BAB 3
METODE PERANCANGAN
3.1. Studi Fisik Bangunan dan Lingkungan Dalam perancangan Galeri Karya Seni Kontemporer Jawa ini, penulis memberikan wajah baru bagi sebuah Galeri yang masih belum ada ada di Indonesia sebelumnya. Hal ini dilatarbelakangi oleh pengaruh budaya Jawa yang makin lama makin pudar dan perlu untuk tetap dilestarikan serta dibawa bangkit kembali dengan menggunakan denah gedung yang merupakan kumpulan restoran yang digabung menjadi satu dan bernama S2 (Sisingamangaraja) di Semarang, Jawa Tengah. 3.1.1. Analisa Makro Bangunan dan Lingkungan 3.1.1.1.
Lokasi Gedung S2 Sisingamangaraja Semarang terletak di Jalan
Sisingamangaraja 19C, Semarang, Indonesia 50232.
(Gambar 3.1. Semarang, Jawa Tengah) Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Tengah
Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, Indonesia sekaligus kota metropolitan terbesar kelima di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan. Sebagai salah satu 77
78
kota paling berkembang di Pulau Jawa, Kota Semarang mempunyai jumlah penduduk yang hampir mencapai 2 juta jiwa.
(Gambar 3.2. Peta Lokasi S2 Sisingamangaraja) Sumber: https://www.google.com/maps/place/PT.+S2
Nearby cities: Rembes, Purwodadi, Klaten Regency Coordinates: 7°0'54"S 110°25'19"E Tabel 3.1. Jarak Lokasi S2 dengan Sekitarnya Lokasi Berdekatan
Kota Berdekatan
Hotel Berdekatan
Candisari, 0.5 km
Rembes, 23 km
Hotel Ciputra, 2.7 km
Indensian Police Academy,
Purwodadi, 47 km
Horison, 2.9 km
Boyolali, 58 km
Guest House
1.2 km Graha Candi Golf Course, 1.9 km
Djojonagoro, 4.1 km
Gombel Permai Real Estate, Klaten Regency, 58 km
UNY Hotel, 84 km
3km Gombel Golf Course, 3 km
Sukoharjo 84 km
Hotel Pondok Indah, 139 km
Surakarta (Solo), 66 km (Sumber : www.wikimapia.org)
79
(Gambar 3.3. Tampak Atas dan Daerah Sekitar S2 Sisingamangaraja) Sumber: 1. https://www.google.com/maps/place/PT.+S2, 2. https://www.google.com
3.1.1.2.
Lingkungan Fisik 1. Bangunan S2 Sisingamangaraja berada di kawasan yang sesuai untuk
dibangun
Kontemporer
menjadi
sebuah
Galeri
Karya
Seni
Jawa karena terletak di Jawa Tengah yang
masih dalam wilayah pembentuk Budaya Jawa. 2. Bangunan S2 Sisingamangaraja berada di Jawa Tengah yang terdapat banyak kolektor seni yang berada di sekitarnya. 3. Bangunan S2 Sisingamangaraja merupakan bangunan yang baru saja dibangun dengan desain yang lebih interaktif dan kontemporer sehingga dapat meningkatkan minat pengunjung segala usia. 4. Bangunan S2 Sisingamangaraja berdekatan dengan hotel-hotel dan kawasan restoran berdesain yang sering ramai dikunjungi orang-orang yang berwisata maupun masyarakat lokal.
80
5. Bangunan S2 Sisingamangaraja berada di Semarang bagian atas, dengan pemandangan yang indah, dan jauh dari highrest building dan industrial building.
(Gambar 3.4. Bangunan S2 Sisingamangaraja) Sumber: http://www.tripadvisor.ca/LocationPhotoDirectLink
Lokasi ini memenuhi persyaratan lokasi sebuah Galeri Karya Seni Kontemporer Jawa, yaitu: 1. Strategis dan mudah dijangkau 2. Tidak berada di daerah industri 3. Tidak di lokasi yang iklimnya berpengaruh buruk pada benda yang dipamerkan 4. Bangunan di sekitarnya merupakan bangunan dengan desain baru dan tidak membosankan sehingga terdapat kesan tidak kaku untuk kalayak umum yang melewati daerah tersebut. 5. Masih jarang ditemukan Galeri di Semarang dengan konsep yang mengembalikan / membangkitkan kembali sebuah kesenian dan budaya dengan wajah yang lebih dapat diterima generasi muda. 3.1.1.3.
Akses 1. Dapat dilalui berbagai macam kendaraan untuk menuju ke lokasi tersebut 2. Tidak berada di pusat kepadatan/kemacetan kota Semarang 3. Mudah dijangkau karena tidak melewati area kemacetan kota Semarang 4. Terletak pada jalanan besar sehingga mudah dicapai oleh pengunjung
81
3.1.1.4.
Data Geografis dan Topografi Secara topografi kondisi daerah stufi berada pada ketinggian
(± 100) m diatas permukaan laut, dan berada pada daerah yang relatif datar dengan perkiraan kemiringan lahan < 5%. Dengan melihat topografi dan kemiringan lahan yang ada, wilayah Sisingamangaraja, Candirsari merupakan daerah cukup potensial sebagai daerah resapan dan pola drainase kawasan memungkinkan untuk mengalirkan air dengan menggunakan gaya grafitasi ke wilayah di bawahnya. 3.1.1.5.
Iklim Berdasarkan data sekunder yang diperoleh didapatkan bahwa
curah hujan rata-rata tahunan berkisar antara 2000 – 3000 mm dengan rata-rata tahunan sebesar 2.247 mm. Tercatat bulan basah yang berlangsung pada November –April dengan curah hujan bulanan > 200 mm, sedangkan bulan kering berlangsung pada Juni-Oktober dengan curah hujan < 200 mm. Suhu udara bulanan rata-rata 24,8 – 26,5 o C.dan evaporasi nyata sebesar 1.479 mm/tahun. 3.1.1.6.
Fasilitas Bangunan S2 Sisingamangaraja berbatasan langsung dengan
jalan raya, dekat dengan pusat kota namun tidak terganggu dengan kebisingan ramainya pusat kota. Kawasan ini merupakan salah satu kawasan elite di kota Semarang. Fasilitas yang terdapat pada bangunan S2 Sisingamangaraja yang memiliki 3 lantai tersebut meliputi: 1. Area parkir mobil yang cukup luas
(Gambar 3.5. Area Parkir & Pintu Masuk S2 Sisingamangaraja) Sumber: Dokumen Pribadi
82
2. Area parkir motor dan sepeda 3. Area Outdoor dan Indoor
(Gambar 3.6. Area Outdoor dan Indoor S2 Sisingamangaraja) Sumber: Dokumen Pribadi
4. Toilet 5. Teras 6. Taman Kolam Pada awalnya di bangunan S2 Sisingamangaraja, lantai 1 dan 2 yang digunakan sebagai fasilitas publik dan yang berfungsi sebagai area komersil. Sedangkan pada lantai 3 terdapat kantor untuk para direksi, ruang meeting, hingga tempat beristirahat yang terdiri atas 3 kamar tidur lengkap terdapat ruang makan dan juga dapur.
(Gambar 3.7. Area Restoran di S2) Sumber: Dokumen Pribadi
83
3.1.2. Analisa Mikro Bangunan dan Lingkungan 3.1.2.1.
Data Analisa Luas Bangunan
(Gambar 3.8. Arsitektur S2 Sisingamangaraja) Sumber: http://www.tripadvisor.ca/LocationPhotoDirectLink
Berikut gambar kerja dan analisa denah arsitektur dari S2 Sisingamangaraja beserta dengan luasan area pada ketiga lantai tersebut:
84
1. Luas Bangunan Bangunan S2 Sisingamangaraja terdiri dari 3 lantai dengan total luas tanah ketiga lantainya yakni 4.245 m², dengan luas masingmasing lantai adalah sebagai berikut: a. Lantai 1 memiliki total luas : 2141 m² b. Lantai 2 memiliki total luas : 1684 m² c. Lantai 3 memiliki total luas : 420 m² 2. Luas area indoor lantai 1 Bangunan S2 Sisingamangaraja tampak seperti 2 bangunan yang berjejer dan berbeda yang dibatasi oleh selasar yang berupa taman di bagian tengah. Bangunan S2 Sisingamangaraja menghadap sisi selatan dengan area parkir yang terletak di bagian depan / area masuk bangunan. Berikut
ini
jumlah
luas
ruang
interior
yang
dipakai/difungsikan pada lantai 1 adalah sebesar: 1048.9 m²
D A
B
E
C
(Gambar 3.9. Denah Lantai 1 S2 Sisingamangaraja) Sumber: Dokumen Pribadi
dapat
85
3. Luas Area Lantai 2 dan Mezzanine Denah lantai 2 terdapat perbedaan level, area yang dilingkari merupakan mezzanine yang masing-masing memiliki akses tangga dari lantai 1. Terdapat 2 area yang merupakan mezzanine, dengan luas (dikurangi outdoor) yakni 176.8 m². Sedangkan luas lantai 2 yang dapat difungsikan (dikurangi mezzanine dan taman) adalah 716.9 m².
E C D
B A
(Gambar 3.10. Denah Lantai 2 dan Mezzanine S2 Sisingamangaraja) Sumber: Dokumen Pribadi
4. Luas Area Lantai 3 Pada lantai 3 hanya terdapat luasan area sebesar 420 m² yang dapat digunakan/difungsikan di bagian belakang bangunan. Sisanya merupakan dak beton dan atap untuk lantai 2.
86
(Gambar 3.11. Denah Lantai 3 dan atap) Sumber: Dokumen Pribadi
3.1.2.2.
Data Analisa Bangunan dan Lingkungan 1. Pencahayaan Bangunan S2 Sisingamangaraja menghadap ke arah selatan. Berikut analisa terhadap pencahayaan matahari: •
Selama 1 hari penuh mendapatkan cahaya matahari yang konsisten merata dikarenakan menghadap selatan
•
Dapat menghemat energi listrik karena cahaya matahari menyinari bangunan dari pagi hingga sore.
•
Tidak terkena panas cahaya matahari sore secara langsung dikarenakan matahari sore hanya menyinari di bagian barat bangunan.
•
Meratanya cahaya matahari berdampak positif bagi bangunan dikarenakan bangunan memiliki beberapa area taman.
•
Tidak adanya bangunan tinggi di sekitarnya membuat cahaya matahari tidak terhalangi.
87
2. View dan Kebisingan •
Tidak berdekatan langsung dengan bangunan-bangunan tinggi
sehingga
tidak
mengganggu
keindahan
pemandangan. •
Bukan daerah industri, sehingga tidak terdapat adanya banyak debu / asap.
•
Masih banyak pepohonan dan tidak berbatasan langsung dengan jalan raya / jalan utama, sehingga tidak bising.
•
Area di sekitarnya tidak padat / tidak sampai mengalami kemacetan, sehingga cukup nyaman.
3. Akses dan Kondisi Existing a. Tangga •
Terdapat 2 tangga untuk menuju mezzanine pada lantai 2.
•
Terdapat 1 tangga utama yang menghubungkan lantai 1 hingga lantai 3.
•
Terdapat 1 tangga servis/tangga staff di bagian pojok sisi bangunan yang menghubungkan lantai 1 hingga lantai 3.
(Gambar 3.12. Posisi Existing Tangga pada Lantai 2) Sumber: Dokumen Pribadi
88
b. Lift Terdapat 1 lift yang terletak 1 sisi pojok bangunan. Dipergunakan untuk lift barang yang menghubung dari lantai 1 hingga lantai 3.
(Gambar 3.13. Posisi Existing Lift pada Lantai 1) Sumber: Dokumen Pribadi
c. Ruang Keamanan dan Ruang Panel Berada di area depan bangunan. Telah dibangun dari awal oleh arsitek bangunan ini.
(Gambar 3.14. Ruang Keamanan dan Ruang Panel) Sumber: Dokumen Pribadi
89
d. Area Parkir
(Gambar 3.15. Area Parkir) Sumber: Dokumen Pribadi
e. Sistem Struktur dan Bahan Bangunan Sebagian besar rangka yang digunakan untuk atap pada area outdoor berupa konstruksi rangka atap baja ringan yang terbuat dari baja ringan (truss). Salah satu keuntungannya adalah tahan dari rayap dan tahan dengan segala cuaca yang ada.
(Gambar 3.16. Konstruksi Rangka Baja Ringan) Sumber: Dokumen Pribadi
90
Struktur bangunan yang digunakan menggunakan struktur beton yang bersifat kokoh dan kuat dalam menahan beban yang cukup berat dengan struktur kolom berjenis kolom beton bertulang. Facad bangunan ini berupa curtain wall dengan pintu masuknya menggunakan pintu kaca sedangkan material lantai berasal dari Homogenous Tile.
(Gambar 3.17. Dinding Beton dan Curtain Wall) Sumber: Dokumen Pribadi
3.2. Studi Aktivitas Manusia 3.2.1. Data dan Tanggung Jawab Pemakai 1. Pengunjung Sebuah galeri terbuka untuk umum. Baik dari kalangan mahasiswa, pelajar, turis, seniman, hingga kalayak publik dari segala
usia
diperbolehkan
untuk
datang
dan
menonton
pertunjukkan sesuai dengan peraturan yang ada. Adapun beberapa adaptasi peraturan dari survei ketiga galeri yang sebelumnya dilakukan yang sesuai dengan perancangan galeri ini adalah: •
Menjaga kebersihan
•
Tidak merusak properti / karya seni
•
Terdapat pemeriksaan isi tas / barang bawaan sebelum masuk ke area pameran
•
Tidak mengaktifkan flash camera
91
Galeri karya seni umumnya pengunjungnya bervariasi dan dalam bentuk individu maupun kelompok/tur serta tidak menggunakan pembayaran untuk uang tiket seperti halnya museum, namun untuk pertunjukan/pameran tertentu terdapat harga tiket yang dikenakan. Selain itu terdapat 2 macam pengunjung yakni: •
Pengunjung dengan tujuan yang hanya melihat-lihat pertunjukkan/ pameran seni
•
Pengunjung
dengan
tujuan
hanya
memesan
makan/minum dan bersantai. 2. Grup Penampil/ Penyewa Galeri Karya Seni Kontemporer Jawa menerima dengan terbuka seniman-seniman yang ingin melakukan pertunjukkan/ penampilan
bergaya
kontemporer
Jawa.
Namun
terdapat
penyeleksian terlebih dahulu bagi para grup penampil yang akan melakukan pertunjukkan. Adapun ruang rapat disediakan untuk pembahasan tertentu. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk tidak keluar dari batasan-batasan Galeri Karya Seni Kontemporer Jawa. Galeri ini hanya dapat digunakan untuk seni pertunjukkan bergaya kontemporer antara lain: •
Pertunjukkan musik (alat musik modern-kontemporer),
•
Teatrikal penampil dan perupa muda,
•
Tarian dan drama musikal baru.
Sedangkan galeri temporer yang disewakan hanya dapat digunakan dalam batasan hasil karya seni kontemporer jawa sebagai berikut: •
Kain
•
Topeng, patung, dan keris, lukisan (tidak melebihi standar besar dan volum yang tertera pada peraturan)
•
Karya seni yang tidak menimbulkan kebisingan, kotor, dan
berat
berlebihan,
membahayakan.
serta
bentuk
tajam
92
Tidak disarankan dalam hal ini dipergunakan kegiatan yang mengandung kotbah, SARA atau kampanye. Sistem sewa terkait dengan pihak pengelola, pihak pementas diwajibkan melalui proses yang telah ada dan saling menyepakati kontrak sewa yang telah ditentukan. 3. Pengelola Pengelola Galeri Karya Seni Kontemporer Jawa ini diambil dengan menggunakan sistem organisasi dari galeri yang disurvei sebelumnya yakni Selasar Sunaryo Art Space, sebagai panduan. Pengelola utama selain Direktur dan Wakil Direktur dalam berlangsungnya kegiatan khususnya pameran dan pertunjukkan karya seni dan budaya serta operasional restoran, dibantu oleh: a. Kurator Pengurus dan pengawas galeri serta restoran yang ada di dalamnya. Bertugas pula dalam memilih dan mengurus objek pameran / karya seni yang dipamerkan. Mencari tau mengenai sejarah, bentuk, dan karya seni dan budaya lain yang berada tersebar informasinya. Peran aktifnya adalah misalnya memberikan seminar hingga menerbitkan artikel. b. Keuangan Mengurus data keuangan, pengaturan masuk dan keluarnya dana dalam berbagai kegiatan ataupun penyewaan yang terjadi di dalam galeri. Sekaligus pihak yang berhubungan dengan pihak sponsor, dan lain sebgainya. c. Manajer Program Mengelola
dan
mengkoordinasikan
kerja
dengan
bertanggung jawab terhadap rancangan atau draft jalannya kegiatan di galeri maupun aktifitas yang terjadi di restoran. d. Arsip & Dokumentasi Bertugas mengumpulkan dan menyimpan data/dokumen dan foto-foto terkait dengan kejadian dan kegiatan yang telah berlangsung atau bahkan yang akan direncakan.
93
e. Manajer Operasional Mengelola secara optimal penggunaan faktor produksi seperti tenaga kerja, mesin-mesin, peralatan, bahan mentah, hingga pengelolaan ruang make up, panggung, hingga restoran yang menjadi bagian dari galeri tersebut. 3.2.2. Pola Aktivitas Pemakai 1. Penonton / Pengunjung
(Diagram 3.1. Flow Activity Pengunjung)
Aktifitas pengunjung pada galeri ini terbagi menjadi 2 aktifitas yang berbeda yakni melihat pameran / pertunjukkan dan memesan makan /minum. Pengunjung terbagi menjadi pengunjung yang melakukan salah satu dari kegiatan tersebut atau pengunjung yang melakukan aktifitas keduanya. Dengan perbedaan aktifitas yang
94
tersebut, letak dan lokasi yang memisahkannya tidak boleh terlalu jauh juga tidak terlalu berdekatan. 2. Pola Aktivitas Penampil
(Diagram 3.2. Flow Activity Penampil)
Grup penampil yang datang membicarakan bentuk peraturan kerjasama yang berakhir dengan kontrak. Setelah mengetahui kejelasan dan rundown kegiatan, penampil melakukan persiapan pertunjukkan. Kegiatan tersebut meliputi penataan panggung, latihan, dan make up. Pementasan selesai dan berakhir ketika tidak ada lagi pengunjung sehingga dapat dilakukan evaluasi dan pembongkaran. 3. Pengelola Jam operasional pameran, lounge, dan Bar & Stage terdapat perbedaan. Pameran permanen akan dibuka dari pk 09.00- pk 17.00, sedangkan Lounge dan juga barnya akan dibuka paling lama yakni pk 09.00-pk 22.00, dan untuk pertunjukkan (Stage) akan dimulai dari pk 17.00 hingga berakhirnya penampilan ataupun mengikuti berakhirnya jam operasional Bar dan juga Lounge. Pengelola Galeri Karya Seni Kontemporer Jawa ini
95
memiliki kantor/ ruang kerja bagi para eksekutifnya. Sedangkan bagi para karyawan umum dibagi menjadi 3 dalam mengurus pameran, Lounge, dan Bar & Stage..
(Diagram 3.3. Flow Activity Pengelola / Karyawan)
3.2.3. Pola Aktivitas Barang Berdasarkan pola aktifitas barang, akan dipisah berdasarkan area secara garis besar, yaitu yang terbagi menjadi 2 area loading barang, melalui koridor timur dan koridor barat:
(Diagram 3.4. Pola Aktivitas Barang secara Keseluruhan)
96
1. Galeri
(Diagram 3.5. Pola Aktifitas Barang Galeri)
2. Café & Lounge
(Diagram 3.6. Pola Aktifitas Barang Bar & Lounge)
97
3. Pertunjukkan
(Diagram 3.7.Pola Aktifitas Barang Pertunjukkan)
98
3.3. Studi Fasilitas Ruang 3.3.1. Program Aktifitas dan Fasilitas Tabel 3.2. Data Aktifitas dan Fasilitas
99
100
101
102
103
104
105
1
106
107
108
109
Penerimaan 2
Semi Publik
Pameran Tetap
Semi Publik
Pameran Temporer
Semi Publik
Audiovisual
Semi Publik
Lounge
Semi Publik
Shop Store
Semi Publik
Serbaguna
Semi Publik
Bar &Stage
Privat
Sales. & Mkt.
Privat
Backstage
Privat
Back Office
Privat
Meeting Room
Servis
Toilet
Servis
Staff Locker
Servis
Storage
Servis
Janitor
Servis
Pantry
Servis
Food Storage
Servis
Kitchen Keterangan: = Sangat Penting = Cukup Penting = Tidak Penting
CCTV
Publik
Security
Penerimaan 1
Penghawaan
Publik
Acoustic
Room
Lighting
Zona
View
Tabel 3.3. Data Analisa Kebutuhan Ruang
110
3.3.2. Matriks Hubungan Antar Ruang
(Diagram 3.8. Matriks Hubungan Antar Ruang)
Diagram diatas adalah hubungan kedekatan antar ruang dari keempat zona beserta dengan area existing bangunan yang berkaitan. Terlihat sebagian besar jarang ditemukan jumlah area dengan keterangan “sangat berhubungan” dengan area lain dikarenakan bentuk bangunan yang memang terpisahkan oleh taman dan semi outdoor yang cukup luas di bagian tengah bangunan.
111
3.3.3. Diagram Sirkulasi Antar Ruang
(Diagram 3.9. Sirkulasi Antar Ruang)
Diagram diatas menunjukkan sirkulasi yang sering dilalui adalah di bagian tengah yang otomatis menjangkau berbagai macam area menjadi efektif. Oleh karena hal tersebut, area dengan zona publik dan semi publik yang mendominasi berada di sekitar sirkulasi tersebut.
112
3.3.4. Rekapitulasi (Perhitungan dan Penambahan Sirkulasi)
Tabel 3.4. Data Perhitungan dan Penambahan Sirkulasi
113
3.3.5. Zoning dan Grouping Area-area yang terdapat di dalam Galeri Karya Seni Kontemporer Jawa ini dibagi dalam 4 zona utama, zona privat yang hanya dapat dimasuki oleh pihak pengelola gedung dan juga pihak pengelola dan grup penampil pada sebuah pertunjukkan; zona publik yang bebas dilalui siapa saja; zona semi publik yang dapat dimasuki oleh pengunjung dengan telah melalui syarat tertentu dan atau dalam pengawasan pengelola secara langsung. Masing-masing zona tersebut kemudian dibagi lagi menjadi grup-grup ruang sesuai dengan klasifikasi kegiatannya.
114
S S Pr SP Pr
P SP
SP
S
S
SP
S
P
(Gambar 3.18. Zoning Terpilih Lantai 1)
SP Pr SP
(Gambar 3.19. Zoning Terpilih Mezzanine) Keterangan :
P : Publik Pr : Privat Sp : Semi Publik S : Servis
115
Zoning yang dipilih tersebut tergambar berada di 2 bagian bangunan yang terpisah oleh area outrdoor yang berupa taman di bagian tengahnya. Masing-masing bagian tersebut sama-sama terdiri dari zona servis untuk mendukung zona-zona yang lain. Zona servis tersebar cukup rata di berbagai bagian terutama pada area semi publik agar dapat mudah diakses para pengunjung/tamu. Keberadaan zona privat tidak berada di bagian depan dan tidak berdekatan dengan daerah zona publik dikarenakan zona privat lebih berisikan bagi pegawai, pemilik, dan tim penampil, serta tamu-tamu tertentu yang membutuhkan informasi lebih lanjut. Sedangkan untuk zona publik dan semi publik merupakan zona yang tersebar pada bagian bangunan dan yang mendominasi pada dalam bangunan.
WC Staff-Storage Ruang Audiovisual Pameran Tetap Penerimaan 2
Shop Store WC Storage Pameran Temporer
Janitor Pantry Food Storage Back Office Meeting Room Backstage Bar & Stage Dapur WC Lounge
Penerimaan 1
(Gambar 3.20. Grouping Terpilih Lantai 1)
116
Lounge Sales & Marketing Serbaguna
(Gambar 3.21. Grouping Terpilih Mezzanine)
Grouping yang dipilih merupakan grouping yang memisahkan pameran tetap, pameran temporer dan lounge secara berjauhan. Keuntungannya adalah ketiga area penting dan dominan ini mendapatkan area servis dan koridor servis masing-masing sehingga jalur servis tidak mengganggu area-area lain. Area Lounge lebih berhubungan dengan pertunjukka dikarenakan untuk dapat memberikan hiburan bagi pengunjung secara unik saat pengunjung berada di lounge. Sedangkan area pameran akan lebih leluasa dan nyaman saat dikunjungi karena berada terpisah dari area-area yang cenderung memiliki intensitas kepadatan yang cukup tinggi. Untuk mezzanine dipakai untuk area yang masih berhubungan / masih sama dengan yang berada di bawahnya agar dapat lebih mudah dicapai dan tidak mengganggu aktifitas area lain yang berbeda.
117
3.4. Studi Permasalahan Khusus Interior 3.4.1. Tinjauan Unsur-Unsur Pokok Bentuk 1. Titik Menunjukkan
posisi,
Letak
pada
peta.
Sebuah
titik
menandakan posisi dalam suatu ruang. Pada dasarnya ia tidak memliki panjang, lebar ataupun kedalaman, dan untuk itu statis, terpusat, tak ber-arah. Sebagai unsur dasar di dalam perbendaharaan bentuk, titik dapat digunakan untuk menunjukkan: •
Ujung-ujung sebuah garis
•
Persilangan Antara dua buah garis
•
Pertemuan ujung-ujung garis pada sudut sebuah bidang atau ruang
•
Titik pusat sebuah medan/lapangan
Sebuah titik tidak memiliki dimensi. Untuk mempertegas keberadannya, titik harus diproyeksikan menjadi unsur linear seperti tiang, tugu, menara. Berikut adalah bentuk lain yang memiliki unsur visual sebuah titik : a. Lingkaran b. Silinder c. Bola
118
(Gambar 3.22. Bentuk yang Memiliki Unsur Visual sebuah Titik) Sumber:Ching,1996 : 21
2. Garis Titik yang di perpanjang akan menjadi bagian dari: •
Panjang
•
Arah
•
Posisi
Garis adalah unsur penting dalam pembentukan setiap konstruksi visual. Dapat membantu untuk: a. Mempertemukan,
menggabungkan,
mendukung,
mengelilingi atau membagi unsur-unsur visual lainnya.
(Gambar 3.23. Pertemuan dari Unsur Garis) Sumber:Ching,1996 : 24
119
b. Menjelaskan adanya sisi-sisi bidang dan membentuk rupa bidang-bidang.
(Gambar 3.24. Sisi dan Rupa Bidang) Sumber:Ching,1996 : 24
c. Menyatakan sifat-sifat permukaan bidang.
(Gambar 3.25. Permukaan Bidang) Sumber:Ching,1996 : 24
Bangunan juga dapat berbentuk linear jika terdiri dari pengulangan ruang yang diatur sepanjang lorong sirkulasi, seperti ilustrasi berikut, bangunan dengan bentuk liniar dapat melingkupi ruang luar dan juga beradaptasi terhadap kondisi lingkungan yang berbeda-beda.
(Gambar 3.26. Cornell University Undergraduate Housing, Ithaca, New York, 1974, Richard Meier) Sumber:Ching,1996 : 28
120
Pada skala yang lebih kecil, garis-garis mempertegas sisi dan permukaan bidang serta ruang-ruang. Garis-garis tersebut dapat merupakan pertemuan didalam atau di antara bahan bangunan rangka-rangka jendela atau pintu-pintu, atau grid padastruktur kolom dan balokPengaruh unsur-unsur linier tersebut bergantungpada bobot secara visualnya, arah dan jaraknya.
(Gambar 3.27. Seagram Building. New York City, 1956-58, Mies Van der Rohe dan Philip Johnson) Sumber: Ching,1996 : 29
3. Bidang Garis yang diperpanjang kearah selain dari arahnya sendiri menjadi sebuah bidang. Pada dasarnya bidang memiliki panjang dan lebar, tetapi tidak memiliki kedalaman.
(Gambar 3.28. Bidang Datar) Sumber:Ching,1996 : 30
121
Jenis umum bidang-bidang yang sering dimanfaatkan dalam perancangan arsitektur adalah: a. Bidang atas: Bidang atas dapat berupa bidang atap yang melindungi ruang-ruang interior bangunan terhadap unsure-unsur iklim, atau bidang langit-langit yang menjadi penutup atas suatu ruang. b. Bidang Dinding: Bidang dinding, yang memiliki orientasi vertikal, sangat menentukan dalam pembentukan dan membatasi ruang arsitektural. c. Bidang Dasar: Bidang dasar dapat berupa bidang permukaan tanah yang berfungsi sebagai dasar pondasi dan dasar visual untuk bentuk bangunan, atau bidang lantai yang membentuk permukaan tutupan bawah suatu ruang dan menjadi dasar untuk kita berpijak.
(Gambar 3.29. Jenis-Jenis Umum Bidang dalam Arsitektur) Sumber:Ching,1996 : 35
122
Bidang langit-langit dapat menunjukkan bentuk atau berupa permukaan bawah suatu atap atau suatu lantai yang berada di atasnya dan menunjukkan strukturnya, dapat juga berupa garis pemisah di dalam ruang.
(Gambar 3.30. Struktur Lamella dan Distribusi Pembebanan kepada Atap) Sumber:Ching,1996 : 41
Bidang atap
dapat dibuat terjuntai (overhang) untuk
melindungi bukaan-bukaan pada dinding di bawahnya dan terik matahari atau hujan atau mendekati bidang permukaan tanah. Bidang atap dapat dipertinggi di atas suatu bangunan pada tempattempat beriklim panas untuk menciptakan ventilaasi alamiah yang melintasi ruang-ruang di dalam bangunan tersebut.
(Gambar 3.31. Robie House oleh Frank Lloyd Wright) Sumber:Ching,1996 : 42
123
4. Volume Sebuah bidang yang dikembangkan ke arah yang berbeda dari arah asalnya akan menjadi sebuah ruang. Secara konsep, sebuah volume mempunyai tiga dimensi, yaitu: panjang, lebar, dan tinggi. Semua volume dapat dianalisis dan dipahami terdiri atas: •
Titik atau ujung di mana beberapa bidang bertemu
•
Garis atau sisi-sisi di mana dua buah bidang berpotongan
•
Bidang (Permukaan) batas-batas ruang
(Gambar 3.32. Sebuah Volum/Ruang) Sumber:Ching,1996 : 44
Bentuk adalah ciri utama yang menunjukkan suatu volum. Hal ini ditentukan oleh wujud dan hubungan antara bidang-bidang yang digambarkan batas-batas dari volume tersebut. Sebagai
unsur
perancangan
tiga
arsitektur,
dimensi suatu
di
volume
dalam dapat
perbendaraan berbentuk
padat,dimana ruang dipindahkan oleh massa atau massa, atau ruang kosong dimana ruang berada di dalam atau dibatasi oleh bidang-bidang. Dalam arsitektur, suatu volum dapat dilihat sebagai bagian dari ruang yang terdiri dan dibentuk oleh dinding, lantai dan langit-langit atau bidang atap, atau kuantitas ruagn yang ditempati oleh massa bangunan. Sangat penting untuk memahami keduanya, khususnya saat membaca rencana ortografik tampak dan potongan.
124
(Gambar 3.33. Denah dan Potongan) Sumber:Ching,1996 : 45
Wujud bangunan yang berdiri sebagai objek pada suatu tapak, dapat dibaca sebagai volum yang berada atau mendominasi pada ruang. Contoh pada bangunan yang dirancang oleh Le Corbusier berikut:
(Gambar 3.34. “Villa Savoye”) Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/File:VillaSavoye.jpg
3.4.2. Tinjauan Karakteristik Garis dan Bentuk 1. Garis Menurut Sadjiman Ebdi (2005 : 80 ) Karakter garis merupakan bahasa rupa dari unsur garis. Adapun karakter tersebut adalah : a. Garis horizontal, yaitu garis mendatar yang mengasosiasikan cakrawala, mengesankan istirahat, memberikan karakter/ lambang pasif, kaku, ketenangan, kedamaian dan kemantapan.
125
(Gambar 3.35. Pengaplikasian Garis Horizontal pada Ruangan) Sumber: http://www.cantodofengshui.com/
b. Garis vertikal, yaitu garis tegak ke atas mengasosiakan benda yang berdiri tegak lurus, mengesankan keadaan tak bergerak, sesuatu yang melesat menusuk langit mengesankan agung, jujur, tegas, cerah, cita-cita, pengharapan. Memberikan karakter/lambang statis, kestabilan, kemegahan, kekuatan, kekokohan, kejujuran dan kemashuran.
(Gambar 3.36. Pengaplikasian Garis Vertikal pada Ruangan) Sumber: 1. http://homedesignmagz.info/, 2.http://interiordesignprinciples.blogspot.com/
c. Garis Diagonal, yaitu garis miring ke kanan atau ke kiri mengasosiasikan orang lari, pohon doyong dan obyek yang mengesankan
keadaan
tidak
seimbang.
kedinamisan, kegesitan, kelincahan
Melambangkan
126
(Gambar 3.37. Pengaplikasian Garis Diagonal pada Ruangan) Sumber: 1. http://jasonyianakis.co.nz/, 2.http://interiorly.wordpress.com/
d. Garis Zig zag merupakan garis patah-patah bersudut runcing, dibuat dari gabungan vertikal dan diagonal sebagai asosiasi petir,
retak,
letusan.
Menggambarkan
karakter
gairah,
semangat, bahaya, mengerikan, nervous sebagai lambang gerak semangat, kegairahan dan bahaya.
(Gambar 3.38. Pengaplikasian Garis Zig Zag pada Ruangan) Sumber: 1. http://www.creamylife.com/, 2.http://www.livingonthechic.com/
e. Garis Lengkung, meliputi lengkung mengapung, lengkung kubah dan lengkung busur. Mengasosiasikan gumpalan asap, buih sabun, balon. Memberikan karakter ringan dan dinamis, kuat yang melambangkan kemegahan dan kekuatan dan kedinamisan.
127
(Gambar 3.39. Pengaplikasian Garis Lengkung pada Ruangan) Sumber: http://www.decorationadvisor.com/
f. Garis S merupakan garis lengkung ganda yang merupakan garis terindah diantara semua garis atau garis lemah gemulai (grace), mengasosiasikan ombak, pohon tertiup angin, gerakan lincah anak/binatang. Memberikan karakter indah, dinamis, luwes yang melambangkan keindahan, kedinamisan dan keluwesan.
(Gambar 3.40. Karakteristik Garis) Sumber: Sanyoto, 2005
128
2. Bentuk Secara
psiklogis
dan
secara
naluriah
manusia
akan
menyederhanakan lingkungan visualnya untuk memudahkan pemahaman. Secara geometri diketahui wujud-wujud beraturan seperti lingkaran dan sederetan segi banyak beraturan yang tak terhingga banyaknya dapat dilukiskan dalam lingkaran tersebut. Ching (2003:28) berpendapat bahwa bentuk yang paling penting adalah wujud-wujud dasar, yaitu: lingkaran, segitiga dan bujursangkar dengan definisi sebagai berikut : a. Lingkaran Lingkaran merupakan sederet titik-titik yang disusun dengan jarak yang sama dan seimbang terhadap sebuah titik tertentu di dalam. Lingkaran merupakan sesuatu yang terpusat, berarah ke dalam dan umumnya bersifat stabil. Penempatan sebuah lingkaran pada pusat suatu bidang akan memperkuat sifat dasarnya sebagai poros. Menempatkan garis lurus atau bentuk-bentuk bersudut lainnya di sekitar bentuk lingkaran dapat menimbulkan perasaan gerak putar yang kuat.
(Gambar 3.41. Pengaplikasian Bentuk Lingkaran)
129
Sumber: Krier, 2001:76 b. Segitiga Sebuah bidang datar yang dibatasi oleh tiga sisi dan mempunyai tiga buah sudut. Segitiga menunjukkan stabilitas. Apabila terletak pada salah satu sisinya, segitiga merupakan bentuk yang sangat stabil. Jika diletakkan berdiri pada salah satu sudutnya, dapat menjadi seimbang bila terletak dalam posisi yang tepat pada suatu kesetimbangan atau menjadi tidak stabil dan cenderung jatuh ke salah satu sisinya.
(Gambar 3.42. Pengaplikasian Bentuk Segitiga) Sumber: Krier, 2001:78
c. Bujursangkar Sebuah bidang datar yang mempunyai empat buah sisi yang sama panjang dan empat buah sisi siku-siku. Bujursangkar menunjukkan sesuatu yang murni dan rasional. Bentuk ini merupakan bentuk yang statis dan netral serta tidak memiliki arah tertentu. Bentuk-bentuk segi empat lainnya dapat dianggap sebagai. Seperti juga segitiga, bujur sangkar tampak stabil bila berdiri pada salah satu sisinya dan dinamis jika berdiri pada salah atau sudutnya.
130
(Gambar 3.43. Pengaplikasian Bentuk Bujur Sangkar) Sumber: Krier, 2001:74
Wujud dasar dapat dikembangkan atau diputar untuk mengahasilkan bentuk ruang atau bentuk pejal yang berbeda, teratur dan mudah dikenali. Lingkaran membentuk bola dan silinder, segitiga membentuk kerucut dan piramida, bujur sangkar membentuk kubus. Dalam konteks ini, istilah pejal (solid) bukan menjelaskan suatu benda yang padat dan keras tetapi lebih pada suatu bentuk atau gambar geometrik tigadimensi. 1. Bola Bentuk benda pejal yang dihasilkan oleh perputaran sebuah setengah lingkaran pada garis tengahnya, di mana jarak semua titik pada permukaan terhadap pusatnya adalah sama. Bola adalah bentuk yang terpusat dan memiliki konsentrasi (pemusatan) yang tinggi. Seperti halnya lingaran yang merupakan bentuk dasarnya, bola mempunyai titik pusat dan pada umumnya stabil dalam lingkungannya. Bola cenderung menggelinding jika diletakkan pada suatu bidang miring.
131
Dilihat dari sudut manapun juga, wujud bola selalu tampak sama. 2. Silinder Bentuk benda pejal yang dihasilkan olah perputaran sebuah segi empat pada salah satu sisinya. Silinder terpusat pada sumbu yang berbentuk garis yang menghubungkan pusat-pusat kedua permukaan lingkaran yang ada. Silinder dapat diperpanjang dengan mudah menurut arah sumbunya. Silinder merupakan bentuk yang stabil jika diletakkan pada permukaan lingkarannya
berubah
menjadi
labil
jika
sumbunya
dicondongkan. 3. Kerucut Bentuk benda pejal yang dihasilkan oleh perputaran sebuah segitiga pada salah satu sisinya. Seperti halnya silinder, kerucut merupakan bentuk yang sangt stabil jika berdiri di atas permukaan lingaran dasarnya dan berubah menjadi tidak stabil jika sumbu vertikalnya dimiringkan atau dibalik. Bentuk ini masih dapat diletakkan berdiri pada ujungya dalam suatu keadaan seimbang yang kritis. 4. Piramida Bentuk Polihedron dengan dasar sisi banyak dan bidangbidang segitiga yang bertemu pada satu titik. Bentuk pyramid memiliki cirri-ciri yang serupa dengan kerucut. Oleh karena semua permukaan sisi-sisinya merupakan bidang-bidang yang datar, maka piramida dapat berdiri dengan stabil pada setiap permukaannya. Lain halnya dengan kerucut yang berkesan lembut, piramida secara relatif adalah bentuk yang berkesan keras dan bersudut. 5. Kubus Sebuah benda pejal prismatik yang memiliki enam permukaan bujur sangkar yang berukuran sama, di mana setiap dua sisi yang berhadapan membentuk sudut siku-siku. Karena dimensidimensi tersebut, kubus adalah bentuk statis yang tidak
132
menunjukkan gerak maupun arah. Bentuk ini merupakan bentuk yang stabil kecuali jika berdiri di atas salah satu sisi atau sudutnya. Walaupun profil sudut-sudutnya dipengaruhi oleh arah pandang kita, kubus merupakan bentuk yang sangat mudah dikenali. 3.4.3. Tinjauan Sistem Furnitur Furnitur merupakan bagian penting dalam interior terutama dalam sebuah perancangan galeri, secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu: 1. Barang-barang bergerak bebas, dalam arti tidak menyatu atau tidak terlihat pada elemen-elemen ruang, misalnya kursi, sofa, dan meja. 2. Barang-barang yang masih terkait dengan ruang dimana barang itu berada (built-in). Contohnya adalah rak, lemari yang menyatu dengan dinding, tempat duduk yang berupa banquete. Berdasar pada penyusunan letak furnitur, daerah pasif adalah daerah yang terjadi kegiatan dengan frekuensi tinggi dan bersifat lambat dan lama. Daerah ini salah satunya seperti kegiatan yang ada pada sebuah galeri baik pada pameran tetap maupun pameran temporer sehingga penyusunan dan jumlah furnitur akan dibatasi dan disusun dengan jarak yang cukup untuk kegiatan tersebut serta menunjang keamanan dan kenyamanan pengunjung. Sedangkan daerah aktif seperti daerah backstage, bar, dan daerah lain yang membutuhkan pelayanan ekstra untuk menyajikan sesuatu kepada pengunjung, lebih menekankan pada penyusunan letak furnitur yang sebaiknya built-in, agar tidak bisa dipindahkan, namun untuk rak gantung baju atau lainnya yang memang bisa berpindah-pindah ruang hendaknya dibuat sefleksibel mungkin, seperti diberi roda, untuk mempermudah pergerakan.
133
Furnitur sebagai fasilitas untuk memamerkan benda koleksi dirancang berdasarkan pada kebutuhan ruang benda koleksi, dan disesuaikan dengan tujuan ruang pamer. Furnitur untuk penempatan benda
koleksi
desertai
dengan
tempat
keterangan
untuk
menginformasikan tentang benda koleksi. Furnitur dikelompokan berdasarkan sifat benda koleksi yaitu: •
benda koleksi langka menggunakan furnitur yang bertutup kaca,
•
benda
koleksi
yang dapat dilihat
secara
keseluruhan
menggunakan furnitur yang bergerak berputar. Berdasarkan bentuk penyajian, wadah untuk menampilkan materi koleksi dibagi menjadi 4, yaitu: 1. Panil Sarana pokok pameran yang digunakan untuk menggantung atau menempelkan koleksi, terutama yang bersifat dua dimensi dan cukup dilihat dari sisi depan. Panil terdiri dari panil dinding, panel transparan, panil elektroli. Biasa digunakan untuk benda 2D, misal : gambar, bagan grafik, lukisan, dan foto. 2. Sistem Pedestal (Alas Koleksi) Pedestal / alas koleksi terdiri dari sistem box standard an sistem box khusus. Biasa digunakan untuk penyajian benda 2D dan 3D. Misalnya adalah foto, benda kecil yang berharga, patung, dan lain sebagainya. Kalau koleksi yang diletakkan di pedestal bernilai tinggi dan berukuran besar, maka perlu mendapat ekstra pengamanan, yaitu paling tidak diberi jarak yang cukup aman dari jangkauan pengunjung. Alas koleksi yang berukuran kecil di letakkan di vitrin sebagai alat bantu agar benda dalam vitrin dapat disajikan dengan baik. Ukuran tinggi rendahnya harus disesuaikan dengan besar kecilnya yang diletakkan di atasnya.
134
3. Vitrin Merupakan salah satu jenis pokok pameran yang diperlukan untuk tempat meletakkan benda-benda koleksi yang umumnya 3D, dan relatif bernilai tinggi serta mudah dipindahkan. Vitrin mempunyai fungsi sebagai pelindung koleksi baik dari gangguan manusia, maupun dari gangguan lingkungan yang berupa kelembaban udara ruangan, efek negatif cahaya serta perubahan suhu udara ruangan. 4. Sistem Diorama Penyajian untuk benda 3D, diorama suatu peristiwa/kisah, diorama suatu tema pameran, dan lain sebagainya. Selain furnitur utama pada pameran, terdapat sistem penunjang dari furnitur tersebut pada pameran yang terdiri antara lain: 1. Label, merupakan bentuk informasi verbal 2. Saran penunjang koleksi, bisa juga disebut dengan koleksi penunjang.
Koleksi
penunjang
biasanya
dibuat
untuk
memudahkan pengunjung memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai hal yang berkaitan dengan keberadaan koleksi. Contoh: foto, sketsa, miniatur, denah, dll. 3. Sarana pengamanan, ada yang berupa pagar pembatas, rambu petunjuk, alarm, dan cctv. 4. Sarana publikasi. Bentuk sarana ini berupa poster, brosur, iklan. 5. Sarana pengaturan cahaya, biasanya berupa instalasi lampu listrik di dalam vitrin, atau di luar vitrin 6. Sarana pengaturan udara berupa AC, ventilasi, atau kipas angin. 7. Sarana audiovisual biasanya berupa rekaman video dengan monitornya atau penayangan penjelasan dengan menggunakan slide. 8. Sarana angkutan dalam ruang berupa rak dorong
135
9. Dekorasi ruangan, berpengaruh terhadap kenyamanan dan kebersihan ruang pameran. (Depdikbud, 1993 : 7)
3.4.4. Tinjauan Material Lantai, Dinding, dan Ceiling Material yang digunakan dalam mendukung tercapainya bentuk ruang interior sebaiknya yang mampu memberikan kebutuhan akan ruang yang dinamis, lentur, fungsional, aman dan fleksibel. Selain itu untuk menciptakan kesan ruang yang baik, material juga harus mampu menyerap suara, tahan terhadap getaran dinamis maupun statis. Material yang digunakan pada ruang pamer adalah sebagai berikut: 1. Material Lantai Persyaratan lantai pada perancangan galeri ini adalah: •
Lantai harus kuat
•
Mudah dibersihkan
•
Kedap suara
•
Tahan terhadap kelembapan
•
Memberikan rasa nyaman dan aman
Lantai ruang pamer seharusnya tidak licin dan ekonomis dalam pemasangan dan perawatannya. Perlu diingat warna permukaan yang mengkilat akan memantulkan cahaya, permukaan yang terlalu gelap akan menyerap cahaya dan akan mengkontraskan kecemerlangan yang akan mempengaruhi penglihatan, demikian pula jika permukannya terlalu terang. Berikut adalah beberapa material lantai beserta keunggulan dan kekurangannya untuk diaplikasikan pada ruang-ruang yang ada pada Galeri Karya Seni Kontemporer Jawa:
136
Tabel 3.5. Tabel Kriteria Pemilihan Material Lantai Nama
Terazzo
Keramik
Keuntungan -tahan lama -tahan kotor -permanen -aneka warna -tahan lama -tidak kotor -tahan gores -permukaan halus -tidak menyerap air
Kerugian
Pemeliharaan
-keras -desain terbatas
Mudah, dengan air
-nat antar keramik mudah berlumut
Pemeliharaan mudah dengan air hangat & sabun
-tahan lama -tidak licin -tahan noda -menyerupai warna alam
Mudah
Acrylic
-tahan akan sinar -tahan gesek
-mudah -tahan terhadap kotoran
Karpet
-mewah -vocal point -hangat -corak dan warna bebas -lembut -elemen akustik
Vinyl Solid Tile
Glazzed Tile
-tidak untuk diletakkan pada traffic padat -menyimpan debu
-tahan basah -tahan gesekan
-mewah -tahan api -tidak kotor -Bisa berlumut Marmer -tahan gores -mahal -permukaan halus -heavy duty -nat yang tipis (Sumber: Suptandar, 1999 : 133-138)
Mudah
Mudah, memakai air & sabun
Mudah
137
2. Material Dinding Elemen dinding dapat mengekspresikan keterbukaan atau ketertutupanruang yang dibatasinya terhadap ruang-ruang lain yang
ada.
Kualitas
keterbukaan
atauketertutupan
ini
mengekspresikan arah dari elemen dinding ruang-ruang tersebut.Arah elemen ini selanjutnya memberikan potensi bagi manusia untuk bergerak dengan mengacu padanya. Analisa umum dari material yang baik untuk dinding galeri adalah: •
Dinding harus melindungi bagian dalam bangunan dari sinar matahari
•
Dinding harus bersifat isolator yang mengalangi kalor yang datang dari luar bangunan
•
Dinding berfungsi sebagai pembatas yang memisahkan ruang satu dengan ruang lainnya
•
Dinding merupakan pembatas yang mempertegas fungsi ruang
•
Dinding mampu meredam bising yang berasal dari dalam maupun luar ruangan.
138
Tabel 3.6. Tabel Kriteria Pemilihan Material Dinding Nama
Keuntungan
Kerugian
Pemeliharaan
-bentuk yang dibuat susah
Beton
-mudah dibentuk
diubah
-kekuatan tinggi
-tidak fleksibel
-tahan panas
-bobot yang berat
-tahan karat/
-pantulan suara
pembusukan
besar
Mudah
-butuh keahlian khusus -tahan api -murah -ringan Gipsum
-fleksibel -meredam suara
-tidak tahan air -mudah rusak
-pemasangan cepat -tahan benturan -kesan hangat Batu
-tahan panas -tahan dingin -tidak berubah warna
Sederhana, dibersihkan -desain terbatas
dengan kain lap
139
-relatif singkat -beberapa tahan air
(1-2 tahun)
-mudah diperoleh
-warna mudah
Cat
-relatif murah
berubah
Dinding
-banyak variasi
-Tidak tahan
-banyak teknik
panas
aplikasi
-tidak tahan
Mudah dibersihkan
dingin -tahan reatak -tahan bentur -tahan panas Fiberglass
-tahan dingin
Mudah, pakai
-tidak berkilau/
pembersih kaca
refleksi -kesan bersih, rapi, modern
-tidak tahan lembab
Kain
-pemakaian
-tidak tahan
sementara
lama
-cocok untuk ruang
-tidak kuat
berAC
goresan Tidak tahan panas & dingin
-dicuci pakai sikat -pakai pembersih debu
140
-Tahan cuaca Kayu
-tahan panas & dingin -kuat pada Ac/tidak -kesan tradisional
-tidak tahan
-dapat divernis
air/lembab
-pengecatan
-rentan
kembali
rayap
-digunakan teak oil.
-tidak mudah luntur -tahan zat kimia -kuat Keramik
-tahan dingin & panas -tahan tekanan -tahan air
-nat antar keramik mudah berlumut
Mudah, memakai cairan pembersih dan air
-tidak tahan
Vinyl
-elastis
sentuhan
-isolasi suara
kasar
-banyak variasi
-menyerap
Mudah
air -mewah -tahan api Marmer
-tidak kotor -tahan gores -permukaan halus -nat yang tipis
(Sumber: Suptandar, 1999 : 155-159)
-Bisa berlumut -mahal
Mudah
141
Dengan
beragam
pertimbangan
untuk
mendukung
kebutuhan, material yang digunakan pada dinding ruang pamer menggunakan dinding partisi berupa material dari gypsum board 12 mm dan multipleks 9 mm yang dilapis dengan plywood 3 mm, dengan menggunakan rangka sistem modul 60 x 60 cm. Khusus pada area utama yakni ruang pamer (galeri), dibutuhkan kriteria khusus dalam pemilihan material dinding yakni yang tahan gesekan, tahan air, tidak mudah kotor, mudah dalam perawatan dan pembersihan, serta mendukung suasana tema interior dan memiliki banyak alternatif warna/motif yang beragam. 3. Material Ceiling Ceiling / plafon adalah salah satu unsur penting dalam interior,
sebagai
pembentuk
space
(ruang).
Seperti
sebelumnya, lantai dan dinding berfungsi sebagai pembatas ruang, demikian juga halnya dengan ceiling yang akan memberikan suatu bentuk atau karakter ruang. Perkembangan teknologi yang mutakhir memberikan kemungkinan yang telah banyka dalam bentuk, struktur, fungsi, bahan, tekstur, dan penampilan lain dari hanya sekedar ceiling. Ditinjau dari fungsi, ceiling memiliki berbagai kegunaan yang jauh lebih besar dengan unsur-unsur pembentuk ruang yang lain. Pada perancangan sebuah Galeri Seni, fungsi yang diutamakan pada ceiling yakni: •
Pelindung kegiatan manusia yang ada pada setiap ruangan
•
Sebagai skylight, di sini ceiling berfungsi untuk meneruskan cahaya alamiah ke dalam bangunan, hal ini akan menghemat energi listrik yang terpakai.
•
Sebagai bidang penempelan titik-titik lampu
142
•
Berfungsi
dalam
peredam
suara/akustik
dengan
ditunjang oleh dinding dan lantai. Misalnya pada ruang serbaguna, ruang audiovisual. •
Perbedaan tinggi dan bentuk ceiling yang membuat perbedaan aktifitas dan zona pada ruangan tersebut.
•
Pada ruang rapat / ruang serbaguna yang diharapkan tercapainya
suatu
pendapat
dan
membutuhkan
konsentrasi, diusahakan agar ceilingnya berbentuk sederhana dan tidak menyolok agar tidak mengganggu konsentrasi. •
Pada ruang pamer, agar dapat menarik pengunjung, dibuat ceiling yang kontras agar saling bersaing untuk menonjolkan diri dan kesan yang mewah.
Tabel 3.7. Tabel Kriteria Pemilihan Material Ceiling Nama
Keuntungan
Kerugian
Pemeliharaan
-rapi -sambungan Gipsum
tersamarkan
-tidak tahan air
-mudah diperoleh
-mudah rusak
Standar
& dapat diganti -pengerjaan cepat -Meredam Akustik Ceiling
kebisingan
-jarang
-pengerjaan cepat
dijumpai
-dapat diperbaiki &
-relatif mahal
diganti
Tidak tahan air
143
-Ketahanan kuat Panel
-pantulan akustik cukup
Kayu
bagus -desain yang beragam
-rentan tayap -tidak tahan air -daya serap
Beton Ekspos
-memberikan kesan desain
kebisingan
tersendiri
kurang
-hemat
-tidak tahan
Mudah
air/basah -tahan api Fiber
-kuat
Tidak tahan
-ringan dan lentur
benturan
-pengerjaan mudah (Sumber: Suptandar, 1999 : 160-167)
3.4.5. Tinjauan Karakteristik Warna Dalam ilmu alam, warna adalah gelombang cahaya yang dasar-dasar teorinya dikemukakan oleh Newton. Warna adalah satu hal yang sangat vital dalam desain perancangan sebuah galeri seni, karena warna membawa misi untuk masing-masing ruangan beserta dengan kegiatannya. Warna mempengaruhi bentuk, ukuran, berat, dan suhu. Warna sangat ekspresif karena membawa gagasan tentang simbol. Pencampuran suatu warna murni dengan warna putih atau hitam menghasilkan skala warna lain yang disebut dengan warnawarna pastel. Jadi warna murni dicampur putih akan menjadi warna muda (tint). Warna murni dicampur hitam akan menghasilkan warna tua (shade). Sedangkan warna murni dicampur warna abu-abu akan menghasilkan tone.
144
(Gambar 3.44. Colorwheel) Sumber: http://blog.asmartbear.com/color-wheels.html
Penerapan warna pada komposisi secara psikis pada perancangan interior galeri dapat: •
Memberi kesan tertentu pada galeri
•
Mempengaruhi dan mendorong keefektifan kegiatan di dalamnya
•
Mampu membantu memusatkan pikiran dan konsentrasi
•
Mendorong kesenangan pribadi untuk menikmati sebuah aktifitas
•
Mempertinggi keselamatan aktifitas
•
Membantu aspek kebersihan
Warna yang diaplikasikan memiliki karakter yang berbeda-beda, yakni sebagai berikut: 1. Putih Menonjolkan karakteristik koleksi sehingga pengunjung dapat melihat karya seni dengan detail. Warna putih melambangkan cahaya, kebenaran, ketidakbersalahan, kemurnian, keperawanan, keamanan dan kebersihan sehingga warna putih sering disebut sebagai warna kesempurnaan. Warna putih diterapkan pada elemen pembentuk ruang maupun pada finishing furnitur.
145
Warna putih mampu memberikan efek tinggi pada ruangan dan kesan luas serta bersih. Baik untuk digunakan pada ruang dengan area yang sempit untuk memunculkan suasana lebih cerah dan luas. 2. Coklat Warna yang menyimbolkan dari tanah, memberi kesan nyaman, dapat bertahan/menonjolkan eksistensi, dapat dipercaya, merupakan warna netral dan kestabilan. Selain itu memberikan suasana yang menginspirasi dan bijaksana. Tidak diaplikasikan untuk bagian interior secara berlebihan atau akan menimbulkan efek kesedihan dan cenderung kuno. Warna coklat warna yang sebagian besar mendominasi cirikhas dari beragam budaya. 3. Merah Warna yang penuh semangat, agresif, dan mencolok. Cocok digunakan sebagai warna untuk memberikan aksen sehingga ruangan Nampak tegas dan mengagumkan. Jika terlalu berlebihan, akan memberikan kesan berat, menolak, dan mengganggu. Warna merah
yang memiliki kesan berenergi
penuh
ini
dapat
membangkitkan gairan dan kesenangan penikmatnya. Warna merah merupakan warna yang sangat emosional. Warna ini juga dapat meningkatkan metabolisme tubuh, meningkatkan jumlah keringat dan meningkatkan tekanan darah. Penggunaan warna merah di dalam ruang juga ditujukan sebagai tekanan komposisi (emphasize) sebagai upaya untuk mendapatkan point of interest (pusat perhatian) dalam ruang.
4. Oranye Warna oranye merupakan kombinasi dari energi yang dihasilkan oleh warna merah dan kebahagiaan yang dipancarkan oleh warna oranye. Memiliki kesan kreatif, flamboyant, percaya diri, antusiasme, optimism, dan semangat. Warna ini efektif jika
146
sebagai aksen pada ruangan dan menghangatkan ruangan yang berkesan dingin (pada ruang pamer sebagai pencipta suasana yang berbeda). Oranye juga merupakan warna memiliki daya visibilitas tinggi sehingga dapat digunakan untuk menarik perhatian serta memberikan penekanan pada bagian-bagian yang penting pada elemen desain.suatu desain.. Dari warnanya yang identik dengan warna jeruk, oranye diasosiasikan sebagai warna untuk makanan sehat dan warna untuk membangkitkan selera makan. 5. Kuning Dapat
menstimulasi
kesejukan,
semangat,
aktif,
menghamburkan dan menambah terang refleksi namun akan membosankan jika pengaplikasian terlalu berlebih. Kuning merupakan
warna
sinar
matahari
pagi,
melambangkan
kegembiraan, kebahagiaan, kecerdasan dan energi. Disebut sebagai ‘childish color’ atau warna kanak-kanak sehingga banyak produk mainan anak-anak yang berwarna kuning. Pada beberapa ruang warna ini dapat memecahkan konsentrasi dan mencolok mata yang kemudian memunculkan perasaan berat pada mata. Secara psikologis warna ini dapat membuat orang senang berdebat. 6. Hijau Hijau adalah warna adalah warna alam, melambangkan pertumbuhan, keselarasan, kesegaran dan kesuburan. Warna ini mampu mengurangi ketegangan hidup karena ruangan akan terdapat kesan yang melindungi. Hijau memiliki hubungan emosional yang sangat kuat dengan keselamatan, sehingga digunakan sebagai warna tanda yang terkait dengan keamanan seperti warna lampu lalu lintas yang menandakan boleh berjalan. Warna ini hampir ada di setiap ruangan/furnitur dan aksesoris karena dampaknya yang menyegarkan dan berkesan ringan di mata. Efek hijau dapat memperbaiki penglihatan pula.
147
7. Biru Bisa disebut warna menjauh, bersifat dingin, kaki, manipulatif, baik, dan tenang. Biru adalah warna langit dan laut, sehingga sering diasosiasikan sebagai warna yang mengesankan kedalaman dan stabilitas. Memberikan efek memperdalam sebuah ruangan dan menjadikan suasana menjadi menginspirasi dan tenang. Warna biru sangat menguntungkan bagi tubuh dan perasaan manusia,
akrena dapat memperlambat metabolisme tubuh
sehingga menimbulkan ketenangan.Biru juga merupakan warna maskulin dan biasanya disukai oleh laki-laki. warna ini dapat mengurangi selera makan apabila diterapkan di ruang makan atau restauran sehingga harus dihindari penggunaannya. 8. Ungu Warna ungu merupakan kombinasi dari stabilitas warna biru dan energi dari warna merah. Memberikan kesan romantis, keagungan, misteri, passion, rileks, lembut, kemegahan pada interior. Lebih baik dipadukan dengan warna lain sehingga mengurangi kesan berat. Selain itu warna ungu yang berlebih akan memberi kesan ruangan menjadi terlihat pendek. Berdasarkan hasil survei, hampir 75% anak remaja memilih ungu dibanding warna lain, sehingga warna ini sesuai dan disenangi oleh kaum remaja baik laki-laki maupun perempuan. Akan tetapi warna ini sangat jarang ditemukan di alam, sehingga kadang warna ini identik dengan kepalsuan. 9. Hitam Warna hitam melambangkan kematian,duka cita, kejahatan dan misteri. Warna hitam juga merupakan warna yang misterius yang dihubungkan dengan ketakutan dan sesuatu yang tidak diketahui. Warna ini akan mengurangi cahaya dan bayangan. Cocok untuk dijadikan aksen, sehingga mencegah ruangan terkesan gelap dan suram. Warna hitam juga memberikan perasaan perspektif dan kedalaman,
menonjolkan
bentuk
di depannya.
Cenderung
148
memberi pengaruh menekan, namun bila digunakan dengan warna lain, akan berfungsi menunjang intensitas warna tersebut. 10. Abu-abu Tenang, netral, tidak menyilaukan bila dipadukan dengan warna lain. Dapat membawakan kesan dewasa, penuh masa depan, intelek, bahkan kesedihan.
3.4.6. Tinjauan Sistem Pencahayaan Berdasarkan sumber nya, cahaya bisa dibedakan menjadi 2, yaitu cahaya alami dan cahaya buatan. Cahaya alami adalah cahaya yang bersumber dari alam (matahari, bulan, bintang dan pijaran api alam). Sedangkan cahaya buatan adalah cahaya yang dibuat oleh manusia (lampu minyak,lampu gas, lilin, lampu listrik). Cahaya buatan adalah jenis pencahayaan yang relatif dapat dikendalikan oleh manusia sesuai dengan waktu dan jumlah yang diinginkan. Pengaturan pencahayaan buatan pada perancangan interior galeri, dilakukan melalui teknik-teknik tertentu. Hal ini bertujuan menciptakan intensitas pencahayaan tertentu di dalam ruangan. Teknik pengaturan pencahayaan buatan tersebut antara lain: 1. High Lighting Teknik pengaturan cahaya buatan yang bertujuan untuk menciptakan interior ruang yang memiliki intensitas cahaya tinggi. Hal ini dilakukan dengan memberikan sorotan cahaya pada obyek tertentu,sehingga mempertajam detail dan warna obyek tersebut.
(Gambar 3.45. High Lighting pada Interior) Sumber : http://applications.nam.lighting.philips.com/forward/
149
2. Wall Washing Teknik pengaturan cahaya buatan yang memberikan suatu lapisan pencahayaan pada bidang dinding sehingga dinding terkesan merata dengan cahaya.
(Gambar 3.46. Wall Washing pada Interior) Sumber : Philips Wall Washer Catalogue
3. Shilhouetting Teknik
pengaturan
cahaya
buatan
dengan
cara
menempatkan obyek pamer di antara bidang tangkap cahaya, sehingga obyek pamer terlihat sebagai suatu bentuk bayangan.
(Gambar 3.47. Shilhouetting pada Interior) Sumber : Philips Catalogue
150
4. Beam Play Teknik pengaturan cahaya yang memanfaatkan sorotan cahaya sebagai elemen visual. Teknik ini memanfaatkan bidang tangkap tertentu untuk dapat memperlihatkan sorotan cahaya tersebut. Sumber cahaya diatur menjadi permainan titik lampu.
(Gambar 3.48. Beam Play pada Interior) Sumber : Philips Beam Light Catalogue
5. Shadow Play Teknik pengaturan cahaya yang menonjolkan bayangan hasil sorotan cahaya sebagai elemen visual. Teknik ini biasanya menggunakan jenis lampu yang memiliki karakter berkas sinar yang sempit.
(Gambar 3.49. Shadow Play pada Interior) Sumber : http://www.enlightermagazine.com/
151
6. Sparkle Teknik pengaturan cahaya yang menjadikan sumber cahaya sebagai elemen visual. Teknik ini mampu memberikan kesan elegan dan mewah pada perancangan sebuah interior.
(Gambar 3.50. Sparkle pada Interior) Sumber : Philips Lights Catalogue
Dalam
perancangan
sebuah
galeri,
berikut
adalah
dasar
pertimbangan analisa umum sistem pencahayaan: •
Tidak menimbulkan sinar ultra-violet yang dapat merusak koleksi karya
•
Tidak menimbulkan mata lelah
•
Dapat mempertegas ruang dan benda
•
Disesuaikan dengan kegiatan yang ada di dalam pameran
•
Memberikan kontribusi pada penampilan eksternal dan internal
•
Tidak meningkatkan suhu ruangan
Hal lain yang diperhatikan dalam sistem pencahayaan objek karya adalah bentuk objek yang disorot, dengan kata lain dapat disesuaikan dengan sifat dari bendi yang akan diberi pencahayaan yang terbagi menjadi:
152
•
Pencahayaan khusus terhadap objek 2 dimensi
•
Pencahayaan khusus pada objek 3 dimensi
Pencahayaan khusus harus memenuhi tujuan sebagai berikut: •
Objek dapat dilihat dengan jelas
•
Menampilkan objek yang disorot Standar
yang
direkomendasikan
untuk
tingkat
pencahayaan adalah sebagai berikut: •
50 lux untuk tingkat kesensiitifan tinggi
•
150-200 lux untuk tingkat kesensitifan sedang
•
300 lux untuk kesensitifan rendah
Berikut pembagian macam penerangan dalam ruang bagian dalam : 1. Penerangan Simetris, langsung Diutamakan untuk penerangan umum pada ruang kerja, ruang rapat. Untuk mencapai suatu tingkat penerangan yang telah ditentukan diperlukan daya kerja listrik yang relatif tidak begitu besar. Sudut untuk mengurangi penyilauan lampu di ruang rapat dan kerja 30°, untuk keamanan penglihatan yang sangat tinggi sudutnya pada 40° atau lebih besar. Untuk merencana penerangan harus dimulai dari suatu sudut penyinaran antara 70° dan 90°.
153
(Gambar 3.51. Penerangan Langsung Simetris) Sumber : Neufert,2007:131
2. Lampu Sorot Dinding-cahaya yang menghadap ke bawah Untuk pemasangan pada bidang dinding untuk penerangan dinding yang merata. Efeknya terhadap dinding adalah penerangan dari suatu penerangan langsung.
(Gambar 3.52. Lampu Sorot Penerangan Langsung) Sumber : Neufert,2007:131
3. Lampu Sorot Rel Aliran Penerangan dinding yang merata dengan bagian ruang, Tergantung pada jarak yang dipilih antar lampu, kuat penerangan dapat dicapai hingga 500 lux. Pemasangan
154
lampu bahan bercahaya dan lampu pijar halogen dimungkinkan.
(Gambar 3.53. Lampu Sorot dengan Komponen Ruang pada Rel Aliran) Sumber : Neufert,2007:131
4. Lampu Sorot untuk Instalasi Langit-Langit Pada bagian ruang yang kurang untuk penerangan dinding yang eksklusif, penggunaan menggunakan lampu pijar halogen dan lampu bahan bercahaya.
(Gambar 3.54. Lampu Sorot Dinding) Sumber : Neufert,2007:131
155
5. Lampu Sorot Terarah Cahaya Mengarah ke Bawah Pada susunan lampu yang teratur di langit-langit memungkinkan suatu penerangan yang dibeda-bedakan sesuai dengan ruangnya. Pemantulan 40° dan diputar 360°. Pemasangan lampu pijar halogen, terutama lampu halogen voltase rendah.
(Gambar 3.55. Lampu Sorot Terarah) Sumber : Neufert,2007:131
6. Penerangan Tidak Langsung Kesan ruang yang terang, Juga pada tingkat penerangan yang kecil, dan tidak adanya penyilauan pantulan merupakan konsep cahaya. Tinggi ruangan yang cukup merupakan persyaratan, penyelarasan penerangan yang hati-hati diperlukan untuk arsitektur langit-langit. Untuk penerangan tempat kerja harus diperhatikan batasan kerapatan lampu langit-langit sebesar 400 cd/m². Sampai ke pemakaian energi yang lebih tinggi 3 kali lipat terhadap suatu penerangan yang langsung.
156
(Gambar 3.56. Penerangan Tidak Langsung) Sumber : Neufert,2007:131
7. Penerangan Tidak Langsung-langsung Kesan ruang yang terang dan pemakaian energi yang dapat dibenarkan
(70%
langsung,
30%
tidak
langsung),
diutamakan pada tinggi ruang yang memadai (h ≥ 3m). Suatu penerangan yang tidak langsung-langsung terutama pemasangan lampu bahan bercahaya, pada struktur cahaya juga dalam kombinasi dengan lampu pijar.
(Gambar 3.57. Penerangan Tidak Langsung-langsung) Sumber : Neufert,2007:131
8. Lampu Sorot- Langit-Langit, Lampu Sorot Lantai
157
Untuk penerangan bidang langit-langit atau bidang lantai, penggunaan lampu pijar halogen atau lampu bahan bercahaya dapat digunakan, juga dimungkinkan lampu pengosongan tekanan tinggi.
(Gambar 3.58. 1.Lampu Sorot Langit-Langit, 2. Lampu Sorot Lantai) Sumber : Neufert,2007:131
9. Lampu Sorot Dinding Untuk penerangan dinding dekorasi juga dengan efek cahaya, misalnya dengan filter warna dan prisma. Dalam kondisi terbatas dapat juga untuk penerangan langit-langit atau lantai.
(Gambar 3.59. Lampu Dinding Penerang Tidak LangsungLangsung)
158
Sumber : Neufert,2007:131
10. Lampu Sorot Dinding-rel aliran Dipasang pada bagian ruangan, terutama di ruang pameran dan museum. Tingkat penerangan yang vertikal sebesar 50lux. 150 lux dan 300 lux harus dicapai sebagai sepesifikasi yang khusus di daerah pameran. Dekorasi yang diutamakan dengan lampu pijar dan lamp bahan bercahaya.
(Gambar 3.60. Lampu Sorot pada Rel Aliran Listrik) Sumber : Neufert,2007:131
11. Lampu Sorot Rel Aliran Sudut penyinaran yang lebih disukai 10° (bintik), 30° (banjir), 90° (lampu sorot). Perubahan kerucut cahaya pada penyinaran oleh lensa (lensa patung dan lensa fresnel), perubahan spektrum oleh filter pelindung IR dan UV (daerah museum, pameran, penjualan) dan filter warna.
159
(Gambar 3.61. Lampu Sorot pada Rel Aliran Listrik) Sumber : Neufert,2007:131
3.4.7. Tinjauan Sistem Penghawaan Dasar pertimbangan sistem penghawaan untuk perancangan sebuah galeri seni adalah: •
Sistem penghawaan dapat mengendalikan tingkat kelembaban dan dan suhu dalam ruang
•
Sistem penghawaan dapa emngendalikan dan mengatur suhu ruang agar sesuai dengan kondisi lingkungan
•
Dapat mengurangi serangan jamur dan serangga.
•
Pertukaran udara terjamin
Penghawaan alami digunakan seoptimal mungkin terutama pada ruang-ruang yang tidak membutuhkan kondisi tertentu. Penghawaan alami dapat dilakukan melalui bidang bukaan seperti pintu dan jendela. Penghawaan buatan terutama digunakan pada ruang-ruang yang membutuhkan kondisi tertentu dan stabil seperti ruang pamer dan ruang penyimpanan koleksi. Penghawaan buatan menggunakan AC central agar mudah dilakukan pengontrolan. AC juga sebagai alat untuk mengkondisikan udara dalam ruang. Penghawaan berfungsi kusus untuk membantu memperlambat proses pelapukan koleksi. Untuk galeri dengan koleksi tetap, kelembapan yang disarankan adalah 50% dan tidak boleh lebih dari 70%, dengan suhu 21⁰ C - 26⁰ C
160
3.4.8. Tinjauan Sistem Akustik Ruang Pengkondisian suara bertujuan mengurangi gangguan bunyi yang ditimbulkan oleh suara baik dari dalam, maupun dari luar bangunan galeri. Gangguan bunyi khususnya pada galeri seni, biasanya berasal dari faktor kebisingan dari luar (seperti keramaian kendaraan pada jalan raya atau pada area parkir) serta kebisingan dari dalam seperti bunyi langkah kaki, pembicaraan pengunjung, dan bunyi yang ditimbulkan dari ruang pamer seperti penggunaan efek sound system. Akustik ruang sangat berpengaruh dalam reproduksi suara, misalnya dalam gedung rapat akan sangat memengaruhi artikulasi dan kejelasan pembicara.
(Gambar 3.62. Ilustrasi Ruang Akustik Gedung) Sumber : http://kosim-karawang.blogspot.com/
Akustik ruang banyak dikaitkan dengan dua hal mendasar, yaitu :
Perubahan suara karena pemantulan dan
Gangguan suara ketembusan suara dari ruang lain.
Perencanaan akustik ruang harus menghasilkan dialog dan musik yang optimal bagi pendengarnya di ruang pertunjukkan / audiovisual. Bermacam-macam pengaruh terpenting yang diperhatikan adalah: •
Waktu bunyi susulan
•
Pantulan sebagai akibat struktur primer dan sekunder ruang
161
Pengaruh bising dan Pengukuran Bising Bising yang cukup keras, di atas sekitar 75 dB, dapat menyebabkan
kegelisahan,
kurang
enak
badan,
kejenuhan
mendengar, sakit lambung dan masalah peredaran darah. Bising yang sangat keras, di atas 85 dB, dapat menyebabkan kemunduran yang serius pada kesehatan seseorang pada umumnya, dan bila berlangsung
lama,
kehilangan
pendengaran
sementara
atau
permanen dapat terjadi. Bising yang berlebihan dan berkepanjangan terlihat dalam masalah-masalah kelainan seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan luka perut. Fenomena-fenomena akustik yang terdapat pada suara antara lain: 1. Absorbsi Suatu fenomena akustik ketika gelombang suara mengenai suatu material, maka material itu akan menyerap sebagian atau seluruh energi gelombang suara yang membenturnya.
(Gambar 3.63. Penerapan Konstruksi Penyerap Bunyi) Sumber : Egan, 2007:174
2. Refleksi Peran medium pemantul bunyi seperti bentuk dan material langi-langit dipantulkan.
dapat
mempengaruhi
bagaimana
suara
162
(Gambar 3.64. Pemantulan Suara di Ruang Tertutup) Sumber : Egan, 2007:98
3. Difraksi Difraksi adalah peristiwa pelenturan gelombang bunyi ketika melewati suatu celah sempit. Contoh : Kita dapat mendengar suara orang diruangan berbeda dan tertutup, karena bunyi melewati celah-celah sempit yang bisa dilewati bunyi.
(Gambar 3.65. Difraksi Bunyi) Sumber : Egan, 2007:90
4. Difusi Difusi adalah penyebaran secara acak gelombang suara dari
permukaan.
Diffusi
terjadi
karena
kedalaman
permukaan material yang seimbang dengan panjang gelombang suara. Diffusi memegang peranan yang sangat penting di dalam suatu ruangan seperti ruangan studio pertunjukan musik. Ketika diffusi bunyi telah dicapai dengan sangat baik, maka para pendengar akan mendapat
163
sensasi bahwa suara terdengar dari segala arah pada level yang sama.
(Gambar 3.66. Difusi Bunyi) Sumber : Egan, 2007:89
Karakteristik
akustik
permukaan
ruangan
pada
umumnya
dibedakan atas (Sarwono, 2008):
Bahan Penyerap Suara (Absorber) yaitu permukaan yang terbuat dari material yang menyerap sebagian atau sebagian besar energi suara yang datang padanya. Misalnya glasswool, mineral wool, foam. Bisa berwujud sebagai material yang berdiri sendiri atau digabungkan menjadi sistem absorber (fabric covered absorber, panel absorber, grid absorber, resonator absorber, perforated panel absorber, acoustic tiles, dsb).
(Gambar 3.67.Bahan Penyerap Bunyi / Absorber) Sumber : http://www.archiexpo.com/
164
Bahan Pemantul Suara (reflektor) yaitu permukaan yang terbuat dari material yang bersifat memantulkan sebagian besar energi suara yang datang kepadanya. Pantulan yang dihasilkan bersifat spekular (mengikuti kaidah Snelius: sudut datang = sudut pantul). Contoh bahan ini misalnya keramik, marmer, logam, aluminium, gypsum board, beton, dsb.
Bahan pendifuse/penyebar suara (Diffusor) yaitu permukaan yang dibuat tidak merata secara akustik yang menyebarkan energi suara yang datang kepadanya. Misalnya QRD diffuser, BAD panel, diffsorber dsb
Penerapan sistem akustik antara lain: 1. Sistem pengorganisasian ruang yang harus dijauhkan dari sumber bising terutama berasal dari keramaian lalu lintas dan sumber bising lainnya yang berasal dari ruangan. 2. Penggunaan bahan-bahan ringan dan berongga seperti panel plywood, gipsum board, fiber, dan lain-lain yang diterapkan pada ruang museum khususnya ruang pamer tetap / temporer, ruang audiovisual, dan ruang pertunjukkan.
(Gambar 3.68.Panel Berpori Penyerap Bunyi) Sumber : http:/acoustics.com/product
3. Penggunaan bahan karpet pada sebagian ruang lounge untuk mereduksi bising yang berasal dari langkah kaki, gesekan kursi, dan lain sebagainya.
165
3.4.9. Tinjauan Sistem Keamanan dan Signage 1. Sistem Keamanan Pengamanan
galeri
merupakan
suatu
kegiatan
untuk
melindungi bangunan, koleksi, peralatan, personil, pengunjung galeri dari gangguan yang merugikan. Tujuan dari pengamanan ini untuk mencegah,
menghindari,
dan
menanggulangi
kemungkinan-
kemungkinan yang dapat mengakibatkan kehilangan, kerusakan, kebakaran, dan gangguan-ketertiban demi terwujudnya situasi dan kondisi yang tertib dan nyaman. Cara pengamanan yang dapat diterapkan pada galeri seni beserta dengan ruangan-ruangan di dalamnya dilakukan dengan cara: a. Pengamanan Umum Untuk menjamin keamanan benda-benda koleksi dilakukan pengawasan oleh para petugas keamanan dan karyawan yang bertugas menjaga area – area yang membutuhkan pengamanan tinggi. b. Pengamanan terhadap Pencurian dan Perusakan •
Benda-benda koleksi di ruang pamer diletakkan di dalam vitrin.
•
Peraturan-peraturan galeri
•
Tidak menggunakan material lantai yang licin yang memberi kemungkinan terjadinya kecelakaan pada pengunjung
•
Sensor pemberitahuan bila kaca pecah (glass breaking sensor)
•
Kamera pemantau (photoelectronic eyes)
•
CCTV, memiliki hasil rekaman gambar pada setiap bagian ruangan yang perlu pengawasan.
•
Heavy Duty Door Contact, sejenis sensor yang dipasang untuk memproteksi pintu dan jendela yang terbuat dari besi/logam.
166
•
Shock sensor/vibration sensor, alat ini baru bereaksi setelah terjadi proses perusakan pada benda atau bidang yang diproteksinya.
•
Kontak magnetik, alat ini akan bekerja jika jendela, pintu atau vitrin rusak, maka alarm akan berbunyi.
c. Pengamanan terhadap Kebakaran •
Alat pendeteksi panas (thermal detector) Alat pendeteksi asap (smoke detector)
•
Emergency Lighting and Fixture
•
Memilih bahan bangunan yang tahan dengan api/ tidak mudah terbakar
•
Bangunan diberikan penangkal petir
Dengan persiapan alat kebakaran: •
Sistem penyemprotan ( sprinkler system)
•
Tabung pemadam api ( portable fire extingusher)
•
Sistem pemadam dengan gas (gas system)
Untuk ruang penyimpanan koleksi, maka portable fire extinguisher yang dari jenis dry chemical extinguisher adalah yang paling menguntungkan karena tepung residu yang ditinggalkan tidak merusak semua jenis benda. d. Pengamanan dari Debu dan Polusi Udara Debu dan polusi udara dapat menyebabkan perubahan warna serta penurunan kondisi koleksi dan akibat polusi itu bisa sukar untuk dibersihkan. Untuk mengatasinya: •
Penghijauan di sekitar bangunan sebagai filter penyaring udara
•
Pengurangan lubang tempat masuknya debu
•
Tata letak ruang pameran yang jauh dari area servis seperti kitchen, janitor, ruang makan, dan lain sebagainya.
•
Memberikan lapisan pelindung pada benda koleksi
167
•
Menggunakan pelindung benda koleksi (box kaca)
e. Alam dan Lingkungan Untuk kelembaban dan kekeringan udara perlu dijaga kestabilannya, karena perubahan temperature dan udara yang terlalu kering dapat membuat ketahanan koleksi menjadi rapuh, sedangkan kelembaban udara yang terlalu rendah akan mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Untuk menghindari kerusakan akibat kelembaban kekeringan dan temperature, maka digunakan alat yang dapat mengatur kestabilan udara antara 45%-65% yaitu dengan alat dehumidifier dan humidifier serta kestabilan temperature antara 20⁰ C-24⁰ C dengan alat pengendali udara. f. Cahaya •
Cahaya yang berbahaya yaitu sinar ultraviolet antara 3000A-40000A karena dapat memudarkan warna objek. Oleh karena hal ini, sebaiknya menggunakan filter ultraviolet matahari.
•
Cahaya buatan perlu diperhatikan radiasi panas akibat intensitas cahaya yang besar, yang biasanya digunakan untuk memfokuskan pada objek. Hal ini diatasi dengan menggunakan lampu yang rendah kadar radiasinya.
2. Signage Petunjuk
Informasi
ditujukan
bagi
para
pengunjung.
Tujuannya adalah agar pengunjung mengetahui petunjuk dalam memperoleh informasi yang jelas dan lebih mudah. Terdapat beberapa signage yang diberi lampu khusus untuk alasan keselamatan dan juga agar pengunjung mudah menyadari adanya petunjuk arah/informasi yang mereka cari. Untuk penanda seperti penanda ruangan, jalur masuk, dan lainnya dapat disesuaikan dengan konsep interior galeri seni tersebut.
168
Peletakannya juga akan menjadi pertimbangan tersendiri bagaimana harus mudah dilihat, jelas, dan sesuai dengan eye level. Selain itu terdapat pula petunjuk / pemberian informasi dari penggunaan LCD monitor. Terdapat 5 macam dasar dari jenis-jenis tanda antara lain: •
Tanda Petunjuk dan Informasi Berguna untuk mengarahkan suatu objek sasaran dengan menginformasikan di mana suatu lokasi / benda berada.
•
Tanda Petunjuk Arah Tanda yang mencakup arah panah yang mengarahkan pengunjung menuju suatu tempat seperti ruangan atau fasilitas lainnya.
•
Tanda Pengenal Untuk membedakan antara suatu objek dengan objek lainnya seperti identitas kantor, karya seni, koleksi, atau produk.
•
Tanda Larangan Bertujuan menginformasikan apa yang tidak boleh dikerjaka/ dilarang.
•
Tanda Pemberitahuan Resmi Menunjukkan informasi tentang pemberitahuan resmi dan agar tidak dikacaukan dengan tanda-tanda petunjuk
Dalam pembuatan signage sistem yang baik harus memenuhi empat kriteria: •
Mudah dilihat Penempatan harus dipikirkan secara tepat dan baik yaitu tempat yang mudah diakses orang
•
Mudah dibaca Bentuk huruf dan tipografi yang digunakan sebisa mungkin dapat terbaca baik siang maupun malam
•
Mudah dimengerti
169
Bentuk penulisan harus mudah untuk dipahami oleh semua kalangan dari usia. Bentuk tulisan juga sebisa mungkin dibuat singkat dan padat. •
Dapat dipercaya Kebenaran informasi yang ada dapat dipercaya tidak menyesatkan.
3.4.10. Tinjauan Sirkulasi dan Orientasi Antara sirkulasi dan orientasi yang berupa isyarat-isyarat spasial memiliki keterkaitan erat. Pengaruh isyarat tersebut terhadap pengunjung
selama
memasuki
ruang-ruang
pameran
harus
diperhatikan. Sirkulasi harus memberikan variasi titik utama (focal point), pemandangan (Vista), dan perubahan suasana. Berdasarkan data-data yang diperoleh dari literatur dan pengamatan pada saat melakukan survei, hubungan ruang pada Galeri Seni menitikberatkan pada penataan sirkulasi pergerakan pengunjung pada bangunan. Perancangan jalur sirkulasi harus dapat memberikan orientasi jelas bagi pengunjung ketika berada di dalam bangunan. Penataan hubungan antar ruang berdasarkan pada hirarki ruang-ruang utama dan pendukungnya serta sirkulasi yang menghubungkannya. Pada galeri, sirkulasi harus dapat mendukung dalam penyampaian informasi, sehingga dapat membantu pengunjung memahami dan mengapresiasikan karya seni yang dipamerkan. Penataan sirkulasi ini juga akan membentuk suasana ketika pengunjung mengapresiasikan koleksi benda yang dipamerkan. Selain itu hubungan antara ruang dengan fungsi yang ada di dalamnya perlu diperhatikan. Beberapa prinsip yang dapat digunakan dalam penataan sirkulasi pada ruang pamer:
170
(Gambar 3.69. 1. Alur Sirkulasi Pengunjung Galeri, 2. Layout Denah Area Pamer) Sumber : http://puancitraayualwin.blogspot.com/
Berikut adalah tabel hasil analisa konfigurasi sirkulasi yang dipakai secara global, yaitu:
Tabel 3.8. Tabel Konfigurasi Sirkulasi Sirkulasi Horizontal Linier Linier merupakan sirkulasi yang diarahkan oleh rancangan bangunan yang permanen. Analisa: Pengunjung membentuk satu jalur dengan memakai pintu masuk dan keluar yang sama. Pengunjung berjalan melalui jalur yang menerus.
Gambar
171
Sirkulasi Random Analisa: Penunjung pada umumnya merasa lebih nyaman dengan memilih sendiri jalur yang ingin dikunjungi dan menikmati karya seni dari ruang tersebut. Ruang yang dibentuk tanpa adanya batasan-batasan dinding pemisah. Linier Bercabang Analisa : Sirkulasi pengunjung tidak terganggu, pembagian koleksi jelas dan pengunjung bebas memilih. Sirkulasi Vertikal Ramp
Keterangan Kelebihan: +memperlambat gerak sirkulasi, pengunjung bisa lebih lama menghayati karya seni +memberikan nilai lebih bagi
Tangga
koleksi yang ditampilkan +Memberikan suasana yang tidak membosankan Kekurangan: Kemungkinan pengunjung lebih cepat lelah