68
BAB 3 METODE PERANCANGAN
3.1
Studi Fisik Bangunan dan Lingkungan
3.1.1 Analisa Makro Bangunan dan Lingkungan •
Lokasi Kota Washington, D.C., secara formal bernama Distrik Columbia dan umumnya
disebut Washington, "the District", atau D.C. saja, adalah ibu kota Amerika Serikat. Washington, D.C. terletak antara Negara Bagian Maryland dan Negara Bagian Virginia. Luas wilayah kota ini adalah 177 km persegi dimana 159 km persegi merupakan daratan dan 18 km persegi adalah perairan dan dibagi menjadi empat bagian, yaitu Southwest, Northwest, Northeast dan Southeast. Distrik ini dilalui tiga perairan sungai, yakni Potomac River, Anacostia River dan Rock Creek. Tanahnya merupakan daratan rendah dan sangat subur, terutama pada musim semi dan musim panas. Sekitar 19.4% wilayah Washington D.C. adalah taman. Washington, D.C. metropolitan area meliputi District of Columbia serta 7 Maryland
Country (Anne
Arundel,
Calvert, Charles,
Frederick,
Howard,
Montgomery dan Prince George) dan 5 Virginia Country (Arlington, Fairfax, Loudon, Prince William dan Stanfford). Pusat dari ketiga cabang pemerintahan federal AS berada di Distrik ini, sebagaimana halnya beberapa monumen dan museum nasional. Washington, D.C. memiliki 176 kedutaan besar asing serta kantor pusat Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF), Organisasi Negara-Negara Amerika (OAS), Inter-American Development Bank, dan Pan American Health Organization (PAHO). Kantor pusat berbagai institusi lain seperti serikat dagang, organisasi nirlaba, grup pelobi, dan asosiasi profesional juga berdiri di kota ini.
69
•
Iklim Washington, D.C. mengalami empat musim, yaitu Musim Semi, Musim
Panas, Musim Gugur dan Musim Dingin. Pada bulan April hingga Oktober sudah mulai hangat. Pada musim dingin di Washington, D.C. lebih banyak hujan daripada salju. Temperatur rata-rata adalah sebagai berikut:
•
-
Januari
: -10C s/d 50C
-
Juli
: 200C s/d 310C
-
Februari
: -10C s/d 80C
-
Agustus
: 200C s/d 300C
-
Maret
: 20C s/d 120C
-
September
: 160C s/d 260C
-
April
: 80C s/d 190C
-
Oktober
: 200C s/d 200C
-
Mei
: 140C s/d 250C
-
November
: 40C s/d 140C
-
Juni
: 190C s/d 290C
-
Desember
: 00C s/d 80C
Lokasi Bangunan Dalam memilih lokasi terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi,
mengingat fungsi bangunan yang dirancang merupakan bangunan komersil yang bersifat publik dan berskala kota, berikut ini dapat dilihat dibawah :
Tabel 3.1 Kriteria Pemilihan Lokasi No
Kriteria Pemilihan Lokasi
1
Tinjauan terhadap arsitektur Lokasi yang dipilih berada dibagian kota
Keterangan
pusat kota dengan pertimbangan komersil dan berskala kota.
2
Pencapaian
Lokasi harus dapat dicapai dari berbagai arah dan dengan segala alternatif
(kendaraan
umum,
pribadi, pejalan kaki) 3
Persyaratan lain
Lokasi harus jelas kepemilikannya, terkait dengan pembebasan lahan, potensi dan peraturan yang berlaku.
Bangunan berlokasi di 2020 Massachusetts Avenue Northwest, Washington, D.C. 20036, USA. Berikut gambar peta lokasi bangunan:
70
Peta 3.1 Lokasi bangunan
Sumber https://maps.google.com/maps?hl=en Bangunan berlokasi di 2020 Massachusetts Avenue Northwest, yang merupakan jalan dan entrance utama dengan fasad bangunan yang mengarah ke jalan ini, side entrance dapat diakses dari 21st Northwest street. Pada sisi kanan gedung terdapat gedung Kantor Kedutaan Luar Negeri Portugal, dengan sisi kirinya adalah 21st Northwest street. Pada sisi depan terdapat fasilitas gereja dan kantor psikiater sedangkan pada bagian belakang gedung terdapat Kantor Kedutaan Luar Negeri Polandia dan café. Gambar 3.1 Kondisi jalan utama dari arah Dupont Circle
Sumber https://maps.google.com/maps?hl=en
71
Gambar 3.2 Kondisi jalan utama mengarah ke Dupont Circle
Sumber https://maps.google.com/maps?hl=en Gambar 3.3 Kondisi jalan menuju 21st Northwest street
Sumber https://maps.google.com/maps?hl=en Gambar 3.4 Kondisi jalan menuju Massachusetts Avenue Northwest
Sumber https://maps.google.com/maps?hl=en Gambar 3.5 Akses parkir di sebelah kanan gedung
Sumber https://maps.google.com/maps?hl=en
72
3.1.2 Analisa Mikro Bangunan dan Lingkungan
Gambar 3.6 Layout bangunan
Gambar 3.7 Potongan Gedung
73
3.2
Studi Aktivitas Manusia
3.2.1 Pengelola Rumah budaya akan berada dibawah pengawasan Kementerian Luar Negeri Indonesia di Amerika dan berada dibawah tanggung jawab Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya, Direktorat Pembinaan Kesenian
dan Perfilman serta Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kebudayaan. Berikut adalah susunan organisasi yang akan menangani seluruh kegiatan di Rumah Budaya:
Bagan 3.1 Struktur Organisasi Rumah Budaya Indonesia
Berikut adalah aktivitas yang dilakukan dan fasilitas yang diperlukan oleh pengelola Rumah Budaya Indonesia :
74
Tabel 3.2 Aktivitas dan Fasilitas Konselor
Konselor No
Aktivitas
1
Datang
2
Kerja
3
4
Kebutuhan
Kebutuhan
Jenis ruang
furniture
Staff entrance -Meja kerja
Kantor
-Kursi direktur
direktur) /
Kantor
(ruang
(ruang
zona P P
Menyimpan
-Credenza
file
lemari filing
direktur)
Meeting
-Meja meeting
Kantor
-Kursi meeting
meeting)
P
Lounge
Pu
P
(ruang
-Papan proyektor 5
Istirahat
6
Buang
-closet
air/menata
-urinoir
diri
-wastafel
7
Staff toilet P
Pulang
Staff entrance
P
Tabel 3.3 Aktivitas dan Fasilitas Wakil Konselor
Wakil Konselor No
Aktivitas
1
Datang
2
Kerja
3
4
Kebutuhan
Kebutuhan
Jenis ruang
furniture
Staff entrance -Meja kerja
Kantor
-Kursi
asisten direktur) /
Kantor
(ruang
(ruang
zona P P
Menyimpan
-Credenza
file
lemari filing
asisten direktur)
Meeting
-Meja meeting
Kantor
-Kursi meeting
meeting)
P
Lounge
Pu
P
(ruang
-Papan proyektor 5
Istirahat
6
Buang
-closet
air/menata
-urinoir
diri
-wastafel
7
Pulang
Staff toilet P
Staff entrance
P
75
Tabel 3.4 Aktivitas dan Fasilitas Kepala Divisi
Kepala Divisi No
Aktivitas
1
Datang
2
Kerja
3
4
Kebutuhan
Kebutuhan
Jenis ruang
furniture
Staff entrance -Meja kerja
Kantor
-Kursi
staff) /
Kantor
(ruang
(ruang
zona P P
Menyimpan
-Credenza
file
lemari filing
staff)
Meeting
-Meja meeting
Kantor
-Kursi meeting
meeting)
P
Lounge
Pu
P
(ruang
-Papan proyektor 5
Istirahat
6
Buang
-closet
air/menata
-urinoir
diri
-wastafel
7
Pulang
Staff toilet P
Staff entrance
P
Tabel 3.5 Aktivitas dan Fasilitas Asisten/Wakil Divisi
Asisten / Wakil Divisi No
Aktivitas
1
Datang
2
Kerja
3
Meeting
Kebutuhan furniture
Kebutuhan Jenis ruang Staff entrance (ruang
zona P
-Meja kerja
Kantor
-Kursi
staff)
-Meja meeting
Kantor
-Kursi meeting
meeting)
P
Lounge
Pu
P
(ruang
-Papan proyektor 4
Istirahat
5
Buang
-closet
air/menata
-urinoir
diri
-wastafel
6
Pulang
Staff toilet P
Staff entrance
P
76
Tabel 3.6 Aktivitas dan Fasilitas Cive Program Operator
Cive Program Operator No
Aktivitas
1
Datang
2
Kerja
3
Meeting
Kebutuhan furniture
Kebutuhan Jenis ruang Staff entrance (ruang
zona P
-Meja kerja
Kantor
-Kursi
staff)
-Meja meeting
Kantor
-Kursi meeting
meeting)
P
Lounge
Pu
P
(ruang
-Papan proyektor 4
Istirahat
5
Buang
-closet
air/menata
-urinoir
diri
-wastafel
6
Pulang
Staff toilet P
Staff entrance
P
Tabel 3.7 Aktivitas dan Fasilitas Program Operator
Program Operator No
Aktivitas
1
Datang
2
Kerja
Kebutuhan furniture
Staff entrance -Meja kerja
Kantor
-Kursi
staff)
3
Istirahat
4
Buang
-closet
air/menata
-urinoir
diri
-wastafel
5
Pulang
Kebutuhan Jenis ruang
(ruang
Lounge
zona P P Pu
Staff toilet P
Staff entrance
P
77
Tabel 3.8 Aktivitas dan Fasilitas Staff
Staff No
Aktivitas
1
Datang
2
Kerja
Staff entrance -Meja kerja
Kantor
-Kursi
staff)
Istirahat
4
Buang
-closet
air/menata
-urinoir
diri
-wastafel
Pulang
Jenis ruang
furniture
3
5
Kebutuhan
Kebutuhan
(ruang
Lounge
zona P P Pu
Staff toilet P
Staff entrance
P
Berdasarkan kegiatan diatas, dapat disimpulkan flow activity pengelola sebagai berikut: Bagan 3.2 Flow activity pengelola
3.2.2 Pengunjung Target pengunjung Rumah Budaya memprioritaskan pelajar dan masyarakat Amerika yang ingin mengetahui dan mempelajari lebih dalam tentang Indonesia. Tidak tertutup kemungkinan bagi warga Indonesia dan pelajar Indonesia di Amerika. Berikut adalah aktivitas yang dilakukan dan fasilitas yang diperlukan oleh pengunjung Rumah Budaya Indonesia :
78
Tabel 3.9 Aktivitas dan Fasilitas Pengunjung
Pengunjung No
Kebutuhan
Aktivitas
furniture
1
Datang
2
Melihat dan
Kebutuhan Jenis ruang Main entrance
Wall treatment
zona Pu
Lobby Pu
merasakan suasana 3
Melihat
Wall treatment
Galeri
Kursi penonton
Theater
Kursi
Ruang kelas
Mencari
-komputer
Perpustakaan
informasi
-rak buku
Pu
galeri 4
Melihat
Pu
pertunjukkan 5
Belajar
/
Pu
Kursus 6
Pu
-kursi 7
Istirahat
8
Buang
-closet
air/menata
-urinoir
diri
-wastafel
9
Pulang
Lounge
Pu
Public toilet Pu
Main entrance
Pu
Berdasarkan kegiatan diatas, dapat disimpulakn flow activity pengunjung sebagai berikut: Bagan 3.3 Flow activity pengunjung
79
3.3
Studi Fasilitas Ruang
3.3.1 Program Aktivitas dan Fasilitas Berikut ini adalah program aktivitas dan fasilitas yang digunakan untuk pengelola. Program aktivitas dan fasilitas yang dibuat berdasarkan studi aktivitas pengelola dan kebutuhan kantor.
Tabel 3.10 Program aktivitas dan fasilitas kantor
80
Tabel 3.11 Program aktivitas dan aktivitas galeri
Tabel 3.12 Program aktivitas dan aktivitas auditorium
Tabel 3.13 Program aktivitas dan aktivitas kelas
81
Tabel 3.14 Program aktivitas dan aktivitas ruang baca
Tabel 3.15 Program aktivitas dan aktivitas lobby
3.3.2 Matriks Hubungan Antar Ruang
Gambar 3.8 Matriks hubungan antar ruang
82
3.3.3 Diagram Sirkulasi Antar Ruang Gambar 3.9 Bubble diagram
3.3.4 Zoning Gambar 3.10 Zoning
83
3.3.5 Grouping Gambar 3.11 Grouping
3.4
Studi Permasalahan Interior
3.4.1 Tinjauan Karakteristik Garis dan Bentuk •
Garis Pilihan menekankan arah garis akan menentukan mood. Garis vertikal
berkesan menambah tinggi badan dan martabat, menciptakan suasana yang lebih formal. Garis horisontal cenderung membuat tenang, perasaan informal. Garis horisontal bekerja dengan baik dalam ruang santai atau sebagai bantuan ke vertikal kuat ruang formal. Ruangan yang berbentuk bujur sangkar, yang ukuran panjang dan lebarnya sama, bersifat statis dan berkarakter formal. Ukuran yang sama persis dari keempat sisinya menjadikan pusat ruangan sebagai fokusnya. Kesan terpusat ini dapat ditegaskan atau lebih ditonjolkan dengan menutup ruang tersebut dengan struktur berbentuk piramid atau kubah (dome). Untuk mengurangi kesan terpusat dari ruang berbentuk bujur sangar, bentuk ceilingnya dapat dibuat asimetris, atau salah satu atau lebih dari bidang dindingnya diolah sehingga berbeda dengan dinding lainnya.
84
Ruang berbentuk bujur sangkar yang jika ukuran panjang ruang lebih besar dari dua kali lebarnya, maka kesan panjang cenderung mendominasi dan membatasi tata letak maupun penggunaan ruang tersebut. Ruang yang ukuran panjanganya jauh melampaui ukuran lebarnya akan mendorong terjadinya gerak mengikuti arah panjangnnya. Karakter dari ruang linier ini cocok digunakan sebagai ruang galeri atau ruang penghubung dari ruang ke ruang yang lain. Sifat dari bahan bangunan dan teknik yang digunakan untuk membangun, menjadikan ruang berbentuk persegi sebagai bentuk normal. Ruang-ruang berbentuk lengkung merupakan pengecualian dan biasanya hanya digunakan untuk hal-hal khusus. Bentuk lengkung yang paling sederhana adalah bentuk lingkaran. Bentuk ini berkesan kompak dan terpusat. Sementara berfokus pada titik pusatnya, lingkaran juga terhubung secara merata kesemua arah dengan ruang-ruang disekelilingnya. Lingkaran tidak mempunyai bagian depan, belakang atau samping kecuali jika dibentuk oleh elemen lain. Ruang berbentuk elips lebih bersifat dinamis karena mempunyai dua titik pusat dan poros yang tidak sama panjang. Bentuk-bentuk ruang lengkung lainnya dapat dilihat sebagai transformasi dari bentuk-bentuk ruang lingkaran atau elips yang telah dikominasikan dengan cara tumpang tindih.
3.4.2 Tinjauan Material Lantai, Dinding dan Ceiling •
Lantai Secara umum bahan penutup lantai yang ada dapat dibedakan menjadi dua
kategori yaitu jenis lantai alami dan buatan. Bebatuan yang dipotong seperti marmer, granit dan limestone merupakan lantai alami. Sedangkan semen, keramik, dan vinyl dikategorikan sebagai lantai buatan. Berikut ini disajikan beberapa contoh material lantai yang umum digunakan dalam bangunan, -
Granit. Ciri khas dari material ini adalah granit memiliki warna, tekstur dan pola yang tidak dapat dibuat oleh manusia. Sifat-sifat dari granit adalah tahan
85
gores, noda dan panas, kuat dan tahan lama, berkesan mewah dan elegan, mempunyai style yang abadi serta perawatannya mudah. -
Marmer. Mamer memiliki ciri khas berwarna putih karena banyak mengandung unsur kalsit. Material ini memiliki warna dan tekstur serta alur yang menarik. Karakteristik dari marmer adalah material ini lebih halus dari granit serta kuat dan tahan lama.
-
Parket. Material parket memiliki karakter yang dapat memberi kesan hangat dan alami serta dapat meredam suara, selain pemasangannya yang mudah material ini tersedia dengan berbagai warna dan motif. Kekurangan dari parket adalah tidak tahan bentur/benda tajam dan tidak tahan panas.
-
Karpet. Karpet adalah bahan penutup lantai permanen/tidak permanen. Karakteristik dari material ini adalah memberi kesan hangat dan dapat meredam suara,karpet juga tersedia dengan motif yang sangat variatif, kekurangan dari karpet adalah perawatannya agak sulit.
-
Vynil. Material ini memiliki karakter tahan noda dan mudah dibersihkan, tahan gores tapi bukan benda tajam, tidak mudah terbakar, dapat digunakan diarea rawan basah tapi bukan area basah, perawatannya mudah, dan semakin tebal vynil maka semakin baik kualitasnya.
•
Dinding Selain aspeknya sebagai elemen penting arsitektur dan interior, dinding
adalah salah satu elemen bangunan yang paling menentukan sisi keindahan bangunan. Sebagai bidang yang melingkupi aktivitas sehari-hari dalam ruangan, dinding berpengaruh besar, terutama dalam menentukan kesan ruangan itu. Berikut ini disajikan beberapa contoh material dinding yang umum digunakan dalam bangunan, -
Dinding kaca. Material kaca akan membuat bentuk bangunan tampak lebih bergaya. Bentuk fisik kaca yang tembus pandang dimanfaatkan untuk memberi kesan penerangan pada sebuah ruang, menjadi pembatas transaparan sehingga sekat ruang bangunan terlihat lebih indah dan menarik. Sebagai material yang rentan retak dan mudah pecah, maka penggunaan material kaca sedikit lebih hati-hati dibanding jenis material lainnya. Desain material kaca memberi kesan natural yang indah pada bangunan. Material bahan kaca
86
umumnya memiliki harga yang cukup mahal, perawatannya pun sedikit lebih serius dibanding dengan bahan-bahan lainnya. -
Bata ekspos. Berdasarkan jenisnya, batu bata terdiri dari jenis bata tanah liat atau lempung, bata pasir kapur dan bata mortar, sedangkan dari teknik pembuatannya ada bata merah konvensional dan bata press. Bata merah konvensional teksturnya kasar, tidak rapi dan kekerasannya tergantung pada kualitas bahan dan teknik pembakarannya. Bata jenis inilah yang sulit dipertanggungjawabkan ukuran dan kekuatannya. Sedangkan bata press teksturnya lebih halus, ukurannya sama dan kekerasannya lebih baik . Warna bata juga akan tergantung dari jenis tanah liat yang digunakan serta lama pembakarannya. Dari segi aplikasinya bata merah konvensional digunakan untuk konstruksi dinding dengan plesteran biasa karena kekurangan dari jenis bata ini bisa dengan mudah ditutupi oleh lapisan semen, sedangkan bata press sering diaplikasikan tanpa lapisan penutup (bata ekspos). Kelebihan menggunakan bata press sebagai bata ekspos cenderung tahan lama dan ukurannya presisi, tetapi sisi artistiknya kurang karena terkesan kaku dan kurang natural. Karena produk yang dihasilkan mesin akan cenderung tipikal sehingga kurang berseni. Tapi hal ini dapat diatasi dengan teknik penyusunannya.
-
Material batuan. Penggunaan material batu alam dinding memakai batu alam yang bertekstur kasar dan bisa juga dipakai untuk material lantai. Dalam aplikasinya, penggunaan batu alam yang kasar menimbulkan kesan natural yang sangat mencolok.
-
Tembok biasa. Pengolahan dinding bata dengan diplester dan acian, setelah itu dinding difinishing dengan cat tembok, atau finishing lain seperti wallpaper.
-
Dinding ekspos semen. Material semen memiliki keunggulan dibandingkan dengan material lain, yaitu fleksibilitas material semen yang membuat segala aplikasi menjadi begitu praktis dan mudah.
87
-
Dinding baja. Karakter kokoh dan futuristik menjadi bagian terpenting dari penampilan material dinding baja, kelemahan material ini adalah bahwa dinding baja akan menimbulkan panas dalam ruangan didalamnya.
•
Material kayu
Ceiling Hampir semua jenis bahan dapat digunakan sebagai ceiling, tetapi banyak
mungkin tidak akan bisa diterima dengan kode bangunan. Material ceiling yang umum digunakan saat ini terdapat banyak finishing dan dapat juga diberi warna dan tekstur. Berikut ini beberapa contoh material ceiling, -
Lumber / kayu. Bahan ini merupakan material dasar untuk rangka atap dan ceiling, biasanya disembunyikan di belakang penutup ceiling. Namun jika diolah dengan baik, kayu bisa dijadikan aksen ceiling yang menarik. Rangka kayu atap tetap ditutup, namun mengekspos kuda-kuda kayunya yang telah difinishing. Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan ceiling kayu, yaitu dengan menggunakan kayu yang bebas rayap agar tidak mudah keropos. Selain itu, karena material ini dapat mengembang dan menyusut jika terkena panas ataupun hujan, maka gunakan kayu berkualitas bagus dan yang sudah dioven dengan baik, seperti jati, kamper, damar dan merbau.
-
Bambu. Bambu yang digunakan untuk ceiling biasanya sudah dipotong tipistipis dan kemudian dianyam menjadi sebuah lembaran besar atau yang disebut gedhek. Saat akan memasangnya, lembaran ini tinggal dipaku ke rangka kayu di atasnya. Namun rangka yang dipakai haruslah lebih rapat dari rangka kayu biasanya, hal ini bertujuan agar lembaran gedhek tidak melengkung. Karena gedhek terbuat dari anyaman bambu, terdapat celahcelah kecil yang dapat dimanfaatkan oleh serangga-serangga kecil dan debu bisa masuk ke dalam ruang. Untuk mencegahnya, beri lapisan dasar dahulu, misalnya triplek, baru kemudian gedhek dipasang diatas lapisan tersebut.
-
Lampit. Material ini merupakan material unik dan alternatif. Lampit merupakan kerajinan yang biasanya digunakan untuk alas lantai, tetapi juga bisa dipakai untuk ceiling yang berfungsi sebagai aksen. Kelemahannya,
88
lampit mempunyai celah antar anyamannya sehingga debu dari ruang atas ceiling bisa jatuh ke ruangan. Untuk mengatasinya, pasang terlebih dahulu rangka ceiling dengan material penutup seperti gypsum, GRC, atau multiplek. -
Metal. Metal bisa menjadi alternatif material untuk ceiling. Bahan dasar material ini adalah baja ringan yang dilapis dengan Zincalume. Ceiling metal terdiri dari beberapa modul-modul papan yang dipasang pada rangka. Ada beberapa macam macam modul dan ukuran lubang grid (ada jenis ceiling metal yang berlubang, ada yang tidak).
-
Gypsum. Gypsum merupakan bahan yang paling umum dan banyak dipakai. Setidaknya ada dua bentuk ceiling yang bisa diolah dari gypsum, yaitu bentuk ceiling bertingkat dan bentuk ceiling lengkung. Ceiling bertingkat (up/drop ceiling), bentuk ini mempunyai perbedaan elevasi ceiling. Bentu ini ada dua jenis yaitu ceiling bertingkat biasa dan ceiling bertingkat celah. Bedanya ceiling bertingkat celah mempunyai lubang di antara elevasi ceiling atas dengan ceiling bawah yang biasa digunakan untuk penempatan lampu. Keduanya cocok untuk menutupi elemen bangunan yang ketinggiannya lebih rendah seperti untuk menutupi balok struktur. Ceiling lengkung (curve ceiling), bentuk ini bisa berbentuk lengkung cembung maupun lengkung cekung. Kekuatan utama bentuk lengkung ini terletak pada struktur rangkanya. Ada dua rangka utama yaitu rangka balok utama dan rangka balok anak. Tidak semua rangka harus dilengkungkan, hanya salah satu saja yang dilengkungkan. Minimal ketebalan papan gypsum yang dapat dilengkungkan adalah 6,5 mm dengan radius kelengkungan antara 450-900 mm. Jarak antara stud yang dibutuhkan sekitar 150 mm.
-
Acouctic gypsum. Ceiling akustik merupakan salah satu solusi untuk meredam kebisingan karena ceiling akustik merupakan ceiling yang tahan terhadap batas ambang kebisingan tertentu.
-
Grid / kisi
-
Drywall
-
Plastic tiles/vynil
89
3.4.3 Tinjauan Karakteristik Warna Setiap warna pasti mempunyai karakter masing-masing, satu warna bisa menggambarkan beberapa karakter. Dalam desain interior, warna mempunyai peranan yang penting. Warna juga merupakan salah satu alat desain yang paling tepat untuk mencapai efek tertentu dalam desain interior. Setiap jenis warna menciptakan respon fisik dan emosional yang spesifik juga berbeda untuk tiap orang yang menikmatinya. Efek psikologis yang timbul dari satu atau kombinasi beberapa warna menjadi suatu kekuatan yang bisa dimanfaatkan dalam interior. Berikut ini beberapa warna dengan karakternya masing-masing. •
Merah. Memiliki karakter membangkitkan energi, aktif, agresif hangat, komunikatif, aktif, optimis, antusias, dan bersemangat.. Warna merah berkaitan dengan ambisi dan Memberi kesan sensual, mewah, berkemauan keras, dan penuh semangat. Terlalu banyak warna merah bisa merangsang kemarahan dan agresivitas.
•
Oranye. Sifat atau karakter warna oranye hampir memiliki kesamaan dengan warna merah. Warna ini melambangkan sosialisasi, kekuatan, percaya diri, membangkitkan semangat, vitalitas, dan kreativitas. Menimbulkan perasaan positif, senang, gembira, bisa mengurangi perasaan tertekan. Tetapi bila berlebihan dapat merangsang perilaku hiperaktif.
•
Kuning . Warna yang sifatnya menonjol, cerah, membangkitkan energi, komunikatif, dan merangsang kemampuan berpikir serta memberi kesan semangat untuk maju dan toleransi tinggi. Pengaruh warna ini antara lain riang, dermawan, dan sukses. Penggunaan yang kurang tepat justru akan menimbulkan kesan menakutkan.
•
Biru. Memberi kesan perasaan yang mendalam. Menimbulkan perasaan tenang, dan dingin, melahirkan perasaan sejuk, memberi kenyamanan dan perlindungan. Selain itu warna biru juga memberikan pengaruh lemah lembut, bijaksana, cepat puas, pangasih dan penyayang, tidak mudah tersinggung dan banyak kawan. Warna biru yang kuat bisa merangsang kemampuan intuitif dan memudahkan meditasi. Namun terlalu banyak biru dapat menimbulkan kelesuan.
90
•
Hijau. Warna yang melambangkan elastisitas keinginan. Cenderung pasif, bertahan, mandiri, posesif, susah menerima pemikiran orang lain. Pengaruh dari warna ini antara lain teguh dan kokoh, mempertahankan miliknya, keras kepala, dan berpendirian tetap. Nuansa hijau dapat meredakan stress, memberi rasa aman, dan perlindungan..Tapi warna hijau juga dapat menimbulkan perasaan terperangkap.
•
Coklat. Coklat merupakan warna yang netral, natural, hangat, membumi, dan stabil, menimbulkan kenyamanan. Warna yang bersifat akrab, menenangkan, dan bisa mendorong komitmen. Jika terlalu banyak memberi kesan berat dan kaku.
•
Putih. Sebuah warna yang melambangkan kemurnian, kepolosan, memberikan kesan perlindungan, ketenteraman, kenyamanan, dan memudahkan refleksi. Penggunaan warna putih yang berlebihan bisa menimbulkan perasaan dingin, steril, kaku, dan terisolir.
•
Ungu . Warna ini berkesan sensual, feminim, antik, yang juga anggun, dan hangat. Bersifat kurang teliti namun penuh harapan. Ungu yang gelap mampu menambah kekuatan intuisi, fantasi, dan imajinasi, kreatif, sensitif, memberi inspirasi, dan obsesi.
•
Abu-abu. Bersifat netral dan serius. Menimbulkan perasaan damai, menciptakan keheningan dan kesan luas. Selain itu, warna ini juga terkesan dingin, kaku, dan tidak komunikatif.
•
Hitam . Warna ini memiliki karakter yang kuat, penuh percaya diri, perlindungan, elegan, megah, dramatis, dan misterius. Warna hitam juga melambangkan duka dan menimbulkan perasaan tertekan. Selain karakter-karakter di atas, warna juga dapat digolongkan menjadi 4
golongan warna antara lain yaitu: 1. Warna-warna tenang, yang termasuk di dalam golongan ini adalah biru muda, biru pucat, biru laut, ungu, hijau daun, hijau muda, dan hijau pupus. 2. Warna-warna hangat, antara lain merah,coklat, kuning, terakota, oranye, dan emas metalik. 3. Warna-warna segar, yaitu putih kebiru-biruan, kuning muda, kuning lemon, hijau daun, hijau lumut, biru laut, merah cerah, dan merah muda.
91
4. Warna-warna berani, yang termasuk dalam golongan warna ini adalah kuning menyala, hijau tua, biru tua kehijaun, biru menyala, biru gelap pekat, merah cerah, oranye menyala, pink tua, hitam, dan putih.
3.4.4 Tinjauan Sistem Pencahayaan Dalam konsep suatu pencahayaan, bukan hanya terang ruangan yang diutamakan melainkan juga rasa nyaman yang timbul oleh cahaya. Disamping itu cahaya dapat berlaku sebagai kesatuan yang memunculkan keindahan, bukan sekedar terang. Cahaya dalam bentuk penggunaan lampu-lampu adalah salah satu elemen interior yang mampu menciptakan suasana pada suatu ruang. Pencahayaan ruang baik dengan sinar matahari maupun dengan lampu bukan hal yang baru. Sudah sejak lama cahaya artifisial bermanfaat menjadi penerangan ruang yang membantu lancarnya aktivitas manusia. Ada dua sumber cahaya, yaitu -
Cahaya alami (matahari)
-
Cahaya buatan (lampu) Pada siang hari cahaya matahari berperan sebagai penerang alami. Sifat
penerang yang diberikan matahari adalah penyiaran merata dan terus menerus. Oleh karena itu dalam aplikasinya sering dilakukan pengendalian terhadapnya, caranya dengan menggunakan elemen tertentu , misalnya jendela kaca yang dilengkapi dengan blind. Dengan demikian jumlah dan arah cahaya yang masuk ke ruangan dapat diatur. Peran cahaya alami pada waktu malam hari digantikan oleh cahaya buatan. Dalam perkembangannya cahaya buatan tidak hanya berfungsi sebagai penerangan yang membantu penglihatan manusia, namun juga sebagai elemen dekorasi yang atraktif. Efek dari cahaya buatan dapat menonjolkan sisi keindahan dari suatu benda dan menciptakan suasana tertentu pada suatu ruang.
92
Secara fungsional, pencahayaan dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1. Pencahayaan merata, yaitu pencahayaan yang mutlak ada dan merata menerangi seluruh ruang. Hal ini untuk membantu kita melihat dengan jelas dalam melakukan aktivitas. 2. Pencahayaan setempat, yaitu pencahayaan yang berfungsi untuk mendukung kegiatan tertentu yang membutuhkan cahaya lebih terang seperti membaca, memasak dan menulis. 3. Pecahayaan tambahan, yaitu pencahayaan tambahan yang lebih berperan dalam segi estetika. Penggunaan ketiga pencahayaan ini bisa dikombinasikan pada suatu ruang atau dapat digunakan masing-masing sesuai dengan kebutuhan ruang. Secara distribusi pencahayaan dibagi menjadi 6 jenis, yaitu: 1. Direct lighting, 90%-100% pencahayaan langsung, 0-10% pencahayaan tidak langsung 2. Semidirect, 60%-90% pencahayaan langsung, 10%-40% pencahayaan tidak langsung 3. Semi-indirect, 10%-40% pencahayaan langsung, 60%-90% pencahayaan tidak langsung 4. Indirect lighting, 0-10% pencahayaan langsung, 90%-100% pencahayaan tidak langsung 5. Diffused general, 50% pencahayaang langsung, 50% pencahayaan tidak langsung 6. Direct-indirect, 40%-60% pencahayaan langsung, 40%-60% pencahayaan tidak langsung.
3.4.5 Tinjauan Sistem Penghawaan Dalam setiap bangunan pasti memiliki bukaan-bukaan yang berfungsi sebagai penghawaan, penerangan ataupun sebagainya. Untuk mencapai kenyamanan, kesehatan dan kesegaran hidup dalam ruangan Pada penghawaan sendiri dapat dibagi menjadi dua bagian yakni penghawaan alami dan penghawaan buatan
93
•
Penghawaan alami Penghawaan alami yang paling penting adalah angin/udara alami. Udara
adalah penghawaan yang sangat penting bagi manusia maupun makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu dalam merencanakan sebuah bangunan diharuskan memberi bukaan-bukaan atau meletakkan bukaan yang tepat pada setiap bangunan agar penghawaan yang masuk dalam bangunan dapat masuk secara optimal dan dapat memberikan kenyamanan didalamnya. Dapat diketahui, kebanyakan penghawaan yang masuk melalui jendela atau spasi-spasi pada sudut-sudut bangunan atau melalui atap suatu bangunan, hal itu tergantung dari desain bangunan yang bersangkutan itu sendiri. Penghawaan alami termasuk dalam kategori pendingin pasif. Yang dimaksud pendingin pasif adalah kondisi didalam berubah-ubah tergantung dari arah angin yang datang. Dampak bangunan terhadap alam sekitarnya yaitu: 1. Bentuk pola massa 2. Geometri bangunan 3. Kondisi topografi 4. Kekasaran permukaan 5. Orientasi massa bangunan Faktor-faktor penghawaan alami yang masuk pada bangunan: 1. Tingkat kekuatan angin 2. Pergerakan udara 3. Adanya perbedaan tekanan 4. Adanya perbedaan suhu Dampak bangunan itulah yang harus diperhatikan dalam mendesain suatu bangunan, terutama orientasi bangunan dan kondisi topografi. Orientasi bangunan akan dipengaruhi pergerakan angin yang menyebabkan adanya perletakan bukaanbukaan yang disesuaikan atau dikondisikan dengan arah angin, selain itu juga pergerakan angin ini akan menyebabkan posisi yang disesuaikan atau diseimbangkan
94
antara penghawaan dan pencahayaan, sehingga tercipta kondisi ruangan yang baik dan memadai. Sistem bukaan pada penghawaan alami dapat berupa ventilasi, namun ada pula sistem penghawaan yang dinamakan sistem temporer (kaca naco, jendela dan sebagainya) dan sistem permanen (bukaan tetap; pembuatan lubang pada dinding atau dibawah atap). Selain orientasi bangunan, ada hal lain yang merupakan dampak utama dari pergerakan angin adalah kondisi topografi, hal ini sangat mempengaruhi laju angin yang akan menimpa dinding atau bukaan pada suatu bangunan. Pada kontur tanah tidak rata, pergerakan angin menjadi berkurang, hal ini disebabkan adanya gaya gesek yang terjadi antara angin dengan bagian-bagian kontur tanah yang tidak rata. Maka penyejukan udara didalam ruangan ini akan berkurang secara otomatis. Sedangkan pada kontur yang rata, pergerakan angin dapat leluasa bergerak dan menimpa dinding atau bukaan yang selanjutnya akan diolah sebagai penyejuk dan stabilisator udara dalam ruangan. Cara memperolah udara segar kearea dalam adalah dengan cara memberikan bukaan pada daerah yang diinginkan dan memberikan ventilasi yang sifatnya menyilang. Udara yang nyaman mempunyai kecepatan tidak boleh lebih dari 5 km/jam dengan suhu/temperatur kurang dari 300C dan banyak mengandung O2. •
Penghawaan buatan Air Conditioner (AC) termasuk dalam kategori pendingin aktif yaitu
penghawaan yang arah angin tetap dan tidak berubah-ubah. Sering penggunaan AC dilakukan pada saat kondisi aktivitas didalam bangunan itu tidak memungkinkan untuk menggunakan penghawaan alami. Keunggulan dari penghawaan buatan ialah kondisi suhu tetap dan penghawaan buatan merupakan penghawaan yang dapat mengondisikan suatu keadaan. Yang dimaksud dapat mengondisikan ialah: 1. Mengondisikan fungsi ruang 2. Mengondisikan luasan ruang 3. Mengondisikan aktivitas yang ada
95
4. Mengondisikan jumlah pemakai dalam ruang 5. Menentukan tingkat kenyamanan Penghawaan buatan disini berupa pemanfaatan AC yaitu pengondisian udara dalam suatu ruangan yang memudahkan atau menjamin laju perpindahan panas yang wajar antara penghuni dengan udara sekitar (udara dalam ruangan). Tidak menutup kemungkinan adanya pengaruh negatif dari pemanfaat sistem AC. Hal ini dapat berupa lembabnya kondisi didalam ruangan yang pada akhirnya akan menyebabkan ruangan menjadi pengap dan terkadang menimbulkan bau yang tidak sedap. Pada jumlah pemakai dalam ruang diatas itu dimaksudkan pada pemakainan AC dalam sebuah ruangan. AC dapat menentukan intensitas udara dalam ruang tersebut menurut permintaan udara didalam ruangan itu sendiri.
3.4.6 Tinjauan Sistem Akustik Ruang Ruang pertunjukan merupakan suatu tempat yang dipergunakan untuk mempergelarkan pertunjukan, baik seni tari, musik maupun drama. Terkait dengan itu maka persyaratan ruang harus dipenuhi sesuai dengan fungsinya, agar pesan yang diungkapkan penyaji seni dapat tertangkap dengan baik sehingga tercapai kualitas pertunjukan yang optimal serta kepuasan bagi penikmatnya mengingat penonton yang memasuki sebuah gedung pertunjukan memiliki hak untuk mendapatkan kenyamanan, keamanan, penerangan yang cukup, pemandangan (viewing) yang menyenangkan dan kualitas bunyi yang baik selain kualitas acaranya itu sendiri Sesuai dengan fungsi utamanya yaitu sebagai ruang pertunjukan, salah satu persyaratan yang seharusnya dipenuhi selain tata cahaya adalah penataan akustik atau tata suara. Pengolahan tata suara yang baik akan mempertinggi kualitas tampilan pertunjukan dan menciptakan kenyamanan bagi penikmatnya. •
Tata Akustik - Perilaku Bunyi di Ruang Tertutup Berdasarkan sumber yang didapat dari http://Acoustics.com bunyi di dalam
ruang tertutup memiliki perilaku tertentu jika menumbuk dinding-dinding dari ruang tertutup tersebut yakni energinya akan dipantulkan (reflected), diserap (absorbed), disebarkan (diffused), atau dibelokkan (diffracted) tergantung pada sifat akustik dindingnya.
96
- Persyaratan Akustik Perancangan Ruang GedungPertunjukan Persyaratan tata akustik gedung pertunjukan yang baik dikemukakan oleh Doelle (1990:54) yang menyebutkan bahwa untuk menghasilkan kualitas suara yang baik, secara garis besar gedung pertunjukan harus memenuhi syarat : kekerasan (loudness) yang cukup, bentuk ruang yang tepat, distribusi energi bunyi yang merata dalam ruang, dan ruang harus bebas dari cacat-cacat akustik. 1. Kekerasan (Loudness) yang Cukup Kekerasan yang kurang terutama pada gedung pertunjukan ukuran besar disebabkan oleh energi yang hilang pada perambatan gelombang bunyi karena jarak tempuh bunyi terlalu panjang, dan penyerapan suara oleh penonton dan isi ruang (kursi yang empuk, karpet, tirai ). Hilangnya energi bunyi dapat dikurangi agar tercapai kekerasan/loudness yang cukup. Dalam hal ini Doelle (1990:54) mengemukakan persyaratan yang perlu diperhatikan untuk mencapainya, yaitu dengan cara memperpendek jarak penonton dengan sumber bunyi, penaikan sumber bunyi, pemiringan lantai, sumber bunyi harus dikelilingi lapisan pemantul suara, luas lantai harus sesuai dengan volume gedung pertunjukan, menghindari pemantul bunyi paralel yang saling berhadapan, dan penempatan penonton di area yang menguntungkan. a. Memperpendek Jarak Penonton dengan Sumber Bunyi. Mills (1976: 15) mengemukakan pendapat mengenai persyaratan jarak penonton dengan sumber bunyi untuk mendapatkan kepuasan dalam mendengar dan melihat pertunjukan: No seat should be more than 20 m from the stage front if the performance is to be seen and heard clearly.Jarak tempat duduk penonton tidak boleh lebih dari 20 meter dari panggung agar penyaji pertunjukan dapat terlihat dan terdengar dengan jelas. Akan tetapi untuk mendapatkan kekerasan yang cukup saja (tanpa harus melihat penyaji dengan jelas), misalnya pada pementasan orkestra atau konser musik, toleransi jarak penonton dengan penyaji dapat lebih jauh hingga jarak maksimum dengan pendengar yang terjauh adalah 40m, sebagaimana yang dikemukakan Mills (1976:8).The maximum distance between the orchestra and the further listeners, about 40 m.
97
b. Penaikan Sumber Bunyi Sumber bunyi harus dinaikkan agar sebanyak mungkin dapat dilihat oleh penonton, sehingga menjamin gelombang bunyi langsung yang bebas (gelombang yang merambat secara langsung tanpa pemantulan) ke setiap pendengar. c. Pemiringan Lantai Lantai di area penonton harus dibuat miring karena bunyi lebih mudah diserap bila merambat melewati penonton dengan sinar datang miring (grazing incidence). Aturan gradien kemiringan lantai yang ditetapkan tidak boleh lebih dari 1:8 atau 30° dengan pertimbangan keamanan dan keselamatan. Kemiringan lebih dari itu menjadikan lantai terlalu curam dan membahayakan. Gambar 3.12 Penaikan sumber bunyi dan pemiringan lantai area penonton pangung
Area tempat duduk penonton
30°
Sumber http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=tinjauan%20akustik%20pada%20gedung %20pertunjukkan&source=web&cd=2&ved=0CDIQFjAB&url=http%3A%2F%2Fst aff.uny.ac.id%2Fsystem%2Ffiles%2Fdwi-retno-sri-ambarwati-ssn-msn%2Fimajiakustik1.doc&ei=WHr6UaGyJ8aIrQeO24HQAQ&usg=AFQjCNHNlGgUqhSOREI 8EpFbtsBULQ_N1A&bvm=bv.50165853,d.bmk&cad=rja Gambar di atas menjelaskan pemiringan lantai dan peninggian sumber bunyi. Bila sumber bunyi ditinggikan dan area tempat penonton dimiringkan 30° maka pendengar akan kekerasan suara .
menerima lebih banyak bunyi langsung yang menguntungkan
98
d. Sumber bunyi harus dikelilingi lapisan pemantul suara Untuk mencegah berkurangnya energi suara, sumber bunyi harus dikelilingi oleh permukaan-permukaan pemantul bunyi seperti gypsum board, plywood, flexyglass dan sebagainya dalam jumlah yang cukup banyak dan besar untuk memberikan energi bunyi pantul tambahan pada tiap bagian daerah penonton, terutama pada tempat-tempat duduk yang jauh .Langit-langit dan dinding samping auditorium merupakan
permukaan yang tepat untuk memantulkan bunyi.
Sehubungan dengan upaya penguatan bunyi tersebut Mills (1976:28) berpendapat sebagai berikut. One way of reinforcing sound from the stage is to provide reflectors above the front part of the auditorium to direct the sound to the back seats, where the direct sound is weakest; in some cases, the auditorium ceiling itself might be an appropriate reflecting surface. Jadi salah satu cara untuk memperkuat bunyi dari panggung adalah dengan menyediakan pemantul di atas bagian depan auditorium untuk memantulkan bunyi secara langsung ke tempat duduk bagian belakang, dimana bunyi langsung (direct sound) terdengar paling lemah. Permukaan-permukaan pemantul bunyi (acoustical board, plywood, gypsum board dan lain-lain) yang memadai akan memberikan energi pantul tambahan pada tiap-tiap bagian daerah penonton, terutama pada bagian yang jauh.Ukuran permukaan pemantul harus cukup besar dibandingkan dengan dengan panjang gelombang bunyi yang akan dipantulkan. Sudut-sudut permukaan pemantul harus ditetapkan dengan hukum pemantulan bunyi dan langit-langit serta permukaan dinding perlu dimanfaatkan dengan baik agar diperoleh pemantulan-pemantulan bunyi singkat yang tertunda dalam jumlah yang terbanyak.
99
Gambar 3.13 Penempatan langit-langit pemantul
Sumber http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=tinjauan%20akustik%20pada%20gedung %20pertunjukkan&source=web&cd=2&ved=0CDIQFjAB&url=http%3A%2F%2Fst aff.uny.ac.id%2Fsystem%2Ffiles%2Fdwi-retno-sri-ambarwati-ssn-msn%2Fimajiakustik1.doc&ei=WHr6UaGyJ8aIrQeO24HQAQ&usg=AFQjCNHNlGgUqhSOREI 8EpFbtsBULQ_N1A&bvm=bv.50165853,d.bmk&cad=rja Gambar di atas menjelaskan bahwa ketepatan dalam meletakkan
langit-langit
pemantul dengan pemantulan bunyi yang makin banyak ke tempat duduk yang jauh, secara efektif menyumbang kekerasan yang cukup. Langit-langit dan bagian depan dinding-dinding samping auditorium merupakan permukaan yang cocok untuk digunakan sebagai pemantul bunyi. e. Kesesuaian luas lantai dengan volume ruang Terkait dengan kapasitas tempat duduk, The Association of British Theatre Technicians dalam Mills( 1976:32) mengklasifikasikan gedung pertunjukan dari yang berukuran kecil hingga sangat besar yakni: ukuran sangat besar berkapasitas 1500 atau lebih tempat duduk, ukuran besar 900-1500 tempat duduk, ukuran sedang 500 – 900 tempat duduk dan ukuran kecil kurang dari 500 tempat duduk. Doelle (1990:58) menyebutkan bahwa nilai volume per tempat duduk penonton yang direkomendasikan untuk gedung pertunjukan serbaguna minimal 5.1 m³ (m cubic), optimal 7.1 m³ dan maksimal 8.5 m³. Dari perbandingan tersebut dapat diperoleh standar ukuran volume yang dipersyaratkan untuk gedung ukuran tertentu sehingga kelebihan ataupun kekurangan kapasitas ruang dapat dihindari .
100
f. Menghindari pemantul bunyi paralel yang saling berhadapan Bentuk ceiling paralel secara horisontal seperti gambar di bawah ini tidak dianjurkan. Gambar 3.14 Bentuk ceiling paralel yang tidak dianjurkan pemantulan yang berguna
Arah bunyi Area tempat duduk penonton Sumber bunyi
panggung
30˚
Sumber http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=tinjauan%20akustik%20pada%20gedung %20pertunjukkan&source=web&cd=2&ved=0CDIQFjAB&url=http%3A%2F%2Fst aff.uny.ac.id%2Fsystem%2Ffiles%2Fdwi-retno-sri-ambarwati-ssn-msn%2Fimajiakustik1.doc&ei=WHr6UaGyJ8aIrQeO24HQAQ&usg=AFQjCNHNlGgUqhSOREI 8EpFbtsBULQ_N1A&bvm=bv.50165853,d.bmk&cad=rja Pada gambar di atas terjadi pemantulan kembali sebagian besar bunyi langsung (direct sound) ke sumber bunyi, dan sebagian lagi dipantulkan ke langit-langit dengan waktu tunda singkat yang terbatas baru kemudian disebarkan ke arah penonton sehingga bunyi langsung yang diterima penonton lebih sedikit sehingga kekerasan sangat berkurang. Disarankan bentuk permukaan pemantul bunyi yang miring dengan permukaan yang tidak beraturan, terutama daerah ceiling di atas sumber bunyi, agar sebagian besar bunyi langsung (direct sound) menyebar ke arah penonton dengan waktu tunda yang panjang sehingga bunyi langsung dapat diterima sebagian besar penonton hingga ke tempat duduk terjauh.
101
Gambar 3.15 Pemantulan yang dianjurkan Bentuk ceiling yang dianjurkan
Sumber http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=tinjauan%20akustik%20pada%20gedung %20pertunjukkan&source=web&cd=2&ved=0CDIQFjAB&url=http%3A%2F%2Fst aff.uny.ac.id%2Fsystem%2Ffiles%2Fdwi-retno-sri-ambarwati-ssn-msn%2Fimajiakustik1.doc&ei=WHr6UaGyJ8aIrQeO24HQAQ&usg=AFQjCNHNlGgUqhSOREI 8EpFbtsBULQ_N1A&bvm=bv.50165853,d.bmk&cad=rja g. Penempatan penonton di area yang menguntungkan Penonton harus berada di daerah yang menguntungkan, baik saat menonton maupun melihat pertunjukan, yakni berada pada area sumbu longitudinal. Gambar 3.16 Area sumbu longitudinal
stage 45 °
Area tempat duduk terbaik
Sumber bunyi
Sumber http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=tinjauan%20akustik%20pada%20gedung
102
%20pertunjukkan&source=web&cd=2&ved=0CDIQFjAB&url=http%3A%2F%2Fst aff.uny.ac.id%2Fsystem%2Ffiles%2Fdwi-retno-sri-ambarwati-ssn-msn%2Fimajiakustik1.doc&ei=WHr6UaGyJ8aIrQeO24HQAQ&usg=AFQjCNHNlGgUqhSOREI 8EpFbtsBULQ_N1A&bvm=bv.50165853,d.bmk&cad=rja Area sumbu longitudinal merupakan area untuk pendengaran dan penglihatan terbaik, sehingga harus diefektifkan untuk
tempat duduk. Harus
dihindari perletakan lorong sirkulasi di area ini . Selain ditinjau dari kualitas mendengar dan melihat dari segi penontonnya, juga harus dilihat dari segi kenyamanan pemainnya. Agar pemain masih bisa leluasa dalam melakukan aksi panggungnya, maka rentang sudut yang masih bisa ditolerir 135° dari sumber bunyi seperti yang dijelaskan oleh Mills (1976:37) : Greater encirclement has the obvious advantage of bringing more members of the audience within good acoustics and visual distance of the stage, but it also means that they will tend to be distracted in some instances by the audience on the other side of the acting area. Furthermore, it is not possible for an actor to convey focial expressions and gestures in two opposite directions at the same time, an angle 135° is generally considered to be the limit, and greater encirclement can therefore impose constraints on the type of performance undertaken. Lingkar area tempat duduk penonton yang lebih besar merupakan hal yang menguntungkan karena lebih banyak penonton yang mendapatkan jarak mendengar dan melihat yang baik secara akustik maupun visual, tapi dalam beberapa hal cenderung tidak menguntungkan bagi penonton yang berada di sisi panggung yang lain. Lagipula, tidak mungkin bagi pemain untuk menghadap ke arah penonton yang berada di dua arah yang berlawanan dalam waktu yang bersamaan.
103
Gambar 3.17 Limit Lingkar area penonton yang dapat dijangkau pemain
aktor 135°
Batas area akting (act of commands)
audience
Sumber http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=tinjauan%20akustik%20pada%20gedung %20pertunjukkan&source=web&cd=2&ved=0CDIQFjAB&url=http%3A%2F%2Fst aff.uny.ac.id%2Fsystem%2Ffiles%2Fdwi-retno-sri-ambarwati-ssn-msn%2Fimajiakustik1.doc&ei=WHr6UaGyJ8aIrQeO24HQAQ&usg=AFQjCNHNlGgUqhSOREI 8EpFbtsBULQ_N1A&bvm=bv.50165853,d.bmk&cad=rja Lingkar dengan sudut 135° merupakan batas maksimal, karena lebih dari itu akan menambah ketidakleluasaan penampilan pemain saat melakukan pertunjukan. 2. Pemilihan Bentuk Ruang yang Tepat Doelle (1995:95) menyebutkan bahwa bentuk ruang juga mempengaruhi kualitas bunyi. Ada beberapa bentuk ruang pertunjukan yang lazim digunakan , yaitu: bentuk empat persegi (rectangular shape), bentuk kipas (fan shape), bentuk tapal kuda (horse-shoe shape) dan bentuk hexagonal (hexagonal shape). Bentuk Ruang Empat Persegi (rectangular shape) merupakan bentuk tradisional yang paling umum digunakan ruang-ruang konser dari abad ke- 19 dan awal abad ke-20 seperti The Grosser Musikvereinsaal, Vienna, Andrew’s Hall Glasgow, The Concertgebouw Amsterdam, The Stadt Casino Basel dan Symphony Hall Boston, semuanya mempunyai bentuk lantai empat persegi. Keuntungan dari bentuk ruang ini dijelaskan Mills (1976:28) sebagai berikut: The virtues of this shape are a high degree of uniformity and in inherently good balance of early and late energy. The small width is responsible for a
104
substantial amount of early lateral sound, enhanced by additional contribution of multiple reflections between the side walls. Jadi bentuk ruang empat persegi panjang (rectangular shape) memiliki tingkat keseragaman suara yang tinggi sehingga terjadi keseimbangan antara suara awal dan suara akhir. Sisi lebar yang lebih kecil dapat merespon bunyi lateral /bunyi samping, diperkuat dengan pantulan yang berulang-ulang antar dinding samping menyebabkan bertambahnya kepenuhan nada, suatu segi akustik ruang yang sangat diinginkan pada ruang pertunjukan. Gambar 3.18 Bentuk lantai empat persegi (Rectangular shape)
stage
Sumber
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=tinjauan%20akustik%20pada%20gedung %20pertunjukkan&source=web&cd=2&ved=0CDIQFjAB&url=http%3A%2F%2Fst aff.uny.ac.id%2Fsystem%2Ffiles%2Fdwi-retno-sri-ambarwati-ssn-msn%2Fimajiakustik1.doc&ei=WHr6UaGyJ8aIrQeO24HQAQ&usg=AFQjCNHNlGgUqhSOREI 8EpFbtsBULQ_N1A&bvm=bv.50165853,d.bmk&cad=rja Kelemahan dari bentuk ini adalah pada bagian sisi panjangnya, karena menjadikan jarak antara penonton dengan panggung terlalu jauh.Solusi untuk permasalahan ini adalah dengan mempersempit area panggung dan memperlebar sisi depannya. Lantai bentuk Kipas (Fan Shape) membawa penonton dekat dengan sumber bunyi karena memungkinkan adanya konstruksi balkon. Keuntungan lain dari bentuk ini menurut Mills (1986: 29): The fan shape has the advantage of containing the maximum number of people in a given angle for a specified maximum source receiver distance.This characteristic is attractive for economic reason as well as enabling the hall to fulfil multi purpose requirements.
105
Jadi keuntungan ruang bentuk kipas, dapat menampung penonton dalam jumlah banyak, disamping itu juga menyediakan sudut pandang yang maksimum bagi penonton. Gambar 3.19 Denah Gedung Pertunjukan dengan bentuk kipas
Dinding belakang
stage
Sumber http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=tinjauan%20akustik%20pada%20gedung %20pertunjukkan&source=web&cd=2&ved=0CDIQFjAB&url=http%3A%2F%2Fst aff.uny.ac.id%2Fsystem%2Ffiles%2Fdwi-retno-sri-ambarwati-ssn-msn%2Fimajiakustik1.doc&ei=WHr6UaGyJ8aIrQeO24HQAQ&usg=AFQjCNHNlGgUqhSOREI 8EpFbtsBULQ_N1A&bvm=bv.50165853,d.bmk&cad=rja Akan tetapi disisi lain, banyak pula kekurangan dari bentuk ini memiliki kekurangan yang membuat reputasi akustiknya kurang baik, karena bentuk dinding samping yang melebar ke belakang menyebabkan pemantulan yang terlalu cepat ke dinding belakang yang dilengkungkan sehingga menciptakan gema dan pemusatan bunyi sehingga ruang ini cenderung memiliki akustik yang tidak seragam, dengan kondisi area duduk penonton bagian tengah yang kurang baik. Ruang Bentuk Tapal Kuda (Horse-shoe shape) merupakan bentuk yang memiliki keistimewaan karakteristik yakni adanya kotak-kotak yang berhubungan (rings of boxes) yang satu di atas yang lain.Walaupun tanpa lapisan permukaan penyerap bunyi pada interiornya,
kotak-kotak ini berperan secara efisien pada
penyerapan bunyi dan menyediakan waktu dengung yang pendek.Disamping itu bentuk dindingnya membuat jarak penonton dengan pemain menjadi lebih dekat. (Doelle:1990).
106
Gambar 3.20 Ruang berbentuk Tapal Kuda (Horse-shoe Shape)
Area penonton Audience
stage
Stage/panggung
Sumber http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=tinjauan%20akustik%20pada%20gedung %20pertunjukkan&source=web&cd=2&ved=0CDIQFjAB&url=http%3A%2F%2Fst aff.uny.ac.id%2Fsystem%2Ffiles%2Fdwi-retno-sri-ambarwati-ssn-msn%2Fimajiakustik1.doc&ei=WHr6UaGyJ8aIrQeO24HQAQ&usg=AFQjCNHNlGgUqhSOREI 8EpFbtsBULQ_N1A&bvm=bv.50165853,d.bmk&cad=rja Akan tetapi disisi lain terdapat kekurangan yaitu permukaan dinding bagian belakang yang cekung merupakan bentuk yang tidak dianjurkan karena akan terjadi penyerapan suara yang terlalu tinggi di bagian belakang. Gambar 3.21 Bentuk Lantai Hexagonal (Hexagonal Shape)
stage audience
Sumber http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=tinjauan%20akustik%20pada%20gedung %20pertunjukkan&source=web&cd=2&ved=0CDIQFjAB&url=http%3A%2F%2Fst aff.uny.ac.id%2Fsystem%2Ffiles%2Fdwi-retno-sri-ambarwati-ssn-msn%2Fimajiakustik1.doc&ei=WHr6UaGyJ8aIrQeO24HQAQ&usg=AFQjCNHNlGgUqhSOREI 8EpFbtsBULQ_N1A&bvm=bv.50165853,d.bmk&cad=rja
107
Bentuk Lantai Hexagonal (Hexagonal Shape) di bawah ini dapat membawa penonton sangat dekat dengan sumber bunyi, keakraban akustik dan ketegasan, karena permukaan-permukaan yang digunakan untuk menghasilkan pemantulanpemantulan dengan waktu tunda singkat dapat dipadukan dengan mudah ke dalam keseluruhan rancangan arsitektur 3. Distribusi Bunyi yang Merata Energi bunyi dari sumber bunyi harus terdistribusi secara merata ke setiap bagian ruang, baik yang dekat maupun yang jauh dari sumber bunyi. Untuk mencapai keadaan tersebut menurut Doelle (1990:60) perlu diusahakan pengolahan pada elemen pembentuk ruangnya, yakni unsur langit-langit, lantai dan dinding, dengan cara membuat permukaan yang tidak teratur, penonjolan elemen bangunan, langit-langit yang ditutup, kotak-kotak yang menonjol, dekorasi pada permukaan dinding yang dipahat, bukaan jendela yang dalam dan sebagainya. Pengolahan bentuk permukaan elemen pembentuk ruang terutama dibagian dinding dan langit-langit dengan susunan yang tidak teratur dan dalam jumlah dan ukuran yang cukup akan banyak memperbaiki kondisi dengar, terutama pada ruang dengan waktu dengung yang cukup panjang. 4. Ruang harus bebas dari cacat-cacat akustik Cacat akustik merupakan kekurangan-kekurangan yang terdapat pada pengolahan elemen pembentuk ruang gedung pertunjukan yang menimbulkan permasalahan akustik. Adapun cacat akustik yang biasa terjadi pada sebuah gedung pertunjukan yang tidak di desain dengan baik menurut Doelle (1990:64) ada delapan jenis, yakni: gema/echoes,
pemantulan yang berkepanjangan (long - delayed
reflections), gaung, pemusatan bunyi, ruang gandeng (coupled spaces), distorsi, bayangan bunyi, dan serambi bisikan (whispering gallery). Gema (echoes) merupakan cacat akustik yang paling berat, terjadi bila bunyi yang dipantulkan oleh suatu permukaan tertunda cukup lama untuk dapat diterima dan menjadi bunyi yang berbeda dari bunyi yang merambat langsung dari sumber suara ke pendengar. Terkait dengan hal ini Mills (1990:28) berpendapat: Reflections off large plane surfaces risk being heard as echoes, that is
discrete delayed
repetitions of the direct sound. Jadi pemantulan suara yang mengenai permukaan
108
datar yang lebar beresiko terdengar sebagai gema, yang ditandai dengan adanya penundaan yang berulang-ulang dari bunyi langsung. Pemantulan yang Berkepanjangan (Long - Delayed Reflections) adalah cacat akustik yang sejenis dengan gema, tetapi penundaan waktu antara penerimaan bunyi langsung dan bunyi pantul agak lebih singkat, sedangkan gaung merupakan cacat akustik yang terdiri atas gema-gema kecil yang berturutan dengan cepat. Peristiwa ini dapat diamati bila terjadi ledakan singkat seperti tepukan tangan atau tembakan yang dilakukan di antara dua permukaan dinding atau pemantul bunyi yang sejajar dan rata.Waktu dengung (reverberation time) berperan penting dalam menciptakan kualitas musik dan kemampuan untuk memahami suara percakapan dalam ruang. Ketika permukaan ruang memiliki daya pantul yang tinggi, bunyi akan terus memantul atau menggema secara berlebihan sehingga mengakibatkan bunyi tidak dapat didengar dan dimengerti dengan jelas . Pemusatan Bunyi atau disebut juga dengan hot spots atau titik panas, merupakan cacat akustik yang disebabkan oleh pemantulan bunyi pada permukaanpermukaan cekung.Intensitas bunyi di titik panas sangat tinggi dan merugikan daerah dengar karena menyebabkan distribusi energi bunyi tidak dapat merata . Ruang Gandeng (Coupled Spaces) merupakan cacat akustik yang terjadi bila suatu ruang pertunjukan berhubungan langsung dengan ruang lain seperti ruang depan dan ruang tangga, maka kedua ruang tersebut membentuk ruang gandeng. Selama rongga udara ruang yang bergandengan tersebut terbuka maka masuknya bunyi dengung dari ruang lain tersebut akan terasa meski dengung di dalam ruang pertunjukan telah diatasi dengan baik.Gejala ini akan mengganggu penonton yang duduk dekat pintu keluar masuk yang terbuka. Distorsi merupakan cacat akustik yang disebabkan oleh perubahan kualitas bunyi yang tidak dikehendaki. Hal ini terjadi akibat ketidakseimbangan atau penyerapan bunyi yang terlalu besar oleh permukaan-permukaan dinding. Bayangan Bunyi merupakan cacat akustik yang terjadi apabila bunyi terhalang untuk sampai ke penonton . Gejala ini dapat diamati pada tempat duduk di bawah balkon yang menonjol terlalu jauh dengan kedalaman lebih dari dua kali tingginya.
109
Serambi Bisikan (Whispering Gallery) merupakan cacat akustik yang disebabkan oleh adanya frekuensi bunyi tinggi yang mempunyai kecenderungan untuk merangkak sepanjang permukaan-permukaan cekung yang besar (kubah setengah bola). Suatu bunyi yang sangat lembut seperti bisikan yang diucapkan di bawah kubah tersebut akan terdengar pada sisi yang lain. Meskipun gejala ini kadang menyenangkan dan tidak merusak, akan tetapi tetap saja merupakan suatu keadaan yang tidak diinginkan bagi akustik yang baik. 5. Penggunaan Bahan Penyerap Bunyi Pemilihan
bahan penyerap bunyi yang tepat untuk melapisi elemen
pembentuk ruang gedung pertunjukan sangat dipersyaratkan untuk menghasilkan kualitas suara yang memuaskan. Doelle (1990:33) menjelaskan mengenai bahanbahan penyerap bunyi yang digunakan dalam perancangan akustik yang dipakai sebagai pengendali bunyi dalam ruang-ruang bising dan dapat dipasang pada dinding ruang atau di gantung sebagai penyerap ruang yakni yang berjenis bahan berpori dan panel penyerap (panel absorber) serta karpet. a. Bahan Berpori Bahan berpori merupakan suatu jaringan selular dengan pori-pori yang saling berhubungan. Bahan akustik yang termasuk kategori ini adalah papan serat (fiber board), plesteran lembut (soft plasters), mineral wools dan selimut isolasi. Karakteristik dasar dari semua bahan berpori seperti ini adalah mengubah energi bunyi yang datang menjadi energi panas dalam pori-pori dan diserap, sementara sisanya yang telah berkurang energinya dipantulkan oleh permukaan bahan.Bahan akustik berpori dapat dibagi menjadi 2 kategori, yakni: unit akustik siap pakai, dan bahan yang disemprotkan.
110
Gambar 3.22 Unit akustik siap pakai yang berlubang dan bercelah
Sumber http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=tinjauan%20akustik%20pada%20gedung %20pertunjukkan&source=web&cd=2&ved=0CDIQFjAB&url=http%3A%2F%2Fst aff.uny.ac.id%2Fsystem%2Ffiles%2Fdwi-retno-sri-ambarwati-ssn-msn%2Fimajiakustik1.doc&ei=WHr6UaGyJ8aIrQeO24HQAQ&usg=AFQjCNHNlGgUqhSOREI 8EpFbtsBULQ_N1A&bvm=bv.50165853,d.bmk&cad=rja Unit akustik siap pakai meliputi bermacam-macam jenis ubin selulosa dan serat mineral yang berlubang, bercelah, bertekstur, panel penyisip dan lembaran logam berlubang dengan bantalan penyerap.Jenis-jenis ini dapat dipasang dengan berbagai cara, sesuai dengan petunjuk pabrik seperti disemen pada permukaan yang padat, dipaku, dibor pada kerangka kayu atau dipasang pada sistem langit-langit gantung. Unit akustik siap pakai khusus seperti acoustical board untuk pelapis dinding dan Geocoustic board dipasang pada langit-langit dalam susunan dengan jarak tertentu dalam potongan-potongan kecil. Penggunaan bahan akustik siap pakai ini juga menguntungkan ditinjau dari daya serap bunyinya yang dijamin oleh pabrik, pemasangan dan perawatannya mudah, dapat dihias tanpa mempengaruhi jumlah penyerapan, penggunaannya dalam sistem langit-kangit dapat disatukan secara fungsional dan visual dengan instalasi penerangan, pemanasan dan pengkondisian udara. Apabila dipasang dengan tepat maka penyerapannya dapat bertambah. Bahan yang disemprotkan digunakan terutama untuk tujuan reduksi/pengurangan bising . Bahan ini berbentuk semiplastik, diterapkan dengan cara disemprotkan melalui pistol penyemprot /sprayer gun. Kelebihan dari bahan akustik jenis ini adalah fleksibilitasnya karena berbentuk cairan yang disemprotkan ke permukaan sehingga dapat diterapkan pada bentuk penampang apapun. Biasanya diterapkan pada ruang dalam auditorium dimana upaya
111
pengolahan akustik lain tidak dapat dilakukan karena bentuk permukaan yang melengkung atau tidak teratur.Efisiensi akustiknya biasanya cukup baik apabila dikerjakan dengan cermat, tepat dalam penentuan komposisi plesteran, jumlah perekat, serta keadaan lapisan dasar yang digunakan. b. Penyerap Panel Penyerap panel merupakan bahan kedap yang dipasang pada lapisan penunjang yang padat (solid baking) tetapi terpisah oleh suatu rongga. Bahan ini berfungsi sebagai penyerap panel dan akan bergetar bila tertumbuk oleh gelombang bunyi. Getaran lentur dari panel akan menyerap sejumlah energi bunyi yang datang dan mengubahnya menjadi energi panas. Gambar 3.23 Panel Penyerap (Panel Absorber) siap pakai yang bertekstur
Sumber http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=tinjauan%20akustik%20pada%20gedung %20pertunjukkan&source=web&cd=2&ved=0CDIQFjAB&url=http%3A%2F%2Fst aff.uny.ac.id%2Fsystem%2Ffiles%2Fdwi-retno-sri-ambarwati-ssn-msn%2Fimajiakustik1.doc&ei=WHr6UaGyJ8aIrQeO24HQAQ&usg=AFQjCNHNlGgUqhSOREI 8EpFbtsBULQ_N1A&bvm=bv.50165853,d.bmk&cad=rja Cara pemasangan sesuai dengan di semen pada permukaan yang padat, dipaku, dibor pada kerangka kayu atau dipasang pada sistem langit-langit gantung.
112
Gambar 3.24 Penerapan Panel Penyerap pada ceiling dan dinding
Sumber http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=tinjauan%20akustik%20pada%20gedung %20pertunjukkan&source=web&cd=2&ved=0CDIQFjAB&url=http%3A%2F%2Fst aff.uny.ac.id%2Fsystem%2Ffiles%2Fdwi-retno-sri-ambarwati-ssn-msn%2Fimajiakustik1.doc&ei=WHr6UaGyJ8aIrQeO24HQAQ&usg=AFQjCNHNlGgUqhSOREI 8EpFbtsBULQ_N1A&bvm=bv.50165853,d.bmk&cad=rja Kelebihan dari bahan ini adalah kemudahannya untuk disusun sesuai desain yang diinginkan karena tersedia dalam ukuran-ukuran yang bervariasi, mudah dalam pemasangannya serta ekonomis dan merupakan penyerap bunyi yang efisien karena menyebabkan karakteristik dengung yang merata pada seluruh jangkauan frekuensi (tinggi maupun rendah karena berfungsi untuk mengimbangi penyerapan suara yang agak berlebihan oleh bahan penyerap berpori dan isi ruang.Jenis bahan yang termasuk penyerap panel antara lain: panel kayu, hardboard, gypsum board dan panel kayu yang digantung di langit-langit. c. Karpet Karpet selain digunakan sebagai penutup lantai, juga digunakan sebagai bahan akustik karena kemampuannya mereduksi dan bahkan meniadakan bising benturan dari atas atau dari permukaan seperti suara seretan kaki, bunyi langkah kaki, pemindahan perabot rumah dan sebagainya. Makin tebal dan berat karpet maka makin besar pula daya serap dan kemampuannya dalam mereduksi bising.
113
Gambar 3.25 Bahan akustik dari Karpet
Sumber http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=tinjauan%20akustik%20pada%20gedung %20pertunjukkan&source=web&cd=2&ved=0CDIQFjAB&url=http%3A%2F%2Fst aff.uny.ac.id%2Fsystem%2Ffiles%2Fdwi-retno-sri-ambarwati-ssn-msn%2Fimajiakustik1.doc&ei=WHr6UaGyJ8aIrQeO24HQAQ&usg=AFQjCNHNlGgUqhSOREI 8EpFbtsBULQ_N1A&bvm=bv.50165853,d.bmk&cad=rja Karpet juga dapat diterapkan sebagai bahan pelapis dinding, untuk memberikan peredaman suara yang lebih optimal.
3.4.7 Tinjauan Sistem Keamanan dan Signage Dengan signage keselamatan yang jelas dan mengikuti standard sangatlah penting. Tanpa adanya Safety Signage yang baik bisa saja terjadi hal-hal yang tidak diinginkan bagi pengguna bangunan dan pengunjung. Safety Signage seperti keamanan, kebakaran, bahaya dan tanda-tanda peringatan sangat penting bagi keselamatan pengguna bangunan dan pengunjung. Mereka harus ditempatkan pada titik-titik strategis dan termasuk larangan, peringatan, tindakan kebakaran, sampai pintu keluar darurat.