BAB 3 ANALIS IS DAN PERANCANGAN
3.1 PT. TELEKOMUNIKAS I INDONES IA ,TBK DAN TELKOM FLEXY
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (Telkom Indonesia atau Telkom saja) adalah perusahaan informasi dan telekomunikasi (InfoComm) serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap (full service and network provider) di Indonesia. Telkom mengklaim diri sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, dengan jumlah pelanggan telepon tetap sebanyak 15 juta dan pelanggan telepon seluler sebanyak 50 juta.
Telkom merupakan salah satu BUM N yang sahamnya saat ini dimiliki oleh Pemerintah Indonesia (51,19%) dan oleh publik sebesar 48,81%. Sebagian besar kepemilikan saham publik (45,58%) dimiliki oleh investor asing, dan sisanya (3,23%) oleh investor dalam negeri. Telkom juga menjadi pemegang saham mayoritas di 9 anak perusahaan, termasuk PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel).
Telkom flexi merupakan salah satu divisi yang merupakan unit bisnis PT. TELKOM yang dulunya bernama divisi fixed wireless network namun sekarang berganti menjadi divisi Telkom flexi. Telkom flexi secara khusus memberikan pelayanan dengan memanfaatkan fixed wireless berbasis teknologi CDM A untuk telepon fixed wireless digital yang digunakan sebagai telepon rumah (fixed phone) dan mobile phone. 54
55
3.1.1 S EJARAH PERUS AHAAN
PT. TELKOM adalah sebuah perusahan telekomunikasi di Indonesia yang memiliki sejarah yang sangat panjang. Sebagai sebuah perusahaan yang telah lama malang melintang di dunia industri pertelekomunikasian Indonesia PT. TELKOM telah banyak melalui perubahan dan perkembangan sesuai tuntutan zaman
sehingga tetap
dapat menjadi salah
satu
perusahaan
telekomunikasi yang terkemuka di Indonesia.
Berikut adalah sejarah singkat PT. TELKOM : •
1882 Didirikan sebuah badan usaha swasta penyedia layanan pos dan telegraf. Layanan komunikasi ini kemudian dikonsolidasikan oleh Pemerintah Hindia Belanda ke dalam jawatan Post Telegraaf Telefoon (PTT). Sebelumnya, pada tanggal 23 Oktober 1856, dimulai pengoperasian layanan jasa telegraf elektromagnetik pertama yang menghubungkan Jakarta (Batavia) dengan Bogor (Buitenzorg). Pada tahun 2009 momen bersejarah tersebut dijadikan sebagai patokan hari lahir Telkom.
•
1906 Pemerintah Kolonial Belanda membentuk sebuah jawatan yang mengatur layanan pos dan telekomunikasi yang diberi nama Jawatan Pos, Telegrap dan Telepon (Post, Telegraph en Telephone Dienst/PTT).
•
1961 Pasca proklamasi kemerdekaan RI,
status jawatan diubah
menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel).
56
•
1965 PN Postel dipecah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos & Giro), dan Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi).
•
1974 PN Telekomunikasi disesuaikan menjadi Perusahaan Umum Telekomunikasi
(Perumtel)
yang
menyelenggarakan
jasa
telekomunikasi nasional maupun internasional. •
1980 PT Indonesian Satellite Corporation (Indosat) didirikan untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi internasional, terpisah dari Perumtel.
•
1989 Undang-undang nomor 3/1989 tentang Telekomunikasi, tentang peran serta swasta dalam penyelenggaraan telekomunikasi.
•
1991 Perumtel berubah bentuk menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) Telekomunikasi Indonesia berdasarkan PP no.25 tahun 1991.
•
1995 Penawaran Umum perdana saham TELKOM (Initial Public Offering/IPO) dilakukan pada tanggal 14 November 1995. sejak itu saham TELKOM tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), New York Stock Exchange (NYSE) dan London Stock Exchange (LSE). Saham TELKOM juga diperdagangkan
tanpa pencatatan
(Public Offering
Without
Listing/POWL) di Tokyo Stock Exchange. •
1996 Kerja sama Operasi (KSO) mulai diimplementasikan pada 1 Januari 1996 di wilayah Divisi Regional I Sumatra – dengan mitra
57
PT Pramindo Ikat Nusantara (Pramindo); Divisi Regional III Jawa Barat dan Banten – dengan mitra PT Aria West International (AriaWest); Divisi Regional IV Jawa Tengah dan DI Yogyakarta – dengan mitra PT M itra Global Telekomunikasi Indonesia (M GTI); Divisi Regional VI Kalimantan – dengan mitra PT Dayamitra Telekomunikasi (Dayamitra); dan Divisi Regional VII Kawasan Timur Indonesia – dengan mitra PT Bukaka Singtel. •
2001 TELKOM membeli 35% saham Telkomsel dari PT Indosat sebagai bagian dari implementasi restrukturisasi industri jasa telekomunikasi di Indonesia, yang ditandai dengan penghapusan kepemilikan bersama dan kepemilikan silang antara TELKOM dengan Indosat. Dengan transaksi ini, TELKOM menguasai 72,72% saham Telkomsel. TELKOM membeli 90,32% saham Dayamitra dan mengkonsolidasikan laporan keuangan Dayamitra ke dalam laporan keuangan TELKOM .
•
2002 TELKOM membeli seluruh saham Pramindo melalui 3 tahap, yaitu 30% saham pada saat ditandatanganinya perjanjian jual-beli pada tanggal 15 A gustus 2002, 15% pada tanggal 30 September 2003 dan sisa 55% saham pada tanggal 31 Desember 2004. TELKOM menjual 12,72% saham Telkomsel kepada Singapore Telecom, dan dengan demikian TELKOM memiliki 65% saham Telkomsel. Sejak A gustus 2002 terjadi duopoli penyelenggaraan telekomunikasi lokal.
58
Telkom flexi terbentuk dan masih berada dibawah naungan divisi fixed wireless network. •
2009 Tepatnya Pada 23 Oktober 2009, Telkom meluncurkan "New Telkom" ("Telkom baru") yang ditandai dengan penggantian identitas perusahaan. Telkomflexi dikelola oleh divisi baru yaitu divisi telkom flexi
3.1.2 VIS I DAN MIS I •
Visi : To become a leading telecommunication , information , media and edutainment (TIM E) player in the region
•
M isi : 1. To provide time services with excellent quality and competitive price 2. To be the role model as the best managed Indonesian corporation
59
3.1.3 S TRUKTUR ORGANIS AS I
DEWAN KOMISARIS DIRUT
DIR KUG
DIR NWS
DIR KONS
DIR EWS
DIR IT & S
DIR CRM
DTF
Gambar 3.1 : Gambaran umum struktur organisasi PT. TELKOM Keterangan : DEWAN KOM ISARIS :
1. Komisaris utama
: Tanri Abeng , M BA
2. Komisaris
: Bobby A. A. Nazief
3. Komisaris
: M ahmuddin Yasin
4. Komisaris independen: P. Sartono DIRUT
: Direktur utama Rinaldi Firmansyah
DIR HCGA
60
DIRKUG
: Direktur keuangan Sudiro Asno
DIR NWS
: Direktur network & solution Ermady Dahlan
DIR KONS
: Direktur consumer I Nyoman G. Wiryanata
DIR EWS
: Direktur enterprise & wholesale Arief Yahya
DIR IT&S
: Direktur IT & supply (Chief Information Technology) Indra Utoyo
DIR CRM
: Direktur complain & risk management Prasetio
DIR HCGA
: Direktur Human Capital & General Affair Faisal Syam
DTF
: Divisi Telkom Flexi Executive M anager : Triana M ulyatsa
61
3.2 ANALIS IS S IS TEM YANG S EDANG BERJALAN 3.2.1 PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data kami lakukan dalam bentuk wawancara terhadap asisten manager VA S (Value Added Service). VA S merupakan bagian yang mengurusi fasilitas SM S, RBT, paket data dan lainnya di luar fasilitas suara sehingga merupakan bagian yang secara langsung terlibat dalam hal monitoring jaringan CDM A2000 1X ini, termasuk perangkat PCF. Hasil wawancara kami lampirkan. Kami juga melakukan observasi secara langsung terhadap proses monitoring yang dilakukan dalam sistem yang sedang berjalan untuk mendapatkan gambarannya secara umum.
3.2.2 GAMBARAN UMUM S IS TEM MONITORING YANG S EDANG BERJALAN Berdasarkan proses pengumpulan data , maka kami dapat menjabarkan gambaran umum sistem monitoring yang sedang berjalan seperti berikut ini : 1.
PT. Telkom menggunakan teknologi jaringan CDM A2000 1X
dalam memberikan layanan fixed wireless network untuk fixed telephone ataupun mobile phone. Selain untuk memeberikan fasilitas telepon tradisional, teknologi ini juga dapat memberikan layanan komunikasi paket data. Salah satu komponen dari teknologi CDM A2000 1X dalam melayani fasilitas komunikasi paket data adalah PCF (Packet Control Function). PCF berada dalam satu modul
62
dengan BSC (base station controller) dan menghubungkan perangkat BTS (Base Transceiver Station ) dan PDSN (Packet data Service Node). PCF berfungsi untuk membentuk, memelihara dan membubarkan hubungan dengan PDSN. PCF juga berfungsi untuk mengumpulkan informasi accounting dan mengirimkannya ke PDSN.
Gambar 3.5 : Topologi Dasar Jaringan CDM A2000 1X
2.
M eskipun dalam topologi dasar CDM A2000 1X perangkat PCF
dan PDSN terhubung secara langsung , namun dalam kenyataannya terdapat
63
device – device lain yang berfungsi sebagai penghubung antar kedua device tersebut dikarenakan lokasinya yang berjauhan. Dalam hal ini arsitektur jaringan antara PCF dengan PDSN pada PT. TELKOM secara umum adalah sebagai berikut :
Gambar 3.3 : Konektivitas PCF dan PDSN di PT. TELKOM Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk dapat mengetahui utilisasi penggunaan bandwith dengan hubungannya terhadap PDSN dapat dilihat melalui aktivitas bandwith pada M LS diamana PCF bersangkutan terhubung. 3.
Terdapat 2 PCF yang bekerja dalam melayani satu area. M asing-
masing PCF tersebut memiliki 2 link interface yang saling redundant, yang berarti bahwa satu link akan bekerja aktif sedangkan link yang lain akan stand by
64
dan bertidak sebagai back up. Jika terjadi masalah pada link yang aktif maka link yang stand by akan mengambil alih pekerjaan. 4.
PT. TELKOM masih belum memiliki aplikasi yang secara khusus
melakukan aktivitas monitoring terhadap perangkat PCF ini. Proses monitoring biasanya hanya dilakukan dengan mengeksekusi perintah show interface vlan xx (nama interface) pada command line router melalui web server. Berikut ini adalah hasil dari monitoring perangkat PCF yang selama ini di lakukan oleh PT. TELKOM . PCF Monitoring : GigabitEthernet5/15 is up, line protocol is up (connected) Hardware is Gigabit Ethernet Port, address is 0021.d8da.a6fe (bia 0021.d8da.a6fe) Description: Connect to BSC1 PDU 1-0 MTU 1500 bytes, BW 100000 Kbit, DLY 100 usec, reliability 255/255, txload 20/255, rxload 3/255 Encapsulation ARPA, loopback not set Keepalive set (10 sec) Full-duplex, 100Mb/s, link type is auto, media type is 10/100/1000-TX input flow-control is off, output flow-control is off ARP type: ARPA, ARP Timeout 04:00:00 Last input never, output never, output hang never Last clearing of "show interface" counters never Input queue: 0/2000/0/0 (size/max/drops/flushes); Total output drops: 0 Queueing strategy: fifo Output queue: 0/40 (size/max) 5 minute input rate 1288000 bits/sec, 1055 packets/sec 5 minute output rate 8216000 bits/sec, 1615 packets/sec 10210764076 packets input, 1528124893907 bytes, 0 no buffer Received 48852013 broadcasts (0 multicasts) 0 runts, 0 giants, 0 throttles 0 input errors, 0 CRC, 0 frame, 0 overrun, 0 ignored 0 input packets with dribble condition detected
Gambar 3.4 : M onitoring PCF
65
Dari hasil monitoring di atas dapat dilihat bagaimana aktivitas bandwith (input rate dan output rate ) di salah satu port interface pada perangkat PCF. Aktivitas bandwith yang terekam adalah aktivitas pada waktu 5 menit terakhir pada saat admin melakukan eksekusi perintah show interface. 5.
Kegiatan monitoring ini dilakukan oleh admin dari bagian data
officer untuk kemudian laporan yang diterima akan dilaporkan ke asisten manager VA S (Value Added Service ) untuk kemudian ditentukan langkah – langkah selanjutnya.
3.2.3 PERMAS ALAHAN YANG DIHAD API PT. TELKOM tidak dapat memprediksi trend pergerakan bandwidth dari perangkat PCF dikarenakan tidak adanya laporan history dari aktivitas bandwidth sehingga sangat sulit untuk mengambil keputusan dalam hal pemeliharaan ataupun pembenahan perangkat PCF ini. Dengan tidak adanya pemeliharaan dan pembenahan terhadap perangkat ini ,sesuai dengan kebutuhan konsumen, dapat mengakibatkan jumlah bandwidth yang dibutuhkan oleh user (konsumen) tidak sebanding dengan bandwidth yang disediakan oleh jaringan CDM A2000 1X . User (konsumen) tidak akan dapat mengakses layanan CDMA2000 1X jika bandwidth yang disediakan oleh jaringan CDM A2000 1X ini telah mencapai batas maksimal. Begitu pula apabila bandwidh yang disedikan ternyata melebihi kemampuan user untuk menggunakan bandwidth, sehingga hal tersebut dinilai
66
kurang produktif. Pada akhirnya, konsumen bisa merasa tidak puas terhadap kinerja produk PT.TELKOM dan beralih ke produk perusahaan lain.
3.3 SOLUS I PERMAS ALAHAN M elihat permasalahan
yang dihadapi oleh
PT. TELKOM
dalam hal
memonitoring aktivitas bandwidth dari PCF, maka kelompok kami menyimpulkan dua alternatif pemecahan masalah; yaitu pertama membuat sebuah aplikasi monitoring yang secara khusus memantau aktivitas bandwidth dari PCF dan dapat menyimpan history pergerakan bandwidth - nya. Aplikasi ini akan menggunakan SNM P sebagai protokol. Alternatif kedua adalah melakukan implementasi sebuah alat (tool) monitoring jaringan yang sama seperti alternatif pertama akan memantau aktivitas bandwidth dari PCF dan melaporkan history aktivitas bandwidth tersebut. Dari kedua solusi tersebut kami memilih untuk menerapkan solusi kedua. Alasannya , untuk solusi pertama dibutuhkan kemampuan dalam hal menggunakan bahasa pemograman web dinamis seperti PHP dan sejenisnya. Kami menyadari bahwa kemampuan kami pada area tersebut belum mencukupi untuk dapat membuat sebuah aplikasi monitoring. Sedangkan untuk solusi kedua kami hanya perlu mengkonfigurasi tool monitoring yang sudah ada berdasarkan petunjuk yang diberikan. Alasan kedua, untuk solusi pertama, apabila diperlukan pengembangan lebih lanjut, seperti penambahan beberapa fitur baru dan sejenisnya maka perlu dilakukan perbuahan terhadap script dasar (source code) dari aplikasi tersebut, sehingga kami nilai cukup merepotkan dan justru dapat menimbulkan kerusakan pada aplikasi monitroing tersebut.
67
Namun pada solusi kedua cukup dengan menambahkan plugin baru yang dapat diakses melalui aplikasi utama. Ada beberapa tool yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan solusi kedua, baik yang berstatus open source maupun berbayar (commercial). M enurut Jane Curry dalam bukunya Open Source Management Options (halaman 8), tool (aplikasi) monitoring jaringan berbasis open source memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan tool berbayar yaitu : •
Aplikasi open source bersifat gratis dan kemampuannya tidak jauh berbeda dari aplikasi berbayar
•
Source code dari aplikasi open source dibuka untuk publik , sehingga berbagai pemecahan permasalahan seperti bug, dan pengemabangan aplikasi akan lebih maju
dikarenakan
banyaknya tester
dan
pengguna yang akif
dalam
mengembangkan aplikasi tersebut. Beda halnya dengan aplikasi berbayar yang source code - nya tidak disebarkan untuk konsumsi publik. Berdasarkan alasan di atas maka kami memilih aplikasi open source. Cukup banyak aplikasi open source untuk memonitoring jaringan terutama dalam hal utilisasi bandwidth. Berdasarkan Beberapa buku referensi yang kami dapatkan terdapat 4 aplikasi yang lebih unggul dibandingkan berbagai aplikasi lainnya yaitu : •
Nagios Kelebihan : - M emiliki fasilitas alert bawaan yang bervariasi (Curry, 2008, p. 15)
68
Kekurangan : - Device yang akan dimonitoring perlu dimasukkan secara manual (Curry, 2008, p.143). - Tidak mampu menghasilkan laporan history dari aktivitas penggunaan bandwidth (Curry, 2008, p.143) . •
CACTI Kelebihan : - CACTI menggunakan RRDtool sehingga dapat menampilkan history penggunaan bandwidth dalam bentuk grafik (Kundu dan Lavlu,2009,p8). -
CACTI
memiliki forum yang sangat
aktif
sehingga
pengembangan dari aplikasi ini akan sangat cepat begiu pula apabila user membutuhkan solusi permasalahan.(Curry,2008, p.14) - Tersedia banyak plugin untuk menambahkan berbagai fitur lain dalam CACTI (Kundu dan Lavlu, 2009, p.7). Kekurangan : - Device yang akan dimonitoring perlu dimasukkan secara manual (Curry, 2008, p.14) •
OpenNM S Kelebihan : - OpenNM S menggunakan RRDtool sehingga dapat menampilkan history penggunaan bandwidth dalam bentuk grafik (Curry, 2008,p.142)
69
Kekurangan : - Interface (GUI) yang disediakan dinilai memiliki banyak kekurangan dan sulit untuk digunakan(Curry,2008,p. 146) - Tidak banyak sumber pendukung untuk berbagai solusi permasalahan yang dihadapi (Curry, 2008, p.147) •
Zenoss Kelebihan : - Zenoss menggunakan RRDtool sehingga dapat menampilkan history penggunaan bandwidth dalam bentuk grafik (Curry, 2008,p.142) - Device yang terhubung dengan server dapat terdeteksi secara otomatis (Curry, 2008, p.143) Kekurangan : - Implementasinya masih mengandung banyak bug (Curry, 2008, p. 147) - Tidak banyak sumber pendukung untuk berbagai solusi permasalahan yang dihadapi (Curry, 2008, p.147) M enilai penjabaran di atas dan sesuai dengan kebutuhan dari PT. TELKOM
maka kami memilih CACTI sebagai solusi permasalahan. CACTI dapat memberikan laporan history dari aktivitas penggunaan bandwidth, lebih stabil dan mudah digunakan serta memiliki sumber pendukung untuk solusi permasalahan yang cukup baik. Kekurangan dari CACTI yaitu mengenai device yang harus dimasukkan secara manual dapat teratasi dengan data yang disediakan oleh PT. TELKOM dan lagipula jumlahnya tidak begitu banyak.
70
3.4 PERANCANGAN S IS TEM MONITORING Aplikasi monitoring CACTI dapat di download secara gratis melalui situs resminya yaitu http://www.cacti.net . Dikarenakan aplikasi ini akan diinstalasi pada web server bersistem operasi Linux, maka file CACTI yang kami download adalah dalam bentuk tar.gz. Versi CACTI yang digunakan dalam skripsi ini adalah versi 0.8.7d yang merupakan versi CACTI terbaru ketika skripsi ini dikerjakan.
3.4.1 S pesifikasi Kebutuhan Hardware dan Software Agar dapat menjalankan aplikasi monitroing CACTI dengan baik maka CACTI harus diimplementasikan pada perangkat dengan krieria berikut :
3.4.1.1 S pesifikasi Hardware Tidak ada persyaratan resmi terhadap spesifikasi hardware yang diperlukan
untuk
menjalankan
CACTI,
akan
tetapi berdasarkan
pengalaman pengguna yang kami dapatkan melalui forum diskusi CACTI, CACTI yang diimplementasikan pada server dengan CPU berupa Intel Pentium 4 2.4 Ghz dan RAM sebesar 1GB dapat memonitor sebanyak 50an perangkat. Server yang disediakan oleh PT. TELKOM memiliki CPU Intel Pentium 4 2,8 Ghz dan 1 GB RAM , sehingga sudah lebih dari cukup untuk memonitoring perangkat PCF pada 4 area layanan yang keseluruhannya berjumlah 8 perangkat.
71
3.4.1.2 S pesifikasi Software Berikut adalah spesifikasi software yang merupakan persyaratan yang harus dipenuhi agar dapat mengimplementasikan CACTI pada sebuah server: •
Httpd
•
Apache
•
PHP – MySQL
•
Net – SNM P
•
RRDtool
•
web browser
Ke enam software ini telah tersedia pada server yang disediakan oleh PT. TELKOM untuk kami, dalam pengimplemenasian aplikasi monitoring ini. Pada sisi client, sofware yang dibutuhkan adalah web browser
dan
akses
menuju
web
server
dimana CACTI
diimplementasikan. Seluruh persyaratan tersebut telah terpenuhi.
akan