BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Perbankan Syariah Perbankan syariah bergerak menggunakan sistem berbasis ekonomi Islam. Muhammad (2013:178) menjelaskan bahwa perbankan syariah sebagai lembaga keuangan menerapkan prinsip-prinsip syariah diantaranya adalah: 1.
Larangan menerapkan bunga pada semua bentuk dan jenis transaksi
2.
Menjalankan aktivitas bisnis dan perdagangan berdasarkan pada kewajaran dan keuntungan yang halal
3.
Mengeluarkan zakat dari hasil kegiatannya
4.
Larangan menjalankan monopoli
5.
Bekerja sama dalam membangun masyarakat, melalui aktivitas bisnis dan perdagangan yang tidak dilarang oleh Islam Prinsip syariah tersebut menjadi acuan bagi lembaga perbankan syariah dalam
menjalankan aktivitas bisnisnya. Adapun karakteristik utama perbankan syariah adalah tidak adanya bunga sebagai representasi dari riba yang diharamkan. Karakteristik inilah yang menjadikan perbankan syariah lebih unggul pada beberapa hal termasuk pada sistem operasional yang dijalankan baik berkenaan dengan penghimpunan maupun penyaluran dana.
10
11
2.1.2 Peranan dan Fungsi Perbankan Syariah Peran dan fungsi bank syariah adalah sebagai lembaga intermediasi antara dua kelompok, yaitu kelompok pemegang modal atau pihak yang kelebihan dana dengan kelompok kekurangan dana atau pihak yang membutuhkan dana. Termasuk dana yang dibutuhkan dalam usaha produktif maupun konsumtif sekalipun. Peran dan fungsi bank syariah tidak memiliki perbedaan mendasar secara operasional bila dibandingkan dengan bank konvensional. Bila ditinjau dari aspek makro dan mikro, peranan dan fungsi bank syariah sebagai lembaga keuangan adalah sebagai berikut: 1.
Sebagai manajer investasi Bank syariah mengelola investasi atas dana nasabah dengan menggunakan akad bagi hasil (mudharabah) atau sebagai agen investasi.
2.
Sebagai investor Bank syariah sebagai pihak yang menginvetasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya dengan menggunakan alat investasi yang sesuai dengan prinsip syariah dan membagi hasil yang diperoleh sesuai dengan nisbah yang disepakati antara bank dan pemilik dana.
3.
Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran Fungsi ini sama seperti bank konvensional sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
4.
Pengemban fungsi sosial Sebagai pengelola dana zakat, infaq, shadaqoh serta pinjaman kebaikan (qardhul hasan) sesuai ketentuan yang berlaku.
12
2.1.3 Produk Operasional Bank Syariah Dalam sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak dengan maksud untuk mendapatkan bunga, akan tetapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana tersebut nantinya akan disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (contohnya modal usaha), dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai dengan kesepakatan. Muhammad (2013:181) mengelompokkan pengembangan produk bank syariah menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. Produk Penghimpunan Dana a.
Prinsip Wadi’ah Prinsip Wadi’ah implikasi hubungannya sama dengan qardh, di mana nasabah bertindak sebagai yang meminjamkan uang dan bank bertindak sebagai peminjam. Dalam produk bank syariah prinsip tersebut dapat dikembangkan menjadi dua jenis, yaitu: wadi’ah yad amanah dan wadi’ah yad dhomanah.
b.
Prinsip Mudharabah Aplikasi prinsip ini adalah deposan atau penyimpan bertindak sebagai shahibul mal dan bank sebagai mudharib. Dana ini digunakan bank untuk melakukan pembiayaan akad jual beli maupun syirkah. Jika terjadi kerugian maka
bank
Mudharabah
bertanggungjawab
atas
kerugian
dibagi
tiga,
yaitu:
menjadi
yang
terjadi.
Mudharabah
Prinsip
Mutlaqoh,
Mudharabah Muqayadah on Balance Sheet dan Mudharabah Muqayadah off Balance Sheet.
13
2. Produk Penyaluran Dana Menurut
Muhammad
(2013:185)
produk
penyaluran
dana
dapat
dikembangkan menjadi tiga model, yaitu: a.
Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli. Jenis pembiayaan yang termasuk dengan prinsip tersebut adalah:
1) Pembiayaan Murabahah Menurut Nurhayati dan Wasilah (2013:174) murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. 2) Pembiayaan Salam Nurhayati dan Wasilah (2013:202) menjelaskan salam merupakan salah satu jenis akad jual beli, di mana pembeli membayar terlebih dahulu atas suatu barang yang spesifikasi dan kuantitasnya jelas, sedangkan barangnya baru akan diserahkan pada saat tertentu di kemudian hari. 3) Pembiayaan Istishna’ Pembiayaan Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli) dan penjual (pembuat). b.
Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip sewa. Jenis pembiayaan yang termasuk dengan prinsip tersebut adalah:
14
1) Pembiayaan Ijarah Pembiayaan Ijarah yaitu perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa. 2) Pembiayaan Ijara Muntahiya Biltamlik/ Wa Iqtina Pembiayaan Ijara Muntahiya Biltamlik/ Wa Iqtina adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan barang dari pihak yang memberikan sewa kepada pihak penyewa. c.
Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil. Jenis pembiayaan yang termasuk dengan prinsip tersebut adalah:
1) Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
2) Pembiayaan Musyarakah Pembiayaan musyarakah adalah perjanjian diantara para pemilik dana atau modal untuk mencampurkan dana atau modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan diantara pemilik dana atau modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
3. Produk Jasa Adapun produk jasa dalam bank syariah terdiri dari beberapa produk seperti halnya: Al-Hiwalah, Rahn, Al-Qardh, Wakalah, Kafalah, dll.
15
2.1.4 Penyaluran Dana Perbankan Syariah Peran perbankan syariah dalam mengelola dan menyalurkan dana masyarakat disebut dengan istilah pembiayaan seperti yang disebutkan dalam UndangUndang no.21 tahun 2008 pasal 19 ayat 1. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan (pasal 1) disebutkan bahwa pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Penyaluran dana perbankan syariah merujuk pada hubungan akad yang terdiri dari lima konsep dasar akad. Muhammad (2013:180) menyatakan bahwa kelima konsep tersebut adalah: 1.
Prinsip Simpanan Murni (al – Wadi’ah) Prinsip simpanan murni adalah fasilitas yang diberikan bank syariah kepada pihak pemilik dana yang nantinya akan mendapatkan keuntungan atas dana simpanannya.
2.
Bagi Hasil (Syirkah) Bagi hasil yang dimaksud adalah sistem pembagian hasil usaha antara pemilik dana dengan pengelola dana. Produk yang berdasarkan pada prinsip ini adalah Mudharabah dan Musyarakah.
16
3.
Prinsip Jual Beli (at – Tijarah) Prinsip jual beli merupakan prinsip yang menerapkan tata cara jual beli, di mana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan atau yang disebut juga dengan margin.
4.
Prinsip Sewa (al – Ijarah) Prinsip sewa terbagi dalam dua jenis yakni: (1) Ijarah, sewa murni, seperti penyewaan traktor dan alat-alat produk lainnya. Secara teknis, bank dapat membeli peralatan yang dibutuhkan nasabah kemudian menyewakan dalam waktu yang telah disepakati kepada nasabah. (2) Bai al takjiri / ijara al muntahiya bit tamlik, yakni penggabungan sewa dan beli di mana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa.
5.
Prinsip Fee / Jasa (al-Ajr Walumullah) Prinsip ini meliputi layanan non pembiayaan yang diberikan bank seperti Kliring, Inkaso, Jasa Transfer dan lain sebagainya.
2.1.5 Fungsi Penyaluran Dana Perbankan Syariah Dalam penelitian Khatimah (2009) menjelaskan bahwa fungsi dari penyaluran dana atau pembiayaan dalam perbankan syariah adalah: 1.
Meningkatkan daya guna uang Para penabung menyimpan dananya dalam bentuk giro, tabungan dan deposito yang nantinya dana tersebut dalam persentase ternetu ditingkatkan kegunaannya oleh bank untuk peningkatan usaha produktif.
17
2.
Meningkatkan daya guna barang Fungsi penyaluran dana diantaranya dapat meningkatkan peredaran uang, stabilitas ekonomi, dan meningkatkan pendapatan nasional. Dalam penyaluran dana terdapat berbagai jenis dan macamnya. Menurut
Arifin (2006:200) pembiayaan dibagi dalam dua jenis: 1.
Pembiayaan konsumtif, akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan.
2.
Pembiayaan produktif, digunakan untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi. Dalam pembiayaan ini, terdapat unsur pembiayaan modal kerja. Arifin (2006:201) menyatakan bahwa pembiayaan modal kerja terbagi dalam:
a.
Pembiayaan Likuiditas (cash financing); untuk kebutuhan yang timbul akibat terjadinya mismatched cash flow.
b.
Pembiayaan Piutang (receivable financing); pembiayaan yang dibutuhkan bagi perusahan yang menjual barangnya dengan kredit. Pembiayaan ini dapat menggunakan prinsip jual beli berupa murabahah, istishna ataupun bai’ as salam. Menurut jangka waktu penyaluran dana atau pembiayaan, dapat dibedakan
menjadi dua jenis: a.
Pembiayaan jangka waktu pendek, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu satu bulan sampai dengan satu tahun.
b.
Pembiayaan jangka waktu menengah, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu satu tahun sampai dengan lima tahun.
c.
Pembiayaan jangka waktu panjang, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu lebih dari lima tahun.
18
2.1.6 Pembiayaan Murabahah Salah satu bentuk pembiayaan perbankan syariah dalam bentuk akad jual beli adalah akad murabahah. Nurhayati dan Wasilah (2013:174) menjelaskan bahwa murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Pembayaran akad atas jual beli dapat dilakukan secara tunai (Bai’ Naqdan) atau tangguh (Bai’ Mu’ajjal / Bai’ Bi’tsaman Ajil). Nurhayati dan Wasilah (2013:177) menunjukkan bahwa terdapat dua jenis murabahah, diantaranya adalah: 1. Murabahah dengan pesanan (Murabaha to The Purchase Order) Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari pembeli. Murabahah dengan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang dipesannya dan tidak membatalkan pesanannya. Apabila aset murabahah yang telah dibeli penjual, dalam murabahah pesanan mengikat, mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli maka penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual dan akan mengurangi nilai akad. (1)
Penjual
Pembeli
(4) (5) (2)
(3) Produsen / supllier Sumber: Nurhayati dan Wasilah (2013:177)
Gambar 1 Skema Murabahah dengan Pesanan
19
Keterangan: (1) Melakukan akad murabahah (2) Penjual memesan dan membeli pada supplier atau produsen (3) Barang diserahkan dari produsen (4) Barang diserahkan kepada pembeli (5) Pembayaran dilakukan oleh pembeli 2. Murabahah tanpa pesanan yang bersifat tidak mengikat
Penjual
(1) (2) (3)
Pembeli
Sumber: Nurhayati dan Wasilah (2013:178)
Gambar 2 Skema Murabahah Tanpa Pesanan Keterangan: (1) Melakukan akad murabahah (2) Barang diserahkan kepada pembeli (3) Pembayaran dilakukan oleh pembeli
2.1.7 Debt to Equity Ratio (DER) Debt to equity ratio (DER) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, yang ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Menurut (Hanafi, 2008:41) penggunaan hutang (DER) yang tinggi akan meningkatkan profitabilitas, di lain pihak, hutang (DER) yang tinggi juga meningkatkan resiko. Jika pembiayaan murabahah tinggi maka pihak bank bisa memperoleh keuntungan yang tinggi
20
namun sebaliknya jika pembiyaan murabahah turun pihak bank terpaksa bisa mengalami kerugian karena adanya beban bunga yang harus dibayarkan. Menurut Andriyani (2008) debt to equity ratio (DER) dihitung dengan total hutang dibagi dengan total ekuitas. Rasio ini menunjukkan besarnya hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas operasionalnya. Debt to equity ratio (DER) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: DER =
Total Hutang x 100% Total Ekuitas
2.1.8 Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank adalah pelayanan masyarakat dan wadah perantara keuangan masyarakat. Karena itu bank harus selalu berada di tengah masyarakat agar arus uang dari masyarakat yang kelebihan dapat ditampung dan disalurkan pada masyarakat yang kekurangan. Kepercayaan masyarakat akan keberadaan bank dan keyakinan masyarakat bahwa bank akan menyelenggarakan sebaik-baiknya permasalahan keuangannya, merupakan suatu keadaan yang diharapkan oleh semua bank. Menurut UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah (Pasal 1) disebutkan bahwa,”Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh Nasabah kepada Bank Syariah dan/atau UUS berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dalam bentuk Giro, Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu”. Dana-dana masyarakat yang disimpan dalam bank merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan bank yang terdiri dari tiga jenis, yaitu: dalam bentuk giro, deposito, dan tabungan.
21
Dana Pihak Ketiga (DPK) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Dana Pihak Ketiga = Giro + Deposito + Tabungan 2.1.9 Financing to Deposit Ratio (FDR) Financing to deposit ratio (FDR) adalah seberapa besar dana pihak ketiga bank syariah dilepaskan untuk pembiayaan. Financing to deposit ratio (FDR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas suatu bank atau mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan permohonan kredit atau pembiayaan dengan cepat. Financing to deposit ratio (FDR) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: FDR =
Total Pembiayaan X 100% Total Dana Pihak Ketiga
2.1.10 Current Ratio (CR) Current ratio (CR) perbandingan antara aktiva lancar dengan utang lancar. Rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntunan dari kreditor jangka pendek di penuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang. Menurut Sawir (2009:10) current ratio (CR) yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio (CR) yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba perusahaan. Adapun dalam membandingkan aktiva lancar dengan utang lancar menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut: CR =
Alat Likuid X 100% Utang Lancar
22
Menurut Taswan (2010:264) perhitungan current ratio (CR) dapat dibagi menjadi beberapa kriteria likuiditas seperti yang terdapat dalam tabel 3 berikut: Tabel 3 Kriteria Current Ratio Bank Rasio CR Predikat Likuiditas (CR) 4,05 atau lebih Sehat 3,30-< 4,05 Cukup Sehat 2,55-< 3,30 Kurang Sehat Lebih kecil dari 2,55 Tidak Sehat Sumber: Taswan (2010:264)
2.1.11 Return On Assets (ROA) Return on assets (ROA) merupakan rasio untuk mengukur tingkat laba terhadap aset yang digunakan dalam menghasilkan laba. Atau dengan kata lain, return on assets (ROA) adalah indikator suatu unit usaha untuk memperoleh laba atas sejumlah aset yang dimiliki oleh unit usaha tersebut. Return on assets (ROA) dapat diperoleh dengan cara menghitung perbandingan antara laba setelah pajak dibagi dengan total asset. Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut: ROA =
Laba Sebelum Pajak X 100% Total Aset
2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu digunakan sebagai perbandingan dengan penelitian sekarang. Diantaranya adalah Wibowo (2007) yang menjelaskan hasil penelitiannya terkait dengan Pengaruh Rasio Keuangan Bank terhadap Keputusan Pembiayaan Bank Syariah. Peneliti menggunakan beberapa faktor internal bank seperti Loan to Assets Ratio (LAR), Rate of Return on Loan Ratio (RLR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Assets Ratio, Assets Utilization Ratio (AUR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Loan to Deposit Ratio (LDR). Hasil penelitian menunjukkan
23
bahwa Assets Ratio, LAR, RLR, dan CAR memiliki pengaruh yang negatif terhadap pembiayaan. Sedangkan AUR, DPK dan LDR memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pembiayaan. Adapun penelitian Arbaian (2008) yang menjelaskan Pengaruh Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio, Total Debt To Equity Ratio, Quick Liabilities To Networking, Profit Margin dan Return On Equity terhadap Pembiayaan Murabahah pada PT. Bank Negara Indonesia cabang Syariah Medan. Menunjukkan bahwa variabel Quick Ratio, Cash Ratio, Total Debt To Equity Ratio, Quick Liabilities To Networking dan Profit Margin berpengaruh negatif dan tidak siginifikan terhadap pembiayaan murabahah. Serta Return On Equity berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pembiayaan murabahah. Sedangkan Current Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah. Adapun Maula (2009) yang menjelaskan Pengaruh Simpanan (DPK), Modal Sendiri, Marjin Keuntungan dan NPF terhadap Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah Mandiri menunjukkan bahwa variabel simpanan (DPK) berpengaruh negatif terhadap pembiayaan murabahah. Untuk Modal sendiri dan marjin keuntungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah. Untuk NPF berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah. Selain itu Utami (2010) dalam penelitiannya juga menjelaskan analisis pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Asset Turnover dan Return On Assets (ROA) terhadap pembiayaan
24
murabahah PT. Bank Syariah Mandiri cabang Stabat Langkat. Menunjukkan bahwa secara menyeluruh (simultan) tidak berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah. Dan dari pengujian secara individu (parsial) menunjukkan hasil bahwa hanya NPM yang secara individu (parsial) berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah, sedangkan CR, DER, Asset Turnover dan ROA secara individu tidak berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah. Sedangkan Munandar (2009) memaparkan tentang Analisis Dana Pihak Ketiga (DPK), Loan To Deposit Ratio (LDR) dan Return On Assets (ROA) Terhadap Pembiayaan pada Bank Mandiri Syariah. Hasilnya yaitu variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Loan To Deposit Ratio (LDR) dan Return On Assets (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran pembiayaan. Penelitian Pratami (2011) mengutarakan Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF) dan Return On Assets (ROA) Terhadap Pembiayaan Pada Perbankan Syariah (Studi Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia Periode 2001-2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa DPK berpengaruh positif signifikan terhadap pembiayaan. Sedangkan CAR, NPF dan ROA tidak berpengaruh terhadap pembiayaan. Namun secara simultan semua variabel yakni DPK, CAR, NPF, dan ROA berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan. Andraeny (2011) melakukan penelitian tentang analisis pengaruh dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil dan non performing financing terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil pada perbankan syariah di Indonesia dengan menggunakan data runtut waktu (time series) bulanan yang diperoleh dari Statistik
25
Perbankan Syariah Bank Indonesia, mulai Januari 2006 hingga Desember 2010 sehingga data yang dianalisis sebanyak 60 observasi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji signifikansi pengaruh dana pihak ketiga (DPK), tingkat bagi hasil (TBH) dan non performing financing (NPF) terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil pada Perbankan Syariah di Indonesia. Hasilnya menunjukkan DPK dan TBH memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil pada perbankan syariah di Indonesia. Sedangkan NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil pada perbankan syariah di Indonesia. Penelitian Prastanto (2013) memaparkan tentang Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Murabahah Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia. Dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa secara simultan FDR, NPF, DER, QR dan ROE berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah. Secara parsial variabel FDR, QR, dan ROE berpengaruh positif terhadap pembiayaan murabahah. Sedangkan untuk variabel NPF dan DER berpengaruh negatif terhadap pembiayaan murabahah.
2.3
Perumusan Hipotesis
2.3.1 Pengaruh DER Terhadap Pembiayaan Murabahah Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
seluruh
kewajibannya,
yang
ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang.
Semakin
besar
pembiayaan
murabahah
yang
disalurkan
akan
26
meningkatkan pertumbuhan laba bank umum syariah dan unit usaha syariah semakin baik. Menurut Hanafi (2008:41) penggunaan hutang (DER) yang tinggi akan meningkatkan profitabilitas, di lain pihak, hutang (DER) yang tinggi juga meningkatkan resiko. Jika pembiayaan murabahah tinggi maka bank umum syariah dan unit usaha syariah bisa memperoleh keuntungan yang tinggi namun sebaliknya jika pembiyaan murabahah turun bank umum syariah dan unit usaha syariah terpaksa bisa mengalami kerugian karena adanya beban bunga yang harus dibayarkan. Pada penelitian Hilmi (2010) menyebutkan bahwa hutang itu mengandung risiko, yaitu semakin tinggi risiko suatu perusahaan, semakin tinggi tingkat profitabilitas yang diharapkan sebagai imbalan terhadap tingginya risiko dan sebaliknya semakin rendah risiko perusahaan, semakin rendah tingkat profitabilitas yang diharapkan sebagai imbalan terhadap rendahnya risiko. Penggunaan hutang bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah mempunyai tiga konsekwensi. Pertama, pemberi kredit akan menitik beratkan pada besarnya jaminan atas kredit yang diberikan. Kedua, dengan menggunakan dana hutang, maka apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya maka pemilik perusahaan keuntungannya akan meningkat. Ketiga, dengan penggunaan hutang, pemilik mendapatkan dana tanpa kehilangan pengendalian pada perusahaan. Menurut Sutrisno (2009:217) semakin besar tingkat hutang, akan semakin besar besar jumlah hutang yang digunakan, dan semakin besar risiko bisnis yang
27
dihadapi terutama apabila kondisi perekonomian memburuk. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1: debt to equity ratio (DER) berpengaruh positif terhadap pembiayaan murabahah pada perbankan syariah di Indonesia. 2.3.2 Pengaruh
Dana
Pihak
Ketiga
(DPK)
Terhadap
Pembiayaan
Murabahah Pertumbuhan bank sangat dipengaruhi oleh kemampuan suatu bank untuk menghimpun dana masyarakat. Baik berskala kecil maupun sebaliknya dengan masa pengendapan yang memadai. Secara operasional perbankan, dana pihak ketiga (DPK) merupakan sumber likuiditas untuk penyaluran pembiayaan pada Bank Umum Syariah. Semakin besar sumber dana (simpanan) yang ada maka bank akan dapat menyalurkan pembiayaan semakin besar pula, sehingga dana pihak ketiga (DPK) yang dimiliki bank akan meningkat. Hal tersebut didukung oleh penelitian Pratami (2011) menyatakan bahwa dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2: dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh positif terhadap pembiayaan murabahah pada perbankan syariah di Indonesia. 2.3.3 Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) Terhadap Pembiayaan Murabahah Financing to deposit ratio (FDR) adalah perbandingan antara pembiayaan yang diberikan dengan dana yang diterima bank. Financing to deposit ratio (FDR) ini menjadi salah satu rasio likuiditas bank yang berjangka waktu agak panjang.
28
Semakin tinggi financing to deposit ratio (FDR) maka pembiayaan yang disalurkan juga semakin meningkat. Demikian sebaliknya, jika terjadi penurunan financing to deposit ratio (FDR) maka pembiayaan yang disalurkan juga mengalami penurunan. Sehingga financing to deposit ratio (FDR) juga berpengaruh positif terhadap pembiayaan murabahah. Hal tersebut didukung oleh penelitian Prastanto (2013) dengan hasil penelitian yang menunjukkan financing to deposit ratio (FDR) berpengaruh positif terhadap pembiayaan murabahah. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H3: financing to deposit ratio (FDR) berpengaruh positif terhadap pembiayaan murabahah pada perbankan syariah di Indonesia. 2.3.4 Pengaruh Current Ratio (CR) Terhadap Pembiayaan Murabahah Current ratio (CR) merupakan ukuran perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, rasio tersebut merupakan rasio likuiditas. Bila dilihat dari perspektif dalam hal kemampuan membayar kewajiban jangka pendek current ratio (CR) yang rendah biasanya dianggap tidak mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya karena menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi. Kondisi sebaliknya current ratio (CR) yang tinggi membuat perusahaan dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan mempunyai cukup dana tersedia yang dapat digunakan untuk pembiayaan. Hal tersebut didukung oleh penelitian Arbaian (2008) dengan hasil penelitian yang menunjukkan current ratio (CR) berpengaruh positif terhadap pembiayaan. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H4: current ratio (CR) berpengaruh positif terhadap pembiayaan murabahah pada perbankan syariah di Indonesia.
29
2.3.5 Pengaruh Return on Assets (ROA) Terhadap Pembiayaan Murabahah Return on assets (ROA) merupakan suatu pengukuran kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Apabila return on assets (ROA) suatu bank semakin besar, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik posisi bank tersebut dari segi pengamanan aset. Semakin besar tingkat keuntungan return on assets (ROA) yang didapat oleh bank, maka semakin besar pula upaya manajemen menginvestasikan
keuntungan
tersebut
dengan
berbagai
kegiatan
yang
menguntungkan manajemen, terutama dangan penyaluran pembiayaan. Selain itu semakin besar suatu bank menghasilkan laba, berarti bank sudah efektif dalam mengelola asetnya. Hal tersebut didukung oleh penelitian Munandar (2009) yang menunjukkan return on assets (ROA) berpengaruh positif terhadap pembiayaan. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H5: return on assets (ROA) berpengaruh positif terhadap pembiayaan murabahah pada perbankan syariah di Indonesia. Berdasarkan model pemikiran teoritis diatas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1:
debt to equity ratio (DER) berpengaruh positif terhadap pembiayaan murabahah pada perbankan syariah di Indonesia
H2:
dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh positif terhadap pembiayaan murabahah pada perbankan syariah di Indonesia
30
H3:
financing to deposit ratio (FDR) berpengaruh positif terhadap pembiayaan murabahah pada perbankan syariah di Indonesia
H4:
current ratio (CR) berpengaruh positif terhadap pembiayaan murabahah pada perbankan syariah di Indonesia
H5:
return on assets (ROA) berpengaruh positif terhadap pembiayaan murabahah pada perbankan syariah di Indonesia
2.4 Kerangka Pemikiran Pembiayaan murabahah menjadi pembiayaan yang mendominasi pembiayaan di bank syariah, karena dipengaruhi oleh banyak faktor. Diantara sekian banyak faktor, beberapa faktor yang diduga berpengaruh adalah debt to equity ratio (DER), dana pihak ketiga (DPK), financing to deposit ratio (FDR), current ratio (CR), dan return on assets (ROA). Berdasarkan pada pengembangan model penelitian diatas, dan penelitian terdahulu, dapat diketahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan murabahah adalah debt to equity ratio (DER), Dana Pihak Ketiga (DPK), financing to deposit ratio (FDR), current Ratio (CR), dan return on assets (ROA). Maka rerangka pemikiran teoritis pada skripsi ini adalah sebagai berikut:
31
debt to equity ratio (DER) dana pihak ketiga (DPK) financing to deposit ratio (FDR)
pembiayaan murabahah
current ratio (CR) return on assets (ROA) Gambar 3 Kerangka Pemikiran Keterangan: : Uji variabel secara Parsial (Nilai t hitung)