BAB 3 METODE PERANCANGAN
3.1 Studi Fisik Bangunan dan Lingkungan 3.1.1 Analisa Makro Bangunan dengan Lingkungannya
Gambar 3.1 Peta Kota Tangerang (Sumber : www.foredi.co)
Dulu bernama Tanggeran. Menurut tradisi lisan yang menjadi pengetahuan masyarakat Tangerang, nama daerah Tengerang dulu dikenal dengan sebutan Tanggeran yang berasal dari bahasa Sunda yaitu tengger dan perang. Kata "tengger" dalam bahasa Sunda memiliki arti "tanda" yaitu berupa tugu yang didirikan sebagai tanda batas wilayah kekuasaan Banten dan VOC, sekitar pertengahan abad 17. Oleh sebab itu, ada pula yang menyebut Tangerang berasal dari kata Tanggeran (dengan satu g maupun dobel g). Daerah yang dimaksud berada di bagian sebelah barat Sungai Cisadane (Kampung Grendeng atau tepatnya di ujung Jalan Otto Iskandar Dinata sekarang). Tugu dibangun oleh Pangeran Soegiri, salah satu putra Sultan Ageng Tirtayasa. Pada tugu tersebut tertulis 49
50
prasasti dalam huruf Arab gundul dengan dialek Banten, yang isinya sebagai berikut : Bismillah peget Ingkang Gusti Diningsun juput parenah kala Sabtu Ping Gasal Sapar Tahun Wau Rengsena Perang nelek Nangeran Bungas wetan Cipamugas kilen Cidurian Sakebeh Angraksa Sitingsung Parahyang-Titi
Terjemahan dalam bahasa Indonesia : Dengan nama Allah tetap Maha Kuasa Dari kami mengambil kesempatan pada hari Sabtu Tanggal 5 Sapar Tahun Wau Sesudah perang kita memancangkan Tugu Untuk mempertahankan batas Timur Cipamugas (Cisadane) dan Barat yaitu Cidurian Semua menjaga tanah kaum Parahyang Sedangkan istilah "perang" menunjuk pengertian bahwa daerah tersebut dalam perjalanan sejarah menjadi medan perang antara Kasultanan Banten dengan tentara VOC. Hal ini makin dibuktikan dengan adanya keberadaan benteng pertahanan Kasultanan Banten di sebelah barat Cisadane dan benteng pertahanan VOC di sebelah Timur Cisadane. Keberadaan benteng tersebut juga menjadi dasar bagi sebutan daerah sekitarnya (Tangerang) sebagai daerah
51
Beteng. Hingga masa pemerintahan kolonial, Tangerang lebih lazim disebut dengan istilah "Beteng". Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, sekitar tahun 1652, benteng pertahanan kasultanan Banten didirikan oleh tiga maulana (Yudhanegara, Wangsakara dan Santika) yang diangkat oleh penguasa Banten. Mereka mendirikan
pusat
pemerintahan
kemaulanaan
sekaligus
menjadi
pusat
perlawanan terhadap VOC di daerah Tigaraksa. Sebutan Tigaraksa, diambil dari sebutan kehormatan kepada tiga maulana sebagai tiga pimpinan (tiga tiang/pemimpin). Mereka mendapat mandat dari Sultan Agung Tirtoyoso (16511680) melawan VOC yang mencoba menerapkan monopoli dagang yang merugikan Kesultanan Banten. Namun, dalam pertempuran melawan VOC, ketiga maulana tersebut berturut-turut gugur satu persatu. Perubahan sebutan Tangeran menjadi Tangerang terjadi pada masa daerah Tangeran mulai dikuasai oleh VOC yaitu sejak ditandatangani perjanjian antara Sultan Haji dan VOC pada tanggal 17 April 1684. Daerah Tangerang seluruhnya masuk kekuasaan Belanda. Kala itu, tentara Belanda tidak hanya terdiri dari bangsa asli Belanda (bule) tetapi juga merekrut warga pribumi di antaranya dari Madura dan Makasar yang di antaranya ditempatkan di sekitar beteng. Tentara kompeni yang berasal dari Makasar tidak mengenal huruf mati, dan terbiasa menyebut "Tangeran" dengan "Tangerang". Kesalahan ejaan dan dialek inilah yang diwariskan hingga kini. Sebutan "Tangerang" menjadi resmi pada masa pendudukan Jepang tahun 1942-1945.
Pemerintah
Jepang
melakukan
pemindahan
pusat
pemerintahan Jakarta (Jakarta Ken) ke Tangerang yang dipimpin oleh Kentyo M Atik Soeardi dengan pangkat Tihoo Nito Gyoosieken seperti termuat dalam Po No. 34/2604. Terkait pemindahan Jakarta Ken Yaskusyo ke Tangerang tersebut, Panitia Hari Jadi Kabupaten Tangerang kemudian menetapkan tanggal tersebut sebagai hari lahir pemerintahan Tangerang yaitu pada tanggal 27 Desember 1943. Selanjutnya penetapan ini dikukuhkan dengan Peraturan Daerah Tingkat II Kabupaten Tangerang Nomor 18 Tahun 1984 tertanggal 25 Oktober 1984.
52
3.1.2 Asal Usul Tagerang Latar belakang penduduk yang mendiami Tangerang dalam sejarahnya dapat diketahui dari berbagai sumber antara lain sejumlah prasasti, berita-berita Cina, maupun laporan perjalanan bangsa kulit putih di Nusantara. "Pada mulanya, penduduk Tangeran boleh dibilang hanya beretnis dan berbudaya Sunda. Mereka terdiri atas penduduk asli setempat, serta pendatang dari Banten, Bogor, dan Priangan. Kemudian sejak 1526, datang penduduk baru dari wilayah pesisir Kesultanan Demak dan Cirebon yang beretnis dan berbudaya Jawa, seiring dengan proses Islamisasi dan perluasan wilayah kekuasaan kedua kesultanan itu. Mereka menempati daerah pesisir Tangeran sebelah barat". Orang Banten yang menetap di daerah Tangerang diduga merupakan warga campuran etnis Sunda, Jawa, Cina, yang merupakan pengikut Fatahillah dari Demak yang menguasai Banten dan kemudian ke wilayah Sunda Calapa. Etnis Jawa juga makin bertambah sekitar tahun 1526 tatkala pasukan Mataram menyerbu VOC. Tatkala pasukan Mataram gagal menghancurkan VOC di Batavia, sebagian dari mereka menetap di wilayah Tangeran. Orang Tionghoa yang bermigrasi ke Asia Tenggara sejak sekitar abad 7 M, diduga juga banyak yang kemudian menetap di Tangeran seiring berkembangnya Tionghoa-muslim dari Demak. Di antara mereka kemudian banyak yang beranak-pinak dan melahirkan warga keturunan. Jumlah mereka juga kian bertambah sekitar tahun 1740. Orang Tionghoa kala itu diisukan akan melakukan pemberontakan terhadap VOC. Konon sekitar 10.000 orang Tionghoa kemudian ditumpas dan ribuan lainnya direlokasi oleh VOC ke daerah sekitar Pandok Jagung, Pondok Kacang, dan sejumlah daerah lain di Tangeran.. Di kemudian hari, di antara mereka banyak yang menjadi tuan-tuan tanah yang menguasai tanah-tanah partikelir. Penduduk berikutnya adalah orang-orang Betawi yang kini banyak tinggal di perbatasan Tangerang-Jakarta. Mereka adalah orang-orang yang di masa kolonial
53
tinggal di Batavia dan mulai berdatangan sekitar tahun 1680. Diduga mereka pindah ke Tangeran karena bencana banjir yang selalu melanda Batavia. Menurut sebuah sumber, pada tahun 1846, daerah Tangeran juga didatangi oleh orang-orang dari Lampung. Mereka menempati daerah Tangeran Utara dan membentuk
pemukiman
yang
kini
disebut
daerah
Kampung
Melayu
(Thahiruddin, 1971) Informasi mengenai seputar migrasi orang Lampung, akan dibahas dalam tulisan ini di bagian bab berikutnya, Di jaman kemerdekaan dan Orde Baru, penduduk Tangerang makin beragam etnis. Berkembangnya industri di sana, mengakibatkan banyak pendatang baik dari Jawa maupun luar Jawa yang akhirnya menjadi warga baru. Menurut sensus penduduk tahun 1971, penduduk Tangerang berjumlah 1.066.695, kemudian di tahun 1980 meningkat menjadi 1.815.229 dan hingga tahun 1996 tercatat mencapai 2.548.200 jiwa. Rata-rata pertumbuhan per-tahunnya mencapai 5,23% per tahun. Untuk sekedar memetakan persebaran etnis-etnis di Tangerang, dapat disebutkan di sini bahwa daerah Tangerang Utara bagian timur berpenduduk etnis Betawi dan Cina serta berbudaya Melayu Betawi. Daerah Tangerang Timur bagian selatan berpenduduk dan berbudaya Betawi. Daerah Tangeran Selatan berpenduduk dan berbudaya Sunda. Sedang daerah Tangeran Utara sebelah barat berpenduduk dan berbudaya Jawa Persebaran penduduk tersebut di masa kini tidak lagi bisa mudah dibaca mengingat banyaknya pendatang baru dari berbagai daerah. Maka, apabila ingin mengetahui persebaran etnis di Tangerang, tentunya dibutuhkan studi yang lebih mendalam. 3.1.3 Letak Geografis Letak Kota Tangerang Secara gafis Kota Tangerang terletak pada posisi 106 36 - 106 42 Bujur Timur (BT) dan 6 6 - 6 Lintang Selatan (LS).
54
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Teluk Naga dan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Curug, Kecamatan Serpong dengan DKI Jakarta, sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang. Secara administratif luas wilayah Kota Tangerang dibagi dalam 13 kecamatan, yaitu Ciledug (8,769 Km2), Larangan (9,611 Km2), Karang Tengah (10,474Km2), Cipondoh ((17,91 Km2), Pinang (21,59 Km2), Tangerang (15,785 Km2), Karawaci (13,475 Km2), Jatiuwung (14,406 Km2), Cibodas (9,611 Km2), Periuk (9,543 Km2), Batuceper (11,583 Km2), Neglasari (16,077 Km2), dan Benda (5,919 Km2), serta meliputi 104 kelurahan dengan 981 rukun warga (RW) dan 4.900 rukun tetangga (RT). Letak Kota Tangerang tersebut sangat strategis karena berada di antara Ibukota Negara DKI Jakarta dan Kabupaten Tangerang. Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976 tentang Pengembangan Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi), Kota Tangerang merupakan salah satu daerah penyangga Ibukota Negara DKI Jakarta. Posisi Kota Tangerang tersebut menjadikan pertumbuhannya pesat. Pada satu sisi wilayah Kota Tangerang menjadi daerah limpahan berbagai kegiatan di Ibukota Negara DKI Jakarta. Di sisi lain Kota Tangerang dapat menjadi daerah kolektor pengembangan wilayah Kabupaten Tangerang sebagai daerah dengan sumber daya alam yang produktif. Pesatnya pertumbuhan Kota Tangerang dipercepat pula dengan keberadaan Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang sebagian arealnya termasuk ke dalam
wilayah
administrasi
Kota
Tangerang.
Gerbang
perhubungan
udara Indonesia tersebut telah membuka peluang bagi pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa secara luas di Kota Tangerang.
55
3.1.4 Demografi Tangerang juga memiliki jumlah komunitas Tionghoa yang cukup signifikan, banyak dari mereka adalah campuran Cina Benteng. Mereka didatangkan sebagai buruh oleh kolonial Belanda padaabad ke 18 dan 19, dan kebanyakan dari mereka tetap berprofesi sebagai buruh dan petani. Budaya mereka berbeda dengan komunitas Tionghoa lainnya di Tangerang: ketika hampir tidak satupun dari mereka yang berbicara dengan aksen Mandarin, mereka adalah pemeluk Taoisme yang kuat dan tetap menjaga tempat-tempat ibadah dan pusat-pusat komunitas mereka. Secara etnis, mereka tercampur, namun menyebut diri mereka sebagai Tionghoa. Banyak makam Tionghoa yang berlokasi di Tangerang, kebanyakan sekarang telah dikembangkan menjadi kawasan suburban seperti Lippo Village. Kawasan pecinan Tangerang berlokasi di Pasar Lama, Benteng Makassar, Kapling dan Karawaci (bukan Lippo Village), dan Poris. Orang-orang dapat menemukan makanan dan barang-barang berkhas China. Lippo Village adalah lokasi permukiman baru. Kebanyakan penduduknya adalah pendatang, bukan asli Cina Benteng. 3.1.5 Lingkungan Imperial Golf klub Alamat Imperial klub golf berada di, jalan pulau golf no.2709 karawaci, Indonesia
Gambar 3.2 Tampak Area Imperial Golf klub (Sumber : Google Earth)
56
Area Imperial Golf klub ini dapat dikatakan berada di tengah kota dan memiliki jarak yang sangat dekat dengan jalan tol Jakarta merak. Dan berdekatan dengan apartemen amartapura
Gambar 3.3 Peta lokasi (Sumber : Google maps)
Ada beberapa jalur yang dapat digunakan untuk mengakses tempat ini, berikut ini merupakan jalur yang cukup mudah ditempuh, melewati tol Jakarta menuju merak dan kelur tol di karawaci, setelah itu ikuti jalan sampai ada putara pertama belok ke kiri, setelah itu lurus terus hingga menemukan lapangan golfnya di sebelah kanan jalan.
Gambar 3.4 Lokasi bangunan (Sumber : Google maps)
Lokasi bangunan memiliki letak di sekitar apartemen dan pemukiman penduduk. Bangunan Imperial Golf klub ini, mengarah ke arah timur, sehingga sisi depan dari bangunan ini akan memperoleh sinar matahari pagi dengan baik dan menyebabkan sisi lain dari bangunan menjadi lebih teduh,
57
Gambar 3.5 Gambar Analisa Sinar Matahari Pagi (Sumber : Penulis )
begitu pula dengan sore hari, dimana sisi bangunan yang mengarah kearah lapangan golf mendapatkan pengalaman matahari terbenam dan pemandangan lapangan golf.
Gambar 3.6 Gambar Analisa Sinar Matahari Sore (Sumber : Penulis )
58
Berikut ini adalah view sekitar bangunan menurut arah mata angina : Utara : hotel Yasmin, hotel aryaduta lippo village dan pemukiman penduduk Timur : pemukiman penduduk dan apartemen amartapura Selatan : pemukiman penduduk dan gunung halimun salak Barat : pemukiman penduduk
3.2 Analisa Mikro Bangunannya dan Lingkungannya
Gambar 3.7 Façade Bangunan Imperial Klub House (Sumber : www.lupaumurdilapgolf.blogspot.com)
Bangunan Imperial Golf klub ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan setiap pemain dan tamu yang hadir. Area golf ini memiliki 18 holes dan dapat menampung 240 pemain golf pria dan 60 pegolf wanita. Bagian depan dari bangunan ini dirancang dengan memerhatikan lingkungan dan keindahan estetika. Saat ini bangunan Imperial Golf klub masih berfungsi seperti biasa, dengan jumlah pengunjung yang tinggi di setiap hari libur, untuk semua fasilitas yang yang ada dapat digunakan setiap pegunjung. Bangunan ini seluruhnya difungsikan untuk memenuhi semua kebutuhan anggota dan tamu, selain itu untuk tamu yang merevervasi beberapa fasilitas seperti restaurant dan VIP room tidak dapat memperoleh fasilitas yang sama dengan pemain golf.
59
Gambar 3.8 Layout Imperial Golf klub (sumber : penulis)
Pada lantai ini terdapat beberapa fasilitas yang seperti, lobi, resepsionis, VIP room, lounge, restoran, ruang loker dan driving range. Semua fasilitas yang akan di gunakan oleh anggota dan tamu berada di lantai 1. Kategori
Gambar
Sunset Bar
Driving Range
Table 3.1 Fasilitas Lantai 1 (sumber : www.imperialklubgolf.com)
60
Gambar 3.9 Lantai dasar Imperial Golf klub (sumber : penulis)
Pada lantai dasar ini, lebih difocuskan kepada ruang-ruang yang berfungsi untuk internal Imperial Golf klub, terdapat ruang-ruang office, caddy room,club fiting, linen dan lain-lain, selain itu terdapat juga fasilitas driving range di lantai bawah ini.
3.3 Pola Aktivitas Dalam setiap ruang pasti terjadi aktivitas yang terjadi, dimana setiap user melakukan aktivitasnya dengan tujuan tertentu, berikut ini adalah aktifitas yang terjadi oleh setiap user : a. Pengelola
Gambar 3.10 Flow aktifitas pengelola (sumber : penulis)
61
Pada pola pengelola ini adalah semua yang berkaitan dengan operasional perusahaan, dimana setiap unit kerja termasuk sama didalamnya akan melakukan jadwal kerja yang sama. Para pekerja akan tiba dikantor dan melakukan absen setelah itu ada yang meletakan barangnya diloker atau ada yang langsung membawa barangnya langsung ke ruangaannya, begitupula kegiatan ini berlangsung hingga pada saat pulang dengan mengambil barang dan melakukan absen pulang sebelum meninggalkan bangunan.
b. Caddy
Gambar 3.11 Flow aktifitas caddy (sumber : penulis)
Seperti bagan yang tertera di atas, dimana di jelaskan flow kerja dari caddy. Para caddy akan melakukan absen datang pada saat tiba di klub sesuai jam yang telah di tentukan, setelah itu caddy akan menuju ruangannya yang berfungsi sebagai tempat menunggu, menyimpan barang, berganti pakaian dan lain-lain. Ketikan ada panggilan bermain
62
dari pemain yang telah siap caddy akan mengambil tas gol pemain dan menyiapkannya di golf car, setelah pemain telah siap maka permainan akan dimulai. Pada saat permainan telah selesai maka para caddy akan kembali keruangannya hingga panggilan berikutnya, dan pada saat pulang para caddy juga akan melakukan absen sebelum pulang sebagai bukti kedatangan dan pulang.
c. Anggota Golf
Gambar 3.12 Flow aktifitas anggota (sumber : penulis)
Pada gambar di atas di jelaskan flow yang akan dilakukan anggota ketika akan segera bermain, diamana anggota akan membawa tas golfnya ke bag drop area dan meninggalkan tasnya disana, setelah itu anggota akan melakukan check-in ke resepsionis untuk permainan yang akan dilakukan, ruang loker akan menjadi tujuan berikutnya, dimana anggota akan menyimpan barang-barangnya di loker area sesuai nomor yang telah
63
diberikan dan mengganti pakaian dengan ketentuan pakaian sesuai olahraga golf. Setelah itu anggota akan menuju tempat golf car menunggu dijemput ataupun dapat makan dan minum terlebih dahulu sembari berbincang-bincang. Ketika golf car yang membawa tas golf anggota datang, maka anggota dapat memulai permainannya. Anggota yang telah selesai melakukan permainan dapat istirahat, makan dan minum terlebih dahulu di lounge ataupun di restoran. Setelah itu anggota akan menuju ruang loker kembali untuk mengambil barang, mandi, berendam, sauna atau massage. Setelah anggota keluar dari ruang loker akan segera menuju resepsionis untuk melakukan check out dan melakukan pembayaran. Tas golf anggota akan telah siap di area bag drop untuk di ambil pulang.
d. Tamu ruang rapat
Gambar 3.13 Flow aktifitas peserta meeting (sumber : penulis)
Pada bagan diatas dijelaskan bagaimana aktifitas para penyewa ruang rapat.berikut ini adalah penjelasannya. Salah satu dari penyewa akan datang ke resepsionis untuk melakukan check-in terlebih dahulu, kemudian, mereka akan diantarkan ke dalam ruang rapat yang telah disiapkan oleh pihak pengelola, lalu peyewa akan melakukan rapat sesuai
64
agenda yang telah mereka susun. Setelah rapat selesai ataupun selesai peserta dapat menuju restoran untuk beristirahat dan makan. Kegiatan dapat beralih ke restoran sesuai dengan ketentuan yang diinginkan penyewa, bila acara telah selesai maka penyewa dapat melakukan check-out di resepsionis dan dapat segera pulang.
3.4 Table Aktifitas dan fasilitas
65
66
67
68
69
Tabel 3.2 Tabel aktivitas dan fasilitas (Sumber : penulis)
70
Berdasarkan aktifitas dan fasilitas yang telah dirangkum pada gambar diatas, maka berikut ini adalah perhitungan luasan yang diperlukan dalam perancangan sebuah golf klub :
Tabel 3.3 Rekapitulasi luasan (sumber :penulis)
71
3.5 Program Ruang 3.5.1 Matriks Hubungan antar Ruang
Gambar 3.14 Gambar matriks hubugan antar ruang (sumber : penulis)
72
3.5.2
Diagram Hubungan Antar Ruang
Gambar 3.15 Diagram Hubungan Antar Ruang (Sumber :penulis)
3.6
Studi Permasalahan Khusus Interior 3.6.1 Ergonomi dan Antropometri Menurut Pamudji Suptandar (1999 : 51 ) ergonomi dan antropometri mempunyai arti penting dalam perancangan desain interior, oleh karena itu dengan memperhatikan factor-faktor ergonomic dan antropometri , para pemakai akan mendapatkan produktifitas dan effisiensi kerja yang berarti suatu penghematan dalam penggunaan ruang. Ergonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang kondisi fisik seseorang dalam melakukan kerja, meliputi : a. Fisik kerja b. Efisiensi kerja
73
c. Tenaga yang akan dikeluarkan untuk suatu objek d. Konsumsi kalori e. Kelelahan f. Pengorganisasian sistem kerja Pengertian ergonomi sangat luas tidak hanya terbatas dari sisi fisik semata seperti yang tersebut diatas tapi juga meliputi segala hal yang bersangkutan dengan ke 5 indera manusia, yaitu : a. Penglihatan b. Pendengaran c. Rasa panas/dingin d. Penciuman e. Keindahan/kenyamanan Pengertian antropologi adalah proporsi dan dimensi tubuh manusia beserta sifat-sifat karakteristik fisiologi serta kemampuan relatif dari kegiatan manusia yang saling berbeda dalam lingkungan mikro. Antrometri sering disebut “factor manusia” yang dalam penerapan antropometri dalam desain. Contoh, tinggi permukaan suatu meja ditentukan oleh dimensi atau ukuran-ukuran calon pemakai dengan memperhatikan effisiensi
dan kepraktisan agar sesedikit
mungkin tenaga yang dikeluarkan demi penghematan kalori dan kesehatan. Robert Sommer, seorang psikolog lingkungan telah meneliti berbagai fungsi ruang terhadap pola tingkah laku pemakai ruang. Dari hasil observasi terbukti bahwa setiap pribadi juga berbeda dalam hal : a. Personal safety, bahwa manusia, memerlukan keamanan bagi dirinya, b. Teritoriality, menunjukan adanya suatu wilayah yang dikuasai, c. Personal space, menunjukan adanya kebutuhan yang bersifat lebih pribadi, d. Personal status, keinginan manusia untuk menunjukan status sosial diri yang berbeda, e. Friendship formation, bahwa manusia senang berteman dan membentuk kelompok yang sehaluan.
74
3.6.2 Unsur Penglihatan Dalam ergonomi disebutkan bahwa sudut penglihatan horizontal, normal dan diagonal yang dilakukan selama bekerja sering berpengaruh terhadap kesehatan mata dan syaraf penglihatan. Begitu pula perbedaan penglihatan pada warnawarna yang kontra akan menyebabkan mata menjadih merah dan mengeluarkan air sehingga pada sore hari mata akan terasa sakit. Ketajaman penglihatan, kepekaan terhadap persepsi dan apresiasi terhadap warna-warna dibutuhkan kemampuan penyesuaian mata terhadap objek maka diusahakan agar penglihatan bisa tepat dan sesuai (akomodatif), yaitu : a. Kemampuan akomodatif mata untuk focus pada objek-objek pada jarakjarak tertentu dan di sini factor usia akan sangat berpengaruh, b. Lebar kecilnya pupil mata ditentukan oleh intensitas cahaya, sifat, jarak penyinaran dan jenis lampu serta jenis uap bahan kimiayang sering menjadikan mata sakit. c. Adaptasi retina adalah perubahan kepekaan retina mendadakyang dikenal dengan istilah adaptasi gelap ke terang, terang ke gelap dan adaptasi partial dengan cara menggunakan alat dimmer gar tidak menyulitkan penglihatan. Ketajaman penglihatan seseorang sejalan dengan tingkat luminasi maksimum dapat bertambah jelas dengan besarnya perbedaan tingkat luminasi di antara objek dengan lingkungan sekitar secara langsung, tetapi bisa juga dengan cara membuat objek gelap pada latar belakang yang terang daripada membuat objek terang pada latar belakang yang gelap. Untuk mendapatkan sistem penglihatan yang sehat, dianjurkan agar dalam penyusunan program sistem pengcahayaan untuk memperhatikan fakto-faktor sebagai berikut : a. Intensitas pencahayaan b. Rata tidaknya wilayah pencahayaan setempat c. Sumber cahaya statis dan dinamis d. Cahaya memberikan efek silau
75
Ketajaman penglihatan adalah kemampuan seseorang untuk bisa membedakan tiap bagian yang terkecil sebagai persepsi atas dua titik yang berdekatan dan persepsi jarak. Rekomendasi untuk menjaga kesehatan mata bagi orang yang bekerja di dalam sebuah ruangan adalah sebagai berikut : a. Luminasi suatu permukaan sedapat mungkin harus sama b. Perbandingan cahaya kontras pada bagian sentral
dengan daerah
sekeliling penglihatan maksimal 1 : 3 c. Perbandingan objek penyinaran dengan bagian luar, maksimal 1:10 d. Di tempat-tempat kerja, permukaan terang diusahaakan pada bagian tengah dan yang paling gelap pada bagian luar e. Refleksi cahaya yang bisa ditolerir sebagai berikut : •
Langit-langit
: 80-90%
•
Permukaan dinding
: 40-60%
•
Furnitur
: 25-45%
•
komputer dan sejenisnya
: 30-50%
•
Permukaan lantai
: 20-40%
Stress terhadap mata sebagai alat penglihatan dapat berakibat pada kelelahan visualdan persyarafan. Adapun simtom kelelahan pada mata ditandai dengan : -
Mata berair dan konjuntiva memerah
-
Penglihatan rangkap dari suatu objek
-
Kepala terasa pusing dan mau muntah
-
Berkurangnya kemampuan akomodasi
-
Ketajaman penglihatan menurun juga pada kepekaan kontras dan kecepatan persepsi
3.6.3 Unsur Pendengaran Dalam ergonomi disebutkan bahwa alat dengar yaitu selapu kendang yang terdapat dalam telinga harus dilindungi dari kerusakan yang diakibatkan oleh kebisingan suara dengan intensitas yang melebihi 85 decibel (db). Gangguan kebisingan terhadap ketentraman kerja atau istirahat seseorang disebabkan oleh :
76
a. Kebisingan yang tidak terduga datangnya akan lebih berbahaya dari bunyi yang berkeseimbangan b. Nada-nada tinggi mendatangkan gangguan dari pada berfrequensi rendah c. Bunyi-bunyi keras dan tidak selaras selalu mengganggu konsentrasi kerja Efek yang terjadi dari sebuah gangguan syaraf akan mempercepat naiknya tekanan darah, percepatan detak jantung, pengerutan pembuluh darah kulit, metabolism bertambah cepat sehingga aktifitas pekerjaan menurun dan bertambahnya ketegangan syaraf. Klasifikasi kebisingan yang bisa ditolerir adalah sebagai berikut : 1. 30 – 40 db
: sangat sunyi
2. 50 – 60 db
: agak sepi / mulai bising
3. Diatas 60 db : mengganggu percakapan per telepon 4. 70 db
: suara mobil, pesawat, sangat bising
Pengaturan tingkat kebisingan yang bisa ditolerir agar pemakai ruangan merasa nyaman hendaknya pedoman pada rekomendasi seperti di atas Pengaturan kebisingan pada manusia bisa berakibat : - Kerusakan pada indera pendengan manusia - Gangguan komunikasi yang menimbulkan salah arti - Pengaruh fatal seperti gangguan psikomotor, gangguan tidur, cepat marah - Efek psikologis yaitu menimbulkan perasaan takut, tegang dan tertekan. Penggunaan bunyi-bunyian atau music pada saat bekerja sudah berakar di sepanjang jaman, oleh karena manusia akan merasa terhibur dengan pendengaran music yang dapat menimbulkan rasa gembira, semangat dan kegairahan. 3.6.4 Unsur Rasa Dalam Ergonomi Indonesia adalah Negara yang memiliki 2 musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pada musim kemarau suhu atau temperature udara sangat panas yang disebabkan oleh kedudukan matahari yang tepat pada khatulistiwa dan mencapai suhu rata-rata hamper sama sebesar 28 - 31 C. untuk mencapai kenyamanan fisik maka tinggi temperatur direkomendasikan sebagai berikut : a.
Temperatur rata-rata
: 23 C
b.
Kelembapan udara
: 50-60%
77
c.
Kecepatan angin
: 2-3 M/s
Untuk mengatasi perubahan suhu pada siang dan malam hari maka penggunaan air conditioner (AC) yang dapat mengatur suhu dan kelembapan dalam ruangan. Tingginya temperature yang yang akomodatif dengan kebutuhan masing-masing penghuni ditentukan oleh beberapa factor seperti jenis kerja, cara berpakaian, banyaknya bukaan jendela yang menyebabkan banyaknya radiasi penyinaran, kondisi lingkungan, smoking or non smoking, jumlah manusia dan dimensi ruang.
3.6.5 Sistem Pencahayaan Menurut Pamudji Suptandar (1999 : 216) cahaya merupakan unsur yang tidak kalah penting dalam perencanaan ruang dalam, karena memberi pengaruh sangat luas serta menimbulkan efek-efek tertentu. Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang amandan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkanorang dapat melihat objekobjek
yang
dikerjakannya
secara
jelas dan
cepat.Menurut
sumbernya,
pencahayaan dapat dibagi menjadi : a. Pencahayaan alami Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan jendela-jendela yang besar ataupundinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas lantai. Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan penggunaan pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber alami menghasilkan panas terutama saat siang hari. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar penggunaan sinar alami mendapatkeuntungan, yaitu: -
Variasi intensitas cahaya matahari
-
Distribusi dari terangnya cahaya
78
-
Efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan
-
Letak geografis dan kegunaan bangunan gedung
b. Pencahayaan Buatan Pencahayaan
buatan
adalah
pencahayaan
yang
dihasilkan
oleh
sumber cahaya selain cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi. Fungsi pokok pencahayaan buatan baik yang diterapkan secara tersendiri maupun yang dikombinasikan dengan pencahayaan alami adalah sebagai berikut : -
Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail serta terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat
-
Memungkinkan penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan aman
-
Tidak menimbukan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja
-
memberiikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata, tidak berkedip, tidakmenyilaukan, dan tidak menimbulkan bayangbayang.
-
Meningkatkan lingkungan visual yang nyaman dan meningkatkan prestasi.
Sistem pencahayaan buatan yang sering dipergunakan secara umum dapat dibedakan atas 3 macam yakni : 1. Sistem Pencahayaan Merata Pada sistem ini iluminasi cahaya tersebar secara merata di seluruh ruangan. Sistem pencahayaan ini cocok untuk ruangan yang tidak dipergunakan untuk melakukan tugas visual khusus. Pada sistem ini sejumlah armatur ditempatkan secara teratur di seluruh langit-langit.
2. Sistem Pencahayaan Terarah Pada sistem ini seluruh ruangan memperoleh pencahayaan dari salah satu arah tertentu. Sistem ini cocok untuk pameran atau penonjolan suatu objek karena akan tampak lebih jelas. Lebih dari itu, pencahayaan terarah yang
79
menyoroti satu objek tersebut berperan sebagai sumber cahaya sekunder untuk ruangan sekitar, yakni melalui mekanisme pemantulan cahaya. Sistem ini dapat juga digabungkan dengan sistem pencahayaan merata karena bermanfaat mengurangi efek menjemukan yang mungkin ditimbulkan oleh pencahayaan merata. 3. Sistem Pencahayaan Setempat Pada sistem ini cahaya dikonsentrasikan pada suatu objek tertentu misalnya tempat kerja yang memerlukan tugas visual. Untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai. Dalam suatu ruang, maka diperlukan sistem pencahayaan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya. Sistem pencahayaan diruangan, termasuk di tempat kerja dapat dibedakan menjadi 5 macam yaitu: a) Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting) Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang perlu diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan, tetapi ada kelemahannya karena dapatmenimbulkan bahaya serta kesilauan yang mengganggu, baik karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya. Untuk efek yang optimal, disarankan langit-langit, dinding serta benda yang ada didalam ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak menyegarkan. b) Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting) Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan sistem ini kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi. Diketahui bahwa langit-langit dan dinding yang diplester putih memiliki effiesiean pemantulan 90%, sedangkan apabila dicat putih effisien pemantulan antara 5-90% c) Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting) Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu disinari, sedangka sisanya dipantulka ke langit-langit dan dindng. Dalam pencahayaan sistem ini termasuk sistem direct-indirect yakni
80
memancarkan setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistem ini masalah bayangan dan kesilauan masih ditemui. d) Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting) Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian serta dirawat dengan baik. Pada sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi. e) Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting) Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit dapat menjadi sumber cahaya, perlu diberikan perhatian dan pemeliharaan
yang baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak
menimbulkan bayangan dan kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi effisien cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja. Penggunaan tiga cahaya utama adalah hal umum yang berlaku di dunia film dan photography. Padapresentasi arsitektural penggunaannya akan sedikit berbeda, walaupun masih dalam kerangka pemikiran yang sama. Agar pembaca lebih mudah memahami topik ini, saya menyertakan ilustrasiilustrasi gambar di bawah ini. Harap diingat bahwa topik ini tidak terkait dengan penggunaan softwareapapun, baik 3D Studio MAX, Lightwave, Maya, Softimage, ataupun software lainnya. Salah satu cara mudah untuk melakukan pencahayaan adalah dengan membuat warna seragam pada seluruh material pada 3D scenes. Teknik pecahayaan dibagi menjadi 3 bagian yaitu : 1. Cahaya Utama (Key Light) Key Light merupakan pencahayaan utama dari gambar kita, dan merepresentasikan
bagian
paling
terangsekaligus
mendefiniskan
bayangan pada gambar. Key Light juga merepresentasikan pencahayaan palingdominan seperti matahari dan lampu interior. Meski demikian peletakannya tidak harus persis tepatpada sumber pencahayaan yang kita
81
inginkan.
Key
light
juga
merupakan
cahaya
yang
paling
terang danmenimbulkan bayangan yang paling gelap. Biasanya Key Light diletakkan pada sudut 450 dari arahkamera karena akan menciptakan efek gelap, terang serta menimbulkan bayangan. 2. Cahaya pengisi (Fill light) Fungsi fill light adalah melembutkan sekaligus mengisi bagian gelap yang diciptakan oleh key light. Fill light juga berfungsi menciptakan kesan tiga dimensi. Tanpa fill light ilustrasi kita akan berkesan muramdan misterius, seperti yang biasa kita lihat pada film X-Files dan film-film horor
(disebut
sebagai
efekfilm-noir).
Keberadaan
menghilangkan kesan seram tersebut, seraya memberi
fill
light
gambar tiga
dimensi pada gambar. Dengan demikian penciptaan bayangan (cast shadows) pada fill light padadasarnya tidak diperlukan. Rasio pencahayaan pada fill light adalah setengah dari key light. Meskipun demikian rasio pencahayaan tersebut bisa disesuaikan dengan tema ilustrasi. Tingkat terang Fill light tidak boleh menyamai Key Light karena akan membuat ilustrasi kita berkesan datar. Pada dasarnya fill light diletakkan pada arah yang berlawanan dengan key light, karena memang berfungsi mengisi bagian gelap dari key light. Pada gambar di bawah key light diletakkan pada bagian kiri kamera dan fill lightpada bagian kanan. Fill light sebaiknya diletakkan lebih rendah dari key light. 3. Cahaya Latar (Back Light) Back Light berfungsi untuk menciptakan pemisahan antara objek utama dengan objek pendukung.Dengan diletakkan pada bagian belakang benda back light menciptakan "garis pemisah" antara objek utama dengan latar belakang pendukungnya. Pada ilustrasi di atas back light digunakan sebagaipengganti cahaya matahari untuk menciptakan "garis pemisah" pada bagian ranjang yang menjadi fokusutama dari desain. Karena cahaya matahari pada sore hari menjelang matahari terbenam bernuansa jingga, maka diberikan warna jingga pada back light tersebut. Selain itu back light juga menyebabkantimbulnya bayangan sehingga
82
bagian cast-shadow pada program 3D sebaiknya diaktifkan. Pada dasardasar pencahayaan, selain tiga pencahayaan utama terdapat dua pencahayaan lain yangmendukung sebuah karya menjadi terlihat nyata yang disebut cahaya tambahan. Cahaya tambahan terdapat 2 macam yaitu: a) Cahaya Aksentuasi (Kickers light) Kickers berfungsi untuk anggotaikan penekanan (aksentuasi) pada objek-objek tertentu. Lampu spot adalah yang terbaik digunakan karena mempunyai kemiripan dengan sifat lampu spot halogen yang biasa dipergunakan sebagai elemen interior. Intensitas cahaya aksentuasi tidak boleh melebihi key light karena akan menciptakan "overexposure" sehingga hasil karya jadi terlihat seperti photo yang kelebihan cahaya. b) Cahaya Pantul (Bounce light) Setiap benda yang terkena cahaya pasti akan memantulkan kembali sebagian cahayanya. Misalnya cahaya matahari masuk melalui jendela dan menimbulkan "pendar" pada bagian tembok dan jendela. Warna pendaran cahaya tersebut juga harus disesuaikan dengan warna material yang memantulkan cahaya. Semakin tingga kadar reflektifitas suatu benda, seperti kaca misalnya, semakin besarlah"pendar" cahaya yang ditimbulkannya.
3.6.6 Sistem Akustik Menurut Pamudji Suptandar (1999 : 247) didalam perancangan tata ruang dalam, banyak unsur-unsur yang menunjang perencanaan itu, ceperti ceiling, imllumination, furniture, decoration, dan lain-lain. Unsur-unsur tersebut diatas masing-masing memiliki peranannya tertentu yang kita padukan untuk desain yang lebih artistic. Demikian pula dengan akustik dan sound system juga merupakan unsur penunjang terhadap kerberhasilan desain yang baik, pengaruh dari sound system sangat luas dan menimbulkan efek-efek psikis dan emosional dalam ruang. Dengan suatu sound system yang baik seseorang akan merasakan kesan-kesan tertentu dalam ruang.
83
Berikut ini adalah beberapa perilaku bunyi : a. Gema dan Jarak Kritis Pada lingkungan yang tidak bergema, seperti di lapangan, suara bergerak langsung dari suara pengeras suara ke pendengar. Setiap kali jarak antara suara dan pendengar berlipat dua maka nilai tekanan suara (sound pressure level) turun 6 decibel. Dalam ruangan, sebagian besar dari suaru dipantulkan kembali oleh dinding, langit-langit dan permukaan benda lain yang ada di dalam ruang. Dalam memperhitungkan karakter akustik dari ruang dan alternatif pengeras suara, maka sistem yang terbaik adalah sistem sentral yang dapat menempatkan pengeras di atas critical distance dan tidak lebih dari 4 kali jarak dari 4 kali jarak dari pengeras suara. Secara otomatis hal ini menghasilkan nilai tekanan suara yang sama bagi semua pendengar dengan kewajaran dari suara yang terdengar. b. Refleksi Bunyi Bunyi akan memantul apabila menambrak beberapa permukaan sebelum sampai ke pendengar sebagaimana pendapat Mills(1986: 27) Reflected Sound Strikea surface or several surface before reaching the receiver. Pemantulan dapat diakibatkan oleh bentuk ruang dan benda pelapisnya, permukaan pemantul yang cembung akan menyebarkan gelombang bunyi sebaliknya permukaan yang cekung seperti dome akan menyebabkan pemantulan bunyi berkumpul dan tidak menyebar sehingga menciptakan pemusatan bunyi.
Gambar3.16
84 Proses pemantulan suara di ceiling (sumber : PDF fisika bangunan, usakti)
c. Absorsi Bunyi Saat bunyi menabrak permukaan yang lembut dan berpori makan bunyi akan terserap olehnya sehingga permukaan tersebut menyerap bunyi. Pengendalian akustik yang tinggi memerlukan penyerapan bunyi yang tinggi. Adapun yang menunjang penyerapan bunyi adalah lapisan permukaan, lantai, dinding dan ceiling d. Difusi Bunyi Bunyi dapat menyebar ke atas, kebawah maupun kesekeliling ruangan. Suara juga dapat berjalan menembus saluran pipa ataupun koridor dan bersifat kesemua arah didalam ruangan tertutup. e. Difraksi Bunyi Difraksi bunyi adalah gejala akustik yang menyebabkan gelombang bunyi dibelokan atau dihamburkan disekitar penghalang seperti sudut, kolom, tembok dan balok.
3.6.7
Sistem Air Conditioning Manusia selalu berusaha menyesuaikan diri dan mencoba mempertahankan
hubungan yang serasi dengan lingkungan dimana dia berada, misalnya mereka akan mencari tempat yang teduh jika hari yang panas dan mencari tempat berlindung dari hujan, angina topan dan uudara dingin. Keadaan tersebut menunjukan bahwa manusia membutuhkantempat tinggal yang aman guna melindungi diri dari gangguan binatang, kondisi alam dan juga ancaman dari sesama. Untuk mengatur kesejukan udara didalam ruang, kita mengenal 2 jenis sistem pengaliran udara yaitu sistem yang alami dan sistem yang mekanis. Sistem alami, anatara lain cross ventilation sedangkan sistem mekanis adalah sistem buatan manusia : a.
Sistem mekanis yaitu suatu sistem pengkondisian udara dalam ruangan
dengan menggunakan alat mekanis, misalnya kipas angina yang digunakan untuk
85
mempercepat pergerakan udara dengan tidak mengurangi derajat kelembapan lingkungan sekitar, dan untuk ruangan yang lebih besar, biasanya menggunakan exhaust untu kmengalirkan udara dari dalam keluar atau sebaliknya. Kedua alat tersebut dianggap kurang dapat mengatur suhu, kelembapan, kerbersihan udara secara teratur, maka alat tersebut disempurnakan dengan menambahkan alat yang disebut refrigerator dan kondensor yang dikenal dengan alat yang dapat mengkondisikan udara sesuai persyaratan yang diinginkan. b.
Sistem air conditioner yaitu suatu sistem pengatur udara dalam ruang
yang dilakukan secara teratur. Adapun unsur-unsur udara yang diatur dengan ac yaitu, kecepatan aliran udara, pengaturan temperature, pembersiha nudara, kelembapan dan pendistribusian aliran udara. Penentuan kondisi udara dalam interior dapat dilihat dari beberapa parameter yang dapat dijadikan acuan, berikut ini : -
Temperature radiasi rata-rata konstan
-
Kecepatan aliran udara yang diinginkan
-
Kebersihan udara dari polusi
-
Partikel udara yang menimbulkan bau
-
Kualitas ventilasi
-
Tingkat kebisingan yang ditimbulkan udara dari luar
-
Temperature bola kering dan basah dari udara
-
Segi-segi ekonomis dalam harga dan perawatan
-
Pertimbangan estetis dari bentuk AC itu sendiri
3.6.8 Material Pelapis Menurut Pamudji Suptandar (1999 : 133) material yang akan digunakan sangat berpengaruh dengan segala karakteristik pada ruangan yang aka nditampilkan, berikut ini adalah jenis material yang akan dapat digunakan sebagai pelapis lantai, dinding dan ceiling : a. Lantai
86
87
Tabel 3.4 Daftar material dan psikologinya (Sumber : buku disain interior, J pamuji S)
b. Dinding Beberapa jenis bahan-bahan yang berfungsi sebagai dinding atau bahan pokok dinding : • Batu
: batu kali, batu bata, batako dan sebagainya
• Kayu : Papan, triplek, bamboo, hardboard dan sebagainya
88
• Metal
: Alumunium, tembaga, kuningan, plat baja dll
• Gelas
: Kaca dan sebagainya
• Plastik
: Fiber glass, folding door dan sebagainya
Bahan-bahan penutup dinding : • Batu
: Bermacam-macam batu alam,asbes, coraltex, marmer,
• Cat
: Bermacam-macam cat tembok, chimestone
• Fiber glass
: Flexi glass, para glass
• Gelas
: Cermin, kaca,
• Kain
: batik, sutra
• Kertas
: wallpaper
• Kayu
: Panle kayu dll
• Keramik
: porselen
Untuk masa kini variasi material yang digunakan semakin berambah dan bermacam-macam, berbagai material yang terkadang tidak lazim juga sudah mulai banyak digunakan dengan tujuan dekoratif.
3.6.9 Hukum Optik antar Ruang Menurut Pamudji Suptandar (1999 : 67) hukum optik adalah hukum yang menjadi penentu dalam objek untuk penglihatan dan anggotaikan kesan tertentu : 1.
Ruang yang rendah seupaya terkesan tinggi •
Seluruh dinding ditempel dengan pelapis yang bermotif garis-garis tegak lurus
•
Pelapis dinding ditempel sampai ceiling tanpa ada pembatas di antaranya
•
Ceiling diberi penyinaran yang terang
89
Gambar 3.17 Interior vertical (Sumber : www.giesendesign.com)
2.
Ruang tinggi agar terasa rendah •
Menempelkan pelapis dinding dengan motif yang sejajar secara horizontal
•
Pelapis dinding ditempel sampai ceiling
•
Pelapis dinding yang serupa juga ditempel pada ceiling
•
Penyinaran di arahkan kearah lantai
Gambar 3.18 Horizontal interior (Sumber : www.giesendesign.com)
3.
Ruang kecil agar tampak memanjang •
Memasang pelapis dinding pada salah satu sisi dengan permainan dan penekanan pada warna supaya kontras
•
Pada ceiling dipasang motif bergaris lurus memanjang
•
Pada dinding tatapan dipakai warna ringan jika dibandingkan warna yang bersebelahan
90
Gambar 3.19 Interior agar tampak memanjang (Sumber : www.remontbp.com)
4.
Ruang kecil agar terkesan rendah •
Menggunakan pelapis dinding bermotif garis tegak lurus dan mengahadari warna kuat
•
Pelapis anggotai efek mengkilap dengan bahan sutra tetapi bila mengkilapnya terlampau banyak akan membosankan
•
Sedapat mungkin dibuat bukaan dengan dinding kaca agar tampaknya menyatu dengan alam
Gambar 3.20 Interior ruang kecil terkesan besar (Sumber : www.imerisia.gr)
91
3.6.10 Efek Psikologis Warna Warna anggotaikan efek psikologis tersendiri dari
setiap warna
sehingga sangat mempengaruhi mood dari setiap user di dalamnya. Berikut ini adalah gambar efek psikologi yang diberikan oleh warna
Tabel 3.5 Tabel psikologis warna (Sumber : buku disain interior, J pamuji S)
3.7 Konsep Green Design Konsep perancangan green desain pada bangunan ini akan meliputi beberapa aspek yang meliputi konsep green design : a. Jendela Pada perancangan interior ini akan banyak melakukan pemanfaatan sinar matahari pada ruangan-ruangan yang bersebelahan langsung dengan ruang terbukan agar dapat mengurangi penggunaan sinar lampu pada siang hari.
Gambar 3.21 Jendela (sumber : www.viewhomedesign.blogspot.com)
92
b. Effisiensi Energi Lampu merupakan bagian penting pada interior karena sangat membantu dalam aktifitas dan dapat memperindah sebuah interior. Ruang publik tentu saja sangat memerlukan banyak sekali sumber pencahayaan, oleh sebab itu penggantian lampu ke lampu yang lebih hemat energi menjadi sebuah pertimbangan khusus. Lampu hemat energi memang memiliki harga yang lebih mahal, tetapi jumlah konsumsi listrik yang digunakan dapat mengurangi biaya bulanan menjadi lebih murah. Meskipunn LED memiliki watt yang lebih kecil, tetapi dapat menghasilkan sinar yang sangat baik. Terdapat banyak jenis pencahayaan yang akan digunkan pada interior golf klub ini, semua titik lampu akan menggunakan LED sebagai upaya menghemat energi dengan tujuan mengurangi beban lingkungan dan pemerintah.
Gambar 3.22 Effisiensi energi (sumber : www.mayyar.com)
c. Air Air merupakan bagian dari ekosistem yang sangat penting untuk kerberlangsungan makluk hidup. Pada saat ini banyak sekali kampanyekampanye yang memberitahukan kita harus menghemat air, oleh sebab itu perancangan ini juga menekannkan pada penghematan air. Pengehematan air yang dilakukan dengan menggunakan sanitari yang dapat mengurangi penggunaan air oleh para pengguna, agar air yang ada tidak terbuang sia-sia, sebagai contoh untuk kran air menggunakan kran yang memiliki sensor
93
agar jumlah air yang digunakan tepat dan tidak berlebihan terbuang sia-sia. Toilet adalah perlengkapan kamar mandi yang membuag banyak air, oleh pertimbangan tersebut toilet di rancang menggunakan produk buatan TOTO yang menggunakan beberapa teknologi baru, seperti dapat menggurangi penggunaan air flush hingga 4,5 samapi 4.8 liter per sekali flush, karena menggunakan teknologi tornado.
Gambar 3.23 Penghematan Air (sumber : www.nessebereco.com)
d. Material Material merupakan salah satu bagian yang amat penting dalam pembuatan sebuah interior, sebagai seorang desainer interior pemilihan material yang bijak merupakan sebuah keharusan pada masa kini, dimana tidak semua bahan material meiliki kriteria ramah akan lingkungan, oleh sebab itu pemilihan material yang telah lulus dari sebuah lembaga lingkungan, dirasa sangat perlu. Pemilihan material yang baik meliputi : •
material yang tidak mengandung zat berbahaya bagi manusia,
•
material yang tidak merusak lingkungan,
•
material yang dapat memberikan efisiensi energi,
•
material yang dapat menekatkan kita dengan alam,
•
material yang dapat terurai dengan baik,
•
material yang dapat diperoleh dengan mudah dan dekat, maka sebuah material yang digunakan untuk membuat sebuah interior, harus
memenuhi kriteria tersebut, dimana kebijakan dalam penggunaan material harus
94
berdasarkan kebijaksanaan dalam menggunakan sebuah material secara berlebihan. Suatu produk dapat dikatakan sebagai produk yang ramah lingkungan bila produk tersebut telah lulus uji dari sebuah lembaga green pada suatu Negara. Logo green dapat dilihat pada kemasan produk yang telah melewati uji kelayakan.
Gambar 3.24 Logo Green pada produk (sumber : www.greenback.com)
3.7 Konsep Interior
95
Konsep interior golf klub ini akan manggunakan gaya desain kontemporer, dimana konsep ini akan sangat menekankan pada 5 hal sebagai penunjang bentuk interior, berikut ini adalah 5 hal yang akan di terapkan : a. Open Plan Pada perancangan interior golf klub, pemanfaatan ruang yang dapat menerima sinar matahari secara langsung ataupun mengarah ke ruang terbuka hijau harus di rancang lebih terbuka dan bersifat transparan agar sinar matahari dan pemandangan dapat dirasakan.
Gambar 3.25 Open Plan Interior (sumber : www.londontown.com)
b. Aksen Setiap ruangan interior harus memiliki aksen yang menarik agar dapat membuat daya tarik pada suatu ruang, pada ruang-ruang yang memiliki nilai komersil, aksen ini harus lebih ditonjolkan sebagai elemen pelengkap ruang, Aksen yang dimaksud dapat berupa bentuk panel dinding, frame jendela, instalasi, patung-patung dan lain-lain.
96
Gambar 3.26 Aksen Interior (sumber : www.weheartit.com)
c. Detail Kontemporer Pada Perancangan interior yang bergaya kontemporer, sebuah detail interior merupakan bagian penting yang terlupakan agar kesan yang ingin dimunculkan sangat terasa. Detail kontemporer yang dimaksud adalah menggunakan material-material yang lebih menonjolkan kesan kontemporer, yaitu seperti baja, besi, kawat, kaca dan lain-lain
Gambar 3.27 Detail Kontemporer (sumber : www.caandesign.com)
d. Nuansa Relaks Nuansa relax ini merupakan satu hal yang amat penting dalam perancangan, mengingat fungsi bangunan juga dapat dijadikan tempat berekreasi dan melepas penat dari aktifitas sehari-hari.
97
Nuansa relax ini akan lebih di tekankan pada ruang-ruang yang berfungsi komersil dan memang di sediakan untuk bersantai seperti restaurant dan lounge area.
Gambar 3.28 Interior Nuansa Relaks (sumber : www.glakes.net)
e. Elemen Garis Pada dasarnya mata manusia lebih nyaman melihat segala sesuatu yang bersifat geometris karena lebih mudah di lihat, oleh sebab itu penggunaan interior yang bersifat haris lurus akan di applikasikan pada interior dengan tujuan estetika dan kenyamanan mata.
Gambar 3.29 Elemen Garis Lurus (sumber : www.denoxa.com)
98