133
BAB 3
Metode Perancangan
3.1 Studi Fisik Bangunan dan Lingkungan 3.1.1 Analisa Makro Bangunan dan Lingkungan Gedung Teater Jakarta terletak di Jalan Cikini Raya no.73, Jakarta Pusat. Peta 3.1 Peta Propinsi DKI Jakarta
Sumber : saripedia.wordpress.com
Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta merupakan ibukota negara Republik Indonesia yang terletak di Pulau Jawa bagian barat. DKI Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat propinsi. Dengan
134
luas daratan sekitar 661,52 km2 dan luas lautan mencapai 6.977,5 km2, DKI Jakarta memiliki penduduk berjumlah 9.607.787 jiwa (2010). DKI Jakarta beriklim tropis dengan suhu udara yang tinggi dan lembab. Suhu rata-rata tahunan berkisar antara 25°-38 °C (77°-100 °F). Jakarta mengalami puncak musim penghujan pada bulan Januari dan Februari dengan rata-rata curah hujan 350 milimeter dengan suhu rata-rata 27 °C. Curah hujan antara bulan Januari dan awal Februari sangat tinggi, pada saat itulah Jakarta dilanda banjir setiap tahunnya, dan puncak musim kemarau pada bulan Agustus dengan rata-rata curah hujan 60 milimeter . Bulan September dan awal oktober adalah hari-hari yang sangat panas di Jakata, suhu udara dapat mencapai 40 °C. DKI Jakarta terbagi menjadi 5 kota administratif, yakni Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan 1 kabupaten administratif, yakni Kabupaten Kep. Seribu. Peta 3.2 Peta Jakarta Pusat
Sumber : www.mgmkomputer.com
Kota Administratif Jakarta Pusat merupakan kota administratif terkecil yang
135
berada di DKI Jakarta dengan luas 48,17 km2. Jakarta Pusat, seperti namanya, merupakan pusat kota. DI sini terdapat pusat-pusat pemerintahan, pusat-pusat bisnis, hingga pusat perbelanjaan terbesar berskala internasional. Jakarta Pusat memiliki 8 kecamatan, yakni Gambir, Tanah Abang, Menteng, Sawah Besar, Johar Baru, Cempaka Putih, Senen, dan Kemayoran. Peta 3.3 Peta Kecamatan di Jakarta Pusat
Sumber : pusat.jakarta.go.id
Kecamatan Menteng berbatasan dengan Kecamatan Gambir di bagian utara, Kecamatan Tanah abang di bagian barat, Kecamatan Matraman di sebelah barat, dan Kecamatan Setiabudi di sebelah selatan. Saat ini, Menteng merupakan tempat domisili banyak pejabat tinggi negara serta kedutaan besar negara-negara sahabat. Jalan Thamrin, yang merupakan jantung kota Jakarta, terletak di bagian barat Kecamatan Menteng. Menteng merupakan perumahan villa pertama di kota Jakarta (dulu Batavia), yang dikembangkan antara tahun 1910 dan 1918. Perancangnya adalah tim arsitek yang dipimpin oleh P.A.J. Mooijen, seorang arsitek Belanda yang merupakan anggota tim pengembang yang dibentuk pemerintah kota Batavia. Rancangan awalnya memiliki kemiripan dengan model kota taman dari Ebenezer Howard, seorang arsitektur pembaharu asal Inggris.
136
Peta 3.4 Peta 5 kelurahan di Kecamatan Menteng
Sumber : www.jakarta.go.id
Kecamatan Menteng terdiri dari 5 kelurahan, yaitu Kelurahan Menteng, Kelurahan Cikini, Kelurahan Gondangdia, Kelurahan Kebon Sirih, dan Kelurahan Pegangsaan. Peta 3.5 Peta Kelurahan Cikini
Sumber : maps.google.com
Kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM) merupakan sebuah pusat kesenian dan kebudayaan yang terletak di Kelurahan Cikini, Jalan Cikini Raya 73. Di sini
137
terletak Institut Kesenian Jakarta dan Planetarium Jakarta. Selain itu, TIM juga memiliki enam teater modern, balai pameran, galeri, gedung arsip, dan bioskop. Peta 3.6 Peta Lingkungan TIM
Sumber : maps.google.com
Kompleks TIM terletak di pusat kota. Terdapat beberapa hotel, pusat perbelanjaan, reastaurant dan cafe di sekitarnya. Jalur ini sangat ramai, baik di siang hari maupun pada malam hari, dan memang sudah menjadi salah satu objek wisata di Jakarta. Pada bagian belakang TIM terdapat aliran sungai Ciliwung. Beberapa sekolah ternama dan gedung-gedung tua bersejarah juga berlokasi tidak jauh dari kompleks ini. Gedung Teater Jakarta yang menghadap ke arah timur laut ini memiliki batas-batas seperti berikut: - Batas Utara
: Kompleks Institut Kesenian Jakarta
- Batas Barat Laut
: Graha Bhakti Budaya
- Batas Barat
: Planetarium, perpustakaan H.B.Yasin, lahan parkir
138
- Batas Selatan - Timur : Lahan penghijauan - Batas Timur Laut
: Daerah aliran sungai Ciliwung
3.1.2 Analisa Mikro Bangunan dan Lingkungan Gambar 3.1 Pintu masuk utama Gedung Teater Jakarta
Sumber : www.indonesiakaya.com Gambar 3.2 Tampak samping Gedung Teater Jakarta
Sumber : Dokumentasi penulis
Gedung Teater Jakarta merupakan bangunan baru yang selesai dibangun pada tahun 2009. Gedung ini berdiri di atas lahan seluas hampir 2 hektar, dengan luas bangunan sebesar 46.500 m2, terdiri dari 5 lantai dan 2 lantai basement. Gedung ini memiliki 2 auditorium, Grand Theater dengan kapasitas 918 kursi dan Teater Kecil dengan kapasitas 244 kursi. Selain auditorium, terdapat pula restaurant, lounge, ruang pameran, dan fasilitas- fasilitas pendukung lainnya. Saat ini, Gedung Teater Jakarta belum difungsikan dengan maksimal. Gedung ini hanya beroperasi ketika ada pertunjukan saja. Saat pertunjukan pun
139
tidak semua fasilitas bisa digunakan, hanya area-area yang pasti dilalui pengunjung saja yang dioperasikan, seperti lobby, toilet, dan eskalator. Selebihnya gedung ini tertutup untuk umum. Secara garis besar, gedung ini terbagi menjadi 2 zona, yakni zona pengunjung dan zona pemain. Zona pengunjung ini bersifat publik dan posisinya berada di bagian depan gedung, sedangkan zona pemain letaknya di bagian belakang gedung dan tertutup untuk umum, diakses melalui pintu belakang. Gambar 3.3 Layout lantai 1
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta
Pada lantai satu terdapat lobby, ticket box, coffee shop, auditorium Grand Theatre dan Teater Kecil, serta ruang lainnya untuk kebutuhan persiapan pertunjukan, seperti green room, back stage, dan ruang ganti untuk solois. Gambar 3.4 Layout lantai 2
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta
140
Pada lantai 2 bagian depan terdapat mushola, ruang tunggu VVIP, dan auditorium. Ruang ganti dengan kapasitas besar dan kamar mandi besar juga terdapat pada bagian belakang lantai ini. Gambar 3.5 Layout lantai 3
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta
Pada lantai 3 terdapat 3ruang serba guna yang berada pada bagian depan gedung. Ada juga lounge yang terletak tidak jauh dari ruang serba guna. Pada bagian belakang gedung terdapat kantor administrasi, kantor staff, bengkel, gudang pakaian, serta mushola untuk para pemain. Gambar 3.6 Layout lantai 4
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta
Pada lantai 4 terdapat sebuah restaurant pada bagian depan gedung. Dapurnya terdapat di bagian sisi gedung. Di bangian belakang terdapat studio
141
tari yang berukurancukup luas beserta gudangnya dan juga green room. Gambar 3.7 Layout lantai 5
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta
Lantai 5 bersifat teknis. Terdapat ruang panel, mesin lift, ruang ventilasi, serta void yang terhubung langsung ke panggung auditorium teater besar. Gaya arsitektur Gedung Teater Jakarta adalah modern dengan bentuk-bentuk organik. Penggunaan material modern seperti kaca dan stainless membuatnya tampak berbeda sekali dibandingkan dengan gedung-gedung di kompleks TIM lainnya. Gaya interiornya pun berkesan modern dan internasional, lebih berpatokan pada desain yang easy maintenance. Warna pada interiornya didominasi warna cokelat dengan beberapa aksen hijau. Sedangkan auditorium utamanya menggunakan finishing kayu dan aksen-aksen kain merah. Gambar 3.8 Lobby lantai 2
Sumber : Dokumentasi penulis
3.2 Studi Aktivitas Manusia
Gambar 3.9 Auditorium Grand Theatre
Sumber : Dokumentasi penulis
142
3.2.1 Data Pemakai Gedung pertunjukan ini merupakan gedung yang dibuat khusus untuk menampilkan berbagai macam kesenian dan buaya khas Indonesia. Gedung pertunjukan ini dibuat untuk mendukung perkembangan sektor pariwisata di Indonesia, atau lebih khususnya DKI Jakarta. Gedung ini diharapkan dapat menjadi salah satu destinasi wisata bagi para wisatawan mancanegara agar dapat mengenal budaya Indonesia, khususnya seni pertunjukan Indonesia, secara lebih dekat. Dan bagi masyarakat Kota Jakarta, gedung ini dapat menjadi salah satu tujuan wisata edukatif yang dapat mengajak masyarakat untuk lebih peduli dan mencintai budaya Indonesia. Pertunjukan reguler berupa pertunjukan teater kolosal yang di dalamnya terdapat unsur tari, musik, wayang, dan teater. Pertunjukan ini dibuat dengan tema cerita rakyat nusantara yang dikemas secara modern dan kontemporer, sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh para wisatawan asing sekalipun. Judul cerita pun diganti setiap 3 bulan, sehingga tidak monoton dan dapat menarik minat pengunjung untuk kembali menonton pertunjukan di sini. Setiap harinya pun dipentaskan judul yang berbeda, sehingga penonton dapat memilih pertunjukan mana yang hendak dinikmati sesuai dengan harinya. Dalam satu hari dipentaskan satu judul pertunjukan sebanyak dua kali. Pertunjukan pertama dimulai tepat pukul 4 sore hingga pukul 6 sore, sedangkan pertunjukan kedua dimulai pukul 8 malam hingga pukul 10 malam. Pertunjukan terdiri dari dua babak (masing-masing 50 menit) dengan waktu istirahat selama 20 menit di antaranya. Untuk pertunjukan reguler, rutin digelar pada akhir pekan hari Jumat, Sabtu, dan Minggu. Hari lainnya, yaitu Senin, Selasa, Rabu, dan Kamis, Gedung pertunjukan dapat digunakan oleh masyarakat umum
143
(disewakan). Tabel 3.1 Waktu operasional gedung pada akhir pekan (Jumat-Minggu) TIME
ACT
DESCRIPTION
office activity
closed for public
09.00 - 10.00 10.00 - 11.00 11.00 - 12.00 12.00 - 13.00 13.00 - 14.00 14.00 - 15.00 15.00 - 16.00 16.00 - 17.00 17.00 - 18.00
opening show 1 SHOW 1
18.00 - 19.00 19.00 - 20.00 20.00 - 21.00 21.00 - 22.00
open for public opening show 2 SHOW 2
22.00 - 23.00
A. Pengunjung Gedung ini terbuka untuk umum. Setiap pengunjung yang datang dapat menikmati berbagai fasilitas gedung yang ada, seperti restoran, galeri, dan toko suvenir. Namun untuk masuk ke dalam auditorium dan menonton pertunjukan harus membeli tiket terlebih dahulu. Untuk pertunjukan reguler, penonton dapat membeli tiket langsung di ticket box sebelum pertunjukan dimulai. Namun untuk pertunjukan khusus, misalnya untuk pertunjukan festival teater atau kegiatan lainnya yang diselenggarakan atas nama pribadi atau komunitas, hendaknya tiket dibeli jauh hari sebelumnya. Para wisatawan ini dapat datang menyaksikan pertunjukan secara peroranagan ataupun dalam grup tur. Sebaiknya melakukan reservasi terlebih dahulu jika datang sebagai rombongan tur, apalagi rombongan dengan banyak orang, agar dapat dilayani secara maksimal oleh pengelola
144
gedung. Penonton bertanggungjawab untuk menjaga ketertiban selama pertunjukan berlangsung dengan cara: 1. Tidak membawa makanan dan minuman ke dalam auditorium. 2. Tidak menghidupkan peralatan elektronik di dalam auditorium. 3. Tidak berisik selama pertunjukan berlangsung. 4. Tidak melakukan kegiatan dokumentasi, seperti merekam atau mengambil foto, selama pertunjukan berlangsung. 5. Menggunakan pakaian rapi. B. Grup Penampil Gedung pertunjukan ini memiliki satu grup penampil tetap yang melakukan pementasan secara rutin. Grup ini dibentuk oleh pihak gedung pertunjukan. Grup ini terbagi menjadi beberapa kelompok pertunjukan sesuai dengan pertunjukan yang digelar. Pihak pengelola gedung terbuka bagi siapa saja yang ingin melakukan pementasan di gedung ini, selama mempunyai misi yang sama, yakni melestarikan budaya dan mengembangkan budaya Indonesia ke kancah internasional. Namun ada beberapa pertimbangan yang dapat mempengaruhi izin penggunaan gedung, seperti jenis pertunjukan apa yang mau ditampilkan. Pertunjukan tidak boleh menyinggung isu SARA, khotbah, dan juga tidak boleh digunakan untuk kepentingan kampanye. Profil dari grup penampil juga menjadi pertimbangan pihak pengelola, karena hal ini berhubungan dengan kualitas pertunjukan yang harus dimiliki gedung ini yang berskala internasional. Grup yang akan melakukan pertunjukan memiliki beberapa tanggung jawab berupa tanggung jawab finansial dan tanggung jawab untuk menjaga
145
ketertiban gedung, seperti menjaga kebersihan dan ketenangan, dan tidak merusak fasilitas yang ada. Tanggung jawab finansial di sini dapat dibedakan menjadi dua sistem, yakni kerja sama dan sewa. Kerja sama dilakukan antara pihak pengelola dengan pihak penampil yang sudah menyepakati kontrak kerja sama dengan sistem bagi hasil. Dari seluruh keuntungan tiket yang terjual maka akan keuntungan tersebut akan dibagi rata kepada kedua belah pihak, namun biaya retribusi akan ditanggungkan kepada pihak penampil. Biasanya grup-grup besar dengan waktu pertunjukan yang panjang dan rutin tampil yang menggunakan sistem seperti ini. Sistem sewa diberlakukan antara pihak pengelola dengan pihak penampil yang sudah menyepakati kontrak sewa sebesar yang ditentukan. Harga sewa tergantung dari lama pertunjukan, jenis pertunjukan, dan kebutuhan pertunjukan. C. Pengelola Pihak pengelola gedung terdiri dari suatu susunan kepengurusan yang bersifat swasta, namun berhubungan erat dengan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI serta dengan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Berikut ini adalah sturktur organisasi dan deskripsi tugas dari pengelola gedung pertunjukan. Diagram 3.1 Struktur Organisasi Pengelola
146
Sumber : Penulis
1) Divisi Artistik - berhubungan dengan kegiatan pemantasan yang akan dilakukan, serta penyediaan kebutuhan pementasan. a) Subdivisi Pergelaran - mengurus jalannya pertunjukan terdiri dari seorang stage manager, seorang lighting operator, seorang sound operator, dan 5 orang crew panggung. Manajemen penampil juga termasuk di subdivisi ini. b) Subdivisi Perlengkapan - menyediakan semua kebutuhan operasional gedung dan kebutuhan pertunjukan. 2) Divisi Pemasaran - berhubungan dengan pihak-pihak di luar pengelola gedung dan memasarkan kegiatan-kegiatan pementasan. a) Subdivisi
Promosi
-
menangani
kegiatan
promosi
dari
program-program yang akan diselenggarakan gedung pertunjukan. Bertangung jawab juga untuk mengelola website resmi gedung pertunjukan. b) Subdivisi Humas - menjadi pihak yang berhubungan dengan pihak luar seperti media, perusahaan pariwisata, kedutaan besar, pusat kebudayaan asing, departemen kementerian dan sponsor. c) Subdivisi Program - mengurus perogram-program yang akan diselenggarakan di gedung pertunjukan, dan melayani grup-grup penampil yang ingin melakukan pementasan di gedung tsb. 3) Divisi
Administrasi
-
mengurus
bagian
administrasi
dan
kepegawaian gedung pertunjukan. a) Subdivisi Umum - bertugas untuk mengurus kepentingan dan keperluan karyawan. Bagian ini juga bertfungsi sebagai HRD dan bertanggung jawab terhadap karyawan-karyawan outsource.
147
b) Subdivisi Keuangan - mengurus keuangan dari manajemen gedung pertunjukan. 4) Divisi Gedung - mengurus berbagai keperluan gedung seperti pemeliharaan gedung dan pengelolaan retail yang berada di area gedung pertunjukan. a) Subdivisi Retail - mengurus pengelolaan ruang-ruang retail yang berada di dalam area gedung pertunjukan, seperti toko souvenir dan restaurant yang dikelola sendiri. b) Subdivisi
Pemeliharaan
-
bertanggungjawab
terhadap
pemeliharaan gedung.
3.2.2 Tugas dan Tanggung Jawab Sebagai ujung tombak pariwisata Indonesia, gedung pertunjukan ini memiliki beberapa tugas dan tanggung jawab, yakni : 1. Turut berperan aktif dalam mengembangkan serta meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kesenian, khususnya seni pertunjukan dalam nuansa etnik, klasik, tradisi, sampai modern di bidang seni musik, tari, teater, balet, seni kolaborasi dalam skala nasional khususnya dan Internasional umumnya. 2. Mendukung pemerintah, khususnya Pemda Provinsi DKI Jakarta, Departemen Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Republik Indonesia serta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Repubil Indonesia dalam menampilkan program-program seni budaya berkualitas sebagai sarana pendukung
bidang
pariwisita,
ekonomi
sekaligus
perkembangan seni budaya khususnya seni pertunjukan.
menunjang
148
3. Melaksanakan misi sebagai etalase budaya dan tempat yang bergengsi untuk menampilkan kesenian berbobot. 4. Menyediakan fasilitas yang memadai untuk pementasan karya-karya seni upaya memberi motivasi kepada seniman dalam berkarya. 5. Menjalin berbagai hubungan
kemitraan demi pengembangan
kesenian Indonesia dan menyelenggarakan pelayanan yang optimal terhadap mitra kerja termasuk grup pengisi acara dan penonton kesenian. 6. Menyediakan tempat untuk menjalin hubungan antar bangsa melalui pementasan kesenian dan saling bertukar apresiasi sebagai sarana memupuk perkembangan kesenian, persahabatan sekaligus sebagai rangsangan peningkatan kreatifitas.
3.2.3 Pola Aktivitas Pemakai A. Penonton Diagram 3.2 Pola Aktivitas Penonton
Gedung pertunjukan dibuka untuk umum pada pukul 1 siang. Penonton yang datang dapat membeli tiket pertunjukan terlebih dahulu, atau jika sudah memesan tiket sebelumnya dapat menukarkan bukti pemesanan tiket tersebih dahulu. Sambil menunggu dimulainya pertunjukan, penonton dapt menikmati beragam fasilitas gedung, seperti ruang galeri dan bersantap di restaurant yang berada di dalam gedung. Selain itu, penonton juga dapat
149
menikmati penampilan tari-tarian dan musik tradisional Indonesia yang disajikan di area lobby gedung. Penonton baru dipersilakan masuk ke dalam auditorium kerika gong dibunyikan pertama kali. Pertunjukan akan berlangsung selama 100 menit dengan istirahat sepanjang 20 menit di antaranya. Setelah pertunjukan berakhir, para penonton dapat berfoto dengan para pemain dan berbelanja sebelum pulang. B. Penampil Diagram 3.3 Pola Aktivitas Penampil Tetap
Grup penampil tetap dapat datang ke gedung pertunjukan sesuai dengan jam operasional gedung untuk karyawan yakni pukul 9 pagi. Mereka lalu dapat melakukan berbagai persiapan pertunjukan, seperti penataan panggung dan berdandan, sebelum melakukan dua kali pementasan pada pukul 4 sore dan pada pukul 7 malam. Berbeda drengan grup penampil lainnya yang bukan merupakan grup tetep. Grup penampil yang datang harus menemui Subdivisi Program, yang merupakan bagian dari Divisi Artistik, terlebih dahulu untuk membicarakan jenis kegiatan yang akan ditampilkan dan juga kerja sama yang akan dilakukan. Satelah kontrak disepakati, kegiatan pesiapan pertunjukan dapat dilakukan sesaui jadwal yang telah ditentukan. Kegiatan persiapan tersebut meliputi penataan panggung, latihan, dan make-up. Lalu pementasan dilakukan. Setelah pementasan selesai dan seluruh penonton pulang, biasanya akan dilakukan evaluasi untuk seluruh pemain dan crew yang
150
terlibat. Baru setelah itu semua boleh pulang. Diagram 3.4 Pola Aktivitas Penampil Luar
3.2.4 Pola Aktivitas Pengelola Jam operasional kantor pengelola adalah dari jam 9 pagi hingga jam 5 sore. Namun karena aktivitas gedung hingga pukul 11 malam, maka beberapa bagian seperti Subdivisi Retail, Humas, Pergelaran, dan Program harus menambah jam kerjanya hingga gedung tutup. Karena bagian-bagian inilah yang bertanggung jawab langsung terhadap jalannya pertunjukan. Diagram 3.5 Pola Aktivitas Pengelola
3.2.5 Pola Aktivitas Barang Diagram 3.6 Pola Aktivitas Barang
Barang yang masuk ke gedung pertunjukan ini umumnya merupakan properti yang digunakan untuk pementasan. Barang-barang tersebut bisa dirakit dan di simpan di areaa gudang sebelum dipasang di panggung. Semua properti
151
masuk melalui jalur backstage dan keluar melalu jalur yang sama.
3.3 Studi Fasilitas Ruang 3.3.1 Program Aktivitas dan Fasilitas Tabel 3.2 Data Aktivitas dan Fasilitas NO.
AKTIVITAS
FASILITAS
DIMENSI (CM)
JML
P
L
AREA
ZONA
entrance
public
T
A. PENGUNJUNG metal detector door
1
80
55
220
meja
1
120
60
75
1
Datang
2
Lalu lalang
3
Membeli tiket
4
Menyaksikan pertunjukan
50% dari kapasitas kursi loket tiket
1
jalur antrian
1
hall 305
76
ticket box
semi public
auditoriu m
semi public
toilet
service
duduk menonton
5
mendengar Buang air kecil/besar Cuci tangan Merapikan pakaian Berdandan
kursi
918
66
76
80
closet
4
75
40
70
wastafel
6
60
50
90
cermin
4
meja rias
2
40
30
90
ruang latihan
1
piano
1
148
56
112
kursi
6
40
45
80
rak gantung
30
80
60
182
bilik ganti
12
80
80
210
kursi
30
40
45
75
meja rias
30
120
45
45
loker
30
40
45
183
matras
6
90
190
10
shower
10
100
90
200
closet
10
75
40
70
B. PEMAIN DAN CREW 1
2 3 4 5 6
7
8
9
Latihan Menyimpan kostum Berganti kostum Merias Menyimpan barang pribadi Istirahat Mandi Buang air kecil/besar Cuci tangan Menunggu pertunjukan
Makan dan minum
wastafel
10
60
50
90
kursi
10
61
40
80
tv 29"
1
meja
3
91
91
75
kursi
12
40
45
45
dispenser
2
40
40
135
rehearsal room
dressing room semi private bathroom
green room
152
10 11 12 13 14
Bongkar muat properti Penyimpanan properti Menunggu giliran tampil Pemasangan properti Melakukan pementasan
meja
1
120
60
75
kursi
2
40
45
80
rak perkakas
1
40
45
180
property room back stage
tangga
2
60
300
panggung
1
2700
1900
kursi eksekutif
1
61
58
110
168
86
74
stage
C. PENGELOLA Direktur 1
Duduk
2
Menulis
3
Membaca
meja
1
4
komputer set
1
6
Telepon Mengetik/browsin g Menyimpan file
credenza
1
168
46
71
7
Menerima staff
kursi tamu
2
51
58
80
sofa 1 seat
2
75
75
80
8
Meeting VVIP
sofa 2 seat
1
150
75
80
meja kopi
1
120
60
45
kursi staff
1
61
58
85
meja
1
168
86
74
5
ruang direktur
private
ruang kepala divisi
private
open office
private
1. Kepala Divisi Artistik 1
Duduk
2
Menulis
3
Membaca
4
komputer set
1
6
Telepon Mengetik/browsin g Menyimpan file
credenza
1
168
46
71
7
Menerima staff
kursi tamu
1
51
58
80
kursi staff
1
61
58
85
168
86
74
5
1.a Kepala Subdivisi Program 1
Duduk
2
Menulis
3
Membaca
meja
1
4
Telepon Mengetik/browsin g Menyimpan file
komputer set
1
credenza
1
168
46
71
kursi staff
1
61
58
85
1
168
86
74
5 6
1.a.1 Staff Program 1
Duduk
2
Menulis
meja Membaca Mengetik/browsin 4 komputer set g 1.b Kepala Subdivisi Pergelaran
1
1
Duduk
kursi staff
1
61
58
85
2
Menulis
3
Membaca
meja
1
168
86
74
4
Telepon
3
153
5 6
Mengetik/browsin g Menyimpan file
komputer set
1
credenza
1
168
46
71
kursi staff
3
61
58
85
meja
1
168
86
74
kursi staff
1
61
58
85
meja
1
168
86
74
1.b.1 Staff Pergelaran 1
Duduk
2
Menulis
3
Membaca
2. Kepala Divisi Pemasaran 1
Duduk
2
Menulis
3
Membaca
4
komputer set
1
6
Telepon Mengetik/browsin g Menyimpan file
credenza
1
168
46
71
7
Menerima staff
kursi tamu
1
51
58
80
kursi staff
1
61
58
85
168
86
74
5
ruang kepala divisi
private
open office
private
ruang kepala divisi
private
2.a Kepala Subdivisi Promosi 1
Duduk
2
Menulis
3
Membaca
meja
1
4
Telepon Mengetik/browsin g Menyimpan file
komputer set
1
credenza
1
168
46
71
kursi staff
1
61
58
85
1
168
86
74
5 6
2.a.1 Staff Promosi 1
Duduk
2
Menulis
meja Membaca Mengetik/browsin 4 komputer set g 2.b Kepala Subdivisi Humas
1
1
Duduk
kursi staff
1
61
58
85
2
Menulis
3
Membaca
meja
1
168
86
74
4
Telepon Mengetik/browsin g Menyimpan file
komputer set
1
credenza
1
168
46
71
kursi staff
1
61
58
85
1
168
86
74
61
58
85
3
5 6
2.b.1 Staff Humas 1
Duduk
2
Menulis
meja Membaca Mengetik/browsin 4 komputer set g 3. Kepala Divisi Administrasi
1
1
Duduk
1
2
Menulis
3
Membaca
4
Telepon Mengetik/browsin g
3
5
kursi staff meja
1
komputer set
1
168
86
74
154
6
Menyimpan file
credenza
1
168
46
71
7
Menerima staff
kursi tamu
1
51
58
80
kursi staff
1
61
58
85
168
86
74
3.a Kepala Subdivisi Umum 1
Duduk
2
Menulis
3
Membaca
meja
1
4
Telepon Mengetik/browsin g Menyimpan file
komputer set
1
credenza
1
168
46
71
kursi staff
1
61
58
85
1
168
86
74
5 6
3.a.1 Staff Umum 1
Duduk
2
Menulis
meja Membaca Mengetik/browsin 4 komputer set g 3.b Kepala Subdivisi Keuangan
1
1
Duduk
kursi staff
1
61
58
85
2
Menulis
3
Membaca
meja
1
168
86
74
4
Telepon Mengetik/browsin g Menyimpan file
komputer set
1
credenza
1
168
46
71
kursi staff
1
61
58
85
1
168
86
74
3
5 6
open office
private
ruang kepala divisi
private
open office
private
3.b.1 Staff Keuangan 1
Duduk
2
Menulis
meja Membaca Mengetik/browsin 4 komputer set g 4. Kepala Divisi Sarana Prasarana
1
1
Duduk
kursi staff
1
61
58
85
2
Menulis
3
Membaca
meja
1
168
86
74
4
komputer set
1
6
Telepon Mengetik/browsin g Menyimpan file
credenza
1
168
46
71
7
Menerima staff
kursi tamu
1
51
58
80
kursi staff
1
61
58
85
168
86
74
3
5
4.a Kepala Subdivisi Perlengkapan 1
Duduk
2
Menulis
3
Membaca
meja
1
4
Telepon Mengetik/browsin g Menyimpan file
komputer set
1
credenza
1
168
46
71
5 6
4.a.1 Staff Perlengkapan 1
Duduk
kursi staff
1
61
58
85
2
Menulis
meja
1
168
86
74
155
3
Membaca Mengetik/browsin 4 komputer set g 4.b Kepala Subdivisi Gedung
1
1
Duduk
kursi staff
1
61
58
85
2
Menulis
3
Membaca
meja
1
168
86
74
4
Telepon Mengetik/browsin g Menyimpan file
komputer set
1
credenza
1
168
46
71
kursi staff
3
61
58
85
meja
1
168
86
74
5 6
4.b.1 Staff Gedung 1
Duduk
2
Menulis
3
Membaca
UMUM 1
mengkopi dokumen
2
Mencetak dokumen
mesin fotokopi printer
2
tempat kertas
4
60
75
4
150
51
137
open office
5
300
320
220
ruang arsip
kulkas
1
61
61
150
dispenser
1
40
40
130
sink
1
70
40
90
kabinet
4
Menyimpan dokumen
compact
5
Menyimpan makanan Membuat minuman Mencuci
8
9
10
11
percetaka n
120
Menyimpan file
7
4
meja
3
6
2
shelfing
private
pantry
meeting room
Rapat Duduk
kursi tamu
6
40
45
80
Menulis
meja
1
243
137
74
Presentasi
proyektor
1
Menerima tamu
meja counter
1
120
60
90
Duduk
stool
1
40
40
60
Telepon
telepon
1
reception semi private
sofa 1 seat
2
75
75
80
meja kopi
1
60
60
45
Menjual tiket
meja counter
1
80
45
75
Duduk
kursi staff
1
40
45
85
ticket box
semi private
120
ruang perekama n
private
sound control room
private
Duduk
Telepon
telepon
1
Perekaman gambar
camera
1
rak
1
mixer
1
cd player
1
cd recorder
1
headphone
1
monitor
2
meja
1
Mengatur tata suara
60
120
40
80
75
ruang tunggu
156
Menyimpan peralatan
kabinet
1
150
51
137
lighting control
1
consule Mengatur tata cahaya
12
dimmer cabinet
Menyimpan peralatan Menyimpan peralatan kebersihan
13
1
meja
1
monitor
3
120
60
75
kabinet
1
150
51
137
kabinet
1
80
45
210
jalur antrian
1
305
76
sofa 2 seat
1
150
75
80
sofa 1 seat
2
75
75
80
meja kopi
1
120
60
45
lighting control room
private
janitor
service
D. KEBUTUHAN LAINNYA 1. LOUNGE Pengunjung 1
Mengantre Membeli makanan/minuma n
2
Duduk 3
Menaruh makanan/minuma n
antrian
seating area public
Staff 1
Melayani pembeli Bertransaksi 2 pembayaran Menyiapkan 3 pesanan Mendisplay 4 makanan 2. RESTAURANT
front counter
1
80
60
110
mesin kasir
1
back counter
1
120
60
90
display cabinet
1
80
60
110
Duduk
kursi
2
40
45
85
Makan dan minum
meja
1
60
80
75
Duduk
kursi
4
40
45
85
Makan dan minum
meja
1
100
100
75
counter
Pengunjung 1 2 3 4
5
Duduk
sofa 2 seat
2
150
75
85
Makan dan minum
meja kopi
1
120
60
45
counter
1
60
40
110
Melihat menu Mengambil take-away Melihat display makanan
dinning public
entrance display cabinet
1
120
60
110
counter
1
80
60
110
mesin kasir
1
meja
1
120
90
90
cabinet
1
120
40
90
Staff 1 2 3
Bertransaksi pembayaran Menyiapkan makanan Menyimpan peralatan makan bersih
cashier
semipu blic
serving
service
157
Chef 1
Memasak
service
3. TOKO SOUVENIR & GALERI Pengunjung 1
Mengantre
2
Membeli souvenir
jalur antrian
1
305
76
mesin kasir
1
counter
antrian
1
80
60
110
back counter
1
120
60
90
display cabinet
1
80
60
110
vitrine wall display
1 1
60 80
60 60
80 210
panggung
1
300
200
60
meja kursi meja kursi meja kursi
10 12 13 25 3 43
120 40 120 40 120 40
60 45 60 45 60 45
75 80 75 80 75 80
public
Staff 1
Melayani pembeli
2
Bertransaksi pembayaran
3
Menyiapkan pesanan
4
Mendisplay souvenir
cashier counter
display area
4. MINI STAGE
Menampilkan pertunjukan
1
panggun g
public
5. RUANG SERBA GUNA
Mengadakan pertemuan
1
banquet 'U' Classroo m
public
Theater
Tabel 3.3 Analisa Kebutuhan Ruang
ROOM lobby ticket box lounge foyer restaurant galeri&toko r. serba guna toilet auditorium stage back stage & wing dressing room bathroom storage
SIGHT LINES
LIGHTI NG
ACOUSTI C
ODOR
SECURI TY
SECURITY CAMERA
PHONE LINES
158
green room ruang perekaman gambar sound control room ligjting control room office janitor
sangat penting cukup penting tidak penting
3.3.2 Matriks Hubungan Antar Ruang Diagram 3.7 Matriks Hubungan Antar Ruang
3.3.3 Diagram Sirkulasi Antar Ruang
159
Diagram 3.8 Alur Aktivitas Ruang
3.3.4 Zoning dan Gruping Area-area yang terdapat di dalam gedung pertunjukan ini dibagi dalam 5 zona utama, zona privat yang hanya dapat dimasuki oleh pihak pengelola gedung; zona semi-privat yang dapat dimasuki oleh pihak pengelola dan grup penampil tetap dan penampil lainnya; zona publik yang bebas dilalui siapa saja; zona semi publik yang dapat dimasuki oleh pengunjung dengan syarat tertentu dan atau
160
dalam pengawasan pengelola secara langsung. Masing-masing zona tersebut kemudian dibagi lagi menjadi grup-grup ruang sesuai dengan klasifikasi kegiatannya. Untuk lebih jelasnya bisa melihat lampiran. Tabel 3.4 Luas Zoning dan Gruping ZONING
LUAS MIN.(m2)
SIRKULA SI 15%
lobby
385
57.75
442.75
foyer
152
22.8
174.8
54
8.1
62.1
51.4
7.71
59.11
224
33.6
257.6
88.8
13.32
102.12
auditorium
656.4
98.46
754.86
information
3.4
0.51
3.91
8
1.2
9.2
10.6
1.59
12.19
stage
541
x
541
back stage
783
x
783
rehearsal room
160
24
184
dressing room
96.1
14.415
110.515
66
9.9
75.9
41.6
6.24
47.84
482
72.3
554.3
GROUPING
shop & gallery public lounge restaurant function room
semipublic lobby(office) ticket box
semiprivate
bathroom green room property storage
522.5
78.375
600.875
ruang perekaman gambar
10.1
1.515
11.615
sound control room
10.1
1.515
11.615
lighting control room
10.1
1.515
11.615
janitor
11.8
1.77
13.57
101.34
15.201
116.541
134.4
20.16
154.56
office
private
service
LUAS MIN. TOTAL(m2)
toilet kitchen (resto)
LUAS KEBUTUHAN RUANG
A. Zoning Terpilih
1098.48
780.16
2296.555
635.72
284.671 5095.586
161
1. Lantai B1 Aktivitas kantor pengelola terpusat pada lantai ini. Zona Semipublik menjadi penghubung dengan ruang-ruang pada lantai di atasnya. Pintu masuk dari area luar menjadi zona privat (hanya staff dan pengelola saja yang bisa masuk). Lift dan lobby lift menjadi zona publik. Gambar 3.10 Zoning Terpilih lantai B1
Sumber: Penulis
2. Lantai 1 Zona publik ditempatkan pada sisi bangunan yang terlihat dari arah lapangan parkir. Zona semipublik (Informasi dan tiket) ditempatkan pada sisi kanan bangunan. Posisi harus terlihat langsung dari pintu utama dan tidak terlalu jauh. Gambar 3.11 Zoning Terpilih Lantai 1
Sumber: Penulis
3. Lantai 2
162
Tidak mengalami banyak perubahan dari zona pada denah existing. Zona publik pada bagian depan, zona semiprivat pada bagian belakang. Gambar 3.12 Zoning Terpilih Lantai 2
Sumber: Penulis
4. Lantai 3 Tidak mengalami banyak perubahan dari zona pada denah existing. Zona publik pada bagian depan, zona semiprivat pada bagian belakang. Gambar 3.13 Zoning Terpilih Lantai 3
Sumber: Penulis
5. Lantai 4 Tidak mengalami banyak perubahan dari zona pada denah existing. Zona publik pada bagian depan, zona semiprivat pada bagian belakang, diantaranya terdapat zona servis. Gambar 3.14 Zoning Terpilih Lantai 4
163
Sumber: Penulis
B. Grouping Terpilih 1. Lantai B1 Lobby kantor terdiri dari Reception dan ruang tunggu. Meeting room terletak paling 'luar' sehingga mudah diakses oleh tamu yang datang. Divisi marketing dan ruang direktur diposisikan dekat dengan meeting room. Divisi artistik dan pemeliharaan gedung terletak di belakang agar dekat dengan zona aktivitas pemain , back stage, dan gudang. Gambar 3.15 Grouping Terpilih Lantai B1
Sumber: Penulis
2. Lantai 1 Shop & Gallery ditempatkan pada area dekat dengan pintu samping, sehingga sebelum pulang para pengunjung dapat berbelanja terlebih dahulu. Area samping ini juga langsung terlihat dari lapangan parkir dan pasti dilalui pengunjung sebelum mamesuki pintu utama. Mini stage diletakan dekat
164
dengan lounge, agar para pengunjung dapat menikmati makanan dan minuman sambil menyaksikan pertunjukan. Area pada zona semiprivat tidak banyak mengalami perubahan dari denah existing. Gambar 3.16 Grouping Terpilih Lantai 1
Sumber: Penulis
3. Lantai 2 Ruang-ruang pada zona semiprivate di lantai 2 digunakan oleh grup penampil yang menyewa gedung. Gambar 3.17 Grouping Terpilih Lantai 2
Sumber: Penulis
4. Lantai 3 Ruang-ruang pada zona semiprivat di lantai 3 ini dikhususkan untuk grup penampil tetap. Dapat digunakan setiap hari, jadi tidak terganggu oleh grup lainnya yang menyewa gedung.
165
Gambar 3.18 Grouping Terpilih Lantai 3
Sumber: Penulis
5. Lantai 4 Studio latihan, green room, dan gudang khusus untuk grup penampil tetap. Studio ditempatkan pada lantai ini agar ruang latihan bisa bebas dari kolom. Ketinggian ceiling ruangan pun hingga ceiling lantai 5. Restaurant dan dapurnya memang direncanakan pada lantai ini, meskipun sebenarnya kurang efektif. Gambar 3.19 Grouping Terpilih Lantai 2
Sumber: Penulis
3.4 Studi Permasalahan Khusus Interior 3.4.1 Tinjauan Karakteristik Garis dan Bentuk A. Karakteristik garis Dalam seni rupa, garis merupakan salah satu elemen yang paling mendasar. Garis-garis ini membentuk suatu bidang yang nantinya akan diaplikasikan pada elemen - elemen interior.
166
Tabel 3.5 Karakteristik Garis
B. Karakteristik bentuk Untuk ruangan pada fasilitas umum seperti gedung pertunjukan, bentuk geometris dinilai lebih stabil dan modern dibandingkan dengan bentuk organik. Bentuk geometris juga lebih mudah diolah sehingga tidak banyak ruang terbuang. Namun untuk bentuk-bentuk dekorasi pada ruangan, bentuk geometris seperti lengkungan dan lingkaran masih bisa digunakan. Bentuk
167
yang terlalu rumit dapat sangat menarik perhatian, hal ini bagus jika bentuk tersebut berfungsi sebagai focal point, namun jika hanya sebagai elemen tambahan maka akan mengalihkan perhatian orang dari focal point yang sesungguhnya. Berdasarkan data literatur yang diperoleh dan telah dijelaskan pada bab sebelumnya, teater dengan jenis panggung proscenium dapat menggunakan bentuk ruang auditorium segi empat, kipas, tapal kuda, dan hexagonal. Bentuk dinding dan ceiling juga perlu dipertimbangkan. Lingkungan yang menyebarkan suara akan menhasilkan suara yang halus, lembut dan secara aural nyaman didengar, tidak kasar dan berdentum. Untuk menghasilkan
lingkungan
seperti
itu,
dapat
menggunakan
bentuk
lengkungan cembung, merusuk, chevrons, dan bidang lebar yang tidak beraturan. Gambar 3.20 Pantulan bunyi pada bidang cekung, cembung, dan tidak rata
Sumber : Roberts (2004:197)
3.4.2 Tinjauan Sistem Furnitur Sistem furniture yang digunakan di dalam gedung pertunjukan terutama ruang auditorium sudah memiliki standarisasi sendiri. Biasanya kursi disusun dalam baris lengkung dengan jumlah kursi yang beragam, tergantung dari kapasitas ruang yang teredia. Bisa menggunakan continental seating atau multiple aisles seating. Kursi tidak dapat dipindahkan. Ada 2 tipe kaki kursi, yakni floor-mounted chair, di mana kursi terpasang pada lantai ruangan dan riser-mounted chair, kursi terpasang pada sisi anak tangga. Kursi dilengkapi
168
dengan sandaran tangan. Dudukan kursi juga harus bisa dilipat agar pada saat tidak diduduki, area sirkulasi di depan kursi menjadi lebih lebar, dan dapat dilalui orang dengan mudah. Untuk furniture pada ruang ganti, seperti meja rias dan lemari pakaian sebaiknya dibuat built-in, agar tidak bisa dipindahkan, namun untuk rak gantung baju atau furniture lainnya yang memang bisa berpindah-pindah ruang hendaknya dibuat sefleksibel mungkin, seperti diberi roda, untuk mempermudah pergerakan. Furniture pada ruang publik seperti counter makanan atau ticket box juga dibuat built-in sesuai dengan fungsinya masing-masing. Akan sangat menyulitkan dan kurang bagus dilihat jika menggunakan loose furniture. 3.4.3 Tinjauan Material Lantai, Dinding, dan Ceiling Pada ruang auditorium, untuk memperoleh kualitas yang baik dibutuhkan material bangunan yang memenuhi persyaratan akustik, yang antara lain berfungsi sebagai: a. Pemantul Suara Menggunakan lembaran berkarakteristik permukaan yang keras, tegar, dan rata. Contohnya papan gypsum, plywood, fleksiglass, fiber, dan plastik keras. Pemantukan suara ini dipengaruhi juga oleh bentuk, kemiringan, tekstur, dan pola dari material tersebut. b. Penyerap Suara Menggunakan material berpori. Pemakaian bahan-bahan berpori lebih efisien untuk frekuensi tinggi. Semakin bertambah tebal akan semakin baik untuk frekuensi rendah. Terdapat 3 jenis bahan berpori:
169
1) Bahan berpori untuk akustik yang siap pakai di pasaran Keunggulan: + Penyerapan dapat diandalkan dan dijamin oleh pabrik + Pemasangan dan perawatan relatif mudah + Mudah dikoordinasikan dengan penerangan dan AC Kelemahan: - Sambungan antarunit sukar disembunyikan - Peka terhadap kerusakan mekanik 2) Bahan berpori plastik-plesteran akustik Keunggulan: + Dapat digunakan pada bentuk yang tidak teratur + Baik untuk frekuensi tinggi Kelemahan: - Dibutuhkan tenaga ahli untuk mengerjakannya - Perawatannya relatif sulit terutama saat dekorasi ulang - kurang sesuai untuk concert hall 3) Bahan berpori kain dan karpet Dapat merdeuksi kebisingan yang disebabkan oleh pemantulan dan penyerapan. Secara psikologis dapat memberi suasana tenang. Meskipun tidak tahan api, material ini banyak digunakan pada lobby dari gedung pertunjukan karena dapat mencegah kebisingan. Tabel 3.6 Tabel kriteria pemilihan material lantai CRITERIA FOR MATERIALS SELECTION : FLOORING Material Granite
Accoustic
Durabili
Reflection
ty
4
4
Ease of Maintena nce 4
Moisture Resistance 4
Slip Resistan ce 3
Warmth to The Touch 1
Light Reflectio n 2
170
Marble
4
4
4
4
1
1
3
Limestone
4
4
4
4
3
1
3
Sandstone
4
3
4
4
3
1
2
Slate
4
3
4
4
3
1
2
Terrazzo
4
3
4
4
3
1
2
Ceramic Tile
4
3
4
4
3
1
3
Wood Parquet
3
2
3
1
3
3
2
Wood Strip
3
2
3
1
3
3
2
Cork Tile
2
2
3
1
3
4
2
Linoleum
3
2
2
3
3
2
3
Vinyl Sheet
3
3
2
3
3
2
3
Rubber Sheet
3
3
2
3
3
2
3
3
3
2
3
3
2
3
1
1
1
1
4
4
2
4
4
3
4
2
1
3
Slip Resistanc
Warmth to The
Light
e
Touch
Vinyl Composition Tile Carpet Colored Concrete
High : 4;
Moderately High: 3;
Moderately low: 2;
Low: 1
Sumber : Roberts (2004: 180) Tabel 3.7 Tabel kriteria pemilihan material dinding interior CRITERIA FOR MATERIALS SELECTION : INTERIOR WALLS Material
Accoustic
Durabili
Reflection
ty
Ease of Maintena nce
Moisture Resistance
Reflection
Granite
4
4
4
4
1
1
2
Marble
4
4
4
4
1
1
3
2
3
3
2
4
4
2
Ceramic Tile
4
4
4
4
1
1
4
Brick
3
4
2
4
1
1
1
4
4
2
4
1
1
2
3
4
2
4
1
1
1
4
3
2
1
1
1
4
3
1
1
1
3
3
4
Wood Paneling
Exposed Concrete Concrete Masonry Plaster Gypsum Board
High : 4;
Moderately High: 3;
Moderately low: 2;
Sumber : Roberts (2004: 185)
Low: 1
171
Tabel 3.8 Tabel kriteria pemilihan material ceiling CRITERIA FOR MATERIALS SELECTION : CEILINGS Material Wood Paneling Exposed Concrete Plaster Gypsum Board Acoustic tile
Slip
Warmth
Resistance
Resistanc e
to The Touch
Reflection
2
1
n/a
n/a
2
4
4
4
n/a
n/a
3
4
4
4
1
n/a
n/a
4
3
3
3
1
n/a
n/a
4
1
2
2
1
n/a
n/a
3
Acoustic
Durabili
Reflection
Ease of
ty
Maintena nce
2
3
4
High : 4;
Moderately High: 3;
Moisture
Moderately low: 2;
Light
Low: 1
Sumber : Roberts (2004: 184)
Jumlah dan ketebalan material juga sangat penting. Pada bahan-bahan yang keras namun tipis, frekuensi energi suara rendah hingga menengah dapat diserap melalui resonansi, kususnya jika terdapat ruang hampa dibelakangnya. Material halus dan berserat lebih baik lagi dalam menyerap suara. Efisiensi bergantung pada ketebalan, porositas udara, dan mounting. Untuk ruangan selain auditorium, dapat menggunakan material-material yang umum digunakan pada fasilitas publik. Namun material tersebut sebisa mungkin mendukung sistem akustik aurditorium dan tidak meningkatkan kebisingan di luar auditoirum. Oleh karena itu dibutuhkan ruang transisi antara auditorium dengan ruangan di luarnya.
3.4.4 Tinjauan Karakteristik Warna Sebagai sebuah tempat hiburan dan kesenian, gedung pertunjukan harus menerapkan warna-warna yang memeberikan efek psikologis yang sesuai. Berikut ini adalah efek psikologis yang dapat ditimbulkan oleh warna: - Merah : kehangatan dan kesenangan, menarik perhatian, energi, gairah,
172
action, kekuatan, kegembiraan, darah, perang, panas, dan bahaya. - Oranye : hangat, semangat, kreatif, flamboyan, menyenangkan, extrovert, optimisme, sosialisasi, percaya diri, antusiasme, kegelisahan. - Kuning : kehangatan, bahagia, playful, keceriaan, optimis, ide kreatif, kritis, kecemasan. - Hijau : pertumbuhan, vitalitas, kehidupan baru, alami, keseimbangan, ketenangan, kesejukan, uang dan kekayaan, keserakahan dan egois. - Biru : ketenangan, sejuk, lembut, menyegarkan, harmoni, kepercayaan, kejujuran, tanggung jawab, loyalitas, kaku, manipulatif. - Ungu : Keagungan, spiritual, misteri, perubahan, galak, kebijaksanaan, kemewahan, dan passion. - Cokelat : tanah, nyaman, dapat bertahan, dapat dipercaya, netral. - Hitam : dukacita, kematian, kesedihan, kekuasaan, keanggunan, formal, misteri, berat, solid. - Abu-abu : kecanggihan, kesedihan, intelek, masa depan, kedewasaan. - Putih : kesucian, kebersihan, tidak bersalah, steril, kematian, monoton., harapan, kebaikan., ringan. 3.4.5 Tinjauan Sistem Pencahayaan Untuk alasan kesehatan dan psikologis, pencahayaan alami diperlukan terutama pada ruang-ruang persiapan petunjukan seperti green room dan dressing room, di mana para pemain dan crew memerlukan ketenangan sebelum melakukan pementasan. Pada area publik seperti lobby dan lounnge, cahaya alami yang masuk melalui jendela-jendela besar dapat digunakan sebagai sumber pencahayaan pada siang hari sehingga lebih hemat energi. Namun untuk auditorium sebaiknya harus tertutup rapat sehingga tidak ada
173
cahaya alami maupun buatan yang masuk ke dalam ketika sedang dilakukan pertunjukan, karena kana sangat mengganggu. Untuk auditorium, butuh penanganan pencahayaan secara khusus. Pencahayaan dibutuhkan untuk mencari lokasi kursi, membaca catalog acara, dan melihat orang-orang terdekat. Semua aktivitas ini memerlukan pencahayaan dengan hasil bayangan yang minim dan dalam cahaya yang tidak terlalu terang. 1) General Lighting Dapat diletakan pada ceiling; sumber cahaya terbaik karena hasilnya merata. Umumnya menggunakan down light, dengan lampu fluorescent atau LED yang dapat menghemat energi. Warna cahaya putih juga dinilai yang terbaik. 2) Accent Lighting Membuat suasana ruang terasa lebih hidup, dibutuhkan cahaya 3 kali lebih terang. Jenis lampu yang digunakan lebih boros yaitu spotlight, tungsten, halogen, dan mini-spot. 3) Task Lighting Digunakan untuk memperjelas pandangan namun tidak boleh membuat mata lelah, membantu untuk lebih fokus pada aktivitas yang dilakukan. Tetap harus menggunakan general lighting agar tidak terbentuk bayangan. 4) Decorative Lighting Berfungsi sebagai elemen dekoratif, bukan menjadi penerangan utama. 5) Kinetic Lighting Memiliki pendar cahaya yang lembut dan bergerak-gerak, menghasilkan bayangan yang bergerak-gerak pula. Suasana yang diciptakan adalah dramatis dan romantis. 3.4.6 Tinjauan Sistem Penghawaan
174
Pengaturan udara pada gedung pertunjukan harus dipertimbangkan secara matang, karena pada jam beroperasi, gedung ini akan digunakan oleh ratusan orang, bahkan ribuan orang dalam waktu yang bersamaan. 1) Penghawaan Alami Penghawan alami dapat digunakan pada beberapa bagian ruangan, khususnya ketika sedang tidak beroperasi (pada pagi hari, ketika belum ada pengunjung yang datang). Penghawaan alami berfungsi sebagai penetral penghawaan ruangan. 2) Penghawaan Buatan Air Conditioner (AC) masih menjadi primadona untuk sistem penghawaan pada gedung publik seperti ini. Fungsi dari AC adalah memberikan kenyamanan kepada para pengunjung dengan memenuhi kebutuhan akan udara bersih dan segar (± 10 cfm/person), pada suhu dan kelembaban normal. Udara harus dapat menjangkau tiap sudut ruangan tanpa menyisakan stagnant zone dan suhu udara harus tetap di setiap area ruangan, sekitar 20°C. Dibandingkan dengan upward system of ventilation, downward system of ventilation adalah cara terbaik untuk menghadirkan udara sejuk ke dalam auditorium tanpa menyebabkan angin. Inlet dapat diletakan di langit-langit atau di dinding samping dan belakang pada posisi yang tinggi. 3.4.7 Tinjauan Sistem Akustik Ruang Akustik pada desain interior sangat bergantung pada kondisi lingkungan, hal tersebut dikarenakan reaksi manusia terhadap suara dalam berbagai lingkungan akustik bangunan lebih bersifat subyektif dan kualitatif. Selain menggunakan bentuk ruang yang sesuai dan material-material
175
interior seperti yang sudah dibahas sebelumnya, beberapa persyaratan akustik harus dipenuhi, yaitu: a. Kekerasan (Loudness) Kekerasan suara dapat dikendalikan agar bunyi yang ideal dapat diterima dengan baik oleh penonton dengan cara: - mendekatkan posisi penonton pada sumber bunyi - menaikkan tingkat sumber bunyi - lantai pada daerah penonton dibuat miring - jumlah bahan pemantul diperbanyak - luas lantai dan volume ruang diperkecil - tempat duduk penonton ditempatkan pada daerah yang menguntungkan - permukaan yang dianggap dapat memantulkan suara diarahkan ke panggung - hindari penggunaan material yang dinilai dapat menyebabkan pemantulan paralel dengan posisi horizontal atau vertikal sehingga pantulan suara kembali ke sumber bunyi - sebanyak mungkin energi bunyi dari berbagai sumber dipancarkan ke seluruh pelosok penerima dengan kualitas yang sama seperti dari sumbernya. b. Difusi Difusi adalah sebuah kondisi ketika gelombang bunyi dapat merambat ke segala arah sehingga tekanan bunyi pada tiap bagian sama besar. Hal ini dilakukan dengan menonjolkan elemen-elemen bangunan, misalnya ceiling yang ditutup, dinding yang dibuat bergerigi, kotak-kotak menonjol, atau dengan ukiran dan pahatan.
176
c. Kepadatan (Fullness of Tone) Kualitas dengung suara ditentukan oleh besarnya nilai Reverberation Time (RT). Semakin besar volume ruang akan semakin sedikit lapisan penyerap, maka RT akan semakin besar, sehingga kejelasan suara (clarity) akan semakin berkurang. Tiap ruangan membutuhkan nilai RT berbeda-beda menurut fungsinya masing-masing. Untuk ruang pertunjukan dibutuhkan RT yang tidak terlalu panjang namun clarity-nya besar. d. Keseimbangan (Balance) Keseimbangan yang dimaksud adalah keseimbangan perbandingan loudness dari tiap bagian pertunjukan, misalnya orkestra. Balance juga ditentukan oleh banyaknya jumlah pemantulan dan difuser yang dipasang pada sekeliling sumber bunyi. e. Daya Campur (Blend) Daya campur berupa keharmonisan bunyi dari suatu pertunjukan ketika sampai di telinga pendengar sebagai bunyi dari musik. f. Ansambel (Ensamble) Ruang musik memiliki ensamble yang baik jika trcapai suatu kesatuan. Hal ini ditentukan oleh konduktor dengan bantuan dinding panggung dan mengarahkan bunyi dari satu sisi panggung ke sisi yang lain, serta penataan floor plan panggung yang lebih baik. g. Keakraban Akustik Untuk mencapai kesan musik dalam keakraban akustik diperlukan waktu antara bunyi langsung dengan pantulan pertama sebaiknya kurang dari 20meter/detik, dan beda jarak rambatan suara antara bunyi langsung dengan pantulan pertama lebih pendek dari 70 meter/detik.
177
h. Bebas Cacat Akustik Merupakan kondisi akustik tanpa ada gangguan berupa gema, gaung, resonansi, bayang bunyi, dan bising. 3.4.8 Tinjauan Sistem Keamanan dan Signage Seperti yang sudah dijelaskan pada Bab 2, bencana yang paling harus diwaspadai adalah kebakaran. Jalur-jalur evakuasi harus disediakan dan langsung mengarah ke luar bangunan. Akses yang tersedia juga sebaiknya terpisah dan tidak berdekatan satu sama lain. Jalur-jalur evakuasi dan peralatan pertama tanggap bencana ini harus mudah dijangkau dan tidak terhalangi oleh benda apapun, dan kesiapannya harus dicek secara rutin, sehingga apabila terjadi bencana apapun dan kapanpun semuanya siap dan dapat dikendalikan. Lampu khusus dan signage diperlukan untuk alasan keselamatan. Lampu-lampu penanda jalur evakuasi sebaiknya menggunakan warna terang seperti hijau atau biru yang dapat dengan mudah terlihat., warna merah melambangkan darurat dan bahaya, namun menggunakan warna meah akan sangat mencolok dan menarik perhatian meskipun tidak sedang dalam kondisi darurat. Di dalam auditorium, lampu emergency perlu diketakan pada anak tangga dan lorong-lorong kursi, sehinnga dapat menuntun penonton menuju pintu keluar atau jalur evakuasi. Untuk penanda lainnya seperti penanda ruangan dan jalur antrian dapat disesuaikan dengan konsep interior gedung pertunjukan. Peletakannya juga hendaknya menjadi pertimbangan sendiri, harus mudah dilihat, sesuai dengan eye level. 3.4.9 Tinjauan Budaya Lokal Sesuai
dengan
judulnya,
gedung
pertunjukan
ini
harus
dapat
178
merepresentasikan citra Indonesia secara keseluruhan. Namun ditinjau dari lokasinya yang berada di DKI Jakarta, maka gedung ini mengangkat tema Jakarta untuk eksplorasi budaya lokal. A. Sejarah Betawi Banyak pendapat yang simpang siur mengenai asal usul suku Betawi. Nama Betawi pun menjadi perdebatan alot di kalangan budayawan. Namun pendapat yang paling populer adalah, suku betawi merupakan suku baru yang terbentuk dari hasil percampuran darah antara penduduk lokal dengan para pendatang. Penduduk lokal, sama seperti penduduk Nusa Jawa (seperti suku Sunda, Jawa dan Madura) sudah menduduki wilayah Jakarta sejak zaman Neolitikum (1500 SM). Para pendatang dari India, Cina, Arab, dan Eropa turut membentuk kebudayaa Betawi. Dapat disimpulkan bahwa Betawi terbentuk dari proses asimilasi dan akulturasi buadaya sosial yang terus berkembang di masyarakat kota Jakarta. B. Perilaku dan pergaulan suku Betawi Betawi merupakan salah satu suku yang terkenal di Indonesia. Sering kali media, sinetron, dan film menggunakan karakter yang berlatar belakang etnis Betawi. Gaya bicara yang ceplas-ceplos, intonasi suara yang keras dan ekspresif, serta dialeknya yang khas membuat etnis Betawi sangat "terlihat" di dalam masyarakat. Ada hal yang positif dari betawi, antara lain jiwa sosial mereka yang sangat tinggi, walaupun terkadang dalam beberapa hal terlalu berlebihan dan cenderung tendensius. Orang betawi juga kuat sekali menjaga nilai-nilai Agama yang tercermin dari ajaran orang tua (terutama yang beragama Islam) kepada anak-anaknya. Masyarakat betawi sangat menghargai pluralisme, hal
179
ini terlihat dengan hubungan baik antara masyarakat betawi dan pendatang dari luar Jakarta. C. Seni sastra Orang Betawi sangat sering menggunakan pantun saat berbicara. Tidak hanya dalam kesempatan formal atau acara adat saja, namun dalam kesehariannya pun mereka sering sekali berbalas-balasan pantun. Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan hingga sekarang. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata. Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir. Ia juga melatih orang berfikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata yang lain. Berikut ini adalah contoh dari pantun Betawi. Rumput kering dibikin sarang Kebon kosong ditanemin sawi Jangan sampe generasi sekarang Lupa same tradisi Betawi Masak mie, sayurnya sawi Bikin nasi goreng pake terasi Jangan ngaku anak Betawi Kalo nggak ngerti sama tradisi Sumber : tomybetawi.xtgem.com/pantun
Pantun merupakan salah satu sastra lama. Lazimnya, pantun terdiri dari 4 larik (baris), tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata. Pantung memiliki rima (sajak akhir) dengan pola a-a-a-a atau a-b-a-b, tidak boleh a-a-b-b atau a-b-b-a. Dua baris pertama merupakan sampiran, kerap kali berhubungan dengan alam atau mencirikan budaya lokal masyaraktnya. Dua baris
180
berikutnya merupakan isi, yang merupakan pesan tujuan dari pantun tersebut, dan tidak ada hubungannya dengan sampiran. D. Seni tari Gambar 3.21 Tari Ronggeng Betawi
Sumber : radintemen.wordpress.com
Gambar 3.22 Ondel-ondel Betawi
Sumber : indonesiatouristroad.blogspot.com
Budaya Betawi memiliki beberapa tarian yang terkenal, seperti tari Japin (Zapin), tari Cokek, tari Topeng Betawi, tari Ronggeng, tari Lenggang, dan tari Yapong. Ondel-ondel juga termasuk di dalam seni tari Betawi. E. Seni bela diri Bagi masyarakat etnis Betawi, pencak silat menjadi suatu identitas yang sangat kuat di dalam budayanya. Silat di Betawi masih serumpun dengan silat di daerah lain, misalnya Sumatera. Silat Betawi memiliki beberapa aliran dan juga gerakan-gerakan khas yang berbeda dari silat di daerah lain. Gerakan silat bersifat patah-patah dan mantap/kokoh. Para pendekarnya biasa menggunakan pakaian hitam atau merah, memakai peci hitam, menggunakan sabuk besar di pinngang. Senjata yang biasa digunakan adalah golok. Selain memang untuk pertahanan diri, silat yang kini merupakan cabang olah raga bela diri, silat sering digunakan untuk prosesi atau upacara adat, seperti acara lamaran, dan pernikahan. Tidak hanya itu, sekarang ini silat juga digunakan sebagai elemen pada pertunjukan budaya.
181
Gambar 3.23 Silat Betawi
Sumber : www.antarafoto.com
F. Seni musik Gambar 3.24 Pemain musik Tanjidor
Sumber : warisanindonesia.com
Dalam bidang Kesenian orang Betawi memiliki Seni Gambang Kromong yang berasal dari Seni Musik Tionghoa tetapi juga ada Rebana yang berakar pada Tradisi Musik Arab, Keroncong-Tugu dengan berlatar belakang Portugis dan Tanjidor yang berlatar belakang ke-Belanda-an. G. Seni panggung Lenong adalah teater rakyat khas Betawi yang dikenal sejak tahun 1920-an. Sejak awal keberadaannya, diiringi dengan musik gambang kromong. Lenong dikenal dengan dua jenis cerita yaitu Lenong Denes (bercerita tentang kerajaan atau kaum bangsawan) sementara Lenong Preman berkisah tentang kehidupan rakyat sehari-hari ataupun dunia jagoan. Lenong Denes sendiri adalah perkembangan dari bermacam bentuk teater rakyat Betawi yang sudah punah, seperti wayang sumedar, wayang
182
senggol ataupun wayang dermuluk. Sementara lenong preman disebut-sebut sebagai perkembangan dari wayang sironda. Yang cukup signifikan dalam perbedaan penampilan kedua lenong tersebut, Lenong Denes umumnya menggunakan bahasa Melayu halus, sedang Lenong Preman rata-rata menggunakan bahasa Betawi sehari-hari. H. Kain tradisional Gambar 3.25 Motif baik pucuk rebung
Sumber : http://www.bensradio.com
Gambar 3.26 Motif batik Si Pitung
Sumber : seracibatikbetawi.files.wordpress.com
Batik Betawi memiliki corak khas sendiri, yakni corak pesisir. Corak pesisir identik dengan bentuk-bentuk makhluk hidup seperti corak burung, bunga, tumbuhan. Coraknya lebih bebas, beraneka warna, dan mendapat pengaruh budaya luar yang dominan. Motif batik Betawi yang sering digunakan oleh none Jakarta seringkali disebut corak pucuk rebung. Selain motif klasik seperti pucuk rebung, batik betawi masih terus berinovasi. Beragam motif baru sudah dipasarkan, seperti motif Monas, Si Pitung, Ondel-ondel, dan masih banyak lagi. I. Makanan Khas Beberapa makanan khas Betawi antara lain kue kerak telor, kue kembang goyang, asinan betawi, bir pletok, es selendang mayang, soto betawi, dll. Kue kembang goyang terbuat dari tepung beras, santan, gula pasir, dan telur. Kue ini dicetak menggunakan cetakan khusus yang terbuat dari bahan kuningan.
183
Gambar 3.27 Cetakan Kue Kembang Goyang 1
Sumber : makan2resep.blogspot.com
Gambar 3.28 Cetakan Kue Kembang Goyang 2
Sumber : inforesep.com
Gambar 3.29 Kue Kembang Goyang
Sumber : http://www.menuinternasional.blogspot.com
J. Rumah adat Gambar 3.30 Denah rumah Betawi
Sumber : rumahnusa.blogspot.com
Arsitektur Rumah Betawi: Bentuk tradisional rumah Betawi dengan sifat lebih terbuka dalam menerima pengaruh dari luar. Hal ini bisa dilihat
184
dari pola tapak, pola tata ruang dalam, sistem stuktur dan bentuk serta detail dan ragam hiasnya. Rumah tradisional Betawi tidak memiliki arah mata angin, ke mana rumah harus menghadap dan juga tidak ada bangunan atau ruang tertentu yang menjadi orientasi/pusat perkampungan. Berdasarkan tata ruang dan bentuk bangunannya, arsitektur rumah tradisional Betawi, khususnya di Jakarta Selatan dan Timur, dapat dikelompokkan ke dalam 3 jenis: (1) Rumah Gudang; (2) Rumah Joglo; (3) Rumah Bapang/Kebaya. Tata letak ruang rumah tradisional Betawi cenderung bersifat simetris. Dilihat dari letak pintu masuk ke ruang lain dan letak jendela jendela depan yang membentuk garis sumbu abstrak dari depan ke belakang. Kesan simetris bertambah kuat karena ruang depan dan belakang dimulai dari pinggir kiri ke kanan tanpa pembagian ruang lagi. Selain itu rumah tradisional Betawi juga menganut dua konsep ruang, yang bersifat abstrak dan kongkrit. Konsep ini diterapkan pada jenis kamar tidur yang tertutup dan terbuka. Ragam Hias Rumah Betawi: Ragam hias pada rumah-rumah Betawi berbentuk sederhana dengan motif-motif geometris seperti titik, segi empat, belah ketupat, segi tiga, lengkung, setengah bulatan, bulatan, dsb. Ragam hias biasanya diletakkan pada lubang angin, kusen, daun pintu danjendela, dan tiang yang tidak tertutup dinding seperti tiang langkan, dinding ruang depan, listplank, garde (batas ruang tengah dengan ruang depan), tangan-tangan (skur), dan teras yang dibatasi langkan terbuat dari batu-batu atau jaro, yaitu pagar yang dibuat dari bambu atau kayu yang dibentuk secara ornamentik. Merupakan salah satu ungkapan arsitektural yang paling penting pada arsitektur rumah tinggal Betawi.
185
Ragam hias ditemukan pada unsur-unsur dan hubungan-hubungan stuktur atau konstruksi seperti sekor, siku penanggap, tiang atau hubungan antara tiang dengan batu kosta. Tiang-tiang bangunan jarang dibiarkan polos bujur sangkar menurut irisannya tetapi diberi sentuhan akhir pada sudutnya juga detail-detail ujung bawah (berhubungan dengan batu kosta) maupun ujung atas (berhubungan dengan penglari dan pengeret) dari tiang. Dari Belanda dan Eropa dikenalkan skor besi cor yang cenderung mengadaptasi bentuk-bentuk dari Eropa (art-deco, art-noveau, dsb). Namun ragam hias lebih banyak digunakan pada unsur-unsur bangunan yang bersifat non struktural seperti pada listplank, pintu, langkan (pagar pada rumah), jendela, garde (bentuk relung yang menghubungkan ruang depan dengan ruang tengah), sisirgantung (bidang yang terbuat dari papan yang menggantung di bagian depan rumah), dsb. Pengerjaan ragam hiasnya lebih teliti dan bervariasi. Khusus pemasangan pada garde dan sisir gantung dilakukan sendiri sehingga sering disebut elemen estetis yang utuh. Berdasarkan pola visual yang ditemukan pada rumah Betawi, ragam hias mempunyai nama-nama: Pucuk Rebung, Cempaka, Swastika, Matahari, Kipas, Jambu Mede, Delima Flora, dan Gigi Balang. Gambar 3.31Teras rumah Betawi
Sumber : travel.dtik.com
186
I. Aplikasi dalam Interior Dari sekian banyak uraian mengenai kebudayaan Betawi, dapat dibuat sebuah skema pemikiran yang nantinya dapat ditepakan dalam perencanaan interior. Diagram 3.9 Skema penerapan budaya Betawi pada perencanaan interior