BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan suatu uraian dan visualisasi hubungan
atau
kaitan
antara
penggeneralisasian
satu
terhadap
penggeneralisasian yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2010). Kerangka konseptual di bawah ini untuk mengidentifikasi hubungan faktor psikologis dan faktor lingkungan dengan perilaku merokok pada remaja. Faktor Psikologis: bosan, menghadapi stres ataupun tekanan, kelihatan gagah, relaksasi ataupun ketenangan, memicu ide ataupun inspirasi dan gambaran diri.
Faktor Lingkungan: orang tua ataupun saudara kandung, teman, lingkungan tempat tinggal, dan iklan/reklame di media.
Faktor Biologis
Faktor Regulatori
Perilaku Merokok Pada remaja: • • •
Keterangan:
Derajat Merokok Remaja Tempat Merokok Remaja Management of Affect
Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti
Skema 3.1. Faktor resiko perilaku merokok pada remaja
Universitas Sumatra Utara
2. Definisi Operasional Tabel 3.1. Definisi operasional untuk variabel dependen dan independen penelitian. N O 1.
Variabel
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala
Variabel Dependen Perilaku merokok pada remaja
2.
Definisi
Tingkatan atau Kuesiojumlah dari tindakan ner membakar tembakau dan menghirup asap rokok dengan menggunakan alat (pipa) atau langsung dari rokoknya kemudian menghembuskannya kembali asap ke udara yang dilakukan di lokasi/tempat tertentu oleh remaja SMP Negeri di Kec. Percut Sei Tuan.
Interval Derajat perilaku merokok : Ringan, dengan skor 10 – 20
Keadaaan atau Kuesiosituasi dalam jiwa ner remaja yang menyebabkan perilaku merokok pada remaja SMP Negeri di Kecamatan Percut Sei Tuan yang di lakukan pada saat bosan, menghadapi stres ataupun
Faktor psikologis : Ringan, dengan skor 0–4
Sedang, dengan skor 21 – 30 Berat, dengan skor 31 – 40
Variabel Independen •
Faktor resiko perilaku merokok pada remaja: Faktor Psikologis
Interval
Sedang, dengan skor 5–7 Berat, dengan skor
Universitas Sumatra Utara
•
Faktor resiko perilaku merokok pada remaja: Faktor Lingkungan
tekanan, kelihatan gagah, relaksasi ataupun ketenangan, memicu ide/inspirasi dan gambaran diri
8 – 10
Keadaaan atau Kuesisituasi lingkungan oner remaja yang menyebabkan perilaku merokok pada remaja SMP Negeri di Kecamatan Percut Sei Tuan yang disebabkan karena orang tua ataupun saudara kandung, teman, dan iklan/reklame di media.
Faktor lingkungan: Ringan, dengan skor 0–3
Interval
Sedang, dengan skor 4–6 Tinggi, dengan skor 7–8
3. Hipotesa Penelitian Hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesa null : 3.1 Tidak ada hubungan antara faktor psikologis dengan perilaku merokok remaja. 3.2 Tidak ada hubungan antara faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja.
Universitas Sumatra Utara
BAB 4 METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian (Hidayat, 2007). Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional dengan pendekatan korelasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor psikologis dan faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan. 2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1 Populasi Penelitian Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa (murid laki-laki) SMP Negeri di Kecamatan Percut Sei Tuan sebanyak 2071 orang siswa. Dimana rincian dari jumlah siswa dari seluruh SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan adalah sebagai berikut: a) SMP Negeri 1 Kecamatan Percut Sei Tuan, yang mana siswanya sebanyak 389 orang. b) SMP Negeri 2 Kecamatan Percut Sei Tuan, yang mana siswanya sebanyak 556 orang. c) SMP Negeri 3 Kecamatan Percut Sei Tuan yang mana siswanya sebanyak 320 orang. d) SMP Negeri 4 Kecamatan Percut Sei Tuan yang mana siswanya sebanyak
Universitas Sumatra Utara
265 orang. e) SMP Negeri 5 Kecamatan Percut Sei Tuan, yang mana siswanya sebanyak 204 orang f) SMP Negeri 6 Kecamatan Percut Sei Tuan yang mana siswanya sebanyak 289 orang. g) SMP Negeri 7 Kecamatan Percut Sei Tuan yang mana siswanya sebanyak 48 orang. Maka jumlah populasi siswanya sebanyak 2071 orang. 2.2 Sampel Penelitian Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Dalam Nursalam (2009) jika jumlah populasi lebih dari 1000 orang maka besar sampel yang diambil 10% - 20% sudah cukup. Jadi dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah 20% dari 2071 populasi yaitu 414 orang (digenapkan dari 414,2). Pelaksanaan penelitian ini sampel tidak mencukupi dari yang sudah ditentukan (414 orang) karena peneliti mendapatkan kendala yang disebabkan siswa (murid laki-laki) yang masih aktif merokok tidak sampai 414 orang di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan, sehingga peniliti mengambil sampel sebanyak 196 orang. Teknik pengambilan sampel ini adalah accidental sampling, dimana peneliti mengambil sampel yang sesuai dengan kriteria penelitian dan yang ditemukan pada saat itu tanpa melewati proses randomisasi (Notoatmodjo, 2010). Proses randomisasi tidak dilakukan karena peneliti mengalami kesulitan terutama dalam hal waktu untuk menskrining para siswa yang sesuai dengan kriteria sampel
Universitas Sumatra Utara
penelitian. Kriteria sampel pada penelitian ini adalah siswa yang masih aktif merokok dari seluruh siswa di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan. 3. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan. Alasan peneliti memilih tempat penelitian karena belum ada yang meneliti hubungan faktor psikologis dan faktor lingkungan dengan perilaku merokok pada remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan ini sebelumnya. Pengumpulan data pada penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober s/d November 2013. 4. Pertimbangan Etik Melakukan penelitian ini peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan pada bagian pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk melakukan studi pendahuluan dalam penyusunan proposal ini. Kemudian dengan pengantar tersebut peneliti akan memberikan kuesioner kepada responden yang akan diteliti dengan terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada responden dengan menekankan pada masalah yang meliputi: 1. Informed Consent (Lembar Persetujuan) Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden
penelitian
dengan
memberikan
lembar
persetujuan. Lembar persetujuan diberikan sebelum penelitian
Universitas Sumatra Utara
dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.
Jika
subjek
bersedia,
maka
mereka
harus
menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak mereka. 2. Anonimity (Tanpa Nama) Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. 3. Confidentiality (Kerahasiaan) Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007). 5. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep dan tinjauan pustaka. Instrumen pada penelitian ini terdiri dari 3 bagian, yaitu kuisioner data demografi responden, kuesioner faktor perilaku merokok, kuesioner faktor resiko perilaku merokok pada remaja: faktor psikologis, dan kuesioner faktor resiko perilaku merokok pada remaja: faktor lingkungan.
Universitas Sumatra Utara
Kuesioner data demografi berisi: inisial, tanggal, usia, kelas, pertama sekali merokok, dan pertanyaan apakah ada anggota keluarga di dalam keluarga yang merokok. Kuesioner perilaku merokok terdiri dari 10 pernyataan, perokok berat 2 pernyataan (nomor 1 dan 10), merokok di tempat umum 3 pernyataan (nomor 2, 3, dan 4), merokok di tempat pribadi 1 pernyataan (nomor 5), merokok di toilet 1 pernyataan (nomor 6), perilaku merokok adiktif 1 pernyataan (nomor 7), perokok ringan 1 pernyataan (nomor 8), dan perokok sedang 1 pernyataan (nomor 9). Kuesioner faktor resiko perilaku merokok: faktor psikologis terdiri dari 10 pernyataan, yaitu merokok supaya menunjukkan gambaran diri 2 pernyataan (nomor 1 dan 10), merokok untuk relaksasi ataupun ketenangan 2 pernyataan (nomor 2 dan 4), merokok supaya muncul ide-ide ataupun inspirasi 1 pernyataan (nomor 3), merokok dalam keadaan stres dan dalam tekanan 3 pernyataan (nomor 5, 6 dan 7), merokok dalam keadaan bosan 1 pernyataan (nomor 8), merokok supaya kelihatan gagah 1 pernyataan (nomor 9). Kuesioner faktor resiko perilaku merokok: faktor lingkungan terdiri dari 8 pernyataan, yaitu merokok karena orang tua ataupun saudara kandung 1 pernyataan (nomor 1), merokok karena lingkungan tempat tinggal 2 pernyataan (nomor 5 dan 6), merokok karena teman 4 pernyataan (nomor 2, 3, 7 dan 8), merokok karena iklan atau reklame di media 1 pernyataan (nomor 4).
Universitas Sumatra Utara
Penilaian menggunakan skala Guttman dan skala Likert. Skala Guttman dengan jawaban “ya” bernilai 1 atau “tidak” bernilai 0 dengan total skor terendah pada kuesioner faktor resiko perilaku merokok: faktor psikologis dengan total skor terendah 0 serta total skor tertinggi 10, dimana 0 – 4 adalah rendah, 5 – 7 adalah sedang, dan 8 – 10 adalah tinggi. Serta pada kuesioner faktor resiko perilaku merokok; faktor lingkungan dengan total skor terendah 0 serta total skor tertinggi 8, dimana 0 – 3 adalah rendah, 4 – 6 adalah sedang, dan 7 – 8 adalah tinggi. Skala Likert dengan pilihan jawaban jarang (J) bernilai 1, kadang-kadang (K) bernilai 2, sering (SR) bernilai 3, selalu (SSL) bernilai 4. Total skor terendah adalah 10, sedangkan skor yang tertinggi adalah 40. Dimana 10 – 20 adalah ringan, 21 – 30 adalah sedang, dan 31 – 40 adalah berat. 6. Validitas dan Reliabilitas 6.1 Uji Validitas Validitas adalah suatu indeks yang menunujukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoadmodjo, 2010). Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Instrumen dalam penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti. Untuk instrumen baru perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui seberapa besar derajat kemampuan alat ukur dalam mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur.
Universitas Sumatra Utara
Uji validitas instrumen dilakukan oleh dua orang dosen yang ahli dalam keperwatan jiwa dan keperawatan komunitas di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan yaitu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep dan Lufthiani S.Kep, Ns, M.Kes. 6.2 Uji Reliabilitas Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010) yang mana lokasinya di SMP PGRI-9 Kecamatan Percut Sei Tuan sebanyak 50 sampel. 7. Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian deskriptif ini dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU) serta ke Kantor Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga. 2. Mengirimkan permohonan izin yang diperoleh ke tempat penelitian (SMP Negeri di Kecamatan Percut Sei Tuan). 3. Setelah mendapatkan izin penelitian, peneliti menentukan responden sampel penelitian.
Universitas Sumatra Utara
4. Menjelaskan pada calon responden tentang prosedur, manfaat penelitian, dan cara mengisi kuisioner. 5. Peneliti
meminta
kesediaan
responden
untuk
mengikuti
penelitian. 6. Calon responden yang bersedia, diminta menandatangani informed consent (surat persetujuan) dan pengumpulan data dimulai. 7. Peneliti melakukan pengumpulan data 8. Analisa Data Setelah semua data terkumpul maka peneliti akan mengadakan analisa data melalui beberapa tahap, yaitu sebagai berikut: 1. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan yang dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul 2. Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.
Universitas Sumatra Utara
3. Data Entry Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi.
4. Melakukan Teknik Analisis Analisa dilakukan secara univariat dan bivariat. Analisa univariat yaitu melihat distribusi frekuensi dan persentase untuk faktor psikologis, lingkungan, dan derajat perilaku merokok remaja. Analisa bivariat yaitu menguji hipotesa antara hubungan faktor psikologis dengan derajat perilaku merokok remaja, dan hubungan faktor lingkungan dengan derajat perilaku merokok remaja dengan menggunakan Product Moment Pearson atau biasa disebut Pearson’s r. Nilai r berkisar antara -1 sampai +1 untuk menunjukkan derajat hubungan antara 2 variabel. Nilai 0 menunjukkan tidak ada hubungan linear. Untuk menafsirkan hasil pengujian statistik tersebut lebih lanjut digunakan kriteria penafsiran korelasi menurut Burns dan Grove (2001).
Universitas Sumatra Utara
Tabel 4.1. Kriteria penafsiran korelasi Nilai r -0,1 sampai -0,3 -0,3 sampai -0,5 Di atas -0,5 0,1 sampai 0,3 0,3 sampai 0,5 Di atas 0,5
Penafsiran Korelasi negatif rendah: hubungan dengan interpretasi lemah. Korelasi negatif sedang: hubungan dengan interpretasi memadai. Korelasi negatif tinggi: hubungan dengan interpretasi kuat. Korelasi positif rendah: hubungan dengan interpretasi lemah. Korelasi positif sedang: hubungan dengan interpretasi memadai. Korelasi positif tinggi: hubungan dengan interpretasi kuat.
negatif negatif negatif positif positif positif
Universitas Sumatra Utara
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Pada bagian ini diuraikan tentang hasil penelitian berdasarkan pengumpulan data pada tanggal 7 s/d 13 November 2013 di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan terhadap 196 responden. Penyajian data meliputi karakteristik responden, perilaku merokok remaja, faktor psikologis, faktor lingkungan, dan hubungan faktor psikologis dan faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan. 1.1 Karakteristik Responden Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden berusia 15 tahun (62,24%) dan merupakan siswa kelas 3 SMP (62,24%). Sebagian besar responden (79,08%) pertama sekali merokok awal masuk SMP. Sementara itu anggota keluarga responden sebagian besar (62,24%) didalam keluarga tidak ada anggota keluarga yang merokok.
Universitas Sumatra Utara
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan (N = 196) Karakteristik Responden Usia 13 tahun 14 tahun 15 tahun
Frekuensi 21 53 122
% 10,72 27,04 62,24
Kelas Kelas 1 SMP Kelas 2 SMP Kelas 3 SMP
21 53 122
10,72 27,04 62,24
Pertama sekali merokok Sekolah Dasar (SD) Awal masuk SMP
41 155
20,92 79,08
Anggota keluarga dalam keluarga ada yang merokok Ada Tidak ada
74 122
37,76 62,24
1.2 Perilaku Merokok Remaja Data yang diperoleh dari hasil penelitian bahwa dari semua responden yang memiliki perilaku merokok aktif, sebagian besar responden (87,25%) dimasukkan pada kategori perilaku merokok ringan. Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dan persentase perilaku merokok responden SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan (N = 196) Perilaku Merokok Ringan Sedang Berat
Frekuensi 171 23 2
% 87,25 11,73 1,02
Universitas Sumatra Utara
1.3 Faktor Psikologis Dari penelitian diperoleh data bahwa sebagian besar responden (53,06%) menilai faktor psikologis yang menyebabkan perilaku merokok termasuk dalam kategori bernilai sedang. Tabel 5.3. Distribusi frekuensi dan persentase faktor psikologis responden SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan (N = 196) Faktor Psikologis Ringan Sedang Berat
Frekuensi 89 104 3
% 45,41 53,06 1,53
1.4 Faktor Lingkungan Dari penelitian diperoleh data bahwa sebagian besar responden (68,37%) menilai faktor lingkungan yang menyebabkan perilaku merokok termasuk kategori sedang. Tabel 5.4. Distribusi frekuensi dan persentase faktor lingkungan responden SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan (N = 196) Faktor Lingkungan Ringan Sedang Berat
Frekuensi 46 134 16
% 23,47 68,37 8,16
Universitas Sumatra Utara
1.5 Hubungan Faktor Psikologis dan Faktor Lingkungan dengan Perilaku Merokok remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan Dalam penelitian ini, analisa dilakukan pada hubungan antara faktor psikologis dan faktor lingkungan dengan prilaku merokok remaja. Dari hasil analisa pada hubungan antara variabel faktor psikologis dengan perilaku merokok remaja tersebut didapatkan nilai koefisien korelasi Pearson atau r sebesar 0,30 dimana nilai dapat dibaca berdasarkan tabel kriteria penafsiran korelasi menurut Burns dan Groove (2001) memiliki hubungan positif dengan interpretasi memadai (0,3 < r ≤ 0,5 ). Uji hipotesa null antara hubungan antara variabel faktor psikologis dengan perilaku merokok remaja tersebut diterima karena p-value 0.07 (p > 0,05) sehingga bermakna tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan. Sedangkan antara variabel faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja tersebut didapatkan nilai koefisien korelasi Pearson atau r sebesar 0,96 , dimana nilai tersebut berdasarkan tabel kriteria penafsiran korelasi menurut Burns dan Groove (2001) memiliki hubungan positif dengan interpretasi kuat (r > 0,5). Uji hipotesa null antara variabel faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja tersebut ditolak karena pvalue 0.003 (p < 0.05) sehingga bermakna ada hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan.
Universitas Sumatra Utara
Tabel 5.5. Hasil analisa hubungan antara faktor psikologis dan faktor lingkungan dengan perilaku merokok responden SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan Variabel 1
Variabel 2
r
Faktor Psikologis
Perilaku Merokok Remaja
0,30
0,07
hubungan positif dengan interpretasi memadai.
0,96
0,003
hubungan positif dengan interpretasi kuat.
Faktor Lingkungan
Perilaku Merokok Remaja
p-value
Keterangan
2. Pembahasan Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang hubungan faktor psikologis dan faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan. 2.1 Perilaku Merokok Remaja Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (87,25%) termasuk kategori perilaku merokok ringan yang mana alasan seperti dikemukakan Tomkins (1988 dalam Basyir, 2005) dikarenakan perilaku merokok remaja dipengaruhi oleh bertambahnya rasa yang positif, remaja merokok dipengaruhi perasaan negatif (seperti cemas, gelisah, dan marah), perilaku merokok yang adiktif, dan perilaku merokok
Universitas Sumatra Utara
yang sudah menjadi kebiasaan. Perilaku merokok remaja dalam penelitian ini diukur berdasarkan frekuensi merokok responden berdasarkan pendapat Mu’tadin (2002 dalam Kasfi, 2004), tempat dimana responden menghisap rokok berdasarkan pendapat Basyir (2005), pengaruh stimulus eksternal responden terhadap perilaku merokok, ketergantungan, serta kebutuhan psikologis yang menyertai konsumsi rokok berdasarkan pendapat Tomkins (1988 dalam Basyir, 2005) untuk dikategorikan atas perilaku merokok yang ringan, sedang dan berat. Dari hasil penelitian ini juga diperoleh bahwa sebagian besar responden (79,08%) mencoba merokok pertama sekali pada waktu yang belum lama atau sejak masuk SMP. Perilaku merokok responden dengan mencoba rokok pertama sekali belum terlalu lama atau sejak masuk SMP, akan berada pada derajat perilaku merokok ringan karena penelitian Moolchan dkk (2000 dalam Kasfi, 2004) menunjukkan bahwa tiga fase klinikal penting yang mendahului tingkat ketergantungan individu terhadap rokok secara positif adalah trial (coba-coba), occasional use (sesekali merokok), dan daily use (perokok harian). Kemudian sebanyak 20,92% responden mulai merokok pertama sekali saat SD dan 79,08% nya lagi sejak awal masuk SMP mulai merokok. Hal tersebut sesuai dengan survei yang dilakukan Departemen Kesehatan RI di Jakarta (1990 dalam Sitepoe, 2000) dimana laki-laki mulai merokok pada usia remaja 12 sampai 15 tahun dan juga sesuai
Universitas Sumatra Utara
pendapat Sitepoe (2000) bahwa di Medan banyak dijumpai anak-anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang sudah merokok. 2.2 Faktor Psikologis Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar responden (53,06%) menilai faktor psikologis yang menyebabkan perilaku merokok termasuk dalam kategori bernilai sedang. Soetjiningsih (2004) mengatakan tentang faktor psikologis yang meliputi rasa ingin tahu untuk mencoba sesuatu yang dianggap baru, untuk relaksasi ataupun ketenangan, berhubungan dengan gambaran diri, dalam stres ataupun tekanan, rasa bosan, ingin terlihat gagah, dan sifat suka menantang akan didapati pada setiap remaja. Sementara itu Gunarsa dan Gunarsa (2003), berpendapat seorang remaja bisa memperlihatkan perilaku merokok yang tampil sebagai pelarian-pelarian karena mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran-pelajaran di sekolah dan kesulitan bersumber pada kemampuan dasar yang kurang baik, taraf kemampuan terletak dibawah rata-rata dan seorang remaja bisa memperlihatkan perilaku yang tampil sebagai sikap menentang, sikap tidak mudah menerima nasihat-nasihat orang lain, serta sikap kompensatoris. Ditinjau dari aspek periode perkembangan remaja (middle adolescence), Hidayat (2009) mengemukakan remaja penuh
konflik
karena remaja bingung di satu pihak masih anak-anak, tetapi di pihak lain harus bertingkah laku seperti orang dewasa dan penuh dengan kesukaran,
Universitas Sumatra Utara
bukan masa-masa yang indah serta penuh romantika seperti orang-orang lain tanggapi. Adams dan Galotta (1983 dalam Sarwono, 1997) juga berpendapat tentang cara menghadapi remaja bukanlah pekerjaan yang mudah dalam membantu menyelesaikan masalah mereka. 2.3 Faktor Lingkungan Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar responden (68,37%) menilai faktor lingkungan yang menyebabkan perilaku merokok termasuk dalam kategori bernilai sedang. Dariyo (2002) menyatakan usia remaja merupakan masa dimana remaja berupaya untuk mencari dan membentuk persahabatan dengan teman kelompok sebayanya serta menomorsatukan hubungan dengan temannya dibandingkan dengan keluarganya. Sebagaimana Soetjiningsih (2004) juga mengatakan bahwa lingkungan berkaitan erat dengan remaja serta penggunaan tembakau antara tiap individu maupun melihat reklame tembakau. Dapat diasumsikan juga bahwa faktor lingkungan ini mengambil faktor resiko supaya responden menjadi merokok. Dari hasil penelitian juga diperoleh data bahwa sebagian besar responden (62,24%) memiliki anggota keluarga dalam keluarga yang tidak merokok. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ali dan Asrori (2004) bahwa bukan di lingkungan keluarga saja yang menyebabkan remaja hidup dalam kesehariannya dan menjadi terpengaruh merokok, akan tetapi lingkungan
Universitas Sumatra Utara
sekolah serta lingkungan masyarakat juga menjadi lingkungan hidup keseharian remaja yang dapat mempengaruhi perilaku remaja tersebut. 2.4 Hubungan Faktor Psikologis dan Faktor Lingkungan dengan Prilaku
Merokok Remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei
Tuan 2.4.1 Hubungan Faktor Psikologis dengan Prilaku
Merokok Remaja di
SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan Hasil analisa statistik dalam penelitian ini adalah bahwa faktor psikologis yang terdiri dari situasi kondisi yang mengakibatkan remaja menghadapi stres, tekanan, ingin kelihatan gagah, saat bosan, tenang, memicu inspirasi, serta gambaran diri dan faktor lingkungan yang terdiri dari situasi kondisi dari orang tua, saudara kandung, teman, serta iklan/reklame di media yang menyebabkan remaja merokok. Hubungan antara variabel faktor psikologis dengan perilaku merokok remaja tersebut didapatkan nilai p-value 0,07 sehingga dapat disimpulkan hipotesa null diterima, dimana p > 0,05 artinya bahwa pernyataan tidak ada hubungan antara faktor psikologis dengan perilaku merokok remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan diterima. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan yang dikemukakan Soetjiningsih (2004) yang menyatakan remaja akan merokok dikarenakan rasa ingin tahu untuk mencoba yang dianggap baru, untuk relaksasi ataupun
Universitas Sumatra Utara
ketenangan, berhubungan dengan gambaran diri, dalam stres ataupun tekanan, rasa bosan, ingin terlihat gagah, dan sifat suka menantang. Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan yang dikemukakan Mausner dan Platt (1971 dalam Oskamp, 1984) menyatakan motif seseorang merokok adalah: a). Kebiasaan, yang mana perilaku merokok menjadi sebuah perilaku yang harus tetap dilakukan tanpa adanya motif yang bersifat negatif atau pun positif. Seseorang merokok hanya untuk meneruskan perilakunya tanpa tujuan tertentu. b). Reaksi emosi positif dimana merokok digunakan untuk menghasilkan emosi yang positif, misalnya rasa senang, relaksasi, dan kenikmatan rasa. c). Reaksi untuk penurunan emosi, yang mana merokok ditujukan untuk mengurangi rasa tegang, cemas biasa, ataupun kecemasan yang timbul karena adanya interaksi dengan orang lain. d). Alasan sosial, maksudnya merokok ditujukan untuk mengikuti kebiasaan kelompok (umumnya pada remaja dan anak-anak), identifikasi dengan perokok lain, dan untuk menentukan gambaran diri seseorang. Merokok pada anak-anak juga dapat disebabkan adanya paksaan dari teman-temannya. 2.4.2 Hubungan Faktor Lingkungan dengan Prilaku
Merokok Remaja
di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan Kemudian antara variabel faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja tersebut didapatkan nilai p-value sebesar 0,003 dimana dapat disimpulkan hipotesa null ditolak, yang mana p < 0,05 artinya
Universitas Sumatra Utara
bahwa pernyataan tidak ada hubungan antara faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan tidak dapat diterima. Hasil penelitian ini sejalan yang dikemukakan Ali dan Asrori (2004) menyebutkan lingkungan menjadi tempat proses remaja bersosialisasi, dengan begitu remaja akan dipengaruhi lebih besar oleh lingkungan sekitar untuk merokok dan sejalan juga dengan survey yang diadakan oleh Yayasan Jantung Indonesia (1990 dalam Sitepoe, 2000) yang menunjukkan angka perokok usia <10 tahun (9%), 13 tahun (23%), 14 tahun (22%), dan 15-16 tahun (28%) karena dipengaruhi oleh salah satu faktor resiko dari lingkungan yaitu oleh ajakan teman-teman yang sukar ditolak sejumlah 70% selebihnya karena coba-coba, dan setelah melihat iklan rokok. Berdasarkan pengamatan terhadap literatur yang didapatkan tentang faktor-faktor resiko prilaku merokok, seharusnya dapat ditemukan hubungan yang signifikan antara faktor psikologis dengan prilaku merokok remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan, akan tetapi yang memiliki hubungan yang signifikan cuma antara hubungan faktor lingkungan dengan prilaku merokok remaja saja. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa permasalahan remaja yang merokok memiliki penyebab multifaktorial dan mungkin lebih dominan yang memberi konstribusi pengaruh prilaku merokok adalah remaja yang bersangkutan, dan dalam hasil penelitian ini didapakan bahwa faktor lingkungan yang
Universitas Sumatra Utara
menjadi faktor resiko perilaku merokok remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan yang cukup tinggi. 3. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini mempunyai keterbatasan dalam pelaksanaan di lapangan diantaranya jumlah sampel tidak mencukupi dari yang sudah ditentukan sebelumnya sehingga kurang representatif, pada saat pengisian kuesioner responden masih ada yang ragu dan takut mengisinya dikarenakan responden mengira mempengaruhi situasi kondisi mereka di lingkungan sekolah serta lingkungan sosial, dan lokasi penelitian jauh dari tempat tinggal peneliti sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sampai ke lokasi penelitian.
Universitas Sumatra Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai hubungan faktor psikologis dan faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan. 1. Kesimpulan Pada distribusi frekuensi karakteristik responden sebagian besar berusia 15 tahun (62,24%), mulai merokok pertama sekali awal masuk SMP (79,08%), serta sebesar 62,24% anggota keluarga responden dalam keluarga tidak ada yang merokok. Hubungan antara variabel faktor psikologis dengan perilaku merokok remaja tersebut didapatkan nilai p-value 0,07 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa ditolak, dimana p > 0,05 artinya bahwa pernyataan adanya hubungan antara faktor psikologis dengan perilaku merokok remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan tidak dapat diterima, atau dengan kata lain tidak ada hubungan antara faktor psikologis dengan perilaku merokok remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan. Sementara itu antara variabel faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja tersebut didapatkan nilai p-value sebesar 0,003 dimana
Universitas Sumatra Utara
dapat disimpulkan bahwa hipotesa dapat diterima, yang mana p < 0,05 artinya bahwa pernyataan adanya hubungan
antara faktor lingkungan
dengan perilaku merokok remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan dapat diterima atau dengan kata lain ada hubungan antara faktor psikologis dengan perilaku merokok remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan. 2. Rekomendasi 2.1 Untuk Pendidikan Dalam pemberian ceramah maupun diskusi dalam mata kuliah Keperawatan Jiwa dan Komunitas diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar bagi mahasiswa dan dosen, sehingga perlu ditelaah usaha-usaha
penanganan
perilaku
merokok
pada
remaja
secara
komprehensif. 2.2 Untuk Penelitian Kesenjangan antara hasil penelitian (variabel faktor psikologis dengan perilaku merokok) yang diperoleh dengan tinjauan pustaka yang didapatkan dapat dijadikan sebagai data masukan yang menarik bagi penelitian lanjutan tentang masalah merokok pada remaja dan faktorfaktor yang dapat mempengaruhinya. Kemudian juga perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengidentifikasi tentang masalah merokok remaja ini dengan jumlah
Universitas Sumatra Utara
responden yang lebih representatif di semua sekolah di Kecamatan Percut Sei Tuan dengan menggunakan tehnik sampling yang lebih tepat.
2.3 Untuk Pelayanan Dalam
praktik
Keperawatan
Jiwa-Komunitas
perlu
mempertimbangkan dilakukannya penyuluhan yang berfokus pada remaja untuk mengurangi prevalensi perokok. Hal yang harus dipertimbangkan adalah kemungkinan adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku merokok remaja selain faktor psikologis dan faktor lingkungan, seperti kepribadian remaja, pola komunikasi keluarga, pengaruh kegiatan yang disponsori perusahaan rokok dan lain sebagainya.
Universitas Sumatra Utara