Bab 3 Metode Perancangan Sistem Pada pembahasan dalam bab ini, berisikan tentang perancangan dalam membangun sistem yang akan dibuat. Pada proses pembangunan sistem manajemen bandwidth ini, menggunakan metodologi PPDIOO (Prepare, Plan, Design, Implement, Operate, Optimize). Metode ini digunakan untuk mengetahui perkembangan sistem pada jaringan yang digunakan. PPDIOO merupakan metodologi yang dikembangkan oleh Cisco System (Cisco, 2005).
Gambar 3.1 Metode PPDIOO
33
Berikut ini merupakan tahapan dalam metode PPDIOO yang menjadi dasar penelitian : 1. Prepare Dalam
tahap
keseluruhan
prepare
ini
diawali
dengan
mencari
kebutuhan akan dibuat dalam pembangunan
sistem. 2. Plan Tahap plan ini yaitu menganalisa bagaimana skenario yang baik pada sistem yang diperlukan agar dapat menunjang halhal yang berkaitan dalam pembuatan dan pengembangan untuk mencapai tujuan dibuatnya sebuah system. 3. Design Pada tahap design ini merupakan proses mengubah kebutuhan yang ada dalam tahap plan menjadi rancangan sistem yang diimplementasikan secara nyata. Proses ini akan berfokus pada tiga komponen, yaitu: arsitektur jaringan, software dan spesifikasi hardware atau interface. 4. Implementation dan Operation Pada tahapan ini merupakan implementasi sistem yang telah dirancang pada tahap design serta tahap operasi jika sebuah sistem jaringan yang telah dibuat telah sesuai dalam tahap design. 5. Optimize Selama melakukan tahapan Operation, apabila ditemukan kesalahan dalam melakukan penanganan, maka dilakukan perbaikan agar sistem ini bebas dari kesalahan, dengan 34
melakukan pengujian secara baik. Apabila suatu sistem yang ada dirasa kurang baik dapat dilakukan perancangan ulang kembali ketahap prepare sehingga kesalahan-kesalahan yang ada dapat diperbaiki dan dioptimalisasi.
3.1 Prepare Pada tahap pertama dalam metode penelitian PPDIOO yakni melakukan persiapan dalam pembangunan system yang akan dibangun. Dalam tahap persiapan ini hal yang perlu dilakukan yakni pengambilan data yang valid dari sistem yang sudah ada saat ini sehingga masalah yang ada pada sistem dapat dilihat.
Gambar 3.2 Topologi Jaringan di Perusahaan Sebelum Implementasi
35
Gambar 3.2 merupakan topologi jaringan yang ada pada perusahaan saat ini. Dari topologi di atas terlihat bahwa bandwidth yang ada dari provider internet langsung diarahkan ke modem dan switch menyebarkan koneksi keseluruh bagian. Hal ini sering membuat koneksi internet di perusahaan CV. TRI POLA JAYA terganggu dan bandwidth yang ada dari provider internet tidak dapat terbagi rata sehingga kestabilan koneksi di dalam jaringan tidak dapat tercapai. Tabel 3.1 Trafik Per-IP Sebelum Implementasi dengan IDM (Internet Download Manager) Trafik Rata-Rata IP Client
Bagian Max Upload
Max Download
192.168.2.7
Direktur
21,4 Kbps
139,1 Kbps
192.168.2.8
Administrasi
70,3 Kbps
125,4 Kbps
192.168.2.9
Administrasi
12,1 Kbps
80,3 Kbps
192.168.2.10
Administrasi
29,9 Kbps
35,9 Kbps
192.168.2.11
Teknik
10,5 Kbps
70,6 Kbps
192.168.2.12
Teknik
25,9 Kbps
21,9 Kbps
192.168.2.13
Pengadaan
13,3 Kbps
64,8 Kbps
192.168.2.14
Pengadaan
18,0 Kbps
13,3 Kbps
25,175 Kbps
70,163 Kbps
Rata-rata
36
Tabel 3.2 Daftar Top-Up file Download Dalam Jaringan Jenis File
Tipe File
Portable Document Format (PDF)
.pdf
Microsoft Excel
xls / .xlsx
Audio (MPEG-1 Layer-3)
.mp3
Microsoft Word
.doc / .docx
Image (Graphics Interchange Format)
.gif
Video (MPEG-4 Part-14)
.mp4
Image (Joint Photographic Expert Group)
.jpeg
Aplikasi
.exe
Presentation
.ppt / .pptx
Dari data yang diperoleh, pada Tabel 3.1 terlihat sekali perbedaan besar trafik upload dan download masing-masing client pada jaringan, hal inilah yang membuat kondisi koneksi jaringan pada perusahaan menjadi tidak stabil antara client satu dengan client lainnya sehingga bandwidth yang ada di dalam perusahaan dapat terbagi secara merata. Selain itu pada Tabel 3.2 terlihat adanya aktitas download file yang tidak penting bagi perusahaan yakni file audio bertipe file .mp3 menjadi daftar urutan ketiga dari urutan aktifitas download file di dalam jaringan serta beberapa aktifitas download file lain yang tidak diperlukan perusahan seperti video diduga semakin membebani trafik bandwidth yang ada di dalam perusahan. Oleh karena itu dalam implementasi manajemen bandwidth nanti memiliki tujuan agar sistem yang dibuat dapat menangani 37
masalah-masalah yang ada dalam jaringan perusahaan sesuai dengan kriteria kebutuhan, oleh karena itu akan dilakukan penerapan metode menajemen bandwidth yang sesuai dengan kondisi perusahaan yang ada saat ini sehingga masalah yang ada di dalam perusahaan dapat terselesaikan sesuai dengan kebutuhan yang ada
3.2 Plan Setelah analisa permasalahan keadaan jaringan yang sudah diketahui dalam tahap prepare, dalam tahap Plan (rencana) ini akan ditentukan rencana manajemen bandwidth yang sesuai dengan masalah yang ada di dalam perusahaan. Pada tahap persiapan masalah yang muncul adalah tidak stabilnya koneksi bandwidth internet yang ada di dalam perusahaan sehingga apabila ada suatu client yang melakukan akses download saat jam kerja maka koneksi bandwidth diperusahaan akan terambil oleh client yang sedang melakukan aktifitas download tersebut. Dari masalah yang muncul maka akan dilakukan perancangan manajemen bandwidth. Jenis menajemen bandwidth yang dilakukan yaitu dengan menerapkan metode HTB (Hierarchical Token Bucket) pada queue tree dengan model bandwidth limiter pada mangle untuk menekan bandwidth per client apabila client melakukan kegiatan download pada saat jam kerja. HTB memungkinkan kita membuat queue menjadi lebih terstruktur dengan melakukan pengelompokanpengelompokan bertingkat. Pada rencana konfigurasi manajemen bandwidth nanti akan dilakukan :
38
1. Pengaturan mangle untuk membatasi bandwidth client apabila client melakukan download file diatas 3 MB maka secara
otomatis
bandwidth
akan
diturunkan
sesuai
konfigurasi queue tree. 2. Membuat konfigurasi queue type yakni dengan model PCQ (Peer Connection Queue) yang bekerja
memberikan
bandwidth kepada client sesuai dengan client yang sedang aktif pada queue tree. 3. Melakukan konfigurasi queue tree sesuai hirarki yang telah direncanakan. Pada implementasi yang akan dilakukan pada perusahaan nanti, penetapan kuota 3 MB pada client dilakukan karena ketetapan dari perusahaan menginginkan untuk dilakukan limit file download sebesar 3 MB. Cara kerja limit file download yang akan diimplementasikan ini yakni dengan memberi batasan pada mangle sebesar 3 MB, sehingga apabila nanti client melakukan aktifitas download file dibawah 3 MB maka client akan mendapat bandwidth sebesar 1500 Kb/s, namun apabila client melakukan download file dengan ukuran diatas 3 MB maka secara otomatis mangle akan menangkapnya dan akan menurunkan kecepatan bandwidth menjadi 35 KB/s apabila semua client aktif melakukan kegiatan download. Hal tersebut akan didukung dengan penerapan queue type model PCQ (Peer Connection Queue) yang akan membagi alokasi bandwidth yang disediakan oleh queue tree secara merata ke setiap client sehingga client di setiap bagian tidak akan berebut bandwidth apabila terdapat beberapa client yang sedang aktif dan pemakaian 39
bandwidth internet di perusahaan tidaklah boros. Berikut rencana pembagian dan limit bandwidth yang akan diterapkan di perusahaan. Tabel 3.3 Rencana Alokasi dan Limit Bandwidth client di perusahaan
Jenis Tingkatan
Prioritas Client
Bandwidth Client Saat Jam Kerja (Kb/s)
Bandwidth Client Saat Pulang Kerja (Kb/s)
Bandwidth Client Saat Hari Libur (Kb/s)
Penerapan Limit File Download Client (Kb/s)
Garan si
Maksi mal
Gara nsi
Maksi mal
Garan si
Maksi mal
OFF
ON
Wifi Perusahaan
3
250
1800
250
1800
250
1800
1800
1800
Direktur
2
250
1000
250
1800
250
1800
1000
1000
1 dan 4
35
256
250
1800
250
1800
1500
256
Client Perbagian di Perusahaan
Pada Tabel 3.3, ada beberapa tingkatan pembagian bandwidth pada saat jam kerja, pulang kerja, maupun saat libur perusahaan. Tingkatan tersebut adalah wifi, direktur untuk ruang kepala perusahaan, client perbagian di perusahaan yang membatasi bandwidth client perbagian di perusahaan. Selain itu pada Tabel 3.3 penerapan limit file pada client juga akan dilakukan pada implementasi manajemen bandwidth nanti. Limit client tersebut dalam keadaan OFF apabila client tidak melakukan aktifitas download atau melakukan aktifitas download kurang dari 3 MB, 40
maka masing-masing tingkat client yakni wifi perusahaan akan mendapatkan bandwidth maksimal sebesar 1800 Mb/s, lalu direktur sebesar 1000 Mb/s, dan client di bagian akan mendapatkan sebesar 1500 Kb/s. Sedangkan limit file tersebut dalam keadaan ON apabila client sedang melakukan kegiatan download file berukuran lebih dari 3 MB. Bandwidth maksimal yang didapat masing-masing tingkat client saat limit ON yakni wifi perusahaan sebesar 1800 Mb/s, direktur 1000 Mb/s, dan client di bagian sebesar 256 Mb/s.
3.3 Design Pada tahap perancangan ini, setelah skenario untuk pelaksanaan didapat. Tahap selanjutnya yakni menentukan bagaimana topologi jaringan yang sesuai dengan skenario sehingga dapat dihasilkan hasil sesuai dengan tujuan.
Gambar 3.3 Topologi Jaringan Baru Yang Direncanakan Gambar 3.3 merupakan rencana topologi yang akan diterapkan di
dalam
perusahaan.
menggunakan
model
Topologi
topologi
yang
direncanakan
tree dimana
setiap
nanti
segment
berhubungan dengan switch yang terhubung langsung dari router. 41
Pada topologi baru yang direncanakan terdapat penambahan router mikrotik yang diletakkan di bawah modem provider untuk mengatur atau memanajemen bandwidth yang ada dalam jaringan perusahaan agar dapat terbagi rata ke dalam perusahaan dan dapat mengatasi permasalahan yang ada di CV. TRI POLA JAYA. Selain topologi, yang direncanakan pada tahap ini pembagiann ip client diperusahaan juga ditentukan. Berikut pembagian ip yang dilakukan di dalam perusahaan. Tabel 3.4 Daftar IP Address pada CV. TRI POLA JAYA No
Nama
IP
Gateway
Ket
1
Modem
192.168.1.1
-
-
192.168.1.2
192.168.1.1
Ke Modem
2
Mikrotik Router 192.168.2.1
192.168.1.1
Ke LAN
192.168.2.1
-
3
Ruang Kepala
192.168.2.252
4
Access Point
192.168.2.253
-
192.168.2.254
-
192.168.2.250
-
5
Bag. Administrasi
192.168.2.246
192.168.2.1
-
6
Bag. Pengadaan Barang
192.168.2.248
-
7
Bag. Teknik Instalasi
192.168.2.247
-
42
Tabel 3.3 merupakan daftar pembagian ip address yang direncanakan diperusahaan. Ip akan dibagi menggunakan dhcp server pada mikrotik namun setelah ip telah didapat oleh perangkat atau komputer client maka ip dan mac address dari interface komputer client tersebut akan dikunci (static) pada mikrotik sehingga client tidak akan dapat berganti-ganti ip sesuai dengan keinginan untuk mendapatkan bandwidth internet.
3.4 Implement dan Operate Setelah tahap design selesai, selanjutnya adalah tahap implement dan operate. Pada tahapan ini akan dilakukan alur kerja sesuai dengan flowchart yang ada berikut ini.
Gambar 3.4 Tahap-tahap Alir Proses Kerja
43
Sesuai dengan tahap-tahap alir proses kerja pada Gambar 3.4, persiapan
sistem
yang
sudah
dirancang
dan
dipersiapkan
sebelumnya akan direalisasikan dalam suatu sistem jaringan yang nyata. Tahap ini memiliki tujuan untuk membangun sebuah sistem manajemen jaringan yang baik serta melakukan pengecekan apabila terdapat permasalahan di dalam sistem ketika sistem yang dibuat diterapkan secara nyata di perusahaan. Dalam pelaksanaanya akan dilakukan konfigurasi-konfigurasi terhadap hardware yang telah disiapkan sesuai dengan fungsinya. Konfigurasi yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3.1 Tabel 3.5 Konfigurasi Hardware No.
Hardware
1.
Mikrotik Router
2.
Access Point 1
Konfigurasi Konfigurasi interfaces Konfigurasi IP address & subnet mask IPv4 Konfigurasi default gateway Konfigurasi DNS server Konfigurasi masquerade Konfigurasi mangle Konfigurasi PCQ Konfigurasi queue tree Konfigurasi IP address WAN Konfigurasi IP address LAN Konfigurasi SSID Konfigurasi DHCP
44
3.4.1 Konfigurasi Dasar Router Mikrotik Untuk membangun jaringan yang akan di implementasikan di perusahaan nanti, hal pertama yang dilakukan adalah konfigurasi router mikrotik sesuai dengan topologi yang sudah direncanakan. Router mikrotik ini memiliki peran utama dalam melakukan manajemen jaringan dan menentukan trafik jaringan. Router board mikrotik RB750 memiliki lima interface router, ini berarti lima interface tersebut mampu berdiri sendiri dengan membentuk lima segment network yang berbeda. Sesuai topologi yang dibuat dalam implementasi ini, semua segment interface mikrotik akan dibutuhkan, pertama menuju modem ADSL (internet), dan yang yang lainnya menuju interface switch yang langsung berhubungan dengan setiap bagian diperusahaan. Selanjutnya akan dilakukan penandaan pada setiap interface dengan mengganti nama default semua interface agar mudah dikenali.
Gambar 3.5 Konfigurasi Interface
Pada Gambar 3.5 terlihat pengaturan nama semua interface. Pemberian nama interface ini memiliki penjelasan yaitu:
45
Interface 1 dengan nama ether1-ToInt memiliki penjelasan bahwa interface tersebut menuju ke modem speedy yang bisa diartikan menuju internet (jaringan public). Interface 2 dengan nama ether2-ToLan memiliki penjelasan bahwa interface tersebut akan menuju ke switch yang akan berhubungan langsung dengan jaringan local.
Setelah pemberian nama pada setiap interface selesai, selanjutnya dilakukan pemberian IP jaringan dengan segmen berbeda pada setiap interface sesuai dengan dengan yang direncanakan.
Gambar 3.6 Konfigurasi IP Interface
Konfigurasi interface pada Gambar 3.6 merupakan IP yang digunakan pada segment network yang berbeda. Untuk menuju ke jaringan public melalui modem ADSL speedy, ether1-ToInt memiliki IP address 192.168.1.1 /24 karena mengikuti network dari modem speedy. Ether2-To Lan memiliki IP 192..168.2.0/24 yang terhubung dengan switch yang akan menyalurkan langsung ke jaringan setiap bagian yang ada di perusahaan. 46
Setelah pemberian IP setiap interface selesai, selanjutnya adalah konfigurasi default gateway untuk jaringan. Default gateway yang digunakan yaitu IP 192.168.1.1 yang merupakan segment network pada router ISP speedy yang akan terhubung pada interface ether1-ToInt mikrotik. Konfigurasi dapat dilihat pada Gambar 3.8 baris pertama. Pada implementasi ini router ISP memiliki alamat 192.168.1.1 dan internet akan diwakili dengan IP address 0.0.0.0/0.
Gambar 3.7 Konfigurasi Route, Dns Server dan Firewall NAT
Konfigurasi DNS server juga dilakukan dengan menggunakan IP address pada router gateway ISP yang terlihat pada Gambar 3.7 baris kedua. Hal terakhir yang dilakukan agar ketiga segmen jaringan dapat mengakses internet dengan melakukan konfigurasi firewall NAT (Network Address Translation) yang bisa dilihat pada baris ketiga menggunakan fitur masquerade pada mikrotik dengan ether1-toInt sebagai gateway menuju internet. Setelah konfigurasi DNS server dan NAT selesai, maka tahap selanjutnya adalah melakukan setting DHCP-Server ke client. Pada konfigurasi DHCP server ini dikarenakan dalam satu local terdapat 14 komputer client maka ip 192.168.2.0/24 akan dibagi full range dari ip 192.168.2.2 - 192.168.2.254. 47
Gambar 3.8 Konfigurasi DHCP-Server Konfigurasi DHCP-Server dilakukan pada interface ether2 dimana interface ini mengarah kejaringan dalam perusahaan. Alamat ip
yang
digunakan
untuk
DHCP-Server
adalah
alamat
192.168.2.0/24 seperti yang terlihat pada gambar 3.8 Sedangkan ip range yang akan diberikan merupakan full range yakni 192.168.2.2192.168.2.254 dan memiliki lease time 30 menit. 3.4.2
Konfigurasi Penerapan Manajemen Bandwidth Untuk menangani permasalahan bandwidth yang tidak stabil
pada CV. TRI POLA JAYA, maka perlu penanganan untuk mengatur atau memanajemen bandwidth yang ada sehingga bandwidth internet yang sedianya tersedia dapat terbagi sesuai kebutuhan yang diperlukan setiap user sehingga kinerja dari perusahaan akan dapat meningkat. Untuk
tahap
pertama
dalam
konfigurasi
manajemen
bandwith pada router mikrotik yakni konfigurasi pada firewall 48
mangle sesuai dengan yang dibutuhkan perusahaan. Untuk memberikan suatu layanan bandwidth yang baik sesuai dengan permasalahan yang ada sebelumnya di perusahaan, yakni banyaknya akses download saat jam-jam kerja sehingga bandwidth yang ada memusat pada akses download yang ada maka dibuatlah rancangan manajemen bandwidth bermodel kuota yakni apabila suatu client melakukan download suatu file mencapai kuota tertentu, dimana dalam implementasi ini ditentukan telah mencapai 3 Mb, maka speed dari internet yang tersedia sebelumnya di perusahaan yaitu 2 Mb, diturunkan menjadi 35 Kb sehingga akses internet client lain yang sedang melakukan browsing atau melakukan akses internet tidak terganggu. Untuk lebih jelasnya konfigurasi firewall mangle sebagai berikut: Kode Program 3.1 Konfigurasi Firewall Mangle [admin@mikrotik ]
> ip
firewall
mangle
add
chain=
prerouting
src-address=192.168.2.253
protocol=tcp
in-interface=ether2-ToLan
action=mark-connection
new-connection-
mark=Koneksi-Wifi passthrough=yes [admin@mikrotik ]
> ip
firewall
prerouting
mangle
add
chain=
in-interface=ether1-ToInt
connection-mark=Koneksi-wifi action=mark-packet
new-packet-
mark=paket-Wifi passthrough=no [admin@mikrotik ]
> ip
firewall
mangle
add
chain=
prerouting
src-address=192.168.2.252
protocol=tcp
in-interface=ether2-ToLan
action=mark-connection
new-connection-
mark=MarkCon-252-1 passthrough=yes [admin@mikrotik ]
> ip
firewall
prerouting
49
mangle
add
chain=
in-interface=ether1-ToInt
connection-mark=MarkCon-252-1 action=mark-packet
new-packet-
mark=MarkPak-252-1 passthrough=no [admin@mikrotik ]
> ip
firewall
mangle
add
chain=
prerouting
src-address=192.168.2.250
protocol=tcp
in-interface=ether2-ToLan
Connection-bytes=0-300000
action=mark-
connection new-connection-mark=MarkCon250-1 passthrough=yes [admin@mikrotik ]
> ip
firewall
prerouting
mangle
add
chain=
in-interface=ether1-ToInt
connection-mark=MarkCon-250-1 action=mark-packet
new-packet-
mark=MarkPak-250-1 passthrough=no [admin@mikrotik ]
> ip
firewall
mangle
add
chain=
prerouting
src-address=192.168.2.250
protocol=tcp
in-interface=ether2-ToLan
Connection-bytes=300000-0
action=mark-
connection new-connection-mark=MarkCon250-2 passthrough=yes [admin@mikrotik ]
> ip
firewall
prerouting
mangle
add
chain=
in-interface=ether1-ToInt
connection-mark=MarkCon-250-2 action=mark-packet
new-packet-
mark=MarkPak-250-2 passthrough=no [admin@mikrotik ]
> ip
firewall
mangle
add
chain=
prerouting
src-address=192.168.2.249
protocol=tcp
in-interface=ether2-ToLan
Connection-bytes=0-300000
action=mark-
connection new-connection-mark=MarkCon249-1 passthrough=yes [admin@mikrotik ]
> ip
firewall
prerouting
mangle
add
chain=
in-interface=ether1-ToInt
connection-mark=MarkCon-249-1 action=mark-packet
new-packet-
mark=MarkPak-249-1 passthrough=no
50
[admin@mikrotik ]
> ip
firewall
mangle
add
chain=
prerouting
src-address=192.168.2.249
protocol=tcp
in-interface=ether2-ToLan
Connection-bytes=300000-0
action=mark-
connection new-connection-mark=MarkCon249-2 passthrough=yes [admin@mikrotik ]
> ip
firewall
prerouting
mangle
add
chain=
in-interface=ether1-ToInt
connection-mark=MarkCon-249-2 action=mark-packet
new-packet-
mark=MarkPak-249-2 passthrough=no [admin@mikrotik ]
> ip
firewall
mangle
add
chain=
prerouting
src-address=192.168.2.248
protocol=tcp
in-interface=ether2-ToLan
Connection-bytes=0-300000
action=mark-
connection new-connection-mark=MarkCon248-1 passthrough=yes [admin@mikrotik ]
> ip
firewall
prerouting
mangle
add
chain=
in-interface=ether1-ToInt
connection-mark=MarkCon-248-1 action=mark-packet
new-packet-
mark=MarkPak-248-1 passthrough=no [admin@mikrotik ]
> ip
firewall
mangle
add
chain=
prerouting
src-address=192.168.2.248
protocol=tcp
in-interface=ether2-ToLan
Connection-bytes=300000-0
action=mark-
connection new-connection-mark=MarkCon248-2 passthrough=yes [admin@mikrotik ]
> ip
firewall
prerouting
mangle
add
chain=
in-interface=ether1-ToInt
connection-mark=MarkCon-248-2 action=mark-packet
new-packet-
mark=MarkPak-248-2 passthrough=no [admin@mikrotik ]
> ip
firewall
mangle
add
chain=
prerouting
src-address=192.168.2.247
protocol=tcp
in-interface=ether2-ToLan
51
Connection-bytes=0-300000
action=mark-
connection new-connection-mark=MarkCon247-1 passthrough=yes [admin@mikrotik ]
> ip
firewall
prerouting
mangle
add
chain=
in-interface=ether1-ToInt
connection-mark=MarkCon-247-1 action=mark-packet
new-packet-
mark=MarkPak-247-1 passthrough=no [admin@mikrotik ]
> ip
firewall
mangle
add
chain=
prerouting
src-address=192.168.2.247
protocol=tcp
in-interface=ether2-ToLan
Connection-bytes=300000-0
action=mark-
connection new-connection-mark=MarkCon247-2 passthrough=yes [admin@mikrotik ]
> ip
firewall
prerouting
mangle
add
chain=
in-interface=ether1-ToInt
connection-mark=MarkCon-247-2 action=mark-packet
new-packet-
mark=MarkPak-247-2 passthrough=no [admin@mikrotik ]
> ip
firewall
mangle
add
chain=
prerouting
src-address=192.168.2.246
protocol=tcp
in-interface=ether2-ToLan
Connection-bytes=0-300000
action=mark-
connection new-connection-mark=MarkCon246-1 passthrough=yes [admin@mikrotik ]
> ip
firewall
prerouting
mangle
add
chain=
in-interface=ether1-ToInt
connection-mark=MarkCon-246-1 action=mark-packet
new-packet-
mark=MarkPak-246-1 passthrough=no [admin@mikrotik ]
> ip
firewall
mangle
add
chain=
prerouting
src-address=192.168.2.246
protocol=tcp
in-interface=ether2-ToLan
Connection-bytes=300000-0
action=mark-
connection new-connection-mark=MarkCon246-2 passthrough=yes
52
[admin@mikrotik ]
> ip
firewall
prerouting
mangle
add
chain=
in-interface=ether1-ToInt
connection-mark=MarkCon-246-2 action=mark-packet
new-packet-
mark=MarkPak-246-2 passthrough=no [admin@mikrotik ]
> ip
firewall
mangle
add
chain=
prerouting
src-address=192.168.2.254
protocol=tcp
in-interface=ether2-ToLan
Connection-bytes=0-300000
action=mark-
connection new-connection-mark=MarkCon254-1 passthrough=yes [admin@mikrotik ]
> ip
firewall
prerouting
mangle
add
chain=
in-interface=ether1-ToInt
connection-mark=MarkCon-254-1 action=mark-packet
new-packet-
mark=MarkPak-254-1 passthrough=no [admin@mikrotik ]
> ip
firewall
mangle
add
chain=
prerouting
src-address=192.168.2.254
protocol=tcp
in-interface=ether2-ToLan
Connection-bytes=300000-0
action=mark-
connection new-connection-mark=MarkCon254-2 passthrough=yes [admin@mikrotik ]
> ip
firewall
prerouting
mangle
add
chain=
in-interface=ether1-ToInt
connection-mark=MarkCon-254-2 action=mark-packet
new-packet-
mark=MarkPak-254-2 passthrough=no
Konfigurasi firewall mangle pada Kode Program 3.1 berfungsi untuk membuat mark connection dan mark packet pada paket-paket data yang akan masuk dalam filter. Konfigurasi ini menggunakan chain prerouting yang berarti connection atau packet yang menggunakan chain ini akan mengalami pemrosesan di dalam router mikrotik, proses itu
selanjutnya digunakan untuk menandai 53
connection dan packet. Packet mark bekerja dengan mengenali paket yang didapatkan dari connection mark saat koneksi tengah berlangsung. Pada Kode Program 3.1 terdapat dua tingkatan konfigurasi rules user yang berbeda secara umum. Pada konfigurasi tingkatan pertama yakni untuk access point perusahaan dimana tidak dilakukan pembatasan pada rules mangle serta user client dengan nama spesial client yang merupakan ruang kepala perusahaan juga tidak dilakukan pembatasan. Ini berarti kedua tipe client tersebut tidak ikut dalam skenario saat limit bandwidth nanti diterapkan. Kedua client yang termasuk dalam tingkatan pengguna satu ini hanya akan dilakukan pembatasan pada konfigurasi queue tree nanti. Kemudian untuk tingkatan pengguna kedua yakni client biasa. Tingkatan pengguna ini akan diberlakukan batasan bandwidth sesuai dengan skenario yang telah direncanakan sebelumnya. Konfigurasi Rules yang telah dibuat tersebut bekerja berurutan dari atas hingga bawah, sehingga deklarasi marking sebuah data yang masuk ke router akan terbaca berurutan dari atas hingga baris marking yang paling bawah yang telah dideklarasikan. Setelah konfigurasi firewall mangle selesai maka selanjutnya masuk tahap konfigurasi queue tree. Namun sebelum membuat suatu rules queue tree maka kita harus menentukan queue type terlebih dahulu tipe apa yang akan kita gunakan nanti untuk mendukung kerja queue tree. Pada implementasi pada perusahaan CV. TRI POLA JAYA ini dipilih queue type model PCQ dimana dirasa memiliki kelebihan untuk mengatasi masalah yang dihadapi sebelumnya pada perusahaan. 54
Gambar 3.9 Konfigurasi Queue Type Gambar 3.9 merupakan konfigurasi queue type pada mikrotik. Queue type memiliki nama PCQ-Limit yang memiliki pcq-classifier source address dimana pcq diklasifikasikan menurut addressing masing-masing interface yang ada dalam jaringan saat nanti dipanggil dalam pendeklarasian queue tree. Queue tree merupakan fitur yang dimiliki router mikrotik RB750 sebagai tools untuk management traffic atau bandwidth. Setting queue tree yang dilakukan dengan mengelompokan jenis akses data yang melintasi router mikrotik.. Tujuan utama dalam mengalokasikan bandwidth berbeda yaitu untuk download dan browsing. Kode Program 3.2 Konfigurasi Queue Tree [admin@mikrotik ] > queue tree add name=ALL parent=ether2ToLan
queue-type=PCQ-Limit
priority=8
max-limit=2M [admin@mikrotik ] > queue
tree
parent=ALL
add
name=wifi-global
packet-marks=paket-wifi
queue-type=PCQ-Limit
priority=2
max-
limit=1800k [admin@mikrotik ] > queue
tree
parent=ALL
add
name=Spesial-DIR
packet-marks=markPak-252-1
queue-type=PCQ-Limit
priority=1
max-
limit=1M [admin@mikrotik ] > queue tree add name=Download parent=ALL queue-type=PCQ-Limit limit=256k
55
priority=4
max-
[admin@mikrotik ] > queue
tree
add
parent=Download 254-2
name=client254-Down packet-marks=markPak-
queue-type=PCQ-Limit
priority=4
max-limit=256k [admin@mikrotik ] > queue
tree
add
parent=Download 250-2
name=client250-Down packet-marks=markPak-
queue-type=PCQ-Limit
priority=4
max-limit=256k [admin@mikrotik ] > queue
tree
add
parent=Download 249-2
name=client249-Down packet-marks=markPak-
queue-type=PCQ-Limit
priority=4
max-limit=256k [admin@mikrotik ] > queue
tree
add
parent=Download 248-2
name=client248-Down packet-marks=markPak-
queue-type=PCQ-Limit
priority=4
max-limit=256k [admin@mikrotik ] > queue
tree
add
parent=Download 247-2
name=client247-Down packet-marks=markPak-
queue-type=PCQ-Limit
priority=4
max-limit=256k [admin@mikrotik ] > queue
tree
add
parent=Download 246-2
name=client246-Down packet-marks=markPak-
queue-type=PCQ-Limit
priority=4
max-limit=256k [admin@mikrotik ] > queue
tree
add
parent=Download
name=Brosing
queue-type=PCQ-Limit
priority=3 max-limit=1500k [admin@mikrotik ] > queue
tree
add
name=client254-brow
parent=Brosing packet-marks=markPak-2541 queue-type=PCQ-Limit priority=3 [admin@mikrotik ] > queue
tree
add
name=client250-brow
parent=Brosing packet-marks=markPak-2501 queue-type=PCQ-Limit priority=3
56
[admin@mikrotik ] > queue
tree
add
name=client249-brow
parent=Brosing packet-marks=markPak-2491 queue-type=PCQ-Limit priority=3 [admin@mikrotik ] > queue
tree
add
name=client248-brow
parent=Brosing packet-marks=markPak-2481 queue-type=PCQ-Limit priority=3 [admin@mikrotik ] > queue
tree
add
name=client247-brow
parent=Brosing packet-marks=markPak-2471 queue-type=PCQ-Limit priority=3 [admin@mikrotik ] > queue
tree
add
name=client246-brow
parent=Brosing packet-marks=markPak-2461 queue-type=PCQ-Limit priority=3
Konfigurasi queue tree pada Kode Program 3.2 yakni membuat traffic management bandwidth sesuai kebutuhan pada rencana yang sudah dibuat sebelumnya. Tujuan utama konfigurasi ini membuat alokasi bandwith yang sesuai dan berbeda-beda untuk setiap user yang melakukan akses data yang melintasi router. Pemberian prioritas lebih utama untuk akses browsing dan prioritas lebih rendah untuk akses download. Limit bandwidth yang diberikan mencakup “max-limit” yang merupakan alokasi paling besar bandwith yang didapatkan. Secara keseluruhan total nilai bandwidth yang tersedia tetap bernilai 2 Mb/s yang merupakan parent (ALL) dari semua child queue (Brosing, Download, Spesial-DIR, dan wifiglobal). 3.4.3 Konfigurasi Access Point Setelah jaringan dasar mikrotik terbentuk. Tahap selanjutnya adalah setting Access Point yang ada di dalam perusahaan agar wifi
57
yang ada di dalam perusahaan juga dapat mendapat bandwidth internet yang sesuai dari router mikrotik. Tabel 3.6 Konfigurasi pada Access Point
No 1.
Konfigurasi SSID
Tri Pola Jaya
2.
LAN Address
IP : 192.168.3.1 Netmask : 255.255.255.0 DNS : 192.168.0.1 Gateway : 192.168.0.1
3 4. 5.
WAN Address Channel Mode
Dynamic IP Auto IEEE 802.11 n only
6.
DHCP Server
Enable
Konfigurasi pada Tabel 3.6 merupakan konfigurasi yang digunakan saat implementasi pada Access Point.
Gambar 3.10 Konfigurasi Access Point. 58
Gambar 3.10 menunjukkan konfigurasi jaringan Wireless yang ada di CV. TRI POLA JAYA. Agar Access Point dapat terhubung dengan router mikrotik maka pada konfigurasi WAN Access Point dilakukan mode dynamic IP dimana agar ip yang didapat WAN pada Acess Point mendapat ip secara otomatis dari router mikrotik seperti yang sudah dikonfigurasikan sehingga Access Point dapat terhubung dengan router dan mendapat akses internet.
3.4.4 Konfigurasi Waktu Aktif Rules Pada Mikrotik Dalam penerapan sistem manajemen bandwidth dengan metode limiter bandwitdh yang akan dibangun nanti, perlu adanya penambahan batas waktu aktif karena disaat jam kerja selesai maka akses internet akan dikondisikan full bandwidth tanpa adanya batasan lagi. Selain pada saat jam kerja usai kondisi yang sama akan dilakukan untuk hari sabtu dan minggu disaat weekend.
Gambar 3.11 Penambahan konfigurasi waktu aktif pada mangle client. 59
Gambar 3.11 merupakan pengaturan rules mangle tambahan pada client untuk membuat waktu mangle aktif pada saat jam kerja perusahaan yakni pada pukul 08:00-16:00. Selain itu penambahan hari aktif rules juga ditambahkan yakni pada hari senin sampai jum’at. Setelah penerapan waktu rules aktif selesai maka selanjutnya adalah membuat mangle untuk rules saat tidak aktif yakni saat jam pulang kerja dan hari libur perusahaan. Kode Program 3.3 Konfigurasi waktu mangle [admin@mikrotik ] > ip firewall mangle add chain=prerouting src-address=192.268.2.0/24 in-interface=ether2-ToLan 23.59,sun,sat
protocol=tcp time=00:00-
action=mark-connection
new-connection-mark=markCon-weekend passthrough=yes [admin@mikrotik ] > ip firewall mangle add chain= prerouting in-interface=ether1-ToInt
connection-
mark=markCon-weekend
time=00:00-
23.59,sun,sat
action=mark-packet
new-
packet-mark=MarkPak-weekend passthrough=no [admin@mikrotik ] > ip firewall mangle add chain=prerouting src-address=192.268.2.0/24
protocol=tcp
in-interface=ether2-ToLan
time=16:00-
23.59,mon,tue,wed,thu,fri
action=mark-
connection
new-connection-mark=markCon-
Pulker1 passthrough=yes [admin@mikrotik ] > ip firewall mangle add chain= prerouting in-interface=ether1-ToInt
time=16:00-
23.59,mon,tue,wed,thu,fri
connection-
60
mark=markCon-Pulker1
action=mark-packet
new-packet-mark=MarkPak-Pulker1 passthrough=no [admin@mikrotik ] > ip firewall mangle add chain=prerouting src-address=192.268.2.0/24
protocol=tcp
in-interface=ether2-ToLan
time=00:00-
08:00,mon,tue,wed,thu,fri
action=mark-
connection
new-connection-mark=markCon-
Pulker2 passthrough=yes [admin@mikrotik ] > ip firewall mangle add chain= prerouting in-interface=ether1-ToInt
time=00:00-
08:00,mon,tue,wed,thu,fri
connection-
mark=markCon-Pulker1
action=mark-packet
new-packet-mark=MarkPak-Pulker2 passthrough=no
Dari Kode program 3.3 telah dibuat konfigurasi mangle untuk menangkap waktu aktifitas saat rules pada client tidak aktif. Pada Kode program 3.3 rules pertama dan kedua merupakan rules mangle untuk saat libur kerja perusahaan yakni hari sabtu dan minggu. Kemudian rules seterusnya merupakan rules saat jam kerja usai yakni dari jam empat sore sampai jam delapan pagi.
3.5 Optimize Pada metode PPDIOO tahap yang terakhir adalah optimize. Fungsi dari tahap ini sebenarnya adalah melakukan optimalisasi dalam sistem apabila terjadi permasalahan dalam sistem yang menyebabkan kinerjanya tidak optimal. Dalam implementasi ini, tahap optimize tidak dilakukan karena dalam pembangunan sistem
61
sudah dirasa cukup untuk menangani masalah yang ada di dalam perusahaan CV. TRI POLA JAYA.
62