BAB 3 METODE PERANCANGAN
3.1 Studi Fisik Bangunan dan Lingkungan Pengerjaan studi fisik bangunan dan lingkungan bertujuan untuk menganalisa apa saja yang ada di dalam sebuah daerah dari lingkungan seperti cahaya, arah bangunan, dan angin. Berdasarkan analisa ini pengerjaan proyek juga akan lebih mudah karena sudah diketahui apa saja kekurangan dan kelebihan daerahnya.
3.1.1 Analisa Makro Gedung Panti Werdha Salam Sejahtera Bogor merupakan gedung yang akan dijadikan lokasi Panti Werdha Wisma Mulia. Berada di JL Raya Pajajaran, No. 38 D, Bogor, 16153.
Gambar 3.1.1 Peta Bogor, Jawa Barat (Sumber: petatematikindo.wordpress.com)
3.1.1.1 Data Geografis Bogor adalah sebuah kota di Provinsi jawa barat, Indonesia. Lokasinya berada di sebelah selatan ibu kota jakarta. terletak di antara
106°43’30”BT - 106°51’00”BT dan
30’30”LS
–
6°41’00”LS serta mempunyai ketinggian kurang lebih 190 m, maksimal 350 m dengan jarak dari ibu kota Jakarta kurang lebih 60 km. Udaranya relatif sejuk dengan suhu udara rata-rata adalah 26 °C dan kelembaban udaranya kurang lebih 70%. Suhu rata-rata terendah di Bogor adalah 21,8 °C 79
80 Kedudukan geografi kabupaten bogor berada di sebelah selatan kota jakarta, 54 KM dari kota Jakarta. Membuat bogor menjadi
kota
yang
strategis
dalam
perkembangan
dan
pertumbuhan kegiatan ekonomi. Badan topografi indonesia menyatakan bogor relatif aman dari bahaya banjir alami karena permukaan air sungainya jauh di bawah permukaan dataran antara lain Ci(Sungai) Liwung, Ci Sadane, Ci Pakancilan, Ci Depit, Ci Parigi, dan Ci Balok.
3.1.1.2 Data Demografi Data demografi kabupaten bogor menunjukan populasi warganya kini 949.066 jiwa pada sensus tahun 2010, yaitu peringkat ke 16 di Indonesia. Suku bangsa yang tinggal di Bogor sangat beragam tapi kebanyakan berasal dari suku Sunda.
3.1.1.3 Logo dan Visi Misi a. Logo
Gambar 3.1.1.2 Logo Kabupaten Bogor (Sumber: www.bogorkab.go.id, 2014)
•
Warna - Hitam dan Putih, keduanya melambangkan perjuangan. - Kuning, melambangkan kejayaan dan kebesaran. - Hijau, mengandung makna kesuburan kota bogor. - Biru, mengandung kesan keindahan alam.
•
Bagian inti
81 - Kujang, senjata tradisional masyarakat sunda, yang melambangkan keberanian dan keagungan, Agar masyarakat bogor memiki sifat gentar dalam menegakan kebenaran. - Pakujajar,
lambang
mempertahankan
tradisi
keteguhan kerajaan
dengan pajaran
dan
melestarikannya. - Harupat, berarti segar dan gagah. Sebagai peran gagang kujang lambang keterikatan kabupaten Bogor dengan sejrah dan asal-usul Bogor. - Telur,
yang
didalamnya
terdapat
kujang.
Melambangkan awal atau inti kehidupan yang ditandai oleh kesucian. - Aliran Sungai, merupakan sungai Ciliwung dan sungai Cisadane dengan maksud pembangunan pertanian yang bagus di Bogor. •
Rangkaian Kata - Prayoga Tohaga Sayaga. Prayoga berarti Utama, Tohoga berarti kokoh dan Sayaga berarto siap siaga. Arti dari kalimat ini adalah makna pendirian dan perjuangan masyarakat Bogor yang kuat pendiran dan selalu siap siaga dalam mencapai cita-cita. Dan mampu siap siaga berdiri sebagai pembela bangsa dan negara - Kuta Udaya Wangsa. Kuta yang berarti kota, Udaya yang berarto fajar, dan Wangsa yang berarti suku bangsa. - Tegar Beriman. Akronim dari tertib, segar, bersih, indah, mandiri, aman dan nyaman.
(Lambang daerah. (2013). Lambang Kabupaten Bogor. Diakses 14 Maret 2014 dari www.bogorkab.go.id). b. Visi dan Misi Kabupaten Bogor
82 Visi : “Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bogor yang Bertaqwa, Berdaya dan Berbudaya Menuju Sejahtera.”
Misi : 1. Meningkatkan Kesolehan Sosial Masyarakat dalam Kehidupan Kemasyarakatan. 2. Meningkatkan Perekonomian Daerah yang Berdaya Saing dengan Titik berat pada Revitalisasi Pertanian dan Pembangunan yang Berbasis Perdesaan. 3. Meningkatkan infrastruktur dan Aksesibilitas Daerah yang
Berkualitas
dan
Terintegrasi
secara
Berkelanjutan. 4. Meningkatkan
Pemerataan
dan
Kualitas
Penyelenggaraan Pendidikan. 5. Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Berkualitas. 6. Meningkatkan Tata Kelola Pemerintahan yang baik dan kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. 7. Meningkatkan Kerjasama Pembangunan Daerah
c. Visi dan Misi Bogor, Tentang Kesejahteraan Lansia Visi : “Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia yang Kondusif”
Misi: 1. Meningkatkan mutu pelayanan sosial lanjut usia 2. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia 3. Meningkatkan sistem bantuan
perlindungan bagi
lanjut usia 4. Meningkatkan partisipasi aktif dan kesetiakawanan sosial masyarakat 5. Menciptakan situasi yang kondusif
3.1.2 Analisa Mikro
83 Pengerjaan analisa mikro ini bertujuan untuk mengetahui serta menganalisa bangunan dan lingkungan yang akan dikerjakan sebagai tempat panti werdha wisma mulia.
3.1.2.1 Analisa Bangunan Gedung Panti Werdha Salam Sejahtera, merupakan gedung yang akan dipakai untuk pengerjaan Panti Werdha Wisma Mulia Kelas Eksklusif. Gedung ini berdiri diatas lahan seluar hampir 4000 m² dengan luas bangunan 2200 m². Terdiri dari dua lantai dengan kapasitas 60 ruang tidur. 12 ruang kelas satu (VVIP) , 23 ruang kelas dua (VIP), dan 35 ruang kelas tiga (Standart).
Gambar 3.1.2 Bangunan Panti Werdha, Bogor. (Sumber: Tiana Pertiwi, 2014)
Bangunan panti ini terdiri dari 4 bagian bangunan. Bagian entrance, dapat digunakan untuk ruangan lobby dan pintu masuk ke arah ruangan panti lantai dasar.
Bagian lain digunakan untuk
ruangan kegiatan rutin para senior seperti makan, ruang kesehatan dan ruang hiburan.
Gambar 3.1.3 Gambar Tampak Depan Panti Werdha, Bogor. (Sumber: Tiana Pertiwi, 2014) Bangunan ini juga terdiri dari dua lantai, lantai pertama digunakan untuk ruang loby, kantor, ruang makan, ruang hiburan,
84 ruang aktifitas dan 6 ruang kamar VVIP. Dan untuk lantai dua keseluruhan digunakan untuk ruang-ruang kamar tidur standart, VIP dan VVIP.
Gambar 3.1.4 Arah Matahari Panti (Sumber: Tiana Pertiwi & Google Maps, 2014)
Arah bangunan panti werdha yang mengarah ke tenggara membuat seluruh bagian panti tidak akan merasakan cahaya yang terlalu terik saat siang hari. Dan hawa yang didapatpun tidak terlalu panas. Dan sirkulasi untuk bagian interior bangunan didapat dari sekitar pintu masuk panti, lift dan tangga.
Gambar 3.1.4 Sirkulasi Interior (Sumber: Tiana Pertiwi, 2014) 3.1.2.2 Analisa Lingkungan
85
Gambar 3.1.5 Site plan (Sumber: Tiana Pertiwi & Google Maps, 2014)
Letak gedung panti werdha ini tergolong sangat strategis. Akses untuk sampai ke gedung ini bisa di lalui lewat Tol Lingkar luar bogor, hanya 100 meter dari pintu keluar tol. Lingkungan gedung ini juga termasuk tenang dan sejuk, jauh dari jalan besar tetapi tetap mudah diakses. Ceklist kebutuhan penting di lingkungan panti werdha
86
Kebutuhan nilai Luas lahan +++ Lahan Hijau +++ Kebisingan +++ Pencahayaan ++ Kemanan ++ Gempa +++ Banjir +++ Keindahan lingkungan +++ Transportasi (akses) +++ Kualitas udara +++ Akses +++ Tingkat Penduduk ++ Kontur tanah ++ Rumah sakit ++ Rumah Ibadah +++ Shopping Arcade ++ Tabel 3.1.1 Penilaian Kebutuhan
+++ Sangat baik ++
Cukup baik
+
Baik
-
Kurang baik
--
Buruk
---
Sangat buruk
(Sumber: Tiana Pertiwi, 2014)
Bangunan gedung panti werdha ini mengarah ke arah tenggara. Dan bangunan ini dikelilingi oleh lahan hijau. Pencahayaan pada siang hari tidak akan terlalu panas karena bangunan tidak langsung menghadap ke arah matahari terbit. Bangunan ini juga mendapat kualitas udara sangat baik karena letaknya yang dekat dengan lahan hijau dan banyaknya pepohonan di sekitas panti. Panti juga dekat dengan Rumah Sakit PMI Bogor jika suatu waktu membutuhkan pertolongan dari rumah sakit untuk para lansia di panti werdha.
Lingkungan bangunan: •
Batas Utara
: Lahan Hijau
•
Batas Barat
: Lahan Hijau
•
Batas Selatan : Yayasan Kasih Mulia
•
Batas Timur
•
Batas Tenggara : Gedung Yayasan
3.2 Studi Aktifitas Manusia
: Aliran Sungai Ciparigi dan Perumahan
87 Pengerjaan studi aktifitas manusia bertujuan untuk menggetahui apa saja aktifitas di dalam panti yang juga akan berpengaruh pada fasilitas apa saja yang dibutuhkan berdasarkan analisa aktifitasnya
3.2.1 Data Pemakai A. Warga panti/Lansia Para warga lansia diberi daftar kegiatan rutin yang bisa di ikuti oleh mereka. Kegiatan rutin ini antara cek intensitas darah setiap pagi dan sebelum tidur, sarapan pagi, makan siang, makan malam dan kegiatan tambahan seperti belajar bahasa asing, menonton film, seminar dan olahraga pagi. -
Jenis Kelamin
: Laki-Laki & Perempuan
-
Usia
: 60 tahun ke atas
-
Kebutuhan khusus: Lansia yang menggunakan kursi roda Lansia yang menggunakan tongkat berjalan. Lansia yang didampingi oleh pengasuh
B. Perawat 1. Perawat Pengasuh Dalam hal ini yaitu pengasuh yang bertanggung jawab dalam mengawasi para lansia yang membutuhkan perawatan khusus. Kegiatan mereka mengikuti kegiatan para lansia. -
Jenis Kelamin
: Laki-Laki & Perempuan
-
Usia
: 24 tahun ke atas
-
Tugas
: Menjaga lansia yang membutuhkan perawatan khusus dan harus ditemani atau di jaga 24
jam.
2. Perawat Penjaga Perawat penjaga dalam hal ini bekerja sebagai penjaga pos perawat dan menjaga ruang obat. Selain itu para perawat penjaga juga bekerja sebagai pengawas para lansia yang sakit. -
Jenis Kelamin
: Laki-Laki & Perempuan
-
Usia
: 24 tahun ke atas
C. Pengurus
88
Diagram 3.1.1 Struktur Organisasi Pengurus (Sumber: Tiana Pertiwi, 2014)
1. Ketua Pengurus Panti Tugas ketua di dalam panti werdha bertugas memberikan pengawasan fungsional dan administrasi di dalam panti werdha. Selain itu dalam kegiatan rutin di dalam panti ketua pengurus juga mengadakan rapat, dan mengawasi kegiatan secara kualitas panti secara rutin. -
Jenis Kelamin
: Laki-Laki & Perempuan
-
Usia
: 24 tahun ke atas
-
Kebutuhan
: Ruang rapat Ruang Kantor
2. Wakil Pengurus Panti Tugas wakil ketua seperti pada umumnya diharapkan mampu hadir dalam acara tertentu jika ketua berhalangan, selain itu pekerjaan wakil ketua juga membantu mengawasi kegiatan-kegiatan para lansia baik secara fisik dan non-fisik serta keamanan penghuni panti. Dan kegiatan lain yang biasa di ikuti wakil pengurus yaitu menghadiri rapat. -
Jenis Kelamin
: Laki-Laki & Perempuan
-
Usia
: 24 tahun ke atas
-
Kebutuhan
: Ruang Kantor
3. Ketua Pembina
89 Ketua Pembina bekerja sebagai pembina para staf bawahannya. Kegiatan rutin ketua pembina antara lain rapat dan mengevaluasi kualitas pekerjaan para pengurus dan pekerja di panti. -
Jenis Kelamin : Laki-Laki & Perempuan
-
Usia
: 24 tahun ke atas
-
Kebutuhan
: Ruang Kantor
4. Ketua Pengurus Ketua pengurus bekerja sebagai koordinator juga di dalam panti, mengurus pekerjaan keamanan, kebersihan dan juru masak. Dalam hal ini ketua pengurus bertanggung jawab akan hal itu semua karena sangat berpengaruh pada kualitas pantinya. -
Jenis Kelamin
: Laki-Laki & Perempuan
-
Usia
: 24 tahun ke atas
-
Kebutuhan
: Ruang Kantor
5. Staf Administrasi Tugas staf administrasi ini adalah mengurus keuangan seperti layaknya bendahara dan mengurus iuran para penghuni panti secara rutin. -
Jenis Kelamin
: Laki-Laki & Perempuan
-
Usia
: 24 tahun ke atas
-
Kebutuhan
: Ruang Administrasi
D. Service 1.
Keamanan Tugas keamanan di dalam panti bertugas sebagai penjaga keamanan jika suatu waktu para lansia ada yang kabur, atau ada lansia yang membutuhkan saat keadaan gawat dan harus di bawa ke rumah sakit. - Jenis Kelamin : Laki-Laki & Perempuan
2.
- Usia
: 24 tahun ke atas
- Kebutuhan
: Pos Keamanan
Kebersihan
90 Tugas petugas kebersihan dengan bertanggung jawab akan kebersihan di seluruh penjuru bangunan dan lingkungan panti. Para petugas kebersihan ini bekerja hampir 15 jam. - Jenis Kelamin : Laki-Laki & Perempuan - Usia
: 24 tahun ke atas
- Kebutuhan
: Ruang Kebersihan Ruang Istirahat
3.
Juru Masak Tugas juru masak adalah dengan bertanggung jawab akan kebutuhan makanan untuk para lansia untuk sarapan, makan siang dan makan malam. Dalam hal ini para juru masak juga bertanggung jawab akan kebersihan makanan yang disediakan dan mengetahui apa saja yang dibutuhkan para lansia beserta pantangannya.
-
Jenis Kelamin
: Laki-Laki & Perempuan
-
Usia
: 24 tahun ke atas
-
Kebutuhan
: Dapur
E. Tamu Dalam hal ini tamu di bagi menjadi dua jenis yaitu tamu dari keluarga para lansia yang bertujuan untuk menjenguk para lansia dan tamu untuk para pengurus seperti kebutuhan kerja sama dan seminar.
1. Tamu Keluarga Lansia Tamu dari keluarga para lansia datang dengan jadwal dari pukul 09.00 sampai 17.00. Mereka yang datang biasanya melakukan kegiatan seperti ngopi bersama keluarga dan makan siang bersama para lansia. -
Jenis Kelamin
: Laki-Laki & Perempuan
-
Usia
: 24 tahun ke atas
-
Kebutuhan
: Lounge Restaurant
2. Tamu Pengurus
91 Tamu pengurus biasanya datang untuk kebutuhan kerja sama seperti dari yayasan atau dari yayasan sosial lainnya yang mengadakan acara seperti seminar dan kegiatan sosial lainnya. -
Jenis Kelamin
: Laki-Laki & Perempuan
-
Usia
: 24 tahun ke atas
-
Kebutuhan
: Ruang Seminar
3.2.2 Pola Aktifitas a. Lansia Aktifitas lansia dimulai pada bangun tidur. Pada umumnya lansia memulai aktifitas rutinnya pada pukul 08.00 tetapi untuk aktifitas bangun tidur dirasa akan lebih baik jika dibebaskan untuk bangun tidur pukul berapa saja. Aktifitas rutin seperti cek tekanan darah pada umumnya dimulai pada pukul 08.00 pagi. Aktifitas ini akan ditemani oleh para perawat pengasuh dan perawat pendamping dokter. Pola aktifitas lansia weekdays :
Diagram 3.1.1 Pola Aktifitas Lansia Weekdays (Sumber: Tiana Pertiwi, 2014) Pola aktifitas lansia weekends :
92
Diagram 3.1.2 Pola Aktifitas Lansia Weekends (Sumber: Tiana Pertiwi, 2014)
b. Perawat Pada dasarnya terdapat dua jenis perawat di dalam panti werdha antara lain perawat pengasuh untuk para lansia yang butuh pendamping. Dan perawat pendamping dokter. Pola Aktifitas Perawat/Pengasuh
Diagram 3.1.3 Pola Aktifitas Perawat/Pengasuh (Sumber: Tiana Pertiwi, 2014) Pola Aktifitas Perawat Kesehatan
93
Diagram 3.1.4 Pola Aktifitas Perawat Kesehatan (Sumber: Tiana Pertiwi, 2014)
c. Pengurus Pengurus dalam hal ini merupakan para staf karyawan tidak tetap yang datang untuk absensi masuk dimulai pukul 08.00 dan absensi pulang pukul 17.00. Pengurus ini terbagi menjadi dua. Ketua pengurus yang merupakan anggota yayasan KOWANI dan pengurus administrasi yang merupakan karyawan umum. Pola Aktifitas Pengurus Yayasan
Diagram 3.1.5 Pola Aktifitas Pengurus Yayasan (Sumber: Tiana Pertiwi, 2014) d. Tamu
94 Pola Aktifitas Tamu
Diagram 3.1.6 Pola Aktifitas Tamu (Sumber: Tiana Pertiwi, 2014)
e. Service Pola Aktifitas Staf Service:
Diagram 3.1.7 Pola Aktifitas Tamu (Sumber: Tiana Pertiwi, 2014)
95 3.3 Studi Fasilitas Ruang 3.3.1 Program Fasilitas Aktifitas Program Aktifitas Fasilitas:
1
2
3
4
5
AKTIFITAS
FASILITAS
∑
P
L
T
- Bertanya - Menunggu - Menempatkan Komputer - Menempatkan Brosur - Bertamu - Duduk - Menunggu
- Meja Receptionist - Rak Receptionist
2
120
70
90
2
120
40
90
Sofa 3 Seat Sofa 1 Seat Coffee Table Side Table Sofa 1 Seat Coffee Table Counter
1 2 1 2 4 1 1
270 80 40 50 80 50 120
80 80 100 50 80 50 70
50 50 50 50 50 50 90
- Kursi Makan - Meja Makan - Meja Buffet
4 1 2
60 80 140
60 80 140
50 90 90
- Meja Counter - Rak Berkas - Kursi
1
120
60
90
1 2
120 60
40 60
90 50
-
Sofa 1 Seat Coffee table Rak dinding Rak Double
4 1 1 1
80 50 120 120
80 50 60 80
50 50 220 220
-
Sofa 3 Seat Sofa 1 Seat Coffee Table Credenza
1 2 1 1
230 80 100 120
80 80 50 40
50 50 50 90
- Kursi - Kursi Kerja - Meja
5 1 1
60 60 120
60 60 60
50 50 120
- Meja Billiard - Sofa 1 Seat - Coffee Table - Kursi - Meja - Rak
1
284
142
90
2 1 4 1 1
80 80 60 120 120
80 80 60 80 60
50 50 50 90 220
- Rak Lemari - Kursi - Meja
1 2 1
120 60 120
60 60 60
220 50 90
-
6
-
7
8
-
9
-
10
11
Duduk Menunggu Minum Kopi Mengobrol Makan Duduk Mengambil Makan Mengecek kehadiran Lansia Menaruh Berkas Duduk Membaca Buku Mencari Buku Meletakan Buku Duduk Menonton TV Mengobrol Membaca Buku Duduk Belajar Bahasa Asing Mengadakan Seminar Bermain Billiard Bermain catur
- Duduk - Membuat Kerajinan - Menyulam - Mengobrol - Menyimpan Obat-Obatan - Duduk
-
m²
ARE A
ZON A
6.96
Recepti onist
Public
19.84
Ruang Tunggu
Pubic
105.56
Lounge
SemiPublic
88.96
Ruang Makan
SemiPrivate
6.96
Pos Perawa t
SemiPrivate
48.36
Perpust akaan
SemiPrivate
72.72
Ruang Hibura n
SemiPrivate
77.58
Ruang Aktifita s
SemiPrivate
59.42
Ruang Games
SemiPrivate
27.8
Ruang Kerajin an
SemiPrivate
31.75
Ruang Obat
SemiPrivate
96 12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
- Mengecek Kesehatan Lansia - Duduk - Menyimpan Berkas - Menulis - Tidur - Perawatan Kesehatan - Menyimpan Obat - Duduk - Mencuci Rambut - Menyimpan Alat Salon - Membayar Iuran - Duduk - Menulis - Duduk - Menggunakan Komputer - Menyimpan Berkas - Rapat - Duduk - Menggunakan Laptop - Dduk - Mengecek kualitas panti - Menerima Tamu - Dduk - Mengecek kualitas panti - Menerima Tamu - Dduk - Mengecek kualitas panti - Menerima Tamu - Dduk - Mengecek kualitas panti - Menerima Tamu - Duduk - Mengecel Kualitas Panti - Menerima Data Admin - Duduk - Menulis
- Kursi - Meja Kerja - Tempat Tidur - Rak Lemari
2 1 1 1
120
60
220
- Tempat Tidur - Rak Lemari
1
200
100
50
1
120
60
220
Kursi Salon Meja Salon Lemari Sofa 1 seat
1 1 1 1
120 120 120 80
80 40 60 80
50 90 220 50
Kursi Meja Admin Sofa 1 Seat Coffee Table Kursi Kerja Meja Kerja Lemari Berkas - Rak Lemari - Kursi Kerja - Meja Rapat
2 1 2 1 1 1 1
60 120 80 50 60 120 120
60 60 80 50 60 70 60
50 90 50 50 50 90 90
1 10 6
120 60 120
60 60 60
90 50 90
- Kursi Kerja - Meja Kerja - Lemari Berkas
2 3 3
60 120 120
60 50 40
50 90 90
- Kursi Kerja - Meja Kerja - Lemari Berkas
2 3 3
60 120 120
60 50 40
50 90 90
- Kursi Kerja - Meja Kerja - Lemari Berkas
2 3 3
60 120 120
60 50 40
50 90 90
- Kursi Kerja - Meja Kerja - Lemari Berkas
2 3 3
60 120 120
60 50 40
50 90 90
- Kursi Kerja - Meja Kerja - Lemari Berkas - Kursi - Meja Kerja - Rak Lemari - Mesin Fotocopy
2 2 2
60 120 120
60 50 40
50 90 90
1 2 1 1
60 120 120 110
60 60 40 150
60 90 220 90
-
60 120 200
60 60 100
50 90 50 20.09
Ruang Dokter
SemiPrivate
13.54
Ruang Fisioter api
SemiPrivate
23.96
Salon
SemiPrivate
21.6
Ruang Admini strasi
SemiPrivate
30.48
Back Office
Private
24.57
Ruang Rapat
Private
10.36
Ruang Ketua Pengur us
Private
10.36
Ruang Wakil Pengur us
Private
10.36
Ruang Ketua Pembin a
Private
10.36
Ruang Ketua Pengaw as
Private
30.48
Ruang Bendah ara
Private
25.35
Ruang Staf Admin
Private
97 24
25
26
27
28
- Tidur - Membaca Buku - Menyimpan Pakaian - Menonton TV - Mandi
- Tidur - Membaca Buku - Menyimpan Pakaian - Menonton TV - Makan - Mengahangatk an Makanan - Mandi
- Tidur - Membaca Buku - Menyimpan Pakaian - Menonton TV - Makan - Mengahangatk an Makanan - Mandi
- Tidur - Menyimpan Pakaian - Menonton TV - Duduk - Mandi
- Menyimpan Baju
- Tempat Tidur - Nakas - Lemari - Credenza - Kursi Makan - Meja Makan - Lemari Pendingin - Meja Dapur - Wastafel - Toilet Duduk - Shower Box - Tempat Tidur - Nakas - Lemari - Credenza - Sofa 1 Seat - Coffee Table - Kursi Makan - Meja Makan - Lemari Pendingin - Meja Dapur - Wastafel - Toilet Duduk - Shower Box - Tempat Tidur - Nakas - Lemari - Credenza - Sofa 2 Seat - Coffee Table - Kursi Makan - Meja Makan - Lemari Pendingin - Meja Dapur - Wastafel - Toilet Duduk - Shower Box - Tempat Tidur - Nakas - Lemari Pakaian - Credenza - Wastafel - Toilet Duduk - Shower Box - Rak Lemari
1
200
140
50
2 2 1 2 1 1
90 120 140 60 80 70
40 60 40 60 80 70
50 220 90 50 90 220
1 1 1
120 90 90
60 50 60
90 90 50
1 1
150 200
100 140
300 50
2 2 1 2 1 2 1 1
90 120 140 80 100 80 80 70
40 60 40 80 50 80 80 70
50 220 90 50 50 50 90 220
1 1 1
120 90 90
60 50 60
90 90 50
1 1
150 200
100 140
300 50
2 2 1 1 1 2 1 1
90 120 140 140 100 80 80 70
40 60 40 80 50 80 80 70
50 220 90 50 50 50 90 220
1 1 1
120 90 90
60 50 60
90 90 50
1 1
150 200
100 140
300 50
2 2
90 120
40 60
50 220
1 1 1
140 90 90
40 50 60
90 90 50
1 4
150 50
100 50
300 220
28.03
Kamar Tidur Standar t
Private
31.46
Kamar Tidur VIP
Private
45.04
Kamar Tidur VVIP
Private
20.34
Kamar Tidur Relativ e
Private
4.4
Ruang Ganti
Service
98 29
30
31
32
33
34
35
- Menyimpan Baju
- Rak Lemari
- Menyimpan Alat Kebersihan - Mencuci Pakaian - Menyimpan Pakaian - Menyimpan kain berbahan linen - Tidur - Menyimpan Pakaian
- Rak Lemari
- Mandi
- Memasak - Menghangatka n Makanan - Makan - Minum - Duduk
4
1
50
50
50
50
220
1 1
80 50
80 50
90 220
- Rak Lemari
1
120
50
220
1
200
100
Loker
Service
1.4
Ruang Kebersi han
Service
9.84
Ruang Loundr y
Service
5.8
Ruang Linen
Service
29.64
Ruang Tidur Staf
Service
8.4
Kamar Mandi Staf
Service
11.18
Dapur Karyaw an
Service
220
- Mesin Cuci - Rak Lemari
- Tempat Tidur - Lemari Pakaian - Wastafel - Toilet Duduk - Shower Box - Meja Dapur - Kursi Makan - Meja Makan
4.4
50
1
120
60
220
1 1
90 90
50 60
90 50
1 1 4 1
150 200 60 140
100 60 60 80
300 90 50 90
Tabel 3.1.2 Program Aktifitas Fasilitas LT 1 (Sumber: Tiana Pertiwi, 2014)
99 3.3.2 Matrix Hubungan Antar Ruang Matrix hubungan antar ruang:
Diagram 3.1.8 Matrix Hubungan Antar Ruang (Sumber: Tiana Pertiwi, 2014)
3.3.3 Diagram Sirkulasi Antar Ruang Diagram Sirkulasi Antar Ruang :
Diagram 3.1.9 Matrix Sirkulasi Antar Ruang (Sumber: Tiana Pertiwi, 2014)
100 3.3.4 Zoning Pembagian zona ini bertujuan untuk membagi area atau bagian-bagian ruang berdasarkan hasil rekapitulasi luas bangunan dari fasilitas dan aktifitas yang ada di dalam panti. Area-area ini dibagi menjadi lima antara lain zona public (umum), zona semi public (penghuni dan tamu), semi private (penghuni), private (penghuni dan pengurus) dan service (pegawai).
Gambar 3.1.8 Zoning Panti Werdha Terpilih (Sumber : Tiana Pertiwi, 2014) AREA
ANALISA
PUBLIK
+
+
++
+++
+++
SEMIPUBLIK
+
+
+
+
+
SEMIPRIVATE
++
+
+
++
++
PRIVATE
++
+
++
+
++
SERVICE
+++
+++
+++
+++
+++
Area publik mendapat pencahayaan, dan view yang baik, hanya kurang baik pada sirkulasi karena terganggu dengan area entrance. Area semi publik cukup baik karena dekat dengan area publik, hanya tidak mendapatkan view dan pencahayaan yang banyak. Area semi private juga cukup baik karena areanya mendapatkan view, pencahayaan dan kualitas udara yang baik dari taman samping dan jendela. Area private dianggap kurang baik karena posisinya yang terlalu di depan dan terlalu dekat dengan area yang bising. Area service diposisikan secara tepat, memiliki semua elemen kebutuhan ruang.
Gambar 3.1.8 Analisa Zoning Terpilih (Sumber : Tiana Pertiwi, 2014)
101 3.3.5 Grouping Grouping ini berisi akan pembagian ruang yang sudah dipecah dari hasil analisa zoning sebelumnya. Pembagian zona ini bertujuan untuk mempermudah dalam pembagian ruang saat mengerjakan denah dan mendesain panti werdha di lantai dasar.
Gambar 3.1.11 Grouping Panti Werdha Terpilih (Sumber : Tiana Pertiwi, 2014) AREA
ANALISA
RECEPTIONIST RUANG TUNGGU LOUNGE
+++ ++ +++
+++ +++ ++
+++ +++ ++
+++ +++ +++
+++ +++ ++
BACK OFFICE
++
++
++
+
++
RUANG ADMINISTRASI
++
++
++
++
+++
R. STAF ADMIN
+
+
+
+
+++
+
+
+
+
+++
+
++
+
+
+
+ + ++ + + ++ ++ ++ ++ +++ +++ +++ ++
+ + + ++ + +++ +++ ++ ++ ++ + +++ +++
+ + +++ +++ +++ +++ +++ +++ ++ ++ ++ +++ +++
+ + +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++
++ +++ +++ ++ ++ ++ +++ +++ ++ ++ ++ ++ ++
R,KETUA PENGURUS R.WAKIL PENGURUS R. PEMBINA R. PENGAWAS PERPUSTAKAAN R. HIBURAN R. KERAJINAN R. AKTIFITAS R. GAMES SALON R. OBAT R. DOKTER R. FISIOTERAPI R. MAKAN DAPUR
Memenuhi seluruh kebutuhan Memenuhi seluruh kebutuhan Memenuhi seluruh kebutuhan Jauh dengan receptionist, memenuhi seluruh kebutuhan. Dekat dengan receptionist, sirkulasi baik, memenuhi seluruh kebutuhan sirkulasi baik, memenuhi seluruh kebutuhan Memenuhi seluruh kebutuhan Memenuhi seluruh kebutuhan Memenuhi seluruh kebutuhan Memenuhi seluruh kebutuhan Memenuhi seluruh kebutuhan Memenuhi seluruh kebutuhan Memenuhi seluruh kebutuhan Memenuhi seluruh kebutuhan Memenuhi seluruh kebutuhan Memenuhi seluruh kebutuhan Memenuhi seluruh kebutuhan Memenuhi seluruh kebutuhan Memenuhi seluruh kebutuhan Memenuhi seluruh kebutuhan Memenuhi seluruh kebutuhan
Gambar 3.1.8 Analisa Grouping Terpilih (Sumber : Tiana Pertiwi, 2014)
102 3.4 Studi Perancangan Interior Sebelum perancangan interior dimulai sebuah studi tentang perancangan interior merupakan hal paling penting sebelum memutuskan hasil desain. Studi perancangan interior ini berisi tentang elemen-elemen dan prinsip desain dalam sebuah desain interior. Elemen-elemen ini antara lain titik, garis, bentuk, ruang, warna dan tekstur sampai studi tentang pencahayaan, penghawaan dan keamanan. Hal-hal tersebut akan dijelaskan lebih lanjut pada tinjauan berikut.
3.4.1 Tinjauan Karakteristik Garis dan Bentuk Definisi garis adalah sebuah ekstensi dari sebuah titik yang memanjang, koneksi antara dua titik, menghasilkan sebuah efek tepi dari sebuah objek. Menurut Sudjiman Ebdi dalam bukunya Dasar-dasar Tata Rupa dan Desain, Definisi garis adalah suatu hasil goresan nyata dan batas limit suatu benda, ruang, rangkaian masa dan warna.
Gambar 3.4.1 Bentuk-Bentuk Garis (Sumber: Dasar-dasar Tata Rupa dan Desain, Sudjiman Ebdi)
(Ebdi, Sudjiman. (2005). Dasar-dasar Tata Rupa dan Desain. Yogyakarta: Arti Bumi Intaran.)
103 Cara seorang desainer menggunakan garis dalam sebuah komposisi: 1.
Untuk membuat sebuah bentuk, menetapkan sebuah batas.
2.
Menciptakan sebuah variasi dengan menggunakan sudut, lengkungan, tebal dan tipis garis
3.
Menciptakan irama dengan membuat lengkungan atau garis lurus bervariasi.
4.
Garus pasif dibuat antara pembagian satu warna dengan yang lain.
5.
Membuat
bentuk
perspektif
untuk
menciptakan
ilusi
kedalaman. 6.
Membuat bentuk garis berulang untuk menciptakan sebuah tekstur.
Garis di analisis dalam sembilan aspek. 1.
Path (Jalur)
2.
Thickness (Ketebalan)
3.
Evenness (Keseragaman)
4.
Contunuity (Kontinuitas)
5.
Sharpness of the edge (Ketajaman tepi)
6.
Contour of the edge (Kontur Tepi)
7.
Consistency (Konsistensi)
8.
Length (Panjang)
9.
Direction (Arah)
Efek Psikologi dari sebuah garis: a.
Garis Vertikal. Tegas, waspada, melawan grafitasi, kaku, kuat dan stabil.
b.
Garis Horizontal. Tenang dan pasif
c.
Garis Diagonal. Ragu-ragu, tidak stabil, aktif, dinamis, gelisah, dan dramatis.
(Silabus Lighting (2012) Line, Space, Shape, And Form. University of Houston)
104
Dan pengertian garis dan bentuk menurut I Wayan Gulendra, Seorang dosen seni rupa ISI Denpasar, Garis merupakan elemen dasar dalam seni rupa yang mengandung arti lebih dari sekedar goresan, karena garis dapat menimbulkan bentuk simbolik bagi pengamatnya. Dan menurut beliau peranan garis sangat penting dalam proses perwujudan bentuk, saat garis diberi struktur seperti disusun melalui ritme, simetri dan keseimbangan maka pola-pola tersebut dapat dijadikan sebagai media ekspresi. Kehadiran bentuk dalam seni rupa tidak lepas dari peranan garis yang memberi batas ruang. Pengertian garis dan bentuk menurut I Wayan Gulendra ini dapat disimpulkan bahwa pernan garis dalam bentuk saling bersangkutan. Dan garis merupakan inti dasar dari pembentukan bentuk.
Peranan garis dan bentuk dalam sebuah elemen interior dapat berpengaruh pada efek yang ditimbulkan dalam ruang, pengaruh-pengaruh garis dalam bentuk tersebut antara lain: 1. Garis Vertikal pada interior, memberikan efek ruangan terlihat lebih tinggi dan tegas. 2. Garis Horizontal pada interior, memberikan kesan ruangan lebih lebar dan luas. 3. Garis Diagonal pada interior biasanya berupa bentuk teksture atau patern bentuk belah ketupat.
Karakteristik garis pada interior panti werdha lebih baik untuk tidak terlalu menggunakan banyak garis dan corak terutama pada bagian lantai karena jika garis-garis dalam lantai mengganggu penglihatan mereka saat jalan beresiko akan jatuh. Bentuk organik lebih disukai oleh para lansia karena menunjukan rasa citra rasa seni di dalam sebuah ruangan. Maka dari itu kebanyak panti werdha menggunakan walpaper bunga-bungaan dan tumbuhan serta konsep bangunan gaya victorian yang rumit dan indah. Bentuk organik ini dapat diaplikasikan pada elemen dinding dengan menggunakan walpaper
105 atau membuat tekstur sendiri dengan menggunakan cat, dan dapat pula dengan menggunakan sticker pada dinding kaca. 3.4.2 Tinjauan Furniture Peninjauan furniture untuk para lansia harus diperhatikan terutama para lansia yang sudah renta kondisi tubuhnya. Hal yang paling penting dalam memilih furniture untuk para lansia menurut seorang desainer furniture Roger Leib. Jika memilih furniture khususnya kursi untuk para lansia hanya berdasarkan ukuran kursi maka ide itu harus diubah mulai hari ini karena para lansia lebih membutuhkan kursi yang dapat membantu mereka melemaskan otot-otot tubuh mereka. Dan perlu diperhatikan dalam sebuah desain furniture termasuk kursi yang memudahkan mereka dalam menggunakannya seperti perhatian akan pegangan kursi, dan senderan kursi agar mereka bisa merasa nyaman. Maka dari itu menurut Roger Leib kursi yang tepat untuk para lansia haruslah mampu mengakomodasi lansia dengan nyaman seperti kursi dengan senderan melengkung. Permasalahan
para
lansia
paling
utama
dalam
bagaimana
kebanyakan kursi membuat pinggul dan punggung mereka terasa sakit, maka dari itu permasalahan ini harus dicermati dengan baik dalam memilihi furniture untuk para lansia.
106 Gambar 3.4.2 Ergonomi Kursi Untuk Lansia (Sumber: Long Term Living Magazine, 2006) 3.4.3 Tinjauan Material Pemilihan material untuk tiga elemen ruang interior antara lain material untuk ceiling, dinding dan lantai. Dan terakhir pemilihan material untuk furniture. Dan berikut adalah tinjauan material untuk 4 kategori tersebut.
A. Ceiling Ceiling adalah pemabatas antara atap dan bagian ruangan di bawahnya. Ketinggian ceiling pada umumnya 275 cm sampai 375 cm. Fungsi utama dari ceiling ini adalah untuk menjaga suhu pada ruangan dan untuk menjaga interior ruangan dari air dan kotoran dari atap. Material-material umum pada ceiling antara lain: 1. Tripleks, Material ini memiliki keunggulan lebih mudah dalam proses pengerjannya serta harganya yang lebih murah. Tetapi kelemahan dari material tripleks untuk ceiling karena bahan tripleks ini mudah terbakar dan mudah rusak jika terkena rembesan air. 2. Gypsum Board, material ini merupakan material paling umum digunakan di dalam bangunan. Keunggulan material gypsum ini memiliki garis yang dapat ditutupi sehingga tidak terlihat garis-garis di atap. Tetapi kekurangannya material ini yang mudah rusak jika terkena rembesan air dari atap. 3. Plafond Akustik, material ini memiliki keunggulan dapat meredam
suara.
Kekurangannya
karena
material
ini
termasuk material ceiling yang harganya cukup mahal. 4. Fiber, fiber atau serat juga termaksud bahan material paling umum digunakan. Keunggulan dari material ini karena bahannya yang tahan api dan air, lebih kuat, dan ringan. 5. Asbes, cara pemasangan material asbes ini karena hampir sama dengan pemasangan bahan tripleks. Keunggulan lain
107 karena bahan ini juga mudah didapat dipasaran. Tetapi material ini tidak tahan terhadap goncangan dan terhadap benturan. B. Dinding Dinding merupakan elemen interior paling penting dalam interior. Jenis-jenis dinding paling umum digunakan di dalam interior antara lain dinding bata, dinding partisi dan dinding kaca. 1. Dinding Bata, dalam arsitektur dinding bata dibagi lagi menjadi tiga jenis dinding bata antara lain dinding bata kapur, dinding bata celcon, dinding batu bata. Ketiganya memiliki keunggulan yang sama yaitu tahan akan rembesan air dan lebih kuat dan tahan lama. Sedangkan kekurangan dari dinding bata ini yaitu biayanya yang tinggi dan pemasangan lebih lama. 2. Dinding Partisi, dinding ini biasa digunakan untuk membuat sekat antara ruang. Kekurangan dari dinding partisi ini antara lain karena bahan ini mudah terbakar karena material utamanya dari multipleks atau papan gypsum serta rangka kayu. 3. Dinding Kaca, Dinding kaca ini memiliki keunggulan untuk estetika ruangan, mudah dibersihkan dan tahan terdapat bahan kimia dan minyak. Tetapi kekurangan dari bahan ini karena bahannya yang berat serta harganya yang relatif mahal.
108 Gambar 3.4.3 Material Dinding Kaca. (Sumber : Pinterest.com, 2013) C. Lantai Elemen lantai pada panti werdha wisma mulia adalah elemen yang paling utama untuk dipelajari lebih lanjut. Seperti penjelasan persyaratan khusus panti werdha kelas eksklusif sebelumnya. Lantai untuk panti werdha diharuskan untuk tidak dari bahan material yang licin dan berisik. Jenis-Jenis material yang cocok untuk panti werdha kelas eksklusif antara lain: A. Marmer, Material ini tergolong material yang aman karena bahannya yang tidak berisik dan tidak terlalu licin. Kekurangan dari material marmer ini dari permukaannya yang mudah terkena noda. B. Granit, Permukaan granit yang keras dan tidak licin juga cocok untuk panti werdha. Perawatannya pun tidak sesulit material marmer. Kekurangan dari material ini dari permukaannya yang mudah terkena noda dan harganya yang relatif mahal C. Lantai Kayu atau Parquet, material ini termaksud material yang aman karena tidak licin dan tidak mudah terkena noda. Baik untuk area yang tidak sering dilalui seperti kamar. D. Karpet, material ini sangat baik untuk diaplikasikan di panti terutama untuk bagian koridor karena tidak menimbulkan suara yang berisik.
109 Gambar 3.4.4 Material Karpet Pada Koridor (Sumber: Flickr.com) D. Furniture Bahan dasar furniture paling umum untuk sebuah panti werdha pada umumnya menggunakan kayu solid dan plywood. Berikut adalah penjelasannya: 1. Kayu Solid. Penggunaan kayu solid untuk furniture biasanya digunakan untuk kursi. Pemilihan kayu solid terasa kurang tepat karena bahannya
yang
tidak
ramah
lingkungan.
Untuk
menggantinya bisa menggunakan kayu solid bekas atau mentransformasikan kursi bekas menjadi sebuah kursi yang dapat
di
daur
ulang
sesuai
keinginan.
Kelebihan
menggunakan material ini karena bahannya yang solid dan kuat. Selain itu material ini merupakan material yang dapat digunakan secara berkelanjutan (Sustainable Design) karena bahannya yang awet.
Gambar 3.4.5 Daur Ulang Kursi Kayu Solid (Sumber: Carlos Motta, Brazil. 2007)
2. Plywood Penggunaannya pada umumnya digunakan pada lemari, meja, dan kitchen set. Bahan ini relatif lebih murah dan merupakan bahan kayu olahan dari kulit kayu berlapis-lapus lalu di dipress. Bahan ini juga termaksud bahan dengan
110 kualitas lebih baik daripada kayu olahan lainnya seperti mdf, blockboard dan partikel board. 3.4.4 Tinjauan Karakteristik Warna Pemilihan warna dalam ruangan merupakan elemen paling penting karena berpengaruh pada mood dan citra yang akan tumbuh dari ruangan. Pada pemilihan warna untuk panti werdha sebaiknya dipikirkan secara matang karena sangat berpengaruh pada kesehatan dan kenyamanan para lansia di panti werdha.
Pengaruh psikologis warna pada interior: 1. Biru. Memberikan kesan tenang, tejuk, santai, menyenangkan, loyalitas, lembut dan ketenangan. 2. Merah. Memberikan kesan tekanan, energi, panas, menarik, keceriaan dan gairah. 3. Kuning. Memberikan kesan ceria, bahagia dan energik. 4. Hijau. Memberikan kesan rileks, tenang dan netral. 5. Orange. Memberikan kesan hangat. 6. Ungu. Memberikan kesan mewah, elegant, misteri, kebijaksanaan, dan passion. 7. Hitam. Memberikan kesan berkelas, keagungan, formal, tekanan dan misteri. 8. Pink. Memberikan kesan feminim dan ceria. 9. Coklat. Memberikan kesan nyaman, sejuk dan netral 10. Abu-abu. Memberikan kesan eksklusif. 11. Putih, memberikan kesan terang, suci spiritual dan menciptakan kepercayaan diri.
Menurut Jain Malkin dalam bukunya berjudul The Center for Health Design, Pemilihan warna terang untuk para lansia lebih patut daripada warna pastel karena pemilihan warna pastel dalam interior terutama pada lantai sangat berbahaya bagi lansia yang mengalami rabun mata. Akan lebih baik jika koridor panti diberikan warna sejuk dan untuk bagian depan pintu kamar diberikan warna yang lebih kontras karena dapat
111 membantu para lansia yang mengalami pikun akan lebih mudah menghafal letak kamar tidurnya.
3.4.5 Tinjauan Sistem Pencahayaan Pencahayaan
merupakan
masalah
tersendiri
dan
memerlukan
pertimbangan khusus. Karena para lansia para umumnya merasakan masalah pada matanya terutama pada retina mata karena efek cahaya. Maka dari itu dalam setiap ruang kamar lansia sangat diperlukan dimmer lampu yaitu suatu alat yang digunakan untuk mengatur arus listrik pada lampu agar bisa diatur redup dan terangnya.
Gambar 3.4.6 Dimmer (Sumber : Google.com, 2011)
Jenis-Jenis Lampu lainnya yang digunakan pada area publik: 1. General lighting General lighting adalah jenis pencahayaan secara menyeluruh dan biasanya dijadikan sumber penerangan utama. Titik lampu diletakan diceiling, yaitu lampu downlight, LED dan Flourecent.
112
Gambar 3.4.7 General Lighting (Sumber : www.ccohs.ca, 2009) 2. Accent Lighting Pencahayaan jenis ini merupakan pencahayaan sorot, yang cahayanya 3 kali lebih terang dari pada perncahayaan general. Bentuk jenis pencayaan ini memfokuskan atau menyorot ke arah benda. Contoh lampunya adalah spotlight, tungsten dan hologen.
Gambar 3.4.8 Accent Lighting (Sumber: Construction Education, 2007)
3. Decorative Lighting Pencahayaan ini berfungsi sebagai pemenuhan estetika ruangan. Seperti contohnya lampu gantung.
113
Gambar 3.4.9 Decorative Lighting (Sumber: www.Flickr.com, 2013) 3.4.6 Tinjauan Sistem Penghawaan Penghawaan ruangan dibagi menjadi dua, yaitu secara alami dan buatan. Penghawaan alami datang dari intensitas angin yang datang dari luar bangunan melalui jendela atau ventilasi dengan tekanan hawa angin yang tidak menentu.
Gambar 3.4.10 Sistem Penghawaan Alami (Sumber: Google.com, 2014)
Sedangkan sistem penghawaan buatan dapat diatur sendiri sesuai dengan keinginan. Sitem penghawaan buatan dibagi menjadi dua antara lain mekanik dan non mekanik. Mekanik berbentuk kipas angin atau exhaust fan. Sedangkan non mekanik berupa Air Conditioner (AC). Tetapi penggunaan AC terlalu berlebihan juga dapat merusak kesehatan dan termaksud sikap tidak hemat energi.
114
Gambar 3.4.11 Sistem Penghawaan Buatan, AC. (Sumber : supermarket70.blogspot.com, 2014) 3.4.7 Tinjauan Sistem Akustik Ruangan Akustik ruang berhubungan dengan efek bunyi atau suara di dalam sebuah ruang. Akustik ruangan pada panti werdha biasanya digunakan pada ruang serbaguna dan ruang hiburan. Sistem akustik ruangan pada umumnya diaplikasikan pada bagian ceiling dan dinding ruangan.
Lima prinsip dasar insulasi suara dalam akustik ruang: 1. Masa, prinsip ini berkaitan sebagai gelombang di dalam ruang. Cara kerjanya dengan menutup secara penuh dinding dengan baru bata. Dengan neningkatkan kepadatan masa dinding tanpa sedikitpun rongga udara maka meningkatlah kinerja gelombang suara di dalam ruangan secara penuh. 2. Isolasi Mekanik. Isolasi atau dalam bahasa akustik disebut dekopling suara. Prinsip ini dilakukan untuk menghalangi suara merambat dalam dinding dan menghalangi frekuesi getaran suara ke dinding. Caranya dengan menciptakan sistem resonansi. 3. Penyerapan energi suara, penggunaannya dengan menyerap energi suara dan merubahnya menjadi energi panas. Hal ini bertujuan untuk menggetarkan partikel udara yang terjebak dalam pori-pori penyerap. Cara dengan menggunakan glasswoll pada dinding.
115 4. Resonansi, penggunaannya dengan menerkan frekuensi resonansi suara serendah mungkin dengan prinsip masa, isolasi mekanik dan penyerapan energi suara. 5. Konduksi. Prinsip ini digunakan dengan cara menyisipkan bahan lain yang memiliki karakterisolasi lebih tinggi atau menggunakan srud secara zigzag.
Kesimpulannya untuk mengatur gelombang suara di dalam ruang maka gunakan bahan penyerap suara pada dinding dan atap. Dan prinsip insulasi ini merupakan prinsip yang paling utama dalam detail akustik pada interior dan arsitektur.
(Akustik (2008) 5 Prinsip Dasar Insulasi Suara. Diakses pada 22 maret 2014. jokosarwono.wordpress.com.) 3.4.8 Tinjauan Sistem Keamanan dan Signage A. Keamanan 3 hal penting yang harus ada dalam hal keamanan dari sebuah panti werdha kelas eksklusif menurut buku Design Standarts for Nursing Homes antara lain: 1. Access Control •
Bagian pintu depan area warga harus dipasang alarm yang langsung
tersambung
pada
pos
perawat.
Dapat
juga
menggunakan card access, keypads atau finger prints. •
Setiap fasilitas harus memiliki fasilitas keamanan elektronik untuk mencegak warga yang ingin kabur.
2. Video Surveillance •
CCTV Camera, dipasang pada bagian-bagian penting seperti koridor, pintu keluar dan bagian eksterior lain.
•
CCTV Camera, Memonitor bagian receptionist, lounge dan pos perawat.
•
CCTV Camera, Memonitor bagian service seperti dapur, ruang makan pegawai
116 •
Sistem video harus mampu merekam dan menyimpan memori video.
3. Fire Alarms Systems •
Komponen alarm kebakaran ini harus terkoneksi pada semua kabel alarm gedung.
•
Setiap kamar warga harus dipasang penditeksi asap (smoke detector)
•
Pemasangan springkler pada semua bagian ruangan tidak terkecuali ruangan kantor.
•
Harus disiapkan tabung pemadam api pada setiap sudut ruangan panti.
•
Pemasangan tabung pemadam api tidak boleh terlalu sulit untuk diraih.
117
B. Signage 8 hal penting dalam mengatur signage menurut buku Design Standarts for Nursing Homes antara lain: 1. Seluruh pintu di dalam interior harus diberikan nomer atau diidentifikasikan melalu signage berdasarkan fungsinya. 2. Signage harus diposisikan juga pada koridor, persimpangan jalan dan petunjuk area outdoor. 3. Signage harus diposisikan pada eye-level dari para lansia yang duduk di kursi roda. Yaitu 900 mm – 1300 mm dari lantai. 4. Signage harus jelas dan simpel serta menggunakan warna kontras. 5. Signage ditunjukan untuk membantu para warga panti. 6. Teks jenis pictograms lebih disukai dan bisa ditempatkan diarea kamar warga. 7. Tinggi minimal huruf 75 mm. Tulisan lebih baik jika besar. 8. Signage juga dilokasikan pada bagian atas pintu setiap kamar warga.
Gambar 3.4.12 Signage (Sumber: Pinterest.com, 2014)
118 (Brunswick. (2010). Design Standart for Nursing Homes. Inggris: Department of Supply and Service) 2.4.9 Green Design Green design bukanlah suatu istilah bentuk atau gaya tertentu. Green design mengacu pada sebuah prinsip dasar dalam konsep untuk menciptakan sebuah rancangan yang ramah lingkungan. Syarat penting dari green design ini adalah hemat energi. Pentingnya hemat energi bisa dimulai dari kehidupan sehari-hari, memulainya aktifitas hemat energi termasuk membantu mewujudkan prinsip green design ini pada diri masing-masing orang. Dalam memahami prinsip green design ini tidak terlepas dengan istilah lain yaitu sustanable design atau desain berkelanjutan. Arti dari desain berkelanjutan ini adalah suatu bentuk berkelanjutan dari suatu tindakan atau perilaku.
Prinsip-prinsip dari sustainable design. 1. Low-Impact Materials, pemilihan bahan non-toxic, memproduksi material yang berkelanjutan atau dari bahan daur ulang yang hanya memerlukan sedikit energi saat diproses. 2. Efisiensi
energi,
menggunakan
proses
manufaktur
dan
memproduksi produk yang lebih sedikit membutuhkan energi. 3. Desain tahan lama, mengurangi konsumsi dan pemborosan sumber daya dengan meningkatkan ketahanan dari hubungan antara manusia dan sebuah produk, melalui desain. 4. Desain yang dapat digunakan kembali (reuse) dan daur ulang (recycling), produk, proses, dan sistem harus dirancang untuk kinerja kehidupan yang lebih baik. 5. Daya Tahan, memiliki daya tahan yang lama, memiliki kualitas terbaik dan material yang mudah di dapatkan pada lingkungan sekitar.
Pengaplikasian ini juga sudah mulai diterapkan oleh para arsitektur, landscape architecture, , engineering, graphic design, industrial design, interior design, dan fashion design.
119 (Vallero. Brasier (2008), Sustainable Design: The Science of Sustainability and Green Engineering. Ner Jersey: John Wiley & Sons, Inc) A. Local Content Parahyangan, merupakan sebuah daerah kebudayaan sunda di jawa barat. Daerah kebudayaan ini mencangkup wilayah Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Sumedang, Cimahi, Bandung, Cianjur, Sukabumi dan Bogor. Parahyangan disebut juga dengan priangan, yang diartikan sebagai tempat para roh leluhur dan dewa-dewa di tempat yang tinggi dan luhur. Dan mereka menyimpulkan wilayah pegunungan merupakan wilayang tempat para leluhur bersemayam. Carita Parahyangan merupakan suatu naskah sunda kono yang menceritakan tentang tanah sunda dan menceritakan sejarah sunda dari awal kerajaan galuh pada zaman werikandayun sampai runtuhkan Pakuan Pajajaran.
(Aca. (1968). Carita Parahiyangan: naskah titilar karuhun urang Sunda abad ka-16 Maséhi. Yayasan Kabudayaan Nusalarang, Bandung.)
B. Pemilihan Material 1.
Ceiling Solusi ceiling yang ramah lingkungan adalah solusi paling tepat untuk pemilihan material berjangka panjang. Contoh material ceiling yang ramah lingkungan adalah ceiling yang berbahan mineral fiber, fiberglass, ceiling daur ulang, fiber daur ulang, dan perlite (kaca vulkanik amorf) dan bahan ceiling yang mampu memantulkan cahaya lebih dari 75 %. Karena dapat menghemat energi 11%.
120 Gambar 3.4.26 Material Green Design, Ceiling (Sumber: Armstrong Material Magazine, 2013) 2. Dinding Bahan material interior yang dapat digunakan sebagai lapisan luar dinding yang ramah lingkungan dapat dengan menggunakan cat jenis premium yang sudah memperoleh Green Label. Green label ini memiliki komitmen yaitu HSE&S (Health, Safety, Environment & Security). Dan untuk bahan panel dinding tambahan bisa menggunakan kayu daur ulang yang bisa dibentuk untuk kebutuhan estetika ruang. Kayu daur ulang ini bisa menggunakan finishing water based wood varnish atau finishing kayu berbahan air. Maupun dengan menggunakan finishing ini akan lebih memakan waktu karena pencatannya harus diulang berkali-kali.
Gambar 3.4.27 Dinding, Finishing Kayu Berbahan Air (Sumber : Green Building Advisor, 2014)
3. Lantai Lantai berbahan bambu, bahan utamanya yang sangat mudah di cari dan pertumbuhannya sangat cepat membuat lantai jenis ini termasuk lantai yang ramah lingkungan. Namun kekurangannya lantai ini tidak baik untuk dipraktikan pada area yang sering dilewati. Akan lebih baik jika dipraktikan pada kamar tidur. Selain itu adapula lantai linoleum. Lantai ini berbahan utama oil, pine resin, wood flour dan burlap yang merupakan bahan ramah
121 lingkungan. Kelebihannya lain lantai jenis ini yaitu lebih tahan lama dan tahan terhadap panas. 4. Furniture Material kayu adalah material paling umum yang digunakan sebagai bahan utama furniture. Untuk furniture bisa menggunakan kayu berbahan polywood, kayu press dan papan partikel karena ketiga bahan kayu tersebut dipercaya mengandung karsinogen formaldehida 80 % - 90 %.
(Wicaksonim, Andie A. (2009) Menciptakan Rumah Sehat. Jakarta : Penebar Swadaya.
C. Design Secara keseluruhan desain ramah lingkungan memiliki tujuan penting yaitu kesehatan. Baik kesehatan lingkungan dalam, pengguni, dan bahan-bahan material. Sebagai desainer interior harus memiliki pengetahuan khusus akan bahan interior dan FF&E (Furniture, Fixtures and Equipment) yang memberikan kualitas udara yang baik, non-toxin, efisiensi air dan efisiensi energi.
Gambar 3.4.28 Sustainable Interior Design
122 (Sumber : Pinterest.com, 2014)
D. Teknis Secara teknis pemanfaatan energi sebagai bentuk kepedulian akan desain yang ramah lingkungan bisa dilakukan dengan cara berikut: 1. Recycling, atau daur ulang adalah proses mengubah limbah menjadi produk baru. Hal ini memiliki keuntungan mengurangi polusi udara dan limbah sampah. 2. Renewable energy,
atau pembaruan energi. Menggunakan
energi air dan cahata matahari untuk dijadikan sumber energi baru. 3. Water purification, atau pemurnian air. Tekniknya dengan mengubah air kotor menjadi air bersih. Keuntungan teknik ubu dapat mengurangi polusi air. 4. Air
purification,
atau
pemurnian
udara.
Dengan
cara
menggunakan tanaman yang dapat tumbuh di dalam ruangan. Keuntungan teknik ini karena dapat menjaga udara segar di dalam ruang. 5. Sewage treatment,
atau pengolahan limbah. Hampir sama
dengan pemurnian air, tetapi dengan teknik memurnikan air perlevel. 6. Environmental remediation, atau rehabilitasi lingkungan dengan cara menghapus polutan atau kontaminan dengan tujuan perlindungan lingkungan. 7. Solid waste management, pengelolaan limbah padat. Dengan cara pemurnian, pembuangan dan pengolahan limbah padat. Biasanya ditanggung jawabi oleh pemerintah atau dinas kebersihan dari setiap kota. 8. eGain forecasting adalah metode ini menggunakan teknologi canggih yang dapat menyesuaikan suhu ke dalam ruangan dan dapat mengurangi konsumsi energi. 9. Energy conservation, atau konservasi energi yaitu pengurangaan penggunaan listrik.
123
(Taesler, R. (1990) Climate and Building Energy Management. United Kingdom : Elgar)