BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Kepemimpinan 1. Pengertian kepemimpinan Kepemimpinan memiliki arti yang lebih dalam daripada sekedar label atau jabatan yang diberikan atau jabatan diberikan kepada seseorang manusia. Ada unsur visi jangka panjang serta karakter di dalam sebuah kepemimpinan. Pemimpin dapat didefinisikan di dalam sebuah kalimat bahwa “pemimpin adalah seseorang yang mampu menggerakkan pengikut untuk mencapai tujuan organisasi” (Lensufiie, 2010: 06). Komponen-komponen di dalam kepemimpinan, di dalam struktur kepemimpinan, pemimpin tidak dapat berdiri sendiri. Pemimpin adalah salah satu komponen di dalam kepemimpinan. Artinya, ada komponen-komponen lain di dalam
sebuah
struktur
kepemimpinan,
yaitu:
pemimpin,
kemampuan
menggerakkan, pengikut, tujuan yang baik, organisasi. (Lensufiie, 2010: 06). Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam memberikan pengarahan kepada karyawan apalagi pada saat-saat sekarang ini dimana semua serba terbuka, maka kepemimpinan yang dibutuhkan adalah kepemimpinan yang bisa memberdayakan karyawannya. Kepemimpinan yang bisa menumbuhkan motivasi kerja karyawan adalah kepemimpinan yang bisa menumbuhkan rasa percaya diri para karyawan dalam menjalankan tugasnya masing-masing.
Kepemimpinan adalah ilmu dan seni dalam mempengaruhi orang lain baik secara individu maupun kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan tidak bisa dilepaskan dari peranan manusia yang dihadapkan pada berbagai masalah hidupnya untuk diselesaikan. Dalam hal ini pengambilan keputusan merupakan suatu hal yang penting bahkan menjadi intidalam kepemimpinan. Hampir setiap definisi tentang kepemimpinan mengurai tentang bagaimana seseorang mempunyai daya pengaruh terhadap orang lain untuk memudahkan dalam pencapaian tujuannya. Menurut Bangun (2012: 340) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain agar mau melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan organisasi yang memiliki empat unsur
dalam
kepemimpinan
antara
lain,
kumpulan
orang,
kekuasaan,
memengaruhi, nilai. Kreitner (2014: 201) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah sebuah proses di mana seorang individu memengaruhi yang lain untuk mencapai sasaran yang sama. Robbins (2011: 339) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok kearah tercapainya tujuan. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan suatu kepribadian seseorang yang memancarkan keinginan pada sekelompok orang-orang tertentu dan sanggup mengajak serta mendorong mereka sehingga mau bekerjasama dalam rangka pencapaian tujuan. Kepemimpinan dapat pula dipandang sebagai suatu bentuk persuasi suatu seni pembinaan sekelompok orang
tertentu, biasanya melaui human relation dan motivasi yang tepat sehingga mereka tanpa ada rasa takut mau bekerjasama untuk mencapai tujuan organisasi. 2.Peran Kepemimpinan Menurut Sutrisno (2010: 219) peran pemimpin dalam suatu organisasi sangatlah penting, tidak hanya secara internal bagi organisasi yang bersangkutan, akan tetapi juga dalam menghadapi berbagai pihak diluar organisasi yang kesemuanya dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan organisasi mencapai tujuannya. Yang dimaksud peranan yang bersifat interpersonal dalam organisasi adalah bahwa seorang pemimpin dalam perusahaan atau organisasi merupakan simbol akan keberadaan organisasi, seseorang pemimpin bertanggung
jawab
untuk memotivasi dan memberikan arahan kepada bawahan, dan seorang pemimpin mempunyai peran sebagai penghubung. Peranan yang bersifat informasional mengandung arti bahwa seorang pemimpin dalam organisasi mempunyai peran sebagai pemberi, penerima dan penganalisa informasi. Sedangkan peran pemimpin dalam pengambilan keputusan mempunyai arti bahwa pemimpin mempunyai peran sebagai penentu kebijakan yang akan diambil berupa strategi-strategi bisnis yang mampu untuk mengembangkan inovasi, mengambil peluang atau kesempatan dan bernegosiasi dan menjalankan usaha dan konsisten.
3. Gaya Kepemimpinan MenurutSutrisno (2010: 222) adapungayakepemimpinan yangadayaitu: a.
Gaya persuasif, yaitugayamemimpindenganmenggunakanpendekatan yang menggugahperasaan,
pikiran,
ataudengan
kata
lain
denganmelakukanajakanataubujukan. b.
Gaya
refresif,
yaitugayakepemimpinandengancaramemberikantekanan-
tekanan, ancaman-ancaman, sehinggabawahanmerasaketakutan. c.
Gaya
partisipatif,
yaitugayakepemimpinandimanamemberikankesempatankepadabawahansecar aaktifbaik
mental,
spiritual,
fisik,
maupunmateriildalamkiprahnya
di
organisasi. d.
Gaya
Inovatif,
yaitupemimpin
selaluberusahadengankerasuntukmewujudkanusaha-usahapembaharuan
yang di
dalamsegalabidang. e.
Gaya investigatif, yaitugayapemimpin yang selalumelakukanpenelitian yang disertaidengan
rasa
penuhkecurigaanterhadapbawahannyasehinggamenimbulkankreativitas, daninovasibawahan. f.
Gaya inspektif, yaitupemimpin yang sukamelakukanacara-acara yang sifatnyaprotokoler, kepemimpinandengangayainspektifmenuntutpenghormatanbawahanataupemi mpin yang senangapabiladihormati.
g.
Gaya Motivatif, yaitupemimpin yang dapatmenyampaikaninformasimengenai ide-idenya,
program-program
dankebijakan-
kebijakankepadabawahandenganbaik. h.
Gaya
Naratif,
yaitupemimpin
yang
banyakbicaranamuntidakdisesuaikandenganapa yang iakerjakan, dengan kata lain banyakbicarasedikitbekerja. i.
Gaya
edukatif,
yaitupemimpin
yang
sukamelakukanpengembanganbawahandengancaramemberikanpendidikandan keterampilankepadabawahan, sehinggabawahanmemilikiwawasandanpengalaman. 4. Pendekatan Teori Kepemimpinan a.
Pendekatan Teori Sifat Teori ini berusaha menggeneralisasikan sifat-sifat umum yang dimiliki oleh pemimpin, seperti fisik, mental dan kepribadian.Dengan asumsi bahwa keberhasilan seseorang pemimpin ditentukan oleh kualitas fisik, mental, psikologis, personalitas dan intelektualitas.
b.
Pendekatan Teori Perilaku Teori ini dilandasi pemikiran, bahwa kepemimpinan merupakan interaksi antara pemimpin dengan pengikut dan dalam interaksi tersebut pengikutlah yang menganalisis dan mempersepsikan apakah menerima atau menolak kepemimpinannya.
c.
PendekatanTeoriSituasi
Teori ini mencoba mengembangkan kepemimpinan sesuai situasi dan kebutuhan. Dalam pandangan ini hanya pemimpin yang mengetahui situasi dan kebutuhan organisasi yang dapat menjadi pemimpin yang efektif. 5.
Indikator Kepemimpinan Adapun indikator dari kepemimpinan dalam penelitian ini meliputi :
a.
Jelas dalam memberi perintah Yaitukemampuanmanajerdalam menjelaskan perintah kepada bawahan.
b.
Pandai membaca situasi Yaitukemampuanmanajermenempatkan diri saat memerintah bawahan sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga tidak menciptakan rasa tegang dalam perusahaan.
c.
Kreatif Yaitukemampuanmanajerdalam menciptakan suasana kerja yang nyaman sehingga proses pencapaian tujuan perusahaan berjalan dengan lancar.
d.
Disiplin Yaitu tingkat kedisiplinan manajer dalam memberikan contoh yang benar bagi bawahan.
e.
Tegas dalam memberi pengarahan kepada bawahan Yaitusikaptegasdari pimpinan saat memberikan pengarahan dan perintah melakukan pekerjaan pada karyawan.
2.1.2 Motivasi 1. Pengertian Motivasi
Motivasi menurut Bangun (2012: 313) adalah suatu tindakan untuk memenuhi orang lain agar berperilaku (to behave) secara teratur. Motivasi merupakan tugas bagi manajer untuk memengaruhi orang lain (karyawan) dalam suatu perusahaan. Oleh sebab itu, motivasi diartikan sebagai kesuluruhan proses pemberian dorongan atau rangsangan kepada para karyawan sehingga mereka bersedia bekerja dengan rela tanpa dipaksa. Pemberian motivasi dikatakan penting, karena pimpinan atau manajer itu tidak sama dengan karyawan. Seorang manajer tidak dapat melakukan pekerjaannya sendirian, karena keberhasilannya amat ditentukan oleh hasil kerja yang dilakukan oleh orang lain (bawahan). Untuk melaksanakan tugas sebagai seorang manajer ia harus membagi-bagi tugas dan pekerjaan tersebut kepada seluruh bawahan yang ada dalam unit kerja itu. Disinilah letak pentingnya pemberian motivasi kepada para sumber daya manusia, agar mereka tetap dan mau melaksanakan pekerjaan tadi sesuai dengan kecakapan yang mereka miliki. Oleh karena itu, diharapkan mereka bukan saja asal mau untuk bekerja, tetapi juga yang terpenting adalah pekerjaan itu sesuai dengan apa yang diinginkan oleh perusahaan. Pekerjaan memberi motivasi kepada sumber daya manusia dikatakan sulit, karena para manajer akan dihadapkan dengan manusia. Karyawan adalah manusia-manusia hidup yang mempunyai perasaan, pikiran, harga diri, keinginan, dan perilaku yang amat sukar untuk digeneralisasikan secara umum. 2. Proses Motivasi Kebutuhan dan tujuan adalah konsep yang memberikan dasar untuk menyusun suatu pola terpadu. Orang berusaha memenuhi berbagai macam
kebutuhannya. Kebutuhan yang tidak dipenuhi, menyebabkan orang mencari jalan untuk menurunkan tekanan yang timbul dari rasa tidak senang. Maka orang memilih suatu tindakan dan terjadilah perilaku yang diarahkan untuk mencapai tujuan. Sesudah lewat beberapa waktu, para manajer menilai
prestasi
kerja/kinerja tersebut. Evaluasi penampilan menelurkan beberapa jenis ganjaran atau hukuman. Hasil ini dipertimbangkan oleh orang itu, dan kebutuhan yang tidak dipenuhi dinilai kembali. 3. Indikator Motivasi Kerja Didalam melakukan aktivitas, seseorang tentu mempunyai serangkaian tujuan yang ingin dicapai. Apabila seorang manajer dalam organisasi perusahaan ingin meramalkan perilaku karyawan secara cukup teliti, maka perlu dikethui tujuan karyawan tersebut, dan tindakan apa yang akan diambil oleh karyawan, yang berusaha memberikan penjelasan tentang hubungan antara perilaku (motivasi) karyawan dan prestasi kerja/kinerjanya. Indikator motivasi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teori menurut Frederick Herberg dengan “Teori Model dan Faktor”. Herberg (2008:7475) mengembangkan teori dua faktor tentang motivasi, yaitu: a.
Faktor pemuas yang disebut juga dengan satisfier atau intrinsic motivation, serangkaian faktor ini meliputi: 1) Kepuasan kerja itu sendiri 2) Prestasi kerja yang diraih 3) Peluang untuk maju 4) Pengakuan orang lain
5) Kemungkinan pengembangan karir 6) Tanggung jawab b.
Faktor pemeliharaan yang disebut juga dissatisfier atau ekstrinsic motivation, serangkaian faktor ini meliputi: 1) Kompensasi 2) Kondisi kerja 3) Rasa aman dan selamat 4) Status 5) Prosedur perusahaan/kebijakan perusahaan 6) Hubungan antar sejawat 7) Hubungan dengan bawahan 8) Hubungan dengan penyelia
2.1.3. Lingkungan Kerja Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan sangat penting untuk diperhatikan oleh manajemen. Meskipun lingkungan kerja tidak melaksanakan proses produksi dalam suatu perusahaan, namun lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap para karyawan yan melaksanakan proses produksi tersebut. Lingkungan kerja yang nyaman bagi karyawannya dapat meningkatkan kinerja. Sebaliknya, lingkungan kerja yang tidak memadai akan dapat menurunkan kinerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman dan nyaman.
Menurut Nitisemito (2010: 183) mendefinisikan “Lingkungan kerja sebagai segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang diembankan”. Pengertian lain dari Sedarmayati (2007: 1) mengemukakan “Lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok”. Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa lngkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada disekitar karyawan pada saat bekerja, baik yang berbentuk fisik ataupun non fisik, langsung atau tidak langsung, yang dapat mempengaruhi dirinya dan pekerjaannya saat bekerja. Sedarmayanti (2007: 21) menyatakan bahwa secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi dua, yaitu: a. Lingkungan kerja fisik Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan kerja fisik dapat dibagai dalam dua kategori, yaitu: a. Lingkungan yang langsung berhubungan dengan karyawan sepserti pusat kerja, kursi, meja dan sebagainya, b. Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya
temperature, kelembaban, sirkulasi udara, pencayahaan, kebisingan, getaran mekanik, bau tidak sedap, warna, dan lain-lain. Untuk dapat memperkecil pengaruh lingkungan fisik terhadap karyawan, maka langkah pertama adalah harus mempelajari manusia, baik mengenai fisik dan tingkah lakunya maupun mengenai fisiknya, kemudian digunakan sebagai dasar memikirkan lingkungan fisik yang sesuai. b. Lingkungan kerja nonfisik Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan. “Perusahaan hendaknya dapat mencerminkan kondisi yang mendukung kerja sama antara tingkat atasan, bawahan maupun yang memiliki status jabatan yang sama di perusahaan. Kondisi yang hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik, dan pengendalian diri” (Nitisemito, 2010 :171). Jadi, lingkungan kerja non fisik ini juga merupakan kelompok lingkungan kerja yang tidak bisa diabaikan. 2.1.4
Kinerja
1. Pengertian Kinerja Setiap manusia punya potensi untuk bertindak dalam berbagai
bentuk
aktivitas. Kemampuan bertindak itu dapat diperoleh manusia baik secara alami (ada sejak lahir) atau dipelajari. Walaupun manusia mempunyai potensi untuk berperilaku tertentu tetapi perilaku itu hanya diaktualisasi pada saat-saat tertentu saja. Potensi untuk berperilaku tertentu itu disebut ability (kemampuan), sedangkan ekspresi dari potensi ini dikenal sebagai performance (kinerja).
Menurut Mahsun (2011: 25) Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategik planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolok ukurnya. Menurut Rivai (2009: 14) Kinerja adalah merupakan terjemahan dari kata performance
yang
berasal
dari
kata
to
perform
dengan
beberapa
entriesyaitu:melakukan, menjalankan, melaksanakan (to do or carry out, execute), memenuhi atau melaksanakan kewajiban suatu niat atau nazar (to discharge of fulfill; as vow), melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab (to execute or complete), melakukan sesuatu yang diharapkan oleh orang atau mesin (to do what is expected of a person machine). 2. Indikator Kinerja Untuk mengukur perilaku atau sejauh mana individu berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan oleh organisasi atau institusi, yaitu prestasi kerja pada umumnya dikaitkan dengan pencapaian hasil dari standar kerja yang telah ditetapkan. Didalam penelitian ini pengukuran kinerja diarahkan pada enam aspek yang merupakan bidang prestasi kunci bagi perusahaan yang bersangkutan,
Menurut Sutrisno (2009: 152) untuk mengukur kinerja karyawan diperlukan suatu indikator sebagai berikut: a.
Hasil kerja Tingkat kuantitas maupun kualitas yang telah dihasilkan dan sejauh mana pengawasan dilakukan.
b.
Pengetahuan Pekerjaan Tingkat pengetahuan yang terkait dengan tugas pekerjaan yang akan berpengaruh langsung terhadap kuantitas dari kualitas hasil kerja.
c.
Inisiatif Tingkat inisiatif selama melaksanakan tugas pekerjaan khususnya dalam hal penanganan masalah-masalah yang timbul.
d.
Kecekatan mental Tingkat kemampuan dan kecepatan dalam menerima instruksi kerja dan menyesuaikan dengan cara kerja serta situasi kerja yang ada.
e.
Sikap Tingkat semangat kerja serta sikap positif dalam melaksanakan tugas pekerjaan.
f.
Disiplin waktu dan absensi Tingkat ketepatan waktu dan tingkat kehadiran.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan
Menurut Mahmudi (2008: 20) Kinerja merupakan suatu multidimensional yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhi, antara lain: a.
Faktor personal/individu, meliputi: pengetahuan, inisiatif, kemampuan, disiplin, motivasi dan komitmen yang dimiliki setiap individu.
b.
Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader.
c.
Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim.
2.2 Rerangka Pemikiran Berhasil tidaknya suatu organisasi atau institusi akan ditentukan oleh faktor manusianya atau karyawannya dalam mencapai tujuannya. Seorang karyawan yang memiliki kinerja yang tinggi dan baik dapat menunjang tercapainya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Pada proses ini fungsi pemimpin mempunyai peran yang sangat erat menentukan dalam pelaksanaan organisasi perusahaan, karena pemimpin merupakan titik sentral didalam menentukan dinamika sumber-sumber yang ada untuk terciptanya suatu tujuan perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, maka Rerangka pikir teoritis dalam penelitian ini dapat dirumuskan pada bagan berikut ini:
Kepemimpinan (KP) Uji Parsial Motivasi (MT)
Kinerja Karyawan (Y)
Lingkungan Kerja (LK)
Gambar 1 Rerangka Pemikiran Sumber: Oleh Peneliti Peranan pimpinan untuk memotivasi kerja karyawan menjadi kewajiban yang harus dilakukan oleh pimpinan perusahaan. Pekerja harus mampu menangkap berbagai dorongan yang diberikan oleh perusahaan sehingga dapat memacu motivasi kerjanya disamping juga meningkatkan kemampuan kinerjanya. Selain itu lingkungan kerja didalam suatu perusahaan sangat penting untuk diperhatikan oleh manajemen perusahaan. Lingkungan kerja yang memuaskan para karyawan perusahaan akan mendorong para karyawan tersebut untuk bekerja dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian maka jelas dengan adanya kepemimpinan, motivasi, dan lingkungan kerja yang baik, maka kinerja karyawan juga akan baik, sehingga tujuan
perusahaan akan dapat mudah tercapai, dari uraian di atas dapat diajukan model kerangka pemikiran. 2.3 Perumusan Hipotesis 1. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Gaya kepemimpinan seorang pemimpin pada dasarnya dapat memengaruhi perilaku bawahan agar mampu melaksanakan tugas atau kegiatan dengan sebaikbaiknya. Karyawan atau bawahan akan mampu mencapai produktivitas kerja secara maksimal jika memiliki motivasi yang berasal dari dirinya sendiri yang mampu yang berasal dari lingkungan kerja. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, maka
seorang
pemimpin
dituntut
memiliki
kemampuan-kemampuan
mempengaruhi dan memberikan motivasi kepada karyawan agar bisa bekerja secara maksimal. Keberhasilan perusahaan pada dasarnya ditopang oleh kepemimpinan yang efektif. Menurut Sutrisno (2010: 219) menganggap kepemimpinan sebagai kegiatan untuk memengaruhi orang agar bekerja dengan rela untuk mencapai tujuan bersama. Secara luas kepemimpinan diartikan sebagai usaha yang terorganisasi untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya manusia, materiil dan finansial guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Seorang pemimpin ini ditunjukkan dengan gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam organisasi. Gaya kepemimpinan ini juga dapat mempengaruhi kinerja pegawai. Apabila karyawan tidak menyukai gaya kepemimpinan yang digunakan oleh para karyawan. Pencapaian kinerja yang diharapkan karyawan
seharusnya pemimpin selalu memperhatikan gaya kepemimpinan, sehingga kinerja dapat dicapai secara maksimal. Berdasarkan keterangan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
kepemimpinan
bahwa
kepemimpinan
seorang
pemimpin
dapat
menimbulkan atau menciptakan suasana lingkungan kerja yang nyaman dan juga semangat kerja bagi karyawan. Jadi, hubungan antara variabel gaya kepemimpinan dengan kinerja karyawan adalah: H1: Kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. 2. Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja karyawan Di dalam pengelolaannya menurut Bangun (2012: 313) mengatakan bahwa motivasi dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan untuk mempengaruhi orang lain agar berperilaku secara teratur. Kemampuan, kecakapan dan keterampilan pegawai tidak ada artinya apabila tidak diikuti dengan motivasi yang tinggi. Apabila pemberian motivasi berjalan dengan baik maka dapat mempengaruhi tingkat kinerja karyawan. Kinerja karyawan merupakan salah satu ukuran yang sering dipakai dalam menentukan efektivitas perusahan. Pemimpin memiliki kewajban untuk selalu memotivasi karyawan agar meningkatkan kinerjanya, dengan demikian kerjasama dan saling memahami tugas dan fungsi setiap unit kerja dapat berjalan dengan baik. Peranan motivasi dalam menunjang pemenuhan kebutuhan berprestasi sangat besar, dengan kata lain motivasi mempunyai hubungan yang positif terhadap kinerja karyawan.
H2 : Motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Karyawan 3. Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pengertian lain dari Sedarmayati (2007: 1) mengemukakan “Lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok”. Penelitian yang dilakukan oleh Vera Parlinda dan M. Wahyuddin (2008) yang berjudul Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi, Penelitian, dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Perusahaan Daerah Air Minum Kota Surakarta, diperoleh hasil bahwa secara parsial lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Jadi hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H3 : Lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan