BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan kerangka kerja untuk merinci hubungan-hubungan antar variabel dalam satu kajian. Untuk menetapkan metode penelitian dalam praktek diperlukan suatu desain penelitian yang sesuai dengan jenis penelitian yang akan dilakukan. Metode yang akan digunakan untuk meneliti pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan di dept. food and beverage service Café One Park Lane ini adalah survey dengan pendekatan kuantitatif dan data yang dikumpulkan berdasarkan jawaban responden atas pertanyaan yang diajukan. Penelitian kuantitatif menurut Sugiyono, (2006) diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik dan pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan
data
menggunakan
instrument
penelitian,
analisis
data
bersifat
kuantitatif/statistik dengan tujuan menguji hipotesis. Proses penelitian kuantitatif menurut Bryman (2005) adalah dimulai dari teori, hipotesis, research design, memilih research site(s), memilih subjek/ responden riset, mengumpulkan data, hipotesis, memproses data, menganalisa data, dan menuliskan kesimpulan – untuk kemudian kembali menjadi awal dari segalanya.
26
27
Metode penelitian survei menurut Menurut Kerlinger yang dikutip Sugiyono (2004), penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan–hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis. Dan menurut Prasetya Irawan (2006), adalah metode penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama untuk mengumpulkan data. 3.2 Populasi dan Sampel Menurut Rosady Ruslan (2008), populasi adalah keseluruhan atau semua unit analisis yang diteliti yang memiliki kriteria tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah para karyawan di restaurant Café One yang berjumlah 16 orang. Sedangkan sampel menurut Rosady Ruslan (2008), adalah sebagian dari populasi yang merupakan perwakilan. Karena itu meneliti sampel, hasilnya akan relatif sama, jika penelitian dilakukan terhadap populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah karyawan di dept. food and beverage Café One hotel Park Lane Jakarta yang berjumlah 16 karyawan. 3.3 Teknik Pengambilan Sampling Teknik sampling sangatlah diperlukan dalam sebuah penelitian, karena hal ini digunakan untuk menentukan siapa saja anggota dari populasi yang hendak dijadikan sampel. Untuk itu teknik sampling, haruslah secara jelas tergambarkan dalam rencana penelitian, sehingga jelas dan tidak membingungkan ketika terjun di lapangan.
28
Penelitian ini menggunakan non probability sampling dengan teknik pengambilan sampling jenuh. Sampling jenuh menurut Sugiyono (2011) adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagi sampel. Hal ini sering digunakan untuk penelitian dengan jumlah sampel dibawah 30 orang, atau untuk penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan tingkat kesalahan yang sedikit atau kecil. Dengan berlandaskan teori Sugiyono, maka penulis akan mengambil sampling dengan menggunakan sampling jenuh karena penulis menggunakan sampel kurang dari 30 orang. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data berisi bagaimana data diperoleh menggunakan alat ukur yang telah direncanakan. Munawaroh (2012). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdapat tiga macam: 1. Studi Kepustakaan Studi Kepustakaan yaitu mengadakan penelitian dengan cara mempelajari dan membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi obyek penelitian. Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan beberapa buku dari beberapa penulis sebagai referensi. 2. Kuesioner Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
29
dijawabnya. Sugiyono,(2006). Kuesioner dipergunakan jika suatu penelitian menggunakan data primer. 3. Observasi Teknik observasi adalah mengumpulkan data langsung dari lapangan dengan mengandalkan pengamatan peneliti. Nazir, (2005). Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipan. Suatu observasi disebut observasi partisipan jika orang yang rnengadakan observasi (observer) turut ambil bagian dalam perikehidupan observer. Jenis teknik observasi partisipan umumnya digunakan
orang
untuk
penelitian
yang
bersifat
eksploratif.
Rahayu,
(2004). Karena penulis cukup mengenal dan mengetahui lapangan. 3.5. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Hotel Park Lane Jakarta yang berlokasi di Casablanca, Jakarta Selatan. Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan, yaitu dari bulan September sampai Januari. September
Oktober
November
Persiapan Pengumpulan Dan Pengolahan Data Pembahasan Tabel 3.1. Waktu Penelitian
Desember
Januari
30
3.6. Jenis Sumber Data Terdapat dua jenis data dalam penelitian ini, yaitu: 1. Data Primer Data primer adalah data yang penulis peroleh melalui penelitian langsung terhadap objek yang diteliti dengan cara melakukan wawancara kepada pihak – pihak yang terlibat dengan masalah yang sedang dibahas serta memberikan kuisioner kepada karyawan yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan.Untuk mendapatkan data primer, maka dipergunakan Kuesioner tersebut penulis sebarkan di Café One Hotel Park Lane Jakarta dan diisi oleh karyawan disana dengan jumlah 16 orang. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari studi kepustakaan dan beberapa informasi yang didapatkan dari data Hotel Park Lane. Studi kepustakaan penulis banyak menggunakan teori-teori atau buku-buku mengenai Manajemen Sumber Daya Manusia. 3.7. Proses Penelitian 3.7.1. Tahap Persiapan 1. Mengidentifikasi masalah yang ingin diselesaikan/diteliti secara jelas. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah hubungan antara motivasi terhadap kinerja karyawan di Dept. Food and Beverage Service Café One Hotel Park Lane Jakarta.
31
2. Merumuskan masalah secara rinci sehingga pokok masalah diketahui secara tepat dan juga tujuan apa yang ingin dicapai. 3. Penulis melakukan observasi awal di tempat yang ingin diteliti yaitu Hotel Park Lane Jakarta agar peneliti mendapatkan gambaran umum dan memahami masalah yang akan diteliti dan sudah dirumuskan sebelumnya bagaimana implementasinya di lapangan. 4. Studi pustaka dilakukan penulis untuk mendapatkan dan memahami teoriteori yang berhubungan dengan penelitian ini. 3.7.2. Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Penulis mengambil data melalui data perusahaan, literatur, observasi, dan juga hasil kuesioner yang didapat dari karyawan. 2. Tahap pengolahan data dalam penelitian ini adalah:
1. Verifikasi Data, dengan mengecek kembali kuesioner yang sudah diisi oleh sampel penelitian. 2. Pengolahan data secara statistik, dengan menggunakan program SPSS versi 16.00 untuk mendapatkan hasil penelitian.
3.7.3. Tahap Pembahasan
1. Menganalisis data yang sudah diperoleh melalui kuesioner berdasarkan teori yang digunakan. 2. Membuat kesimpulan dari hasil penelitian ini.
32
3.8.
Model Analisis Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, dimana penelitian ini adalah melihat pengaruh dari Motivasi
terhadap Kinerja Karyawan Dept. Food And
Beverage Service Café One Park Lane Jakarta maka model analisis yang dipergunakan adalah analisis regresi linear sederhana. Menurut Gujarai (2003) analisis regresi linear sederhana adalah analisis regresi dimana variabel bebasnya hanya satu. Persamaan regresi linear sederhana dari penelitian ini adalah: Y =a + bX Dimana : Y
:
Kinerja karyawan Dept. Food And Beverage Service Café One Park Lane Jakarta
3.9.
a
:
Konstanta
b
:
Koefisien Regresi
X
:
Motivasi karyawan
Hipotesis
Hipotesis menurut Kerlinger dalam Munawaroh (2012 ) adalah pernyataan dugaan atau (conjectural) tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Dalam penelitian ini hipotesisnya adalah:
Ha: adanya pengaruh antara motivasi terhadap kinerja karyawan di Dept. Food and Beverage Café One Hotel Park Lane Jakarta.
33
Ho: tidak adanya pengaruh antara motivasi terhadap kinerja karyawan di Dept. Food and Beverage Café One Hotel Park Lane Jakarta.
3.10. Identifikasi Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2008) yang dinamakan dengan variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulan. Secara teoritis, variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek, yang mempunyai ”variasi” antara satu orang dengan yang lain atau antara satu obyek dengan yang lain. Lebih lanjut, Kerlinger (1973) dalam Sugiyono (2008) menyatakan bahwa variabel atau konstruk (construct) yang akan dipelajari. Variabel sebagai suatu sifat yang diambil dari nilai yang berbeda (difference values).
Mengingat bahwa sifat dari penelitian ini adalah merupakan penelitian korelasial, maka akan terdapat dua macam variabel yaitu variabel independent atau variabel bebas (X) dan variabel dependent atau variabel tak bebas (Y). Variabel bebas (X) peneltian ini adalah Motivasi, sedangkan variabel tak bebas (Y) adalah Kinerja Karyawan Di Dept. Food And Beverage Service Café One Park Lane Jakarta.
Secara lengkap, operasional dari variabel yang diteliti adalah sebagai berikut:
34
Tabel 3.2. Operasionalisasi Variabel Penelitian
VARIABEL Motivasi Kerja Karyawan (X)
DIMENSI Dorongan untuk melakukan pekerjaan dengan tekun
INDIKATOR
SKALA
1. meningkatkan semangat kerja. 2. memperbaiki kinerja saya 3. meningkatkan semangat kerja rekan kerja 4. mendapat dukungan dari teman kerja 5. menghindari kemalasan bekerja. 6. melakukan control attack terhadap hasil pekerjaan 7. melakukan pekerjaan dengan baik 8. tidak melakukan kesalahan kerja 9. melakukan pekerjaan bagaikan sebuah hobi
Likert
35
Dorongan untuk tanggung jawab pribadi
1. waktu berharga bagi pekerjaan 2. berusaha tidak terjadi kesalahan 3. memerlukan konsenteraasi
Likert
yang tinggi 4. tidak mengenal letih dan lelah dalam pekerjaan 5. mempunyai rasa tanggung jawab atas pekerjaan 6. keberhasilan keinginan saya 7. rasa bangga terhadap perusahaan 8.
semangat bekerja penting bagi karir
Dorongan untuk meningkatkan prestasi
19,20,21,22,24,25,26,27
Likert
Dorogan untuk menjadi unggul 28,29,30, 31
Likert
36
B.Kinerja
Prestasi Kerja
a.Hasil pekerjaan
Karyawan
memenuhi syarat
( Variabel Y)
kesesuaian di dalam
Likert
organisasi
b.Jumlah kerja dilakukan dalam suatu periode yang
Likert
ditentukan Kedisplinan
a.Kehadiran tepat waktu Likert b.Pemanfaatan waktu dalam bekerja Likert c.Melakukan pekerjaan sesuai dengan interaksi
Likert
yang diberikan c.Melakukan pekerjaan sesuai dengan interaksi
Likert
37
yang diberikan Kerjasama
a.Bersedia berpartisipasi dengan karyawan lainnya
Likert
secara vertical ataupun horizontal
Tabel 3.3 Variabel X (Motivasi Karyawan)
Kode/
Skala Pengukuran Butir Pernyataan
No A
(Skala Likert 1 – 5) 1
Saya berupaya meningkatkan semangat kerja
2
Saya berusaha memperbaiki kinerja saya
3
Saya berupaya meningkatkan semangat kerja rekan kerja
4
Saya berusaha mendapat dukungan dari teman kerja
5
Saya berusaha menghindari kemalasan bekerja.
6
Saya berupaya melakukan control attack terhadap hasil pekerjaan
38
7
Saya berupaya dapat melakukan pekerjaan dengan baik
8
Saya berusaha tidak melakukan kesalahan kerja
9
Saya berusaha melakukan pekerjaan bagaikan sebuah hobi
B
10
Saya berupaya, bahwa waktu sangat berharga bagi pekerjaan
11 (-)
Saya berupaya, bahwa tepat waktu yang maksimal adalah bukan tujuan saya dalam mengerjakan pekerjaan saya
12
Saya berusaha agar tidak terjadi kesalahan pada hasil pekerjaan saya
13
Saya berupaya, bahwa pekerjaan saya memerlukan konsentrasi yang tinggi
14
Saya berusaha, agar tidak mengenal lelah dan letih dalam melakukan pekerjaaan
15
Saya berupaya mempunyai rasa tanggung jawab atas pekerjaan yang saya lakukan
39
16
Saya berusaha bahwa keberhasilan adalah keinginan saya dalam bekerja
17
Saya berupaya mempunyai rasa bangga terhadap perusahaan
18
Saya berusaha, bahwa semangat bekerja adalah hal penting dalam karier saya
C
19
Saya berupaya, bahwa keberhasilan dalam melaksanakan tugas merupakan kewajiban saya sabagai pekerja
20
Saya berusaha mampu meningkatkan karier saya
21
Saya berupaya mendapatkan prestasi kerja yang baik
22
Saya berusaha, bahwa hasil kerja selalu mendapatkan respon yang positif dari atasan
23 (-) 24
Saya merasa kecewa atas kurangnya kesempatan yang diberikan perusahaan untuk peningkatan prestasi kerja
Saya berupaya senang dengan hasil produktivitas kerja yang saya miliki
25
Saya berusaha perusahaan sering membantu saya dalam memecahkan permasalahan hasil kerja saya
40
26
Saya berupaya mendapatkan pujian atas kinerja saya
27
Saya berupaya memperoleh fasilitas tambahan atas prestasi kerja saya
D
28
Saya berupaya, bahwa jumlah waktu istirahat kerja sesuai dengan peraturan
29
Saya berusaha, bahwa waktu sangat berharga bagi pekerjaan saya
30
Saya berusaha tepat waktu yang maksimal adalah tujuan saya dalam mengerjakan pekerjaan saya
31 (-)
Saya berusaha tidak bosan dengan pekerjaan yang sekarang saya tekuni
41
Tabel 3.4
Variabel Y (Kinerja Karyawan)
Kode/
Skala Pengukuran Butir Pernyataan
No A
B
(Skala Likert 1- 5) 1
Kemampuan mengerjakan semua pekerjaan
2
Kemampuan menyelesaikan pekerjaan
3
Ketidakmampuan dalam menjalankan pekerjaan
4
Meras malas untuk mengerjakan pekerjaan
5
Kemampuan mengatasi semua problema dalam pekerjaan
6
Dapat menerapkan pengetahuan berhitung kedalam pekerjaan
7
Dapat menerapkan pengetahuan berkomunikasi kedalam pekerjaan
8
Tidak mampu mengevaluasi setiap pekerjaan
9
Malas untuk memahami belajar hal-hal baru yang tidak diketahui
10
Mampu memahami setiap pekerjaan baru yang diberikan
42
C
D
11
Datang tepat waktu sebelum jam kerja dimulai
12
Datang terlambat kekantor
13
Tidak mampu mengerjakan tugas dengan tepat waktu
14
Menggunakan jam istirahat dengan tepat waktu
15
Pulang kantor tepat waktu
16
Dapat mengatasi masalah tanpa bantuan orang lain
17
Sanggup mengerjakan pekerjaan saya
18
Tidak mampu mengerjakan semua pekerjaan dengan baik dan benar
19
Suka mengeluh dengan pekerjaan yang saya kerjakan.
20
Mampu mengerjakan pekerjaan tanpa bantuan orang lain.
3.11. Uji Kualitas Data Untuk mendapatkan kesimpulan sebagai suatu pemecahan masalah penelitian, maka data yang digunakan harus berkualitas. Kualitas data diukur melalui dua konsep yaitu uji validitas dan uji realibilitas. Indriantoro, Nur dan Supomo, (1999). Apabila penelitian diperoleh dari data yang kurang valid dan kurang reliabel maka kesimpulan yang didapat
43
akan menjadi bias. Pengujian kualitas data ini berkaitan dengan data yang diperoleh sebagai jawaban kuesioner yang diterima dari responden. 3.11.1 Uji Validitas. Validitas dalam penelitian ditentukan oleh proses pengukuran yang akurat. Oleh karena itu, pengujian ini menitikberatkan pada keakuratan data. Instrumen yang valid harus mempunyai validitas internal dan eksternal. Suatu instrumen dikatakan memiliki validitas internal jika kriteria yang ada dalam instrumen secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur. Validitas internal digolongkan menjadi dua, yaitu validitas konstruk (construct validity) dan validitas isi (content validity). Sedangkan instrumen dikatakan memiliki validitas eksternal jika kriteria dalam instrumen disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah ada. Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Sugiyono, (2007) dan melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Kuncoro, (2003). Validitas menunjukkan ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Pengujian validitas konstruk menggunakan teknik analisis statistik yang hasilnya dapat dinyatakan dalam bentuk koefisien validitas. Menurut Riduwan (2008), untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dar alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur (indikator) dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir, dengan rumus Pearson Product Moment.
44
r=
n∑ XY − (∑ X )(∑ Y ) (n∑ X 2 − (∑ X ) 2 )(n ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2 )
dimana: X
:
Skor item pertanyaan
Y
:
Skor total item pertanyaan
n
:
Banyaknya responden
Menurut Kusnendi (2008) suatu item pertanyaan dikatakan memiliki validitas yang memadai apabila skor item pertanyaan tersebut berkorelasi secara positif dan signifikan (nilai p-hitung ≤ 0.05) dengan skor totalnya. Jika koefisien korelasi antara item pertanyaan dengan skor total tidak signifikan (p-hitung> 0.05) atau bernilai negatif, menunjukkan bahwa item pertanyan tersebut tidak valid. Artinya, item pertanyaan tersebut diidentifikasikan tidak memiliki kesesuaian dengan fungsi item pertanyaan secara keseluruhan alam mengukur kosntruk atau variabel yang diukur. Saifudin Azwar, (2003) dalam Kusnendi (2008). Instrumen penelitian juga diuji validitas eksternalnya dengan membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Penelitian memiliki validitas eksternal jika hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan terhadap orang-orang, tempat dan waktu pada sampel lain dalam populasi yang diteliti. Sugiyono,(2007).
45
3.11.2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi suatu alat pengukur, dalam hal ini adalah kuesioner, khususnya reliabilitas konsistensi internal (antar item). Pengujian reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk menganalisis konsistensi dan stabilitas dari butirbutir skor (skala pengukuran) yang ada pada instrumen. Kuncoro, (2003). Teknik pengujian reliabilitas data melalui uji konsistensi internal menggunakan indikator koefisien Cronbach Alpha.
Koefisien Cronbach Alpha menunjukkan sejauh
mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya dan diandalkan dan mengukur suatu obyek dan menafsirkan korelasi antara skala yang dibuat dengan semua skala variabel yang ada. Korelasi yang tinggi menunjukkan adanya kesamaan antar item. Penulis menggunakan koefisien Cronbach Alpha karena penelitian hanya dilakukan sekali saja terhadap responden (one shot). Ghozali, (2001). Suatu konstruk variabel dikatakan reliable jika nilai koefisien Cronbach Alpha lebih besar dari 0.6. Nunnally, (1969) dalam Ghozali, (2001). Menurut Sekaran (2006), koefisien Alpha yang semakin mendekati 1 berarti butirbutir pertanyaan dalam koefisien semakin reliabel. Hasil penelitian dikatakan reliabel apabila terdapat kesamaan data sepanjang waktu (dalam waktu yang berbeda) atau tidak rentan terhadap perubahan situasi apapun. Rumus Koefisien Cronbach Alpha (Cα) dalam Kusnendi (2008) 2 k ∑ s i Cα = 1− 2 sx k − 1
46
dimana:
3.12.
k
:
Banyknya item pertanyaan
∑si2
:
Jumlah variansi setiap item pertanyaan
sx2
:
Variansi skor total item pertanyaan
Pengujian Asumsi Klasik Keakuratan dan validitas dari analisis regresi sangat tergantung pada pemenuhan
sepuluh asumsi dasar OLS berdasarkan Pyndick & Rubienfield (1997) dan Gujarati (2003) yaitu: -
Parameter model bersifat linier
-
Variabel bebas bersifat nir-stokastik
-
Faktor gangguan dan error, memiliki nilai rata-rata 0
-
Homoskedastisitas atau nilai varian dari residual sama besarnya
-
Tidak ada autokorelasi antara sesama error atau residual
-
Tidak ada korelasi antara error/residual dengan variabel bebas.
-
Jumlah observasi harus lebih besar daripada jumlah parameter yang diestimasi.
-
Nilai variabel bebas tidak boleh sama dalam satu kolom.
47
-
Model dispesifikasi dengan benar
-
Tidak terjadi hubungan yang kuat antara variabel bebas (multicolinearity). Sebelum melakukan pengujian regresi berganda, data terlebih dahulu diuji dengan
uji asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik menyangkut 4 hal yaitu normalitas, heteroskedatisitas, multikolinearitas, dan autokorelasi. Pengujian perlu dilakukan untuk mengecek pelanggaran terhadap asumsi tersebut. Untuk data cross section, menurut Nachrowi dan Hardius (2006) meliputi: a). Pengujian Multikolinearitas b). Pengujian heteroskeditas c). Pengujian normalitas error term a). Heteroskedastisitas Gejala heteroskedastisitas menujukkan bahwa varians dari error tidak sama dari masing-masing observasi. Heteroskedastisitas merupakan pelanggaran terhadap asumsi dasar dari persamaan OLS yaitu homoskedastisitas, yang bisa menyebabkan bias dalam perhitungan koefisien parameter. Untuk mengecek heteroskedastisitas mengunakan metode grafik. Yaitu dengan cara membuat grafik dan memeriksa pola yang terbentuk antara residual ( ) terhadap taksiran Yi ( ). Heteroskedastisitas akan terdeteksi bila plot menunjukkan pola yang sistematis. b) Multikolinearitas
48
Gejala multikolinearitas menunjukkan adanya korelasi antara variabel bebas, Korelasi ini mengakibatkan bias dalam perhitungan varians masing-masing koefisien parameter. Akibatnya adalah besaran koefisien bisa menjadi tidak signifikan secara statistic karena nilai t-nya terlalu kecil atau sebaliknya. Masalah multikolinearitas ini bukan terletak pada ada atau tidaknya korelasi antar variabel bebas. Masalah pokok adalah apakah multikolinearitas ini serius atau tidak, jadi tergantung pada derajat keseriusan dari multikolinearitas itu sendiri. Jika ditemukan ada multikolinieritas antar variabel bebas tersebut maka cara mengatasinya yaitu : Mengkombinasikan data cross section dan time series (1)
Membuang variabel yang sangat berkorelasi
(2)
Mentransformasikan data
(3)
Menambah data baru
Kriteria pengujian multikolinearitas yang penulis lakukan, merujuk apa yang disarankan oleh Gujarati (2003), yaitu : (1) Besarnya condition index dari proses Collinearity Index, di mana akan dipergunakan pedoman bahwa condition index > 30 mengindikasikan adanya masalah multikolinieritas; (2) Tolerance (TOL) dan variance inflation (VIF), jika nilai TOL lebih kecil 0.1 atau VIF lebih dari 10 berarti ada masalah multikolinearitas.. dan (3) Matriks koefisien korelasi antara masing-masing variabel bebas. Kaidah yang biasa digunakan adalah apabila koefisien korelasi antara dua peubah bebas lebih besar dari 0,8 atau 0,9 maka kolinieritas berganda merupakan masalah yang serius. Namun demikian korelasi pasangan ini, tidak memberikan informasi yang lebih dalam untuk hubungan yang lebih rumit antar tiga atau lebih peubah.
49
c). Pengujian Asumsi Kenormalan Error Term Salah satu asumsi yang melandasi pemakaian OLS adalah εi
(error term)
berdistribusi normal. Sebenarnya, asumsi ini tidaklah penting benar, karena bisa saja εi tidak berdistribusi normal, namun karena sifat dari BLU (Best Linear Unbiassed Estimator) tidak mensyaratkan bahwa
harus berdistribusi normal. Menurut Sulistyo (1987) asumsi
kenormalan distribusi dari εi i
sebaiknya dipenuhi, karena jika tidak dipenuhi maka
hasilnya
kemungkinan
bukan
merupakan
maksimum,
sebab
penduga/penaksir
kemungkinan maksimum diturunkan berdasarkan asumsi kenormalan dari distribusi εi . Ketidaknormalan distribusi εi juga akan menyebabkan uji statistik menjadi kehilangan maknanya, karena uji tersebut diturunkan juga berdasarkan asumsi kenormalan dari distribusi εi . Pengujian normalitas dari error dilakukan pengujian dengan uji Kolmogorov dan dengan program SPSS.