BAB 2 TINJAUAN TERORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Konsep Dasar Dan Fungsi Bank Syariah 2.1.1 Pengertian Dan Fungsi Bank Syariah 1. Pengertian Bank Syariah Dalam UU No.21 tahun 2008 mengenai perbankan syariah yaitu segala sesuatu yang mengyangkut bank syariah dan unit usaha syariah mencakup kelembagaan, mencakup kegiatan usaha serta tata cara dan proses di dalam melaksanakan usahanya dengan didasari prinsip syariah. Bank Syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum Islam dan kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak membayar bunga kepada nasabah. Imbalan bank syariah yang diterima maupun yang dibayarkan pada nasabah tergantung dari akad dan perjajian yang dilakukan oleh pihak nasabah dan pihak bank. Perjajian (akad) pada bank syariah harus tunduk pada syarat dan hukum akad sebagaiman yang di atur dalam syariah islam. Menurut Sudarsono (2014). Bank syariah adalah lemabaga keuangan Negara yang memberikan kredit dan jasa-jasa lainnya didalam lalu lintas pembayaran dan juga peredaraan uang yang beroperasi dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah atau islam. Menurut Siamat Dahlanfy (2008). Bank syariah adalah bank yang menjalankan uasahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang didasarkan pada Al-qur’an dan Al-hadits. Bank Syariah adalah bank yang menjual
8
9
produk-produknya dengan tata cara sesuai dengan hukum Islam dan menerima imbal jasanya dalam bentuk bagi hasil (ujrah). Berdasarkan akad (kesepakatan) antara bank dan nasabah, masing-masing pihak menyediakan informasi secara lengkap dan akurat (jujur) sebelum dan setelah akad. Tidak ada eksploitasi terhadap pihak lain serta tujuannya adalah mencari ridha Allah SWT (Haryono, 2009:81). 2. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Sistem keuangan dan perbankan modern telah berusaha memenuhi kebutuhan manusia untuk mendanai kegiatannya, bukan dengan dananya sendiri melainkan dengan dannya orang lain, baik dengan prinsip penyertaan dalam rangka pemenuhan permodalan (equity financing) maupun dengan prinsip pinjaman dalam rangka pemenuhan kebutuhan pembiyaan (debt financing). Di dalam Islam mempunyai hukum sendiri untuk memenuhi kebutuhan tersebut, yaitu melalui akad-akad bagi hasil (profit and loss sharing) sebagai metode pemenuhan kebutuhan permodalan (equity financing) dan akad-akad jual beli (al bai’) untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan (debt financing). Bank islam tidak menggunakan metode pinjam-meminjam uang dalam rangka kegiatan komersial, karena setiap pinjam-meminjam uang yang dilakukan dengan persyaratan atau janji pemberian imabalan adalah riba (Arifin:2002).
10
Tabel 1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Bank konvensional Fungsi dan Kegiatan Intermediasi, jasa Bank keuangan Prinsip Dasar Operasi Prioritas Pelayanan
Tidak anti riba dan antimaysir
Bank syariah Intermediasi, manager investasi, investor, sosial, jasa keuangan Antiriba dan antimaysir
Bebas nilai (prinsip materialis) Uang sebagai komoditi Bunga
Tidak bebas nilai (prinsip syariah Islam) Uang sebagai alat tukar dan bukan komoditi Bagi hasil, juial beli, sewa
Orientasi Bentuk
Kepentingan pribadi Keuntungan
Evaluasi Nasabah
Bank komersial
Hubungan Nasabah
Kepastian pengembalian pokok dan bunga (creditworthiness dan collateral) Terbatas debitor-kreditor
Kepentingan publik Tujuan sosial ekonomi Islam, keuntungan Bank komersial, bank pembangunan, bank universal atau multipurpose Lebih hati-hati karena partisipasi dalam risiko
Sumber Likuiditas Jangka Pendek Pinjaman Yang Diberikan Lembaga Penyelesai Sengketa Risiko Usaha
Struktur Organisasi Pengawas
Erat sebagai mitra usaha
Pasar uang , Bank Sentral Terbatas Komersial dan nonkomersial, berorientasi laba Pengadilan, Arbitrase
Komersial dan nonkomersial, berorientasi laba dan nirlaba Pengadilan, Badan Arbitrase Syariah Nasional
Risiko bank tidak terkait langsung dengan debitur, risiko debitur tidak terkait langsung dengan bank Kemungkinan terjadi
Dihadapi bersama antara bank dan nasabah dengan prinsip keadilan dan kejujuran Tidak mungkin terjadi negative spread
11
negative spread Investasi
Dewan Komisaris
Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah, Dewan Syariah Nasional
3. Fungsi Bank Syariah Fungsi Bank syariah menurut Muhamad Syafi’i A (2008) sendiri ada empat: a) Fungsi bank syariah sebagai penghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk investasi yaitu sebagai penghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana. Bank syariah mengumpulkan atau menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk titipan dengan menggunakan akad Al-wadiah dalam bentuk investasi yang menggunakan prinsip mudharabah. Al-wadiah adalah akad antara pihak pertama (masyarakat) dengan pihak kedua (bank), dimana pihak pertama mentitipkan dananya kepada pihak kedua, bank menerima titipan untuk dapat memanfaatkan titipan dari masyarakat dalam transaksi yang diperbolehkan dalam islam. Al-mudharabah merupakan akad antara pihak pertama yang memiliki dana kemudian menginvestasikan dananya kepada pihak lain yang mana dapat memanfaatkan dana yang diinvestasikan dan diperbolehkan dalam islam. b) Fungsi bank syariah sebagai penyalur dana kepada masyarakat yaitu menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan. Masyarakat dapat memperoleh pembiayaan dari bank syariah asalkan dapat memenuhi semua ketentuan dan persyaratan yang berlaku. Menyalurkan dana
12
merupakan aktivitas yang sangat penting bagi bank syariah. Dalam hal ini bank syariah akan memperoleh pengembalian atas dana yang disalurkan. Pengembalian atau pendapatan yang diperoleh dari bank syariah atas penyaluran dana ini tergantung pada akadnya. Bank syariah menyalurkan dana kepada masyarakat dengan menguunakan bermacam-macam akad, antara lain akad jual beli dan akad kemitraan atau kerja sama usaha. Dalam akad jual beli maka pengembalian yang diperoleh bank atas penyaluran dananya adalah dalam bentuk keuntungan. Keuntungan merupakan selisih antara harga jual kepada nasabah dan harga beli bank. Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas penyaluran dana kepada nasabah yang menggunakan akad kerja sama uasaha adalah bagi hasil. c) Fungsi bank syariah sebagai pemberi pelanyanan jasa keuangan yaitu di samping menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat bank syariah memberikan pelanyanan jasa perbankan kepada nasabahnya. Pelanyanan jasa bank syariah ini di berikan kepada masyarakat untuk menjalankan aktivitasnya. Berbagai jenis pelanyanan jasa bisa di berikan dengan cara mengirim uang, pemindah bukuan, penagihan surat berharga. Aktivitas pelanyanan jasa merupakan aktivitas yang diharapkan oleh bank syariah untuk meningkatkan pendapatan melalui imbalan dari jasa pelanyanan tersebut. Pelanyanan yang dapat memuaskan nasabah adalah pelanyanan yang cepat dan akurat. Dengan pelanyanan tersebut maka bank syariah mendapatkan imbalan yang di sebut fee based income.
13
d) Fungsi bank Syariah sebagai jasa sosial yaitu konsep perbankan syariah yang melaksanakan jasa social, biasanya melalui dana qard (pnjaman kebaikan), zakat atau dana social yang sesuai dengan ajaran islam.
2.1.2 Jenis-Jenis Akad Bank Syariah
Tabel 2 Jenis-Jenis Akad Bank Syariah Nama Mudharabah
Jenis Akad Kerja sama
Musyarakah
Modal kerja atau investasi
Murabahah
Jual beli
Istisnha
Jual beli
Ijarah
Pemindahan hak guna (manfaat) Sewa
Kinerja Shohibul maal (pemilik modal) Mudharib (pengelola) Shohibul maal (pemilik modal) Mudharib (pengelola) Pihak bank (penjual) Nasabah (pembeli) Mustani (pemesan) Shani (penjual) Ownership (pemilik) Penyewa
Akad Kredit Bagi hasil (70%:30%)
Bagi hasil (50%:50%)
Pembayaran
Pembayaran
Pembayaran sewa atau upah
14
Kesimpulan:
a) Mudharabah Karim (2008) mendefinisikan mudharabah sebagai akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (shohibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian pengelola, maka pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. b) Musyarakah Musyarakah yaitu pembiayaan modal kerja atau investasi di mana Bank Syari’ah menyediakan sebagian modal usaha keseluruhan, dan dalam proses manajemen, pihak Bank Syari’ah dapat dilibatkan secara langsung sehingga keduanya berserikat dalam usaha. Pembiayaan musyarokah ini berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan proporsi penyertaan. Rasio keuntungan misalnya 50%:50 %, atau sesuai dengan kesepakatan yang dibuat. Musyarakah pencampuran
atau
berasal interaksi.
dari
kata
Secara
syirkah. terminology,
Syirkah
artinya
syirka
adalah
persekutuan usaha untuk mengambil hak atau beroperasi. IAI dalam PSAK
15
106 mendefnisikan musyarakah sebagai akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu tertentu dengan kondisi masing-masing pihak kontibusi dana, dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan, sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana. c) Murabahah Menurut (Rodoni dan Hamid, 2007:24). Murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan) adalah transaksi jual-beli dimana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai perantara sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli dari pemasok ditambah keuntungan. Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual tersebut dicantumkan dalam akad dan jika telah disepakati tidak berubah selama berlakunya akad. Dalam perbankan, murabahah yang lazim dilakukan dengan cara pembayaran cicilan disebut bi tsaman ajil. Transaksi ini barang diserahkan segara setelah akad sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh. d) Istishna Akad istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pesanan pembuatan barang tertentu dengan criteria dan persyaratan tertentu yang disepakatai antara pemesan atau pembeli atau mustasni dan penjual atau pembuat atau shani. Dalam hal ini si pejual dapat mempersiapkan sendiri barang yang akan di jualnya dan bisa juga dari pihak lain yang membuat barang untuk di jual si penjual.
16
Menurut Muhammad (2007) Istisnha adalah akad penjualan anatar pembeli dan produsen (yang bertindak sebagai penjual) ada dua tipe istishna yaitu istishna dan istisnha paralel. Yang membedakan pada istisnha parallel, pihak penjual memerlukan pihak lain sebagai shani dalam rangka untuk memenuhi kewajibannya kepada mustashni. e) Ijarah
Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional, pembiayaan ijarah merupakan akad permindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang. Bagi pihak yang menyewakan, diharuskan mempersiapkan barang atau jasa yang disewa dan bagi pihak yang menyewa barang atau jasa wajib memelihara barang yang disewa.
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa, melalui upah pembayaran sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership atau milkiyah) atas barang itu sendiri. Ijarah berarti lease contract dimana suatu bank atau lembaga keuangan penyewakan peralatan (eqiepment) kepada salah satu nasabah berdasarkan pembayaran biaya yang sudah ditentukan secara pasti sebelumnya (fixed charge). Pada masa akhir sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakan kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah dikenal ijarah munttahiyah bittamliki (sewa yang diikuti dengan berpindahnya
17
kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian (Rivai,2007)
2.1.3 Profitabilitas Menurut Lestari dan Sugiharto (2007:196) Profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva. Dengan kata lain,semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan semakin diminati oleh investor, karena tingkat pengembalian atau deviden akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak pada harga saham dari perusahaan di pasar modal akan semakin meningkat sehingga ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Angka ROA dapat dikatakan baik apabila >2%. ROA dapat membantu perusahaan yang telah menjalankan prakktik akuntansi dengan baik untuk dapat mengukur efesiensi penggunaan modal yang menyeluruh, yang sensitive terhadap setiap hal yang mempengaruhi keadaan perusahaan sehingga dapat diketahui posisi perusahaan terhadap industri. Hal ini merupakan salah satu langkah dalam perencanaan strategi. Rumus untuk menghitung ROA adalah sebagai berikut:
ROA =
18
2.2 Konsep Dasar Kinerja Keuangan Bank Syariah 2.2.1 Pengendalian Dan Fungsi Kinerja Keuangan Bank Syariah Pengendalian merupakan unsur penting di dalam perbankan mengingat risiko dan tantangan yang dihadapi oleh industri perbankan yang semakin meningkat. Penerapan pengendalian secara konsisten akan memperkuat posisi daya saing perusahaan, memaksimalkan nilai perusahaan, mengelola sumberdaya dan risiko secara lebih efisien dan efektif, yang pada akhirnya akan memperkokoh kepercayaan pemegang saham dan stakeholders, sehingga dapat beroperasi dan tumbuh secara berkelanjutan dalam jangka panjang. Bank syariah berkomitmen penuh melaksanakan pengendalian di seluruh tingkatan dan jenjang organisasi dengan berpedoman pada berbagai ketentuan dan persyaratan terkait dengan pelaksanaan pengendalian. Untuk mengoptimalkan penerapan pengendalian,
bank
syariah
melakukan
penguatan
infrastruktur,
restrukturisasi internal yang mengarah kepada praktik terbaik, penyesuaian dan pembaharuan sistem dan prosedur yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan pengendalian yang efektif. Penerapan pengendalian di bank syariah membaik pada tahun 2009 dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Pengukuran
tingkat
kepatuhan
bank
syariah
dalam
menerapkan pengendalian menggunakan checklist (self assessment) dimana hasil penilaiannya dalam bentuk index. Untuk keperluan internal, penilaian dilakukan secara semesteran dan untuk keperluan laporan kepada Bank Indonesia, penilaian dilakukan secara tahunan. Seiring dengan
19
keluarnya Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan pengendalian bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah sudah mempersiapkan diri untuk mengikuti ketentuan yang berlaku dalam PBI tersebut.
a. Fungsi Kinerja Keuangan Bank Syariah Kinerja dalam akuntansi pengukuran dari keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode tertentu. Kinerja bank secara umum merupakan
gambaran
prestasi
yang
dicapai
oleh
bank
dalam
operasionalnya. Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik mencakup aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Kinerja menunjukkan sesuatu yang berhubungan dengan kekuatan serta kelemahan suatu perusahaan. Kekuatan tersebut dipahami agar dapat dimanfaatkan dan kelemahan harus diketahui agar dapat dilakukan langkah-langkah perbaikan. Kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran dividen, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo.
20
Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan di manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran. Rasio merupakan alat ukur yang digunakan perusahaan untuk menganalisis laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Dengan menggunakan alat analisa berupa rasio keuangan dapat menjelaskan dan memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan dari suatu periode ke periode berikutnya.
Analisis rasio keuangan adalah proses penentuan operasi yang penting dan karakteristik keuangan dari sebuah perusahaan dari data akuntansi dan laporan keuangan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menentukan efisiensi kinerja dari manajer perusahaan yang diwujudkan dalam catatan keuangan dan laporan keuangan. Dalam menggunakan analisis rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukannya dengan dua macam perbandingan, yaitu:
21
- Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu yang telah lalu (histories ratio) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama. - Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio sejenis dari perusahaan yang lain yang sejenis.
Perhitungan kinerja keuangan bank syariah menurut Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah.
2.3 Konsep Dasar Akad Bank Syariah Bank syariah dengan system bagi hasil dirancang untuk terbinanya hubungan kebersamaan dalam menanggung resiko dan bagi hasil antara pemilik modal yang menyimpan dananya di bank, bank syariah sebagai pengelola modal, dan masyarakat peminjam modal atau pengelola usaha. Dimana pemilik modal akan mendapatkan bagi hasil sesuai dengan nisbah (prosentase) keuntungan bank dari kegiatan penyaluran modal kepada pihak ketiga. Semakin besar keuntungan yang didapat oleh bank, maka semakin besar pula keuntungan yang didapat oleh pemilik modal. Oleh karena itu bank harus bisa selektif dalam menyalurkan dana kepada pihak ketiga agar bisa mendapatkan keuntungan yang maksimal dan mengurangi timbulnya resiko. Secara garis besar transaksi yang diterapkan pada bank syariah berdasarkan lima konsep dasar aqad, yaitu:
22
Tabel 3 Akad Bank Syariah Pendanaan Pola Titipan: Wadi’ah (giro dan tabungan)
Pembiayaan Pola Bagi Hasil: Mudharabah,musyara kah (investasi)
Jasa Perbankan Pola Lainnya: Wakalah,kafal ah,hawalah,rah n,sharf (jasa keuangan)
Pola Pinjaman: Qard (giro dan tabungan) Pola Bagi Hasil: Mudharabah, Muqayyadah (tabungan,deposito,i nvestasi,obligasi
Pola Jual Beli: Murabahah,salam,istis nha (trade financing) Pola Sewa: Ijarah (trade financing)
Pola Titipan: Wadi’ah (jasa non keuangan) Pola Bagi Hasil: Mudharabah,m uqayyadah (jasa keuangan)
Sosial Pola Pinjaman: Qardhul Hassan (pinjaman kebajikan)
Pola Sewa Pola Pinjaman: Ijarah (Obligasi) Qardh (talangan) 2.3.1 wadi`ah (simpanan) wadiah menurut istilah adalah memberikan kekuasaan kepada orang lain untuk menjaga hartanya. Aqad wadiah merupakan titipan murni yang setiap saat dapat diambil oleh pemiliknya. Secara umum terdapat dua jenis wadiah, yaitu: a) wadiah yad al-amanah (tustee depository), dalam bank syariah akad ini diaplikasikan pada jasa safe deposit box. jenis ini mempunyai karateristik sebagai berikut: 1. Harta atau benda yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan dan digunakan oleh penerima titipan (bank). 2. Penerima titipan (bank) berkewajiban untuk menjaga barang yang dititipkan. Dan penerima titipan tidak wajib menanggung kerusakan atau
23
kehilangan barang yang dititipkan kecuali karena kelalaian dan keteledoran bank. 3. Sebagai kompensasi, penerima titipan diperkenankan untuk membebankan biaya (fee) kepada yang menitipkan. b) Wadiah yad al-dhoman (guarantee depository) pada dasarnya wadiah adalah yad al-amanah tetapi bisa berubah menjadi yad al-dhoman jika penerima titipan memanfaatkan atau menggunakan harta titipan. Dalam wadiah yad al-dhoman ini harta yang dititipkan diperbolehkan untuk dimanfaatkan oleh penerima titipan. Apabila terdapat hasil dari pemanfaatan harta titipan, maka hasil tersebut menjadi hak dari penerima simpanan. Tidak ada kewajiban bagi penerima titipan untuk memberikan hasil tersebut kepada pemilik harta. Dalam bank syariah, akad wadiah yad al-dhoman diaplikasikan dalam produk tabungan dan giro. 2.3.2 Bagi hasil (syirkah) Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara pemilik modal dan pengelola modal. Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara pemilik modal dan bank, atau antara bank dan pengelola modal. Dalam bank syariah sistem ini diaplikasikan pada produk mudharabah dan musyarakah. Mudharabah dapat dipergunakan sebagai produk pendanaan (tabungan dan deposito) dan juga pembiayaan pada pihak ketiga, sedangkan musyarakah lebih banyak dipergunakan sebagai produk pembiayaan.
24
Mudharabah adalah suatu akad dimana pemilik modal (shahibul mal) modal menyerahkan hartanya kepada pengusaha (mudharib). Jika dalam mudharabah ditentukan persyaratan usaha tertentu, maka dinamakan mudharaba muqayyadah.dan apabila tidak ditentukan persyaratan dalam usaha yang akan dibiayai, maka dinamakan mudharabah mutlaqah. Musyarakah adalah akad antara dua orang atau lebih dengan menyetorkan modal, dengan keuntungan dibagi sesama mereka sesuai dengan porsi yang disepakati. Diantara produk bank syariah yang mengaplikasikan musyarakah adalah modal ventura, dimana bank memberikan modal terhadap suatu perusahaan dan dalam jangka waktu tertentu akan melepas kembali saham perusahaan tersebut kepada rekan kongsi, dan kemungkinan juga tetap bermitra untuk jangka panjang. 2.3.3 Jual beli (ijarah) Prinsip ini merupakan suatu sistem pembiayaan yang menerapkan tata cara jual beli. Prinsip ini dalam bank syariah diterapkan pada murabahah, salam, isthisna`. a. Murabahah adalah suatu akad dimana bank membeli suatu barang atas permintaan nasabah lalu bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga pokok ditambah margin. Biasanya nasabah akan membayar dengan mengangsur dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan.
25
b. Salam adalah jual beli barang yang belum ada dengan menyebut spesifikasi lengkap dan pembayaran dilakukan secara tunai di muka. Akad ini bisa dipraktekkan pada transaksi antara bank dengan petani, dan bank dengan agen beras. Dimana petani yang tidak punya atau kekurangan modal untuk menggarap sawahnya datang kepada bank dan bank akan menawarkan akad salam. Bank membeli beras yang akan dihasilkan dengan jumlah dan kwalitas yang ditentukan dengan pembayaran kontan di muka. Lalu bank menawarkan akad salam kepada agen. c. Istishna`, yaitu jual beli barang atas dasar pesanan antara nasabah dan bank dengan spesifikasi tertentu yang diminta nasabah. Bank akan meminta produsen/ kontraktor untuk membuatkan barang tersebut, dan setelah selesai nasabah akan membeli barang tersebut dari bank dengan harga yang telah disepakati. 2.3.4 Sewa (al-ijarah) Ijarah adalah menjual manfaat atau jasa dengan bayaran yang ditetapkan. dalam prakteknya prinsip sewa dibagi menjadi dua jenis: (1)sistem ijarah, sewa murni seperti halnya penyewaan traktor dan alatalat produk lainnya. (2) ijarah al-muntahiyah bitamlik,merupakan penggabungan antara akad sewa dan jual beli. Dimana bank terlebih dahulu membeli barang yang dikehendaki oleh nasabah, kemudian bank menyewakannya kepada nasabah dalam jangka waktu dan biaya sewa yang telah disepakati. Setelah masa sewa berakhir, maka barang sewaan
26
tersebut akan menjadi milik nasabah dengan melangsungkan akad jual beli. Jenis ijarah ini lebih banyak dipakai pada perbankan syariah karena lebih sederhana dari sisi pembukuan dan bank sendiri tidak direpotkan untuk pemeliharaa aset, baik pada masa penyewaan atau setelahnya.
2.3.5 Prinsip jasa/ fee (al-ajr wa al-umulah) prinsip ini meliputi seluruh layanan non pembiayaan yang diberikan oleh bank, bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain: transfer, jual beli mata uang, bank garansi. Akad-akad ini menggunakan pola sebagai berikut: a. Alih utang piutang (al-hawalah), perpindahan hutang nasabah (muhal) ke bank (muhal alaih). Mekanismenya, nasabah meminta bank membayarkan terlebih dahulu piutang yang timbul dari suatu transaksi, kemudian bank mendapat ganti biaya atas jasa pemindahan hutang. b. Sharf adalah transaksi pertukaran antara suatu mata uang dengan mata uang lain. c. Wakalah (deputyship), yaitu suatu akad perwakilan antara dua pihak, dimana pihak pertama mewakilkan sesuatu urusan pada pihak kedua untuk bertindak atas nama pihak pertama. Dalam aplikasinya dalam perbankan syariah, wakalah biasanya diterapkan dalam penerbitan letter of credit (L/C) atau penerusan permintaan akan barang dalam negeri dari bank di luar negeri. Wakalah juga bisa diterapkan untuk transfer dana nasabah kepada pihak lain.
27
d. Kafalah, bank garansi digunakan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran. Bank dapat mempersyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai rahn, atau dengan menggunnakan sistem wadiah. e. Rahn (gadai), menahan salah satu harta milik peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Aplikasinya dapat berupa lembaga gadai dan pada bank diterapkan sebagai collateral atas suatu pembiayaan. f. Qardh (soft and benevolent loan), pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih kembali tanpa ada suatu imbalan. Aplikasinya dalam perbankan syariah dapat berupa al-qardh al-hasan yang disalurkan kepada usaha kecil. Dana yang disalurkan bersumber dari dana zakat, infaq dan shodaqoh.
2.4
Penelitian Terdahulu Maghfiroh (2008) meneliti tentang aplikasi pembiayaan mudharabah dalam meningkatkan profitabilitas PT. BPRS Bumi Rinjani Batu. Jenis penelitian ini menggunkan metode kualitatif dengan pendekattan diskriptif. Dari hasil penelitian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa adapun kontribusi pendapatan mudharabah di PT. BPRS Bumi Rinjani Batu mampu meningkatkan profitabilitas pada BPRS. Yang mana kontribusi yang diperoleh BPRS dari seluruh produk pembiayaan selama tahun 2003-2007, prosentase terbesar ada pada pembiayaan murabahah yaitu 53%. Akan tetapi
28
dari produk pembiayaan dengan sistem bagi hasil (mudharabah dan murabahah) prosentase terbesar ada pada mudahrabah yaitu 27%. Hal ini menunjukkan bahwa produk pembiayaan dengan sistem bagi hasil yang paling diminati oleh masyarakat adalah sistem pembiayaan mudharabah. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa kontribusi yang di peroleh BPRS dari pembiayaan mudharabah sangatlah besar disbanding pembiayaan bagi hasil lainnya. Oktriani (2008) meneliti tentang pengaruh pembiayaan musyarakan, mudharabah, dan murabahah terhadap profitabilitas. Variabel independen pada penelitian tersebut adalah pembiayaan musyarakah, mudharabah, dan murabahah. Sedangka variabel dependennya adalah Return On Asset (ROA). Dari hasil penelitian diperoleh sebuah kesimpulan berdasarkan hasil uji simultan maupun parsial pembiayaan musyarakah secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Pembiayaan mudharabah secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, pembiayaan murabahah secara parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, dan pembiayaan musyarakah,, mudharabah, dan murabahah berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Wicaksono
(2011)
meneliti
tentang
pengaruh
pembiayaan
mudharabah dan musyarakah terhadap profitabilitas bank umum syariah di Indonesia.
Variabel
independen
pada
penelitian
tersebut
adalah
mudharabah,musyarakah dan murabahah, sedangkan variabel dependennya yaitu profitabilitas (ROA) hasil analisis menujukan bahwa secara parsial
29
variabel pembiyaan mudharabah, musyarakah, murabahah berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Secara simultan variabel pembiayaan mudharabah, musyarakah, murabahah berpengaruh signifikan terhadap profitabilias. 2.5
Rerangka Pemikiran
Perbankan Syariah adalah suatu system perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) islam. Usaha pembentukan system ini didasari oleh larangan dalam agama islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau disebut dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang bersifat haram.
Kinerja bank umum syariah
Profitabilitas
Mudharaba h
Ijarah
Murabahah
Musyaraka h
Istishna
Gambar 1 Rerangka Pemikiran
30
Kinerja perbankan syariah di dalamnya terdapat pembiayaan yang telah dijalakan menurut kebijakan dan standar yang telah ditentukan oleh perbankan tersebut. Pembiayaan yang terdapat dalam perbankan syariah memiliki lima jenis akad, yaitu: mudharabah, murabahah, musyarakah, istishna, dan ijarah. Yang di ukur menggunakan profitabilitas. Model Kinerja Keuangan
X1 dimana mudharabah X2 dimana musyarakah X3 dimana murabahah
Dimana Y Kinerja Keungan
X4 dimana istisnha
yang di ukur menggunakan
X5 dimana ijarah
profitabilitas
Kelima jenis variabel ini dinilai cenderung mempengaruhi atas ratarata maka, kinerja bank dapat dinyatakan baik. Karena profitabilitas memiliki arti penting untuk menilai kinerja keuangan perbankan dalam mengelola asset dan labanya.
2.6
Perumusan Hipotesis 2.6.1
Struktur pembiayaan mudharabah berpengaruh positif terhadap profitabilitas Bank Mandiri Syariah
2.6.2
Struktur pembiayaan musyarakah berpengaruh positif terhadap profitabilitas Bank Mandiri Syariah
31
2.6.3
Struktur pembiayaan murabahah berpengaruh positif terhadap profitabilitas Bank Mandiri Syariah
2.6.4
Struktur pembiayaan
istisnha
berpengaruh
positif terhadap
profitabilitas Bank Mandiri Syariah 2.6.5
Struktur
pembiayaa
ijarah
berpengaruh
profitabilitas Bank Mandiri Syariah
positif
terhadap