21
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1
Pengertian Struktur Modal
Husnan (2000:275) mendefinisikan struktur modal sebagai perbandingan antara sumber jangka panjang yang bersifat pinjaman dan modal sendiri. Struktur modal berkaitan dengan keputusan pendanaan yang berasal dari sumber internal maupun sumber eksternal. Dana yang bersumber dari internal perusahaan yaitu berupa laba ditahan dari kegiatan perusahaan sedangkan yang bersumber dari eksternal perusahaan yaitu berupa modal pinjaman atau hutang. Dalam suatu perusahaan, struktur modal merupakan perbandingan antara kewajiban jangka panjang perusahaan dengan modal sendiri (saham) yang digunakan perusahaan. Adanya penambahan atau pengurangan hutang jangka panjang yang menyebabkan perubahan perbandingan kewajiban jangka panjang dengan modal sendiri akan mengakibatkan perubahan struktur modal pada suatu perusahaan. Struktur modal yang efisien dapat mengurangi biaya modal sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan umumnya memilih penggunaan dana yang berasal dari hutang karena biaya bunga yang akan ditanggung perusahaan lebih kecil dari laba yang dihasilkan dari manfaat hutang tersebut. Pengertian struktur modal berbeda dengan struktur keuangan, struktur modal hanya meliputi pembelanjaan permanen saja yang meliputi hutang jangka panjang
7
22 8
dan modal sendiri. Sedangkan struktur keuangan terdiri dari modal kerja dan hutang jangka pendek. 2.1.2 Komponen Struktur Modal Struktur modal memiliki beberapa komponen, yaitu : 1. Modal Sendiri Modal sendiri terdiri dari modal sendiri yang berasal dari dalam perusahaan yaitu berupa laba ditahan dan penyusutan yang berasal dari kegiatan operasi perusahaan dan modal sendiri yang berasal dari luar yaitu berupa saham biasa atau saham preferen. Dalam perusahaan yang berbentuk perseroan, modal sendiri dapat berbentuk modal saham. Modal saham adalah jenis modal yang terdapat dalam perusahaan yang berbentuk perseroan terbuka (PT) yang dihasilkan melalui penerbitan dan penempatan saham-saham tersebut baik kepada pihak tertentu maupun masyarakat umum. Saham yang berasal dari luar (external financing) terdiri dari : a. Saham biasa (Common Stock) Yaitu bentuk kepemilikan tanpa hak istimewa. Pemilik akan mendapatkan keuntungan atas pembagian deviden pada akhir tahun pembukuan jika perusahaan memperoleh keuntungan (laba). b. Saham preferen (prefered stock) Yaitu bentuk kepemilikan dengan hak istimewa. Keistimewaaan saham preferen antara lain pembayaran deviden serta pembagian atas kekayaan
23 9
perusahaan apabila perusahaan dilikudasi. Deviden saham preferen hanya dibagikan apabila perusahaan menghasilkan laba yang cukup. c. Laba ditahan Yaitu total penjumlahan dari laba sesudah pajak mulai dari awal peusahaan didirikan dan tidak dibagikan kepada pemiliknya. Setiap perusahaan harus memiliki jumlah minimum modal sendiri yang dibutuhkan demi menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Modal sendiri yang bersifat permanen ini juga dapat melindungi perusahaan dari risiko kebangkrutan. d. Sumber Modal Asing/Hutang Jangka Panjang Modal asing atau hutang jangka panjang merupakan hutang yang memiliki jangka waktu relatif panjang (lebih dari satu tahun), umumnya lebih dari sepuluh tahun yang dapat digunakan untuk membiayai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi perusahaan. Perusahaan akan cenderung lebih memilih menggunakan sumber dana yang berasal dari modal asing/hutang jangka panjang karena memiliki jangka waktu yang lama dan ringannya syarat-syarat pembayaran atas pengembalian hutang tersebut. Akan tetapi, perusahaan wajib membayar hutang tersebut pada jatuh tempo yang sudah ditetapkan dengan bunga yang sudah ditetapkan pula tanpa melihat kondisi keuangan perusahaan. Apabila perusahaan tidak dapat membayar kembali hutang beserta bunganya, maka kreditur akan memaksa perusahaan untuk menjual aset yang dimilikinya sebagai jaminan atas hutang yang tidak mampu dibayarnya.
24 10
Struktur modal yang kurang sehat ditandai oleh terlalu besarnya jumlah pinjaman dari pihak ketiga untuk menandai kegiatan bisnis (Sutojo, at.all, 2004: 323). Dengan demikian, perusahaan harus menjaga besaran jumlah pinjaman jangka panjangnya yang dapat mempengaruhi baik buruknya struktur modal. Perusahaan yang memiliki debt to equty ratio lebih dari satu menandakan perusahaan tersebut memiliki risiko. Semakin besar debt to equty ratio, maka semakin besar pula risiko yang dimiliki perusahaan tersebut. Hal ini menyebabkan para investor tidak berminat untuk berinvestasi pada perusahaan yang memiliki risiko. 2.1.3 Tujuan Manajemen Struktur Modal Tujuan manajemen struktur modal adalah memadukan sumber dana permanen yang digunakan perusahaan dengan cara yang akan memaksimumkan harga saham perusahaan. Warsono (2003:238) menyatakan bahwa penentuan struktur modal bagi perusahaan merupakan salah satu bentuk keputusan keuangan yang penting, karena keputusan ini dapat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan manajemen keuangan perusahaan. Sebaliknya, tujuan ini bisa dipandang sebagai pencarian terhadap paduan dana yang akan meminimumkan campuran biaya modal perusahaan. Paduan sumber dana ini akan menciptakan struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal merupakan struktur modal yang dapat meminimumkan biaya modal rata-rata sehingga akan memaksimumkan nilai perusahaan.
25 11
Riyanto (2011:293) menyatakan bahwa berdasarkan aturan finansial konservatif dalam mencari struktur modal yang optimal. Dalam aturan struktur finansial konservatif yang vertikal menghendaki agar perusahaan, dalam keadaan bagaimanapun juga jangan mempunyai jumlah utang yang lebih besar daripada jumlah modal sendiri, atau dengan kata lain “debt ratio” jangan lebih besar dari 50%, sehingga modal yang dijamin (utang) tidak lebih besar dari modal yang menjadi jaminannya. 2.1.4 Teori Struktur Modal Sjahrial (2007) membagi struktur modal menjadi 2 (dua) kelompok besar yaitu : 1. Teori Struktur Modal Tradisional yang terdiri dari : a. Pendekatan laba bersih (Net Income Approach) Pendekatan ini mengasumsikan apabila tingkat kapitalisasi dan tingkat biaya hutang konstan maka semakin besar jumlah hutang yang digunakan perusahaan, biaya modal rata-rata tertimbang semakin kecil sebagai akibat penggunaan hutang yang semakin besar, nilai perusahaan akan meningkat. Dengan demikian, nilai perusahaan akan meningkat jika hutang yang digunakan perusahaan semakin besar.
26 12
b. Pendekatan laba operasi bersih (Net Operating Income Approach = NOI Approach) Menurut pendekatan ini, besaran biaya hutang tidak berubah seperti dalam pendekatan laba bersih. Penggunaan hutang yang semakin besar akan meningkatkan risiko perusahaan. Hal ini akan menyebabkan biaya modal rata-rata tertimbang tidak berubah sehingga keputusan struktur modal tidak lagi menjadi penting. c. Pendekatan tradisional (Traditional Approach) Pendekatan ini berasumsi bahwa setiap perusahaan memiliki struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal terbentuk apabila nilai perusahaan maksimum atau struktur modal yang menyebabkan biaya modal rata-rata tertimbang minimum. Ketiga pendekatan struktur modal tradisional pada mulanya dikembangkan oleh David Durand pada tahun 1952. 2. Teori Struktur Modal Modern yang terdiri dari : a. Model Modigliani-Miller (MM) tanpa pajak MM berasumsi bahwa tidak ada pajak penghasilan perorangan atau pajak penghasilan perusahaan. Dalam teori ini MM mengemukakan tiga preposisi : 1) Preposisi 1, MM berpendapat bahwa nilai perusahaan tidak lain merupakan kapitalisasi laba operasi bersih yang diharapkan atau expected
27 13
net operating income (NOI = EBIT) dengan tingkat kapitalisasi konstan yang sesuai dengan tingkat risiko perusahaan. MM berpendapat bahwa nilai perusahaan adalah tidak tergantung atau tidak dipengaruhi oleh struktur modal. Pada preposisi I ini, MM membedakan teorinya dengan pendekatan laba bersih dengan menggunakan proses arbitrase sebagai sarana pembuktiannya, dimana harga saham perusahaan yang memiliki hutang akan turun sedangkan
harga saham perusahaan yang tidak
memiliki hutang akan meningkat. Proses ini akan terus berlangsung dan berhenti ketika harga saham perusahaan tersebut memiliki harga yang sama. 2) Preposisi II, MM berpendapat bahwa biaya modal sendiri perusahaan yang memiliki leverage adalah sama dengan biaya modal sendiri perusahaan yang tidak memiliki leverage ditambah dengan premium risiko. Semakin besar hutang yang digunakan akan menyebabkan bertambahnya risiko perusahaan dan juga akan meningkatkan biaya modal sendiri. Maka semakin besar hutang yang digunakan dalam struktur modal, nilai perusahaan tidak akan meningkat. 3) Preposisi III, preposisi ketiga ini menyatakan bahwa perusahaan seharusnya melakukan investasi proyek baru sepanjang nilai perusahaan meningkat paling tidak sebesar biaya investasi.
28 14
b. Model Modigliani-Miller (MM) dengan pajak MM mengembangkan teori MM diatas dengan mengubah asumsinya, dengan menambahkan pajak dalam penghasilan perusahaan. Hal ini akan menyebabkan nilai perusahaan akan meningkat dengan adanya leverage. 1) Preposisi I, nilai perusahaan yang memiliki leverage adalah sama dengan nilai perusahaan yang tidak memiliki leverage ditambah nilai perlindungan pajak. Nilai perlindungan pajak ini adalah sebesar pajak penghasilan perusahaan dikalikan dengan hutang perusahaan. 2) Preposisi II, MM berpendapat bahwa biaya modal sendiri perusahaan yang memiliki leverage adalah sama dengan biaya modal sendiri perusahaan yang tidak memiliki leverage ditambah premium risiko. Besarnya premium risiko ini tergantung atas besarnya hutang dan selisih atas biaya modal sendiri perusahaan yang tidak memiliki leverage dan biaya hutang. 3) Preposisi III, MM berpendapat bahwa perusahaan seharusnya melakukan investasi sepanjang memenuhi persyaratan, yaitu IRR > cut-off-rate atau pembatas untuk setiap investasi baru. c. Model Miller Miller menyajikan teori struktur modal yang meliputi pajak untuk penghasilan pribadi, yang meliputi pajak penghasilan dari saham dan pajak penghasilan dari obligasi. Keuntungan yang dihasilkan dari penggunaan hutang dalam model Miller ini bergantung pada besaran pajak perusahaan,
29 15
pajak pribadi dari penghasilan saham, pajak pribadi dari penghasilan obligasi dan hutang perusahaan. d. Financial distress dan Agency Cost Financial distress merupakan kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan terancam bangkrut. Perusahaan yang akan mengalami kebangkrutan akan menimbulkan berbagai macam biaya, yaitu indirect cost of financial distress dan direct cost of financial distress. indirect cost of financial merupakan biaya yang muncul ketika perusahaan akan mengalami financial distress, misalnya biaya yang ditimbulkan manajemen yang lebih memilih menghindari kebangkrutan daripada membuat keputusan yang baik. Sedangakan direct cost of financial distress merupakan biaya yang muncul akibat perusahaan telah mengalami kebangkrutan, seperti perusahaan terpaksa harus menjual aktiva dibawah harga pasar, biaya likuidasi perusahaan, rusaknya aktiva tetap karena dimakan waktu sebelum terjual, dsb. Financial distress ini timbul karena perusahaan cenderung meningkatkan penggunaan hutang. Agency
Costs
adalah
biaya
yang
timbul
karena
perusahaan
menggunakan hutang dan melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan dan kreditor. Biaya ini timbul karena perusahaan yang memilih menggunakan hutang akan memiliki kepentingan sendiri agar memperoleh hutang yang tinggi, semakin besar penggunaan hutang maka akan semakin
30 16
besar pula risiko yang akan ditanggung perusahaan. Hal ini akan merugikan para kreditor. Sehingga akan menimbulkan problem keagenan. e. Model Trade Off (Model Gabungan Antara Model Modigliani-Miller, Model Miller, Dan Financial Distress & Agency Costs) Penggunaan hutang yang besar akan memberikan keuntungan yang besar pula atas penggunaan hutang tersebut dan akan meningkatkan nilai perusahaan. Akan tetapi, perusahaan yang meningkatkan penggunaan hutang menimbulkan terjadinya financial distress dan agency costs yang justru akan menurunkan nilai perusahaan. Oleh karena itu, struktur modal yang
optimal
tercapai
dengan
cara
menyeimbangkan
keuntungan
perlindungan pajak dengan beban biaya sebagai akibat penggunaan hutang yang semakin besar. f. Teori Informasi Tidak Simetris (Asymetric Information Theory) Asymetric Information Theory merupakan suatu kondisi dimana satu perusahaan
dalam
transaksi
mempunyai
lebih
banyak
informasi
dibandingkan pihak lain. Perusahaan yang ingin meningkatkan nilai bagi pemegang saham (lama), maka ada kecenderungan bahwa: 1) Jika perusahaan memiliki prospek yang cerah, manajemen tidak akan menerbitkan saham baru tetapi menggunakan laba ditahan, sedangkan 2) Jika perusahaan memiliki prospek yang kurang baik, manajemen akan menerbitkan saham baru untuk memperoleh dana.
31 17
Karena
adanya
asymetric
information
perusahaan
lebih
senang
menggunakan dana dengan urutan: 1) laba ditahan dan dana depresiasi 2) hutang dan 3) penjualan saham baru. Selain itu karena dengan adanya asymetric information perusahaan cenderung memelihara kemungkinan berhutang untuk dapat mengambil keuntungan dari kesempatan investasi yang baik tanpa harus menerbitkan saham baru pada harga yang sedang turun karena pertanda yang jelek. 2.1.5 Indikator Struktur Modal Warsono (2003:239) menyatakan bahwa struktur modal dapat dinyatakan dalam dua indikator: 1. Rasio Liabilitas Rasio liabilitas merupakan perbandingan antara total liabilitas dengan total aktiva. Secara metematis, rasio liabilitas dapat diformulasikan sebagai berikut: Rasio liabilitas = Total liabilitas Total aktiva Semakin tinggi rasio liabilitas suatu perusahaan menunjukkan bahwa melalui struktur modal, risiko keuangan yang ditanggung pemegang saham biasa semakin tinggi. 2. Rasio Liabilitas-Ekuitas Rasio liabilitas-ekuitas adalah perbandingan pinjaman jangka panjang dengan ekuitas
saham
biasa.
Secara
diformulasikan sebagai berikut:
matematis,
rasio
liabilitas-ekuitas
dapat
32 18
Rasio liabilitas = Liabilitas jangka panjang Ekuitas saham biasa Semakin tinggi rasio liabilitas-ekuitas menunjukkan bahwa melalui struktur modal tersebut. Risiko keuangan yang ditanggung oleh para pemegang saham semakin tinggi. Sehingga rasio inilah yang lebih sering digunakan sebagai indikator struktur modal. 2.1.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan keputusan mengenai struktur modal menurut Houston dan Brigham (2006:42-45) adalah : 1. Stabilitas penjualan, perusahaan yang memiliki tingkat penjualan yang relatif stabil akan membuat perusahaan berani untuk mengambil lebih banyak hutang dan siap untuk menanggung beban tetap yang lebih tinggi daripada perusahaan yang memiliki tingkat penjualan yang tidak stabil. 2. Struktur aktiva, besaran aktiva yang dimilki perusahaan dapat mempengaruhi perusahaan untuk mendapatkan hutang yang banyak, aktiva ini dapat dijadikan jaminan atas hutang yang diperolehnya. 3. Leverage operasi, perusahaan yang memiliki leverage operasi yang lebih rendah dapat meningkatkan tingkat leverage keuangannya karena perusahaan tersebut memiliki risiko bisnis yang lebih kecil. 4. Tingkat pertumbuhan, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang pesat akan mengandalkan modal ekstrenal karena membutuhkan banyak dana daripada perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih lambat.
33 19
5. Profitabilitas, perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian yang cenderung untuk menggunakan hutang yang relatif kecil, karena perusahaan dapat membiayai sebagian besar pendanaannya melalui dana internal yang berupa laba ditahan yang tinggi. 6. Pajak, adanya biaya bunga yang timbul akibat penggunaan hutang dapat mengurangi pajak perusahaan. Sehingga dengan adanya pajak memberikan keuntungan atas penggunaan pajak dan semakin besar pula tingkat penggunaan hutang. 7. Pengendalian, pengaruh yang ditimbulkan dari penerbitan surat-surat hutang versus saham terhadap pengendalian manajeman dapat mempengaruhi struktur modal. Karena jenis modal yang akan digunakan perusahaan dapat bervariasi sesuai dengan kondisi situasi yang terjadi. 8. Sikap manajemen, sikap manajemen yang lebih konservatif daripada lainnya menyebabkan lebih kecil dalam penggunaan hutang daripada rata-rata perusahaan dalam industri mereka. 9. Sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penilai kredibilitas, tanpa melihat analisis para manajer atas faktor-faktor leverage yang tepat bagi perusahaan mereka sendiri. Perilaku pemberi pinjaman dan perusahaan penilai kredibilitas sering kali mempengaruhi keputusan struktur keuangan. 10. Kondisi pasar, kondisi pasar saham dan obligasi yang mengalami perubahan baik jangka panjang maupun jangka pendek dapat memberi arti yang penting pada struktur modal perusahaan yang optimal.
34 20
11. Kondisi internal perusahaan, kondisi internal perusahaan juga dapat memiliki pengaruh pada sasaran struktur modal. 12. Fleksibilitas keuangan, tujuan menjaga fleksibilitas keuangan yang dilihat dari sudut pandang operasional artinya adalah menjaga kapasitas pinjaman cadangan yang memadai. Selain itu, terdapat beberapa penelitian lainnya yang juga mengungkapkan faktor-faktor yang perlu mempengaruhi besaran struktur modal perusahaan. Menurut Riyanto (2011:297) struktur modal suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor dimana faktor-faktor yang utama adalah: 1. Tingkat Bunga Dalam pemenuhan kebutuhan modal sangat dipengaruhi oleh tingkat bunga yang berlaku pada waktu itu. Tingkat bunga akan mempengaruhi pemilihan jenis modal apa yang akan ditarik, apakah perusahaan akan mengeluarkan saham atau obligasi. 2. Stabilitas dari “Earning” Perusahaan yang memiliki laba yang stabil akan dapat memenuhi kewajiban finansialnya sebagai akibat dari penggunaan modal asing. Sebaliknya perusahaan yang mempunyai laba yang tidak stabil akan menanggung risiko tidak dapat membayar beban bunga atau angsuran-angsuran pinjaman pada tahun atau keadaan yang memburuk.
35 21
3. Susunan dari Aktiva Perusahaan yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedang modal asing hanya sebagai pelengkap. Perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya sendiri dari aktiva lancar akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan pinjaman jangka pendek. 4. Kadar Risiko dari Aktiva Tingkat risiko dari setiap aktiva di dalam perusahaan adalah tidak sama. Semakin panjang jangka waktu penggunaan suatu aktiva di dalam perusahaan, maka semakin besar derajat risikonya. 5. Besarnya Jumlah Modal yang Dibutuhkan Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan juga mempunyai pengaruh terhadap jenis modal yang akan ditarik. Apabila jumlah modal yang dibutuhkan dapat dipenuhi hanya dari satu sumber saja, maka tidak perlu mencari sumber lain. Sebaliknya, apabila jumlah modal yang dibutuhkan sangat besar, sehingga tidak dapat dipenuhi dari satu sumber saja, maka perlu mencari sumber lain. 6. Keadaan Pasar Modal Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan disebabkan karena adanya gelombang konjungtor. Apabila gelombang meninggi para investor lebih tertarik untuk menanamkan modalnya dalam saham.
36 22
7. Sifat Manajemen Sifat manajemen akan mempunyai pengaruh langsung dalam pengambilan keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan dana. 8. Besarnya suatu Perusahaan Perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan di bandingkan dengan perusahaan yang kecil. Pada penelitian ini, peneliti hanya mengambil beberapa variabel untuk meneliti pengaruh yang ditimbulkan terhadap struktur modal. Varibel tersebut antara lain kinerja keuangan, ukuran perusahaan, dan risiko bisnis. 2.1.7 Kinerja Keuangan Kinerja keuangan merupakan gambaran yang mencerminkan kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis menggunakan alat-alat analisis keuangan. Kinerja keuangan dapat membantu investor mengetahui prestasi kerja suatu perusahaan pada periode tertentu yang juga berdampak pada baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan. Variabel yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan dalam penelitian ini menggunakan profitabilitas dan pertumbuhan penjualan. 1. Profitabilitas Profitabilitas
merupakan
kemampuan
suatu
perusahaan
dalam
menghasilkan laba yang berkaitan dengan penjualan, aktiva, dan modal
37 23
perusahaan. Perusahaan dengan kemampuan profitabilitas yang baik cenderung untuk tidak menambah jumlah hutang yang dimiliki perusahaan karena perusahaan merasa cukup mampu untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya dari besaran keuntungan yang diperoleh perusahaan yang juga berdampak pada meningkatnya laba ditahan yang dimiliki perusahaan. Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menggunakan beberapa alat ukur, teragantung pada laba dan aset atau modal mana yang akan dibandingkan antara satu dengan yang lainnya. Riyanto (2008:36) menyatakan rasio yang umum digunakan oleh para pemakai laporan keuangan adalah sebagai berikut: a) Profitabilitas ekonomi Profitabilitas ekonomi merupakan perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam prosentase. Laba yang digunakan adalah laba operasi atau laba sebelum bunga dan pajak. Profitabilitas ekonomi dapat dirumuskan sebagai berikut: Profitabilitas ekonomi =
b) Profitabilitas modal sendiri Profitabilitas modal sendiri atau rentabilitas usaha merupakan perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal disatu pihak dengan
38 24
jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut dilain pihak. Laba yang dimaksud adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak penghasilan. Profitabiltas modal sendiri =
Apabila rentabilitas modal sendiri dapat digunakan sebagai ukuran bagi efisiensi penggunaan modal sendiri maka yang jadi ukuran efisiensi penggunaan modal secara keseluruhan adalah rentabilitas ekonomi. 2. Pertumbuhan penjualan Perusahaan dengan tingkat penjualan yang relatif stabil cenderung untuk mendorong manajemen untuk menambah jumlah penggunaan hutang, karena manajemen memandang bahwa dengan meningkatnya jumlah penambahan hutang juga akan meningkatkan kepercayaan masyarakat, khususnya para investor. Akan tetapi, beban yang akan ditanggung perusahaan juga akan meningkat dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat penjualannya tidak stabil. 2.1.8 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dapat menggambaran kondisi keuangan perusahaan dalam suatu periode. Perusahaan dengan skala yang besar diyakini mampu untuk memenuhi segala kewajibannya serta mampu memberikan tingkat pengembalian atas investasi para investor. Besar kecilnya suatu perusahaan dapat diukur melalui total penjualan. Penjualan yang lebih besar dari biaya variabel dan biaya tetap
39 25
dapat menunjukkan jumlah pendapatan sebelum pajak. Akan tetapi, perusahaan yang memiliki penjualan yang kecil dari biaya variabel dan biaya tetap akan menyebabkan perusahaan mengalami kerugian. Ukuran perusahaan juga akan mempengaruhi kepercayaan kreditur untuk memberikan kredit kepada perusahaan dan juga memberi kemudahan pada perusahaan untuk mendapatkan pinjaman. Perusahaan yang besar akan membutuhkan banyak dana untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan. Sebaliknya, perusahaan dengan skala rendah tidak membutuhkan banyak dana untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Penggunaan dana yang digunakan dalam kegiatan operasinya bisa diperoleh dari sumber internal perusahaan, namun apabila sumber internal perusahaan sudah tidak mencukupi maka perusahaan mencari dana dari sumber eksternal perusahaan yakni berupa pinjaman (utang) maupun menerbitkan saham baru. Besar kecilnya perusahaan bisa memberi keuntungan bagi perusahaan ketika melakukan penawaran dalam kontrak keuangan. Perusahaan dengan skala yang besar memungkinkan untuk memperoleh penawaran yang spesial dalam pembuatan kontrak. Besaran hutang yang digunakan dapat membuat persetujuan kontrak lebih baik dari penggunaan surat kontrak yang standar. 2.1.9 Risiko Bisnis Risiko bisnis merupakan risiko yang timbul akibat ketidakpastian perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dimasa yang akan datang. Perusahaan harus memenuhi segala kewajiban yang timbul akibat pinjaman yang diperoleh
40 26
perusahaan. Risiko bisnis dalam suatu perusahaan dapat dipengaruhi oleh stabilitas pendapatan dan struktur biaya operasionalnya. Perusahaan dengan jumlah hutang yang tinggi dapat memicu timbulnya risiko bisnis karena perusahaan harus mampu memenuhi kewajibannya serta beban bunga yang ditanggung oleh perusahaan. Perusahaan yang labanya berfluktuasi dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut sedang mengahadapi risiko bisnis. 2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 1 Penelitian Terdahulu No. Indikator
Santika dan Sudiyatno (2011) Menentukan Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia
Indrajaya (2011)
Amiriyah (2013)
Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas dan Risiko Bisnis Terhadap Struktur Modal: Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 20042007
Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan, dan Risiko Bisnis Terhadap Struktur Modal.
1.
Judul Penelitian
2.
Variabel Dependen
Struktur Modal
Leverage
Struktur Modal
3.
Variabel Independen
Pertumbuhan Penjualan,
Struktur Aktiva, Ukuran
Profitabilitas, Pertumbuhan
41 27
Struktur Aktiva, dan Profitabilitas
Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas, dan Risiko Bisnis
Penjualan, Ukuran Perusahaan, dan Risiko Bisnis.
Analisis Regresi Linier Berganda
4.
Alat Analisis
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis Metode Regresi Berganda
5.
Hasil Penelitian
Pertumbuhan penjualan memiliki pengaruh terhadap struktur modal, struktur aktiva memiliki pengaruh terhadap struktur modal tetapi tidak signifikan, dan profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal.
Struktur aktiva Dalam proses memiliki penelitian. pengaruh signifikan terhadap kebijakan struktur modal. ukuran perusahaan, tingkat pertumbuhan, dan risiko bisnis memiliki pengaruh terhadap leverage. Profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap leverage.
Penelitian ini menggabungkan beberapa variabel dari penelitian sebelumnya yakni probitabilitas dan pertumbuhan penjualan yang dimasukkan ke dalam kinerja keuangan serta variabel lain seperti ukuran perusahaan dan risiko bisnis.
42 28
2.3 Rerangka Pemikiran
Tiga Fungsi Keuangan Perusahaan
1
Keputusan Investasi
Keputusan Pendanaan
2
Kebijakan Deviden
Struktur Modal
Komposisi Antara Pinjaman Jangka Panjang dengan Modal Sendiri
3
Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal 4 Kinerja Keuangan
Risiko Bisnis
Ukuran Perusahaan
Pengaruh Parsial
Pengaruh Parsial Struktur Modal Pengaruh Simultan
Pengaruh Simultan
Gambar 1 Diagram Rerangka Pemikiran Keterangan: 1. Perusahaan dihadapkan pada tiga fungsi keuangan, yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden.
43 29
2. Pada penelitian ini, keputusan pendanaan dijadikan fokus penelitian karena perusahaan akan mempertimbangkan keputusan pendanaan untuk memenuhi kebutuhan dana yang akan digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan dan mengembangkan usahanya. Keputusan pendanaan ini bertujuan untuk menentukan tingkat struktur modal yang optimal. 3. Struktur modal merupakan komposisi antara pinjaman jangka panjang dengan modal sendiri. 4. Struktur modal yang baik dapat meminimumkan biaya modal dan memaksimumkan nilai perusahaan. Oleh karena itu terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan. Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan sebagai faktor yang mempengaruhi struktur modal berupa kinerja keuangan (profitabilitas dan pertumbuhan penjualan), ukuran perusahaan dan risiko bisnis. 2.4 Pengembangan Hipotesis Kinerja keuangan merupakan gambaran pencapaian prestasi perusahaan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode. Kinerja keuangan digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan sejumlah modal tertentu dengan menggunakan rasio keuangan yang dapat memberikan gambaran tentang pertimbangan perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan. Dalam penelitian ini kinerja keuangan diproksikan dengan profitabilitas dan pertumbuhan penjualan. Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba
44 30
yang berkaitan dengan penjualan, aktiva, dan modal perusahaan. Dalam jangka panjang, investor akan lebih menganalisa profitabilitas karena menggambarkan keuntungan yang akan diperolehnya dalam bentuk deviden. Menurut hasil pengujian Santika dan Sudiyatno (2011) dan Indrajaya (2011) menyatakan bahwa variabel profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Sedangkan hasil pengujian Prabansari (2005) menyatakan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Perusahaan dengan tingkat keuntungan yang tinggi memungkinkan untuk menghasilkan besaran jumlah pendanaan internal perusahaan dan cenderung tidak memilih untuk melakukan penambahan pinjaman. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah : H1a : Profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal. Pertumbuhan penjualan yang stabil mampu memberikan jaminan pada investor bahwa perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajibannya, karena pertumbuhan yang stabil menggambarkan perusahaan memiliki aliran kas yang stabil pula. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah : H1b : Pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap struktur modal. Ukuran perusahaan dapat menjadi indikator seberapa kuat kondisi finansial suatu perusahaan. Perusahaan besar memungkinkan memiliki tingkat pinjaman yang lebih besar dibandingkan perusahaan kecil karena perusahaan besar mampu
45 31
berikan jaminan dalam memenuhi kewajibannya. Sehingga perusahaan besar lebih memilih menggunakan sumber pendanaan eksternal karena lebih memilik peluang untuk memiliki akses ke pasar modal. Peneltian yang dilakukan oleh Indrajaya (2011) mengahasilkan bahwa variabel ukuran perusahaan memiliki pengaruh parsial yang positif dan signifikan terhadap leverage yang juga akan berdampak pada struktur modal perusahaan. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah : H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Indrajaya (2011) variabel risiko bisnis berpengaruh parsial yang positif terhadap leverage meskipun pengaruh tersebut tidak signifikan. Sedangkan menurut penelitian Prabansari (2005) variabel risiko bisnis berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal perusahaan dengan nilai siginfikan p = 0.002 < 0.05. Perusahaan yang berisiko tinggi disebabkan oleh penggunaan utang yang meningkat sehingga memungkinkan terjadinya kebangkrutan, hal ini membuat perusahaan cenderung untuk mengurangi besaran pinjamannya. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah : H3 : Risiko bisinis berpengaruh terhadap struktur modal.