BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1
TINJAUAN TEORITIS
2.1.1 Teori Sinyal Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan kepada pihak eksternal. Alasannya adalah karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar. Asimetri informasi muncul karena adanya salah satu pihak yang mempunyai informasi lebih baik, misalnya seorang manajer yang mengetahui informasi mengenai prospek perusahaan yang lebih baik dibandingkan para investornya. Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi asimetri tersebut. Salah satu cara untuk mengurangi asimetri informasi adalah dengan memberikan sinyal kepada pihak luar. Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal yang diberikan dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Contohnya seperti informasi terkait peringkat obligasi. Manajemen perusahaan sebagai pihak pemberi sinyal, memberikan laporan keuangan perusahaan dan informasi non keuangan kepada lembaga pemeringkat
10
11
yang dipilih. Lembaga pemeringkat obligasi kemudian melakukan proses pemeringkatan sesuai dengan prosedur sehingga dapat menerbitkan peringkat obligasi dan mempublikasikannya. Peringkat obligasi ini memberikan sinyal tentang probabilitas kegagalan pembayaran utang sebuah perusahaan ( Estiyanti dan Yasa, 2012 ). Dimana informasi tersebut sangat dibutuhkan oleh para kreditur untuk melindungi mereka dari resiko – resiko yang mungkin terjadi terkait dengan obligasi yang dimiliki, karena setiap investor yang melakukan investasi tentunya berharap mendapatkan return yang maksimal. Waktu jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 1- 5 tahun bahkan ada yang lebih dari 5 tahun. 2.1.2 OBLIGASI 2.1.2.1 Pengertian Obligasi Obligasi (bond) adalah instrumen utang jangka panjang dengan waktu jatuh tempo akhir umumnya 10 tahun atau lebih. Jika sekuritas tersebut memiliki waktu jatuh tempo kurang dari 10 tahun, biasanya disebut wesel (note) (Horne; Wachowisz 2007: 358). Menurut Brealey et al.,(2007: 130) obligasi adalah sekuritas yang mewajibkan penerbitnya untuk melakukan pembayaran tertentu pada pemegang obligasi. Menurut Bursa Efek Indonesia, Obligasi merupakan surat utang jangka menengah panjang yang dapat dipindah tangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut.
12
Menurut Sulistyastuti (2002) yang dimaksud dengan obligasi (bond) adalah sekuritas berpendapatan tetap (fixed income securities) yang diterbitkan sehubungan dengan perjanjian hutang. Sebagai sekuritas pendapatan tetap, obligasi memberikan penghasilan secara rutin. 2.1.2.2 Jenis Obligasi Obligasi memiliki beberapa jenis yang berbeda, yaitu: 1.
Dilihat dari sisi penerbit Banyaknya dan tersebarnya emiten di beberapa daerah, maka obligasi juga berasal dari lembaga atau daerah tertentu. Oleh karena itu dilihat dari pihak yang menerbitkannya, maka obligasi dapat dibedakan atas :
a.
Obligasi Perusahaan ( Corporate Bonds ) Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang berbentuk badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha swasta.
b.
Obligasi Pemerintah Pusat ( Government Bonds ) Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat. Dimana setiap obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah adalah obligasi tanpa jaminan.
c.
Obligasi Pemerintah Daerah ( Municipal Bond ) Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untut membiayai proyekproyek yang berkaitan dengan kepentingan publik (public utility).
d.
Obligasi Asing (Foreign Bonds) Obligasi jenis ini adalah obligasi yang diterbitkan dan diperdagangkan di suatu negara dalam mata uang Negara setempat, tetapi penerbitnya adalah badan hukum asing.
13
e.
Obligasi Sampah (Junk Bonds) Obligasi ini adalah obligasi yang di credit rating di bawah tingkat BBB. Obligasi ini ditawarkan dengan bunga yang lebih tinggi.
2.
Dilihat dari sistem pembayaran bunga:
a.
Zero Coupon Bonds: Obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga secara periodik. Namun, bunga dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh tempo.
b.
Coupon Bonds: Obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara periodik sesuai dengan ketentuan penerbitnya.
c.
Fixed Coupon Bonds: Obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan secara periodik.
d.
Floating Coupon Bonds: Obligasi dengan tingkat kupon bunga yang ditentukan sebelum jangka waktu tersebut, berdasarkan suatu acuan (benchmark) tertentu seperti average time deposit (ATD) yaitu rata-rata tertimbang tingkat suku bunga deposito dari bank pemerintah dan swasta.
3.
Dilihat dari hak penukaran/opsi:
e.
Convertible Bonds: Obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk mengkonversikan obligasi tersebut ke dalam sejumlah saham milik penerbitnya.
f.
Exchangeable Bonds: Obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk menukar saham perusahaan ke dalam sejumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya.
14
g.
Callable Bonds: Obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.
h.
Putable Bonds: Obligasi yang memberikan hak kepada investor yang mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.
4.
Dilihat dari segi jaminan atau kolateralnya:
1.
Secured Bonds: Obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga. Dalam kelompok ini, termasuk didalamnya adalah:
a)
Guaranteed Bonds: Obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin dengan penanggungan dari pihak ketiga
b)
Mortgage Bonds: Obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin dengan agunan hipotik atas properti atau asset tetap.
c)
Collateral Trust Bonds: Obligasi yang dijamin dengan efek yang dimiliki penerbit dalam portofolionya, misalnya saham-saham anak perusahaan yang dimilikinya.
2.) Unsecured Bonds: Obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan tertentu tetapi dijamin dengan kekayaan penerbitnya secara umum. 5.
Dilihat dari segi nilai nominal:
a.
Konvensional Bonds: Obligasi yang lazim diperjualbelikan dalam satu nominal, Rp 1 miliar per satu lot.
15
b.
Retail Bonds: Obligasi yang diperjual belikan dalam satuan nilai nominal yang kecil, baik corporate bonds maupun government bonds.
6.
Dilihat dari segi perhitungan imbal hasil:
a.
Konvensional Bonds: Obligasi yang diperhitungan dengan menggunakan sistem kupon bunga.
b.
Syariah Bonds: Obligasi yang perhitungan imbal hasil dengan menggunakan perhitungan bagi hasil. Dalam perhitungan ini dikenal dua macam obligasi syariah, yaitu:
a)
Obligasi
Syariah
Mudharabah
merupakan
obligasi
syariah
yang
menggunakan akad bagi hasil sedemikian sehingga pendapatan yang diperoleh investor atas obligasi tersebut diperoleh setelah mengetahui pendapatan emiten. b)
Obligasi Syariah Ijarah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad sewa sedemikian sehingga kupon (fee ijarah) bersifat tetap, dan bisa diketahui/diperhitungkan sejak awal obligasi diterbitkan.
7.
Berdasarkan Peringkatnya
a.
Investment grade Bonds: Peringkat minimal BBB. Adalah obligasi yang layak untuk dijadikan investasi dan memiliki risiko yang tidak terlalu besar.
b.
Non Invetsment grade Bonds: Dengan peringkat CC atau speculative dan D atau junk bond. Adalah obligasi yang memiliki peringkat dibawah investment grade. Disebut junk karena obligasi ini lebih berisiko dari obligasi yang berkategori investment grade.
16
2.1.2.3 Karakteristik Obligasi Pemerintah dan perseroan meminjam uang dengan menjual obligasi kepada para investor. Uang yang mereka kumpulkan ketika obligasi diterbitkan, atau dijual kepada publik adalah jumlah pinjaman tersebut. Sebagai imbalannya, mereka setuju memberikan pembayaran tertentu kepada pemegang obligasi, yang merupakan pemberi pinjaman (kreditur). Ketika kita memiliki obligasi, umumnya kita menerima pembayaran bunga tetap tiap tahun hingga obligasi tersebut jatuh tempo. Pembayaran ini dikenal dengan kupon. Pada saat jatuh tempo, utang tersebut dilunasi, peminjam membayar pemegang obligasi nilai nominal/ nilai muka obligasi (face value, atau nilai pokok pinjaman (principal) atau par value) (Brealey et al., 2007: 130). Sedangkan menurut Keown et al. (2001:245), Beberapa karakter penting dari obligasi yang biasa didengar adalah sebagai berikut: a.
Klaim terhadap Aset dan Pendapatan Perusahaan Bila perusahaan penerbit obligasi bangkrut, maka klaim terhadap utang secara umum, termasuk obligasi, mendapat kehormatan untuk didahulukan haknya daripada saham umum maupun saham preferen. Namun, utang-utang yang berbeda itu mempunyai urutan dalam pelunasannya. Obligasi juga memiliki klaim terhadap pendapatan yang didahulukan dari saham biasa dan saham preferen. Secara umum jika suku obligasi tidak dibayar, dewan obligasi dapat menyatakan bahwa perusahaan penerbitnya bangkrut.
b.
Nilai Pari Nilai pari obligasi adalah nilai nominal yang tertera pada lembar obligasi
17 yang akan dikembalikan kepada pemegang obligasi pada saat jatuh tempo. Tidak dinyatakan dalam jumlah melainkan dalam persentase atas nilai nominalnya. c.
Tingkat Suku Bunga Kupon Tingkat suku bunga kupon dari suatu obligasi menunjukkan besarnya persentase terhadap nilai pari obligasi yang akan dibayar setiap tahun sebagai bunga
d.
Periode Jatuh Tempo Periode jatuh tempo adalah lamanya waktu hingga pihak penerbit obligasi membayarkan kembali nilai pari obligasi kepada para pemilik obligasi yang sekaligus akan mengakhiri masa berlakunya.
e.
Indenture Indenture adalah perjanjian legal antara perusahaan penerbit obligasi dengan dewan atau wali obligasi yang mewakili para pemilik atau pembeli obligasi tersebut. Didalamnya termuat berbagai ketentuan utang-piutang, termasuk penjelasan mengenai obligasi itu sendiri, hak-hak para pemilik obligasi, hakhak perusahaan atau pihak penerbit, serta tanggung jawab dewan. Dewan obligasi, biasanya sebuah bank komersial atau institusi keuangan yang diserahi tugas untuk mengawasi hubungan antara penerbit dan pemilik obligasi, melindungi kepentingan para pemilik obligasi, serta menjamin dilaksanakannya segenap ketentuan yang telah disepakati.
f.
Tingkat Penghasilan Sekarang Tingkat penghasilan sekarang dari suatu obligasi adalah rasio bunga tahunan
18
terhadap harga obligasi pada saat sekarang dipasaran. 2.1.2.4 Kelebihan dan Kelemahan Obligasi Investor mempunyai pilihan atas masing – masing sekuritas yang akan dipilih dalam melakukan investasi di pasar modal, salah satunya adalah obligasi. Berikut yang dapat dipertimbangkan dari kelebihan investasi obligasi: a.
Pendapatan tetap Pendapatan tetap yang diterima dari investasi obligasi adalah berupa kupon dan pokok obligasi. Bunga/kupon obligasi merupakan kewajiban perusahaan yang diberikan kepada investor atas pinjaman yang telah diberikan. Bagi investor kupon obligasi memberikan keuntungan atas dana yang telah diinvestasikan.
Dibandingkan
dengan
bunga
deposito,
bunga
yang
ditawarkan obligasi pada umumnya relatif lebih tinggi (Fakhrudin, 2008). Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang menarik minat investor untuk berinvestasi pada obligasi. b.
Hak Klaim Pertama Obligasi memiliki risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan saham apabila emiten atau penerbit obligasi mengalami likuidasi atau bangkrut maka pemegang obligasi sebagai kreditur memiliki hak klaim pertama atas aktiva perusahaan. Hal tersebut dikarenakan emiten telah terikat kontrak atas kewajiban pelunasan terhadap pihak pemegang obligasi. Pemegang saham mendapat bagian atas aset perusahaan jika obligasi sudah terbayar semua. Namun tidak menutup kemungkinan aset perusahaan tidak mampu melunasi
19
semua obligasi yang beredar. Oleh karena itu, investasi obligasi dan saham juga memiliki risiko tetapi risiko obligasi relatif lebih kecil dibanding saham. c.
Konversi Saham Keuntungan lain dari obligasi yaitu obligasi dapat dikonversi menjadi saham. Konversi ini hanya dapat dilakukan pada jenis obligasi tertentu yaitu convertible bond. Investor yang telah mengkonversi obligasi ke saham pada harga tertentu telah sepenuhnya memiliki manfaat atas saham tersebut
Dibalik semua kelebihan tersebut obligasi juga mengandung kelemahan atau bisa disebut sebagai risiko. Adapaun risiko yang terkandung dalam obligasi yaitu : a.
Risiko Default Risiko
default
merupakan
risiko
yang
ditanggung
investor
atas
ketidakmampuan emiten melunasi obligasi pada waktu yang telah ditetapkan dalam kontrak obligasi. Risiko default dapat dinilai dari gagal bayar kupon dan pokok obligasi. Dampak yang ditimbulkan dari risiko default adalah harga obligasi perusahaan menurun tajam (Rahman, 2010). Selain itu perusahaan yang mengalami gagal bayar kurang diminati investor karena risiko yang ditanggung investor terlalu besar. b.
Callability lebih rendah Pada investasi obligasi, emiten memiliki hak untuk membeli kembali obligasi dari investor sebelum waktu jatuh tempo. Emiten yang membeli kembali obligasi biasanya terjadi apabila tingkat suku bunga deposito menurun sehingga harga obligasi akan naik. Investor yang ditarik obligasinya oleh emiten akan merugi karena tidak sepenuhnya mendapatkan hasil obligasi
20 secara maksimum. Untuk meminimalkan kerugian yang dialami investor biasanya emiten akan memberikan sejumlah kompensasi. Menurut Rahman (2010) penerbit akan menggantikan obligasi dengan kupon yang lebih rendah dari obligasi yang telah dibeli sebelumnya . c.
Risiko Nilai Tukar Mata Uang Risiko ini dapat terjadi pada obligasi yang dibeli dalam satuan mata uang Negara lain, contoh: dolar AS. Jika investor membeli obligasi pada satuan dolar AS maka kupon yang diterima juga dalam bentuk dolar AS. Apabila kondisi ekonomi semakin menguatkan nilai rupiah maka kupon yang akan diterima akan semakin kecil dalam bentuk rupiah.
2.1.3 Peringkat Obligasi ( Bond Rating ) Peringkat merupakan sebuah pernyataan tentang keadaan penghutang dan kemungkinan apa yang bisa dan akan dilakukan sehubungan dengan hutang yang dimiliki. Dapat dikatakan bahwa peringkat mencoba mengukur risiko kegagalan, yaitu peluang emiten atau peminjam akan mengalami kondisi tidak mampu memenuhi kewajiban keuangan. Menurut Priyo dan Ubaidillah (2000:161), peringkat obligasi dibuat untuk memberikan informasi kepada para investor apakah investasi mereka terutama dalam bentuk obligasi merupakan investasi beresiko atau tidak. Peringkat tersebut biasanya dikeluarkan oleh perusahaan pemeringkat independen seperti Standard and Poor’s dan Moody’s Investor Service. Untuk perusahaan lokal kita mengenal Pefindo. Berdasarkan Keputusan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan Nomor: 135/BL/2006 Tentang “Pemeringkatan Atas Efek Bersifat Utang” menyatakan bahwa emiten yang akan
21 menerbitkan obligasi wajib memperoleh hasil pemeringkatan obligasi. Hasil pemeringkatan tersebut diterbitkan oleh lembaga pemeringkat yang telah mendapat izin usaha sebagai lembaga pemeringkat dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. Di Indonesia terdapat dua lembaga pemeringkat obligasi yaitu PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia) dan PT Kasnic Credit Rating. Lembaga pemeringkat memberikan peringkat obligasi setiap satu tahun sekali selama obligasi tersebut belum lunas. Pemeringkatan antara perusahaan satu dan lainnya tidak dilakukan serentak seluruh perusahaan melainkan secara terpisah sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati masing-masing perusahaan dengan lembaga rating. 2.1.4 Manfaat Bond Rating Manfaat umum dari proses pemeringkatan obligasi adalah (Rahardjo, 2004:100) : 1.
Sistem informasi keterbukaan pasar yang transparan yang menyangkut berbagai produk obligasi akan menciptakan pasar obligasi yang sehat dan transparan juga.
2.
Efisiensi biaya. Hasil pemeringkatan obligasi yang bagus biasanya memberikan keuntungan, yaitu menghindari kewajiban persyaratan keuangan yang biasanya memberatkan perusahaan, seperti penyediaan singking fund dan jaminan asset.
3.
Menentukan besarnya coupon rate, semakin bagus peringkatnya, cenderung semakin rendah nilai coupon rate dan sebaliknya.
22 4.
Memberikan
informasi
yang
objektif
dan
independen
menyangkut
kemampuan pembayaran utang, tingkat resiko investasi yang mungkin timbul, serta jenis dan tingkat hutang tersebut. 5.
Mampu menggambarkan kondisi pasar obligasi dan kondisi ekonomi pada umumnya. Manfaat rating bagi investor adalah sebagai berikut :
1.
Informasi
resiko
investasi.
Tujuan
utama
investasi
adalah
untuk
meminimalkan resiko serta mendapatkan keuntungan yang maksimal. Oleh karena itu, dengan adanya peringkat obligasi diharapkan informasi resiko dapat diketahui lebih jelas posisinya. 2.
Rekomendasi investasi. Investor akan dengan mudah mengambil keputusan investasi berdasarkan hasil peringkat kinerja emiten obligasi tersebut. Dengan demikian investor dapat melakukan strategi investasi akan membeli atau menjual sesuai perencanaannya.
3.
Perbandingan. Hasil rating akan dijadikan patokan dalam membandingkan obligasi yang satu dengan yang lain, serta membandingkan struktur yang lain seperti suku bunga dan metode penjaminannya. Adapun beberapa manfaat yang didapatkan oleh emiten adalah:
1.
Informasi posisi bisnis. Pihak perusahaan dapat mengetahui posisi bisnis dan kinerja usahanya dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya.
2.
Menentukan struktur obligasi. Perusahaan dapat menentukan beberapa syarat atau struktur obligasi yang meliputi tingkat suku bunga, jenis obligasi, jangka
23
waktu jatuh tempo, jumlah emisi obligasi serta berbagai struktur pendukung lainnya 3.
Mendukung kinerja. Apabila emiten mendapatkan peringkat yang cukup bagus maka kewajiban menyediakan singking fund maupun jaminan kredit bisa dijadikan pilihan alternatif.
4.
Alat pemasaran. Peringkat obligasi yang baik terlihat lebih menarik sehingga dapat membantu pemasaran obligasi tersebut.
5.
Menjaga kepercayaan investor. Peringkat obligasi yang independen akan membuat investor merasa lebih aman sehingga kepercayaan bisa lebih terjaga.
2.1.5 Perubahan Peringkat Menurut Brigham dan Houston (377:2009) Perubahan dalam peringkat obligasi suatu perusahaan akan memengaruhi pada baik kemampuannya untuk meminjam modal jangka panjang maupun biaya modal tersebut. Agen-agen pemeringkat akan meninjau obligasi yang beredar secara berkala, dimana kadangkadang agen-agen tersebut meningkatkan atau menurunkan peringkat suatu obligasi sebagai hasil dari perubahan kondisi yang dialami oleh emitennya. Untuk mengimbangi, cukup adil jika dikatakan bahwa peringkat obligasi umumnya telah mampu melakukan pekerjaan yang baik dalam mengatur resiko kredit rata-rata obligasi, dan bahwa agen-agen pemeringkat obligasi telah melakukan yang terbaik untuk mengubah peringkat manakala agen-agen ini menilai telah terjadi perubahan pada mutu kredit. Pada waktu yang sama, penting untuk dipahami bahwa peringkat obligasi tidak langsung melakukan penyesuaian terhadap perubahan dalam mutu
24 kredit, dan dalam beberapa kasus terdapat kesenjangan waktu yang cukup lama antara perubahan mutu kredit dan perubahan peringkat obligasi. 2.1.6 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligas ( Bond Rating ) Peringkat obligasi membantu investor dalam penilaian hutang dan risiko kegagalan (default risk) dari obligasi. Dalam realitasnya peringkat obligasi ( bond rating ) suatu perusahaan tidak selamanya stabil. Sering terjadi fluktuatif atau kondisi naik turunnya peringkat obligasi yang disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor akuntansi maupun non akuntansi. Menurut
Brigham
dan
Houston
(2009:373)
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi peringkat obligasi adalah sebagai berikut: 1.
Berbagai macam rasio-rasio keuangan, termasuk debt ratio, current ratio, profitability dan fixed charge coverage ratio. Semakin baik rasio-rasio keuangan tersebut semakin tinggi rating tersebut.
2.
Jaminan aset untuk obligasi yang diterbitkan (mortage provision). Apabila obligasi dijamin dengan aset yang bernilai tinggi, maka rating akan membaik.
3.
Kedudukan obligasi dengan jenis utang lain. Apabila kedudukan obligasi lebih rendah dari utang lainnya maka rating akan ditetapkan satu tingkat lebih rendah dari yang seharusnya.
4.
Penjamin. Emiten obligasi yang lemah namun dijamin oleh perusahaan yang kuat maka emiten diberi rating yang kuat.
5.
Adanya singking fund (provisi bagi emiten untuk membayar pokok pinjaman sedikit demi sedikit setiap tahun).
25 6.
Umur obligasi. Cateris Paribus, obligasi dengan umur yang lebih pendek mempunyai risiko yang lebih kecil.
7.
Stabilitas laba dan penjualan emiten.
8.
Peraturan yang berkaitan dengan industri emiten.
9.
Faktor-faktor lingkungan dan tanggung jawab produk.
10.
Kebijakan akuntansi. Penerapan kebijakan akuntansi yang konservatif mengindikasikan laporan keuangan yang lebih berkualitas. Perwakilan dari para agen pemeringkat ini secara konsisten telah menyatakan
bahwa tidak ada rumus yang akurat yang digunakan dalam menentukan peringkat sebuah perusahaan; seluruh faktor diatas disusun, dengan ditambahkan beberapa faktor lain, untuk ikut diperhitungkan, tetapi tidak dalam suatu aturan yang tepat secara sistematis. Namun terdapat suatu korelasi yang kuat antara peringkat obligasi dengan banyak rasio. Perusahaan-perusahaan dengan rasio utang yang lebih rendah, rasio arus kas bebas terhadap utang yang lebih tinggi, tingkat pengembalian dari modal diinvestasikan yang lebih tinggi, rasio cakupan EBITDA yang lebih tinggi, dan rasio kelipatan pembayaran bunga (TIE) yang lebih tinggi umumnya akan memiliki peringkat obligasi yang juga lebih tinggi. 2.1.7 Rasio Keuangan Rasio Financial (Rasio Keuangan) merupakan alat analisis perusahaan untuk menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat pada laporan pos keuangan (neraca, laporan/laba rugi, laporan arus kas) Rasio ini memberikan informasi yang penting dan strategis misalnya bagi kreditur dan investor (Sumber Pendanaan) bagi Manajemen (untuk menyusun strategi
26 bagaimana memaksimumkan keuntungan, bagaimana meningkatkan efisiensi pengelolaan aset perusahaan), bagi vendor, untuk mengetahui kemampuan likuiditas, risiko keuangan dan sebagainya (Noor,2009). a.
Produktivitas Rasio
produktivitas
ini
mengukur
seberapa
efektif
perusahaan
mempergunakan sumber daya yang dimiliki perusahaan tersebut. Perusahaan yang tingkat produktivitasnya tinggi cenderung lebih mampu menghasilkan laba yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat produktivitasnya rendah. Hal ini juga menunjukkan perusahaan yang tingkat produktivitasnya tinggi akan lebih mampu memenuhi kewajibanya secara lebih baik. Rasio ini secara signifikan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Menurut Horrigan (1966 dalam Raharja dan Sari, 2008) rasio produktivitas secara siginifikan berpengaruh positif terhadap credit rating. Semakin tinggi rasio produktivitas maka semakin baik peringkat perusahaan tersebut. b.
Profitabilitas Profitabilitas adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dalam hubungannya dengan tingkat penjualan, aset, maupun modal saham sendiri (Sugiarso dan Winarni, 2007 dalam Susilowati & Sumarto, 2010). Rasio ini direpresentasikan oleh return on asset (ROA). Keuntungan yang diperoleh perusahaan mengindikasikan bahwa kondisi keuangan
emiten
baik.
Tingkat
profitabilitas
yang
tinggi
dapat
mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk going concern dan
27 pelunasan kewajiban (Linandarini, 2010). Sejati (2010) menyatakan bahwa ketika laba perusahaan tinggi maka peringkat obligasi juga tinggi. Hal itu dikarenakan laba perusahaan dapat digunakan untuk melunasi kewajiban perusahaan termasuk obligasi. Dengan demikian tingkat profitabilitas dapat digunakan sebagai pengukur risiko default perusahaan. c.
Solvabilitas Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya pada saat perusahaan itu dilikuidasi. Dengan demikian solvabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan membayar semua kewajiban atau utang-utangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Penelitian Horrigan (1966 dalam Raharja dan Sari, 2008) menemukan bahwa rasio solvabilitas cenderung signifikan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Semakin kecil angka rasio solvabilitas maka semakin kecil angka fleksibilitas keuangan perusahaan serta semakin besar kemungkinan perusahaan menghadapi masalah keuangan dimasa yang datang. Semakin tinggi tingkat solvabilitas perusahaan semakin baik peringkat perusahaan tersebut.
d.
Likuiditas Rasio likuiditas merupakan rasio keuangan yang mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek. Tingkat likuiditas biasa dilakukan dengan pengukuran Current ratio dan Quick ratio. Menurut Arifin (2005 dalam Susilowati dan Sumarto, 2010) menyatakan bahwa kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendek
28 mengindikasikan bahwa perusahaan dalam keadaan likuid. Hal tersebut dikarenakan aktiva lancar yang dimiliki mampu melunasi kewajiban jangka pendek perusahaan. Kemampuan pelunasan kewajiban jangka pendek perusahaan secara tidak langsung berpengaruh pada kewajiban jangka panjang yang baik (pelunasan obligasi). Oleh karena itu, tingkat likuiditas yang tinggi berpengaruh pada peringkat obligasi yang baik. 2.1.8 Faktor Non Akuntansi Faktor non akuntansi yang turut dipertimbangkan hubungannya dengan peringkat obligasi ( bond rating ) adalah terkait dengan jaminan obligasi, umur obligasi, reputasi auditor. a.
Jaminan Obligasi Berdasarkan jaminan, obligasi dikelompokkan menjadi obligasi yang dijamin dan obligasi yang tidak dijamin (debenture). Menurut Brister (1994 dalam Widya, 2005) menyatakan bahwa investor lebih menyukai obligasi yang aman dibanding debenture. Investor lebih menyukai obligasi dengan jaminan dikarenakan untuk mengurangi risiko default obligasi. Dengan demikian obligasi dengan jaminan memiliki peringkat yang lebih baik (investment grade) karena adanya jaminan pada obligasi.
b.
Umur Obligasi Tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang dimilikinya disebut sebagai umur obligasi. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 1 tahun sampai dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun
29 akan lebih mudah untuk diprediksi, sehingga memilki resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang periode jatuh temponya 5 tahun. Secara umum, semakin panjang jatuh tempo suatu obligasi, semakin tinggi kupon atau bunganya (Bursa Efek Surabaya, 2006). Menurut Andry (2005), obligasi dengan umur obligasi yang lebih pendek mempunyai resiko yang lebih kecil. Sehingga perusahaan yang rating obligasinya tinggi menggunakan umur obligasi yang lebih pendek daripada perusahaan yang menggunakan umur obligasi lebih lama. c.
Reputasi Auditor Pendapat yang mendasari dipilihnya reputasi auditor adalah karena semakin tinggi reputasi auditor maka semakin tinggi pula tingkat kepastian suatu perusahaan sehingga semakin kecil kemungkinan perusahaan mengalami kegagalan. Allen ( 1994 ) menyatakan bahwa pengguna informasi keuangan merasa
bahwa auditor big eight menyediakan kualitas kredit yang lebih baik untuk perusahaan dan pemerintah daerah. Dengan reputasi auditor yang baik maka dapat memberi hasil audit yang bisa dipercaya. Sementara itu di Indonesia KAP yang berafiliasi dengan big four yaitu : -
KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaja afiliasi dengan Ernst & Young.
-
KAP Osman, Bing, Satrio berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu.
-
KAP Sidharta, Sidharta, Widjaja berafiliasi dengan KPMG.
-
KAP Haryanto Sahari berafiliasi dengan Price Waterhouse Coopers.
30 Menurut Hilmi dan Ali ( 2008 ) dalam Ikhsan,Yahya dan Saidaturrahmi (2012) kantor akuntan besar disebutkan memiliki akuntan yang berperilaku lebih etikal daripada akuntan di kantor kecil sehingga lebih memilki reputasi baik dalam opini publik. 2.1.9 PT.PEFINDO PT. PEFINDO atau “PT Pemeringkat Efek Indonesia” didirikan di Jakarta pada tanggal 21 Desember 1993, atas prakarsa BAPEPAM dan Bank Indonesia. Pada tanggal 13 Agustus 1994, PT. PEFINDO memperoleh lisensi dari BAPEPAM (No. 39/PM-PI/1994) dan menjadi salah satu institusi pendukung di pasar modal Indonesia. Fungsi utama PT. PEFINDO adalah memberikan peringkat yang obyektif, independen dan dapat dipercaya terhadap risiko kredit (credit risk) sekuritas utang (debt securities) secara publik. Perusahaan ini berafiliasi dengan S&P’s dan secara aktif terus berpartisipasi dalam ASEAN Forum of Credit Rating Agencies (AFCRA), yang mendukung pengembangan dan penyempurnaan standar dimasa mendatang. Guna meningkatkan metodologi pemeringkatan yang digunakan dan kriteria dalam melakukan pemeringkatan, maka PEFINDO didukung oleh mitra global yaitu Standard dan Poor’s Rating Services (S&P’s). Disamping melaksanakan kegiatannya dalam melakukan pemeringkatan surat hutang, PEFINDO juga menerbitkan dan mempublikasikan informasi kredit sehubungan dengan pasar perdagangan efek. Publikasi ini terdiri dari opini kredit atas perusahaan-perusahaan penerbit obligasi beserta sektor aset acuannya. 2.1.10 Proses Pemeringkat PT.Pefindo Jenis pemeringkatan dilakukan berdasarkan dua jenis yaitu pemeringkatan
31 terhadap perusahaan atau emiten (corporate rating) dan pemeringkatan terhadap produk efek yang akan dikeluarkan perusahaan (securities rating). Proses pemeringkatan berawal dari permintaan resmi dari perusahaan yang membutuhkan rating. PEFINDO akan menjawab perintaan tersebut dengan mengirimkan draft kontrak dan daftar persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan umum terdiri dari laporan keuangan yang diaudit 3-5 tahun, pertanyaan rinci beberapa data operasional yang tercantum dalam kuesioner standar PEFINDO, dan beberapa dokumen lainnya seperti prospektus, memo, dll. Draft kontrak mengatur hak dan tanggung jawab kedua belah pihak, sedangkan pertanyaan kuesioner tergantung dari sektor perusahaan. Proses peringkat akan resmi dilakukan setelah PEFINDO menerima kontrak yang ditandatangani dan semua persyaratan terpenuhi. Tugas peringkat tersebut akan selesai dalam 30 hari kerja setelah kontrak resmi kedua pihak. PEFINDO akan menetapkan tim analis yang biasanya terdiri dari 2 analis yang memiliki keahlian sesuai dengan industri atau sektor perusahaan. Selama proses analisis, analisis situs perusahaan diperlukan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang bisnis perusahaan. Selain itu, analis juga dimungkinkan melakukan pencarian data dan informasi dari sumber-sumber lain yang terpercaya. Setelah dilakukan analisis situs, tim analis akan mengatur “rapat manajemen” dengan manajemen perusahaan dan beberapa orang penting yang terkait untuk mendapatkan pandangan lebih baik tentang kebijakan dan rencana strategis perusahaan. Untuk pertemuan ini tim analis akan disertai oleh satu atau beberapa dewan direksi PEFINDO. Rapat manajemen dilakukan untuk
32 memperoleh penilaian kualitatif terutama tentang pengetahuan manajemen, kompetensi, komitmen, dan kebijakan yang diberlakukan pada perusahaan. Setelah proses analisis selesai, tim analis ditugaskan mengadakan “rapat komite rating” untuk menyajikan dan mengusulkan hasil penilaian pada anggota komite rating yang terdiri dari dewan direksi PEFINDO dan sebagian besar analis. Tabel 1 Definisi Bond Rating Menurut PT.Pefindo Simbol
Arti
AAA
Efek utang yang peringkatnya paling tinggi dan beresiko paling rendah yang didukung oleh kemampuan obligor yang superior relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya sesuai dengan perjanjian
AA
Efek utang memiliki kualitas kredit sedikit dibawah peringkat tertinggi,didukung oleh kemampuan obligor yang sangat kuat untuk memenuhi kewajiban financial jangka panjangnya sesuai dengan perjanjian, relatif dibanding dengan entitas Indonesia lainnya. Dan tidak mudah dipengaruhi oleh perubahan keadaan.
A
Efek utang yang beresiko investasi rendah dan memiliki kemampuan dukungan obligor yang kuat dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban financialnya sesuai dengan perjanjian namun cukup peka terhadap perubahan yang merugikan
BBB
Efek utang yang beresiko investasi cukup rendah didukung oleh kemampuan obligor yang memadai, relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban financialnya sesuai dengan perjanjian. Namun kemampuan tersebut dapat diperlemah oleh perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan.
33
BB
Efek utang menunjukkan dukungan kemampuan obligor yang agak lemah relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban financial jangka panjangnya sesuai dengan perjanjian serta peka terhadap keadaan bisnis dan perekonomian yang tidak menentu dan merugikan.
B
Efek utang yang menunjukkan parameter perlindungan yang sangat lemah,walaupun obligor masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban financial jangka panjangnya. Namun adanya perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan akan memperburuk kemampuan tersebut untuk memenuhi kewajiban financialnya.
CCC
Efek utang yang tidak mampu lagi memenuhi kewajiban financialnya serta hanya bergantung kepada perbaikan keadaan eksternal.
D
Efek utang yang macet atau emitennya sudah berhenti berusaha.
Sumber:PT.Pefindo
34 2.1.11 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terkait dengan faktor – faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi ( bond rating ) telah dilakukan oleh peneliti – peneliti terdahulu dengan menghasilkan suatu kesimpulan akan penelitian yang tidak selalu sama. Raharja dan Sari (2008) tentang Kemampuan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Peringkat Obligasi menyatakan bahwa sebanyak lima rasio keuangan (leverage, likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan produktivitas) yang diuji, didapatkan hasil bahwa kelima rasio-rasio keuangan tersebut berbeda antara perusahaan yang peringkat obligasinya masuk investment grade dan non investment grade. Kemampuan rasio keuangan untuk memprediksi peringkat obligasi (investment grade dan non investment grade) ditunjukkan oleh hasil pengujian dengan menggunakan MDA (Multiple Discriminant Analysis). Dari uji diskriminan tersebut terdapat empat variabel rasio keuangan yang dapat membentuk model prediksi. Keempat variabel rasio keuangan tersebut berasal dari rasio leverage dengan proksi long term liabilities/ total assets; rasio likuiditas dengan proksi currentasset./ current liabilities; rasio solvabilitas dengan proksi cash flow from operating/ total liabilities; rasio profitabilitas dengan proksi operating income/ sales; dan rasio produktivitas dengan proksi sales/ total assets. Tingkat ketepatan yang diperoleh dalam memprediksi peringkat obligasi dengan dua kategori mencapai 96,2% dengan nilai Zcu sebesar 2,113. Dengan demikian model prediksi tersebut diatas dapat digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi khusunya bagi perusahaan manufaktur di Indonesia.
35
Magreta dan Nurmayanti (2009) meneliti tentang Faktor-Faktor yang Memengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi yang ditinjau dari Faktor Akuntansi dan Non Akuntansi. Variabel yang diuji adalah terdiri dari faktor akuntansi yaitu size, likuiditas, profitabilitas, leverage dan produktivitas sedangkan faktor non akuntansi yaitu terdiri dari secure, maturity dan reputasi auditor. Sample yang digunakan dalam penelitiannya sebanyak 80 perusahaan yang terdaftar di PT.PEFINDO dari tahun 2005 – 2008. Metode analisis yang digunakan regresi logistik. Hasil penelitian yang didapat adalah profitabilitas, produktivitas dan secure memiliki pengaruh terhadap bond rating. Susilowati dan Sumarto ( 2010 ) melakukan penelitian terkait dengan Memprediksi Tingkat Obligasi Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI dengan menggunakan variabel profitabilitas, likuiditas, size, maturity. Dimana data yang digunakan sebagai sampel penelitian sebanyak 11 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2002 – 2006. Regresi Logistik sebagai metode analisis. Dari ke empat variabel yang diujikan hanya terdapat satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap bond rating yaitu likuiditas. Sejati (2010) meneliti tentang faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi dengan variabel independen auditor, likuiditas (CR), growth, ROA, dan
size.
Sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur pada periode 2003-2008. Pengukuran auditor dilakukan dengan variabel dummy, yaitu kategori 1 untuk perusahaan yang diaudit oleh big 4 dan kategori 0 untuk perusahaan yang diaudit selain big 4. Hasil penelitian menyatakan bahwa hanya growth yang berpengaruh
36
signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan uji simultan menyatakan bahwa variabel tidak signifikan secara bersamaan terhadap rating obligasi. Maharti dan Daljono (2011), Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi. Menggunakan alat ordinal regression analysis. Hasil tabel McFadden menunjukkan bahwa sebesar 15,3% peringkat obligasi dapat dijelaskan oleh variasi variabel profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, leverage, dan jaminan.Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa tidak ada variabel independen (profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan dan ketersediaan jaminan) yang signifikan pada tingkat 0,05. Namun pada tingkat 0,10 ada satu variabel yang signifikan yaitu leverage. Hasil tersebut diinterpretasikan penilaian tidak difokuskan pada rasio utang saja tetapi juga point kredibilitas perusahaan. Estiyanti dan Yasa (2012), Pengaruh Faktor Keuangan Dan Non Keuangan Pada Peringkat Obligasi Di Bursa Efek Indonesia. Alat yang digunakan adalah regresi logistik ordinal. Sesuai dengan hasil uji hipotesis dan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan, penelitian ini menyimpulkan bahwa laba ditahan berpengaruh positif pada peringkat obligasi di Bursa Efek Indonesia. Laba operasi, aliran kas operasi, likuiditas, total assets, leverage, umur obligasi (maturity) dan jaminan (secure) tidak berpengaruh pada peringkat obligasi di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan Dari hasil uji di dapat nilai Pseudo R-Square sebesar 0,591 atau 59,1% artinya sebanyak 59,1% variasi peringkat obligasi dapat dijelaskan olehnvariasi laba operasi, laba ditahan, aliran kas operasi, likuiditas, total assets, leverage, jaminan dan umur obligasi dan sisanya sebesar 40,1% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak ada dalam model.
37
Ikhsan, Yahya dan Saidaturrahmi (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Peringkat Obligasi dan Faktor yang Mempengaruhinya” menghasilkan suatu kesimpulan bahwa tidak ada satupun dari keempat variabel yang diujikan memiliki pengaruh terhadap bond rating. Dari hasil pengujian diperoleh bahwa seluruh variabel independen mempunyai nilai Wald yang lebih besar dari 5%. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan perusahaan, umur obligasi, reputasi KAP. Sampel yang digunakan yaitu sejumlah 22 perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI periode 2005 – 2008. Penelitian yang dilakukan oleh Thamida dan Lukman (2013) Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi Pada Industri Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008 – 2012 menggunakan Regresi Logistik Ordinal sebagai metode analisisnya. Sampel yang digunakan yaitu lebih difokuskan pada industry perbankan yang terdaftar di BEI mulai 2008 – 2012. Dimana hasil dari pengujiannya yaitu variabel kapitalisasi dan reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi sedangkan profitabilitas dan likuiditas tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Variabel kapitalisasi mempunyai koefisien negatif sebesar -62,321; dengan tingkat signifikansi 0,005 dan nilai statistik wald sebesar 7,805, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara variabel capitalization terhadap penentuan peringkat obligasi. Variabel reputasi auditor menunjukkan untuk KAP Big-4 dan nonBig-4, memiliki koefisien positif sebesar 3,084; dengan nilai signifikansi 0,026 dan nilai statistik wald sebesar 4,924. hal ini menunjukkan
38 terdapat pengaruh signifikan antara variabel reputasi auditor terhadap penentuan peringkat obligasi. Tabel 2 Ringkasan Penelitian Terdahulu PENELITI
JUDUL
METODE ANALISIS Analisis Diskriminan
Raharja dan Sari (2008)
Kemampuan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Peringkat Obligasi
Magreta dan Nurmayanti (2009)
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi yang ditinjau dari Faktor Akuntansi dan Non Akuntansi
Regresi Logistik
Susilowati dan Sumarto (2010)
Memprediksi Tingkat Obligasi Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI
Regresi Logistik
HASIL Empat variabel rasio keuangan yang dapat membentuk model prediksi rasio yaitu leverage :long term liabilities/ total assets; rasio likuiditas: current asset. Current liabilities; rasio solvabilitas: cash flow from operating/ total liabilities; rasio profitabilitas: operating income/ sales; dan rasio produktivitas: sales/ total assets. Size, CR, DER, reputasi auditor dan maturity tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi sedangkan ROI, produktivitas, secureberpengaruh terhadap peringkat obligasi. Likuiditas berpengaruh terhadap peringkat obligasi dan pofitabilitas, ukuran perusahaan (size), umur obligasi (maturity)
39
tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Sejati (2010)
Analisis Faktor Akuntansi dan Non Akuntansi dalam Memprediksi Peringkat Obligasi Perusahaan Manufaktur
Regresi Logistik
CR dan growth (faktor akuntansi) berpengaruh terhadap peringkat obligasi sedangkan reputasi auditor (faktor non akuntansi)ROA, size, tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
Maharti dan Daljono (2011)
Analisis Faktorfaktor Yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi
Analisis Regresi Ordinal
Profit (ROA), likuid (CR), size (log TA), Jaminan tidak ada yang signifikan pada tingkat 0,05 namun leverage signifikan pada tingkat 0,10.
Estiyanti dan Yasa (2012)
Pengaruh Faktor Keuangan dan Non Keuangan pada Peringkat Obligasi di BEI
Ordinal logistic regression (PLUM)
Laba ditahan berpengaruh positif pada peringkat obligasi sedangkan laba operasi, aliran kas operasi, likuiditas, total assets, leverage, umur obligasi (maturity) & jaminan tidak berpengaruh pada peringkat obligasi.
40
Ikhsan, Yahya dan Saidaturrahmi (2012)
Peringkat Obligasi dan Faktor yang Mempengaruhinya
Regresi Logistik
Thamida dan Lukman (2013)
Analisis Faktor – Regresi Logistik Faktor yang Ordinal Mempengaruhi Peringkat Obligasi Pada Industri Perbankan yang Terdaftar di BEI periode 2008 - 2012
Pertumbuhan perusahaan, umur obligasi dan reputasi KAP tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2006. variabel kapitalisasi dan reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi sedangkan profitabilitas dan likuiditas tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.
41
2.2
Rerangka Pemikiran Teori Sinyal
Asimetri Informasi
Manajemen Perusahaan
Pihak Luar ( Investor, Kreditur )
Sinyal
Peringkat Obligasi ( Bond Rating )
Invesment Grade
Faktor Akuntansi: Produktivitas, Profitabilitas, Solvabilitas, Likuiditas
Non Investment Grade
Faktor Non Akuntansi: Jaminan Obligasi, Umur Obligasi, Reputasi Auditor
42
2.3
Pengembangan dan Perumusan Hipotesis Hipotesis merupakan suatu rumusan yang menyatakan adanya hubungan
tertentu antar dua variabel atau lebih. Hipotesis ini bersifat sementara, dalam arti dapat diganti dengan hipotesis lain yang lebih tepat dan lebih benar berdasar pengujian. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : 2.3.1 Pengaruh Produktivitas Terhadap Bond Rating Non – Finance Company. Rasio
produktivitas
ini
mengukur
seberapa
efektif
perusahaan
mempergunakan sumber daya yang dimiliki perusahaan tersebut. Berdasarkan teori sinyal yang yang telah dijelaskan diatas pihak manajemen perusahaan memberikan informasi melalui laporan keuangannya dengan melihat nilai penjualan dan total aset untuk mengurangi asimetri informasi yang mungkin terjadi. Apabila produktivitas tinggi kemungkinan besar obligasi perusahaan tergolong dalam investment grade, karena dengan penjualan yang tinggi cenderung lebih mampu menghasilkan laba yang tinggi sehingga perusahaan lebih mampu untuk memenuhi segala kewajibannya kepada para investor secara lebih baik. Dengan pembayaran return yang tinggi dan tepat waktu. Hal ini dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi investor untuk berinvestasi. Horrigan (1966, dalam Raharja dan Sari, 2008) dan Margreta (2009) menyimpulkan bahwa rasio produktivitas secara signifikan berpengaruh positif terhadap credit rating namun berbeda halnya dengan hasil penelitian Aprilia (2011) yang menyatakan bahwa rasio produktivitas berpengaruh tidak signifikan terhadap peringkat obligasi.
43
H1: Produktivitas berpengaruh positif terhadap bond rating non – finance company. 2.3.2 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Bond Rating Non – Finance Company. Profitabilitas perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang tinggi dan juga untuk mengetahui efektifitas perusahaan dalam mengelola sumber – sumber yang dimiliki. Profitabilitas perusahaan dihitung dan diproyeksikan dengan Return On Asset (ROA), didasarkan pada teori sinyal diatas pihak manajemen perusahaan dapat memberikan informasi melalui laporan keuangannya dengan melihat dari laba yang tinggi dari perusahaan tersebut dan nantinya dengan laba yang tinggi yang dimiliki perusahaan digunakan untuk membayar dan melunasi kewajiban jangka panjang dan dapat digunakan sebagai pengukur risiko default perusahaan. Mark Kamstra, Peter Kennedy and Teck-Kin Suan (2001) mengatakan bahwa rasio profitabilitas yang diukur dengan ROA mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan laba, karena rasio mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset tertentu. Sejati (2010) mengatakan bahwa ketika laba perusahaan tinggi maka peringkat obligasi juga tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Magreta (2009) juga menghasilkan kesimpulan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap bond rating. Hasil penelitian tersebut bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Almilia dan Devi (2007) yang menunjukkan bahwa profitabilitas tidak memberikan pengaruh terhadap peringkat obligasi.
44 H2: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap bond rating non – finance company. 2.3.3 Pengaruh Solvabilitas Terhadap Bond Rating Non – Finance Company. Apabila solvabilitas tinggi maka kemungkinan obligasi tersebut masuk pada investment grade, karena dengan keadaan tersebut perusahaan mempunyai kemampuan untuk melunasi segala kewajibannya tepat pada waktunya. Kreditor akan mudah untuk memberikan kreditnya, baik jangka panjang dengan solvabilitas perusahaan yang tinggi dikarenakan perusahaan akan dapat mengurangi risiko – risiko dimasa yang akan datang sehingga akan memudahkan hal tersebut. Menurut teori sinyal manajemen perusahaan mensinyalkan informasi kepada investor dari laporan keuangan dengan melihat nilai dari cash flow from operating, jika nilainya tinggi maka kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka panjang dan jangka pendeknya dapat dikatakan baik. Hal ini sesuai dengan penelitian Horrigan (1996 dalam Raharja dan Sari, 2008) yang menemukan bahwa rasio solvabilitas cenderung signifikan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Sari (2007), Purwaningsih (2008). H3: Solvabilitas berpengaruh positif terhadap bond rating non – finance company 2.3.4 Pengaruh Likuiditas Terhadap Bond Rating Non – Finance Company. Likuiditas perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendek, biasanya diukur dengani current ratio. Didasarkan pada teori sinyal diatas pihak manajemen perusahaan memberikan informasi kepada calon investor dari laporan keuangan perusahaan dengan melihat aktiva lancar
45 perusahaan, jika perusahaan memiliki aktiva lancar yang tinggi maka kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendek dikatakan baik dan tepat waktu dan mengindikasikan bahwa perusahaan dalam keadaan likuid, karena perusahaan akan mendapatkan pendapatan yang tinggi melalui pemasukan dari kas perusahaan, dan nantinya dengan kas perusahaan yang tinggi digunakan untuk membayar kewajiban jangka pendek perusahaan, maka secara tidak langsung akan memberikan peringkat obligasi yang investment grade bagi perusahaan dari pemeringkat obligasi. Burton et al (2000) mengatakan bahwa tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukan
kuatnya
kondisi
keuangan
secara
financial
sehingga
akan
mempengaruhi peringkat obligasi. Hasil penelitian tersebut didukung oleh hasil penelitian Satoto (2011), Purwaningsih (2008). Berdasarkan uraian diatas maka memunculkan hipotesis berikut H4: Likuiditas berpengaruh positif terhadap bond rating non – finance company. 2.3.5 Pengaruh Jaminan Obligasi Terhadap Bond Rating Non – Finance Company. Berdasarkan jaminan, obligasi dapat diklasifikasikan menjadi obligasi dengan jaminan (secure) dan obligasi tanpa jaminan (debenture). Obligasi dengan jaminan merupakan obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga (Ridwan et al., 2010:451). Berdasarkan teori sinyal manajemen perusahaan memberikan informasi kepada investor terkait jaminan atas obligasi yang sudah diterbitkan. Tingkat risiko yang terkandung dlam obligasi dipengaruhi oleh jaminan. Obligasi yang tidak dijaminkan akan memiliki
46
resiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi yang dijaminkan. Maka dari itu, investor akan berinvestasi lebih besar pada obligasi yang dijamin oleh penerbitnya (Magreta dan Nurmayanti, 2009:10). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Magreta (2009) bahwa variabel secure atau jaminan obligasi berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Namun hasil penelitian tersebut bertentangan dengan hasil yang diperoleh oleh Almilia dan Devi (2007) yang menunjukkan bahwa jaminan obligasi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. H5: Jaminan Obligasi berpengaruh positif terhadap bond rating non – finance company. 2.3.6 Pengaruh Umur Obligasi Terhadap Bond Rating Non – Finance Company. Jatuh tempo (maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai 1-5tahun bahkan lebih dari 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk diprediksi, sehingga memiliki resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo diatas 5 tahun. Semakin panjang jatuh tempo suatu obligasi, maka semakin tinggi kupon dan bunga yang harus dibayar oleh obligor. Berdasarkan teori sinyal yang dikemukakan diatas pihak manajemen perusahaan memberikan informasi kepada investor dengan menunjukkan umur obligasi
dari
perusahaan
tersebut.
Umur
obligasi
yang
pendek
dapat
47
mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk melunasi pokok obligasi dikatakan baik dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki maturity obligasi yang panjang. Investor di Indonesia cenderung tidak menyukai obligasi dengan waktu jatuh tempo yang panjang karena resiko yang didapat juga akan semakin besar. Sehingga dapat dikatakan jika perusahaan memiliki maturity yang pendek maka peringkat obligasi yang didapat akan masuk dalam kategori peringkat obligasi yang investment grade. Andry (2005) mengatakan bahwa umur obligasi berpengaruh dalam memprediksi peringkat obligasi. Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Estiyanti dan Yasa (2012) dan juga Magreta dan Nurmayanti (200) yang menyatakan bahwa variabel umur obligasi tidak memiliki pengaruh yang kuat terhadap prediksi peringkat obligasi. H6: Umur Obligasi berpengaruh positif terhadap bond rating non – finance company. 2.3.7 Pengaruh Reputasi Auditor Terhadap Bond Rating Non – Finance Company. Berdasarkan pada teori sinyal yang telah dipaparkan diatas, pihak manajemen perusahaan memberikan informasi kepada pihak eksternal perusahaan yang diaudit oleh jasa audit big four, karena jika kinerja laporan keuangan perusahaan diaudit oleh big four maka tingkat kebenaran dan ketelitian dari laporan keuangan akan semakin akurat dan terpercaya yang nantinya akan mempengaruhi peringkat obligasi.
48 Kualitas kredit yang diinginkan oleh investor di Indonesia maupun investor di luar negeri adalah kualitas kredit yang lebih kecil resikonya tetapi dapat menghasilkan return atau penghasilan yang tinggi dan kualitas resiko kredit yang kecil dan baik bagi perusahaan didukung dengan kualitas audit yang akurat terpercaya. Andry (2005) mengatakan bahwa semakin tinggi reputasi auditor maka semakin tinggi pula tingkat kepastian suatu perusahaan sehingga semakin kecil kemungkinan perusahaan mengalami kegagalan. Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian Nelly dan Lukman (2013) yang menyimpulkan bahwa variabel reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap prediksi peringkat obligasi namun berseberangan dengan hasil penelitian Magreta dan Nurmayanti (2009) yang menemukan bahwa reputasi auditor tidak memiliki pengaruh dalam memprediksi peringkat obligasi seluruh perusahaan yang terdaftar di Pefindo. H7: Reputasi Auditor berpengaruh positif terhadap bond rating non – finance company.