BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1Pengertian Bank Bank berasal dari kata Italia banko yang artinya bangku.Bangku inilah yang dipergunakan oleh bangkir untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para nasabah (Hasibuan, 2002:1). Kasmir (2005: 2) menyatakan bahwa bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun danadari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Menurut UU Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Prof G.M Veryn Stuart (lihat Martono, 2002: 14) menyatakan bahwa bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit baik dengan alat pembayaran sendiri,dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, dan dengan jalan mengedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral.
9
10
2.1.2Jenis- Jenis Bank Menurut Kasmir (2005: 18) Ada beberapa jenis perbankan yang ditinjau dari berbagai segi antara lain: 1. Dilihat dari segi fungsinya Menurut UU pokok perbankan nomor 7 tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya undang-undang RI.nomor 10 tahun 1998 maka jenis perbankan berdasarkan fungsinya terdiri dari: a. Bank umum b. Bank Perkreditan Rakyat 2. Dilihat dari Segi kepemilikannya a. Bank milik pemerintah b. Bank milik swasta nasional c. Bank milik koperasi d. Bank milik asing e. Bank milik campuran 3. Dilihat dari Segi Status Status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal, maupun kualitas pelayanan (Kasmir, 2005).Jenis bank dilihat dari segi status adalah sebagai berikut: a. Bank devisa b. Bank non devisa
11
4. Dilihat dari Segi Cara menentukan Harga Jenis bank apabila dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga, baik harga jual maupun harga beli yaitu: a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional (barat) b. Bank berdasarkan prinsip syariah
2.1.3
Kegiatan Bank Umum
Menurut Kasmir (2005:39) kegiatan bank umum secara lengkap meliputi kegiatan sebagai berikut: 1. Menghimpun Dana (Funding) Kegiatan menghimpun dana merupakan kegiatan membeli dana dari masyarakat. Kegiatan membeli dana dapat dilakukan dengan cara menawarkan berbagai jenis simpanan. Jenis-jenissimpananya yaitu simpanan giro, simpanan tabungan dan simpanan deposito. 2. Menyalurkan Dana (Linding) Menyalurkan dana merupakan kegiatan menjual dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat. Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank melalui pemberian pinjaman yang biasa dikenal dengan kredit. Secara umum jenis-jenis kredit yang ditawarkan yaitu kredit investasi, kredit modal kerja, kredit perdagangan, dll. 3. Memberikan jasa-jasa Bank Lainnya (Services) Jasa-jasa bank lainnya merupakan kegiatan penunjang untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana. Meski sebagai
12
kegiatan penunjang, kegiatan ini sangat banyak memberikan keuntungan bagi bank dan nasabah. Dalam prakteknya jasa-jasa yang ditawarkan yaitu transfer, kliring, kartu kredit, safe deposit box, bank notes, bank garansi, melayani pembayaran-pembayaran dll.
2.1.4
Sumber-Sumber Dana Bank
Sumber- sumber dana bank adalah usaha bank dalam memperoleh dana untuk membiayai kegiatan operasionalnya.Menurut Dendrawijaya (2005: 46) bagi sebuah bank, sebagai suatu lembaga keuangan, dana merupakan darah dalam tubuh badan usaha dan persoalan paling utama. Jenis-jenis sumber dana bank adalah sebagai berikut: 1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri Pencarian dana yang bersumber dari bank itu sendiri yaitu setoran modal dari pemegang saham, cadangan-cadangan bank, dan laba yang belum dibagi. 2. Dana yang bersumber dari masyarakat luas Pencarian dana yang berasal dari masyarakat berupa simpanan giro, simpanan tabungan, dan simpanan deposito. 3. Dana yang bersumber dari lembaga lain Perolehan dana yang bersumber dari lembaga lain diantaranya dapat diperoleh dari kredit likuiditas dari Bank Indonesia, pinjaman antar bank, pinjaman dari bank-bank luar negeri dan surat berharga pasar uang.
13
2.1.5
Laporan Keuangan Perbankan
Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi. Laporan keuangan disusun sebagai bentuk pertanggung jawaban manajemen terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dengan kinerja bank yang telah tercapai selama periode tertentu (Taswan, 2012:39).Laporan keuangan berifat historis, menyeluruh dan merupakan suatu progress report, yang merupakan hasil kombinasi antara fakta yang tercatat, prinsip-prinsip dan anggapan serta konvensi atau kebiasaankebiasaan dalam akuntansi dan pendapat pribadi. Menurut Taswan (2010) Laporan keuangan diharapkan mampu meningkatkan kesepahaman antara pengawas dan bank khususnya dalam penggunaan pendekatan yang lebih kompleks oleh bank. Oleh karena itu Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) telah menetapkan kebijakan untuk mengadopsi International Accounting Standart (IAS) 39 dan 32 dalam pernyataan standart Akuntansi Indonesia (PSAK) No. 50 dan 55. Sebagai tindak lanjut dari penerbitan PSAK tersebut, telah disusun
pula Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia
(PAPI).Bank diwajibkan menyusun laporan keuangan setiap periode tertentu. Macam-macam laporan keuangan yang harus disusun yaitu: laporan keuangan bulanan, laporan keuangan triwulanan, dan laporan keuangan tahunan. Agar informasi laporan keuangan bermanfaat untuk keputusan investasi, kredit dan keputusan lain yang sejenis, maka informasi tersebut harus memenuhi persyaratan laporan keuangan yang relevan dan reliabilitas. Relevan dan
14
reliabilitas merupakan dua kualitas utama yang membuat informasi akuntansi keuangan bermanfaat untuk pengambilan keputusan. Menurut Munawir (2002) Tujuan utama laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang relevan pada pihak-pihak di luar perusahaan. Menurut Martono (2002: 62) tujuan penyusunan laporan keuangan suatu bank secara umum adalah sebagai berikut: 1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva, kewajiban dan modal bank pada waktu tertentu. 2. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu. 3. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban dan modal suatu bank. 4. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen bank dalam satu periode. Bagian laporan keuangan tahunan bankmenurut Taswan (2012) terdiri dari: 1. Laporan posisi keuangan (neraca) 2. Laporan laba rugi 3. Laporan perubahan ekuitas 4. Laporan arus kas 5. Catatan atas laporan keuangan, termasuk informasi mengenai komitmen dan kontinjensi.
15
2.1.6
Rasio Pengukur Kesehatan Bank
Penilaian
suatu
kesehatan
bank
bertujuan
untuk
menentukan
keadaan
sesungguhnya yang dialami oleh perusahaan perbankan. Bank yang tidak sehat akan membahayakan pihak lain atau pihak ketiga. Penilaian kesehatan bank sangat penting dilakukan karena bank mengelola dana masyarakat yang di percayakan kepada bank. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulanan.Atas dasar kompleksitas usaha dan profil risiko, membuat bank perlu mengidentifikasi permasalahan yang mungkin timbul dari operasional bank. Bagi perbankan, hasil akhir penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang sedangkan bagi bank Indonesia antara lain digunakan sebagai sarana penetapan dan implementasi strategi pengawasan bank umum oleh bank Indonesia. Menurut peraturan Bank Indonesia nomor 6/10/PBI/2004 Terdapat metode khusus untuk mengukur kesehatan bank yaitu metode yang dikenal dengan namametode CAMELS (Capital, Asset Quality, Manajemen, Earning, Liquidity, Sensitivity to Market Risk). Faktor – faktor CAMELS terdiri dari : A. Permodalan (Capital) Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
16
1. Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku 2. Komposisi permodalan 3. Trend ke depan/proyeksi KPMM 4. Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan modal bank 5.
Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan (laba ditahan)
6. Rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha 7. Akses kepada sumber permodalan 8. Kinerja
keuangan
pemegang
saham
untuk
meningkatkan
permodalan bank.
B. Kualitas Aset (Asset Quality) Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas aset antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: 1. Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan total aktiva produktif 2. Debitur inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit 3. Perkembangan aktiva produktif bermasalah/non performing asset dibandingkan dengan aktiva produktif
17
4. Tingkat kecukupan pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) 5. Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif 6. Sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif 7. Dokumentasi aktiva produktif 8. Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.
C. Manajemen (Management) Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: 1. Manajemen umum 2. Penerapan sistem manajemen risiko 3. Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada bank Indonesia dan atau pihak lainnya.
D. Rentabilitas (Earnings) Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: 1. Return on Assets (ROA) 2. Return on Equity (ROE) 3. Net InterestMargin (NIM)
18
4. Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO) 5. Perkembangan laba operasional 6. Komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan 7. Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya 8. Prospek laba operasional.
E. Likuiditas (Liquidity) Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: 1. Aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan pasiva likuid kurang dari 1 bulan 2. 1-month maturity mismatch ratio 3. Loan to Deposit Ratio (LDR) 4. Proyeksi cash flow 3 bulan mendatang 5. Ketergantungan pada dana antar bank dan deposan inti 6. Kebijakan dan pengelolaan likuiditas (Assets and Liabilities Management/ALMA) 7. Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal, atau sumber-sumber pendanaan lainnya 8. Stabilitas Dana Pihak Ketiga (DPK).
19
F. Sensitivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity to Market Risk) Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor sensitivitas terhadap risiko pasar antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponenkomponen sebagai berikut: 1. Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi suku bunga dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga. 2. Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi nilai tukar dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) nilai tukar. 3. Kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar. Dalam penelitian ini tidak sepenuhnya menggunakan metode CAMELS yang sesuai dengan peraturan Bank Indonesia nomor 6/10/PBI/2004 namun hanya menggunakan unsur CAMEL dikarenakan penyesuaian data yang diperoleh peneliti.
2.1.7
Analisis Rasio CAMEL
Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan perbankan, maka dilakukan penilaian untuk menentukan kondisi kesehatansuatu perusahaanperbankan dengan menggunakan alat ukur. Salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk menentukan kondisi suatu bank dikenal dengan nama analisis CAMEL (Kasmir,2005:43). Asset,Management,
Analisis Earning
CAMEL dan
merupakan
Liquidity.Pada
bagian bagian
dari Capital
Capital, dapat
20
diproyeksikan menggunakan CAR, asset diproyeksikan menggunakan NPL, management diproyeksikan
menggunakan BOPO,
earning diproyeksikan
menggunakan ROA, sedangkan liquidity diproyeksikan menggunakan LDR.
A. Capital Adequacy Ratio(CAR) Menurut Purwasih (2010) indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kecukupan modal salah satunya menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR dapat dihitung dengan membandingkan modal dengan aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR)(Dendrawijaya, 2005). Kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Bank Indonesia menetapkan CAR yaitu kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). ATMR adalah nilai total masing-masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot risiko aktivanya. Semakin besar nilai yang didapat dari rasio CAR maka perusahaan tersebut memiliki kesehatan dan kinerja keuangan yang bertambah baik. Siamat (dalam Purwasih, 2010) menyatakan bahwa permasalahan modal umumnya adalah berapa modal yang harus disediakan oleh pemilik sehingga keamanan pihak ketiga dapat terjaga, dengan CAR tinggi berarti bank tersebut semakin solvable, bank memiliki modal yang cukup guna menjalankan usahanya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang diperoleh dan berdampak pada kenaikan harga saham. Naiknya harga saham akan menjadikan kenaikan terhadap return saham.
21
B. Non Performing Loan (NPL) Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah merupakan salah satu indikator untuk menilai kualitas asset (Taswan, 2012). NPL digunakan untuk menilai kinerja fungsi bank. Salah satu fungsi bank adalah sebagai lembaga intermediary atau penghubung antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. NPL merupakan perhitungan dari perbandingan kredit bermasalah dengan total kredit.Menurut Khaizan (2008) Faktor-faktor yang menyebabkan naik turunnya Non Performing Loan (NPL) adalah kondisi perekonomian Negara, kebijakan pemerintah dan kesadaran debitur dalam membayar hutangnya. Mawardi (2005) dalam Arifuddin (2012: 24) menyatakan bahwa salah satu resiko yang muncul akibat semakin kompleknya kegiatan perbankan adalah munculnya NPL yang semakin besar atau dengan kata lain semakin besar skala operasi suatu bank maka aspek pengawasan semakin menurun, sehingga NPL semakin besar atau resiko kredit semakin besar. Menurut peraturan bank Indonesia nomor 6/10/PBI/2001tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat kesehatan Bank Umum, semakin tinggi nilai NPL (diatas 6%) maka bank tersebut tidak sehat. NPL yang tinggi menyebabkan menurunnya laba yang akan diterima oleh bank. Penurunan laba berpengaruh terhadap pengembalian (return) yang dibagikan.
22
C. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) RasioBOPOseringdisebutrasioefesiensiyangdigunakanuntukmengukurkemampuan manajemenbankdalammengendalikanbiayaoperasionalterhadappendapatanoperaso nal (Arifuddin, 2012).Kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusia yang mengelola perusahaan perbankan tersebut. Apabila kualitas manajemen bank baik maka kegiatan operasionalnya berjalan dengan lancar. BOPO diukur dari perbandingan antara biaya operasional terhadap pendapatan operasioanal.Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya. Pendapatan operasional merupakan pendapatan utama bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasilainnya. Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional dimasukkan dalam klasifikasi sehat apabila tidak melebihi 93% (Kuncoro dan Suhardjono, 2011:520).Semakin kecil rasio ini berarti semakin efesien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Semakin kecil presentase rasio BOPO maka semakin efisiensi biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank, sehingga bank dapat menghemat biaya operasional. Biaya operasional yang efisien dapat menambah pendapatan perusahaan sehingga mempengaruhi return saham yang diberikan kepada investor.
23
D. Return On Asset (ROA) Earning (Rentabilitas) pada bank dapat dinilai dengan Return On Asset(Purwasih, 2010). Rasio ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan dari total aktiva yang dimiliki (Purwasih, 2010). Cara perhitungan ROA yaitu dengan membandingkan laba bersih sebelum pajak dengan rata-rata total asset. Dendrawijaya (2005:118) menyatakan bahwa, semakin besar ROA suatu bank, maka semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Dengan pencapaian laba yang tinggi, maka investor dapat mengharapkan keuntungan karena pada hakekatnya dalam ekonomi konvensional, motif investasi adalah untuk memperoleh laba yang tinggi, maka apabila laba perusahaan tinggi ketertarikan investor juga akan meningkat sehingga kondisi tersebut akan berdampak pada peningkatan harga saham dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap tingginya return saham.
E. Loan to Deposit Ratio(LDR) Menurut Purwasih (2010) salah satu rasio yangdapat digunakan untuk mengukur likuiditas bank adalah Loan to Deposit Ratio. LDR menunjukkan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan
kredit
yang
diberikan
sebagai
sumber
likuiditasnya.Semakin tinggi LDR maka semakin rendah kemampuan likuiditas bank sehingga resiko dalam berinvestasi menjadi tinggi karena perusahaan
24
perbankan tidak memiliki kemampuan untuk membayar kembali kewajiban atas dana nasabah atau pihak ketiga Siamat (1993) seperti dikutip Purwasih(2010: 42). Pada dasrnaya LDR yang tinggi berarti resiko dalam berinvestasi menjadi tinggi karena perusahaan dalam keadaan tidak liquid serta perusahaan dianggap tidak memiliki kemampuan untuk membayar kewajibannya atas dana dari pihak ketiga dalam operasionalnya. Karena perusahaan tidak liquid maka investor kehilangan kepercayaan untuk menanamkan saham, sehingga harga saham menjadi turun dan berdampak pada berkurangnya return saham.
2.1.8
Pasar Modal
Tandelilin (2001:13) menyatakan bahwa pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjual belikan sekuritas. Pasar modal juga dapat berfungsi sebagai perantara (intermediaris). Disamping itu, pasar modal dapat mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien karena dengan adanya pasar modal maka pihak yang kelebihan dana (investor) dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang paling optimal. Beberapa sekuritas yang umumya diperjual belikan di pasar modal adalah: a. Saham, saham merupakan alat bukti bahwa kepemilikan atas asset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Saham dapat dibedakan atas saham biasa dan saham preferen. b. Obligasi, obligasi merupakan sekuritas yang memberikan pendapatan dalam jumlah tetap kepada pemiliknya.
25
c. Reksadana, reksadana adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan sejumlah dana kepada perusahaan reksadana untuk digunakan sebagai modal berinvestasi baik dipasar modal maupun di pasar uang. Menurut UU No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal mengatur bahwa, Badan Pengawas Pasar Modal adalah Bapepam. Bapepam bertujuan mewujudkan terciptanya kegiatan pasar modal yang teratur, wajar, dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.
2.1.9
Investasi
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang. Seorang investor membeli sejumlah saham pada saat ini, dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah deviden di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan resiko yang terkait dengan investasi tersebut (Tandelilin, 2001:4). Tujuan investasi secara luas adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Secara lebih khusus lagi terdapat beberapa alasan investor melakukan investasi yaitu untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa depan, mengurangi tekanan inflasi dan dorongan untuk menghemat pajak (Tandelilin, 2001). Hal yang mendasari proses keputusan investasi adalah memahami hubungan antara return yang diharapkan dengan resiko suatu investasi. Hubungan resiko dengan return yang diharapkan dari suatu investasi merupakan hubungan yang
26
searah artinya semakin besar resiko yang ditanggung maka semakin besar pula tingkat return yang diharapkan. Meski alasan utama investor melakukan investasi adalah
mendapatkan
return
yang
tinggi
namun
investor
juga
harus
mempertimbangkan resiko yang dihadapi, karena tidak semua investasi mendapatkan gain ada juga investasi yang loss.
2.1.10
Return Saham
Return saham menurut Jogiyanto (2000:107) merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi maupun return ekspektasi yang belum terjadi namun diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Returnrealisasi ini penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan dan juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan resiko di masa datang. Pada return realisasi terdapat beberapa pengukuran yang banyak digunakan adalah total returns, returns relative, returns kumulative, dan adjusted returns. Dalam return realisasi terdapat suatu resiko yang harus diperhitungkan. Return dan resiko memiliki hubungan yang positif, semakin besar resiko yang harus ditanggung maka semakin besar return yang harus dikompensasikan. Secara sistematis, perhitungan returnssaham adalah sebagai berikut:
Return saham tanpa deviden:
P(t)-P(t-1) return saham = ------------------X100%
27
P(t-1)
P(t)-P(t-1) +D Return saham dengan deviden: return saham = ------------------------ X100% P(t-1)
2.2Rerangka Pemikiran Para investor sebelum melakukan investasi pada suatu perusahaan terlebih dahulu melakukan analisis suatu laporan keuangan.Dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan investor dapat menilai kinerja keuangan.Kinerja keuangan dapat tercermin dari kesehatan perusahaan perbankan.Kesehatan perusahaan perbankan dapat diketahui dengan melihat faktor-faktor CAMEL yang meliputi Capital (permodalan), Asset quality (kualitas asset), Management (menejemen), Erning (rentabilitas), dan liquidity (likuiditas). CAMEL dapat diproyeksikan sebagai berikut permodalan (CAR), kualitas aktiva produktif (NPL),kualitas manajemen (BOPO), earning (ROA), dan likuiditas (LDR) sesuai dengan ketentuan dalam surat edaran Bank Indonesia. Apabila perusahaan memiliki kesehatan yang baik maka perusahaan tersebut memiliki laba yang tinggi sehingga para investor menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.Semakin banyak investor yang menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut mengakibatkan harga saham naik. Naiknya harga saham juga akan mempengaruhi return saham yang diberikan kepada investor. Sehingga secara langsung antara kesehatan bank dan return saham berpengaruh secara signifikan.
28
2.3
Perumusan Hipotesis Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Zulfa (2013) dengan judul
“Pengaruh Rentabilitas, Liquiditas, Kecukupan Modal, dan Ukuran Perusahaan terhadap Return Saham pada Perusahaan perbankan yang Listing di Bursa Efek Indonesia” diperoleh hasil sebagai berikut:
Rentabilitas yang diukur dengan
Return on Asset (ROA) berpengaruh positif signifikan terhadap returnsaham. Likuiditas dengan alat ukur Loan to Deposite Ratio (LDR) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Kecukupan Modal dengan alat ukur Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Ukuran perusahaan dengan alat ukur total asset tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Penelitian yang dilakukan oleh Suardana (2007) dengan judul “Pengaruh Rasio Camel Terhadap Return Saham” hasil yang di dapat adalah pengaruh rasio camel secara simultan berpengaruh positif terhadap return saham. Sedangkan secara parsial hanya rasio CAR yang berpengaruh positif terhadap return saham. Rasio yang lain seperti RORA, OEOI, BOPO, EPS, LDR tidak berpengaruh terhadap return saham.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Purwasih (2010) dengan judul penelitian “Pengaruh Rasio CAMEL terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2008” mendapatkan hasil bahwa secara parsial, RORA dan ROA
29
berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan untuk CAR, NPM dan LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia. Hasil uji secara simultan menunjukkan terdapat pengaruh antara CAR, RORA, NPM, ROA dan LDR secara bersama-sama terhadap perubahan harga saham perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Arleni (2011) dengan judul “Pengaruh Profiabilitas, Likuiditas dan Solvabilitas Terhadap Return Saham Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” mendapatkan hasil bahwa hanya LDR yang berpengaruh positif terhadap return saham sedangkan ROA, OEOI, NPM, CAR tidak mempunyai pengaruh positif terhadap return saham. Berdasarkan penelitian terdahulu di atas terdapat beberapa rasio yang mempengaruhi return saham perusahaan perbankan. Oleh karena itu, peneliti akan menganalisis kembali faktor-faktor yang mempengaruhi return saham pada perusahaan perbankan. Berdasarkan tinjauan teoretis, kerangka pemikiran dan hasil penelitian terdahulu yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan adanya suatu hubungan tertentu antara dua variabel yaitu hipotesis.Hipotesis merupakan dugaan sementara. Dalam penelitian ini hipotesis dirumuskan sebagai berikut : H1
: Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham
30
H2
: Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham
H3
: Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham
H4
: Return On Asset (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham
H5
:Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap returnsaham