BAB 3 SEJARAH ORGANISASI DAN ANALISIS SISTEM
Dalam bab ini akan diuraikan analisis masalah yang ada, analisis pemecahan masalah dan pembuatan aplikasi berdasarkan analisis kebutuhan pembuatan aplikasi sehingga mampu mengatasi masalah yang ada. 3.1
Sejarah PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk PT. Telekomunikasi Indonesia memiliki sejarah panjang dari jaman kolonial Belanda. Dimulai dari ahun 1884 Pemerintahan Kolonial Belanda membangun sebuah badan usaha swasta penyedia layanan pos dan telegraf. Layanan komunikasi kemudian dikonsolidasikan oleh Pemerintah Hindia Belanda ke dalam jawatan Post Telegraaf Telefoon (PTT). Jasa telepon sendiri baru pertama kali dikenal di Indonesia pada tahun 1882 dan sampai tahun 1906 disediakan oleh perusahaan swasta dengan lisensi pemerintah selama 25 tahun. Pada tahun 1906 Pemerintah Belanda mendirikan departemen yang mengendalikan semua jasa pos dan telekomunikasi di Indonesia. Pada tahun 1961 beberapa dari jasa ini dipindahkan ke perusahaan milik negara. Pada tahun 1965 pemerintah memisahkan kedua jasa pos dan telekomunikasi ke dua perusahaan negara yaitu, PN Pos dan Giro dan PN Telekomunikasi. . Tahun 1974, PN Telekomunikasi dipecah menjadi dua yaitu: Perusahaan Umum Telekomunikasi dan PT Inti. Tahun 1980, bisnis telekomunikasi internasional dipindahkan dari Perumtel ke Indosat. Tahun 1991, pemerintah merubah Perumtel dari "Perusahaan Umum" menjadi "Persero" yaitu PT Telekomunikasi Indonesia atau lebih dikenal sebagai 55
56 TELKOM. Pada tahun ini juga sampai tahun 2005 operasional TELKOM dibagi menjadi 12 unit operasi regional yang dikenal sebagai Witel. Setiap Witel memiliki Management yang menangani semua tanggung jawab dari segala aspek bisnis dalam wilayah regionalnya, mulai dari layanan telepon sampai manajemen properti dan keamanannya. Tahun 1992 Telkomsel mulai memperluas jaringan bisnisnya dengan berdirinya PT Lintasarta. Diikuti dengan berdirinya PT Satelindo pada tahun 1993 yang merupakan joint venture dari beberapa perusahaan telekomunikasi yaitu: TELKOM, Indosat, PT Bimagraha Telekomindo, dan DeTeMobil. Pada tahun ini juga berdiri PT Ratelindo yang merupakan joint venture antara TELKOM dan PT Bakrie Electronics.Tahun 1995 dan tahun berikutnya berdiri beberapa perusahaan telekomunikasi lainnya, yang di dalamnya PT TELKOM mempunyai bagian saham, yaitu:Telkomsel, Komselindo, Mobisel, Metrosel, Pasifik Satelit. Selain itu masih ada perusahaan telekomunikasi yang masih dalam tahap proposal, yang bergerak dalam bidang multimedia. Pada tahun 1995 juga TELKOM mengkonversi kedua belas WITEL menjadi 7 regional divisi (Divisi I Sumatra; Divisi II Jakarta; Divisi III Jawa Barat; Divisi IV Jawa Tengah dan Jogjakarta; Divisi V Jawa Timur; Divisi VI Kalimantan; Divisi VII Indonesia bagian timur; ) PT TELKOM, Tbk merupakan pemegang hak monopoli telekomunikasi domestik di Indonesia, untuk sambungan lokal sampai dengan tahun 2001 dan sambungan jarak jauh sampai dengan tahun 2006. Sedangkan untuk jasa sambungan internasional saat ini dilayani oleh dua perusahaan yaitu PT Indosat dengan kode akses 001 dan PT Satelindo dengan kode akses 008. Sesuai dengan
57 UU N0.3/1989, Kepres No.8/1993, serta Kepmen N0.39/1993 yang mengatur bentuk kerjasama antara perusahaan swasta dan BUMN (dalam hal ini PT TELKOM dan PT Indosat), bahwa perusahaan swasta dapat menyelenggarakan jasa telekomunikasi dasar melalui kerjasama patungan (joint venture), kerjasama operasi (KSO), dan kontrak manajemen. Sehingga atas perusahaan-perusahaan swasta telekomunikasi di Indonesia, PT TELKOM mempunyai bagian saham di dalamnya. Pada tanggal 14 November 1995, Pemerintah menawarkan penjualan saham TELKOM ke publik. Saham TELKOM terdaftar di Jakarta Stock Exchage dan Surabaya Stock Exchage (keduanya bergabung dan sekarang menjadi Bursa Efek Jakarta) juga di luar negeri seperti Bursa Efek New York dan Bursa Efek London. Tahun 1999, pemerintah mengesahkan Undang-undang Telekomunikasi No. 36. Undang-undang ini mengatur reformasi industri termasuk liberalisasi industri, fasilitasasi pesaing baru, dan pengaturan kompetisi. Sebelumnya hanya Indosat dan TELKOM yang mengawasi keseluruhan persaingan dan kerjasama seluruh perusahaan telekomunikasi di Indonesia. UU Telekomunikasi ini digunakan
pemerintah
untuk
mengeliminasi
perusahaan-perusahaan
telekomunikasi sehingga dapat tercipta pasar yang lebih kompetitif. Hasilnya adalah TELKOM membeli 35 % saham Indosat di Telkomsel, Sehingga TELKOM memiliki 77,5 % saham Telkomsel, dan Indosat membeli 22,5% saham TELKOM di Satelindo dan 37,5 % di Lintasarta. Pada tahun 2002 TELKOM menjual 12,7 % sahamnya di Telkomsel ke Singapore Telecom Mobile Pte Ltd (SingTel Mobile) sehingga saham TELKOM di Telkomsel
58 berkurang menjadi 65 % di Telkomsel. Nilai saham TELKOM sendiri pada 31 Desember 2007 mencapai 204,624,000,000 Pada tanggal 1 Agustus 2001 pemerintah menetapkan hak ekslusif TELKOM untuk menyediakan layanan jaringan telepon di Indonesia Hak ekslusif TELKOM untuk menyediakan jaringan lokal dan jaringan interlokal di seluruh Indonesia pada Agustus 2002 dan Agustus 2003. . 3.2
Visi, Misi, dan Struktur Organisasi PT. Telkom, Tbk 3.2.1 Visi : To become a leading InfoCom player in the region Telkom berupaya untuk menempatkan diri sebagai perusahaan InfoCom terkemuka di kawasan Asia Tenggara, Asia, dan berlanjut ke kawasan Asia Pasifik.
3.2.2 Misi : Telkom mempunyai misi memberikan layanan “One Stop InfoCom Service With Excellent Quality and Competitive Price To Be The Role Mode As The Best Managed Indonesia Corporation” dengan jaminan pelanggan akan mendapatkan layanan yang terbaik.
59 3.2.3 Struktur Organisasi
Gambar 3.1 Struktur Umum Organisasi PT. Telkom, Tbk
Dari gambar diatas selanjutnya masuk ke divisi INFRATEL yang merupakan divisi
induk dari sub divisi IP Network Operation &
Maintenance tempat dilakukan penelitian. Gambar struktur organisasi divisi INFRATEL terlihat pada gambar 3.2 dibawah ini
60
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Divisi INFRATEL
61 3.2.4
Wewenang dan Tanggung Jawab 3.2.4.1 Wewenang Sub Divisi IP Network Operation &
Maintenance
1. Menentukan dan menetapkan metodologi,tools serta rumusan strategi pengelolaan IP Network Operation & Maintenance sesuai dengan strategi Network Regional Divisi Infratel. 2. Mengusulkan strategi pengelolaan IP Network Operation & Maintenance mengacu pada strategi Network Regional Divisi Infratel. 3. Mereview
implementasi
strategi
dan
mengusulkan
tindakan korektif yang diperlukan. 4. Mengusulkan
kebijakan
IP
Network
Operation
&
Maintenance mengacu pada kebijakan Network Regional Divisi Infratel. 5. Menetapkan prosedur operasional pengelolaan IP Network Operation
&
Maintenance
yang
mengacu
kepada
kebijakan yang berlaku. 6. Menentukan dan menetapkan program kerja dan anggaran IP Network Operation & Maintenance. 7. Mengusulkan RKA IP Network Operation & Maintenance. 8. Mendapatkan informasi yang berhubungan dengan data historis kinerja Network Regional Divisi Infratel serta
62 fungsi yang berhubungan dengan IP Network Operation & Maintenance. 9. Menentukan sasaran kinerja unit (SKU) IP Network dan rollingnya serta mengusulkan pada atasan langsung untuk mendapat persetujuan. 10. Menyetujui dan menetapkan SKI dan NKI bawahannya. 11. Mendistribusikan beban kerja. 12. Mengalokasikan sumber daya manusia,keuangan dan sarana kerja. 13. Mengusulkan dan menegosiasikan pengembangan karir dan kompetensi bawahan. 14. Melakukan hubungan langsung dengan pihak internal dan eksternal terkait dalam hal teknis operasional. 15. Mengadakan forum komunikasi internal fungsinya. 16. Membuat kebijakan & pedoman prosedur pengendalian network secara continuous. 17. Menentukan
mekanisme
komunikasi
yang
akan
digunakan. 18. Mendapatkan akses informasi tentang kebijakan , strategi IP Network Operation & Maintenance atau informasi. 19. Menyusun rencana pembuatan SOP/SMP Infrastruktur IP/Data NW. 20. Melakukan koordinasi pelaksanaan Ophar dengan unit dan vendor terkait.
63 21. Melaksanakan pembuatan dokumen SOP/SMP perangkat infrastruktur IP/Data NW. 22. Mengelola fasilitas dan daftar notifikasi trouble untuk mendukung
proses
notifikasi
dan
pelaporan
RTM(Resource Trouble Mgt). 23. Mendukung proses SSPM (Support Service Problem Management). 24. Pengelolaan update dan upgrade software perangkat IP/Data NW. 25. Melakukan kerjasama operasional (RDC dan MSC). 26. Menetapkan skala prioritas penggunaan SUCA IP/Data NW. 27. Melakukan
Standarisasi
NE
IP/Data
NW
(capability,fitur,dll). 28. Menyusun kalender pemeliharaan infrastruktur IP/Data NW. 29. Mengendalikan
kegiatan
kontrak
maintenance
infrastruktur IP/DATA NW. 30. Mengadakan forum komunikasi internal Unit Engineering Group dan mekanisme komunikasi yang akan digunakan untuk
Mendapatkan
akses
informasi
tentang
kebijakan,strategi atau informasi lain yang diperlukan. 31. Melakukan koordinasi pelaksanaan dengan unit dan vendor terkait.
64 32. Melaksanakan pembuatan dokumen SOP/SMP perangkat IP/Data NW. 33. Mengelola fasilitas dan daftar notifikasi trouble untuk mendukung proses notifikasi dan pelaporan RTM. 34. Mendesign kontongensi Infrastruktur IP/Data NW dan penganggulangan disaster. 35. Menyimpulkan analisa hasil pemeliharaan rutin. 36. Melakukan koordinasi sumber daya terkait. 37. Mengkompulir ide dan usulan optimalisasi Infrastruktur. 38. Menyusun rekomendasi optimalisasi Infrastruktur IP/Data NW. 39. Melaporkan hasil analisa trend ke proses RDM sebagai referensi pengembangan Infrastruktur IP/Data NW baru dan atau rekonfigurasi. 40. Meneruskan
order
eskalasi
fault
handling
IP
ROUTER/Data NW kepada Engineering Group Divisi Infratel. 41. Melakukan analisa dan evaluasi problem. 42. Memberikan rekomendasi penanganan eskalasi kepada unit terkait. 43. Melakukan koordinasi dengan unit dan vendor terkait. 44. Membuat laporan penanganan eskalasi gangguan. 45. Menentukan distribusi pekerjaan di lingkungan IP Network Operation & Maintenance.
65 46. Menentukan Team Leader dalam menangani suatu kegiatan. 47. Menentukan desain konfigurasi dan teknologi yang digunakan untuk menanggulangi gangguan network akibat disaster. 48. Menyusun metodologi NE dari material,SDM ,jadwal.
3.2.4.2 Tanggung Jawab Sub Divisi IP Network Operation & Maintenance 1. Memastikan strategi pengelolaan IP network operation ,maintenance dan fault handling yang dikelolanya sejalan dengan strategi bisnis Network Regional Divisi Infratel. 2. Memastikan
rumusan
sistem
dan
kebijakan
pengelolaan IP Network sesuai dengan pedoman serta kebijakan Network Regional Divisi Infratel. 3. Memastikan usulan rencana kerja dan anggaran IP Network sesuai dengan strategi dan kebijakan Network Operation dan disampaikan kepada atasan langsungnya tepat pada waktunya. 4. Memastikan rencana kerja dan anggaran IP Network Operation,maintenance dan fault handling tercapai melalui implementasi proses bisnis IP
66 Network sesuai dengan kebijakan yang sudah ditetapkan. 5. Memastikan performansi IP Network tercapai melalui implementasi sistem pengelolaan kinerja di fungsi yang dikelolanya sesuai kebijakan yang berlaku. 6. Memastikan
sumber
daya
(keuangan,SDM,perangkat dan sarana kerja) yang menjadi tanggungjawabnya dikelola dengan baik. 7. Memastikan pengembangan karir dan kompetensi bawahannya difasilitasi dengan baik. 8. Memastikan hubungan kerja dengan pihak internal dan eksternal dapat menghasilkan sinergi. 9. Memastikan kebijakan IP Network Operation & Maintenance dan informasi penting dipahami oleh sasarannya. 10. Memastikan
melakukan
pengelolaan
terhadap
dukungan operasi dan pemeliharaan perangkat IP/DATA NW. 11. Memastikan
adanya
pengendalian
program
pemeliharaan rutin Infrastruktur IP/DATA NW. 12. Memastikan dilakukannya terhadap pengelolaan proses optimalisasi Infrastruktur IP/DATA NW.
67 13. Memastikan kegiatan eskalasi fault handling infrastruktur IP/DATA NW dikelola dengan efisien. 14. Memastikan dilaksanakannya pengaturan sumber daya expert IP/DATA NW serta pengaturan penjadwalan kegiatan Ophar. 15. Memastikan
adanya
penyusunan
Disaster
Recovery Plan IP/DATA NW.
3.3
Sistem Jaringan yang Sedang Berjalan Sistem jaringan yang sedang berjalan saat ini pada Jaringan Backbone MPLS PT. Telkom, Tbk memiliki router-router core yang diletakan di beberapa titik di Jakarta. Router – router ini terhubung dengan jaringan backbone PT. Telkom, Tbk yang terletak di kantor pusat Jl. Gatot Subroto. Topologi jaringan backbone dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 3.3 Topologi Jaringan Backbone MPLS PT.Telkom, Tbk
68 Dari bentuk jaringan backbone diatas terbentuk jalur komunikasi data yang menggunakan teknologi MPLS. Jalur komunikasi ini dapat dilihat pada gambar 3.4.
Gambar 3.4 Jalur Komunikasi Data Backbone Telkom Speedy
Topologi yang ada pada jaringan backbone diatas merupakan multivendor yang berarti tidak berasal dari vendor yang sama. Berikut ini adalah brand yang dipakai pada tiap node diatas : •
Router PE-D2-SM2-GW dan PE-D2-JT-SS : JUNIPER M40E
•
Router C2-D2-SM2 dan C-D2-SM2
: JUNIPER M320
•
Router P3-D2-JT
: CISCO 7606
•
Router PE-D2-JT-BRAS
: CISCO 6506
69 3.4
Analisis Pada subbab ini akan dibahas mengenai hasil analisis dari sistem yang sedang berjalan di PT. Telkom, Tbk.
3.4.1
Hasil analisis sistem yang sedang berjalan PT. Telkom, Tbk sebagai perusahaan telekomunikasi memiliki beberapa layanan yaitu layanan internet TelkomSpeedy, layanan VPN untuk perusahaan-perusahaan, layanan video conference, dsb. Layananlayanan ini membutuhkan konektivitas yang mengandalkan kecepatan untuk mendukung tersedianya layanan yang memuaskan bagi pelangganpelanggannya di berbagai daerah, dalam penelitian ini dipersempit hanya di regional Jakarta. PT. Telkom, Tbk memiliki misi untuk menyediakan layanan yang baik. Oleh, karena itulah, PT. Telkom, Tbk menempatkan beberapa router di daerah regional Jakarta yang dapat memaksimalkan dan menjangkau pelanggannya. Router-router (core) tersebut saling terhubung dan membentuk suatu jaringan backbone yang berfungsi sebagai jalur komunikasi data dengan kecepatan tinggi. Jaringan
backbone
PT.
Telkom,
Tbk
sampai
saat
ini
menggunakan teknologi MPLS. Pada awalnya teknologi ini cukup untuk mengatasi masalah trafik dalam jaringan yang disebabkan oleh layananlayanan yang dimiliki oleh PT. Telkom, Tbk, namun seiring berjalannya waktu dengan semakin meluasnya jangkauan layanan dan bertambahnya pelanggan, beban trafik terus meningkat. Meningkatnya beban trafik ini
70 terutama disebabkan oleh semakin bertambahnya pelanggan-pelanggan TelkomSpeedy dan ketidaktentuannya perilaku pelanggan pengguna internet (Speedy).
3.4.2
Analisis Utilisasi dan Delay 3.4.4.1 Analisis Utilisasi Berdasarkan data penggunaan harian yang didapat dari PT. Telkom, Tbk, Telkom menggunakan network monitoring tool Concord E-Health Release 6.0. Trafik jalur internet yang digunakan sangat padat hal ini dapat dilihat dari graphic utilization yang diambil dan ditampilkan oleh Concord
yaitu
berupa daily graph selama 20 hari yang diupdate setiap 5 hari. Berikut ini adalah nilai utilisasi untuk tiap path
pada
jaringan backbone MPLS Telkom. Warna merah menggambarkan nilai incoming dan warna biru untuk nilai outgoing. Untuk grafik bagian vertikal menunjukan nilai utilisasi. Untuk bagian horizontal
menunjukan
periode
waktu..
Selain
itu
juga
dijumlahkan untuk mendapatkan nilai utilisasi rata-rata untuk jangka waktu 20 hari (1 mei 2009-21 mei 2009) sebagai bahan dasar penelitian.
71
Gambar 3.5 Nilai utilisasi incoming dan outgoing untuk router path C-D2-SM2 TRUNK_P-D2-JT
Nilai utilisasi rata-rata router path ini : Incoming
:
28,4 %
Outgoing
:
29,6 %
72
Gambar 3.6 Nilai utilisasi incoming dan outgoing untuk routing path PE-D2-JT-BRAS-TRUNK_P-D2-JT
Nilai utilisasi rata-rata router path ini : Incoming
:
67,2 %
Outgoing
:
12,8 %
73
Gambar 3.7 Nilai utilisasi incoming dan outgoing untuk routing path PE-D2-JT-SS-TRUNK_C-D2-SM2
Nilai utilisasi rata-rata router path ini : Incoming
:
17,1 %
Outgoing
:
8,7 %
74
Gambar 3.8 Nilai utilisasi incoming dan outgoing untuk routing path PE3-D2-JT-TRUNK_PE-D2-JT-SS
Nilai utilisasi rata-rata router path ini : Incoming
:
21,2 %
Outgoing
:
8,3 %
75
Gambar 3.9 Nilai utilisasi incoming dan outgoing untuk routing path PE-D2-JT-BRAS-TRUNK_PE3-D2-JT
Nilai utilisasi rata-rata router path ini : Incoming
:
12,1 %
Outgoing
:
7,4 %
76 Perhitungan utilisasi dilakukan dengan mengambil nilai rata-rata dari incoming dan outgoing traffic
yang ada dalam
pengambilan data, dengan perhitungan sebagai berikut : Incoming Utilization = Data throughoutput terukur X 100 % Kapasitas bandwith yang tersedia
Outgoing Utilization = Data throughoutput terukur
X 100 %
Kapasitas bandwith yang tersedia
(1 Gb = 1024 Mb) Incoming Utilization = 28,4 + 67,2 + 17,1 + 21,2 + 12,1 5 = 29,2 % Outgoing Utilization = 29,6 + 12,8 + 8,7 + 8,3 + 7,4 5 = 13,36 %
Dari hasil perhitungan di atas didapat nilai incoming 29,2 % dan nilai outgoing 13,36 % Sesuai dengan karakteristik jaringan pada bab 2, jaringan yang sehat harus memenuhi kondisi seperti :
77 1. Utilisasi mencapai 15 % dalam sebagian besar waktu jaringan itu berjalan. 2. Utilisasi padat dari 30 % hingga 35 % dalam beberapa detik, dengan adanya jeda waktu yang besar antara kepadatan tersebut. 3. Utilisasi padat 50 % hingga 60 % dalam beberapa detik, dengan adanya jeda waktu yang besar antara kepadatan tersebut. Tetapi harus ada alasan yang jelas atas kepadatan tersebut, misalnya share file dalam jaringan. (Sumber http://support.3com.com/infodeli/tools/tncsunix/product/091500/c8bandut.html)
Dengan demikian nilai utilisasi tidak memenuhi kriteria diatas.
3.4.4.2 Analisa Delay Analisa ini dilakukan untuk melihat tingkat hambatan dari jaringan backbone ini, karena nilai delay/latency merupakan indikator
kualitas
jaringan.
Semakin
tinggi
nilai
delay
menunjukan semakin lambat rensponse yang dapat dihasilkan. Berikut ini adalah nilai delay untuk tiap path backbone Telkom Speedy.
pada jaringan
Untuk grafik bagian vertikal
menunjukan nilai delay. Untuk bagian horizontal menunjukan waktu. Nilai delay ini pada tiap routing path pada jaringan backbone PT. Telkom, Tbk. Nilai delay rata-rata juga dihitung untuk jangka waktu 20 hari (1 mei 2009-21 mei 2009) sebagai bahan dasar penelitian.
78
Gambar 3.10 Nilai Delay untuk router path C-D2-SM2TRUNK_P-D2-JT
Nilai delay rata-rata router path ini = 0,69 msec
79
Gambar 3.11 Nilai Delay untuk routing path PE-D2-JTBRAS-TRUNK_P-D2-JT
Nilai delay rata-rata router path ini = 0,73 msec
80
Gambar 3.12 Nilai Delay untuk routing path PE-D2-JT-SSTRUNK_C-D2-SM2
Nilai delay rata-rata router path ini = 0,82 msec
81
Gambar 3.12 Nilai Delay untuk routing path PE3-D2-JTTRUNK_PE-D2-JT-SS
Nilai delay rata-rata router path ini = 0,75 msec
82
Gambar 3.13 Nilai Delay untuk routing path PE-D2-JTBRAS-TRUNK_PE3-D2-JT_No1_1000M
Nilai delay rata-rata router path ini = 0,63 msec
83 Delay Rata-rata = 0,69 + 0,73 + 0,82 + 0,75 + 0,63 5 = 0,724 msec Delay yang dapat diterima dan dianggap layak adalah 125 msec (menurut Tabel 2.2 Standart Performa Jaringan PT. Telkom, Tbk ) , dengan demikian delay yang ada pada jaringan backbone PT. Telkom,Tbk, termasuk baik.
3.4.3
Analisis Masalah PT. Telkom, Tbk memiliki beberapa router utama / core
di
wilayah DKI Jakarta yang saling terhubung dan membentuk jaringan backbone. Jaringan backbone PT. Telkom, Tbk yang telah didukung oleh teknologi MPLS masih memiliki kendala, yaitu tingginya beban trafik pada link node PE-D2-JT-BRAS_P-D2-JT, P-D2-JT_C-D2-SM2, terutama disebabkan oleh penggunaan layanan TelkomSpeedy. Hal ini menyebabkan berkurangnya efektivitas pada layanan-layanan lain yang ditampung pada jaringan backbone MPLS. Oleh karena itu diperlukan pengalihan trafik untuk layanan internet Telkom Speedy. Tujuan akhirnya untuk
mengoptimalkan
jalur
alternatif
komunikasi
data
dan
menyeimbangkan beban trafik pada beberapa jalur dan titik dalam jaringan backbone MPLS.
84 3.4.4
Analisis Biaya Untuk mengemulasikan Traffic Engineering pada jaringan berbasis MPLS diperlukan komputer berspesifikasi :
Procesor Pentium 3 Ghz
RAM 1024 MB
HDD minimum 10 Gb
Biaya yang dibutuhkan untuk membuat set komputer dengan spesifikasi diatas adalah Rp. 1,500,000 dan dibutuhkan software emulasi GNS 3. Software diatas merupakan software free yang berarti gratis (bebas biaya). Selain itu dibutuhkan program Network Management Tools, pada penelitian menggunakan Concorde eHealth Suite Release 6.0 yang telah telah digunakan oleh PT. Telkom, Tbk.
3.4.5
Analisis Penyelesaian Masalah Dari hasil analisis diatas terlihat bahwa jaringan backbone, PT. Telkom, Tbk, memerlukan solusi untuk meningkatkan kinerja jaringan yang telah dilihat dari analisa diatas. Dengan solusi yang diberikan berikut diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi perusahaan. Sehubungan dengan permasalahan diatas diusulkan untuk merancang Traffic Engineering pada jaringan berbasis MPLS dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : •
Traffic engineering memanipulasi trafik agar sesuai dengan jalur data yang kita inginkan. Tidak peduli betapa gigihnya dicoba
85 jaringan trafik tidak akan sesuai 100% dengan prediksi yang telah dibuat. •
Traffic Engineering pada intinya adalah memindahkan trafik sehingga trafik dari link yang memilki peningkatan beban trafik dipindahkan ke link yang sedang tidak digunakan. Traffic Engineering
menjalankan
sebuah
topologi
full-mesh
dan
mengoptimalisasi jalur berdasarkan permintaan trafik yang melewatinya. •
Traffic engineering dengan MPLS adalah suatu usaha untuk memperoleh koneksi terbaik berorientasi pada teknik traffic engineering dan perutean label .