BAB 4 KEUANGAN DAERAH
BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi belanja APBD Provinsi Gorontalo triwulan II-2010 mencapai 38,26%, lebih rendah dibandingkan realisasi triwulan II-2009 sebesar 45,63%, sementara itu realisasi pendapatan menurun 49,32%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 52,80%.
4.1 PENDAPATAN DAERAH Realisasi
pendapatan
Provinsi
Gorontalo
pada
triwulan
II-2010
menurun
dibandingkan triwulan II-2009. Secara nominal, realisasi triwulan II-2010 sebesar Rp 263,37 Miliar dengan capaian 49,32% dari anggaran APBD 2010, capaian ini menurun secara persentase realisasi dan secara nominal dibandingkan triwulan II-2009 yang sebesar 52,80%. Menurunnya kinerja pendapatan daerah terutama disebabkan menurunnya capaian di sisi realisasi Dana Perimbangan Pusat yang pencapaiannya menurun secara signifikan. Tabel 4.1 Anggaran Induk dan Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo Pendapatan Daerah Pendapatan Asli Daerah Pajak daerah Pajak Kendaraan Bermotor Pajak Kendaraan di Air Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Bea Balik Nama Kendaraan Di Air Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Pajak Air Permukaan Pajak Air Bawah Tanah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Dana Darurat Dana Penyesuaian Jumlah Pendapatan
76,980,000,000 72,160,000,000 24,889,144,538 25,000,000 25,661,714,763 15,000,000 21,434,140,699 120,000,000 15,000,000 500,000,000 4,320,000,000 457,524,910,000 17,853,650,000 388,325,260,000 51,346,000,000
II-2009 Nominal Pencapaian (%) 47,398,549,966 61.57 40,409,441,767 56.00 13,310,183,250 53.48 16,524,946,000 64.40 10,526,584,382 49.11 42,216,060 35.18 5,512,075 36.75 6,989,108,199 161.78 234,820,475,001 51.32 2,148,347,001 12.03 194,162,628,000 50.00 38,509,500,000 75.00
534,504,910,000
- 282,219,024,967
APBD 2009
52.80
APBD 2010 103,283,066,210 93,420,724,011 11,742,615,224 25,000,000 57,322,124,099 15,000,000 24,180,984,688 120,000,000 15,000,000 550,000,000 9,312,342,199 430,749,380,658 19,263,660,658 400,750,820,000 10,734,900,000 534,032,446,868
II-2010* Nominal Pencapaian (%) 56,552,833,250 54.76 52,428,876,535 56.12 17,581,193,253 149.72 25,373,482,200 44.26 9,450,430,027 39.08 17,549,155 14.62 6,221,900 41.48 4,123,956,715 44.28 206,822,645,664 48.01 3,226,763,664 16.75 200,375,412,000 50.00 3,220,470,000 30.00 263,375,478,914 49.32
Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo
Sisi dana perimbangan mengalami penurunan realisasi terhadap target anggaran yang ditetapkan. Posisi dana perimbangan yang terelisasi sampai dengan akhir triwulan II-2010 sebesar Rp 206 Miliar dengan realisasi sebesar 48,01% dari anggaran induk, hal tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 234 Miliar dengan persentase realisasi 51,32%. Menurunnya realisasi dana perimbangan pada triwulan II-2010 lebih didorong oleh penurunan Dana Alokasi Khusus yang mana anggarannya tahun 2010 mengalami pengurangan. Sementara itu penghimpunan pajak daerah mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan penghimpunan pajak kendaraan bermotor. Pada triwulan II-2010, Pemerintah Daerah berhasil menghimpun pajak
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010
41
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
daerah sebesar Rp 56,55 Miliar melebihi penghimpunan pajak triwulan II-2009 sebesar Rp 40,40 Miliar. Upaya
pemerintah
daerah
meningkatkan
self
financing
melalui
peningkatan
penghimpunan pajak daerah telah berjalan cukup baik. Komposisi PAD telah meningkat sebesar 21,47% sementara dana perimbangan mencapai 78,53%. Meningkatnya komposisi PAD terhadap total anggaran lebih didorong oleh menurunnya realisasi Dana Perimbangan pada triwulan laporan. Tabel 4.2 Komposisi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo (dalam %) Pendapatan Daerah
76,980,000,000 72,160,000,000 24,889,144,538 25,000,000 25,661,714,763 15,000,000 21,434,140,699 120,000,000 15,000,000 500,000,000 4,320,000,000 457,524,910,000 17,853,650,000 388,325,260,000 51,346,000,000
II-2009 Nominal Komposisi (%) 47,398,549,966 16.79 40,409,441,767 14.32 13,310,183,250 4.72 16,524,946,000 5.86 10,526,584,382 3.73 42,216,060 0.01 5,512,075 0.00 6,989,108,199 2.48 234,820,475,001 83.21 2,148,347,001 0.76 194,162,628,000 68.80 38,509,500,000 13.65
534,504,910,000
282,219,024,967
APBD 2009
Pendapatan Asli Daerah Pajak daerah Pajak Kendaraan Bermotor Pajak Kendaraan di Air Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Bea Balik Nama Kendaraan Di Air Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Pajak Air Permukaan Pajak Air Bawah Tanah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Dana Darurat Dana Penyesuaian Jumlah Pendapatan
100.00
APBD 2010 103,283,066,210 93,420,724,011 11,742,615,224 25,000,000 57,322,124,099 15,000,000 24,180,984,688 120,000,000 15,000,000 550,000,000 9,312,342,199 430,749,380,658 19,263,660,658 400,750,820,000 10,734,900,000 534,032,446,868
II-2010* Nominal Komposisi (%) 56,552,833,250 21.47 52,428,876,535 19.91 17,581,193,253 6.68 25,373,482,200 9.63 9,450,430,027 3.59 17,549,155 0.01 6,221,900 0.00 4,123,956,715 1.57 206,822,645,664 78.53 3,226,763,664 1.23 200,375,412,000 76.08 3,220,470,000 1.22 263,375,478,914 100.00
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
4.2 BELANJA DAERAH Realisasi belanja Provinsi Gorontalo pada triwulan II-2010 lebih rendah dibandingkan triwulan II-2009. Pada triwulan laporan, tercatat Rp 217 Miliar dana APBD telah dibelanjakan dengan persentase realisasi mencapai 38,26%, lebih rendah dibandingkan triwulan II-2009 dengan pencapaian realisasi sebesar Rp 243 Miliar dengan persentase realisasi mencapai 45,63%. Kondisi ini terutama didorong oleh penurunan pos belanja modal secara signifikan, sementara pos belanja pegawai dan pos belanja barang dan jasa sedikit mengalami kenaikan. Pada APBD 2010, pemerintah meningkatkan pagu anggaran belanja modal dari Rp 99 Miliar menjadi Rp 111 Miliar namun realisasi yang berjalan terkesan lambat. Tabel 4.3 Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo Belanja Daerah Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa Belanja Tidak Terduga Belanja Langsung Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Jumlah Belanja
APBD 2009 209,294,011,350 150,952,011,350 2,652,000,000 8,500,000,000 2,700,000,000 35,690,000,000 6,300,000,000 2,500,000,000 325,210,898,650 23,901,166,696 201,759,691,455 99,550,040,499 534,504,910,000
II-2009 Nominal Pencapaian (%) 100,260,445,465 47.90 69,833,007,370 46.26 2,430,435,000 91.65 5,793,000,000 68.15 1,927,150,000 71.38 15,636,407,595 43.81 4,640,445,500 73.66 143,653,806,954 44.17 8,237,157,850 34.46 69,648,074,243 34.52 65,768,574,861 66.07 243,914,252,419 45.63
APBD 2010 261,960,951,852 173,594,813,052 5,300,000,000 8,500,000,000 3,000,000,000 38,500,000,000 30,566,138,800 2,500,000,000 306,256,934,706 23,969,649,454 170,441,404,162 111,845,881,090 568,217,886,558
II-2010 Nominal Pencapaian (%) 119,196,837,106 45.50 87,621,203,434 50.47 5,275,900,000 62.07 1,709,125,505 56.97 13,644,273,927 35.44 10,813,284,240 35.38 133,050,000 5.32 98,221,593,812 32.07 7,944,898,860 33.15 72,457,415,139 42.51 17,819,279,813 15.93 217,418,430,918 38.26
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
42
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010| BANK INDONESIA
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
Kualitas APBD Gorontalo triwulan II-2010 lebih diarahkan pada kepentingan konsumsi sementara tujuan investasi relatif menurun. Komposisi pos belanja modal menurun secara signifikan dari 26,96% pada triwulan II-2009 menjadi hanya berkisar 8,20% pada triwulan II-2010. Sementara komposisi pos belanja konsumsi meningkat dari 73,24% pada triwulan II-2009 menjadi 91,80% pada triwulan I-2010. Hal ini perlu mendapat perhatian
mengingat
kegiatan
investasi
lebih
memberikan
multiplier
effect
bagi
pengembangan ekonomi daerah dibandingkan kegiatan konsumsi. Tabel 4.4 Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo Belanja Daerah
APBD 2009
Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa Belanja Tidak Terduga Belanja Langsung Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Jumlah Belanja
209,294,011,350 150,952,011,350 2,652,000,000 8,500,000,000 2,700,000,000 35,690,000,000 6,300,000,000 2,500,000,000 325,210,898,650 23,901,166,696 201,759,691,455 99,550,040,499 534,504,910,000
II-2009 Nominal Komposisi (%) 100,260,445,465 41.10 69,833,007,370 28.63 2,430,435,000 1.00 5,793,000,000 2.38 1,927,150,000 0.79 15,636,407,595 6.41 4,640,445,500 1.90 143,653,806,954 58.90 8,237,157,850 3.38 69,648,074,243 28.55 65,768,574,861 26.96 243,914,252,419 100.00
APBD 2010 261,960,951,852 173,594,813,052 5,300,000,000 8,500,000,000 3,000,000,000 38,500,000,000 30,566,138,800 2,500,000,000 306,256,934,706 23,969,649,454 170,441,404,162 111,845,881,090 568,217,886,558
II-2010 Nominal Komposisi (%) 119,196,837,106 54.82 87,621,203,434 40.30 5,275,900,000 2.43 1,709,125,505 0.79 13,644,273,927 6.28 10,813,284,240 4.97 133,050,000 0.06 98,221,593,812 45.18 7,944,898,860 3.65 72,457,415,139 33.33 17,819,279,813 8.20 217,418,430,918 100.00
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
4.3. KONTRIBUSI REALISASI APBD GORONTALO TERHADAP SEKTOR RIIL DAN UANG BEREDAR Kinerja fiskal selama tahun 2010 belum menunjukkan perubahan yang signifikan terhadap stimulan sektor riil. Realisasi anggaran konsumsi pemerintah memberikan pangsa 10,02%, sementara itu belanja modal memberikan pangsa 0,89%. Tabel 4.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil Belanja Daerah
APBD 2009
Konsumsi Pemerintah 434,954,869,501 Belanja Pegawai 174,853,178,046 Belanja Subsidi 2,652,000,000 Belanja Hibah 8,500,000,000 Belanja Bantuan Sosial 2,700,000,000 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 35,690,000,000 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 6,300,000,000 Belanja Tidak Terduga 2,500,000,000 Belanja Barang dan Jasa 201,759,691,455 Pembentukan Modal Tetap Bruto 99,550,040,499 Belanja Modal 99,550,040,499
II-2009 Nominal 178,145,677,558 78,070,165,220 2,430,435,000 5,793,000,000 1,927,150,000 15,636,407,595 4,640,445,500 69,648,074,243 65,768,574,861 65,768,574,861
%PDRB 10.20 4.47 0.14 0.33 0.11 0.90 0.27 3.99 3.77 3.77
APBD 2010 456,372,005,468 197,564,462,506 5,300,000,000 8,500,000,000 3,000,000,000 38,500,000,000 30,566,138,800 2,500,000,000 170,441,404,162 111,845,881,090 111,845,881,090
II-2010* Nominal 199,599,151,105 95,566,102,294 5,275,900,000 1,709,125,505 13,644,273,927 10,813,284,240 133,050,000 72,457,415,139 17,819,279,813 17,819,279,813
%PDRB 10.02 4.80 0.26 0.09 0.68 0.54 0.01 3.64 0.89 0.89
Disisi pengaruhnya terhadap uang beredar, realisasi anggaran APBD Gorontalo sampai dengan akhir triwulan II-2010 menunjukkan kontraksi. Kontraksi terjadi karena realisasi dari pendapatan APBD lebih besar dibandingkan realisasi penerimaan APBD. Kebijakan kontraksi yang telah diterapkan pemerintah daerah selama triwulan II-2010 diperkirakan akan semakin memperlambat kinerja ekonomi.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010
43
BAB 4 KEUANGAN DAERAH Tabel 4.6 Dampak APBD terhadap Uang Beredar APBD
APBD 2009
Pendapatan 534,504,910,000.00 Pendapatan Asli Daerah 76,980,000,000.00 Dana Perimbangan 457,524,910,000.00 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 17,853,650,000.00 Dana Alokasi Umum 388,325,260,000.00 Dana Alokasi Khusus 51,346,000,000.00 Dana Darurat Dana Penyesuaian Belanja 534,504,910,000.00 Belanja Pegawai 174,853,178,046.00 Belanja Subsidi 2,652,000,000.00 Belanja Hibah 8,500,000,000.00 Belanja Bantuan Sosial 2,700,000,000.00 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 35,690,000,000.00 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 6,300,000,000.00 Belanja Tidak Terduga 2,500,000,000.00 Belanja Barang dan Jasa 201,759,691,455.00 Belanja Modal 99,550,040,499 Surplus/Defisit Pembiayaan Netto DAMPAK RUPIAH -
II-2009 Nominal 282,219,024,967.13 47,398,549,966.13 234,820,475,001.00 2,148,347,001.00 194,162,628,000.00 38,509,500,000.00
%PDRB 16.16 2.71 13.44 0.12 11.12 2.20
243,914,252,419.00 78,070,165,220.00 2,430,435,000.00 5,793,000,000.00 1,927,150,000.00 15,636,407,595.00 4,640,445,500.00 69,648,074,243.00 65,768,574,861 38,304,772,548 38,304,772,548
13.96 4.47 0.14 0.33 0.11 0.90 0.27 3.99 3.77 2.19 2.19
APBD 2010 534,032,446,868.00 103,283,066,210.00 430,749,380,658.00 19,263,660,658.00 400,750,820,000.00 10,734,900,000.00
II-2010 Nominal 263,375,478,914.06 56,552,833,250.06 206,822,645,664.00 3,226,763,664.00 200,375,412,000.00 3,220,470,000.00
568,217,886,558.00 217,418,430,918.00 197,564,462,506.00 95,566,102,294.00 5,300,000,000.00 8,500,000,000.00 5,275,900,000.00 3,000,000,000.00 1,709,125,505.00 38,500,000,000.00 13,644,273,927.00 30,566,138,800.00 10,813,284,240.00 2,500,000,000.00 133,050,000.00 170,441,404,162.00 72,457,415,139.00 111,845,881,090 17,819,279,813 (34,185,439,690) 45,957,047,996 (34,185,439,690) 45,957,047,996
%PDRB 13.22 2.84 10.38 0.16 10.06 0.16 10.92 4.80 0.26 0.09 0.68 0.54 0.01 3.64 0.89 2.31 2.31
4.4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 2010 Anggaran keuangan daerah tahun 2010 diperkirakan lebih rendah dibandingkan anggaran tahun 2009. Kondisi ini menjadi kendala manakala Provinsi Gorontalo dan kabupaten/kota masih mengandalkan dana pemda dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah. Adapun perbandingan anggaran tahun 2009 terhadap anggaran tahun 2010 ditampilkan dalam tabel berikut ini : Tabel 4.7 APBD 2009 vs APBD 2010 Anggaran Pendapatan Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Lain-lain pendapatan yang sah Belanja Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Surplus/defisit Pembiayaan Netto SILPA
Kota Gorontalo 452.000.031.988 62.000.000.000 314.582.072.988 75.417.959.000 427.936.219.836 265.946.341.916 161.989.877.920 24.063.812.152 (39.883.813.272) (15.820.001.120)
Kab. Gorontalo 486.013.404.063 28.366.442.063 416.146.962.000 41.500.000.000 507.884.007.246 323.875.175.905 184.008.831.341 (21.870.603.183) 21.870.603.183 -
Anggaran Pendapatan Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Lain-lain pendapatan yang sah Belanja Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Surplus/defisit Pembiayaan Netto SILPA
Kota Gorontalo 414.317.097.262 69.802.500.000 334.514.597.262 10.000.000.000 422.970.797.262 248.720.831.700 174.249.965.562 (8.653.700.000) 8.653.700.000 -
Kab. Gorontalo 513.311.978.674 24.896.114.714 424.347.597.846 64.068.266.114 518.311.978.674 288.192.022.162 230.119.956.512 (5.000.000.000) 5.000.000.000 -
APBD 2010 Kab. Boalemo Kab. Bone Bolango 326.719.642.227 345.673.957.183 15.493.387.800 10.702.878.874 270.219.887.500 328.971.078.309 41.006.366.927 6.000.000.000 328.674.640.040 345.673.957.183 163.179.161.560 187.983.889.183 165.495.478.480 157.690.068.000 (1.954.997.813) 1.954.997.813 APBD 2009 Kab. Boalemo Kab. Bone Bolango 310.218.681.812 311.456.324.899 15.099.275.000 8.202.878.874 268.119.406.812 301.263.446.025 27.000.000.000 1.990.000.000 361.519.134.088 300.271.324.899 157.166.436.441 178.844.907.731 204.352.697.647 121.426.417.168 (51.300.452.276) 11.185.000.000 51.300.452.276 (11.185.000.000) -
Kab. Gorut 283.077.808.153 6.500.000.000 237.369.849.153 39.207.959.000 293.257.836.030 107.111.654.926 186.146.181.104 (10.180.027.877) 10.180.027.877 -
Kab. Pohuwato 363.319.469.617 13.668.934.500 311.632.576.117 38.017.959.000 366.319.469.617 197.212.085.468 169.107.384.149 (3.000.000.000) 3.000.000.000 -
Prov. Gorontalo 534.032.446.868 103.283.066.210 430.749.380.658 534.032.446.868 234.994.813.052 299.037.633.816 -
TOTAL 2.790.836.760.099 240.014.709.447 2.309.671.806.725 241.150.243.927 2.803.778.576.820 1.480.303.122.010 1.323.475.454.810 (12.941.816.721) (2.878.184.399) (15.820.001.120)
Kab. Gorut 287.097.148.000 2.500.000.000 235.152.070.000 49.445.078.000 295.936.856.850 81.207.609.344 214.729.247.506 (8.839.708.850) 8.839.708.850 -
Kab. Pohuwato 347.844.056.500 12.106.162.500 303.911.780.000 31.826.114.000 353.054.863.500 172.564.743.125 180.490.120.375 (5.210.807.000) 5.210.807.000 -
Prov. Gorontalo 534.504.910.000 76.980.000.000 457.524.910.000 534.504.910.000 209.294.011.350 325.210.898.650 -
TOTAL 2.718.750.197.147 209.586.931.088 2.324.833.807.945 184.329.458.114 2.786.569.865.273 1.335.990.561.854 1.450.579.303.420 (67.819.668.126) 67.819.668.126 -
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
Secara agregat pendapatan kabupaten/kota/provinsi akan meningkat sebesar 2,65% dibandingkan anggaran tahun sebelumnya. Sementara di peningkatan belanja hanya mencapai 0,62% dari anggaran sebelumnya dengan penurunan terbesar pada belanja langsung 8,76%. Kondisi ini akan berpengaruh langsung pada melambatnya pertumbuhan konsumsi pemerintah di tahun 2010.
44
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010| BANK INDONESIA
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran nasional di Gorontalo pada triwulan II-2010 diwarnai oleh net outflow serta berkembangnya transaksi kliring dan RTGS.
5.1 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI 5.1.1 ALIRAN UANG KARTAL (INFLOW/OUTFLOW) Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan II-2010 mengalami net outflow sebesar Rp38,52 miliar. Aliran uang kartal yang keluar dari dalam khasanah kas titipan lebih besar dibandingkan dengan aliran uang kartal yang masuk ke Khasanah kas titipan.
Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.1 Netflow Kas Titipan Gorontalo
Grafik 5.2 Perkembangan Netflow Bulanan
Kondisi net outflow pada triwulan laporan menunjukkan terjadi peningkatan penggunaan uang kartal oleh masyarakat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini disebabkan
karena
maraknya
aktivitas ekonomi pada
triwulan
laporan sehingga
penggunaan uang kartal meningkat. Penyelenggaraan pemilihan kepala daerah secara serentak di tiga kabupaten yaitu Bone-Bolango, Gorontalo, dan Pohuwato diperkirakan mendorong peningkatan penggunaan uang kartal. Sementara itu, periode liburan sekolah dan tahun baru ajaran sekolah turut meningkatkan kebutuhan masyarakat terhadap uang kartal.
5.1.2 PENYEDIAAN UANG KARTAL LAYAK EDAR Uang layak edar yang tersedia pada kas titipan Gorontalo pada triwulan II-2010 sebesar Rp61,99 miliar. Adapun rincian uang layak edar dimaksud sebesar Rp56,24 miliar untuk uang kertas dan Rp60 juta untuk uang logam. Sementara itu, uang lusuh yang terdapat pada kas titipan sebesar Rp5,76 miliar. Pecahan uang kertas sebesar Rp1000,merupakan pecahan yang memiliki tingkat kelusuhan tertinggi yaitu sebanyak 305.000
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010
45
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
lembar, kemudian diikuti oleh pecahan uang kertas sebesar Rp5000,- yang memiliki tingkat kelusuhan sebanyak 90.000 lembar. Tabel 5.1 Rincian Pecahan Uang di Kas Titipan Gorontalo
Jenis Pecahan (Rp) Uang Kertas 100000 50,000 20,000 10,000 5,000 2,000 1,000 Total Uang Logam 500 100 Total TOTAL UANG
Tw. I 2010 Layak edar Lusuh 32,500,000 64,200,000 9,440,000 4,470,000 3,935,000 160,000 500,000 115,205,000 50,000 10,000 60,000 115,265,000 -
Jumlah 32,500,000 64,200,000 9,440,000 4,470,000 3,935,000 160,000 500,000 115,205,000 50,000 10,000 60,000 115,265,000
Tw. II 2010 Jumlah Layak edar Lusuh 24,600,000 1,000,000 25,600,000 20,350,000 2,000,000 22,350,000 6,720,000 1,300,000 8,020,000 3,320,000 700,000 4,020,000 940,000 450,000 1,390,000 300,000 300,000 10,000 305,000 315,000 56,240,000 5,755,000 61,995,000 50,000 10,000 60,000 56,300,000 5,755,000 61,995,000 Sumber : Bank Indonesia
5.1.3 UANG PALSU Tabel 5.2 Perkembangan Uang Palsu di Gorontalo
Pecahan / Tahun Emisi
Juni 2010
2009
100.000 / 2004
1
6
50.000 / 2005
7
10
10.000 / 2005
0
1
5.000 / 2001
0
3
Jumlah
8
20
Perkembangan uang palsu di Provinsi Gorontalo hingga Juni 2010 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Hingga bulan Juni 2010 uang palsu yang teridentifikasi sebanyak 20 lembar lebih tinggi dibandingkan tahun 2009 yang hanya teridetifikasi sebanyak 8 lembar. Adapun rincian uang palsu yang teridentifikasi hingga Juni 2010 adalah pecahan Rp100.000,- tahun emisi 2004 sebanyak 6 lembar, pecahan Rp50.000,- tahun emisi 2005 sebanyak 10 lembar, pecahan Rp10.000,- tahun emisi 2005 sebanyak 1 lembar, dan pecahan Rp5.000,- tahun emisi 2001 sebanyak 3 lembar.
46
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010| BANK INDONESIA
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
5.2 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI 5.2.1 KLIRING NON BI DI GORONTALO
Jumlah nominal perputaran warkat kliring non BI di Gorontalo pada triwulan laporan sebesar Rp307,90 miliar dengan pertumbuhan sebesar 4,51% (qtq) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -8.39% (qtq). Adapun jumlah warkat sebanyak 12.823 lembar dengan pertumbuhan sebesar 5.53% (qtq). Sementara itu, rata-rata harian nominal kliring Non BI di Gorontalo pada triwulan II-2010 sebesar Rp4,96 miliar atau tumbuh 4,63% (qtq). Sedangkan rata-rata harian jumlah warkat sebanyak 207 lembar atau tumbuh sebesar 5,91% (qtq).
Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.3 Perputaran Kliring di Gorontalo
Grafik 5.4 Rata-Rata Perputaran Kliring Per Hari
Rasio jumlah nominal Cek/BG kosong per hari terhadap total keseluruhan nominal warkat yang dikliringkan tercatat mengalami penurunan dari 0,71% pada triwulan I-2010 menjadi 0,35% pada triwulan II-2010. Sementara itu, jumlah rasio warkat Cek/BG kosong per hari terhadap total keseluruhan warkat yang dikliringkan juga mengalami penurunan dari 0,60% pada triwulan I-2010 menjadi 0,47% pada triwulan II-2010.
Sumber : Bank Indonesia Grafik 5.5 Rasio Warkat dan Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI di Gorontalo
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010
47
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
5.2.2 REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS) Transaksi RTGS mendominasi dalam sistem pembayaran non tunai di Gorontalo. Hal ini disebabkan karena BI RTGS mempunyai keunggulan mempercepat penyelesaian transaksi (seketika) dan memperkecil risiko penyelesaian transaksi. Perkembangan penyelesaian transaksi RTGS rata-rata per bulan (dari dan ke Gorontalo) selama triwulan II2010 secara nominal sebesar Rp448 miliar atau tumbuh secara triwulanan sebesar 4.44% (qtq) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -37,95% (qtq). Sementara itu, secara volume penyelesaian transaksi RTGS rata-rata per bulan selama triwulan II-2010 tercatat sebanyak 959 transaksi atau tumbuh secara triwulanan sebesar 30.97% (qtq). Perkembangan transaksi RTGS juga menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi di Provinsi Gorontalo semakin berkembang.
Tabel 5.3 Perkembangan Transaksi RTGS di Gorontalo
Bulan Januari Februari Maret Rata-rata tw I-10 Pertumbuhan (qtq) April Mei Juni Rata-rata tw II-10 Pertumbuhan (qtq)
FROM TO FROM + TO Nilai Nilai Nilai Volume Volume Volume (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) 108 334 367 354 475 688 121 362 287 322 408 684 143 414 260 410 403 824 124 370 305 362 429 732 -48.78% -35.54% -15.70% -40.23% -28.96% -37.95% 160 472 225 412 385 884 151 474 233 404 384 878 185 554 389 560 574 1114 165 500 282 459 448 959 33.49% 35.14% -7.36% 26.70% 4.44% 30.97% Sumber : Bank Indonesia
48
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010| BANK INDONESIA
BAB 6 KESEJAHTERAAN
BAB 6 : KESEJAHTERAAN Tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi Gorontalo meningkat yang ditandai oleh tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan yang menurun. Kondisi diperkirakan sebagai dampak dari mulai membaiknya kinerja sektor pertanian sebagai sektor terbesar penyerap tenaga kerja di Gorontalo. 6.1. PENGANGGURAN Jumlah angkatan kerja (berusia 15 tahun ke atas) di Gorontalo relatif meningkat dari tahun ke tahun. Pada bulan Februari 2010, jumlah angkatan-kerja mencapai 484.834 atau meningkat 8,39% dibandingkan kondisi Agustus 2009. Sementara itu jumlah penduduk yang bekerja tumbuh sebesar 9,36% dibandingkan bulan Agustus 2009. Selama periode 1 tahun, tingkat pengangguran terbuka menurun, yaitu dari 5,89 % pada Agustus 2009 menjadi 5,05% pada Februari 2010. Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan
Kegiatan Utama Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Angkatan Kerja Bekerja Tidak Bekerja Bukan Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tingkat Pengangguran Terbuka
2008 Februari 677,430 423,376 393,567 29,809 254,054 62.50 7.04
2009 Agustus 688,081 429,384 405,126 24,258 258,697 62.40 5.65
Februari 697,073 462,889 439,460 23,429 234,265 66.40 5.06
Agustus 701,495 447,313 420,962 26,351 254,182 63.77 5.89
2010 Februari 711,683 484,834 460,355 24,479 226,849 68.12 5.05
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
Apabila dilihat berdasarkan lapangan usaha penduduk yang bekerja, sektor pertanian merupakan lapangan usaha yang paling banyak digeluti penduduk Provinsi Gorontalo yaitu 194.987 orang (Februari 2010) atau 42,36 % dari total penduduk yang bekerja. Jumlah tersebut tumbuh 13,28% jika dibandingkan dengan tahun lalu. Sektor lainnya dengan pangsa pasar jumlah tenaga kerja yang cukup besar adalah sektor jasa perdagangangan (18,93%) dan sektor jasa kemasyarakatan sebesar 17,52%. Kedua sektor ini mengalami pertumbuhan jumlah tenaga kerja masing-masing sebesar 25,72% dan 11,96% dibandingkan bulan Agustus 2009. Sementara sektor industri merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi dalam jumlah tenaga kerja.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010
49
BAB 6 KESEJAHTERAAN Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2008-Agustus 2009
2008
Kegiatan Utama
Februari 213,275 28,340 45,195 26,177 59,540 21,040 393,567
Pertanian Industri Perdagangan Angkutan Jasa Kemasyarakatan Lainnya Total
2009 Agustus 184,148 34,268 59,610 32,214 63,720 31,166 405,126
Februari 208,636 32,462 71,911 31,227 72,325 22,899 439,460
Agustus 172,130 32,431 69,315 35,301 72,051 39,734 420,962
2010 Februari 194,987 41,393 87,167 25,350 80,668 30,790 460,355
Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo
6.2. KEMISKINAN Persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan pada tahun 2010 (data bulan Maret) di Provinsi Gorontalo sebesar 23,19% atau mengalami penurunan dibandingkan periode Maret 2009 yang tercatat sebesar 25,01%. Kemiskinan Gorontalo masih yang tertinggi di Sulawesi serta masih jauh di atas persentase nasional yang berada di tingkatan 14,15%. Sementara itu garis kemiskinan di Provinsi Gorontalo pada bulan Maret 2010 sebesar Rp171.371 per kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp 9.182 perkapita per bulan dibandingkan dengan bulan Maret 2007 yang tercatat sebesar Rp162.189 perkapita per bulan. Tabel 6.3. Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo (%)
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas
50
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010| BANK INDONESIA
BAB 6 KESEJAHTERAAN
Jika dilihat berdasarkan sebarannya di tahun 2010, persentase penduduk miskin di provinsi Gorontalo terbesar berada di wilayah pedesaaan. Persentase penduduk miskin pedesaan sebesar 30,18% sementara di perkotaan sebesar 6,29% Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan diperlukan manajemen sumber daya lokal, penerimaan fiskal yang berpihak pada masyarakat miskin, dan juga alokasi anggaran pendidikan dan kesehatan yang proporsional dan berkeadilan.
6.3. RASIO GINI Perkembangan angka rasio gini Gorontalo dalam 3 (tiga) tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,39 mengalami kenaikan dibandingkan indeks gini tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36. Kondisi ini menunjukkan kesenjangan pendapatan antara lapisan penduduk semakin meningkat. Namun demikian berdasarkan strukturnya, persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk berpenghasilan tertinggi menjadi semakin meningkat dari 44,38% menjadi 47,67%. Fenomena yang menarik adalah terjadinya shifting dari sebagian penduduk di kelompok 40% menengah ke 40% ke bawah dan 20% teratas.
6.4. IPM (INDEX PEMBANGUNAN MANUSIA) Index Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo sampai tahun 2007 adalah sebesar 68,98 meningkat 0,97 point dari IPM 2006 yang sebesar 68,01. Peningkatan ini ditopang oleh kenaikan angka harapan hidup dari 65,60 tahun menjadi 66,19 tahun, kenaikan rata-rata lama sekolah menjadi 6,91 tahun dan kenaikan rata-rata pengeluaran riil dari Rp608,65 ribu menjadi Rp615,94 ribu. Kenaikan upah minimum provinsi menjadi salah satu pemicu peningkatan yang terjadi pada pengeluaran riil. Tabel 6.4. Rasio Gini Provinsi Gorontalo
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010
51
BAB 6 KESEJAHTERAAN Tabel 6.5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Terdapat perbedaan angka IPM di provinsi, kota dan kabupaten di Gorontalo, hal ini disebabkan oleh adanya ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi, layanan pendidikan, kesehatan dan ketersediaan infrastruktur yang terjadi sejak pemekaran wilayah. Pada tahun 2006 IPM tertinggi di Kota Gorontalo sebesar 71,64 lebih tinggi dibandingkan IPM Nasional, sedangkan IPM terendah di Kabupaten Boalemo sebesar 67,24. Tabel 6.6 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Per Kabupaten/Kota Tahun 2006-2007
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Sementara itu arah pembangunan Gorontalo ke depan memfokuskan pada pembangunan 15 kecamatan ber-IPM terendah dengan menyentuh tiga aspek yakni pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Adapun 15 kecamatan ber-IPM terendah antara lain : Kec. Motilango, Pulubala, Telaga Biru, Boliyohuto, Tibawa, Wonosari, Botumoito, Pohuwato, Patilanggio, Taluditi, Paguat, Tapa, Atinggola, Tolinggula, Anggrek dan Kwandang
52
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010| BANK INDONESIA
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI
BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan III-2010 diperkirakan tumbuh lebih baik yang didukung oleh kinerja konsumsi disisi permintaan dan kinerja pertanian di sisi sektoral. Fenomena lebaran diperkirakan memberikan stimulan positif bagi perkembangan konsumsi swasta sementara itu dukungan cuaca diperkirakan akan mendorong optimisme produksi panen padi/jagung dalam satu
triwulan kedepan. Sementara itu tekanan permintaan
masyarakat yang disertai dengan policy shock inflation mendorong inflasi triwulan III-2010 berkisar 3,00 – 5,00% (y.o.y). 7.1 OUTLOOK MAKROEKONOMI REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan III-2010 diperkirakan tumbuh 7,6 – 8,1 % (y.o.y) lebih baik dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2010 (7,33 % y.o.y).
Dukungan
cuaca dan musim diperkirakan mampu memberikan stimulan yang baik bagi hasil produksi pertanian pada triwulan III-2010. Sementara itu disisi permintaan, fenomena lebaran sedikit banyak akan memberikan pengaruh positif bagi perekonomian Gorontalo triwulan III-2010.
Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo
Untuk merealisasikan hal dimaksud, dinas pertanian telah melakukan serangkaian langkah strategis dengan mengupayakan penangkaran benih lokal untuk mampu mendukung capaian produksi. Sementara itu kinerja dunia usaha secara keseluruhan diperkirakan masih tumbuh baik. Hasil survei kegiatan dunia usaha Bank Indonesia Gorontalo triwulan II-2010 mencatat bahwa angka prakiraan kondisi dunia usaha pada triwulan III-2009 berada pada level optimis 10,78. Sektor perdagangan dan angkutan diperkirakan menjadi sektor yang memberikan sumbangan bagi pertumbuhan triwulan III-2010 diluar sektor pertanian. BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010
53
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI
Tabel 7.1 ARAM I Pertanian Jagung
7.2 OUTLOOK INFLASI
Sumber: Proyeksi Bank Indonesia Grafik 6.1 Proyeksi Inflasi Tahunan (yoy) Provinsi Gorontalo (%)
Administered Price Inflation menjadi perhatian pada triwulan III-2010. Kebijakan pemerintah untuk menaikkan tariff dasar listrik (TDL) per 1 Juli 2010 diperkirakan akan memberikan tekanan pada inflasi Gorontalo. Adapun besaran kenaikan tariff dimaksud pada kisaran 18% untuk pelanggan rumah tangga, 12 – 16% untuk pelanggan bisnis, dan 6 - 15% untuk pelanggan industri. Kenaikan tariff dasar listrik dapat meningkatkan biaya (cost) untuk melakukan proses produksi sehingga mengakibatkan peningkatan harga jual yang dikonsumsi oleh masyarakat. Disisi lain, tekanan pada inflasi volatile foods mulai muncul di permukaan akibat tingginya permintaan bahan makanan menjelang lebaran, sementara produksi pertanian cukup rawan karena faktor cuaca yang kurang mendukung. Ekspektasi inflasi diperkirakan meningkat seiring dengan masuknya Bulan Ramadahan dan perayaan Hari Raya Idul Fitri. Hasil Survei Bank Indonesia mengkonfirmasi bahwa terjadi peningkatan ekspektasi harga jual terutama pada produk sektor pertanian dan industri pengolahan. 54
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010| BANK INDONESIA
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI Tabel 7.2 Ekspektasi Harga Jual
2009
2010
Ekspektasi Harga Jual III Pertanian Industri Pengolahan
IV
I
II
-11.11
0.00
30.00
40.00
25.00
0.00
25.00
50.00
0.00
14.29
28.57
28.57
PHR
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Gorontalo
7.3 PROSPEK PERBANKAN Penghimpunan dana pihak ketiga melalui tabungan pada triwulan III-2010 diperkirakan menurun ditengah meningkatnya kegiatan usaha perbankan. Berbagai kegiatan daerah pada triwulan III-2010 yang diwarnai oleh datangnya Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri diperkirakan akan mendorong masyarakat untuk menaikkan kegiatan konsumsi dan mengurangi tabungan. Hasil Survei Konsumen (SK) mengkonfirmasi tren penurunan tabungan pada triwulan depan melalui indeks ekspektasi tabungan dalam 6 bulan yang akan datang yang mengalami tren penurunan. Sementara itu, ekspektasi usaha perbankan pada triwulan III-2010 diperkirakan tetap mengalami peningkatan, sejalan dengan konfirmasi Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang menunjukkan optimisme pada indeks ekspektasi usaha sektor keuangan.
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, Bank Indonesia Gorontalo Grafik 7.3: Indeks Ekspektasi Tabungan 6 bulan yad
Grafik 7.4: Indeks Ekspektasi Usaha Sektor Keuangan
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010
55
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI
BOX 4 : DAMPAK KENAIKAN TARIF DASAR LISTRIK TERHADAP PEREKONOMIAN GORONTALO Per 1 Juli 2010, Pemerintah dan DPR sepakat untuk menaikkan tarif dasar listrik secara variatif berdasarkan klasifikasi yang telah ditentukan oleh PT. PLN (Persero). Pemerintah menaikkan TDL dengan tujuan untuk membuat keuangan negara lebih sehat melalui upaya pengurangan subsidi yang dinilai kurang tepat sasaran dan justru meningkatkan beban anggaran pemerintah. Namun disisi lain pengurangan subsidi ini akan memberikan tekanan pada perekonomian nasional terkait peningkatan beban produksi, mengingat listrik merupakan kebutuhan mendasar yang berpengaruh langsung pada kegiatan ekonomi. KETENTUAN KENAIKAN TARIF DASAR LISTRIK PER 1 JULI 2010 * Pelanggan 450 VA – 900 VA tidak mengalami kenaikan * Pelanggan 6600 VA ke atas golongan rumah tangga, bisnis, dan pemerintah, dengan batas hemat 30 persen tidak naik karena tarif listriknya sudah mencapai keekonomian. * Pelanggan Sosial dinaikkan sebesar 10 persen * Pelanggan Rumah Tangga lainnya dinaikkan sebesar 18 persen * Pelanggan Bisnis naik sebesar 12 persen hingga 16 persen * Pelanggan Industri lainnya sebesar 6 persen-15 persen * Pelanggan Pemerintah lainnya sebesar 15 persen-18 persen * Pelanggan Traksi (untuk keperluan KRL) naik sebesar 9 persen * Pelanggan Curah (untuk apartemen) naik 15 persen * Pelanggan Multiguna (untuk pesta, layanan khusus) naik 20 persen Pelanggan rumah tangga * 1.300 VA Rp672/kwh jadi Rp793/kwh, naik 18% dengan estimasi tambahan rekening per bulan Rp24.000 * 2.200 VA Rp675/kwh jadi Rp797/kwh, naik 18% dengan estimasi tambahan rekening per bulan Rp43.000 * 3.500 s/d 5.500 VA Rp755/kwh jadi Rp891/kwh, naik 18% dengan estimasi tambahan per bulan Rp87.000 Sumber : Konsumsi Listrik Per 31 Maret 2010 - PLN Sulutenggo
Pelanggan bisnis * 1.300 VA Rp685/kwh jadi Rp795/kwh, naik 16% dengan estimasi tambahan rekening per bulan Rp22.000 * 2.200 VA-5.500 VA. Rp782/kwh jadi Rp907/kwh, naik 16%, dengan estimasi tambahan rekening per bulan Rp38.000 * >200 kilo VA (KVA) Rp811/kwh jadi Rp908/kwh, naik 12%, dengan estimasi tambahan rekening per bulan Rp20,6 juta per bulan. Pelanggan industri * 1.300 VA Rp724/kwh jadi Rp767/kwh, naik 6%, dengan estimasi tambahan rekening per bulan Rp8.000 * 2.200 VA Rp746/kwh jadi Rp790/kwh, naik 6%, dengan estimasi tambahan rekening per bulan Rp12.000 * 2.200 VA – 14 kVA Rp840/kwh jadi Rp916/kwh, naik 9%, dengan estimasi tambahan rekening per bulan Rp66.000 * >14 kVA – 200 kVA Rp805/kwh jadi Rp878/kwh, naik 9%, dengan estimasi tambahan rekening per bulan Rp822.000 * >200 kva. Rp641/kwh jadi Rp737, naik 15%, dengan estimasi tambahan rekening per bulan Rp30,2 juta. * >30.000 kVA Rp529/kwh jadi Rp608/kwh, naik 15%, dengan estimasi tambahan rekening per bulan Rp1,315 miliar per bulan. Sumber : www.detikfinance.com
56
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010| BANK INDONESIA
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI
Di Gorontalo sendiri, dengan mengacu data PLN per bulan Maret 2010 diketahui bahwa konsumsi energi
listrik
kelompok
terbesar
rumah
masih
tangga.
dilakukan
Sementara
oleh untuk
kepentingan bisnis dan industri sendiri masih berkisar 18%. Namun perlu diketahui bahwa umumnya kegiatan bisnis dan industri di Gorontalo masih berskala rumahan yang sebagian masih Grafik 1. Konsumsi Listrik di Gorontalo Sumber : PLN Sulutenggo
mengacu pada tarif dasar listrik rumah tangga.
Dampak kenaikan TDL untuk Provinsi Gorontalo akan coba disimulasikan melalui pendekatan I/O. Pendekatan dimaksud diharapkan mampu memberikan gambaran terkait respon perekonomian Gorontalo dalam menghadapi kebijakan kenaikan TDL Pemerintah.
**) kenaikan didasarkan kenaikan rata-rata disetiap sektor dengan mengacu ketentuan % kenaikan TDL
Gambar 1. Metode Pendekatan I/O untuk penghitungan Dampak Kenaikan TDL
Dalam table I/O Gorontalo sektor kelistrikan merupakan sektor yang berdiri sendiri sehingga transmisi input/output dari sektor dimaksud dapat diketahui dengan jelas. Nampak dalam tabel 1 dibawah ini penggunaan output sektor kelistrikan lebih didominasi oleh sektor pemerintahan umum dan perdagangan, namun kondisi tidak serta merta menyatakan bahwa efek terbesar kenaikan TDL akan dirasakan oleh kedua sektor tersebut, perlu mempertimbangkan efek keterkaitan kebelakang dan efek keterkaitan kedepan suatu sektor ekonomi dalam merespon perubahan kebijakan yang terjadi. Semakin besar efek keterkaitan suatu sektor terhadap sektor lainnya maka dampak tidak langsung yang ditimbulkan akan semakin besar pula.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010
57
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI Tabel 1 Kontribusi Kelistrikan Terhadap Sektoral (dalam jutaan rupiah)
Gambar 2. Linkage Sektoral
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Sektor Padi Tanaman Pangan Lain Tanaman Pertanian Lain Peternakan Kehutanan Perikanan Pertambangan Industri Makanan Industri Lain Penyulingan minyak Listrik Gas dan Air Minum Konstruksi Perdagangan Hotel dan Restoran Angkutan & Komunikasi Keuangan Pemerintahan Umum Jasa Lainnya Kegiatan lainnya
Jumlah Input RasioTerhadap Sektor Listrik Input Total 0.00 0.00 0.00 85.68 0.00 41.96 0.00 2,463.74 4,963.59 0.00 2,285.35 621.22 667.15 4,052.09 1,278.42 2,676.37 1,854.60 10,225.32 1,920.83 764.69
0.037 0.013 0.314 2.620 3.334 5.757 0.090 0.638 0.742 0.379 0.292 0.581 1.578 0.691
Sumber : i/o Gorontalo (diolah)
Hasil perhitungan I/O ditampilkan dalam tabel 2, nampak dalam 1st round effect, persentase peningkatan TDL akan memberikan dampak yang cukup signifikan pada beberapa sektor ekonomi yaitu : sektor industri lain, sektor kelistrikan, sektor gas & air minum, dan jasa-jasa. Hal ini disadari mengingat pada sektor-sektor dimaksud, kontribusi listrik untuk kegiatan produksi cukup dominan dalam mempengaruhi input sehingga sedikit kenaikan pada sektor dimaksud akan memberikan tekanan yang cukup signifikan. Secara agregat, perekonomian Gorontalo memberikan respon terhadap dampak langsung kenaikan TDL sebesar 0,12% dibandingkan keseluruhan input total. Sementara itu pada 2nd round effect peningkatan kenaikan persentase akan dirasakan pada sektor-sektor turunan yang masih terkait langsung dengan sektor-sektor diatas. Pada 2nd round effect kenaikan beban produksi akan dirasakan pada : sektor industri lain, sektor listrik, sektor gas & air minum, sektor PHR, sektor keuangan dan sektor jasajasa. Sejalan dengan analisis keterkaitan antar sektor (gambar 2), sektor PHR dan keuangan merupakan sektor yang memiliki keterkaitan kebelakang cukup besar (melibatkan banyak sektor inputan), sehingga kenaikan input yang terjadi di sektor ini bukan didasarkan kenaikan input sektor listrik semata namun lebih diakibatkan kenaikan dari sektor-sektor inputan lainnya yang terlebih dahulu terpengaruh atas kenaikan inputan sektor listrik. Secara agregat, perekonomian Gorontalo memberikan respon dampak tidak langsung terhadap kenaikan TDL sebesar 0,50% dibandingkan keseluruhan input total. Secara magnitude dampak tidak langsung yang ditimbulkan lebih besar dibandingkan dampak langsungnya.
58
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010| BANK INDONESIA
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI
Dampak total terhadap kenaikan TDL di Gorontalo lebih dirasakan pada sektor PHR (Perdagangan-Hotel-Restoran), sektor gas & air minum, sektor kelistrikan, sektor industri lain, sektor pertambangan dan sektor jasa-jasa. Dampak total ini merupakan penjumlahan antara dampak langsung dengan dampak tidak langsung yang ditimbulkan akibat kenaikan TDL. Secara agregasi kenaikan biaya produksi pada sektoral akan berpotensi mendorong kenaikan harga jual. Dengan skema kenaikan TDL yang telah ditetapkan pemerintah, berpotensi mendorong tekanan inflasi di Gorontalo meningkat sebesar 0,62% Tabel 2. Dampak Kenaikan TDL Terhadap Kondisi Sektoral SEKTOR Padi Tanaman Pangan Lain Tanaman Pertanian Lain Peternakan Kehutanan Perikanan Pertambangan Industri Makanan Industri Lain Penyulingan minyak Listrik Gas dan Air Minum Konstruksi Perdagangan Hotel dan Restoran Angkutan & Komunikasi Keuangan Pemerintahan Umum Jasa Lainnya Kegiatan lainnya Keseluruhan
Dampak Langsung Nominal % 23.99 0.010 11.72 0.004 687.46 0.088 1,384.96 0.731 637.52 0.930 173.26 1.606 186.09 0.025 1,130.51 0.178 356.56 0.207 746.60 0.106 517.55 0.082 2,852.78 0.162 535.96 0.440 213.44 0.193 9,458.38 0.120
Dampak Tidak Langsung Dampak Total Nominal % Nominal % 925.97 0.386 925.97 0.386 522.91 0.069 522.91 0.069 385.96 0.135 385.96 0.135 242.43 0.105 266.42 0.115 417.48 0.785 417.48 0.785 270.72 0.085 282.44 0.089 1,063.41 1.262 1,063.41 1.262 2,372.39 0.302 3,059.84 0.390 4,099.91 2.164 5,484.87 2.896 2,115.38 3.086 2,752.90 4.016 464.60 4.306 637.86 5.911 1,414.21 0.191 1,600.30 0.216 4,577.91 0.721 5,708.42 0.898 1,251.24 0.726 1,607.80 0.934 4,096.12 0.579 4,842.72 0.685 5,018.30 0.791 5,535.84 0.872 7,799.09 0.443 10,651.86 0.605 1,477.08 1.213 2,013.04 1.654 1,031.86 0.933 1,245.29 1.126 39,546.94 0.500 49,005.32 0.620
*) Nominal dalam Jutaan Rupiah
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010
59
1. MAKROEKONOMI REGIONAL Tabel 1.A PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2000 UNTUK PROVINSI GORONTALO (dalam jutaan rupiah) KOMPONEN Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
2009 I 468,554
Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto
II 479,928
2010 III
IV
I
502,657
503,256
II
519,781
544,905
6,601
6,802
7,319
7,285
7,397
7,752
407,314
431,145
459,888
484,907
485,027
515,523
295,604
309,129
318,403
354,891
353,215
360,095
(316,662)
(335,889)
(346,198)
(453,864)
(424,270)
(460,034)
Ekspor Barang dan Jasa
100,658
105,039
100,094
103,622
104,819
108,995
Impor Barang dan Jasa
314,934
320,974
323,267
330,570
344,759
352,582
647,134
675,180
718,895
669,528
701,210
724,653
III
IV
Perubahan Stok
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
SEKTOR 1. PERTANIAN
2009 I
II
199,867.15
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
208,963.63
2010 220,032.24
I
172,006.54
II
202,911.00
211,788.00
6,598.38
7,201.25
8,075.46
8,100.89
7,961.24
8,142.00
49,541.55
50,217.76
54,645.14
54,674.27
55,015.76
55,405.00
3,671.48
3,717.00
3,956.30
3,975.53
3,955.07
4,057.00
5. BANGUNAN
51,741.84
55,806.71
61,951.72
63,211.36
61,705.00
62,975.00
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN
89,093.06
91,504.41
96,618.96
96,677.34
97,125.00
100,459.00
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
66,344.73
70,067.35
72,850.58
73,236.47
74,180.78
76,493.00
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH.
56,112.23
57,160.68
60,347.79
60,994.17
60,804.00
62,594.00
124,164.08
130,541.17
140,416.72
136,651.22
137,724.96
142,740.00
647,134.48
675,179.94
718,894.91
669,527.79
701,210.22
724,653.00
9. JASA-JASA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Tabel 1.B PERTUMBUHAN ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2000 UNTUK PROVINSI GORONTALO (dalam persen) KOMPONEN
2009 I
II
2010 III
IV
I
II
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
11.66
12.57
11.11
8.17
10.93
13.54
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
14.48
21.69
21.43
19.64
19.08
19.57
Pembentukan Modal Tetap Bruto
23.85
27.52
18.88
13.26
19.49
16.49
Ekspor Barang dan Jasa
(6.18)
(2.24)
5.69
(4.43)
4.13
3.77
Impor Barang dan Jasa
23.81
42.34
10.13
5.15
9.47
9.85
7.66
7.22
6.60
8.78
8.36
7.33
PERTUMBUHAN EKONOMI KESELURUHAN
SEKTOR
2009 I
II
2010 III
IV
I
II*
1. PERTANIAN
7.74
5.42
(2.89)
5.18
1.52
1.35
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
9.23
12.91
20.17
14.82
20.65
13.06
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
6.38
2.32
4.76
1.48
11.05
10.33
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
7.51
6.53
7.85
4.30
7.72
9.15
5. BANGUNAN
9.78
12.86
18.91
15.87
19.26
12.84
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN
7.60
8.20
10.35
8.46
9.02
9.79
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
8.56
9.82
11.01
7.29
11.81
9.17
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH.
6.92
7.23
10.95
11.00
8.36
9.51
9. JASA-JASA
7.00
7.49
11.82
13.60
10.92
9.34
7.66
7.22
6.60
8.78
8.36
7.33
PERTUMBUHAN EKONOMI KESELURUHAN
2. INFLASI Tabel 2.A PERKEMBANGAN INFLASI PROVINSI GORONTALO
2010
Kelompok / Sub kelompok UMUM BAHAN MAKANAN Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya Daging dan Hasil-hasilnya Ikan Segar Ikan Diawetkan Telur, Susu dan Hasil-hasilnya Sayur-sayuran Kacang - kacangan Buah - buahan Bumbu - bumbuan Lemak dan Minyak Bahan Makanan Lainnya MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU Makanan Jadi Minuman yang Tidak Beralkohol Tembakau dan Minuman Beralkohol PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR Biaya Tempat Tinggal Bahan Bakar, Penerangan dan Air Perlengkapan Rumahtangga Penyelenggaraan Rumahtangga SANDANG Sandang Laki-laki Sandang Wanita Sandang Anak-anak Barang Pribadi dan Sandang Lain KESEHATAN Jasa Kesehatan Obat-obatan Jasa Perawatan Jasmani Perawatan Jasmani dan Kosmetika PENDIDIKAN, REKREASI, DAN OLAHRAGA Jasa Pendidikan Kursus-kursus/Pelatihan Perlengkapan/Peralatan Pendidikan Rekreasi Olahraga TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN Transpor Komunikasi dan Pengiriman Sarana dan Penunjang Transpor Jasa Keuangan
Sumber: BPS Provinsi Gorontalo
JAN 4.07 5.26 5.41 -4.86 5.18 0.75 -5.81 -7.25 11.58 29.04 21.23 5.86 2.49 8.13 2.13 15.78 10.83 3.57 5.13 0.01 1.13 4.08 2.63 0.23 0.02 0 14.86 7.81 31.53 8.7 0 1.12 0.53 0 42.16 0.93 -0.93 -0.46 -0.97 -0.89 -1.83 0.4 0.34
FEB 4.89 7.98 9.06 -1.62 5.74 8.67 -2.3 8.55 10.85 40.99 8.32 7.34 5.01 8.52 2.13 17.46 10.83 3.17 4.38 0.01 1.5 4.14 0.42 0.23 0.02 0 1.87 8.1 31.53 9.45 0 1.36 0.28 0 42.16 0.51 -1.55 -0.46 -0.09 0.36 -1.83 0.4 0.34
MAR 3.59 5.1 7.46 0.31 5.58 10.14 -2.47 25.92 4.09 27.79 -17.84 6.45 2.3 5.93 2.13 13.53 6.4 3.06 4.23 0.01 1.12 4.35 -0.18 0.23 0.02 0 -1.32 9.35 31.53 15.78 0 1.24 0.36 0 42.16 0.51 -1.29 -0.46 -0.06 0.41 -1.83 0.4 0.34
APR 2.74 3.54 4.17 1.59 -0.55 7.56 -4.7 10.17 1.65 24.31 9.74 2.8 0.95 4.09 2.14 11.04 3.13 2.98 4.78 0.01 1.12 0.85 0.27 0.23 0.02 0 1.02 7.86 31.53 9.54 0 0.88 0.18 0 42.16 0.08 -1.65 -0.46 -0.2 0.21 -1.83 0.4 0.34
MEI 2.69 2.34 3.36 0.86 -10.89 7.8 -5.14 21.99 6.85 24.21 44.9 -8.82 0.95 5.83 2.21 9.95 7.43 3.06 5.04 0.01 1.48 0.04 1.17 0.23 0.02 0 5.97 7.31 31.53 8.05 0 0.5 0.35 0 42.16 0.62 -1.36 -0.46 -0.36 0.21 -2.98 1.78 0.34
JUNI 2.73 2.03 5.97 0.63 -8.8 9.94 -2.91 30.25 9.04 -4.61 26.78 -7.23 0.95 5.56 2.21 8.38 7.43 3.57 5.74 0.04 2.29 0.25 2.25 0.46 0.49 0 10.81 7.36 31.53 7.94 0 0.63 0.35 0 42.16 0.62 -1.36 -0.46 -0.4 0.16 -2.98 1.78 0.34
3. PERBANKAN Tabel 3.A PERKEMBANGAN BANK UMUM PROVINSI GORONTALO
ASET & DPK BANK UMUM GORONTALO Jumlah Bank umum Jumlah kantor DPK (Jutaan Rp) Giro Deposito Tabungan KREDIT BANK UMUM GORONTALO Kredit Sektoral - Outstanding (Jutaan Rp) Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas & Air Konstruksi Perdagangan Angkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Lainnya Kredit - Berdasarkan Bank Pelapor (Jutaan Rp) Investasi Modal Kerja Konsumsi Kredit UMKM -Plafon s.d. 5 M (Jutaan Rp) L D R (%) - Berdasarkan Bank Pelapor Pendapatan Bunga Beban Bunga NIM NPL BANK UMUM GORONTALO NPLs Gross sektoral (Jutaan Rp) Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas & Air Konstruksi Perdagangan Angkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Lainnya Rasio NPLs Gross sektoral (%) Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas & Air Konstruksi Perdagangan Angkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Lainnya
Sumber: Bank Indonesia
2010 JAN
FEB
MAR
APR
11 66 1,846,410 353,608 469,066 1,023,736
11 66 1,873,802 366,034 531,415 976,353
11 66 1,836,064 334,492 532,690 968,882
JAN 2,577,763 36,746 1,383 15,250 138,526 589,878 4,591 17,487 8,864 1,765,038 2,577,763 136,902 777,126 1,663,735 1,997,755 139.61 38,699 10,650 28,049
FEB 2,677,120 38,084 118 16,475 64,756 655,359 4,832 18,786 13,633 1,865,077 2,677,120 164,465 757,257 1,755,398 2,075,639 142.87 90,322 23,110 67,212
MAR 2,775,870 47,049 123 18,660 102,703 757,824 7,993 27,613 19,383 1,794,522 2,775,870 169,737 944,593 1,661,540 2,308,435 151.19 142,267 34,324 107,943
FEB 57,894 1,227 3,462 2,650 26,399 88 777 617 22,674 2.16 3.22 0.00 21.01 0.00 4.09 4.03 1.82 4.14 4.53 1.22
MAR 66,121 1,953 3 1,912 3,529 31,204 132 1,217 803 25,368 2.38 4.15 2.44 10.25 1.00 3.44 4.12 1.65 4.41 4.14 1.41
MEI
JUN
11 66 1,849,373 304,912 552,258 992,203
11 66 1,841,208 321,263 540,202 979,743
11 66 1,987,339 384,186 521,669 1,081,484
APR 2,828,618 45,178 119 20,123 20 97,902 775,658 9,431 27,291 17,927 1,834,969 2,828,618 180,262 945,731 1,702,625 2,363,475 152.95 191,716 46,857 144,859
MEI 2,908,744 43,099 624 19,014 19 100,249 769,396 9,090 20,336 21,880 1,925,037 2,908,744 196,327 912,785 1,799,632 2,444,107 157.98 248,243 64,495 183,748
JUN 3,026,366 44,102 694 18,629 19 98,713 838,314 7,583 13,906 29,619 1,974,787 3,026,366 181,673 1,003,778 1,840,915 2,534,219 152.28 303,394 80,172 223,222
APR 69,966 1,362 3 1,869 4,073 33,231 137 1,215 746 27,330 2.47 3.01 2.52 9.29 0.00 4.16 4.28 1.45 4.45 4.16 1.49
MEI 94,762 1,123 3 2,205 26,195 37,978 102 1,255 866 25,035 3.26 2.61 0.48 11.60 0.00 26.13 4.94 1.12 6.17 3.96 1.30
JUN 61,465 1,108 3 1,188 3,360 31,434 98 754 1,106 22,414 2.03 2.51 0.43 6.38 0.00 3.40 3.75 1.29 5.42 3.73 1.14
2010
2010 JAN 51,587 1,031 1,260 3,482 3,757 22,563 89 733 221 18,451 2.00 2.81 91.11 22.83 (1.00) 2.71 3.83 1.94 4.19 2.49 1.05
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
Inflasi
Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah
barang
dan
jasa
yang
dikonsumsi
oleh
masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan. Food Inflation
Inflasi yang disebabkan oleh perubahan harga dari jenis barang-barang makanan.
Administered Inflation
Inflasi yang disebabkan oleh perubahan harga sekelompok barang yang harganya diatur/ dikendalikan oleh pemerintah, seperti: BBM, Tarif listrik, telpon, dll.
Traded Inflation
Inflasi yang diukur berdasarkan perubahan harga kategori barang yang dapat diperdagangkan secara international.
Inflation Month to Month
Perbandingan atau nisbah indeks harga konsumen pada bulan yang diukur dengan IHK pada bulan sebelumnya (inflasi bulanan), dan sering disingkat (m-t-m)
Inflasi Year to Date
Inflasi
kumulatif
merupakan
inflasi
yang
mengukur
perbandingan harga (nisba) perubahan harga indeks konsumen bulan bersangkutan dibandingkan akhir bulan pada tahun sebelumnya, sehingga merupakan angka total dan disingkat (y-t-d) Inflasi Year on Year
Atau
inflasi
tahunan
adalah
Inflasi
yang
mengukur
perbandingan harga (nisbah) perubahan harga indeks konsumen bulan bersangkutan dibandingkan IHK pada bulan yang sama tahun sebelumnya, atau sering disingkat (Y-o-Y) Inflasi Quarter to Quarter
Atau
inflasi
triwulan
adalah
inflasi
yang
mengukur
perbandingan harga (nisbah)/perubahan indeks harga konsumen
pada
akhir
triwulan
yang
bersangkutan
dibandingkan IHK akhir triwulan sebelumnya, atau sering disebut (q-t-q)
PDB dan PDRB
Atau produk domestik bruto, sedangkan untuk skala daerah (kota/kebupaten) disebut PDRB (produk domestik regional bruto)
Pertumbuhan
Year
on Atau pertumbuhan tahunan adalah pertumbuhan yang
Year
mengukur perbandingan PDRB atas dasar harga konstan triwulan laporan dibandingkan PDRB atas dasar harga konstan triwulan yang sama tahun sebelumnya, atau sering disingkat (Y-o-Y)
Pertumbuhan Melambat
Pertumbuhan tahunan masih menunjukkan nilai positif namun lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
M1
Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral
M2
Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).
Mo
Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat dibank sentral.
Uang Kartal
Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.
Uang Giral
Terdiri dari rekening giro masyarakat masyarakat dibank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.
NIM
Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara pendapatan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.
NPLs
Singkatan dari non performing loan disebut juga kredit bermasalah,
dengan
kolektibiltas
kurang
lancar
diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.
(3),
Restrukturisasi kredit
Upaya
yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha
perkreditan
agar debitur dapat memenuhi kewajibannya
yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan. UMKM
Singkatan dari Sektor Usaha Mikri, Kecil Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.
UYD
Singkatan
dari
uang
yang
diedarkan,
adalah
uang
kartalyang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank. Inflow
Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.
Outflow
Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.
Netflow
Selisih antara outflow and inflow.
PTTB
Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalm kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.