BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN
3.1 Analisa Permasalahan Keberadaan dan fungsi jaringan komputer pada saat ini sangatlah besar. Hampir sebagian besar perusahaan kecil sampai dengan perusahaan besar menggunakan jaringan komputer untuk menunjang segala kegiatan mereka. Jaringan komputer tidak hanya digunakan untuk akses internet saja, tetapi juga digunakan perusahaan untuk pertukaran informasi antar komputer pada satu area secara mudah dan cepat. Akan tetapi, untuk membangun sebuah jaringan komputer dibutuhkan biaya yang relatif mahal. M ulai dari perangkat keras yang dibutuhkan sampai dengan perangkat lunak yang legal, khususnya sistem operasi M icrosoft Windows. Apalagi sekarang ini sistem operasi M icrosoft Windows menjadi salah satu hal yang wajib bagi para pengguna karena ditunjang dengan sifat M icrosoft Windows yang sangat mudah untuk dipelajari dan digunakan. Tidak hanya itu saja, banyak perangkat lunak yang ada di pasaran sekarang ini hanya berjalan di atas sistem operasi M icrosoft Windows. Tentulah hal tersebut menjadi sangat berat bagi perusahaan menengah ke bawah yang bergantung pada pada jaringan komputer dan sistem operasi-nya. Bayangkan saja bila satu perusahaan menggunakan jaringan dengan 50 workstation dengan sistem operasi M icrosoft Windows karena tuntutan kemudahan, berapa banyak biaya yang akan dikeluarkan?
37
38 Pada dasarnya, metode Network Diskless System telah banyak diimplementasikan sejak era mikro komputer berkembang dengan pesat, antara lain untuk platform Novell (Netware) dan Unix dengan dumb terminal. Alasan utama menggunakan metode ini adalah untuk mengurangi beban biaya perangkat keras, perangkat lunak, dan mempermudah perawatan (maintenance). Tetapi sangat sedikit dan hampir dikatakan nihil yang memanfaatkan teknik jaringan seperti ini untuk keperluan Internet. Hal – hal yang dapat disimpulkan mengapa metode Network Diskless System ini tidak diterapkan pada jaringan Internet di Indonesia : 1.
M ahalnya perangkat keras server untuk tipe jaringan ini. Selain itu harga perangkat lunaknya juga sangat mahal.
2.
M udahnya mendapatkan perangkat lunak bajakan, membuat pemilik jaringan tidak mau bersusah payah untuk membangun suatu jaringan komputer yang tangguh dengan berbagai macam dalih dari mulai "Tidak ada waktu untuk belajar sampai dengan bajakan menolong ekonomi lemah" yang ujung-ujungnya adalah "pembenaran diri sendiri dengan mengabaikan kepentingan orang lain".
3.
Interkompabilitas antar protocol yang pada Network Diskless System sebelumnya menyulitkan implementasi ke jaringan yang kompleks .M isalnya jaringan berbasiskan Netware yang cukup sulit apabila dihadapkan kepada InternetProtocol (IP). Bukannya tidak bisa tetapi akan menghadapi banyak kendala bila dipaksakan. Ditambah lagi walaupun perangkatnya kerasnya memenuhi akan tetapi sistem operasi-nya bukanlah murah.
4.
Terbatasnya aplikasi-aplikasi yang handal untuk sistem operasi selain Windows.
39
3.2 Pemecahan Masalah Berdasarkan analisis permasalahan yang ada, maka diperlukan solusi guna membangun sebuah jaringan yang efektif dengan biaya yang relatif murah dan bisa mengatasi permasalahan seperti yang telah dikemukakan di atas. Solusinya adalah dengan menggunakan Linux dan LTSP. Linux merupakan sistem operasi yang murah, bahkan gratis bila didownload langsung dari Internet, tidak ada pembatasan (quota) pemakaian, didampingi banyak aplikasi tambahan yang populer serta dokumentasi yang tak terbatas jumlahnya dan pendukung yg berjumlah jutaan orang yang setiap saat akan membantu dengan sangat terbuka dan sukarela terutama jika kita bergabung di berbagai mailing list Linux di Internet. Seperti kita ketahui bersama, bahwa komponen komputer khususnya perangkat keras berkembang dengan sangat cepat dan semakin murah dari hari kehari. Demikian juga dengan kecepatan komunikasi data di Internet, sebagai gambaran pada pertengahan tahun delapan puluhan, modem 9,6 kbps sudah membuat orang berdecak dibandingkan kecepatan sebelumnya yang 1,2 atau 2,4 kbps. Perkembangan yang semakin pesat telah membawa kecepatan modem menjadi 56 kbps saat ini. Demikian juga dengan Hard Disk yang berkembang sangat cepat baik dari sisi kapasitas penyimpanan, kecepatan putarnya (rpm) serta harganya yang semakin rendah. Network Card juga tidak bedanya, dimana tadinya 10 mbps merupakan standard telah berubah ke 100 mbps sebagai standard bahkan sedang menuju kearah 1000 mbps. Processor di PC yang sudah melewati batas 3 Ghz (Giga Hertz). M aka sangat dimungkinkan untuk mengembangkan suatu jaringan dengan terminal tanpa media penyimpanan, berhubungan satu sama lain dan dengan kecepatan yang
40 seolah-olah seragam. Cara ini juga memungkinkan penghematan biaya "software upgrade", juga biaya administrasi sistem seperti backup, recovery, yang terpusat di satu komputer utama (Server) yang dengan demikian dapat mengoptimalkan kinerja prosesor, memory, dan Hard Disk. Dikedua sisi, baik Client ataupun Server, semuanya mengarah kepada suatu bentuk efisiensi besar-besaran. Bukankah langkah efisiensi merupakan langkah paling tepat di jaman serba susah ini ? Seorang Administrator suatu jaringan akan sangat terbantu dalam mengatasi keruwetan bahkan untuk menaikan peringkat dalam penilaian kinerja. Network Diskless System merupakan penggunaan komputer secara beramai-ramai oleh dua user atau Client atau lebih. M ungkin lebih tepat dikatakan sebagai dump terminal. Bedanya, dump terminal hanya menggunakan dua buah monitor, ethernet, keyboard dan mouse. Sedangkan diskless komputer menggunakan dua buah CPU lengkap atau lebih tetapi tidak menggunakan Hard Disk. Hanya network card untuk mengaktifkan LTSP (Linux Terminal Server Project) di user PC. Sehingga kinerja Server tidak begitu terganggu, atau dengan kata lain resource pada Server tidak banyak termakan oleh komputer Client. Jika diimbangi dengan komputer Client yang semakin baik, maka semakin baik pula kinerja komputer Client tersebut.
41
Gambar 3.1 Skema Diskless System
Dengan diskless sistem, kita bisa menggunakan komputer lama yang akan bekerja dengan lebih cepat seolah-olah komputer baru. Hal ini bisa terjadi karena proses kerjanya sebagai berikut : 1.
Sebuah komputer Client yang disambungkan ke Server tanpa menggunakan sistem operasi yang tersimpan di Hard Disk. Sebagai gantinya, menggunakan bootrom yang terpasang di kartu jaringan atau floppy disk untuk menghubungkan komputer Client ke Server.
2.
Penggunaan metode diskless berbeda dengan metode dump terminal. Karena pada metode diskless, meskipun komputer Client menggunakan resource pada Server namun tidak semuanya, karena tetap dibantu oleh processor dan memory pada Client.
42 Pada dasarnya semakin baik komputer Client, maka akan semakin membantu kinerja Server. Demikian pula halnya komputer Server, semakin tinggi spesifikasi komputer Server yang digunakan akan semakin baik pula kinerja Network Diskless System. Dengan Network Diskless System maka dimungkinkan membangun suatu jaringan dengan bermodalkan komputer tua sebagai terminal yang hanya bermuatan 8 M B RAM, motherboard sederhana, CPU murah (dibawah 100 M hz), Network Card dan VGA Card tanpa perlu ada Hard Disk, Floppy disk, CDROM ataupun Tape. Benar-benar mengurangi ketergantungan terhadap media penyimpanan lokal dan juga menekan biaya pengadaan suatu jaringan besar. M etode ini sangat baik untuk perusahaan-perusahaan menengah kebawah, sekolah-sekolah lanjutan ataupun kejuruan untuk fasilitas Laboratorium Komputer mereka dan juga tidak tertutup kemungkinan untuk dimanfaatkan perusahaan-perusahaan besar untuk mengembangkan jaringan dengan optimasi komputer lama mereka. Untuk membangun jaringan tersebut, digunakan Linux Terminal Server Project. Linux Terminal Server Project adalah suatu proyek sistem terminal Server yang berjalan di sistem operasi Linux dan mengeksplorasi kemampuannya untuk aplikasi diskless Xterminal. LTSP sendiri dapat mengoptimalisasi penggunaan komputer yang sudah tidak terpakai lagi. Dengan menggunakan LTSP, komputer yang sudah relative tua dapat diberdayakan kembali, dengan menggunakan komputer tua dan membuang Hard Disk, Floopy, dan CDROM -nya dengan menambahkan Network Card yang dapat diboot. Dengan cara demikian maka investasi peralatan menjadi lebih rendahdan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat pengguna dan pembangun jaringan. Untuk menunjang para pengguna yang cenderung lebih menyukai penggunaan sistem operasi M iccrosoft Windows, digunakan teknologi Terminal Services dimana
43 teknologi ini lebih dikenal dengan nama Thin Client. Konsep Terminal Services ini mengacu pada intepretasi dari Remote Control dan Remote Client. Remote Control hanya memungkinkan satu komputer Client untuk terhubung ke Server. Client akan mendapatkan tampilan persis dari Server dan apa yang dilakukan oleh Client akan terlihat dari Server. Sedangkan Remote Client memungkinkan lebih dari satu komputer Client untuk terkoneksi ke Server. Dengan penggabungan kedua teknologi tersebut, dimungkinkan pembangunan jaringan komputer yang relatif murah dan tampilan pada komputer Client akan sama persis dengan komputer Server, yang dalam hal ini Server menggunakan sistem operasi M icrosoft Windows, tetapi komputer Client akan tetap berjalan di atas sistem operasi Linux.
44
3.2
Cara Kerja Sistem
3.2.1 Cara Kerja Sistem Linux Terminal Services Project
Gambar 3.2 Alur Kerja LTSP
45 Komputer Client disambungkan ke Server tanpa menggunakan sistem operasi di Hard Disk. Sebagai gantinya, menggunakan bootrom (read only memory yang berisi program untuk booting) pada Network Card. Jika tidak mempunyai bootrom, bisa menggunakan Floppy Disk. Pada saat komputer Client dinyalakan, komputer Client akan melakukan serangkaian prosedur Power On Self Test (BIOS) dan BIOS akan menguji apakah segala komponen bekerja dengan baik. Selama POST dilakukan, BIOS akan
melakukan
pencarian Expansion Rom (ROM Tambahan). Jika komputer Client menggunakan Network Card dengan eeprom (jenis read only memory yang bisa dihapus dan diprogram secara elektronik), BIOS akan segera mengenalinya dan kemudian melakukan eksekusi dengan menjalankan etherboot (booting melalui jaringan ethernet yang sebelumnya telah diatur manual prioritas booting-nya melalui BIO S) ataupun PXE. Jika Network Card tidak mempunyai eeprom, BIOS kemudian melakukan pencarian pada Floppy Disk. Pada saat ditemukan program bootrom pada disket, BIOS kemudian melakukan eksekusi dengan menjalankan etherboot ataupun PXE. PXE ataupun Etherboot akan melakukan pencarian Network Card, jika ditemukan, maka segera melakukan pengenalan dan konfigurasi Network Card. PXE ataupun Etherboot kemudian akan melakukan permintaan DHCP Request ke jaringan disertai dengan alamat M AC (M edia Access Control) dari Network Card pada komputer Client. DHCPD daemon yang aktif di komputer Server yang mendapat sinyal request dari DHCP Client akan merespon dan menyesuaikan dengan konfigurasi Server DHCP tersebut, dimana rule-rule yang tersebut telah tertulis di file konfigurasi dhcpd.conf.
46 Setelah menyesuaikan informasi yang diberikan oleh DHCP Client dengan file konfigurasi dhcpd.conf, maka DHCP Server akan membangun paket yang akan dikirimkan kembali ke Client tersebut. Informasi yang disertakan dalam paket tersebut antara lain alamat : •
IP Address untuk komputer Client.
•
NETM ASK untuk jaringan lokal.
•
Lokasi file kernel yang akan di-download.
•
Parameter tambahan untuk dikirimkan ke kernel, melalui baris perintah kernel. Setelah PXE ataupun Etherboot menerima paket yang dikirimkan oleh Server,
maka akan dilakukan konfigurasi jaringan TCP/IP pada Client tersebut berdasarkan informasi parameter yang diterima. Dengan menggunakan TFTP, etherboot akan melakukan request ke Server dan mulai melakukan proses download kernel. Setelah proses downloading kernel berhasil dilakukan, Etherboot akan meletakkan di dalam dan me-load kernel tersebut dari memory Client. Setelah kernel berhasil diloading ke dalam memory, maka kernel akan bertugas mengontrol sistem secara keseluruhan dan melakukan inisialisasi pada sistem dan semua perangkat yang ada. Pada bagian akhir dari kernel terdapat image filesystem, yang akan diletakkan di memory sebagai sebuah ramdisk, dan sementara akan di-mount sebagai root filesystem dengan mode read only. Hal ini untuk mencegah terjadinya modifikasi terhadap root filesystem yang dipakai secara bersama-sama oleh banyak komputer terminal. Hal ini dilakukan dengan memberikan baris perintah root=/dev/ram0 yang kemudian akan
47 memberitahu kernel untuk melakukan proses mount pada image tersebut sebagai root directory. Jika pada sebuah sistem normal, pada waktu kernel selesai diboot, langkah selanjutnya adalah
menjalankan program init. Namun
pada kasus ini, kita
memerintahkan kernel untuk menjalankan shell script kecil dengan memberikan perintah init=/linuxrc pada kernel command line. Proses selanjutnya dilakukan pemeriksaan bus PCI, dan mencari keberadaan Network Card. Untuk setiap perangkat PCI yang ditemukan, shell script /linuxrc akan mencocokkannya dengan file di /etc/niclist. Apabila peralatan PCI yang ditemukan memiliki daftar di file tersebut, maka nama driver untuk kartu jaringan tersebut akan diambil dan kemudian di eksekusi. Untuk ISA card, module driver tersbut HARUS dirinci pada baris perintah kernel, disertai dengan IRQ atau parameter alamat yang dibutuhkan. Kemudian sebuah Client kecil DHCP yang disebut dhClient akan dijalankan dan meminta query lagi dari DHCP Server. Permintaan tersebut dilakukan untuk kedua kalinya, karena jika menggantungkan pada hasil query yang dilakukan oleh Etherboot ataupun PXE, maka informasi tersebut tidak sepenuhnya dapat diterima oleh kernel. Kernel kemudian akan mengabaikan konfigurasi NFS Server yang disertakan sebagai parameter tambahan root-path. Hal ini perlu dilakukan jika dimiliki NFS Server yang berada pada Server terpisah dari TFTP Server. Pada saat dhClient mendapat balasan dari Server DHCP, maka shell script /etc/dhClient-script akan dijalankan. Shell script ini akan melakukan konfigurasi pada kartu jaringan pertama (eth0) berdasarkan informasi yang diterima dari Server.
48 Sampai pada proses ini, filesystem root berada di ramdisk. Selanjutnya, script /linuxrc akan melakukan proses mounting ulang filesystem root yang baru melalui NFS. Direktori yang di-export pada Server umumnya adalah /opt/ltsp/i386. Proses tersebut tidak bisa langsung melakukan proses mount filesystem yang baru sebagai /. Proses mount akan terlebih dahulu dilakukan pada /mnt. Kemudian, dilakukan pivot_root. pivot_root akan menukar filesystem root saat ini dengan filesystem root sebenarnya, yang di mount di /mnt. Setelah proses pertukaran selesai, filesystem NFS dan filesystem root yang sebenarnya akan di-mount pada /, dan filesystem root terdahulu akan di-mount pada /oldroot. Setelah proses mounting dan pivot filesystem root yang baru telah selesai, berarti proses shell script /linuxrc telah selesai dan selanjutnya kita memanggil program /sbin/init yang sebenarnya. Init menggunakan konsep runlevel, dimana tiap runlevel memiliki konfigurasi services yang berbeda. LTSP workstation akan diawali pada runlevel ‘2’. Konfigurasi tersebut dapat dilihat pada baris initdefault pada file inittab. Selanjutnya init akan membaca file /etc/inittab dan mulai mempersiapkan lingkungan kerja komputer Client. Salah satu komponen pertama dalam file inittab adalah perintah rc.sysinit yang akan dijalankan selagi komputer Client berada dalam keadaan ‘sysinit’. Script rc.sysinit akan membuat RAMDISK 1 M B yang berguna untuk memuat semua hal yang dibutuhkan pada proses read and write nantinya. RAM DISK akan di-mount pada direktori /tmp. Semua file yang akan dituliskan sebenarnya akan dilletakkan pada direktori /tmp, dan nantinya akan terdapat symbolic link (shortcut) yang mengacu pada file-file tersebut. Selanjutnya filesystem /proc juga akan di mount.
49 File lts.conf akan dibaca, dan semua parameter di lts.conf yang berhubungan dengan komputer Client akan digunakan sebagai variable untuk rc.sysinit untuk membangun environmet pada komputer Client. Jika workstation ditentukan untuk melakukan swap over NFS, maka direktori /var/opt/ltsp/swapfile akan di-mount sebagai /tmp/swapfiles. Jika belum tersedia swapfile untuk workstation tersebut, maka akan dibuat secara otomatis. Ukuran dari swapfile tersebut ditentukan pada file lts.conf. Swapfile kemudian akan diaktifkan, dengan menggunakan perintah swapon. Selanjutnya loopback pada network interface akan dikonfigurasi dengan alamat IP 127.0.0.1. Jika aplikasi lokal di enabled, maka direktori /home juga akan dimount, sehingga aplikasi-aplikasi tersebut dapat mengakses direktori /home. Selanjutnya proses dilanjut kan dengan dibuatnya filesystem /tmp untuk menyimpan file-file sementara yang dibutuhkan selagi sistem berjalan. Direktoridirektori tersebut seperti : •
/tmp/compiled
•
/tmp/var
•
/tmp/var/run
•
/tmp/var/log
•
/tmp/var/lock
•
/tmp/var/lock/subsys Proses selanjutnya adalah melakukan konfigurasi pada sistem X Windows. Pada
file lts.conf, terdapat parameter yaitu XServer. Jika parameter tersebut tidak
50 diketemukan, atau ditentukan menjadi “auto”, maka akan dilakukan proses deteksi. Jika card yang digunakan adalah PCI, maka akan diambil PCI Vendor dan Device ID, untuk kemudian dicari apakah terdapat pada file /etc/vidlist. Jika card tersebut didukung oleh XFree86 4.X, maka pci_scan akan memberikan hasil yaitu nama dari driver modul yang digunakan. Jika hanya didukung oleh Xfree86 3.3.6, maka pci_scan akan memberikan X Server yang akan digunakan. Script rc.local dapat membedakan hasil dari pci_scan tersebut dikarenakan pada versi terdahulu 3.3.6 nama Server didahului oleh ‘XF86_’. Jika digunakan XFree86 4.x, maka script /etc/rc.setupx akan dijalankan untuk membentuk file XF86Config untuk X4. Jika yang digunakan adalah Xfree86 3.3.6 maka script /etc/rc.setupx3 akan dijalankan untuk membentuk file XF86Config. File XF86Config akan dibuat, berdasarkan file /etc/lts.conf. Ketika script rc.setupx selesai, maka alur proses akan kembali pada rc.local. Kemudian /tmp/start_ws akan dibuat. Script ini juga berfungsi untuk menjalankan XServer. Selanjutnya file /tmp/syslog.conf akan dibuat. File ini berisi informasi yang memerintahkan daemon syslogd host yang mana dalam jaringan yang akan dikirim informasi logging workstation. Host syslog ditentukan pada file lts.conf. Adapun file konfigurasi tersebut terdapat di /etc/syslog.conf yang merupakan softlink ke /tmp/syslog.conf
S yslogd daemon kemudian akan dijalankan, menggunakan konfigurasi file yang disebutkan pada langkah sebelumnya.
51 Setelah script rc.init selesai, kontrol dikembalikan kepada /s bin/init yang akan menentukan runlevel yang digunakan. Nilai dari initdefault adalah 2 Runlevel 2 akan menyebabkan init untuk menjalankan script set_runlevel yang akan membaca file lts.conf dan menentukan runlevel workstation yang dijalankan. Standard runlevel untuk LTSP adalah 3, 4, dan 5. •
3 – Akan menjalankan shell. Sangat berguna untuk debugging workstation.
•
4 – Akan menjalankan satu atau lebih Telnet session pada mode karakter atau text base. Sangat cocok jika diaplikasikan untuk menggantikan serial terminal.
•
5 – GUI mode. Ini akan menjalankan X windows, dan mengirimkan query XDCM P ke Server, yang akan menampilkan kotak dialog login untuk akses ke Server. Dibutuhkan display manager yang aktif di Server, seperti XDM, GDM atau KDM.
Kemudian run level yang dijalankan pada Client adalah run level 5. Hal ini akan menyebabkan entri-entri yang terdapat pada /etc/inittab dijalankan. Sistem X Window akan diinisialisasi. Inisialisasi meliputi pemeriksaan kartu video dan nama Server X yang akan dijalankan. Untuk konfigurasi Server X dapat menggunakan dua option, yaitu Xfree atau Xorg, yang konfigurasi pemilihannya diatur pada file lts.conf Jika
Xorg
yang
digunakan,
maka
script
akan
memanggil
script
/etc/build_x4_cfg akan dipanggil untuk membuat file XF86Config. Jika Xfree yang digunakan, maka /etc/build_x3_cfg yang akan dipanggil untuk membuat file XF86Config. File-file ini diletakkan dalam direktori /tmp, yang merupaka RAM DISK pada komputer Client.
52 Setelah file XF86Config atau Xorg dikonfigurasi maka X-Server akan dijalankan dengan memanggil script startx, dan X-Server akan mengirimkan query XDMCP kepada Server LTSP. Pengiriman query ini akan memunculkan layar login ke Server. Untuk itu perlu menjalankan Display M anager seperti XDM , GDM atau KDM pada sisi Server. Jika user login, maka proses akan dijalankan pada Server, tapi display output dari proses tersebut akan ditampilkan pada PC user.
3.2.2 Cara Kerja Sistem Windows Terminal Services Untuk dapat bekerja dengan baik, terminal Server pada sistem operasi Windows dibagi menjadi 3 bagian utama yaitu Terminal Server Services, Display Protocol dan Client itu sendiri. Terminal Server Services atau yang biasa disebut Terminal Service merupakan salah satu service yang merupkan komponen utama dari terminal Server. Service ini merupakan optional pada saat instalasi sistem operasi windows itu sendiri. Di saat service ini berjalan, terminal service akan mulai melakukan listening port pada TCP Port 3389. Pada saat yang sama, session Client untuk console dibuat, bersamaan dengan dua koneksi yang dengan kondisi ‘dormant/idle’. Jadi apabila ada respon dari listening port TCP 3389, makan koneksi dapat dibangun dengan cepat. Console Session tersebut akan diberi ID 0. Pada saat Client membuat sebuah session baru, Virtual M emory M anager pada Windows akan memberikan SessionID yang baru untuk session tersebut dan memberikan ke Session M anager untuk membuat SessionSpace untuk session yang telah dibuat. Session tambahan akan diberi nomor secara urut. Dan apabila session akan
53 ditutup (Logged out), session akan memberikan respon ke pada session manager bawa session akan ditutup dan sessionID tidak akan digunakan lagi. Detailnya saat kita memasuki sistem operasi Windows, salah satu services yang berjalan adalah terminal Server service (termserv.exe). Terminal Service ini merupakan service essential, dan tidak bisa dimatikan service ini walaupun kita ingin mematikannya. Ia bertugas mengatur koneksi dari Client seperti inisialisasi koneksi, dan mematikan koneksi. Terminal Services akan menunggu koneksi dari Client. Setiap koneksi yang masuk, akan diberikan session identifier atau “SessionID” yang unik untuk merepresentasikan sebuah session individual. Dan setiap session yang dibuat akan diatur sessionID nya sehingga ID yang satu dan ID yang lain nantinya akan berbeda. Pada waktu pembuatan session, Console Session juga melakukan proses loading. Ia dianggap sebagai special Client dan diberi sessionID0. Dengan console Session yang spesial inilah, Windows akan berjalan normal dengan mengenali driver-driver display, mouse dan keyboard untuk diloading. Setelah membuat console session, Terminal Service akan memanggil Windows Session M anager (SM SS.exe) untuk membuat dua koneksi Client yang bersifat idle dan kemudian menunggu respon dari koneksi Client dari komputer. Pada saat membuat session idle, Session M anager juga menjalankan Client-Server Run-Time Subsistem (CRSS.EXE), dan sebuat SessionID akan diberikan pada proses tersebut. Pada saat melakukan loading, CRSS juga memanggil proses WinLogon (WINLOGON.EXE), Windows M anager dan GDI Kernel M odule (win32k.sys) dibawah proses SessionID yang baru diberikan pada CRSS tersebut.
54
Gambar 3.3 Proses Loading Terminal Server
Tidak seperti Console Session, Terminal Server Client Session akan melakukan loading driver secara terpisah untuk display, keyboard. Untuk driver display diakses oleh driver “Remote Desktop Protocol (RDP) display device driver (rdpdd.dll), sedang mouse dan keyboard driver akan digantikan oleh RDP driver rdpwd.sys. Driver tersebut dapat membuat RDP Client connection berinteraksi secara remote. Tahap akhir, Terminal Server juga akan membuat sebuah “connection listener” melalui RDP protocol (Termdd.sys), untuk merespon koneksi dari RDP Client melalui TCP Port. Sampai saat dengan proses tersebut, proses CRSS diloading pada SessionID nya sendiri, dan data akan diproses dengan cepat dan seperlunya. Setiap proses yang dibuat di SessionID ini akan dieksekusi di SessionSpace yang merupakan bagian dari proses
55 CRSSS secara otomatis. Hal ini untuk mencegah akses data dari SessionID yang satu ke SessionID yang lain.
Gambar 3.4 Penggunaan Resource Pada Terminal Services
3.3 Analisa Kebutuhan Pada analisis kebutuhan, yang menjadi sasaran analisa adalah perangkat keras Server dan Client, serta perangkat lunak yang akan digunakan.
56
3.3.1
Analisa Kebutuhan Perangkat Keras
3.3.1.1
Server Digunakan 2 Perangkat komputer Server yang masing – masing mempunyai
spesifikasi seperti berikut : Prosessor
: Processor Pentium IV 3.4 Dual Core
M otherboard
: M otherboard ECS P965TA
M emory
: M emory DDRAM 1GB
VGA
: Display Adapter Nvidia GeForce FX6200
Card
Hard Drive
: Seagate 250 GB SATA
ROM
: DVD-ROM Lite On 16X
Network Card
: Realtek Family 8139 PCI Fast Ethernet NIC
M onitor, mouse, keyboard dan casing CPU dapat disesuaikan dengan kebutuhan standard.
3.3.1.2
Client Perangkat komputer Client yang digunakan masing – masing mempunyai
spesifikasi seperti berikut : Prosessor
: Intel Pentium 100 M Hz
M emory
: 32 M B
Network Card
: Realtek Family PCI Fast Ethernet NIC
M onitor, mouse, keyboard dan casing CPU dapat disesuaikan dengan kebutuhan standard.
57
3.3.2 Analisa Kebutuhan Perangkat Lunak Perangkat Lunak yang diperlukan adalah sebagai berikut : 1. Sistem Operasi Linux Fedora Core 5 2. Sistem Operasi M icrosoft Windows XP Professional SP 2 3. M icrosoft Windows Terminal Services 4. XP Unlimited
5. ltsp-4.2u2-0.iso 6. ltsp-utils-0.25-0.noarch.rpm 7. DHCP Server 8. TFTP Server 9. NFS Server 10. XDM CP (X Display M anager Control Protocol) Khusus untuk Perangkat Lunak dari nomor 3 sampai dengan nomor 6, pada umumnya telah terintegrasi dengan paket instalasi Linux Operating System sehingga paket instalasi tersebut otomatis terdapat pada CD atau DVD Linux Operating System dan tidak perlu di download di Internet serta dapat di instalasikan secara langsung dengan memilih paket instalasi tersebut saat pre-instalasai maupun post-instalasi.
3.3.3 Analisa Biaya Perancangan Berikut adalah analisa perancangan biaya yang diperlukan untuk membangun Network yang berbasis Diskless System :
58
3.4.3.1
Perangkat Keras : Perancangan menggunakan Server, Harga 1 Server komputer dengan spesikasi : a. Processor Pentium IV 3.4 Dual Core
Rp. 1.600.000,-
b. M otherboard ECS P965TA
Rp. 1.000.000,-
c. M emory DDRAM 1GB
Rp.1.100.000,-
d. Display Adapter Nvidia GeForce FX6200
Rp.
400.000,-
e. Harddisk Seagate 250 GB SATA
Rp.
800.000,-
f. DVD-ROM Lite On 16X
Rp.
200.000,-
g. Lain-Lain (Casing, Keyboard, M ouse)
Rp.
300.000,-
h. M onitor 17”
Rp.1.100.000,-
Total Biaya
Rp. 6.500.000,-
Perancangan menggunakan Client, Harga 1 Client komputer dengan spesikasi : a. Prosessor Intel Pentium 100 MHz (second) b. M emory 16-32 M B (second) c. Network Card Realtek Family PCI Fast
Ethernet NIC
d. M onitor 15” (baru) Untuk 1 Unit PC
Rp. 1.000.000,-
Peralatan Jaringan Kabel UTP, Switch, Router Rp. 7.000.000,-
59
3.4.3.2
Perangkat Lunak : M icrosoft Windows XP SP2 Professional Edition
Rp. 1.200.000,
XP Unlimited
Rp. 1.200.000,-
Linux Operating Syster Fedora Core 5
FREE
Linux Terminal Service Project Packet
FREE
Open Office
FREE
Untuk perangkat lunak dalam sistem operasi M icrosoft Windows XP, aplikasi yang paling sering digunakan dalam segala bidang adalah M icrosoft Office, tetapi aplikasi tersebut bisa digantikan dengan Open Office yang bersifat FREE License, sedangkan untuk aplikasi tambahan lainnya, akan diusahakan menggunakan aplikasi yang free dan open source.
3.5
Perancangan
3.5.1 Perancangan Sistem Yang Berjalan Pada Client Client yang terhubung dengan LTSP atau disebut dengan LTSP Client tidak memerlukan Hard Disk karena konsep LTSP adalah sebuah jaringan dimana Client LTSP mampu berjalan tanpa Hard Disk. Client LTSP mampu untuk booting melalui Network Card dan mengambil image sistem operasinya untuk di-load ke memory lokal dan dijalankan di sistem lokalnya sendiri. Sedangkan untuk sistem yang berjalan, Client LTSP ini juga tidak perlu menjalankan sistem apa-apa karena dia sendiri pada dasarnya tidak memiliki sistem operasi dan Hard Disk. Oleh karena itu, Client LTSP ini hanya memerlukan sebuah komputer yang bisa dihidupkan dengan memiliki komponen
60 standard seperti mainboard, memory, graphic card, power supply dan yang paling penting adalah network card yang mendukung network booting (booting melalui jaringan).
3.5.2 Perancangan Sistem Yang Berjalan Pada Server Untuk server yang akan diimplementasikan dalam Network Diskless System ini terdiri dari dua buah server, yaitu server LTSP dan Application Server. Server LTSP yang bertugas mendistribusikan sistem operasi kepada diskless Client yang ada pada jaringan sehingga komputer Client mendapatkan sistem operasi secara terdistribusi melalui jaringan. Pada Server LTSP, setiap Client yang melakukan proses booting akan mendapatkan alamat IP dari DHCP Server dan melakukan koneksi ke LTSP Server. Setelah melakukan semua proses booting dan inisialisasi, komputer Client akan mendapatkan tampilan dari Display M anager yang telah dikonfigurasi di LTSP itu sendiri. Diskless Client akan menjalankan program rdesktop sebagai aplikasi yang menjembatani Terminal Server di sistem operasi M icrosoft Windows dengan sistem operasi Linux, sehingga user di linux dapat bekerja seperti di lingkungan Windows. Rdesktop ini juga biasa disebut Terminal Service Client ataupun Remote Desktop Client. Dengan demikian Client LTSP dapat melakukan koneksi dengan Application Server. Untuk Application Server sendiri telah terinstall Terminal Server dengan program XP Unlimited. Dengan demikian setiap koneksi yang masuk ke dalam terminal
61 server akan diberikan sebuah session ID tersendiri, sehingga user yang mendapatkan satu desktop dimana kinerjanya tidak tercampur dengan remote desktop yang lain karena mememiliki session yang berbeda sesuai dengan cara kerja Terminal Server itu sendiri.
62
63
Gambar 3.5 Proses Kerja Pada Sistem Secara Keseluruhan