BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Klasifikasi Kendaraan
Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga, yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang jenis kendaraan dapat dilihat sebagai berikut: 1. Mobil Penumpang (Passenger Car) Jenis kendaraan pribadi dengan daya angkut lebih kecil dari 12 orang, termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-lain. 2. Mobil Bus (Bus) Semua jenis kendaraan penumpang yang daya angkutnya lebih besar dari 12 orang, termasuk di dalamnya Pick Up. 3. Mobil Gerobak (Truk Wagon) Semua jenis truk yang mempunyai roda 4 ke atas, termasuk mobil tangki. 4. Sepeda Motor (Motor Cycle) Semua jenis kendaraan bermotor beroda 2, seperti Honda, Yamaha, Suzuki, Vespa dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Klasifikasi Fungsi Jalan
Dalam UU No.13/1980 dan PP No.26/1985, dijelaskan mengenai penyusunan dan penetuan fungsi jalan. Seperti jaringan primer disusun mengikuti Tata Ruang dan Struktur Pengembangan Wilayah Tingkat Nasional yang menghubungkan simpulsimpul distribusi. Sedangkan jaringan sekunder disusun mengikuti ketentuan Pengaturan Tata Ruang Kota yang menghubungkan kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi primer kesatu, kedua, ketiga, dan seterusnya sampai ke perumahan. Jaringan primer atau sekunder dikelompokkan menurut peranan atau fungsi, yakni jalan arteri, kolektor dan lokal. 1. Jalan Arteri adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-ratanya maksimum (kecepatan rencana > 60 km/jam, lebar badan jalan minimum = 8 meter) dan jumlah masuk dibatasi secara efisien. Jalan arteri primer yaitu jalan yang menghubungkan ibukota provinsi dengan jalan lain yang strategis terhadap kepentingan nasional. 2. Jalan Kolektor adalah jalan yang melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang (kecepatan rencana 40-60 km/jam, lebar badan jalan minimum = 7 meter), dengan jumlah jalan masuk semi dibatasi. Jalan kolektor primer yaitu jalan yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten atau kotamadya terhadap kepentingan provinsi. 3. Jalan Lokal adalah jalan yang melayani angkutan setempat atau lokal dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, dengan kecepatan rata-rata rendah (kecepatan rencana 20-40 km/jam, lebar badan jalan minimum = 7 meter) dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
Universitas Sumatera Utara
Menurut PP No. 26/1985, wewenang pembinaan jalan dikelompokkan menjadi Jalan Nasional, Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten/Kotamadya, Jalan Khusus. 1. Jalan Nasional termasuk jalan arteri primer, jalan kolektor primer, yang menghubungkan antara ibukota propinsi dan jalan lain yang mempunyai nilai yang strategis terhadap kepentingan nasional. 2. Jalan Propinsi termasuk jalan kolektor primer yang menghubungkan ibukota propinsi dengan ibukota kabupaten atau kotamadya dan jalan lain yang mempunyai kepentingan strategis terhadap kepentingan propinsi. 3. Jalan Kabupaten/Kotamadya termasuk jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan propinsi, jalan lokal primer dan jalan lain yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan propinsi. 4. Jalan Khusus adalan jalan yang dibangun dan dipelihara oleh instansi atau perorangan untuk melayani kepentingan mereka masing-masing.
2.3
Kewajiban yang Harus Ditaati oleh Pengemudi Kendaraan Bermotor
Kewajiban yang harus ditaati oleh pengemudi kendaraan bermotor antara lain: 1. Pengemudi kendaraan bermotor yang terlibat peristiwa kecelakaan lalu-lintas wajib: a. menghentikan kendaraannya, b. menolong orang yang menjadi korban kecelakaan dan c. melaporkan kecelakaan tersebut kepada Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia terdekat.
Universitas Sumatera Utara
2. Apabila pengemudi kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada no.1 oleh karena keadaan memaksa tidak dapat melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada no. 1 huruf a dan b, kepadanya tetap diwajibkan segera melaporkan diri kepada Pejabat Polisi Republik Indonesia terdekat. 3. Pengemudi kendaraan bermotor bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang atau pemilik barang atau pihak ketiga, yang timbul karena kelalaian atas kesalahan pengemudi dalam mengemudikan kendaraan bermotor, (dikutip dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1992 Tentang Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan Beserta Peraturan Pelaksananya PP No.41, 42, 43 dan 44 Tahun 1993 halaman 10-11).
2.4
Pengertian Kecelakaan Lalu-Lintas
Menurut buku Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1992 Tentang Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan Beserta Peraturan Pelaksananya, PP Nomor 41, 42, 43 dan 44 Tahun 1993 (dikutip dari halaman 174 pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tentang Prasarana Lalu-Lintas), kecelakaan lalu-lintas adalah : suatu peristiwa di jalan yang tidak ada sangka-sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan atau pemakai jalan lainnya, mengakibatkan korban jiwa atau kerugian lainnya.
Di dalam buku tersebut, korban kecelakaan lalu-lintas dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Korban meninggal
Universitas Sumatera Utara
Korban meninggal adalah korban yang sudah dipastikan meninggal sebagai akibat kecelakaan lalu-lintas dalam jangka waktu paling lama tiga hari setelah kecelakaan tersebut.
2. Korban luka berat Korban luka berat adalah korban yang karena luka-lukanya menderita cacat tetap atau dirawat dalam jangka waktu lebih dari tiga puluh hari sejak terjadinya kecelakaan.
3. Korban luka ringan Korban luka ringan adalah korban yang tidak termasuk dalam pengertian korban meninggal dan korban luka berat.
2.5 Jenis dan Bentuk Kecelakaan
Kecelakaan lalu-lintas dapat digolongkan atas tiga jenis menurut akibat dari kecelakaan tersebut, yaitu: 1. Kecelakaan dengan korban meninggal 2. Kecelakaan dengan korban luka-luka 3. Kecelakaan dengan kerugian dan kerusakan kendaraan
Sedangkan pelanggaran antara kendaraan bermotor dapat diklasifikasikan menurut bentuk kejadian kecelakaannya, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Tabrakan depan, yaitu dua kendaraan yang tabrakan dengan berlawanan arah. 2. Tabrakan sudut atau samping, yaitu tabrakan antara dua kendaraan yang bergerak dalam dua arah yang berbeda dan bukan berlawanan. 3. Tabrakan depan belakang, tabrakan yang terjadi pada dua buah kendaraan yang sedang berjalan pada arah yang sama. 4. Tabrakan sisi, yaitu sebuah kendaraan yang dilanggar oleh kendaraan lain dari samping pada waktu berjalan di jalan yang sama atau berlawanan, biasanya terjadi pada jalur yang berbeda. 5. Tabrakan belakang, kendaraan yang mundur sehingga menabrak kendaraan yang ada di belakangnya.
2.6
Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu-Lintas
Pada umumnya kecelakaan lalu-lintas diakibatkan oleh kombinasi beberapa faktor pendukung antara lain, yaitu: 1. Pelanggaran atau tindakan yang berbahaya oleh pengemudi. 2. Karena pejalan kaki (menyeberang jalan tidak hati-hati). 3. Kesalahan kendaraan (tanpa rem yang baik, tanpa lampu penerangan, tanpa lampu tanda berbahaya). 4. Kesalahan jalan (melewati jalur lawan). 5. Karena cuaca buruk (hujan, kabut, jalan licin).
Universitas Sumatera Utara
Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa kecelakaan lalu-lintas merupakan wujud kegagalan dalam interaksi perjalanan dari pengemudi, pejalan kaki, kendaraan, jalan dan cuaca.
Universitas Sumatera Utara