komposisi pos belanja modal menurun secara signifikan dari 28,85% pada triwulan IV-2009 menjadi sebesar 19,30% pada triwulan IV-2010. Sementara komposisi pos belanja konsumsi meningkat dari 71,15% pada triwulan IV-2009 menjadi 80,70% pada triwulan IV-2010. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus mengingat kegiatan investasi lebih memberikan multiplier effect bagi pengembangan ekonomi daerah dibandingkan kegiatan konsumsi. BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010
47
BAB 4 KEUANGAN DAERAH Tabel 4.4 Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo Belanja Daerah
APBD-P 2009
Belanja Tidak Langsung 232,835,353,600 Belanja Pegawai 150,952,011,350 Belanja Subsidi 14,278,912,250 Belanja Hibah 15,649,405,000 Belanja Bantuan Sosial 3,326,025,000 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 39,539,000,000 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 8,840,000,000 Belanja Tidak Terduga 250,000,000 Belanja Langsung 443,353,139,430 Belanja Pegawai 27,600,364,078 Belanja Barang dan Jasa 219,564,551,400 Belanja Modal 196,188,223,952 Jumlah Belanja 676,188,493,030
IV-2009 Nominal Komposisi (%) 210,304,553,122 34.03 135,776,267,432 21.97 9,755,602,250 1.58 14,684,719,000 2.38 2,987,239,648 0.48 38,295,927,392 6.20 8,554,797,400 1.38 250,000,000 0.04 407,714,888,659 65.97 24,726,636,145 4.00 204,665,301,688 33.12 178,322,950,826 28.85 618,019,441,781 100.00
APBD-P 2010 270,851,001,852.00 173,793,863,052.00 2,728,450,000.00 16,364,500,000.00 4,865,000,000.00 39,550,000,000.00 32,066,138,800.00 1,483,050,000.00 354,999,376,675.00 23,943,509,247.00 191,571,911,638.00 139,483,955,790.00 625,850,378,527.00
IV-2010 Nominal Komposisi (%) 258,065,176,335 45.70 165,233,608,171 29.26 1,928,000,000 0.34 16,142,400,000 2.86 4,266,797,209 0.76 39,430,332,880 6.98 30,930,988,075 5.48 133,050,000 0.02 306,683,792,717 54.30 21,693,499,447 3.84 176,002,302,158 31.16 108,987,991,112 19.30 564,748,969,052 100.00
4.3. KONTRIBUSI REALISASI APBD GORONTALO TERHADAP SEKTOR RIIL DAN UANG BEREDAR Kinerja fiskal selama tahun 2010 belum menunjukkan perubahan yang signifikan terhadap stimulan sektor riil. Realisasi anggaran konsumsi pemerintah memberikan pangsa 22,22%, sementara itu belanja modal memberikan pangsa 5,31%. Pangsa konsumsi pemerintah terhadap sektor riil mengalami penurunan dibandingkan tahun 2009, hal ini disadari karena anggaran APBD Pemprov pada tahun 2010 lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Pengaruh signifikan terasa pada sisi investasi, tercatat stimulan fiskal terhadap investasi sektor riil hanya memberikan pangsa 5,41% merosot dibandingkan pangsa fiskal terhadap sektor riil pada tahun 2009 yang mencapai 10%. Sementara apabila dilihat dari sisi anggaran masih terdapat surplus penerimaan sebesar Rp 26 Miliar dimana surplus tersebut lebih disebabkan karena realisasi belanja modal yang jauh di bawah target anggaran. Kondisi tersebut harusnya dapat dihindarkan apabila proses penyelesaian tender dan pelaksanaan proyek dapat berjalan tepat waktu. Tabel 4.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil Belanja Daerah
APBD-P 2009
Konsumsi Pemerintah 480,000,269,078 Belanja Pegawai 178,552,375,428 Belanja Subsidi 14,278,912,250 Belanja Hibah 15,649,405,000 Belanja Bantuan Sosial 3,326,025,000 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 39,539,000,000 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 8,840,000,000 Belanja Tidak Terduga 250,000,000 Belanja Barang dan Jasa 219,564,551,400 Pembentukan Modal Tetap Bruto 196,188,223,952 Belanja Modal 196,188,223,952
IV-2009 Nominal 439,696,490,955 160,502,903,577 9,755,602,250 14,684,719,000 2,987,239,648 38,295,927,392 8,554,797,400 250,000,000 204,665,301,688 178,322,950,826 178,322,950,826
%PDRB 24.45 8.92 0.54 0.82 0.17 2.13 0.48 0.01 11.38 9.91 9.91
APBD-P 2010 486,366,422,737 197,737,372,299 2,728,450,000 16,364,500,000 4,865,000,000 39,550,000,000 32,066,138,800 1,483,050,000 191,571,911,638 139,483,955,790 139,483,955,790
IV-2010 Nominal 455,760,977,940 186,927,107,618 1,928,000,000 16,142,400,000 4,266,797,209 39,430,332,880 30,930,988,075 133,050,000 176,002,302,158 108,987,991,112 108,987,991,112
%PDRB 22.22 9.11 0.09 0.79 0.21 1.92 1.51 0.01 8.58 5.31 5.31
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
Di sisi pengaruhnya terhadap uang beredar, realisasi anggaran APBD Gorontalo sampai dengan akhir triwulan IV-2010 menunjukkan kontraksi. Kontraksi terjadi karena realisasi dari penerimaan APBD lebih besar dibandingkan penyerapan belanja APBD. Surplus penerimaan mencapai Rp 26,41 Miliar lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dimana Pemprov mengalami defisit anggaran sebesar Rp 66,02 Miliar. 48
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010| BANK INDONESIA
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
Tabel 4.6 Dampak APBD terhadap Uang Beredar APBD
APBD-P 2009
Pendapatan 551,612,916,658.00 Pendapatan Asli Daerah 92,678,000,000.00 Dana Perimbangan 458,934,916,658.00 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 19,263,660,658.00 Dana Alokasi Umum 388,325,256,000.00 Dana Alokasi Khusus 51,346,000,000.00 Dana Darurat Dana Penyesuaian Belanja 676,188,493,030.00 Belanja Pegawai 178,552,375,428.00 Belanja Subsidi 14,278,912,250.00 Belanja Hibah 15,649,405,000.00 Belanja Bantuan Sosial 3,326,025,000.00 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 39,539,000,000.00 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 8,840,000,000.00 Belanja Tidak Terduga 250,000,000.00 Belanja Barang dan Jasa 219,564,551,400.00 Belanja Modal 196,188,223,952 Surplus/Defisit (124,575,576,372) Pembiayaan Netto (124,575,576,372) DAMPAK RUPIAH -
IV-2009 Nominal 551,994,506,385.90 99,347,553,944.90 452,646,952,441.00 12,975,696,441.00 388,325,256,000.00 51,346,000,000.00 618,019,441,781.18 160,502,903,577.18 9,755,602,250.00 14,684,719,000.00 2,987,239,648.00 38,295,927,392.00 8,554,797,400.00 250,000,000.00 204,665,301,688.00 178,322,950,826 (66,024,935,395) (66,024,935,395)
%PDRB 30.69 5.52 25.17 0.72 21.59 2.85 34.36 8.92 0.54 0.82 0.17 2.13 0.48 0.01 11.38 9.91 (3.67) (3.67)
APBD-P 2010 534,502,446,868.00 103,753,066,210.00 430,749,380,658.00 20,580,008,454.00 400,750,820,000.00 10,734,900,000.00
IV-2010 Nominal 591,161,083,632.24 130,895,807,649.24 438,417,250,983.00 26,931,530,983.00 400,750,820,000.00 10,734,900,000.00
%PDRB 28.03 6.21 20.78 1.28 19.54 0.52 1.07 27.54 9.11 0.09 0.79 0.21 1.92 1.51 0.01 8.58 5.31 1.29 1.29
21,848,025,000.00 625,850,378,527.00 564,748,969,052.00 197,737,372,299.00 186,927,107,618.00 2,728,450,000.00 1,928,000,000.00 16,364,500,000.00 16,142,400,000.00 4,865,000,000.00 4,266,797,209.00 39,550,000,000.00 39,430,332,880.00 32,066,138,800.00 30,930,988,075.00 1,483,050,000.00 133,050,000.00 191,571,911,638.00 176,002,302,158.00 139,483,955,790 108,987,991,112 (91,347,931,659) 26,412,114,580 (91,347,931,659) 26,412,114,580
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
4.4. ANGGARAN APBD PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO TAHUN 2011 Pada tahun 2011 anggaran APBD Pemerintah Provinsi di sisi penerimaan ditargetkan mengalami peningkatan 4,91%. Anggaran penerimaan APBD tahun 2011 sebesar Rp 560 Miliar dengan komposisi 81% berasal dari dana perimbangan, 19% berasal dari penghimpunan pajak daerah dan sisanya 3% pendapatan lain-lain. Apabila dibandingkan dengan realisasi tahun 2010 tampak ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat masih sangat besar dan cenderung meningkat yang terlihat dari pangsa dana perimbangan yang naik. Tabel 4.7 APBD Penerimaan Tahun 2011 Pendapatan Daerah Pendapatan Asli Daerah Pajak daerah Pajak Kendaraan Bermotor Pajak Kendaraan di Air Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Bea Balik Nama Kendaraan Di Air Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Pajak Air Permukaan Pajak Air Bawah Tanah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Jumlah Pendapatan
ANGGARAN APBD-P 2010 106,783,066,210 96,450,724,011 32,550,861,400 25,000,000 41,541,852,923 15,000,000 22,180,984,688 121,800,000 15,225,000 550,000,000 9,782,342,199 430,749,380,658 20,580,008,454 400,750,820,000 10,734,900,000 537,532,446,868
Realisasi APBD 2010 130,895,807,649 120,763,859,727 37,698,428,218 58,940,311,550 24,013,162,614 88,762,760 23,194,585 10,131,947,922 438,417,250,983 26,931,530,983 400,750,820,000 10,734,900,000 21,848,025,000 591,161,083,632
ANGGARAN APBD 2011 122,766,740,520 110,427,278,321 36,478,606,599 25,000,000 49,512,687,034 15,000,000 24,180,984,688 160,000,000 55,000,000 550,000,000 11,789,462,199 513,873,300,000 24,698,000,000 461,118,100,000 28,057,200,000 636,640,040,520
Grafik 4.1 Komposisi APBD Penerimaan 2010
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
Grafik 4.2 Komposisi APBD Penerimaan 2011 BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010
49
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
Sementara itu pada tahun 2011, anggaran belanja Pemerintah Provinsi sebesar Rp 671 Miliar meningkat 18,8% dibandingkan realisasi belanja tahun 2010. Peningkatan didorong oleh alokasi untuk belanja langsung dari Rp 258 Miliar pada tahun 2010 menjadi Rp 311 Miliar pada tahun 2011. Penambahan anggaran belanja tahun 2011 lebih diarahkan untuk kepentingan konsumsi pemerintah sementara alokasi anggaran untuk kegiatan investasi hanya sedikit mengalami peningkatan. Pangsa belanja konsumsi untuk tahun 2010 sebesar 78% kemudian menjadi 83% pada tahun 2011. Sementara pangsa belanja modal tahun 2010 sebesar 22% kemudian menurun menjadi 17% pada tahun 2011. Menurunnya pangsa belanja modal layak mendapat perhatian mengingat kebutuhan pembangunan infrastruktur di Gorontalo masih sangat dibutuhkan. Diharapkan pada APBD-P tahun 2011 alokasi anggaran untuk belanja modal dapat ditambah. Hal lain yang perlu diperhatiakn adalah rendahnya penyerapan belanja modal seperti yang terjadi pada tahun 2010, kondisi tersebut diharapkan dapat dihindari mengingat anggaran belanja modal tahun 2011 relatif rendah dibandingkan anggaran 2010.
Grafik 4.3 Komposisi APBD Belanja Pemprov 2010
Grafik 4.4 Komposisi APBD Belanja Pemprov 2011
Tabel 4.8 APBD Belanja Tahun 2011 ANGGARAN Realisasi APBD 2010 APBD-P 2010 Belanja Tidak Langsung 270,851,001,852.00 258,065,176,335 Belanja Pegawai 173,793,863,052.00 165,233,608,171 Belanja Subsidi 2,728,450,000.00 1,928,000,000 Belanja Hibah 16,364,500,000.00 16,142,400,000 Belanja Bantuan Sosial 4,865,000,000.00 4,266,797,209 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 39,550,000,000.00 39,430,332,880 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 32,066,138,800.00 30,930,988,075 Belanja Tidak Terduga 1,483,050,000.00 133,050,000 Belanja Langsung 354,999,376,675.00 306,683,792,717 Belanja Pegawai 23,943,509,247.00 21,693,499,447 Belanja Barang dan Jasa 191,571,911,638.00 176,002,302,158 Belanja Modal 139,483,955,790.00 108,987,991,112 Jumlah Belanja 625,850,378,527.00 564,748,969,052 Belanja Daerah
ANGGARAN APBD 2011 311,594,816,664 203,973,905,336 3,200,000,000 41,750,000,000 6,000,000,000 44,170,911,328 7,500,000,000 5,000,000,000 359,456,670,266 30,439,242,880 216,489,471,944 112,527,955,442 671,051,486,930
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
50
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010| BANK INDONESIA
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan IV-2010 diwarnai oleh net outflow. Sementara itu, sistem pembayaran non tunai menunjukkan penurunan transaksi kliring dan RTGS.
5.1 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI 5.1.1 ALIRAN UANG KARTAL (INFLOW/OUTFLOW) Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan IV-2010 mengalami net outflow sebesar Rp66,98 miliar. Aliran uang kartal yang keluar dari dalam khasanah kas titipan lebih tinggi dibandingkan dengan aliran uang kartal yang masuk khasanah kas titipan.
Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.1 Netflow Kas Titipan Gorontalo
Grafik 5.2 Perkembangan Netflow Bulanan
Kondisi net outflow pada triwulan laporan disebabkan karena terdapat berbagai aktivitas ekonomi pada akhir tahun diantaranya perayaan Hari Raya Idul Adha, Hari Raya Natal, dan Tahun Baru. Di sisi lain, aktivitas ekonomi lainnya yaitu percepatan realisasi APBD melalui pembangunan proyek-proyek infrastruktur selama triwulan IV-2010 turut mendorong aliran uang beredar di masyarakat. Hal ini tercermin dari net outflow pada setiap bulan di triwulan laporan yaitu pada Oktober sebesar Rp11,88 miliar, November sebesar Rp3,72 miliar, dan Desember Rp51,37 miliar.
5.1.2 PENYEDIAAN UANG KARTAL LAYAK EDAR Uang layak edar yang tersedia pada kas titipan Gorontalo pada akhir triwulan IV2010 sebesar Rp61,27 miliar lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp172,85 miliar. Berkurangnya uang layak edar disebabkan ditariknya uang kartal dari kas titipan pasca kebutuhan uang kartal saat Hari Raya Idul Fitri pada triwulan III-2010. Adapun rincian uang layak edar dimaksud sebesar Rp35,88 miliar untuk uang kertas dan Rp19 juta BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010
51
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
untuk uang logam. Sementara itu, uang lusuh yang terdapat pada kas titipan sebesar Rp25,39 miliar. Pecahan uang kertas sebesar Rp5000,- merupakan pecahan yang memiliki tingkat kelusuhan tertinggi yaitu sebanyak 680.000 lembar, kemudian diikuti oleh pecahan uang kertas sebesar Rp1000,- yang memiliki tingkat kelusuhan sebanyak 465.000 lembar. Tabel 5.1 Rincian Pecahan Uang di Kas Titipan Gorontalo (Dalam Rp.ribu) Jenis Pecahan (Rp) Uang Kertas 100,000 50,000 20,000 10,000 5,000 2,000 1,000 Total Uang Logam 500 100 Total TOTAL UANG
Tw. II 2010 Tw. III 2010 Jumlah (ribu) Layak edar Lusuh Layak edar Lusuh 24,600,000 1,000,000 25,600,000 68,800,000 20,000,000 20,350,000 2,000,000 22,350,000 48,800,000 17,000,000 6,720,000 1,300,000 8,020,000 5,880,000 3,000,000 3,320,000 700,000 4,020,000 3,730,000 1,500,000 940,000 450,000 1,390,000 1,460,000 625,000 300,000 300,000 1,140,000 10,000 305,000 315,000 76,000 550,000 56,240,000 5,755,000 61,995,000 129,886,000 42,675,000 50,000 18,000 10,000 1,000 60,000 19,000 56,300,000 5,755,000 61,995,000 129,905,000 42,675,000
Jumlah 88,800,000 65,800,000 8,880,000 5,230,000 2,085,000 1,140,000 626,000 172,561,000 18,000 1,000 19,000 172,580,000
Tw. IV 2010 Jumlah (ribu) Layak edar Lusuh 6,500,000 7,000,000 13,500,000 11,100,000 10,000,000 21,100,000 9,260,000 2,900,000 12,160,000 5,960,000 1,300,000 7,260,000 940,000 3,400,000 4,340,000 2,050,000 330,000 2,380,000 50,000 465,000 515,000 35,860,000 25,395,000 61,255,000 18,000 18,000 1,000 1,000 19,000 19,000 35,879,000 25,395,000 61,274,000
Sumber : Bank Indonesia
5.1.3 UANG PALSU Tabel 5.2 Perkembangan Uang Palsu di Gorontalo
Pecahan / Tahun Emisi
2009
2010
100.000 / 2004 50.000 / 2005 10.000 / 2005 5.000 / 2001
1 7 0 0
21 14 1 3
Jumlah
8
39
Pada triwulan-IV 2010 teridentifikasi temuan uang palsu di Kas Titipan Provinsi Gorontalo yaitu meliputi pecahan Rp100.000,- tahun emisi 2004 sebanyak 15 lembar dan pecahan Rp50.000,- tahun emisi 2005 sebanyak 4 lembar. Banyaknya pecahan uang palsu yang teridentifikasi pada triwulan IV-2010 terjadi seluruhnya saat periode transaksi uang kartal pasca Hari Raya Idul Fitri yaitu bulan November. Hal ini menyebabkan total uang palsu yang teridentifikasi pada tahun 2010 sebanyak 39 lembar, lebih tinggi dibandingkan tahun 2009 yang hanya teridentifikasi sebanyak 8 lembar. Adapun rincian total uang palsu yang teridentifikasi pada tahun 2010 adalah pecahan Rp100.000,- tahun emisi 2004 sebanyak 21 lembar, pecahan Rp50.000,- tahun emisi 2005 sebanyak 14 lembar, pecahan Rp10.000,- tahun emisi 2005 sebanyak 1 lembar, dan pecahan Rp5.000,- tahun emisi 2001 sebanyak 3 lembar.
52
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010| BANK INDONESIA
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
5.2 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI 5.2.1 KLIRING NON BI DI GORONTALO Jumlah nominal perputaran warkat kliring non BI di Gorontalo pada triwulan laporan sebesar Rp334,64 miliar dengan pertumbuhan sebesar 28,21% (q.t.q) lebih rendah 15,23% dibandingkan triwulan sebelumnya. Adapun jumlah warkat sebanyak 15.118 lembar dengan pertumbuhan sebesar 35.92% (q.t.q). Sementara itu, rata-rata harian nominal kliring Non BI di Gorontalo pada triwulan IV-2010 sebesar Rp5,31 miliar atau tumbuh 34,32% (q.t.q). Sedangkan rata-rata harian jumlah warkat sebanyak 240 lembar atau tumbuh sebesar 42,39% (q.t.q).
Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.3 Perputaran Kliring di Gorontalo
Grafik 5.4 Rata-Rata Perputaran Kliring Per Hari
Rata-rata rasio jumlah nominal Cek/BG kosong per hari terhadap total keseluruhan nominal warkat yang dikliringkan tercatat mengalami penurunan dari 0,59% pada triwulan III-2010 menjadi 0,54% pada triwulan IV-2010. Sementara itu, rata-rata rasio warkat Cek/BG kosong per hari terhadap total keseluruhan warkat yang dikliringkan juga mengalami penurunan dari 0,59% pada triwulan III-2010 menjadi 0,43% pada triwulan IV2010.
Sumber : Bank Indonesia Grafik 5.5 Rasio Warkat dan Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI di Gorontalo
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010
53
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
5.2.2 REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS) Transaksi RTGS mendominasi dalam sistem pembayaran non tunai di Gorontalo. Hal ini disebabkan karena BI RTGS mempunyai keunggulan mempercepat penyelesaian transaksi (seketika) dan memperkecil risiko penyelesaian transaksi. Perkembangan penyelesaian transaksi RTGS rata-rata per bulan (dari dan ke Gorontalo) selama triwulan IV-2010 secara nominal sebesar Rp648 miliar atau tumbuh secara triwulanan sebesar 10.43% (q.t.q) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 31,08% (q.t.q). Sementara itu, secara volume penyelesaian transaksi RTGS rata-rata per bulan selama triwulan IV-2010 tercatat sebanyak 1.818 transaksi atau tumbuh secara triwulanan sebesar 27,75% (q.t.q) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 48,47% (q.t.q). Melambatnya perkembangan transaksi RTGS disebabkan karena aktivitas ekonomi pada triwulan laporan kurang semarak dibandingkan triwulan sebelumnya yang bertepatan dengan Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.
Tabel 5.3 Perkembangan Transaksi RTGS di Gorontalo
Bulan Rata-rata tw IV-09 Januari Februari Maret Rata-rata tw I-10 Pertumbuhan (qtq) April Mei Juni Rata-rata tw II-10 Pertumbuhan (qtq) Juli Agustus September Rata-rata tw III-10 Pertumbuhan (qtq) Oktober November Desember Rata-rata tw IV-10 Pertumbuhan (qtq)
FROM TO FROM + TO Nilai Nilai Nilai Volume Volume Volume (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) 242 574 362 606 603 1180 108 334 367 354 475 688 121 362 287 322 408 684 143 414 260 410 403 824 124 370 305 362 429 732 -48.78% -35.54% -15.70% -40.23% -28.96% -37.95% 160 472 225 412 385 884 151 474 233 404 384 878 185 554 389 560 574 1114 165 500 282 459 448 959 33.49% 35.14% -7.36% 26.70% 4.44% 30.97% 216 636 402 630 618 1266 210 758 402 771 612 1529 160 720 371 755 531 1475 195 705 392 719 587 1423 17.97% 40.93% 38.76% 56.69% 31.08% 48.47% 200 742 392 744 591 1486 204 789 353 802 557 1591 280 1196 516 1182 796 2378 228 909 420 909 648 1818 16.89% 29.00% 7.22% 26.53% 10.43% 27.75% Sumber : Bank Indonesia
54
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010| BANK INDONESIA
BAB 6 KESEJAHTERAAN
BAB 6 : KESEJAHTERAAN Tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi Gorontalo masih memerlukan perhatian, mengingat meskipun terjadi penurunan kemiskinan namun tingkat pengangguran sepanjang 2010 masih mengalami peningkatan sehingga berpotensi menimbulkan kemiskinan baru. 6.1. PENGANGGURAN Jumlah angkatan kerja (berusia 15 tahun ke atas) di Gorontalo relatif meningkat dari tahun ke tahun. Pada bulan Agustus 2010, jumlah angkatan-kerja mencapai 456.499 atau meningkat -5,84% dibandingkan kondisi Februari 2010. Sementara itu jumlah penduduk yang bekerja tumbuh sebesar -5,96% dibandingkan bulan Februari 2010. Selama tahun 2010, tingkat pengangguran terbuka meningkat, yaitu dari 5,05 % pada Februari 2010 menjadi 5,16% pada Agustus 2010. Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
Apabila dilihat berdasarkan lapangan usaha penduduk yang bekerja, sektor pertanian masih menjadi lapangan usaha sebagian besar penduduk Provinsi Gorontalo yaitu 176.974 orang (Agustus 2010) atau 40,88 % dari total penduduk yang bekerja. Jumlah tersebut turun -9,24% jika dibandingkan dengan Februari 2010. Sektor lainnya dengan pangsa pasar jumlah tenaga kerja yang cukup besar adalah sektor jasa perdagangan (16,46%) dan sektor jasa kemasyarakatan sebesar 18,78%. Kedua sektor ini mengalami pertumbuhan
jumlah
tenaga
kerja
masing-masing
sebesar
-18,27%
dan
0,81%
dibandingkan bulan Februari 2010. Sementara sektor industri juga menunjukkan penurunan jumlah tenaga kerja sebesar -14,89% dibandingkan posisi Februari 2010.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010
55
BAB 6 KESEJAHTERAAN
Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Agustus 2009-Agustus 2010
Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo
6.2. KEMISKINAN Persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan pada tahun 2010 (data bulan Maret) di Provinsi Gorontalo sebesar 23,19% atau mengalami penurunan dibandingkan periode Maret 2009 yang tercatat sebesar 25,01%. Kemiskinan Gorontalo masih yang tertinggi di Sulawesi serta masih jauh di atas persentase nasional yang berada di tingkatan 14,15%. Sementara itu garis kemiskinan di Provinsi Gorontalo pada bulan Maret 2010 sebesar Rp171.371 per kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp 9.182 perkapita per bulan dibandingkan dengan bulan Maret 2009 yang tercatat sebesar Rp162.189 perkapita per bulan. Tabel 6.3. Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo (%)
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas
56
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010| BANK INDONESIA
BAB 6 KESEJAHTERAAN
Jika dilihat berdasarkan sebarannya di tahun 2010, persentase penduduk miskin di provinsi Gorontalo terbesar berada di wilayah pedesaaan. Persentase penduduk miskin pedesaan sebesar 30,89% sementara di perkotaan sebesar 6,29% Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan diperlukan manajemen sumber daya lokal, penerimaan fiskal yang berpihak pada masyarakat miskin, dan juga alokasi anggaran pendidikan dan kesehatan yang proporsional dan berkeadilan.
6.3. RASIO GINI Perkembangan angka rasio gini Gorontalo dalam 3 (tiga) tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,39 mengalami kenaikan dibandingkan indeks gini tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36. Kondisi ini menunjukkan kesenjangan pendapatan antara lapisan penduduk semakin meningkat. Namun demikian berdasarkan strukturnya, persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk berpenghasilan tertinggi menjadi semakin meningkat dari 44,38% menjadi 47,67%. Fenomena yang menarik adalah terjadinya shifting dari sebagian penduduk di kelompok 40% menengah ke 40% ke bawah dan 20% teratas. Tabel 6.4. Rasio Gini Provinsi Gorontalo
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas
6.4. IPM (INDEX PEMBANGUNAN MANUSIA) Index Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo sampai tahun 2007 adalah sebesar 68,98 meningkat 0,97 point dari IPM 2006 yang sebesar 68,01. Peningkatan ini ditopang oleh kenaikan angka harapan hidup dari 65,60 tahun menjadi 66,19 tahun, kenaikan rata-rata lama sekolah menjadi 6,91 tahun dan kenaikan rata-rata pengeluaran riil dari Rp608,65 ribu menjadi Rp615,94 ribu. Kenaikan upah minimum provinsi menjadi salah satu pemicu peningkatan yang terjadi pada pengeluaran riil.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010
57
BAB 6 KESEJAHTERAAN Tabel 6.5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Terdapat perbedaan angka IPM di provinsi, kota dan kabupaten di Gorontalo, hal ini disebabkan oleh adanya ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi, layanan pendidikan, kesehatan dan ketersediaan infrastruktur yang terjadi sejak pemekaran wilayah. Pada tahun 2006 IPM tertinggi di Kota Gorontalo sebesar 71,64 lebih tinggi dibandingkan IPM Nasional, sedangkan IPM terendah di Kabupaten Boalemo sebesar 67,24. Tabel 6.6 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Per Kabupaten/Kota Tahun 2006-2007
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Sementara itu arah pembangunan Gorontalo ke depan memfokuskan pada pembangunan 15 kecamatan ber-IPM terendah dengan menyentuh tiga aspek yakni pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Adapun 15 kecamatan ber-IPM terendah antara lain : Kec. Motilango, Pulubala, Telaga Biru, Boliyohuto, Tibawa, Wonosari, Botumoito, Pohuwato, Patilanggio, Taluditi, Paguat, Tapa, Atinggola, Tolinggula, Anggrek dan Kwandang
58
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010| BANK INDONESIA