BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoretis Pada Sub bab ini penulis akan membahas landasan dan rerangka teori yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang dibahas di dalam skripsi, sehingga tinjauan dan rerangka teori yang dikemukakan sejalan dengan penelitian yang akan dilakukan. 2.1.1 Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal Menurut Sunariyah (2006:4) Pasar modal adalah suatu sistem keuangan terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Menurut Husnan (2009:1) Pasar modal didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik diterbitkan oleh pemerintah, public authorities maupun perusahaan swasta. Dari pengertian pasar modal di atas dapat disimpulkan bahwa suatu pasar yang dipersiapkan untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa diperjualbelikan antara lain saham, obligasi, jenis surat berharga lainnya dan yang termasuk di dalamnya bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan.
2. Alasan Dibentuknya Pasar Modal Menurut Husnan (2009:4) Pasar modal banyak dijumpai di banyak negara karena pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender ke borrower dengan menginvestasikan kelebihan dana yang mereka miliki. Lender mengharapkan akan memperoleh imbalan dari penyerahan dana tersebut. Dari sisi pihak borrower tersedianya dana dari pihak luar memungkinkan mereka melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Dalam proses ini diharapkan akan terjadi peningkatan produksi, sehingga akhirnya secara keseluruhan akan terjadi peningkatan kemakmuran. Fungsi ini sebenarnya dilakukan oleh intermediasi keuangan lainnya, seperti lembaga perbankan. Hanya bedanya dalam pasar modal diperdagangkan dana jangka panjang dan dilakukan secara langsung, tanpa perantara keuangan. Ada beberapa daya tarik pasar modal. Pertama, diharapkan pasar modal ini akan bisa menjadi alternatif penghimpunan dana selain sistem perbankan. Pasar modal memungkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas yang berupa surat tanda hutang (obligasi) ataupun surat tanda kepemilikan (saham). Dengan demikian, perusahaan bisa menghindarkan diri dari kondisi debt to equity ratio yang terlalu tinggi sehingga justru membuat cost of capital of the firm tidak lagi minimal. Tentu saja tidak berarti bahwa perusahaan akan selalu menerbitkan saham dengan adanya pasar modal. Tidak berarti juga bahwa saham, karna tidak mengharuskan perusahaan membayar bunga, lantas ditafsirkan sebagai dana
murah. Dalam teori keuangan dijelaskan bahwa setiap sumber dana, baik hutang maupun modal sendiri, mempunyai biaya dana (cost of capital). Hanya modal sendiri biaya tersebut bersifat implisit, atau opportunistic, sedangkan untuk hutang bersifat eksplisit karena memang benar-benar dikeluarkan oleh perusahaaan dalam bentuk pembayaran bunga. Kedua, pasar modal memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi risiko mereka. Dengan adanya pasar modal, para pemodal memungkinkan untuk melakukan diversifikasi investasi, membentuk portofolio yaitu (gabungan dari berbagai investasi) sesuai dengan risiko yang mereka bersedia tanggung dan tingkat keuntungan
yang
mereka harapkan. Disamping itu investasi pada sekuritas mempunyai daya tarik lain, yaitu pada likuiditasnya. Sehubungan dengan itu maka pasar modal memungkinkan terjadinya alokasi dana yang efisien. 3. Peranan Pasar Modal Menurut Sunariyah (2006:7-8) Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara yang pada dasarnya mempunyai kesamaan antara satu negara dengan negara lain. Adapun peranan pasar modal pada suatu negara dapat dilihat dari lima segi sebagai berikut ini: a. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjualbelikan. b. Pasar modal memberi kesempatan pada pemodal untuk menentukan hasil (return) yang diharapkan. Keadaan tersebut akan mendorong perusahaan (emiten) untuk memenuhi keinginan pasar modal. Pasar modal menciptakan
peluang bagi perusahaan (emiten) untuk memuaskan keinginan para pemegang saham, kebijakan dividen dan stabilitas harga sekuritas yang relatif normal. c. Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. Dengan beroperasinya pasar modal para investor dapat melikuidasi surat berharga yang dimiliki tersebut setiap saat. Apabila pasar modal tidak ada, maka investor terpaksa harus menunggu cairan surat berharga yang dimilikinya sampai dengan saat likuidasi perusahaan. Keadaan semacam ini akan menjadikan investor kesulitan menerima uangnya kembali, bahkan tertunda-tunda dan berakibat menerima risiko rugi yang sulit di prediksi sebelumnya. d. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian. Masyarakat berpenghasilan kecil mempunyai kesempatan untuk mempertimbangkan alternatif cara penggunaan uang mereka. Selain menabung, uang dapat dimanfaatkan melalui pasar modal dan beralih ke investasi yaitu dengan membeli sebagian kecil saham perusahaan publik. Apabila sebagian kecil saham tersebut sedikit demi sedikit berkembang dan meningkat jumlahnya maka ada kemungkinan bahwa masyarakat dapat memiliki saham mayoritas. e. Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga. Bagi para modal, keputusan investasi harus didasarkan pada tersedianya informasi yang akurat dan dapat dipercaya.
4. Macam-Macam Pasar Modal Menurut Sunariyah (2006:12-14) Penjualan saham (termasuk jenis sekuritas lain) kepada masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal dimana sekuritas tersebut diperjualbelikan. Jenis-jenis pasar modal tersebut ada beberapa macam yaitu : a.
Pasar Perdana (primary market) Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Harga saham di pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang go public (emiten), berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan. Peranan penjamin emisi pada pasar perdana selain menentukan harga saham, juga melaksanakan penjualan saham kepada masyarakat sebagai calon pemodal.
b.
Pasar sekunder (secondary Market) Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah melewati masa penawaran pada pasar perdana. Harga pasar di sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual. Besarnya permintaan dan penawaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal perusahaan, yang berhubungan dengan kebijakan internal pada perusahaan beserta kinerja yang telah dicapai. Hal ini berkaitan dengan hal-hal yang seharusnya dikendalikan oleh manajemen. Misalnya pendapatan perlembar
saham, besarnya dividen yang dibagi, kinerja manajemen perusahaan, prospek perusahaan di masa yang akan datang dan lain sebagainya. Faktor eksternal perusahaan yaitu hal-hal diluar kemampuan perusahaan untuk mengendalikan sebagai contoh : munculnya gejolak politik pada suatu negara, perubahan kebijakan moneter dan laju inflasi yang tinggi. c.
Pasar ketiga (Third Market) Tempat perdagangan saham atau sekuritas lain diluar bursa (over the counter market). dalam pasar ketiga ini tidak memiliki pusat lokasi perdagangan yang dinamakan floor trading (lantai bursa). Operasinya yang ada pada pasar ketiga berupa pemusatan informasi yang disebut “trading information’’. Informasi yang diberikan dalam pasar ini meliputi harga-harga saham, jumlah transaksi,
dan
keterangan
lainnya
mengenai
surat
berharga
yang
bersangkutan. d.
Pasar Keempat (Fourth Market) Bentuk perdagangan efek antar pemodal atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek.
5. Lembaga Penunjang Pasar Modal Menurut Husnan (2009:9) Di pasar modal diperlukan lembaga dan profesi agar kegiatan pasar modal dapat berjalan dengan baik antara lain : a.
BAPEPAM (Badan Pengawasan Pasar Modal) Di pasar modal Indonesia lembaga yang mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal adalah BAPEPAM (Badan Lembaga Pasar Modal). Keberadaan
BAPEPAM dimaksudkan agar dapat mewujudkan kegiatan pasar modal yang teratur, wajar dan efisien, dan melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat. Perlindungan kepentingan ini hendaknya tidak ditafsirkan sebagai perlindungan dari fluktuasi harga, melainkan perlindungan dari perlakuan yang tidak fair dari emiten (misal informasi yang tidak benar) ataupun perusahaan, lembaga dan profesi yang berkaitan dengan pasar modal (misal jual beli saham harus dapat dipenuhi sesuai dengan ketentuan yang berlaku). b.
Bursa Efek Lembaga yang menyelenggarakan perdagangan efek adalah Bursa Efek. Di Indonesia Bursa Efek harus berbentuk Perseroan. Di bursa inilah dilakukan jual beli saham dengan menggunakan jasa perusahaan efek yang menjadi anggota bursa tersebut. dengan demikian para pemodal tidak dapat melakukan jual beli antar mereka sendiri secara langsung, tetapi harus lewat anggota bursa di bursa efek.
c.
Lembaga Kliring dan Penjaminan Lembaga ini menyediakan jasa kliring dan pinjaman penyelesaian transaksi bursa. Sama seperti kalau kita melakukan pembayaran dengan menggunakan cheque, yang kliringnya dilakukan oleh bank indonesia, lembaga ini melakukan jasa kliring efek untuk jual beli efek di bursa efek.
d.
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian Lembaga ini merupakan lembaga yang menyediakan jasa kustodian (penyimpanan efek) sentral dan penyelesaian transaksi efek. Efek-efek yang
diperjualbelikan di bursa tidaklah beredar secara fisik, tetapi hanya lewat catatan saja. efek-efek tersebut mungkin disimpan di berbagai bank kustodian, perusahaan efek dan pihak lain. Lembaga inilah yang memberikan jasa kustodian secara sentral. e.
Reksa Dana Reksa dana merupakan wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manager investasi. Di Indonesia Reksa Dana dapat berbentuk Perseroan (yang telah memperoleh izin usaha dari BAPEPAM) atau kontrak investasi kolektif (yang dilakukan atau dikelola oleh Manajer Investasi).
f.
Kustodian Yang dapat menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai kustodian (penitipan efek) adalah lembaga penyimpanan dan penyelesaian, perusahaan efek atau bank umum yang telah memperoleh persetujuan Bapepam. Kustodian yang menyelenggarakan kegiatan penitipan bertanggung jawab untuk menyimpan efek milik pemegang rekening dan memenuhi kewajiban lain sesuai dengan kontrak antara kustodian dan pemegang rekening tadi.
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pasar Modal Menurut Husnan (2009:8) menyatakan bahwa keberhasilan pasar modal dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : a.
Penawaran Sekuritas Faktor ini berarti harus banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan sekuritas di pasar modal.
b.
Permintaan akan Sekuritas Faktor ini berarti bahwa harus terdapat anggota masyarakat yang memiliki jumlah dana yang cukup besar untuk dipergunakan membeli sekuritassekuritas yang ditawarkan. Calon-calon pembeli sekuritas tersebut mungkin berasal dari individu, perusahaan non keuangan, maupun lembaga-lembaga keuangan. Sehubungan dengan faktor ini, maka income per capita suatu negara dan distribusi pendapatan mempengaruhi besar kecilnya demand akan sekuritas.
c.
Kondisi Politik dan Ekonomi Faktor ini akhirnya akan mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas. Kondisi politik yang stabil akan ikut membantu pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas.
d.
Masalah Hukum dan Peraturan Pembeli sekuritas pada dasarnya mengandalkan diri pada informasi yang disediakan
oleh
perusahaan-perusahaan
yang
menerbitkan
sekuritas.
Kebenaran informasi karena itu, menjadi sangat penting, disamping kecepatan dan kelengkapan informasi. Peraturan yang melindungi pemodal dari informasi yang tidak benar dan menyesatkan menjadi mutlak diperlukan. Justru pada aspek inilah sering negara-negara dunia ketiga lemah. e.
Peran lembaga-lembaga pendukung pasar modal Keberadaan Lembaga yang mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal dan berbagai lembaga yang memungkinkan dilakukan transaksi secara efisien. Kegiatan pasar modal pada dasarnya merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh pemilik dana dan pihak yang memerlukan dana secara langsung artinya tidak ada perantara keuangan yang mengambil alih risiko investasi. Dengan demikian maka peran informasi yang dapat diandalkan kebenarannya dan cepat tersedianya menjadi sangat penting. Disamping itu transaksi harus dapat dilakukan dengan efisien dan dapat diandalkan. 2.1.2 Indeks Liquid-45 (ILQ-45) 1. Pengertian Indeks Liquid-45 (ILQ-45) Menurut Jogiyanto (2010:106) Pasar modal di indonesia masih tergolong pasar modal yang transaksinya tipis (Thin Market), yaitu pasar modal yang sebagian besar sekuritasnya kurang aktif diperdagangkan. IHSG yang mencakup semua saham yang tercatat (yang sebagian besar kurang aktif diperdagangkan) dianggap kurang tepat sebagai indikator kegiatan pasar modal. Oleh karena itu pada tanggal 24 Februari 1997 dikenalkan alternatif indeks yang lain, yaitu Indeks Liquid-45 (ILQ-45). Indeks ILQ-45 dimulai pada tanggal 13 Juli 1994 dan tanggal ini merupakan hari dasar indeks dengan nilai awal 100. Indeks ini dibentuk hanya dari 45 saham-saham yang paling aktif diperdagangkan. Pertimbangan-pertimbangan yang mendasari pemilihan saham yang masuk di ILQ-45 adalah liquiditas dan kapitalisasi pasar dengan kriteria sebagai berikut. a.
Selama 12 bulan terakhir, rata-rata transaksi sahamnya masuk dalam urutan 60 terbesar di pasar reguler.
b.
Selama 12 bulan terakhir, rata-rata nilai kapitalisasi pasarnya masuk dalam urutan 60 terbesar di pasar reguler.
c.
Telah tercatat di Bursa Efek Indonesia paling tidak selama 3 bulan. ILQ-45 dipebaharui tiap 6 bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus.
2.1.3 Saham 1. Pengertian Saham Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:15) saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. 2. Jenis Saham Menurut Jogiyanto (2010:111) Saham dibedakan menjadi dua yaitu : a. Saham Preferen Merupakan saham yang mempunyai kombinasi karakteristik gabungan dari obligasi maupun saham biasa, karena saham preferen memberikan pendapatan yang tetap seperti obligasi dan juga mendapatkan hak kepemilikan seperti pada saham biasa, tetapi saham preferen tidak memberikan hak suara kepada pemegangnya untuk memilih direksi ataupun manajemen perusahaan seperti layaknya saham biasa. b. Saham Biasa Merupakan saham yang menunjukkan bahwa pemegang saham biasa mempunyai hak kepemilikan atas aset-aset perusahaan. Dan pemegang
saham mempunyai hak suara untuk memilih direktur ataupun manajemen perusahaan dan ikut berperan dalam pengambilan keputusan terpenting perusahaan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS). 2.1.4 Go Public 1. Pengertian Go Public Menurut Sunariyah (2006:32) Go public adalah kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh emiten (perusahaan yang go public) kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur undang-undang pasar modal dan peraturan pelaksanaannya. 2. Persiapan untuk Go Public Menurut Jogiyanto (2010:90) Persiapan yang harus dilakukan untuk go public adalah sebagai berikut ini: a. Manajemen harus memutuskan suatu rencana untuk memperoleh dana melalui publik dan rencana ini harus diajukan di rapat umum pemegang saham dan harus disetujui. b. Perusahaan bersangutan harus menugaskan pakar-pakar pasar modal dan institusi-institusi pendukung untuk membantu didalam penyediaan dokumendokumen yang dibutuhkan yaitu sebagai berikut ini. 1) Underwriter (penjamin emisi) yang akan mempersiapkan segala sesuatunya berkaitan dengan proses penetapan saham di pasar primer. Profesi-profesi yang terdiri dari :
a) Kantor akuntan publik yang independen untuk mengaudit laporan keuangan selama dua tahun terakhir dengan pendapat unqualifield opinion. b) Notaris publik yang akan mempersiapkan dokumen persetujuan dari pemegang saham, persetujuan-persetujuan lainnya yang berkaitan dengan go public dan hasil dari rapat-rapat yang dilakukan. c) Konsultan hukum untuk menyediakan opini-opini yang berhubungan dengan hukum. d) Perusahaan penilai (appraisal company) yang akan menilai kembali (jika diperlukan) aktiva-aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan. Institusiinstitusi pendukung : 1. Trustee untuk mewakili kepentingan dari pemegang obligasi (untuk perusahaan yang akan menjual obligasinya). 2. Penjamin. 3. Biro Administrasi Sekuritas. 4. Kustodian. c. Mempersiapkan semua dokumen yang diperlukan untuk penawaran ke publik. d. Mempersiapkan kontrak awal dengan bursa. e. Mengumumkan ke publik. f. Menandatangani perjanjian-perjanjian yang berhubungan dengan go public. g. Untuk yang menjual obligasi, perusahaan harus mendaftarkannya ke agen peringkat untuk mendapatkan peringkat untuk obligasi yang akan ditawarkan.
Agen peringkat yang ditunjuk adalah PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) yang didirikan pada tanggal 21 Desember 1993. h. Mengirimkan pernyataan registrasi dan dokumen-dokumen pendukung lainnya ke BAPEAM-LK. 3. Alasan Go Pubic Menurut Sunariyah (2006:21) ada beberapa alasan perusahaan melakukan go public dan menjual sahamnya kepada masyarakat, antara lain : a. Meningkatkan modal dasar perusahaan Dari segi perusahaan, dana yang masuk dari masyarakat ke perusahaan akan memperkuat posisi permodalan, khususnya utang berbanding modal. Dana dapat digunakan untuk ekspansi, diversifikasi produk, atau mengurangi utang. Jadi dengan menjual saham baru kepada masyarakat akan meningkatkan kemampuan perusahaan. b. Memungkinkan pendiri untuk diversifikasi usaha Pemegang saham yang sudah lama menanamkan modalnya dalam perusahaan (pendiri), dengan menjual sahamnya kepada masyarakat akan memberi indikasi mengenai berapa harga saham perusahaan mereka menurut penilaian masyarakat. Hal ini dapat memberi kesempatan bagi penanaman modal lama untuk mentunaikan seluruh atau sebagian saham miliknya dengan laba kenaikan harga saham. c. Mempermudah usaha pembelian perusahaan lain (ekspansi) Para pemegang saham mempunyai kesempatan untuk mencari dana dari lembaga-lembaga keuangan tanpa melepaskan sahamnya. Sebab apabila saham
yang dimiliki likuid maka dapat dijadikan sebagai agunan kredit para lembagalembaga keuangan. Dana pinjaman tersebut dapat dijadikan pembayaran untuk mengambil alih perusahaan lain. Lalu terjadi yang disebut share swap, yaitu membeli perusahaan lain tanpa mengeluarkan uang kontan, tetapi membayar dengan saham yang listed di bursa. d. Nilai Perusahaan Go public memungkinkan masyarakat maupun manajemen mengetahui nilai perusahaan. Nilai perusahan tercermin pada kekuatan tawar menawar saham. Apabila perusahaan diperkirakan sebagai perusahaan yang mempunyai prospek pada masa akan datang, nilai saham menjadi tinggi. Sebaliknya apabila perusahaan dinilai kurang mempunyai prospek maka harga saham menjadi rendah. 2.1.5 Investasi 1. Pengertian Investasi Menurut Halim (2005:4) investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Menurut Sunariyah (2006:4) Investasi merupakan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa-masa yang akan datang. Menurut Jogiyanto (2010:5) Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu tertentu.
Jadi investasi dapat diartikan penempatan sejumlah dana pada saat ini untuk satu atau lebih aktiva yang selama periode tertentu dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang. 2. Motif Investasi Setiap orang mempunyai motif bebeda-beda dalam melakukan keputusan investasi, secara umum tentu saja motif investasinya adalah memperoleh keuntungan. Menurut Subagyo (2002:199) Ada 4 sasaran yang ingin dicapai oleh pemodal yaitu : a. Seorang pemodal yang memiliki motif untuk memperoleh dividen biasanya membeli saham perusahaan yang sudah stabil, sehingga investor memperoleh dividen yang relative stabil. b. Seorang investor yang memiliki motif berdagang, mereka tergolong dalam investor yang aktif. Dimana seorang investor yang mempunyai aktivitas jual beli di bursa efek. Pada saat harga efek rendah maka membeli efek tersebut dan menjual kembali pada saat harganya naik. Keuntungan yang diperoleh dari selisih positif antara harga beli dan harga jual. c. Investor dengan motif berkepentingan dalam kepemilikan saham perusahaan akan memilih saham perusahaan yang mempunyai nama baik, perubahan harga saham yang relatif kecil tidak akan mendorong investor untuk menjual saham yang dimiliki. d. Investor dengan motif spekulasi, investasi ini biasanya memanfaatkkan perubahan trend yang terjadi di pasar, semakin fluktuasi harga suatu saham semakin terbuka kesempatan untuk memperoleh keuntungan. Investor
spekulasi lebih menyukai saham-saham yang belum berkembang, tetapi diyakini perusahaan tersebut berkembang dengan baik di masa yang akan datang. 3. Proses Investasi Menurut Husnan (2009:47) untuk melakukan investasi dalam sekuritas atau efek ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu sekuritas apa yang akan dipilih, seberapa banyak investasi tersebut dan kapan investasi tersebut akan dilakukan. Untuk mengambil keputusan tersebut diperlukan langkah-langkah sebagai berikut : a. Menentukan Kebijakan Investasi Disini pemodal perlu menentukan apa tujuan investasinya, dan berapa investasi tersebut akan dilakukan. Karena ada hubungan yang positif antara risiko dan keuntungan investasi, maka pemodal tidak bisa mengatakan bahwa tujuan investasinya adalah untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Ia harus menyadari bahwa ada kemungkinan untuk menderita rugi. Jadi tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun risiko. b. Analisis Sekuritas Tahap ini berarti melakukan analisis terhadap individual atau sekelompok sekuritas. Ada dua filosofi dalam melakukan analisis sekuritas yaitu pertama mereka yang berpendapat bahwa ada sekuritas yang mispriced (harganya salah, mungkin terlalu tinggi, mungkin terlalu rendah). Ada berbagai cara untuk melakukan analisis yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental.
c. Pembentukan Portofolio Portofolio berarti sekumpulan investasi. Dalam tahap ini pemodal melakukan identifikasi terhadap sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. adanya pemilihan sekuritas ini (dengan kata lain pemodal melakukan diversifikasi dimaksudkan untuk meminimalkan risiko yang ditanggung. Pemilihan sekuritas ini akan dipengaruhi oleh preferensi risiko, pola kebutuhan kas, dan status pajak. d. Melakukan Revisi Portofolio Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya, dengan maksud kalau perlu melakukan perubahan terhadap portofolio yang telah dimiliki. Jika portofolio yang dimiliki sekarang dirasakan tidak lagi optimal atau tidak sesuai dengan preferensi risiko pemodal, maka pemodal dapat melakukan perubahan terhadap sekuritas-sekuritas yang membentuk portofolio tersebut. e. Evaluasi Kinerja Portofolio Dalam tahap ini pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung. Tidak benar kalau suatu portofolio memberikan keuntungan yang lebih tinggi selalu lebih baik dari portofolio yang lainnya. Faktor risiko perlu dimasukkan. Karena itu diperlukan standar pengukurannya.
4. Penilaian Investasi Saham Menurut Sunariyah (2006:168-170) Ada dua pendekatan analisa yang sering digunakan dalam penilaian investasi saham yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Kedua teknik analisis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a.
Analisis Fundamental Pendekatan ini didasarkan pada suatu anggapan bahwa setiap saham
memiliki nilai instrinsik yang biasanya diestimasi oleh para pemodal. Nilai intrinsik merupakan suatu fungsi dari variabel-variabel perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan suatu return yang diharapkan dan suatu risiko yang melekat pada saham tersebut. Hasil estimasi nilai intrinsik kemudian dibandingkan dengan harga pasar yang sekarang (current market price). Harga pasar suatu saham merupakan refleksi dari rata-rata nilai intrinsiknya. Ada dua pendekatan fundamental yang umumnya digunakan dalam melaksanakan penelitian saham, yaitu : 1) Pendekatan Laba (Price Earning Ratio Approach) Pendekatan ini beranggapan bahwa expected return diperoleh dari perkiraan laba per saham di masa yang akan datang, sehingga dapat diketahui berapa lama investasi saham akan kembali. 2) Pendekatan nilai sekarang (Present Value Approach) Dalam pendekatan ini nilai suatu saham diestimasikan dengan cara mengkapitalisasi pendapatan (capitalization income method). Nilai sekarang suatu saham adalah sama dengan nilai sekarang dari arus kas di masa yang akan datang, yang pemodal harapkan diterima dari investasi saham tersebut.
b.
Analisis Teknikal Analisis teknikal (technical analysis) merupakan suatu teknik analisis
yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran sesuatu saham tertentu atau pasar secara keseluruhan.Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan, Seperti: harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham gabungan dan individu, serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis. Oleh sebab itu, pendekatan ini juga disebut pendekatan analisis pasar (market analysis) atau analisis internal (internal analysis). Asumsi yang mendasari analisis teknikal adalah : 1) Terdapat ketergantungan sistematik di dalam return yang dapat dieksploitasi ke return abnormal. 2) Pada pasar tidak efisien, tidak semua informasi harga masa lalu diamati ketika memprediksi distribusi return sekuritas. 3) Nilai suatu saham merupakan fungsi permintaan dan penawaran. Beberapa kesimpulan menyangkut pendekatan analisis teknikal adalah sebagai berikut : 1) Analisis teknikal didasarkan pada data pasar yang dipublikasikan. 2) Fokus analisis teknikal adalah ketepatan waktu. Penekanannya hanya pada perubahan harga. 3) Teknikal analisis berfokus pada faktor-faktor internal melalui analisis pergerakan didalam pasar atau suatu saham.
4) Para analis teknikal cenderung lebih berkonsentrasi pada jangka pendek. Teknik-teknik analisis teknikal dirancang untuk mendeteksi pergerakan harga dalam jangka waktu yang relatif pendek. 2.1.6 Konsep Return Saham 1. Pengertian Return Saham Menurut Jogiyanto (2010:205) Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat dibedakan menjadi dua yaitu : a.
Return Realisasian (Realized Return) Merupakan
return
yang
telah
terjadi.
Return
realisasian
dihitung
menggunakan data historis. Return realisasian penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return realisasian atau return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasian (expected return) dan risiko dimasa datang. Return realiasasian dapat dibedakan atas : 1) Return Total merupakan return keseluruhan dari suatu periode yang tertentu. 2) Return Relatif merupakan return yang digunakan dengan menambahkan nilai 1 terhadap nilai return total. 3) Return Kumulatif merupakan return yang mengukur akumulasi semua return mulai dari kemakmuran awal. 4) Return Disesuaikan merupakan return yang disesuaikan dengan inflasi biasa disebut dengan return riel.
5) Rata-rata Geometrik return yang diperoleh dari rata-rata tingkat pertumbuhan kumulatif dari waktu ke waktu b.
Return Ekspektasian (expected return) Merupakan return yang digunakan untuk pengambilan keputusan investasi. Return ini penting dibandingkan dengan return historis karena return ekspektasian merupakan return yang diharapkan dari investasi yang dilakukan. Return ekspektasian (expected return) dapat dihitung berdasarkan beberapa cara sebagai berikut : 1) Berdasarkan nilai ekspektasi masa depan Yaitu mengalikan masing-masing hasil masa depan dengan probabilitas kejadiannya dan menjumlah semua produk perkalian tersebut. 2) Berdasarkan nilai-nilai return historis Kenyataan menghitung hasil masa depan dan probabilitasnya merupakan hal yang tidak mudah dan bersifat subyektif. Akibat dari perkiraan subyektif
ini
ketidakakuratan
akan
terjadi.
Untuk
mengurangi
ketidakakuratan ini, data historis dapat digunakan sebagai dasar ekspektasi. Tiga metode dapat diterapkan untuk menghitung antara lain rata-rata tertimbang (mean method) yang tidak mempertimbangkan pertumbuhan dari return-returnnya, kedua metode trend (trend method) yang memperhitungkan pertumbuhannya, dan ketiga metode jalan acak (random walk method) yang memperkirakan return terakhir akan terulang di masa depan.
3) Metode Jalan acak Model yang banyak digunakan adalah model indeks tunggal (harga dari suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar) dan model CAPM (Capital Asset Pricing Model). 2. Komponen Return Menurut Jogiyanto (2010:206) Komponen return meliputi capital gain atau capital loss dan yield. Capital Gain atau Capital Loss merupakan selisih untung (rugi) dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Sedangkan Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. 3. Analisa Return Saham Individual a. Tingkat Return Saham Individual Tingkat keuntungan saham yang berasal dari perubahan harga saham dan pembagian dividen, berkolerasi karena adanya reaksi umum terhadap perubahanperubahan nilai pasar. Bentuk umum rumusnya adalah sebagai berikut :
R it
Pi(t)
Pi (t
1)
Pi(t
1)
D i(t)
Notasi
:
Rit
: Tingkat keuntungan saham i pada perode t
Pit
: Harga saham i pada periode t
Pit−1
: Harga saham periode sebelumnya
Dit
: Dividen saham periode terakhir
Sumber
: Husnan (2009:50)
b. Expected Return Saham Individual. Tingkat keuntungan yang diharapkan (Expected Return) Adalah rata-rata tertimbang dari berbagai return historisnya. Persamaan yang digunakan untuk menghitung expected return adalah sebagai berikut: E(R i )
M j 1
Pij . R ij
Dalam hal ini E (Ri) adalah tingkat keuntungan yang diharapkan dari investasi i, Pij adalah probabilitas memperoleh tingkat keuntungan pada investasi i, dan M adalah banyaknya peristiwa yang mungkin terjadi. Apabila probabilitasnya tidak diketahui, maka bisa dihitung dengan rumus sebagai berikut: N
E(R i )
i 1
R ij
N
Notasi : E(Ri)
: Expected return dari investasi pada saham i
Rij
: Actual return dari investasi pada saham i
N
: Banyaknya periode pengamatan
Sumber : Husnan (2009:51)
2.1.7 Konsep Risiko Saham Individual 1. Pengertian Risiko Menurut Halim (2005:41) Risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dengan tingkat
pengembalian aktual (actual return). Semakin besar penyimpangannya berarti semakin besar tingkat risikonya. Menurut Husnan (2009:52-53) Risiko merupakan kemungkinan tingkat keuntungan yang diperoleh menyimpang dari tingkat keuntungan yang diharapkan. Karena itu Risiko mempunyai dua dimensi yaitu menyimpang lebih besar maupun lebih kecil dari yang diharapkan. Salah satu instrumen pengukur risiko adalah deviasi standar dan dinyatakan dengan symbol
, atau apabila
dinyatakan dalam bentuk kuadrat disebut sebagai variance ( σ 2 ). Dengan demikian risiko dapat dirumuskan. a. Variance ( 2i)
σ 2i
M j 1
P ij (R ij
E(R i )
2
Apabila probabilitas setiap peristiwa sama, maka perhitungannya dapat dirumuskan sebagai berikut : N
²i =
j 1
(R ij
E(R i )
2
N
Notasi : 2
i
Rij
: Variance saham i : Actual return dari investasi pada saham i
E(Ri) : Expected return dari investasi pada saham i N
: Banyaknya periode pengamatan
b. Pengukuran Deviasi standar dinyatakan sebagai berikut :
σ
σ 2i
Notasi : : Deviasi Standar 2
i
: Variance saham i
Sumber : Husnan (2009:53)
2. Macam – macam Risiko Menurut Halim (2005:43) Pada prinsipnya risiko dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu sebagai berikut : a.
Risiko Sistematis (Systematic Risk) Adalah risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Misalnya perubahan tingkat bunga, kurs valuta asing, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Risiko ini bersifat umum dan berlaku bagi semua saham dalam bursa saham yang bersangkutan.
b.
Risiko Tidak Sistematis (Unsystematic Risk) Adalah risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu. Fluktuasi risiko ini besarnya berbeda-beda antara satu saham dengan saham yang lain. Karena perbedaan itulah maka masing-masing saham memiliki tingkat sensitivitas yang berbeda terhadap setiap perubahan pasar. Misalnya faktor struktur modal, struktur aset, tingkat likuiditas, tingkat keuntungan, dan sebagainya.
Apabila dikaitkan dengan preferensi investor terhadap risiko, maka dibedakan menjadi tiga Halim (2005:42) yaitu : a. Investor yang tidak menyukai risiko atau menghindari risiko (Risk Averter) Merupakan investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih rendah. Biasanya investor jenis ini cenderung mempertimbangkan keputusan investasinya secara matang dan terencana. b. Investor yang menyukai risiko (Risk Seeker) Merupakan investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih tinggi. Biasanya investor jenis ini bersikap agresif dan spekulatif dalam mengambil keputusan investasi karena meraka tahu bahwa hubungan tingkat pengembalian dan risiko adalah positif. c. Investor yang netral terhadap risiko (Risk Neutral) Merupakan investor yang akan meminta kenaikan tingkat pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan risiko. Investor jenis ini umumnya cukup fleksibel dan bersikap hati-hati dalam mengambil keputusan. 3. Jenis Risiko Investasi Menurut Halim (2005:51) Beberapa jenis risiko investasi yang timbul dan perlu dipertimbangkan dalam membuat keputusan investasi adalah :
a. Risiko bisnis (businees risk), merupakan risiko yang timbul akibat menurunnya profitabilitas perusahaan emiten. b. Risiko likuiditas (liquidity risk), risiko ini berkaitan dengan kemampuan saham yang bersangkutan untuk dapat segera diperjualbelikan tanpa mengalami kerugian yang berarti. c. Risiko tingkat bunga (interest rate risk), merupakan risiko yang timbul akibat perubahan tingkat bunga yang berlaku di pasar. Biasanya risiko ini berjalan berlawanan dengan harga-harga instrumen pasar modal. d. Risiko pasar (market risk), merupakan risiko yang timbul
akibat kondisi
perekonomian negara yang berubah-ubah dipengaruhi oleh resesi dan kondisi perekonomian lain. Ketika indeks pasar saham (security market index) meningkat secara terus-menerus selama jangka waktu tertentu, tren yang meningkat ini disebut bull market . Sebaliknya, ketika indeks pasar saham turun secara terus-menerus selama jangka waktu tertentu, tren yang menurun ini disebut bear market. Kekuatan bull market dan bear market ini cenderung mempengaruhi semua saham secara sistematis sehingga tingkat pengembalian pasar menjadi berfluktuasi. e. Risiko daya beli (purchasing power risk), merupakan risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan tingkat inflasi. Perubahan ini akan menyebabkan berkurangnya daya beli uang yang diinvestasikan maupun bunga yang di peroleh dari investasi sehingga nilai riil pendapatan menjadi lebih kecil.
f. Risiko mata uang (currency risk), merupakan risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang domestik (misalnya rupiah) terhadap mata uang negara lain (misalnya dollar Amerika Serikat). Risiko-risiko diatas satu sama lain tidak saling berhubungan, tetapi dapat terjadi secara bersamaan. Risiko A sampai dengan B termasuk risiko yang dapat dihindari ( risiko tidak sistematis), sedangkan risiko nomor C sampai dengan F termasuk risiko utama yang tidak dapat dihindari (risiko sistematis). 2.1.8 Teori Portofolio 1. Pengertian portofolio Investasi akan menimbulkan risiko. Untuk meminimalkan risiko, investor dapat membentuk portofolio. Menurut Sunariyah (2006:194) Portofolio merupakan serangkaian kombinasi beberapa aktiva yang diinvestasikan dan dipegang oleh investor baik perorangan maupun lembaga Menurut Husnan (2009:49) Portofolio berarti sekumpulan investasi yang menyangkut identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. pemilihan banyak sekuritas (dengan kata lain pemodal melakukan diversifikasi) dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang ditanggung. Pemilihan sekuritas dipengaruhi antara lain oleh preferensi risiko, pola kebutuhan kas, status pajak dan sebagainya. Dalam pembentukan portofolio, investor selalu ingin memaksimalkan return harapan dengan tingkat risiko tertentu yang bersedia ditanggungnya, atau mencari portofolio yang menawarkan risiko terendah dengan tingkat return
tertentu. Karakteristik portofolio seperti ini disebut sebagai portofolio yang efisien. Tandelilin (2010:157) Menyatakan bahwa untuk membentuk portofolio yang efisien haruslah berpegang pada asumsi tentang bagaimana prilaku investor dalam pembuatan keputusan investasi yang diambilnya. Pembentukan portofolio juga memerlukan adanya perhitungan return dan risiko portofolio. Return realisasi dan return ekspektasi dari portofolio merupakan rata-rata tertimbang return dari return-return seluruh sekuritas tunggal. Akan tetapi, risiko porofolio tidak harus sama dengan rata-rata tertimbang risiko-risiko dari seluruh sekuritas tunggal.
2. Expected Return Saham Portofolio Setelah menghitung Expected Return dan risiko sekuritas Tunggal maka langkah selanjutnya adalah menentukan Expected Return Saham Portofolio. Kalau kita hanya memiliki sekuritas, A dan B, maka kita mengetahui bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan dari portofolio yang terdiri dari dua sekuritas tersebut adalah : E(RP) = XA E(RA) + XB E(RB) Notasi : XA
: Adalah proporsi dana yang diinvestasikan pada A
XB
: Adalah proporsi dana yang diinvestasikan pada B
E(RA)
: Adalah tingkat keuntungan yang diharapkan dari A
E(RB)
: Adalah tingkat keuntungan yang diharapkan dari B
E(RP)
: Adalah tingkat keuntungan yang diharapkan dari portofolio.
Sumber : Husnan (2009:70)
Dimana tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat keuntungan yang diharapkan masing-masing sekuritas yang membentuk portofolio tersebut.
3. Koefisien Korelasi Menurut Husnan (2009:66) koefisien korelasi menunjukkan hubungan (association) antara suatu variabel dengan variabel yang lain, Meskipun demikian, hubungan ini bukan merupakan hubungan sebab akibat. Sebagai contoh, kalau harga emas naik dan nilai US$ turun, dikatakan bahwa kedua variabel tersebut mempunyai korelasi negatif. Korelasi negatif berarti kalau variabel yang satu naik, yang satu akan turun, dan sebaliknya. Sedangkan kalau korelasi positif, kalau variabel yang satu naik, variabel yang lain ikut naik. Demikian pula kalau variabel yang satu naik, variabel yang satunya akan ikut naik pula. Meskipun demikian kita tidak bisa mengatakan bahwa kenaikan harga emas akan menurunkan nilai US$ atau sebaliknya. Kedua variabel tersebut tidak mempunyai hubungan sebab akibat. Kalau kita mempunyai data cardinal (yaitu data yang dinyatakan dalam ukuran kuantitatif) seperti tingkat keuntungan investasi, nilai penjualan dan sebagainya, maka rumus yang bisa digunakan untuk menghitung koefisien korelasi. x. y
n xy {[n x
2
2
( x) ][n y 2
Sumber : Husnan (2009:66)
4. Risiko Portofolio
( y) 2 ]}
Untuk mengukur risiko portofolio yang terdiri dari 2 sekuritas, dapat dihitung dengan deviasi standar, Return kedua sekuritas tersebut secara matematis rumus yang bisa dipakai adalah : 2
XA .
A
2
2
XB .
B
2
2( X A . X B .
AB
Notasi
:
σ
: Adalah deviasi standar portofolio
.
A
.
B
)
σ A , σ B : Adalah deviasi standar saham A, B X A , X B : Adalah proporsi dana yang diinventasikan pada saham A dan B
: Adalah koefisien korelasi saham A dan B
AB
Sumber
: Husnan (2009:71)
5. Hubungan Antara Return Ekspektasi Dengan Risiko Hubungan antara risiko dan return yang diharapkan merupakan hubungan yang bersifat searah dan linier. Artinya, semakin besar risiko suatu aset maka semakin besar pula return yang diharapkan atas aset tersebut, karena pemodal bersikap tidak menyukai risiko (risk averse) maka mereka baru bersedia mengambil suatu kesempatan investasi yang lebih berisiko kalau mereka mengharapkan akan memperoleh istilah keuntungan yang lebih tinggi. Apabila disini diperkirakan istilah keuntungan, maka yang dimaksud adalah keuntungan dalam presentase (desimal) dan bukan dalam rupiah. Gambar berikut ini menunjukkan hubungan antara return yang diharapkan dan risiko yang mungkin bisa dijadikan alternatif.
E(Rp)
E(RA)
Rf 0
A
Sumber : Husnan (2009:87) Gambar 1 Hubungan Risiko dan Return yang Diharapkan Berdasarkan gambar di atas, garis vertikal menunjukan besarnya tingkat return yang diharapkan dari masing-masing jenis aset, sedangkan garis horisontal menujukan risiko yang ditanggung investor. Titik Rf menunjukan tingkat return bebas risiko (risk free rate), untuk selanjutnya akan ditulis sebagai Rf. Rf dalam gambar di atas menunjukan satu pilihan investasi yang menawarkan tingkat return yang diharapkan sebagai Rf dengan risiko sebesar 0. Maka kesimpulan yang bisa kita ambil adalah bahwa risiko dan return yang diharapkan mempunyai hubungan yang searah dan linier. Artinya semakin tinggi risiko, semakin tinggi pula return yang diharapkan dan sebaliknya.
6. Diversifikasi
Menurut Tandelilin (2010:115) Model diversifikasi yang bisa digunakan investor dalam usaha untuk melakukan penyebaran risiko antara lain : a.
Diversifikasi random Diversifikasi random atau “diversifikasi secara naif ” terjadi ketika investor menginvestasikan dananya secara acak pada berbagai jenis saham yang berbeda atau pada berbagai jenis aset yang berbeda dan berharap bahwa varians return sebagai ukuran risiko portofolio tersebut akan bisa diturunkan. Dalam hal ini, investor memilih aset-aset yang akan dimasukkan kedalam portofolio tanpa terlalu memperhatikan karakteristik aset-aset bersangkutan (misalnya tingkat return yang diharapkan ataupun klasifikasi industri aset tersebut).
Seorang
investor
yang
melakukan
diversifikasi
random
mengasumsikan, semakin banyak jenis aset dimasukkan dalam portofolio, maka semakin besar manfaat pengurangan risiko yang akan diperoleh. Tetapi sayangnya, manfaat diversifikasi yang diperoleh dengan penambahan jumlah saham semakin lama semakin berkurang. b.
Diversifikasi Markowitz Untuk memperoleh manfaat pengurangan risiko yang lebih opimal dari diversifikasi, tentunya kita tidak bisa mengabaikan begitu saja informasiinformasi yang penting tentang karakteristik aset-aset yang dimasukkan dalam portofolio, seperti yang dilakukan dalam diversifikasi random. Diversivikasi markowitz lebih efisien daripada diversifikasi random dimana markowitz mengatakan “Janganlah menaruh semua telur ke dalam keranjang”. Karena kalau keranjang tersebut jatuh, maka semua telur yang
ada dalam keranjang tersebut akan pecah. Dalam konteks investasi, ajaran tersebut bisa diartikan sebagai “ janganlah menginvestasikan semua dana yang kita miliki hanya pada satu aset saja, karena jika aset tersebut gagal, maka semua dana yang telah kita investasikan akan lenyap”. 7. Portofolio Efisien Investor dapat menentukan kombinasi dari efek-efek untuk membentuk portofolio, baik yang efisien maupun yang tidak efisien. Pada Gambar 2 diasumsikan investor membentuk portofolio : A, B, C, D, E, F, G, H, I, dan J. Yang penting bagi investor adalah bagaimana menentukan portofolio yang dapat memberikan kombinasi tingkat pengembalian dan risiko yang optimum. Suatu portofolio dikatakan efisien apabila portofolio tersebut ketika dibandingkan dengan portofolio lain memenuhi kondisi berikut : 1. Memberikan Expected Return terbesar dengan risiko yang sama, atau 2. Memberikan risiko terkecil dengan Expected Return yang sama. Lebih jelasnya mengenai kondisi tersebut disajikan pada Gambar 2 Pada gambar tersebut garis B, C, D, E, F disebut sebagai permukaan yang efisien (efficient frontier), yaitu garis yang menunjukkan sejumlah portofolio yang efisien, dan semua portofolio di bawah garis tersebut dinyatakan tidak efisien. Misalnya, portofolio A merupakan portofolio yang tidak efisien bila dibandingkan dengan portofolio C, karena dengan risiko yang sama, portofolio C memberikan Expected Return yang lebih tinggi. Demikian juga portofolio H, merupakan portofolio yang tidak efisien bila dibandingkan dengan portofolio B,
karena dengan Expected Return yang sama, portofolio H mempunyai risiko yang lebih tinggi. Kumpulan kesempatan investasi digambarkan pada kurva yang semuanya cembung terhadap sumbu E (Rp). Hal ini disebabkan karena semua saham mempunyai koefisien korelasi ( ) antara ± 1 dan -1. Sehingga tidak semua portofolio akan berada pada efficient frontier, beberapa akan mengungguli yang lain. Portofolio akan selalu mengungguli saham individual, karena melalui diversifikasi akan terjadi pengurangan risiko, sehingga hanya portofolio saja yang akan berada di sepanjang kurva efficient frontier. Untuk lebih jelasnya tampak pada gambar 2 dibawah ini.
Sumber : Halim (2005:55) Gambar 2 Portofolio yang Efisien dan yang Tidak Efisien
8. Portofolio Optimal Menurut Halim (2005:54) Portofolio yang efisien yaitu portofolio yang terletak pada efficient frontier merupakan portofolio yang efisien sehingga tidak dapat dikatakan portofolio mana yang optimal. Pendekatan yang digunakan untuk memilih portofolio yang optimal adalah sebagai berikut: a.
Indifference Curve Dalam konteks manajemen investasi, kurva indiferen (indifference curve
IC) merupakan suatu kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi efek yang memberikan tingkat pengembalian yang sama (indifference) bagi investor. Kemiringan (slope) IC menunjukkan tingkat substitusi marginal (marginal rate of substitution) dari tingkat pengembalian dan risiko. Apabila tingkat pengembalian dan risiko merupakan substitution yang sempurna, maka IC berupa garis lurus. Dalam kenyataan keduanya bukan merupakan substitusi sempurna, karena pada suatu tingkat risiko tertentu dalam setiap kenaikan risiko, mungkin individu akan meminta tambahan tingkat pengembalian yang semakin besar, sehingga IC tidak lagi merupakan garis lurus. Semakin besar kemiringan IC menunjukkan bahwa investor semakin hati-hati terhadap risiko. Sebaliknya, semakin kecil kemiringan IC menunjukkan bahwa investor semakin berani menghadapi risiko kemiringan IC positif menunjukkan bahwa investor selalu menginginkan tingkat pengembalian yang besar sebagai kompensasi atas risiko yang lebih besar yang harus ditanggungnya. Untuk lebih jelasnya, kami sajikan gambar kurva indifference.
Sumber : Halim (2005:62) Gambar 3 Kurva Indifferen Kombinasi portofolio pada suatu IC akan memberikan preferensi yang sama (indifference) bagi seorang investor, karena semua titik dalam kurva tersebut menunjukkan seberapa besar preferensi seorang investor terhadap risiko. Misalnya kombinasi pada IC-1, yaitu titik A dan titik B masing-masing menunjukkan kombinasi expected return dan risiko tertentu. Expected Return dan risiko titik B lebih besar dari Expected Return dan risiko titik A, Expected Return titik B lebih besar dari titik A, namun risiko yang tanggung titik B juga lebih besar dari titik A.
Sementara itu, jika diamati antara titik A, C, dan D ketiganya memberikan risiko yang sama, namun titik D memberikan Expected Return lebih tinggi dari titik C, dan titik C memberikan Expected Return lebih tinggi dari titik A. investor yang rasional akan memilih titik D. Dengan demikian, kombinasi dari portofolio pada IC tertinggi, yaitu IC-3 akan memberikan tingkat kepuasan tertinggi, dan investasi yang rasional akan memilih situasi tersebut. Kombinasi dari portofolio pada IC terendah, yaitu IC-1 kan memberikan tingkat kepuasan terendah. Perpindahan dari IC terendah ke IC tertinggi menunjukkan adanya peningkatan kepuasan para investor. Semakin tinggi utilitas suatu kurva indiferen, semakin tinggi pula tingkat pengembalian yang diharapkan pada setiap tingkat risiko. Uraian tersebut disajikan pada Gambar 4 di bawah ini.
Sumber : Halim (2005:63) Gambar 4 Portofolio yang Optimal
Bahwa portofolio optimal investor A terletak pada titik X yang memberikan kepuasan sebesar IC-A, karena portofolio tersebut menawarkan Expected Return dan risiko yang sesuai dengan preferensinya. Investor A dikatakan tidak rasional jika memilih portofolio Y, karena portofolio terebut memberikan Expected Return lebih rendah dengan risiko yang sama, sehingga tidak terletak pada EF dan memberikan kepuasan sebesar IC-A1 yang lebih rendah dari IC-A. investor A juga dikatakan tidak rasional jika memilih portofolio Z, karena portofolio tersebut tidak tersedia di pasar walaupun dapat memberikan Expected Return lebih tinggi dari X dan memberikan kepuasan sebesar IC-A. Sedangkan kurva indiferen investor B bersinggungan dengan efficient frontier pada titik W. artinya, portofolio optimal bagi investor tersebut terletak pada tititk W. karena portofolio tersebut menawarkan Expected Return dan risiko yang sesuai dengan preferensinya. b. Karakteristik Fungsi Utilitas Fungsi utilitas jika dikaitkan dengan preferensi investor terhadap risiko, dibedakan menjadi tiga, yaitu : 1) Sikap yang tidak menyukai risiko (risk averter) 2) Sikap yang netral terhadap risiko (Risk neutral) 3) Sikap yang menyukai risko (risk seeker) Investor yang tidak menyukai risiko atau menghindari risiko (Risk Averter) merupakan investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih rendah. Biasanya
investor jenis ini cenderung mempertimbangkan keputusan investasinya secara matang dan terencana. Investor yang netral terhadap risiko (Risk Neutral) merupakan investor yang akan meminta kenaikan tingkat pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan risiko. Investor jenis ini umumnya cukup fleksibel dan bersikap hati-hati dalam mengambil keputusan investasi. Investor yang menyukai risiko (Risk Seeker) merupakan investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih tinggi. Biasanya investor jenis ini bersikap agresif dan spekulatif dalam mengambil keputusan investasi. ketiga jenis risiko tersebut jika dikaitkan dengan utilitas disajikan dalam gambar 5.
Sumber : Halim (2005:64) Gambar 5 Hubungan Risiko dan Utilitas
Berdasarkan gambar 5 dapat dijelaskan bahwa investor yang tidak menyukai risiko, bentuk kurva fungsi utilitasnya adalah melengkung dengan peningkatan yang semakin berkurang. Untuk investor yang netral terhadap risiko, bentuk kurva fungsi utilitasnya akan berbentuk garis lurus, dan investor yang menyukai risiko, bentuk kurva fungsi utilitasnya akan melengkung dengan peningakatan yang semakin bertambah. 2.1.9 Penelitian Terdahulu Berapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan sumber dan bahan masukan karena tema penelitian tersebut berkaitan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini. 1. Suryani (2007) Dengan penelitiannya “Analisis Portofolio Saham Dalam Mengoptimalkan Keuntungan Investasi Di Bursa Efek Jakarta”. Dalam Penelitian ini dilakukan melalui internet dengan mengambil nilai saham per bulan selama 2 tahun di bursa efek jakarta. Nilai saham yang diambil dititikberatkan pada kondisi pasar saham yang terjadi dari bulan juni 1999 sampai dengan bulan mei 2001. Sementara responden yang digunakan adalah sebanyak 15 perusahaan yang terdiri dari lima sektor dan masing-masing sektor terdapat tiga perusahaan. Kelima sektor itu adalah sektor asuransi, otomotif, perbankan, manufacturing (food and beverage) dan metal product. Masing-masing sektor ini diambil tiga perusahaan yang kemudian dihitung portofolionya. Tujuannya menganalisis return dan risiko saham agar dapat memaksimalkan return saham dan meminimalkan tingkat risiko yang terkandung dalam portofolio. Persamaan penelitian sekarang adalah
keduanya menggunakan portofolio yang bertujuan untuk menganalisis return dan
risiko saham agar dapat Memaksimalkan tingkat keuntungan dan Meminimalkan tingkat risiko sementara perbedaannya adalah periode pengamatan, sample perusahaan yang diteliti dimana pada penelitian ini dilakukan pada beberapa perusahaan yang bergerak di bidang industri yang berbeda-beda namun peneliti sekerang menerapkan pada satu industri. 2. Samsulanah (2010) Dengan Penelitiannya yang berjudul “Analisis Pembentukan Portofolio Efisien Sebagai Dasar Investasi Pada Saham-saham Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Tujuan dari penelitian sebelumnya adalah untuk mengetahui kombinasi portofolio efisien dengan menggunakan model markowitz pada sahamsaham yang diperdagangkan di bursa efek indonesia, sehingga dapat memberi bukti pentingnya portofolio sebagai dasar investasi. Adapun persamaan dari penelitian terdahulu dengan sekarang adalah sama-sama menganalisis return dan risiko saham agar dapat Memaksimalkan tingkat keuntungan dan Meminimalkan tingkat risiko saham untuk membentuk portofolio yang efisien. serta sama-sama menggunakan model markowitz. Sedangkan perbedaannya terletak pada sample perusahaan yang diteliti, periode pengamatan, dan kriteria pemilihan sampel. 3. Subardo (2010) Dengan penelitiannya yang berjudul “Pemilihan Portofolio Optimal Dengan Menggunakan Model Markowitz Di Bursa Efek Indonesia”. Tujuan dari penelitian sebelumnya adalah untuk mengetahui cara memperoleh tingkat
keuntungan (return) dan risiko portofolio saham menggunakan model markowitz dan mengetahui cara menentukan portofolio yang optimal. Perusahaan yang dijadikan sample adalah perusahaan yang sahamnya aktif diperdagangkan di bursa efek indonesia dan masuk dalam LQ45 selama periode januari 2006 sampai desember 2007, data analisis adalah harga saham bulanan mulai desember 2005 sampai desember 2007 dan membagikan dividen tahun 2006 dan 2007. Persamaan penelitian sekarang dan sebelumnya adalah sama menganalisis return dan risiko saham serta sama-sama menggunakan model markowitz. Sedangkan perbedaannya terletak pada sample perusahaan yang diteliti, periode pengamatan, dan kriteria pemilihan sample.
2.2 Rerangka Pemikiran Saham
Return
Risiko
Proporsi masing-masing saham
Pembentukan Portofolio Yang Efisien
2.3 Perumusan Hipotesis Menurut Sedarmayanti dan Hidayat (2011:108) Hipotesis adalah dugaan sementara mengenai suatu hal atau permasalahan yang harus dibuktikan kebenarannya dengan menggunakan data atau fakta atau informasi yang diperoleh dari hasil penelitian yang valid dan relibel dengan menggunakan cara yang sudah ditentukan. Pada Penelitian ini, peneliti tidak menggunakan hipotesis karena jenis penelitian ini bersifat penelitian deskriptif yaitu jenis penelitian yang menggambarkan obyek yang diteliti, dimana data dikumpulkan, dipelajari, diolah kemudian dianalisis.