BAB 4 KEUANGAN DAERAH
BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja daerah relatif lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya meskipun secara besaran belum mencapai target anggaran yang telah ditentukan pada APBDP-2011. Sementara untuk pencapaian realisasi penerimaan daerah cukup baik. Penerimaan daerah berada di atas target anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. 4.1 PENDAPATAN DAERAH Dari komponennya, hampir seluruh pos penerimaan realisasinya mampu mencapai target yang ditetapkan pada APBDP-2011. Realisasi di bawah target anggaran hanya terjadi pada pos Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak. Secara nominal, realisasi pendapatan triwulan IV-2011 sebesar Rp 680,62 Miliar dengan capaian terhadap target anggaran sebesar 100,54%. Hal ini terutama didukung oleh hasil pencapaian pada pos Pendapatan Asli Daerah yang mampu menghimpun pendapatan sebesar Rp 151,49 Miliar atau sebesar 104,54% dari target anggaran. Peningkatan PAD terbesar masih bersumber pada pajak kendaraan bermotor yang kontribusinya mencapai 92,57% dari total penghimpunan PAD. Realisasi PAD pada tahun 2011 meningkat 21 Miliar dibandingkan tahun sebelumnya. Tabel 4.1 Anggaran Induk dan Realisasi Penerimaan APBD Provinsi Gorontalo IV-2010 Pendapatan Daerah Pendapatan Asli Daerah Pajak daerah Pajak Kendaraan Bermotor Pajak Kendaraan di Air Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Bea Balik Nama Kendaraan Di Air Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Pajak Air Permukaan Pajak Air Bawah Tanah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Jumlah Pendapatan
APBD 2010 106,783,066,210 96,450,724,011 32,550,861,400 25,000,000 41,541,852,923 15,000,000 22,180,984,688 121,800,000 15,225,000 550,000,000 9,782,342,199 430,749,380,658 20,580,008,454 400,750,820,000 10,734,900,000 537,532,446,868
Nominal 130,895,807,649 120,763,859,727 37,698,428,218 58,940,311,550 24,013,162,614 88,762,760 23,194,585 10,131,947,922 438,417,250,983 26,931,530,983 400,750,820,000 10,734,900,000 21,848,025,000 591,161,083,632
IV-2011
Pencapaian (%) 122.58 125.21 115.81 141.88 108.26 72.88 152.35 103.57 101.78 130.86 100.00 100.00 109.98
APBDP 2011 144,916,740,520 133,127,278,321 42,153,606,599 25,000,000 66,537,687,034 15,000,000 24,180,984,688 160,000,000 55,000,000 11,789,462,199 513,158,308,835 23,983,008,835 461,118,100,000 28,057,200,000 18,900,000,000 676,975,049,355
Nominal 151,495,419,183 140,235,868,435 44,303,321,140 68,767,615,350 27,105,378,520 59,553,425 11,259,550,748 510,223,775,851 21,048,473,851 461,118,102,000 28,057,200,000 18,900,000,000 680,619,195,034
Pencapaian (%) 104.54 105.34 105.10 103.35 112.09 37.22 95.51 99.43 87.76 100.00 100.00 100.00 100.54
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo
Sementara itu di sisi dana perimbangan, realisasi DAU dan DAK mencapai 100%. Penurunan realisasi terjadi pada pos bagi hasil pajak/bukan pajak, yaitu pada Bagi Hasil Pajak Pasal 21. Secara nominal penerimaan dana perimbangan pada triwulan IV-2011 sebesar Rp 510,22 Miliar mencapai 99,43% terhadap target anggaran sebelumnya. Realisasi dana perimbangan tersebut meningkat Rp 70 Miliar dibandingkan tahun sebelumnya. BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011
43
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
Dilihat dari pangsanya, komposisi dana perimbangan masih mendominasi APBD triwulan IV-2011 sebesar 74,96% relatif sama dibandingkan pangsa dana perimbangan tahun sebelumnya sebesar 74,16%. Demikian juga untuk pangsa PAD, sehingga disimpulkan struktur realisasi APBD Pemerintah Provinsi tahun 2010 dengan tahun 2011 masih belum banyak mengalami perubahan. Tabel 4.2 Komposisi Penerimaan APBD Provinsi Gorontalo (dalam %) IV-2010 Pendapatan Daerah Pendapatan Asli Daerah Pajak daerah Pajak Kendaraan Bermotor Pajak Kendaraan di Air Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Bea Balik Nama Kendaraan Di Air Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Pajak Air Permukaan Pajak Air Bawah Tanah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Jumlah Pendapatan
APBD 2010 106,783,066,210 96,450,724,011 32,550,861,400 25,000,000 41,541,852,923 15,000,000 22,180,984,688 121,800,000 15,225,000 550,000,000 9,782,342,199 430,749,380,658 20,580,008,454 400,750,820,000 10,734,900,000 537,532,446,868
Nominal 130,895,807,649 120,763,859,727 37,698,428,218 58,940,311,550 24,013,162,614 88,762,760 23,194,585 10,131,947,922 438,417,250,983 26,931,530,983 400,750,820,000 10,734,900,000 21,848,025,000 591,161,083,632
IV-2011
Komposisi (%) 22.14 20.43 6.38 9.97 4.06 0.02 0.00 1.71 74.16 4.56 67.79 1.82 3.70 100.00
APBDP 2011 144,916,740,520 133,127,278,321 42,153,606,599 25,000,000 66,537,687,034 15,000,000 24,180,984,688 160,000,000 55,000,000 11,789,462,199 513,158,308,835 23,983,008,835 461,118,100,000 28,057,200,000 18,900,000,000 676,975,049,355
Nominal
Komposisi (%)
151,495,419,183 140,235,868,435 44,303,321,140 68,767,615,350 27,105,378,520 59,553,425 11,259,550,748 510,223,775,851 21,048,473,851 461,118,102,000 28,057,200,000 18,900,000,000 680,619,195,034
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
22.26 20.60 6.51 10.10 3.98 0.01 1.65 74.96 3.09 67.75 4.12 2.78 100.00 -
4.2 BELANJA DAERAH Peningkatan penyerapan belanja daerah terutama didorong oleh peningkatan penyerapan pada pos belanja langsung, sementara untuk pos belanja tidak langsung mengalami penurunan. Pada triwulan laporan, tercatat Rp 713,86 Miliar dana APBD telah dibelanjakan dengan realisasi mencapai 92,78% terhadap target anggaran. Kondisi tersebut masih lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang realisasinya mencapai 90,24%. Penyerapan anggaran daerah pada pos belanja langsung mencapai Rp 388,88 Miliar atau sebesar 92,85% terhadap target anggaran, sedikit lebih baik dibandingkan realisasi tahun sebelumnya yang mencapai 90,24%. Penyerapan yang cukup baik terutama pada pos belanja modal yang mencapai 95,93% terhadap anggaran. Sementara itu penyerapan anggaran daerah untuk pos belanja tidak langsung realisasinya sedikit menurun apabila dibandingkan tahun sebelumnya. Tercatat penyerapan anggaran tahun 2011 pada pos tersebut sebesar 92,69% menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 95,28%.
44
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA
BAB 4 KEUANGAN DAERAH Tabel 4.3 Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo Belanja Daerah
ANGGARAN APBD-P 2010
Belanja Tidak Langsung 270,851,001,852.00 Belanja Pegawai 173,793,863,052.00 Belanja Subsidi 2,728,450,000.00 Belanja Hibah 16,364,500,000.00 Belanja Bantuan Sosial 4,865,000,000.00 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 39,550,000,000.00 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 32,066,138,800.00 Belanja Tidak Terduga 1,483,050,000.00 Belanja Langsung 354,999,376,675.00 Belanja Pegawai 23,943,509,247.00 Belanja Barang dan Jasa 191,571,911,638.00 Belanja Modal 139,483,955,790.00 Jumlah Belanja 625,850,378,527.00
IV-2010 Nominal
IV-2011
Pencapaian (%)
258,065,176,335 165,233,608,171 1,928,000,000 16,142,400,000 4,266,797,209 39,430,332,880 30,930,988,075 133,050,000 306,683,792,717 21,693,499,447 176,002,302,158 108,987,991,112 564,748,969,052
95.28 95.07 70.66 98.64 87.70 99.70 96.46 8.97 86.39 90.60 91.87 78.14 90.24
APBDP 2011 349,534,816,664.00 203,973,905,336.00 2,500,000,000.00 73,240,000,000.00 7,500,000,000.00 51,070,911,328.00 7,500,000,000.00 3,750,000,000.00 418,812,138,202.00 30,891,979,880.00 239,917,730,430.00 148,002,427,892.00 768,346,954,866.00
Nominal
Pencapaian (%)
323,981,914,467.00 187,797,346,422.00 1,662,443,865.00 66,763,215,789.00 6,966,536,209.00 51,024,380,307.00 8,098,192,000.00 1,669,799,875.00 388,887,795,149.00 27,608,715,245.00 219,298,362,650.00 141,980,717,254.00 712,869,709,616.00
92.69 92.07 66.50 91.16 92.89 99.91 107.98 44.53 92.85 89.37 91.41 95.93 92.78
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
Struktur APBD 2011 masih sama dengan kondisi tahun sebelumnya dimana porsi penyerapan anggaran 80% masih diarahkan untuk kepentingan belanja konsumsi sementara 20% untuk kepentingan belanja modal. Tabel 4.4 Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo Belanja Daerah
ANGGARAN APBD-P 2010
Belanja Tidak Langsung 270,851,001,852.00 Belanja Pegawai 173,793,863,052.00 Belanja Subsidi 2,728,450,000.00 Belanja Hibah 16,364,500,000.00 Belanja Bantuan Sosial 4,865,000,000.00 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 39,550,000,000.00 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 32,066,138,800.00 Belanja Tidak Terduga 1,483,050,000.00 Belanja Langsung 354,999,376,675.00 Belanja Pegawai 23,943,509,247.00 Belanja Barang dan Jasa 191,571,911,638.00 Belanja Modal 139,483,955,790.00 Jumlah Belanja 625,850,378,527.00
IV-2010 Nominal
IV-2011
Komposisi (%)
258,065,176,335 165,233,608,171 1,928,000,000 16,142,400,000 4,266,797,209 39,430,332,880 30,930,988,075 133,050,000 306,683,792,717 21,693,499,447 176,002,302,158 108,987,991,112 564,748,969,052
45.70 29.26 0.34 2.86 0.76 6.98 5.48 0.02 54.30 3.84 31.16 19.30 100.00
APBDP 2011 349,534,816,664.00 203,973,905,336.00 2,500,000,000.00 73,240,000,000.00 7,500,000,000.00 51,070,911,328.00 7,500,000,000.00 3,750,000,000.00 418,812,138,202.00 30,891,979,880.00 239,917,730,430.00 148,002,427,892.00 768,346,954,866.00
Nominal
Komposisi (%)
323,981,914,467.00 187,797,346,422.00 1,662,443,865.00 66,763,215,789.00 6,966,536,209.00 51,024,380,307.00 8,098,192,000.00 1,669,799,875.00 388,887,795,149.00 27,608,715,245.00 219,298,362,650.00 141,980,717,254.00 712,869,709,616.00
45.45 26.34 0.23 9.37 0.98 7.16 1.14 0.23 54.55 3.87 30.76 19.92 100.00
4.3. KONTRIBUSI REALISASI APBD GORONTALO TERHADAP SEKTOR RIIL DAN UANG BEREDAR Kinerja fiskal selama tahun 2011 menunjukkan sedikit peningkatan terhadap stimulan sektor riil. Realisasi anggaran konsumsi pemerintah memberikan pangsa 24,12% terhadap PDRB lebih baik dibandingkan kondisi tahun sebelumnya sebesar 22,12%. Demikian halnya dengan stimulan fiskal terhadap investasi sektor riil pada tahun 2011 mengalami peningkatan dengan pangsa 6%, lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 5,3%. Di sisi pengaruhnya terhadap uang beredar, realisasi anggaran APBD Gorontalo sampai dengan akhir triwulan IV-2011 menunjukkan ekspansi. Ekspansi terjadi karena realisasi dari penerimaan APBD lebih kecil dibandingkan penyerapan belanja APBD. Defisit penerimaan mencapai Rp 32,25 Miliar di mana pada tahun anggaran sebelumnya Pemprov mengalami surplus anggaran sebesar Rp 26,41 Miliar.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011
45
BAB 4 KEUANGAN DAERAH Tabel 4.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil Belanja Daerah
APBD-P 2010
Konsumsi Pemerintah Belanja Pegawai Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa Belanja Tidak Terduga Belanja Barang dan Jasa Pembentukan Modal Tetap Bruto Belanja Modal
486,366,422,737 197,737,372,299 2,728,450,000 16,364,500,000 4,865,000,000 39,550,000,000 32,066,138,800 1,483,050,000 191,571,911,638 139,483,955,790 139,483,955,790
IV-2010 Nominal 455,760,977,940 186,927,107,618 1,928,000,000 16,142,400,000 4,266,797,209 39,430,332,880 30,930,988,075 133,050,000 176,002,302,158 108,987,991,112 108,987,991,112
APBDP 2011
%PDRB 22.22 9.11 0.09 0.79 0.21 1.92 1.51 0.01 8.58 5.31 5.31
620,344,526,974 234,865,885,216 2,500,000,000 73,240,000,000 7,500,000,000 51,070,911,328 7,500,000,000 3,750,000,000 239,917,730,430 148,002,427,892 148,002,427,892
IV-2011 Nominal 570,888,992,362 215,406,061,667 1,662,443,865 66,763,215,789 6,966,536,209 51,024,380,307 8,098,192,000 1,669,799,875 219,298,362,650 141,980,717,254 141,980,717,254
%PDRB 24.12 9.10 0.07 2.82 0.29 2.16 0.34 0.07 9.26 6.00 6.00
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo *) PDRB Q1-2010 Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo
Tabel 4.6 Dampak APBD terhadap Uang Beredar APBD
APBD-P 2010
Pendapatan 537,532,446,868.00 Pendapatan Asli Daerah 106,783,066,210.00 Dana Perimbangan 430,749,380,658.00 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 20,580,008,454.00 Dana Alokasi Umum 400,750,820,000.00 Dana Alokasi Khusus 10,734,900,000.00 Dana Darurat Dana Penyesuaian Belanja 625,850,378,527.00 Belanja Pegawai 197,737,372,299.00 Belanja Subsidi 2,728,450,000.00 Belanja Hibah 16,364,500,000.00 Belanja Bantuan Sosial 4,865,000,000.00 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 39,550,000,000.00 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 32,066,138,800.00 Belanja Tidak Terduga 1,483,050,000.00 Belanja Barang dan Jasa 191,571,911,638.00 Belanja Modal 139,483,955,790 Surplus/Defisit (88,317,931,659) Pembiayaan Netto (88,317,931,659) DAMPAK RUPIAH -
IV-2010 Nominal 591,161,083,632.24 130,895,807,649.24 438,417,250,983.00 26,931,530,983.00 400,750,820,000.00 10,734,900,000.00 21,848,025,000.00 564,748,969,052.00 186,927,107,618.00 1,928,000,000.00 16,142,400,000.00 4,266,797,209.00 39,430,332,880.00 30,930,988,075.00 133,050,000.00 176,002,302,158.00 108,987,991,112 26,412,114,580 26,412,114,580
676,975,049,355.00 144,916,740,520.00 513,158,308,835.00 23,983,008,835.00 461,118,100,000.00 28,057,200,000.00
IV-2011 Nominal 680,619,195,033.86 151,495,419,182.86 510,223,775,851.00 21,048,473,851.00 461,118,102,000.00 28,057,200,000.00
18,900,000,000.00 768,346,954,866.00 234,865,885,216.00 2,500,000,000.00 73,240,000,000.00 7,500,000,000.00 51,070,911,328.00 7,500,000,000.00 3,750,000,000.00 239,917,730,430.00 148,002,427,892 (91,371,905,511) (91,371,905,511) -
18,900,000,000.00 712,869,709,616.00 215,406,061,667.00 1,662,443,865.00 66,763,215,789.00 6,966,536,209.00 51,024,380,307.00 8,098,192,000.00 1,669,799,875.00 219,298,362,650.00 141,980,717,254 (32,250,514,582) (32,250,514,582)
APBDP 2011
%PDRB 28.03 6.21 20.78 1.28 19.54 0.52 1.07 27.54 9.11 0.09 0.79 0.21 1.92 1.51 0.01 8.58 5.31 1.29 1.29
%PDRB 28.75 6.40 21.55 0.89 19.48 1.19 0.80 30.11 9.10 0.07 2.82 0.29 2.16 0.34 0.07 9.26 6.00 (1.36) (1.36)
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo *) PDRB Q1-2010 Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo
4.4. ANGGARAN APBD PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO TAHUN 2012 Pada tahun 2012 anggaran penerimaan APBD Pemerintah Provinsi mengalami peningkatan 34%. Anggaran penerimaan APBD tahun 2012 sebesar Rp 913 Miliar dengan komposisi 69% berasal dari dana perimbangan, 18% berasal dari penghimpunan pajak daerah dan sisanya 13% pendapatan lain-lain. Apabila dibandingkan dengan realisasi tahun 2011 tampak ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat mulai menurun yang terlihat dari pangsa dana perimbangan yang menurun.
Grafik 4.1 Struktur Penerimaan APBD 2012
46
Grafik 4.2 Struktur Pengeluaran APBD 2012
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
Tabel 4.7 APBD Penerimaan Tahun 2012
Pendapatan Daerah Pendapatan Asli Daerah Pajak daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Retribusi Daerah Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Jumlah Pendapatan
2010
2011
Realisasi
Realisasi
130,895,807,649 120,763,859,727 -
151,495,419,183 140,235,868,435 -
10,131,947,922 438,417,250,983 26,931,530,983 400,750,820,000 10,734,900,000 21,848,025,000 591,161,083,632
11,259,550,748 510,223,775,851 21,048,473,851 461,118,102,000 28,057,200,000 18,900,000,000 680,619,195,034
APBD 2012 161,639,396,184 150,012,733,985 100,000,000 11,526,662,199 630,131,540,835 23,983,008,835 582,140,302,000 24,008,230,000 121,630,890,000 913,401,827,019
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
Pada tahun 2012 anggaran pengeluaran APBD Pemerintah Provinsi mengalami peningkatan 32%. Anggaran pengeluaran APBD tahun 2012 sebesar Rp 938 Miliar dengan komposisi 44% belanja langsung dan 21,4% berasal tidak langsung. Namun peningkatan belanja tahun 2012 yang cukup signifikan belum diiringi peningkatan komponen belanja modal.
Tabel 4.8 APBD Pengeluaran Tahun 2012 IV-2010 Belanja Daerah
Nominal
Belanja Tidak Langsung 258,065,176,335 Belanja Pegawai 165,233,608,171 Belanja Subsidi 1,928,000,000 Belanja Hibah 16,142,400,000 Belanja Bantuan Sosial 4,266,797,209 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 39,430,332,880 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa30,930,988,075 Belanja Tidak Terduga 133,050,000 Belanja Langsung 306,683,792,717 Belanja Pegawai 21,693,499,447 Belanja Barang dan Jasa 176,002,302,158 Belanja Modal 108,987,991,112 Jumlah Belanja 564,748,969,052
IV-2011 Nominal 323,981,914,467.00 187,797,346,422.00 1,662,443,865.00 66,763,215,789.00 6,966,536,209.00 51,024,380,307.00 8,098,192,000.00 1,669,799,875.00 388,887,795,149.00 27,608,715,245.00 219,298,362,650.00 141,980,717,254.00 712,869,709,616.00
APBDP 2011 466,387,095,206.40 241,569,991,136.40 4,500,000,000.00 139,830,890,000.00 5,600,000,000.00 54,676,214,070.00 15,210,000,000.00 5,000,000,000.00 472,014,731,812.80 36,893,361,512.00 289,417,165,499.80 145,704,204,801.00 938,401,827,019.20
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011
47
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
Halaman ini sengaja dikosongkan
48
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan IV-2011 diwarnai oleh net outflow dan penurunan persediaan uang layak edar. Sementara itu, sistem pembayaran non tunai baik transaksi kliring dan transaksi RTGS mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan volume transaksi dalam sistem pembayaran tersebut diperkirakan akibat dari menurunnya transaksi ekonomi dibandingkan triwulan sebelumnya dimana terdapat event Ramadhan dan Hari Raya Lebaran.
5.1 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI 5.1.1 ALIRAN UANG KARTAL (INFLOW/OUTFLOW) Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan IV-2011 mengalami net outflow sebesar Rp181,33 miliar. Aliran uang kartal yang keluar dari khasanah kas titipan lebih tinggi dibandingkan dengan aliran uang kartal yang masuk ke dalam khasanah kas titipan.
Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.1 Netflow Kas Titipan Gorontalo
Grafik 5.2 Perkembangan Netflow Bulanan
Kondisi net outflow pada triwulan laporan didominasi pada bulan Desember yang mencapai Rp148,69 miliar. Sementara itu, pergerakan kas titipan pada bulan Oktober dan November relatif minim. Net outflow yang terjadi pada bulan Desember sejalan dengan banyaknya kebutuhan uang kartal oleh masyarakat untuk transaksi pembayaran akhir tahun.
5.1.2 PENYEDIAAN UANG KARTAL LAYAK EDAR Uang layak edar yang tersedia pada kas titipan Gorontalo pada akhir triwulan IV2011 sebesar Rp72,48 miliar lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp128,44 miliar. Adapun rincian uang layak edar dimaksud sebesar Rp72,46 miliar untuk uang kertas dan Rp20 juta untuk uang logam. Menurunnya uang layak edar yang tersedia di BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011
49
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
kas titipan disebabkan karena sebagian telah ditarik oleh Bank Indonesia karena kebutuhan akan uang kartal pada triwulan laporan tidak sebesar dibandingkan triwulan sebelumnya saat ada perayaan Lebaran. Sementara itu, uang lusuh yang terdapat pada kas titipan pada triwulan laporan sebesar Rp5,89 miliar. Pecahan uang kertas sebesar Rp2000,- merupakan pecahan yang memiliki tingkat kelusuhan tertinggi yaitu sebanyak 300.000 lembar, kemudian diikuti oleh pecahan uang kertas sebesar Rp1000,- yang memiliki tingkat kelusuhan sebanyak 135.000 lembar, dan pecahan uang kertas sebesar Rp10.000,- yang memiliki tingkat kelusuhan sebanyak 100.000 lembar. Tabel 5.1 Rincian Pecahan Uang di Kas Titipan Gorontalo (Dalam Rp.ribu) Jenis Pecahan (Rp) Uang Kertas 100,000 50,000 20,000 10,000 5,000 2,000 1,000 Total Uang Logam 500 100 50 Total TOTAL UANG
Tw. IV 2010 Tw. III 2011 Jumlah (ribu) Jumlah (ribu) Layak edar Lusuh Layak edar Lusuh 6,500,000 7,000,000 13,500,000 60,400,000 7,500,000 67,900,000 11,100,000 10,000,000 21,100,000 51,900,000 7,000,000 58,900,000 9,260,000 2,900,000 12,160,000 4,500,000 4,200,000 8,700,000 5,960,000 1,300,000 7,260,000 5,400,000 2,000,000 7,400,000 940,000 3,400,000 4,340,000 2,880,000 2,300,000 5,180,000 2,050,000 330,000 2,380,000 3,320,000 1,300,000 4,620,000 50,000 465,000 515,000 16,000 400,000 416,000 35,860,000 25,395,000 61,255,000 128,416,000 24,700,000 153,116,000 18,000 18,000 25,000 25,000 1,000 1,000 2,000 2,000 19,000 19,000 27,000 27,000 35,879,000 25,395,000 61,274,000 128,443,000 24,700,000 153,143,000
Tw. IV 2011 Jumlah (ribu) Layak edar Lusuh 35,900,000 1,000,000 36,900,000 15,000,000 2,000,000 17,000,000 6,240,000 900,000 7,140,000 5,420,000 1,000,000 6,420,000 4,515,000 250,000 4,765,000 4,962,000 600,000 5,562,000 422,000 135,000 557,000 72,459,000 5,885,000 78,344,000 20,000
20,000 72,479,000
5,885,000
20,000 78,364,000
Sumber : Bank Indonesia
5.1.3 UANG PALSU
Tabel 5.2 Perkembangan Uang Palsu di Gorontalo
Periode Jan-Des 2011 Pecahan / Tahun Emisi Gorontalo Manado 100.000 / 2004 100.000 / 1999 50.000 / 2005 50.000 / 1999 50.000 / 1993 20.000 / 2004 10.000 / 2005
0 0 0 0 0 0 0
163 1 106 1 4 36 30
Jumlah
0
341 Sumber: Bank Indonesia
50
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
Pada tahun 2011, tidak teridentifikasi temuan uang palsu di Kas Titipan Provinsi Gorontalo. Namun, di Manado telah ditemukan uang palsu sebanyak 341 lembar. Hasil konfirmasi dari Perbankan Gorontalo terdapat beberapa temuan uang palsu di Gorontalo. Namun, perbankan di Gorontalo melaporkan temuan tersebut kepada kantor regional masing-masing di Manado. Sehingga, diperkirakan uang palsu yang ditemukan di Gorontalo tercatat dan tergabung dengan uang palsu yang ada di Manado.
5.2 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI 5.2.1 KLIRING NON BI DI GORONTALO Jumlah nominal perputaran warkat kliring non BI di Gorontalo pada triwulan laporan sebesar Rp417,53 miliar atau mengalami kontraksi sebesar 4,43% (q.t.q) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 20,48% (q.t.q). Adapun jumlah warkat sebanyak 17.478 lembar dengan pertumbuhan sebesar 3.51% (q.t.q). Sementara itu, rata-rata harian nominal kliring Non BI di Gorontalo pada triwulan IV-2011 sebesar Rp6,52 miliar atau mengalami kontraksi 9,06% (q.t.q). Sedangkan rata-rata harian jumlah warkat sebanyak 273 lembar atau terkontraksi sebesar 1,37% (q.t.q).
Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.3 Perputaran Kliring di Gorontalo
Grafik 5.4 Rata-Rata Perputaran Kliring Per Hari
Rata-rata rasio jumlah nominal Cek/BG kosong per hari terhadap total keseluruhan nominal warkat yang dikliringkan pada triwulan IV-2011 tercatat sebesar 1,27% lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,02%. Sementara itu, rata-rata rasio warkat Cek/BG kosong per hari terhadap total keseluruhan warkat yang dikliringkan pada triwulan laporan tercatat sebesar 0,80% lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,08%.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011
51
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
Sumber : Bank Indonesia Grafik 5.5 Rasio Warkat dan Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI di Gorontalo
5.2.2 REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS) Perkembangan penyelesaian transaksi RTGS rata-rata per bulan (dari dan ke Gorontalo) selama triwulan IV-2011 secara nominal sebesar Rp695 miliar atau tumbuh secara triwulanan sebesar 7,26% (q.t.q) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 24,46% (q.t.q). Sementara itu, secara volume penyelesaian transaksi RTGS ratarata per bulan selama triwulan IV-2011 tercatat sebanyak 1.559 transaksi atau mengalami pertumbuhan secara triwulanan sebesar -0,34% (q.t.q). Perlambatan perkembangan transaksi RTGS diperkirakan karena pergerakan aktivitas ekonomi pada triwulan laporan lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Meskipun pada triwulan IV-2011 terdapat beberapa event seperti Natal dan Tahun Baru, namun tidak dapat menyamai ramainya geliat perekonomian saat periode Ramadhan/Lebaran yang terjadi pada triwulan sebelumnya.
52
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN Tabel 5.3 Perkembangan Transaksi RTGS di Gorontalo
Bulan Oktober November Desember Rata-rata tw IV-10 Pertumbuhan (qtq) Januari Februari Maret Rata-rata tw I-11 Pertumbuhan (qtq) April Mei Juni Rata-rata tw II-11 Pertumbuhan (qtq) Juli Agustus September Rata-rata tw III-11 Pertumbuhan (qtq) Oktober November Desember Rata-rata tw IV-11 Pertumbuhan (qtq)
FROM TO FROM + TO Nilai Nilai Nilai Volume Volume Volume (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) 200 742 392 744 591 1486 204 789 353 802 557 1591 280 1196 516 1182 796 2378 228 909 420 909 648 1818 16.89% 29.00% 7.22% 26.53% 10.43% 27.75% 155 574 360 474 515 1048 166 490 268 470 434 960 175 701 373 703 548 1404 165 588 334 549 499 1137 -27.42% -35.28% -20.54% -39.63% -22.96% -37.45% 196 725 267 611 464 1336 165 715 353 635 518 1350 216 796 365 710 581 1506 192 745 328 652 521 1397 16.26% 26.69% -1.57% 18.76% 4.34% 22.86% 241 874 440 801 681 1675 228 899 517 785 745 1684 192 772 327 563 519 1335 220 848 428 716 648 1565 14.54% 13.82% 30.27% 9.87% 24.46% 11.98% 244 844 396 687 640 1531 273 884 387 624 659 1508 327 954 460 685 787 1639 281 894 414 665 695 1559 27.60% 5.38% -3.21% -7.12% 7.26% -0.34% Sumber : Bank Indonesia
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011
53
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
Halaman ini sengaja dikosongkan
54
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA
BAB 6 KESEJAHTERAAN
BAB 6 : KESEJAHTERAAN Tingkat
kesejahteraan
masyarakat
di
Gorontalo
menunjukkan
peningkatan
sebagaimana tercermin dari salah satu indikator yaitu kemiskinan. Jumlah penduduk miskin menurun dari 23,19% pada tahun 2010 menjadi 18,02% pada posisi September 2011. 6.1. PENGANGGURAN Berdasarkan data Februari 2011, jumlah angkatan kerja (berusia 15 tahun ke atas) di Provinsi Gorontalo adalah sebanyak 458.579 jiwa atau meningkat dibanding angkatan kerja pada periode Agustus 2010 yang tercatat hanya 456.499 jiwa.
Peningkatan jumlah
angkatan tersebut bersumber dari peningkatan jumlah penduduk yang bekerja dimana pada Februari 2011 mencapai 437.459 atau naik 1,05% dibanding posisi Agustus 2010 yang tercatat sebanyak 432.926 jiwa. Sementara angka tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Gorontalo pada bulan Februari 2011 tercatat sebanyak 4,61%, mengalami penurunan dibandingkan data Agustus 2010 yang tercatat 5,16%. Hal yang sama juga terjadi pada tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mengalami penurunan dari 64,42% menjadi 63,90% yang diperkirakan dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk Bukan Angkatan Kerja yang lebih tinggi (2,71%) dibandingkan dengan pertumbuhan angkatan kerja (0,46%) dan pertumbuhan jumlah penduduk (1,26%).
Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
Berdasarkan lapangan usaha, terlihat bahwa sebagian besar penduduk Gorontalo bekerja pada sektor pertanian yaitu 179.933 orang (Februari 2011) atau 41,13 % dari total penduduk yang bekerja. Jumlah tersebut meningkat 1,67% jika dibandingkan dengan Agustus 2010.
Hal tersebut merefleksikan bahwa Gorontalo masih tergolong sebagai
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011
55
BAB 6 KESEJAHTERAAN
daerah agraris dengan komoditi utama jagung dan padi. Sektor lainnya dengan pangsa pasar jumlah tenaga kerja yang cukup besar adalah sektor jasa kemasyarakatan yaitu 87.087 jiwa atau sebesar 19,91% dari total tenaga kerja. Tenaga kerja sektor ini tumbuh sebesar 7,09% dibandingkan bulan Agustus 2010. Sementara sektor perdagangan meskipun pangsanya terhadap penyerapan tenaga kerja cukup tinggi (14,63%) namun pertumbuhannya relatif menurun dibandingkan posisi Agustus 2010 yaitu sebesar -10,14%. Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Agustus 2009-Agustus 2010
Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo
6.2. KEMISKINAN Data bulan September 2011 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Gorontalo tercatat sebanyak 192.396 jiwa atau 18,02% dari jumlah penduduk. Jumlah tersebut mengalami penurunan dibandingkan posisi Maret 2011 yang tercatat sebanyak 198.270 jiwa (18,75% dari jumlah penduduk) atau mengalami penurunan sebesar 0,73%. Penurunan jumlah penduduk miskin tersebut, yang terbesar terjadi di perkotaan yaitu mencapai 4.538 jiwa atau 1,31 %, sedangkan di perdesaan hanya sebesar 1.336 jiwa atau 0,44 persen. Sementara itu garis kemiskinan di Provinsi Gorontalo pada bulan September 2011 sebesar Rp195.685 per kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp8.470 perkapita per bulan dibandingkan dengan bulan Maret 2011 yang tercatat sebesar Rp187.215 perkapita per bulan.
56
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA
BAB 6 KESEJAHTERAAN Tabel 6.3. Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo (%)
Jumlah Penduduk Miskin (jiwa)
Periode
Persentase Penduduk Miskin (%)
Maret 2011
198,270
18.75
September 2011
192,396
18.02
(5,874)
(0.73)
Perubahan
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas
Jika dilihat berdasarkan sebarannya di tahun 2011, persentase penduduk miskin di provinsi Gorontalo terbesar berada di wilayah perdesaan yaitu sebanyak 92,33%, selebihnya yaitu 7,67% tinggal di wilayah perkotaan. Untuk mengatasi adanya ketimpangan jumlah
penduduk
miskin
tersebut,
diharapkan
pembangunan
infrastruktur
dan
pengembangan wilayah perdesaan pada tahun mendatang dapat lebih diprioritaskan.
6.3. RASIO GINI Angka rasio gini Gorontalo berdasarkan data 3 (tiga) tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,39 mengalami kenaikan dibandingkan indeks gini tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36. Kondisi ini menunjukkan kesenjangan pendapatan antara lapisan penduduk semakin meningkat. Namun demikian berdasarkan strukturnya, persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk berpenghasilan tertinggi menjadi semakin meningkat dari 44,38% menjadi 47,67%. Fenomena yang menarik adalah terjadinya shifting dari sebagian penduduk di kelompok 40% menengah ke 40% ke bawah dan 20% teratas. Tabel 6.4. Rasio Gini Provinsi Gorontalo
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011
57
BAB 6 KESEJAHTERAAN
6.4. IPM (INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA) Index Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo sampai tahun 2007 adalah sebesar 68,98 meningkat 0,97 point dari IPM 2006 yang sebesar 68,01. Peningkatan ini ditopang oleh kenaikan angka harapan hidup dari 65,60 tahun menjadi 66,19 tahun, kenaikan rata-rata lama sekolah menjadi 6,91 tahun dan kenaikan rata-rata pengeluaran riil dari Rp608,65 ribu menjadi Rp615,94 ribu. Kenaikan upah minimum provinsi menjadi salah satu pemicu peningkatan yang terjadi pada pengeluaran riil. Tabel 6.5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Terdapat perbedaan angka IPM di provinsi, kota dan kabupaten di Gorontalo, hal ini disebabkan oleh adanya ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi, layanan pendidikan, kesehatan dan ketersediaan infrastruktur yang terjadi sejak pemekaran wilayah. Pada tahun 2006 IPM tertinggi di Kota Gorontalo sebesar 71,64 lebih tinggi dibandingkan IPM Nasional, sedangkan IPM terendah di Kabupaten Boalemo sebesar 67,24. Tabel 6.6 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Per Kabupaten/Kota Tahun 2006-2007
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Sementara itu arah pembangunan Gorontalo ke depan memfokuskan pada pembangunan 15 kecamatan ber-IPM terendah dengan menyentuh tiga aspek yakni pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Adapun 15 kecamatan ber-IPM terendah antara lain : Kec. Motilango, Pulubala, Telaga Biru, Boliyohuto, Tibawa, Wonosari, Botumoito, Pohuwato, Patilanggio, Taluditi, Paguat, Tapa, Atinggola, Tolinggula, Anggrek dan Kwandang
58
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI
BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI 7.1 OUTLOOK MAKRO EKONOMI REGIONAL 7.1.1 OUTLOOK TAHUNAN Proyeksi pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo tahun 2012 diperkirakan berada pada kisaran 7,3-7,8% (y.o.y). Beberapa karakter fundamental ekonomi daerah diperkirakan mampu mendukung capaian dimaksud.
Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Tahunan
Pendapatan Faktor
konsumsi
masyarakat
diperkirakan
masih
optimis
dalam
mendorong
pertumbuhan ekonomi. Daya dukung pendapatan masyarakat tercermin dari peningkatan UMP, rencana kenaikan gaji PNS serta terjaganya NTP pada level yang meningkat. UMP tahun 2012 ditetapkan sebesar Rp 837.500 atau tumbuh 9,84% (y.o.y) lebih baik dibandingkan pertumbuhan UMP 2011 sebesar 7,39% (y.o.y). Sementara itu pemerintah pusat merencanakan untuk menaikkan gaji PNS tahun 2012 sebesar 10%. Peningkatan produksi pertanian yang diperkirakan oleh Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo melalui ARAM I-2012 diharapkan memberikan perbaikan pada NTP Petani. Prediksi kenaikan harga jagung internasional didukung oleh perkiraan produksi Jagung Amerika Serikat akan menurun selama 2012 sehingga mempengaruhi stok dunia di sisi lain permintaan Jagung dunia diperkirakan semakin meningkat. Produksi pertanian Produksi pertanian utama Gorontalo diperkirakan masih dengan besaran moderat. Ancaman cuaca ekstrim pada 2012 membayangi capaian produksi pertanian meskipun untuk wilayah Sulawesi dampaknya diperkirakan minimal dibandingkan wilayah barat BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011
59
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI
Indonesia. Dinas Pertanian memperkirakan bahwa optimisme pertumbuhan sektor pertanian didukung oleh peningkatan produksi jagung, sesuai ARAM I-2012 produksi jagung akan mencapai 698.888 ton atau meningkat 15,4% (y.o.y) dibandingkan pertumbuhan tahun 2011 yang terkontraksi -10,8 % (y.o.y). Meskipun penambahan luasan lahan relatif kecil, namun Dinas Pertanian optimis bahwa produktivitas pertanian dapat ditingkatkan dari 4,34 ton/ha menjadi 4,79 ton/ha melalui upaya perbaikan usaha tani. Upaya tersebut didukung oleh Pemerintah Provinsi Gorontalo yang rencananya akan meningkatkan alokasi anggaran pertanian APBD dari Rp 15,8 Miliar menjadi Rp 47,38 Miliar. Optimisme peningkatan produksi pertanian tersebut sedikit diredam oleh perkiraan penurunan produksi padi. Dinas Pertanian melalui ARAM I-2012 memperkirakan bahwa produksi padi akan tumbuh 6,56% (y.o.y) atau melambat dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh 8,03% (y.o.y) kondisi ini disebabkan karena keterbatasan penambahan luas lahan tidak mampu diimbangi oleh kenaikan produktivitas.
Pembiayaan investasi Pemerintah dan Perbankan Pembiayaan ekonomi yang bersumber dari dana APBD mengalami peningkatan yang cukup signfikan. Dana DIPA yang telah disetujui pada tahun 2012 sebesar Rp 6,05 Triliun atau lebih tinggi dibandingkan dana DIPA Tahun 2011 sebesar Rp 4,7 Triliun. Tambahan fiskal ini diharapkan mampu meningkatkan konsumsi pemerintah daerah baik disisi belanja publik maupun belanja modal. Dalam hal kebijakan kredit nasional, target pertumbuhan kredit nasional tahun 2012 diperkirakan melambat pada kisaran 23% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan capaian pertumbuhan kredit 2011 sebesar 26% (y.o.y). Kondisi tersebut diperkirakan akan berimbas pada pertumbuhan kredit regional. Namun untuk tetap mempertahankan pertumbuhan kredit regional, Bank Indonesia Gorontalo berupaya meningkatkan peran BPR/S. Upaya perbaikan tingkat NPLs BPR menjadi fokus perhatian Bank Indonesia Gorontalo sehingga tingkat kesehatan BPR akan semakin meningkat dan akan berdampak pada kinerjanya. 7.1.2 OUTLOOK TRIWULANAN Pertumbuhan ekonomi triwulan I-2012 diperkirakan berkisar 8,0 – 8,5% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2011. Pertumbuhan ini didorong oleh musim panen pertanian padi dan jagung yang diperkirakan berlangsung pada triwulan pertama. Hasil survei kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2011 mengindikasikan bahwa sektor dunia usaha masih optimis pada triwulan I-2012 walaupun dengan besaran yang lebih rendah apabila dibandingkan triwulan sebelumnya. Optimisme tersebut ditunjukkan oleh masih positifnya nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) hasil survei kegiatan dunia usaha 60
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI
yang dilakukan pada triwulan IV-2011 sebelumnya. Pada triwulan I-2012 diperkirakan Gorontalo memasuki masa puncak panen. Produksi pertanian Januari – April 2012 untuk padi diperkirakan sebesar 125.248 ton jauh lebih baik dibandingkan produksi September – Desember 2012 sebesar 34.145 ton. Sementara untuk jagung diperkirakan sebesar 337.574 ton lebih baik dibandingkan kondisi September – Desember 2011 sebesar 95.177 ton.
Grafik 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan
Di sisi permintaan, kinerja konsumsi diperkirakan mulai menurun yang ditunjukkan oleh nilai ekspektasi konsumen hasil survei Bank Indonesia. Indeks ekspektasi konsumsi berada pada level 145,3 atau lebih rendah dibandingkan ekspektasi triwulan sebelumnya yang tercatat 168,9. Kondisi ini menunjukkan bahwa optimisme masyarakat dalam melakukan konsumsi pada triwulan kedepan akan berkurang.
Grafik 7.3 Survei Kegiatan Dunia Usaha
Grafik 7.4 Survei Konsumen
Sementara itu kinerja konsumsi dan ekspor diperkirakan lebih baik dibandingkan pada triwulan IV-2011. Kinerja ekspor akan kembali tumbuh seiring dengan produksi jagung triwulan I-2012 yang diperkirakan meningkat. Perkembangan harga jagung domestik dan internasional diharapkan memberikan daya dukung dunia usaha untuk meningkatkan ekspornya.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011
61
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI
7.2 OUTLOOK INFLASI Pada tahun 2012 diperkirkan inflasi berada pada kisaran 5,00 ± 1% (y.o.y). Optimisme masih mewarnai perkembangan inflasi ke depan apabila produksi dan pasokan bahan makanan masih melimpah yang diikuti oleh cuaca yang mendukung produksi
Sumber: Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo Grafik 7.5 Proyeksi Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Gorontalo (%)
Realisasi inflasi Gorontalo tahun 2011 sebesar 4,08% (yoy) sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia Gorontalo pada kisaran 4,25% ± 1% (yoy). Inflasi Gorontalo 2011 lebih rendah dibandingkan tahun 2010 sebesar 7,43% (yoy). Terjaganya pasokan bahan makanan merupakan faktor utama sehingga harga komoditas bahan makanan relatif rendah sepanjang tahun. Faktor cuaca yang mendukung dapat mengamankan produksi bahan makanan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat. Di sisi lain, tidak adanya kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi (Bensin) menyebabkan tekanan administered price relatif stabil. Faktor kecukupan produksi bahan makanan dan terjaganya harga BBM ternyata membawa penurunan tekanan inflasi di hampir seluruh wilayah di Indonesia.
Sumber: Kalkulasi Bank Indonesia berdasarkan data BPS Gambar 7.1 Peta Inflasi Daerah 2010 dan 2011
62
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI
Pada tahun 2012 diperkirkan inflasi berada pada kisaran 5,00 ± 1% (y.o.y). Optimisme masih mewarnai perkembangan inflasi ke depan apabila produksi dan pasokan bahan makanan masih melimpah yang diikuti oleh cuaca yang mendukung produksi. Dukungan pemerintah daerah untuk terus memperbaiki infrastruktur dapat mengurangi biaya produksi dan transportasi. Bahkan, apabila Pemerintah Pusat melakukan kebijakan impor (karena harga dunia cenderung menurun) dapat ikut mendorong penurunan harga lokal. Sementara itu, terdapat pula faktor risiko yang dapat meningkatkan tekanan inflasi ke depan. Faktor cuaca yang tidak terprediksi dan tiba-tiba memburuk dapat mengurangi produktivitas dari hasil pertanian. Sedangkan faktor kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi juga dapat mempengaruhi kenaikan harga-harga di Gorontalo. Optimisme perkembangan inflasi dapat ditunjukkan oleh hasil survey ekspektasi harga jual oleh para produsen yang menunjukkan penurunan.
Sumber: SKDU, Bank Indonesia Gorontalo Grafik 7.6 Ekspektasi Harga Jual
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011
63
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI
7.3 PROSPEK PERBANKAN Melihat perkembangan Gorontalo yang cukup pesar khususnya dua tahun terakhir, diperkirakan kinerja perbankan masih akan meningkat. Faktor yang diperkirakan mendorong hal tersebut antara lain permintaan domestik terkait dengan adanya pembangunan pusat perbelanjaan dan unit usaha yang cukup ramai. Geliat dunia usaha tersebut diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap peningkatan penyaluran kredit perbankan pada triwulan mendatang. Adapun penghimpunan dana, juga diperkirakan akan mengalami peningkatan khususnya tabungan dan deposito. Sementara itu, suku bunga perbankan gorontalo diperkirakan masih akan berada pada level stabil seiring dengan adanya penurunan BI Rate sejak akhir tahun 2011 lalu. Selain itu, himbauan Bank Indonesia dan berbagai pihak kepada perbankan untuk mendukung perkembangan sektor riil yang telah direspons oleh beberapa bank melalui penurunan suku bunga kredit sejak tahun lalu, diharapkan akan berlanjut hingga 2012. Hasil Survei Kondisi Dunia Usaha (SKDU) mengkonfirmasi perbaikan prospek perbankan kedepan melalui ekspektasi usaha sektor keuangan kedepan yang mengalami peningkatan saldo bersih sebesar 20,00% dan saldo bersih tertimbang 0,25%.
90.00 Jawaban Responden (%)
80.00
70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 -
Triwulan IV-11 Triwulan I-12
Meningka t 30.00 20.00
Tetap
Menurun
50.00
20.00
Saldo Bersih 10.00
80.00
0.00
20.00
Sumber: Bank Indonesia Gorontalo Grafik 7.7 Realisasi dan Ekspektasi Usaha Sektor Keuangan
64
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011| BANK INDONESIA