BAB 4
ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1
Konsep Perancangan
Peranakan memiliki banyak ragam di Indonesia, karena persebaran para imigran Tionghoa ke Indonesia tidak berfokus pada 1 daerah saja. Meski, ada nya peraturan dan tekanan politik dari Belanda ,namun beberapa masyarakat imigran Tionghoa diluar Batavia dapat hidup lebih tenang. Dan ketika adanya Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor SE-06/Pred.Kab/6/1967 tanggal 28 Juni 1967 yang berisi tentang Pelarangan pada para warga keturunan Tionghoa untuk Tidak merayakan hari Raya Agama , Tradisi dan Adat Istiadat di muka umum. Hal ini membuat perkembangan budaya Peranakan sangat terhambat di segala bidang. Oleh karena itu mengapa saya memasukan dan menjadikan studi saya ini Peranakan
adalah
sebagai
bentuk
generasi
muda
sekarang
yang
ingin
mengembangkan budaya Peranakan yang sudah cukup lama tidak mengalami perkembangan dan tertinggal. Kebudayaan Peranakan sendiri merupakan persilangan budaya tertua di Indonesia dibandingkan dengan persilangan budaya lainnya, karena bangsa Tionghoa lah yang lebih dahulu melakukan berbagai kegiatan bisnis di Indonesia jauh sebelum bangsa Eropa datang ke dunia Timur. Mengapa Candra Naya dimana begitu banyak bangunan Tionghoa selain itu. Bangunan Tionghoa sendiri jumlahnya tidak terhitung di Indonesia, sebagai etnis terbesar yang hidup bersama-sama, tumbuh, dan memiliki ikatan yang kuat selama berates-ratus tahun. Tidaklah banyak bangunan bersejarah Tionghoa yang dimiliki oleh orang berkedudukan tinggi. Karena mayoritas kita mengetahui bahwa para imigran berstatus rendah, sepeti buruh, pedagang, pengrajin. Karya ilmiah ini mengacu pada mendesain Hotel Bisnis yang bersifat eksekutif dan terkesan high class, terlebih brands Mandarion Oriental sebagai icons of East Luxurious. Hal ini sangatlah masuk dengan Candra Naya sebagai bangunan
124
125
Kapitan terakhir Hindia Belanda yang gedungnya besar dan memang di khususkan sebagai tempat para petinggi dan pejabat di masa itu sebagai tempat berkumpul, melakukan berbagai bentuk roda pemerintahan orang Tionghoa di masanya. Ke ekslusif-an dari bangunan Candra Naya dan Hotel Bisnis ini menjadi satu benang merah yang dapat di tarik dalam bidang bisnis dan pengusaha.
4.1.1
Konsep Terpilih Konsep terpilih sebagai dasar konsep dan pendalaman desain adalah
pendalaman kepada Burung Hong yang memiliki makna kuat pada orang Tionghoa yang mendatangkan kemakmuran, kebahagiaan, serta nasib baik. Serta keindahan dari bentuk bulu, bentuk tubuhnya di harapkan keindahan bentuk ini juga dapat di implementasikan kepada furnitur Burung Hong sendiri sudah banyak di implementasikan kepada furnitur. Namun, semua itu hanya dalam bentuk sebatas ukiran. Dan mengapa tidak di distilasi menjadi suatu bentuk baru yang lebih modern tetapi tetap memiliki jiwa dan bentuk dari Burung Hong sendiri.
Beberapa Bentuk Konsep yang di implementasikan : Gambar 4.1.1 Concept Board
Sumber : Data Pribadi Penulis
126
Dengan dasar bentuk dan motif, ini merupakan tantangan tersendiri dalam mendesain sebuah furnitur dengan distilasi bentuk tidak secara gamblang atau secara buta memasukkan, tetapi haruslah mengalami pengolahan yang membuat para pengguna dan yang melihat tidak dapat menyadari secara langsung, tetapi jika di mengerti lebih mendalam maka tetap terlihat jiwa dan bentuk dari Burung Hong itu sendiri Dan kesulitan tentunya dalam bagaimana membuat tidak terlalu ramai serta tidak berkesan hanya sebagai elemen dekorasi. Tetapi juga menyatu dengan bentuk serta warna dan konsep yang ada Berangkat dari filosofi yang sudah sangat lengkap, dari warna, bentuk dan juga sarat makna. Hal ini merupakan hal yang realistis ketika implementasi dari bentuk ukiran, artwork, dsb. Karena belum adanya furnitur yang memiliki dasar konsep dari elemen dekoratif yang ada. Beberapa furnitur Scandinavian sendiri sudah mengadaptasi gaya chinese style seperti, Chinese Chair (Arne Jacobsen), Peacock Chair (Hans J. Wegner), Benedikte Chair (Hans J. Wegner), Wishbone Chair (Hans J. Wegner). Ini merupakan daya tarik yang sangat tinggi dari karya dan peradaban orang Timur
4.1.2
Tinjauan Konsep
Alasan secara langsung Burung Hong terpilih di antara Naga, Kirin, dan Kura-Kura. Karena Burung Hong merupakan penggambaran hewan mitos yang netral dan tidak terkesan sakral, dan condong lebih ke sebuah budaya. Berbeda dengan Naga, Kirin yang merupakan hewan mitos tetapi unsur sakralnya sangat tinggi. Sedangkan, kura-kura sebagai pertimbangan fengshui memang memiliki makna bagus ,tetapi memberikan makna efek yang perlahan, sehingga memberi arti rejeki pasti tetapi terkumpul pelan-pelan sesuai dengan karakter kura-kura. Alasan lain adalah Burung Hong sendiri yang melambangkan musim panen, panas, kemakmuran, keabadian. Memberikan makna yang tidak ada di antara ketiga makhluk mitos lain, seperti naga, kura-kura dan kirin.
127
Gambar 4.1.2.a Art work Burung Hong
Sumber : google.com Hal lain secara personal dikarenakan banyaknya implementasi kepada desain produk yang berasal dari Konsep Burung Hong, namun implementasi kepada furnitur sama sekali belum di temui oleh penulis. Ini menjadikan sebuah tantangan dan suatu hal yang menarik untuk di teliti dan di pelajari lebih dalam, sebagai salah satu motif Peranakan yang dapat dikembangkan Gambar 4.1.2.b Produk berkonsep Burung Hong
Sumber : Wikipedia
128
Dari hal ini melalui data yang ada, dapat ditemukan benang merah antara Gedung Candra Naya ,Burung Hong, Peranakan Indonesia dan Hotel Mandarin Oriental. Sangatlah sulit dalam menterjemahkan dan menemukan hal yang sama dalam semua ini yang di jadikan konsep kuat dalam desain Cina Peranakan Indonesia pada Hotel Mandarin Oriental yang sudah sangat mendunia dan berkiblat dengan Cina Timur. Hal yang menjadi benang merah adalah mengapa Candra Naya dipilih sebagai citra ruang dalam perancangan desain interior Hotel Mandarin Oriental Jakarta, karena Candra Naya merupakan bangunan berpengaruh di masanya sebagai perkumpulan para 新明會 (Xin Ming Hui, 'Perkumpulan Sinar Baru) dan rumah eksekutif mayor terakhir pada zaman Belanda, tempat ini menjadi perkumpulan para orang tionghoa yang memiliki status terpandang yang nantinya menjadi cikal bakal banyak sejarah, salah satunya Universitas Tarumanegara. Burung Hong sendiri merupakan sebuah simbol kepercayaan oleh orang Tionghoa sebagai makhluk yang secara kepercayaan memberikan dampak baik kepada kehidupan mereka. Burung Hong sendiri sangat banyak di implementasikan pada interior para orang yang memiliki kekayaan melimpah dan sebagai berkah.
129
4.1.3
Citra Ruang
Selain furnitur yang mendukung di harapkan citra ruang yang dapat di tampilkan pada kebudayaan Peranakan dapat muncul. Namun, sesuatu yang sangat bersifat strong culture sangat tidak disukai dan di hindari oleh beberapa pihak salah satunya pihak hotel Mandarin Oriental sendiri, karena sebagai hotel yang besar dan memberikan kesan modern tidak memiliki kesan terlalu etnik, dan berdasarkan fakta yang ada hotel di Jakarta harus memiliki unsur urban sebagai ciri khas kota Metropolitan. Karena di jaman modern dan era digital ini, segala sesuatu yang menarik bagi para kalangan adalah sesuatu yang hi-tech, inspiratif, unique. Sehingga, contemporary chinese adalah pilihan tepat untuk desain di tengah kota dan pusat bisnis. Desain ke kinian dan bentuk yang menarik memiliki daya tarik lebih untuk para kaum urban ketimbang sesuatu yang terlalu etnik
Gambar 4.1.3.a Hotel Eclat, Beijing
Sumber : Shotenkenchiku Magazine April 2014
130
Gambar 4.1.3.b Floor, Wall and Ceiling Finishes
Sumber : Data Pribadi Penulis
Gambar 4.1.3.c Mood Board
Sumber : Data Pribadi Penulis (2014)
131
Pemilihan warna dalam perancangan sangatlah banyak, namun semakin mengerucut dengan batasan pada Interior dari Gedung Candra Naya yang memiliki dominan warna hitam dan putih. Sedangkan untuk accent sendiri warna-warna dari Burung Hong sangatlah banyak dan colorful. Hal ini sangatlah cocok dengan tema Contemporary yang memberikan kesan ke kinian dan jauh dari kesan etnik. Sehingga, filosofi dan local indegenus tidak terasa terlalu berat dan penuh dengan unsur-unsur dekorasi berlebihan. Treatment yang di pilih pada desain tidak terlalu eksploratif mengingat Hotel Bisnis lebih bertujuan kepada service dan kenyamanan, disamping desain itu sendiri juga menjadi faktor utama. Citra ruang itu sendiri akan seperti Candra Naya versi kontemporer yang memadukan unsur luxury dari Hotel Mandarin Oriental itu sendiri Meski, konsep besarnya Cina Peranakan yang menjadi icon dari Asia Tenggara. Tetapi, kiblat bentuk baik dari logo Mandarin Oriental dan Style Hotel yang ada pada umumnya merupakan pengaruh dari art deco. Sehingga, beberapa desain ruangan mengadaptasi dari art deco. Karena logo HongKong Fan dari hotel merupakan pengembangan juga dari sunburst yang menjadi icon pada era art deco. Seperti pada mood board di atas, warna perak, emas dan kontemporer seperti warna turquoise menjadi pilihan dalam merancang interior Hotel Mandarin. Yang memiliki ciri khas dan warna dasar emas. Hal ini berkaitanjuga dengan logo brand sehingga memberikan pandangan umum pada masyarakat bahwa Hotel Mandarin Oriental pastinya menggunakan warna emas.
132
4.2
Pengaruh Bentuk dan Fungsi
Furniture bergaya peranakan sangat sarat akan bentuk ukiran dan bentuk gaya oriental. Bentuk furniture oriental sendiri umumnya berbentuk tidak terlalu simetris. Karena sejak zaman dahulu gaya Cina sendiri sudah banyak berbentuk bulat dan lengkung. Ukiran-ukiran khas dari suatu daerah tertentu juga banyak ditemui, bisa dibilang mengalami percampuran budaya dan perkembangan. Meski, unsur dan konsep tidak banyak mengalami perubahan namun, elemen estetis disesuaikan dengan lingkungan. Furniture bergaya chinese style sudah sangat umum sejak zaman dinasti Ming. Bangsa Cina sendiri sangat menginspirasi banyak negara dizaman keemasannya, seperti Jepang, Korea banyak mengadaptasi bentuk serta ornamental bangsa terbesar didunia ini. Jika dilihat lebih dekat tentu sudah banyak Furniture Modern bergaya Chinese Style, namun bentuk dan furniture cina klasik masih hingga sekarang menjadi bentuk yang timeless. Sehingga, membuat furniture modern chinese style sendiri tidak begitu berkembang pesat dibandingkan furniture eropa pada tahun 50an hingga 90an. Beberapa contoh Furniture Classic Cina : Gambar 4.2.a Kursi Cina Klasik
Sumber : www.chinese-furnitures.com
133
Gambar 4.2.b Kursi Lounge
134
Sumber : Data Pribadi Penulis (2014)
Pada furnitur kursi ini berdimensi panjang 81cm x 70cm x 97,5cm. Ukuran ini sendiri berasal dari pertimbangan yang ada akan standar kursi lounge yang umumnya ada. Terlebih kursi hotel memang memiliki kriteria dan harus memberikan kesan, bulky,big dan glamour. Salah satu implementasi dari bentuk fisik adalah ukuran, disamping finishing dan elemen pendukung lainnya. Gambar 4.2.c Bentuk Sun Burst
Sumber : google Kemudian, Burung Hong sendiri yang di ibarat kan sebagai panas, matahari, dan kelimpahan. Menjadi satu benang merah antara bentuk logo Mandarin Oriental yang berbentuk kipas namun, terdapat pengaruh art deco dengan bentuk ekor burung Hong yang seperti merak. Hal ini menjadikan bentuk sun burst furnitur ini menjadi ciri khas Hotel Mandarin Oriental yang mirip dengan logonya
Gambar 4.2.d Burung Hong dan Distilasi Kursi
Sumber : google dan data penulis (2014)
135
Dalam styling ini oleh karena itu tercipta lah bentuk sandaran yang terinspirasi dari sun burst. Mengingat bahwa konsep perancangan ini di khususkan untuk Hotel Mandarin Oriental yang merupakan group hotel yang terbesar di HongKong. Bisa di katakana ini merupakan signature bentuk dari Mandarin Oriental yaitu bentuk Kipas atau sun burst. Namun, harus di akui fungsi bentuk dari kursi yang bisa dikatakan rumit ini masih sebatas estetis. Mengingat konsepnya yang lebih condong kepada keindahan. Di tambah kursi public Hotel merupakan kursi yang haruslah menarik dan iconic karena setiap Hotel Besar seperti Mandarin Oriental mempunyai konsep local indegenus ,agar memberikan sesuatu yang baru kepada para tamu yang menginap di setiap cabang. Namun, masih memiliki benang merah yaitu, Kearifan Budaya Timur yang tetap di pegang sebagai visi dan misi Hotel Mandarin.
136
4.3
Pengguna Furnitur
Manusia merupakan makhluk hidup dengan kebutuhan yang tidak terbatas. Kebutuhan manusia selalu bertambah seiring dengan waktu dan pola hidup yang ada dari waktu ke waktu. Begitu juga dengan tipikal dan juga kebiasaan manusia yang satu dengan yang lain tidak bisa dikatakan sama, hanya identik. Sehingga, para desainer juga hanya bisa memberikan secara umum furnitur agar memberikan kenyamanan kepada manusia yang berbeda-beda dari fisik dan kebiasaan. Ukuran-ukuran dari manusia sendiri digunakan ukuran untuk orang Asia dan Eropa. Karena Hotel yang penulis survey mayoritas di dominasi oleh Asia ketimbang Eropa. Sehingga, penulis memilih agar nantinya furnitur yang dibuat tidak memberikan ketidaknyamanan untuk pengguna Eropa juga Para pengguna dari hasil data lapangan oleh penulis, menemukan beberapa kebiasaan dari kurang lebih sekitar 40 orang tamu yang menggunakan lounge. Beberapa kebiasaan yang umumnya dilakukan meliputi : 1. Posisi Duduk 2. Posisi Bersandar 3. Kebiasaan Melipat Kaki 4. Kebiasaan Postur Tangan Dari semua itu sangat mudah di kenali dan di lihat bahwa para pengguna memiliki kebiasaan yang sama terutama dari gender. Salah satunya dimana para lakilaki suka dengan menaikkan salah satu kaki di lutut. Hal ini menunjukkan karena bentuk dari furnitur itu sendiri ,sehingga membuat para pengguna memiliki postur dan kebiasaan duduk yang menyesuaikan dari apa yang digunakan
137
4.4
Finishing dan Warna
Finishing adalah salah satu tahapan terakhir yang sangat penting untuk meningkatkan harga jual dari sebuah barang. Finishing sendiri tidak hanya bertujuan mempercantik saja, tetapi memberikan daya tahan kepada material bahan kayu yang di finishing tersebut Pada finishing dan warna tentunya telah melalui tahap-tahap yang objektif seperti survey ke lapangan, kemudian pengumpulan data secara kualitatif dan kuantitatif terutama mengenai Cina Peranakan sendiri yang penulis pakai sebagai dasar konsep Tugas Akhir ini
Gambar 4.4.a Propan Melamine System
Sumber : www.propanraya.com
Meski, Melamine Finishing tidak tergolong dalam bahan yang green design, tetapi finishing yang di hasilkan serta kemudahan aplikasi tetap mejadi pilihan beberapa perusahaan dan pengrajin pada furnitur secara mayoritas. Karena, secara faktanya harga Polyurethane, Waterbased dan beberapa jenis finishing lainnya masih lebih mahal dibanding Melamine. Hanya Nitro Cellulose atau NC yang harganya tidak terpaut jauh. Hal ini di hitung juga dengan perkiraan biaya tenaga pengrajin dalam melakukan proses finishing. Dari pengembangan desain dan pengembangan studi warna juga dan setelah melalui berbagai pertimbangan dalam memilih warna yang akan di gunakan pada furnitur nantinya, akhirnya terpilih warna Rattan Gray dan Black Wood sebagai
138
finishing warna untuk digunakan pada furnitur, berikut warna yang terpilih berdasarkan warna propan. Gambar 4.4.b Warna Rattan Gray (53) dan Black Wood
Sumber : google
Warna ini merupakan stain colour yang akan di aplikasikan dengan pilihan hasil finising semi-gloss. Hal ini berdasarkan hasil survey dan pertimbangan dari data yang ada, bahwa furnitur Hotel Lounge tidak ada yang menggunakan finishing yang hasilnya glossy ataupun doff. Berdasarkan hasil studi warna Interior dari Candra Naya yang dominan warna hitam dan warna emas menjadi pilihan. Ditambah dengan konsep kontemporer menjadikan pemilihan warna semakin luas. Karena pada umumnya kursi Cina Peranakan dan kursi Cina lainnya secara umum hanya di finishing natural yang memiliki tujuan tersendiri yaitu serat kayu yang ingin di angkat dari nilai desain itu Warna Interior
sendiri mempengaruhi pemilihan warna dalam memilih
warna finishing furnitur. Agar memberi kesan harmoy dan unity. Sesuai dengan teori Desain yang ada. Furnitur sendiri tidak boleh standing alone, tetapi masih bagian dari interior yang tidak terpisahkan. Oleh karena itu, meski berkonsep kontemporer namun pemilihan warna tetap mengacu dan mempertimbangkan warna dari interior Hotel yang di dominasi oleh warna gelap. Menurut dari buku Colour+Design (2010, Ron Reed) warna hitam memiliki arti, kecanggihan dan kekuatan. Namun, arti negatifnya adalah kematian, kemurungan dan keberuntunga buruk. Tetapi, aplikasi pada bentuk fisik seperti bangunan, produk, pakaian, warna ini memberikan arti misterius, professional, privasi, elegan, dan keamanan. Sehingga, warna ini terpilih dominan karena sebagai
139
hotel bisnis bertaraf internasional, privasi, profesionalitas dan elegan, serta keamanan menjadi pilihan utama para pebisnis. Di tambah kesan dewasa terkandung didalamnya membuat kesan Hotel semakin menarik. Karena menurut Faber Birren, “Colour Psychology and Colour Therapy : A Factual Study of the Influence of Colour on Human Life” (1961). Membuat sistem warna dengan bentuk seperti ini : Gambar 4.4.c Faber Birren Color System
Sumber : colorsystem.com Pada sistem table warna abu-abu atau grey berada di tengah, karena warna ini adalah merupakan warna dasar yang dapat dimasukan dan dicampur kepada warna apapun tanpa merubah efek dan rasa dari warna dasar itu sendiri. Hanya perubahan tint saja. Atas hasil data ini sebagai warna elemen netral yang bisa di padukan oleh warna lainnya. Saya memilih warna abu-abu ini sebagai furnitur saya. Dan dengan campuran warna hitam. Kedua warna ini menjadi warna yang mudah di padukan dengan warna apapun karena menurut sistem colour ini mereka berada di letak yang strategis sebagai 3 warna primer yang penggunaannya mutlak, yaitu Prime Colour, White Colour dan Black Colour.
140
Gambar 4.4.d Skema Warna Contemporary Chinese Peranakan
Sumber : Data Penulis (2014)
Warna ini semua hasil peleburan dari warna cina peranakan, warna konsep burung hong, warna ciri khas Mandarin Oriental dan warna kontemporer pengembangan dari warna peranakan itu sendiri. Kontemporer itu sendiri bersifat sebagai penyeimbang dan pemberi kemasan yang memberi kesan modern dan tidak terlalu etnik.
141
4.5
Material dan Konstruksi Furnitur
Material dan Konstruksi sangat berkatain erat sekali, karena kesalahan dalam pemilihan konstruksi dengan material yang ada dapat berakibat fatal kepada furnitur itu sendiri. Harus di lihat dan di mengerti tidak semua konstruksi sambungan dapat di aplikasikan kepada semua material kayu Bahkan, ada yang memerlukan treatment khusus atau tambahan konstruksi seperti dowell. Konstruksi yang baik dan tepat tentunya memberikan umur penggunaan furnitur dengan semestinya. Tidak mudah rusak, tidak memiliki gangguan seperti konstruksi furnitur bergeser, ringkih dan mudah bergoyang serta berbunyi saat digunakan
Gambar 4.5.a Mortise-Tenon
Sumber : www.startwoodworking.com
142
Gambar 4.5.b Mitter
Sumber : www.startwoodworking.com
Inilah penggunaan konstruksi yang di aplikasikan pada furnitur Tugas Akhir. Beberapa konstruksi sendiri harus di akui ada beberapa yang mendapat tambahan paku dan sekrup. Hal ini lebih bertujuan memberi kekuatan lebih dalam konstruksi. Selain itu penggunaan lem kayu, lem kombinasi juga di aplikasikan pada furnitur Tugas Akhir ini. Berikut beberapa Detail Karya Furnitur : Gambar 4.5.c Detail Furnitur Tugas Akhir
Sumber : Dokumentasi Penulis (2014)
143
4.6
Ergonomi dan Antropometri Kursi Lounge
Ergonomi dan Antropometri kursi memiliki perbedaan yang sangat besar secara ukuran dan dampak. Ukuran-ukuran ilmiah yang di aplikasikan semuanya mengacu dari teori dan riset ilmiah yang sudah dilakukan oleh para pakar. Dan dalam karya ilmiah ini karena keterbatasan waktu, sehingga penulis mengutip dan mengikuti pakem-pakem yang sudah ada. Referensi yang digunakan adalah : 1. Human Dimension (2003) Martin Zelnik dan Julius Panero 2. Architect’s Data (1979) Ernest Neufret 3. Time Saver (1983) Chiara, Joseph De dan John Callender Semua data berasal dari ketiga buku di atas yang digunakan sebagai pedoman dalam mengukur antropometri manusia dan Ergonomi. Berikut ukuran yang di aplikasikan kepada Karya ilmiah ini : 1. Tinggi Dudukan
41 cm
2. Ketinggian Kursi
97,5 cm
3. Lebar Kursi
81 cm
4. Panjang Kursi
60 cm
Ukuran-ukuran ini sendiri lebih dipilih sebagai rata-rata dari persentil pengguna terbanyak. Mengingat sebagai area public tentu sebuah furnitur harus dapat menopang dan memberikan kenyamanan kepada siapapun, meski berbeda fisik secara ukuran dan secara postur. Gambar 4.6.a Ergonomi Easy Chair
Sumber : Human Dimension
144
Gambar 4.6.b Ergonomi Kursi General
Sumber : Human Dimension
Dari data di atas, dapat dilihat bahwa ukuran standar dudukan pada kursi general adalah 40,6cm – 43,2cm. Ini memberikan efek psikologi formal dan memberi dampak pengguna tidak terlalu rileks. Dan apabila di gunakan dalam jangka waktu yang lama akan tidak nyaman. Berbeda dengan Easy Chair meski memiliki ukuran yang sama, tetapi derajat dudukan lebih 15” di bandingkan kursi general. Ini memberikan efek nyaman dan lebih rileks, bertujuan untuk memberikan kenyamanan pada pengguna saat duduk dengan waktu yang lama Oleh karena itu dudukan pada karya ilmiah ini 41cm. Merupakan Range antara 40,6 – 43,2. Mengingat pengguna tidaklah selalu Asia, tetapi harus juga diperhitungkan pengguna Eropa. Agar tidak memberikan ketidaknyamanan dengan memilih ukuran terkecil yang nyaman bari 95% persentil manusia. Pada furnitur ini di pilih 95% persentil. Sehingga, hanya sekitar 5% orang tidak nyaman dengan kursi furnitur ini. Namun, Karena postur setiap orang unik. Hal ini tidak bisa di jadikan tolak ukur pasti bahwa 5% tersebut hal mutlak tidak nyaman menggunakan ukuranukuran ini.
145
4.7
Market Segment Dalam setiap perancangan produk atau furnitur pentingnya dalam melakukan
riset pasar atau segment pasar yang akan di pilih nantinya. Kematangan pemilihan segment pasar yang akan di tuju sangat menentukan keberhasilan pada saat produk tersebut di serap oleh pasar. Tidak dapat di pungkiri bahwa desainer juga harus mengambil bagian ini, meski tidak di batasi para marketing lebih memiliki spesialisasi dalam bidang ini. Tetapi, segala bentuk arah dan pilihan di tentukan pada saat desainer membuat produk ini. Gambar 4.7.a Market Segment
Sumber : Penulis (2014) Dapat di lihat secara langsung pada pembagian furnitur sendiri dibagi melalui 4 pilihan, yaitu Contemporary Chinese, Classic Chinese dan Traditional Chinese. Dan sebagai petimbangan berdasarkan data dan fakta di lapangan bahwa Hotel Bintang 5 yang terletak di Jakarta tidak dapat di pisahkan unsur modern dan urban. Sehingga, market yang paling baik menurut fakta yang ada adalah Contemporary Chinese. Hal ini didasarkan pada kisaran harga, umur dan selera pasar
146
Harga jual dari furnitur sendiri memiliki dampak langsung kepada daya beli konsumen. Setelah melalui beberapa perbandingan furnitur traditional dan classic sendiri memang memiliki market segment tersendiri. Tetapi, dari kisaran harga furnitur ini sudah sangat umum dan banyak di produksi oleh pengrajin, sehingga harganya pun menjadi cukup rendah, yang
membedakan hanya finishing saja.
Sedangkan, contemporary design jaman sekarang memiliki konsep yang baru baik dari bentuk dan kemasan yang tidak dapat ditemui di tempat lain, membuat harga dari segment contemporary design lebih baik prospeknya Berikut HPP dari Furnitur dan Aksesoris Tugas Akhir ini : *seluruh harga dalam ratus ribu rupiah Tabel 4.7 Tabel HPP @1
@10
Mass
HPP
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI
Harga Kursi Lounge
3.5
2.5
2.0
3.5
Harga Meja
2.5
2.0
1.75
2.5
5
4
3
5
1.0
1.0
1.0
1.0
Harga Lampu Biaya Lain-lain
TOTAL HPP @1
7.5
Keuntungan Margin dari furnitur ini di kisarkan pada angka 5% -10% setiap unitnya. Dengan menggunakkan perhitungan Mass karena semakin banyak pembuatan makan efisiensi waktu serta tukang akan lebih murah dibandingkan pembuatan 1 kursi saja. Harga jual 1 set : 2 Kursi, 1 Meja, 1 Lampu + Profit = Rp 8.000.000 Namun, harga ini tidaklah terus sama karena harus diperhatikan juga akan fluktuatifnya harga kayu di pasaran. Kayu Mahoni sendiri di tahun 2014 tidak semahal kayu Jati dan kayu Sungkai. Hal ini juga dapat menjadi perhitungan pergantian bahan baku apabila terdapat ketidak cocokan harga dengan pembeli. Dengan pergantian bahan baku tentu harga dapat ditekan lebih murah atau lebih mahal sesuai dengan keinginan dan tujuan apa yang ingin dicari dalam furnitur nantinya oleh pembeli
147
4.8
Proses Desain Proses desain sendiri melalui tahapan yang cukup panjang dari tahapan paper
yaitu pengumpulan data-data yang ada, hingga tahap studio dimana perancangan secara langsung dibuat. Baik secara manual maupun komputerisasi, dan dari proses ini tahap-tahap yang sudah dilalui nantinya akan menghasilkan produk asli 1 set furnitur yang akan di produksi, yaitu 1 kursi, 1 meja dan 1 buah lampu sebagai aksesoris. Proses ini sendiri sekitar 45 hari untuk menggali dan melakukan pengembangan dari konsep literature menjadi konsep berbentuk fisik nantinya Setelah melalui proses asistensi beberapa karya yang dibuat adalah, 1 buah kursi, 1 buah coffee table, dan 1 buah aksesoris standing lamp. Hal ini didasarkan pada data lapangan yang ada. Area Lounge pada beberapa hotel yang disurvey juga mempunyai kesamaan, yaitu furnitur yang pasti dan menjadi standar. Meskipun, adanya beberapa furnitur tersendiri yang merupakan improvisasi dari desain hotel
Tahapan Proses yang di lalui : 1. Pengumpulan Data sesuai Konsep 2. Survey Lapangan 3. Memilah data, dan Analisa data 4. Membuat Konsep Terpilih 5. Styling Studio 6. Pemilihan Warna dan design statement 7. Proses Pembuatan
Tahap yang runtun ini sudah dilalui sehingga menghasilkan karya ilmiah ini dengan baik. Namun, harus di akui masih banyak kekurangan yang harus di perbaiki di kemudian hari. Mengingat bahwa tidak ada hasil yang sempurna. Terlebih dalam proses pembelajaran yang masih harus banyak ditempuh dan di pelajari. Apabila adanya kekurangan dari tahapan ini, penulis sudah melakukan proses desain dengan kemampuan maksimal yang sudah dipelajari.
148
Gambar 4.8.a Sketsa Furnitur
. Sumber : Data Pribadi Penulis (2014)
149
Gambar 4.8.b Sketsa Furnitur
Sumber : Data Pribadi Penulis (2014)
150
Gambar 4.8.c Sketsa Furnitur
Sumber : Data Pribadi Penulis (2014)
151
Gambar 4.8.d Kursi sebelum di Finishing
Sumber : Dokumentasi Penulis (2014)
Gambar 4.8.e Meja sebelum di Finishing
Sumber : Dokumentasi Penulis (2014)
152
Gambar 4.8.f Furnitur dalam tahap Finishing
Sumber : Dokumentasi Penulis (2014)
153
Kemudian terdapat beberapa hasil 3D Render yang menggambarkan suasana ruang serta Furnitur yang ada Gambar 4.8.g 3D Render
154
Gambar 4.8.h 3D Render
Sumber : Data Pribadi Penulis (2014)