BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Kasmir (2015:23) menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan laporan yang menunjukkan kondisi perusahaan saat ini. Kondisi perusahaan terkini maksudnya adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laporan laba rugi). Di samping itu, kita akan mengetahui posisi perusahaan terkini setelah menganalisis laporan keuangan. Munawir (2002:19) menjelaskan bahwa laporan keuangan bersifat historis, menyeluruh dan merupakan suatu progress report, yang merupakan hasil kombinasi antara fakta yang tercatat, prinsip-prinsip dan anggapan serta konvensi atau kebiasaan-kebiasaan dalam akuntansi, dan pendapat pribadi (personal judgement). 2. Tujuan Laporan Keuangan Prastowo dan Juliaty (2005:5) menjelaskan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
9
10
Kasmir (2015:10) menjelaskan bahwa laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada periode tertentu. Laporan keuangan juga dapat disusun secara mendadak sesuai kebutuhan perusahaan maupun secara berkala. Berikut ini beberapa tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan yaitu : 1) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan pada saat ini. 2) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini. 3) Memberikan tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu. 4) Memberikan informasi tentang ju(2015mlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu. 5) Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan. 6) Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode. 7) Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.
3. Pengguna Laporan Keuangan Kasmir (2015:18) seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, laporan keuangan disususn berdasarkan berbagai tujuan. Tujuan utamanya adalah untuk kepentingan pemilik dan manajemen perusahaan dan memberikan informasi kepada berbagai
11
pihak yang sangat berkepentingan terhadap perusahaan. Pembuatan dan penyusunan laporan keuangan ditujukan untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak, baik pihak intern maupun ektern perusahaan. Berikut adalah masingmasing pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan, antara lain : 1) Pemilik Pada saat ini adalah mereka yang memiliki usaha tersebut. Hal ini tercermin dari kepemilikan saham yang dimilikinya. Kepentingan bagi para pemegang saham yang merupakan pemilik perusahaan terhadap hasil laporan keuangan yang telah dibuat adalah : a. Untuk melihat kondisi dan posisi perusahaan saat ini. b. Untuk melihat perkembangan dan kemajuan perusahaan dalam suatu periode. Kemajuan dilihat dari kemampuan manajemen dalam menciptakan laba dan pengembangan aset perusahaan. Dari laporan ini pemilik dapat menilai kedua hal tersebut apakah ada perubahan atau tidak. Kemudia, jika memperoleh laba, pemilik akan tau berapa dividen yang akan diperolehnya. c. Untuk menilai kinerja manajemen atas target yang telah ditetapkan. Artinya penilaian diberikan untuk manajemen perusahaan ke depan, apakah perlu pergantian manajemen atau tidak. Kemudian, disusun rencana berikutnya untuk menentukan langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan, baik penambahan maupun perbaikan. 2) Manajemen Kepentingan pihak manajemen perusahaan terhadap laporan keuangan perusahaan yang mereka juga buat juga memiliki arti tertentu. Bagi pihak manajemen laporan
12
keuangan yang dibuat merupakan cermin kinerja mereka dalam suatu periode tertentu. Berikut ini nilai penting laporan keuangan bagi manajemen. a. Dengan laporan keuangan yang dibuat, manajemen dapat menilai dan mengevaluasi kinerja mereka dalam suatu periode, apakah telah mencapai target atau tujuan yang telah ditetapkan atau tidak. b. Manajemen juga akan melihat kemampuan mereka mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki perusahaan yang ada selama ini. c. Laporan keuangan dapat digunakan untuk melihat kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan saat ini sehingga dapat menjadi dasar pengambilan keputusan dimasa yang akan datang. d. Laporan keuangan dapat digunakan untuk mengambil keputusan keuangan ke depan berdasarkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan, baik dalam hal perencanaan, pengawasan, dan pengendalian ke depan sehingga target-target yang diinginkan dapat tercapai. 3) Kreditor Kreditor adalah pihak penyandang dana bagi perusahaan. Artinya pihak pemberi dana seperti bank atau lembaga keuangan lainnya. Kepentingan pihak kreditor terhadap laporan keuangan perusahaan adalah dalam hal memberi pinjaman atau pinjaman yang telah berjalan sebelumnya. Kepentingan pihak kreditor antara lain sebagai berikut. a. Pihak kreditor tidak ingin usaha yang dibiayainya mengalami kegagalan dalam hal pembayaran kembali pinjaman tersebut (macet). Oleh karena itu, pihak
13
kreditor sebelum mengucurkan kreditnya, terlebih dulu melihat kemampuan perusahaan untuk membayarnya. b. Pihak kreditor juga perlu memantau terhadap kredit yang sudah berjalan untuk melihat kepatuhan perusahaan membayar kewajibannya. Oleh karena itu, kelayakan usaha yang akan dibiayai dan besarnya jumlah pinjaman yang disetujui akan tergambar dari laporan keuangan yang dibuat. c. Pihak kreditor juga tidak ingin kredit atau pinjaman yang diberikan justru menjadi beban nasabah dalam pengembaliannya apabila ternyata kemampuan perusahaan di luar dari yang diperkirakan. 4. Pemerintah Pemerintah juga memiliki nilai penting atas laporan keuangan yang dibuat perusahaan. Bahkan pemerintah melalui departmen keuangan mewajibkan kepada setiap perusahaanuntuk menyususn dan melaporkan keuangan perusahaan secara periodik. Arti penting laporan keuangan bagi pihak pemerintah adalah : a. Untuk menilai kejujuran perusahaan dalam melaporkan seluruh keuangan perusahaan yang sesungguhnya. b. Untuk mengetahui kewajiban perusahaan terhadap negara dari hasil laporan keuangan yang dilaporkan. Dari laporan ini akan terlihat jumlah pajak yang harus dibayar kepada negara secara jujur dan adil. 5. Investor Investor adalah pihak yang hendak menanamkan dana di suatu perusahaan. Jika suatu perusahaan memerlukan dana untuk memperluas usaha atau kapasitas usahanya di samping memperoleh pinjaman dari lembaga keuangan seperti bank
14
dapat pula diperolehdari para investor melalui penjualan saham. Bagi investor yang ingin menanamkan dananya dalam suatu usaha sebelum memutuskan untuk membeli saham, perlu mempertimbangkan banyak hal secara matang. 1. Komponen Laporan Keuangan Menurut Hanafi dan Halim (2009:50) laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan terdiri dari komponen-komponen berikut in a) Neraca Untuk memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, dan modal sendiri dari suatu entitas atau perusahaan. Informasi tersebut diringkas dalam neraca. Dengan demikian neraca meringkas dengan posisi keuangan suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Neraca menampilkan sumber daya ekonomis (aset), kewajiban ekonomis (utang), modal saham, dan hubungan antar item tersebut.
b) Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi meringkaskan hasil dari kegiatan perusahaan selama periode akuntansi tertentu. Laporan ini sering dipandang sebagai laporan akuntansi yang paling penting dalam laporan tahunan. Disamping itu perusahaan mungkin memutuskan untuk mrnghentikan lini bisnis tertentu, melakukan perubahan metode akuntansi. Aktivitas-aktivitas ini perlu dilaporkan dengan semestinya agar pembaca laporan keuangan memperoleh informasi yang relevan. Laporan keuangan diharapkan bisa memberikan informasi yang berkaitan dengan tingkat
15
keuntungan (Return on Investment), risiko,fleksibilitas keuangan, dan kemampuan oprasional perusahaan. c) Laporan Aliran Kas Untuk memberikan informasi mengenai penerimaan dan pembayaran kas perusahaan selama periode tertentu. salah satu tujuan pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai aliran dana perusahaan. Laporan aliran kas bertujuan untuk memcapai tujuan ini. Lebih jauh lagi, laporan keuangan bisa memberi informasi mengenai likuiditas perusahaan, fleksibilitas keuangan perusahaan, dan kemampuan oprasional perusahaan. 2.1.2 Analisis Laporan keuangan 1. Definisi Analisis Laporan Keuangan Menurut Hanafi dan Halim (2009:5) analisi terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Dengan tersediannya program-program komputer, seperti spreadsheetatau progam-progam akuntansi, atau program-progam yang khusus ditulis untuk tujuan laporan keuangan, perhitungan rasio-rasio keuangan menjadi hal yang mudah dilakukan, dan bisa dilakukan secara rutin. Menurut Kasmir (2015:66) definisi analisis laporan keuangan ialah: “Laporan keuangan yang disusun berdasarkan data yang relevan, serta dilakukan dengan prosedur akuntansi dan penilaian yang benar, akan terlihat kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Kondisi keuangan yang dimaksud adalah
16
diketahuinya berapa jumlah harta (kekayaan), kewajiban (utang), serta modal (ekuitas) dalam neraca yang dimiliki. Dengan demikian, dapat diketahui bagaimana hasil usaha (laba atau rugi) yang diperoleh selama periode tertentu dari laporan laba rugi yang disajikan ”. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa definisi dari analisis laporan keuangan yaitu suatu teknik analisis terhadap kondisi laporan keuangan perusahaan selama periode tertentu sebagai langkah pertimbangan dalam pengambilan keputusan. 2.
Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Menurut Hanafi dan Halim (2009:6) Tujuan analisis laporan keuangan pada dasarnya ingin bertanya “Apa yang akan diperoleh dari analisi keuangan yang dilakukan?” Tujuan ini akan menentukan arah analisis, batasan-batasan dalam analisis, dan hasil yang diharapkan. Berikut ini beberapa contoh tujuan analisis keuangan.
1) Investasi Pada Saham Sertifikat saham merupakan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Investor bisa membeli, menahan, dan kemudian menjual saham tersebut. Membeli dan menahan saham berarti investor memiliki perusahaan tersebut dan berhak atas laba perusahaan, meskipun juga berarti berhak atas rugi yang diperoleh perusahaan (apabila rugi). Menjual saham berarti melepas kepemilikan perusahaan dan dengan demikian melepas hak-hak yang melekat pada saham. 2) Pemberian Kredit
17
Dalam analisis ini, yang menjadi tujuan pokok adalah menilai kemampuan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman yang diberikan beserta bunga yang berkaitan dengan pinjaman tersebut. Pihak pemberi pinjaman (kreditor) memperoleh keuntungan dari bunga yang dibebankan atas pinjaman tersebut. Pihak peminjam juga harus memperoleh kembali pinjaman pokoknya, dengan dibayar langsung pada akhir periode pinjaman (pada waktu jatuh tempo) atau dibayar dengan angsuran. 3) Kesehatan Pemasok (Supplier) Perusahaan yang tergantung pada “supply” pemasok akan mempunyai kepentingan pada pemasok tersebut. Perusahaan ingin memastikan bahwa pemasok tersebut sehat dan bisa bertahan terus. Dengan kemungkinan kerja sama yang terus menerus, analisis dari pihak perusahaan akan berusaha menganalisis profitabilitas perusahaan pemasok, kondisi keuangan, kemampuan untuk menghasilkan kas untuk memenuhi operasi sehari-harinya, dan kemampuan membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo. 4) Kesehatan Pelanggan (Customer) Apabila perusahaan akan memberikan penjualan kredit terhadap pelanggan maka perusahaan memerlukan informasi keuangan pelanggan, terutama informasi mengenai kemampuan pelanggan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Analisis yang dilakukan akan tergantung pada besarnya kredit, jangka waktu kredit, jenis usaha pelanggan, besar kecilnya pelanggan dan lain-lain. 5) Kesehatan Perusahaan Ditinjau dari Karyawan
18
Karyawan atau calon karyawan akan tertarik menganalisis keuangan perusahaan untuk memastikan apakah perusahaan atau perusahaan yang akan dimasuki tersebut mempunyai prospek keuangan yang bagus. Beberapa faktor yang bisa dianalisis antara lain profitabilitas perusahaan, kondisi keuangan perusahaan, dan kemampuan menghasilkan kas dari perusahaan (cash generating ability) 6) Pemerintah Pemerintah bisa menganalisis keuangan perusahaan untuk menentukan besarnya pajak yang dibayarkan, atau menentukan tingkat keuntungan yang wajar bagi suatu industri. Bagi industri yang diatur, tingkat keuntungan biasanya ditentukan oleh pemerintah dengan menambahkan sejumlah presentasi tertentu diatas biaya modalnya. 7) Analisis Internal Pihak internal perusahaan sendiri (seperti pihak manajemen) akan memerlukan informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan untuk menentukan sejauh mana perkembangan perusahaan. Informasi semacam ini bisa digunakan sebagai basis evaluasi prestasi manajemen. Bagi pihak manajemen, informasi keuangan tertentu bisa digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan, untuk perencanaan atau untuk mengevaluasi perubahan strategi. 8) Analisis Pesaing Kondisi keuangan pesaing bisa dianalisis oleh perusahaan untuk menentukan sejauh mana kekuatan pesaing. Informasi semacam ini bisa dipakai untuk penentuan strategi perusahaan seperti strategi harga, strategi merebut pangsa pasar, atau keputusan-keputusan lainnya.
19
9) Penilaian Kerusakan Analisi keuangan juga bisa dipakai untuk menetukan besarnya kerusakan yang dialami oleh perusahaan. Misalkan barang dagangan perusahaan terbakar dan perusahaan mengansurasikan barang dagangan tersebut, analisis keuangan bisa dipakai oleh pihak asuransi untuk menentukan besarnya kerusakan yang dialami oleh perusahaan. Setelah analisis mengidentifikasi tujuan dari analisis keuangan, ia bisa merumuskan arah dan lingkup analisisnya.
2.1.3 1.
Analisis Rasio Keuangan
Definisi Analisi Rasio Keuangan
Menurut James C Van Home yang dikutip oleh Kamir (2015:104) merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan. Menurut Hanafi dan Halim (2009:74), pada dasarnya analisis rasio bisa dikelompokkan ke dalam empat macam kategori, yaitu: a.
Rasio Likuiditas
Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. b.
Rasio Aktivitas
Rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset dengan melihat tingkat aktivitas aset.
20
c.
Rasio Solvabilitas
Rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya. d.
Rasio Profitabilitas
Rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profitabilitas). 2.1.4 1.
Kebangkrutan
Definisi Kebangkrutan
Kesulitan usaha merupakan kondisi kontinum mulai dari kesulitan keuangan yang ringan (seperti masalah likuiditas), sampai pada kesulitan yang lebih serius, yaitu tidak solvabel (utang kebih besar dibandingkan aset). Pada kondisi ini perusahaan praktis bisa dikatakan sudah bangkrut, Hanafi (2010:638). Menurut Mahmud Hanafi (2008:638) pengertian kebangkrutan bisa dilihat dari pendekatan aliran dan pendekatan stok. Dengan menggunakan pendekatan stok, perusahaan bisa dinyatakan bangkrut jika total kewajiban melebihi total aktiva. Dengan menggunakan pendekatan aliran, perusahaan akan bangkrut jika tidak bisa menghasilkan aliran kas yang cukup. 2.
Masalah Dalam Kebangkrutan
Menurut Hanafi dan Halim (2009:262) kesulitan keuangan jangka pendek bersifat sementara dan belum begitu parah. Tetapi kesulitan semacam ini apabila tidak ditangani bisa berkembang menjadi kesulitan tidak solvabel. Jika tidak solvabel, perusahaan bisa dilikuidasi atau direorganisasi. Likuidasi dipilih apabila nilai likuidasi lebih besar dibandingkan dengan nilai perusahaan kalau diteruskan. Reorganisai dipilih jika perusahaan masih menunjukkan prospek dan dngan
21
demikian nilai perusahaan jika diteruskan lebih besar dibandingkan nilai perusahaan kalau dilikuidasi. 3.
Alternatif Perbaikan Kesulitan Keuangan
Menurut Hanafi dan Halim (2009:262) Untuk memperbaiki kesulitan keuangan ada beberapa alternatif perbaikan kesulitan keuangan, diantaranya yaitu: a)
Pemecahan secara Informal Dilakukan apabila masalah belum begitu parah Masalah perusahaan hanya bersifat sementara, prospek masa depan masih bagus dengan cara: - Perpanjangan(Extention): dilakukan dengan memperpanjang jatuh tempo hutang-hutang. - Komposisi
(Composition):
dilakukan
dengan
mengurangi
besarnya tagihan. b) Pemecahan Secara Formal Dilakukan apabila masalah sudah parah, kreditur ingin mempunyai jaminan keamanan dengan cara: a. Apabila nilai perusahaan diteruskan > nilai perusahaan dilikuidasi Reorganisasi: dengan merubah struktur modal menjadi struktur modal yang layak. b. Apabila nilai perusahaan diteruskan < nilai perusahaan dilikuidasi Likuidasi: dengan menjual aset-aset perusahaan.
2.1.5
Analisis Altman Z-Score
22
1.
Jenis-jenis analisis AltmanZ-Score
Menurut Hanafi dan Halim (2009:274) Model prediksi kebangkrutan sudah dikembangkan ke beberapa negara. Altman (1983,1984) melakukan survei modelmodel yang dikembangkan di Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Swis, Brazil, Australia, Inggris, Irlandia, Kanada, Belanda, dan Perancis. Salah satu masalah yang bisa dibahas adalah apakah ada kesamaan rasio keuangan yang bisa dipakai untuk prediksi kebangkrutan untuk semua negara, atau kah mempunyai kekhususan. Tabel berikut ini menyajikan rasio-rasio keuangan komparatif untuk beberapa negara studi. Nilai Zi juga disajikan. Nilai tersebut dicari dengan persamaan diskriminan sebagai berikut ini :
Zi = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 Dimana: X1 = (Aktiva lancar – Hutang lancar) / Total Aktiva X2 = Laba yang Ditahan / Total Aset X3 = Laba sebelum Bunga dan Pajak / Total Aset X4 = Nilai pasar saham biasa dan preferen / Nilai buku total hutang X5 = Penjualan / Total Aset Namun, masalah lain yang perlu dipertimbangkan adalah banyak perusahaan yang tidak go public, dan dengan demikian tidak mempunyai nilai pasar. Untuk beberapa Negara seperti Indonesia, perusahaan semacam itu merupakan bagian
23
terbesar yang ada. Altman kemudian mengembangkan model alternative dengan menggantikan variabel X4 (Nilai pasar saham preferen dan biasa / nilai buku total hutang). Dengan cara demikian model tersebut bisa dipakai baik untuk perusahaan yang go public maupun yang tidak go public. Persamaan yang diperoleh dengan cara semacam itu adalah sebagai berikut. Zi = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,42 X4 + 0,998 X5 Model yang baru ini mempunyai kemampuan prediksi yang cukup baik (94% benar), sedangkan yang asli (95% benar). Dalam penelitian Joseph Calandro Jr (2007) menjelaskan bahwa rumus Z-Score dapat dimodifikasi untuk non-publicly held firms. Persamaannya diperoleh sebagai berikut.
Zi = 6,56 X1 + 3,26 X2 + 6,72 X3 + 1,05 X4 Dimana : X1 = working capital / total assets X2 = retained earning / total assets X3 = earning before interest and taxes / total assets X4 = net worth / total assets
2.
Definisi Analisis AltmanZ-Score
Menurut Hanafi dan Halim (2009:275) Analisis Altman Z-Score adalah alat / metode yang digunakan untuk memprediksi kondisi suatu perusahaan apakah dalam keadaan sehat, rawan bangkrut atau bangkrut serta menunjukkan performa
24
kinerja perusahaan. Altman menggunakan 5 rasio keuangan untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Metode ini diformulasikan sebagai berikut: Zi = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,10 X3 + 0,420 X4 + 0,998 X5 Dimana: X1 = (Aktiva lancar – Hutang lancar) / Total Aktiva X2 = Laba yang Ditahan / Total Aset X3 = Laba sebelum Bunga dan Pajak / Total Aset X4 = Nilai pasar saham biasa dan preferen / Nilai buku total hutang X5 = Penjualan / Total Aset 3.
Rasio-Rasio AltmanZ-Score
Rasio-rasiodalam Altman Z-Score ini masing-masing memberikan gambaran tersendiri mengenai perusahaan, yaitu: 1) Rasio Modal Kerjaterhadap Total Aktiva Rasio ini digunakan untuk mengukur likuiditas perusahaan. Aktiva likuid bersih atau modal kerja bersih adalah selisih antara total aktiva lancer dikurangi total kewajiban lancar. Apabila perusahaan mengalami kesulitan keuangan, modal kerja akan turun lebih cepat daripada total aktiva menyebabakan rasio ini turun. Modal kerjabersih yang negatif, kemungkinan besar akan menghadapi masalah dalam menutupi kewajiban jangkapendeknya karena tidak tersedianya aktiva lancar yang cukup untuk menutupi kewajiban tersebut. 2) Rasio Laba Ditahan terhadap Total Aktiva
25
Rasio laba ditahan terhadap total aktiva merupakan rasio profitabilitas dalam menghasilkan laba selama masa operasi perusahaan. Umur perusahaan berpengaruh terhadap rasio tersebut karena semakin lama perusahaan beroperasi, memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba ditahan. Semakin besar rasio ini, menunjukkan semakin besarnya peranan laba ditahan dalam membentuk dana perusahaan. Sebaliknya semakin kecil rasio ini, menunjukkan kondisi keuangan perusahaan yang tidak sehat.
3) Rasio Laba Sebelum Bunga dan Pajak terhadap Total Aktiva Rasio ini mengukur kemampuan laba, yaitu tingkat pengembalian aktiva yang dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak tahunan perusahaan dengan total aktiva pada nearca akhir tahun. Rasio ini juga dapat digunakan sebagai ukuran seberapa besar produktivitas penggunan dana yang dipinjam. 4) Rasio Nilai Pasar Modal terhadap Total Hutang Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibankewajiban jangka panjang dari nilai modal sendiri (saham biasa). Nilai pasar modal sendiri diperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham biasa yang beredar dengan harga pasar per lembar saham biasa. Nilai buku hutang diperoleh dengan menjumlahkan kewajiban lancer dengan kewajiban jangka panjang. Semakin kecil rasio ini, menunjukkan kondisi keuangan perusahaan yang tidaksehat. 5) Rasio Penjualan terhadap Total Aktiva
26
Rasio ini merupakan rasio aktivitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam meningkatkan volume penjualan. Rasio ini mencerminkan efisiensi manajemen dalam menggunakan keseluruhan aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan dan mendapatkan laba. Semakin rendah rasio ini, menunjukkan semakin
rendah tingkat pendapatan perusahaan, sehingga
menunjukkan kondisi keuangan perusahaan yang tidak sehat. 4.
Kriteria Altman Z-Score
Menurut Hanafi dan Halim (2005:288) Kriteria yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan ialah dengan memiliki skor Z > 2,99 didefinisikan sebagai perusahaan sehat, sedangkan perusahaan yang mempunyai skor Z < 1,81 didefinisikan sebagai perusahaan berpotensi bangkrut. Selanjutnya jika memiliki skor Z antara 1,81 sampai 2,99 didefinisikan perusahaan dalam kondisi rawan bangkrut.
2.1.6
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dapat dijadikan sumber dan bahan masukkan karena tema penelitian tersebut berkaitan dengan permasalahan yang sedang dibahas oleh penulis. Berikut penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan : 1. Penelitian Purnajaya, dan Merkusiwati (2014) “Analisis Komparasi Potensi Kebangkrutan Dengan Metode Altman Z-Score, Springate, dan Zmijewski “. Penelitian ini dilakukan untuk menguji suatu perusahaan apakah perusahaan tersebut mengalami bangkrut, rawan bangkrut atau dalam kondisi sehat pada industri kosmetik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan uji
27
dari penelitian ini diperoleh bahwa terdapat perbedaan potensi kebangkrutan industri kosmetik yang terdaftar di BEI dengan metode Z-Score, Springate, dan Zmijewski. Perbedaan rata-rata terlihat pada model Altman, sedangkan model Springate dan Zmijewski memiliki rata-rata potensi kebangkrutan yang sama. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu diatas antara lain: a. Meneliti perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. b. Meneliti kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan metode Altman Z-Score. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu diatas antara lain: a. Penelitian terdahulu menggunakan tiga metode yaitu : Altman Z-Score, Springate, dan Zmijewski. b. Observasai yang dilakukan peneliti terdahulu pada industri kosmetik sedangkan penelitian ini menggunakan industri tobacco. 2. Penelitian Marcelinda, Paramu, dan Puspitasari (2014) “ Analisis Akurasi Prediksi Kebangkrutan Model Altman Z-Sore Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia “. Berdasarkn hasil analisis dapat disimpulkan bahwa akurasi model Altman Z-Score dalam memprediksi tingkat kebangkrutan atau kesehatan keuangan perusahaan di indonesia relatif rendah. Hal ini mengimplikasikan bahwa model tersebut harus digunakan secara
behati-hati
dalam
memprediksi
kondisi
kesehatan
perusahaan di indonesia. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu diatas antara lain:
keuangan
28
a. Meneliti kebangkrutan suatu perusahaan dengan menggunakan metode Altman Z-Score. b.
Periode penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah selama tiga tahun.
c.
Meneliti perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu diatas antara lain : a.
Observasi yang dilakukan peneliti terdahulu pada perusahaan Manufaktur sedangkan penelitian ini menggunakan industri Tobacco.
3. Penelitian Prihanthini, dan Sari (2013) “ Prediksi Kebangkrutan Dengan Model Grover, Altman Z-Score, Springate, dan Zmijewski “. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis kebangkrutan, rawan bangkrut atau sehat pada suatu perusahaan dengan menggunakan tiga metode yaitu metode Altman Z-Score, Springate, dan Zmijewski. Hasil dari penelitian ini prediksi kebangkrutan tidak sepenuhnya tepat dalam memprediksi kebangkrutan, namun hasil tetap penting dilakukan untuk memberikan peringatanperingatan dini tentang adanya sinyal-sinyal kesulitan keuangan pada suatu perusahaan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu diatas antara lain: a. Meneliti perusahan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. b. Meneliti kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan metode Altman Z-Score.
29
Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu diatas antara lain : a. Penelitian terdahulu menggunakan tiga metode yaitu Altman Z-Score, Springate, dan Zmijewski. b.
Observasi yang dilakukan peneliti terdahulu pada perusahaan Food and Beverage sedangkan penelitian ini menggunakan industri Tobacco.
c.
Periode peneliti ini adalah selama tiga tahun yaitu 2012 – 2014, sedangkan penelitian sebelumnya selama lima tahun yaitu 2008 – 2012.
4. Penelitian Lisdayanti, Zeinia, Anindita (2013) “ Analisis Potensi Kebangkrutan Bank yang Terdaftar di BEI tahun 2012 dengan menggunakan Model Altman Z-Score “. Berdasarkan penelitian ini dilakukan untuk menguji beberapa perusahaan yang mengalami bangkrut, rawan bangkrut, dan sehat, dilakukan pada perusahaan Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dan didalam penelitian ini ada 18 bank yang masuk dalam kategori rawan bangkrut (grey area), selanjtnya ada 12 bank yang mengalami bangkrut dan ada 1 bank yang mengalami kondisi sehat. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu diatas antara lain: a. Meneliti dengan menggunakan metode Altman Z-Score. b. Meneliti perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu diatas antara lain: a. Periode penelitian ini adalah selama tiga tahun yaitu 2012 – 2014, sedangkan penelitian sebelumnya hanya satu tahun 2012.
30
b.
Observasi yang dilakukan peneliti terdahulu pada perusahaan Bank sedangkan penelitian ini menggunakan industri Tobacco.
5. Penelitian Sondakh, Murni, Mandagie (2014) “ Analisis Potensi Kebangkrutan Dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score, Springate, dan Zmijewski Pada Industri Perdangan Ritel yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia“. Penelitian tersebut bertujuan untuk memprediksi kebangkrutan pada industri perdagangan ritel dengan menggunakan metode Altman Z-Score, Springate, dan Zmijewski. Hasil penelitian ini analisis springate lah yang memiliki tingkat keakuratan lebih tinggi. Ini juga didukung dengan metode analisis Springate yang lebih memfokuskan pada nilai hutang lancar suatu perusahaan. Persamaan peneltian ini dengan penelitian terdahulu diatas antara lain : a. Meneliti kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan metode Altman Z-Score. b.
Meneliti perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu diatas antara lain : a. Penelitian terdahulu menggunakan tiga metode yaitu metode Altman ZScore, Springate, dan Zmijewski. b.
Observasi yang dilakukan peneliti terdahulu pada industri Perdagangan Ritel sedangkan penelitian ini menggunakan industri Tobacco.
c.
Periode penelitian ini adalah selama tiga tahun yaitu 2012 – 2014, sedangkan penelitian sebelumnya lima tahun 2009 – 2013.
2.2 Rerangka Pemikiran
31
Agar perusahaan tetap berjalan dengan baik juga dapat berkembang perusahaan melakukan analisis prediksi kebangkrutan untuk menilai bagaimana perusahaan mereka pada masa sekarang dan bagaimana perusahaan mereka nantinya. Berdasarkan masalah diatas dan tinjauan teori maka dapat digambarkan rerangka pemikiran penelitian dimana variabel dependen dalam penelitian ini adalah Altman Z-Score yang menjelaskan tentang potensi kebangkrutan pada suatu perusahaan. Hasil dari perhitungan analisis Altman Z-Score menunjukkan keadaan keuangan perusahaan apakah dalam keadaan sehat, rawan bangkrut atau bangkrut. Rerangka pemikiran digambarkan sebagai berikut:
Industri Tobacco
LaporanKeuangan
Analisis Altman Z-Score
Berpotensi Bangkrut
Rawan Bangkrut
Kesimpulan Gambar 1 RerangkaPemikiran 2.3 Hipotesis
Sehat
32
Penelitian ini menggunakan studi deskriptif sehingga tidak menggunakan hipotesis. Penelitian ini hanya berdasarkan laporan keuangan selama lima tahun dan menganalisisnya untuk memprediksi kebangkrutan