BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1
Tinjauan Teoretis
2.1.1 Manajemen Keuangan Dalam suatu organisasi, pengaturan kegiatan keuangan sering disebut sebagai manajemen keuangan.Manjemen keuangan menyangkut
kegiatan
perencanaan, analisis dan kegiatan pengendalian kegiatan keuangan. Walaupun berbeda-beda dari suatu perusahaan dengan perusahaan lain tetapi semuanya memiliki dasar yang sama. Manajemen keuangan adalah keseluruhan aktivitas yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut. Pelaksana dari manajemen keuangan adalah manajer keuangan.Sebagai contoh perusahaan memerlukan berbagai kekayaan atau asset untuk operasinya. Untuk itu perusahaan perlu mencari dana untuk membiayai kebutuhan operasional tersebut (Husnan dan Pudjiastuti, 2012:3) Fungsi utama dari manajer keuangan adalah kegiatan menggunakan dana dan memperoleh danadengan berbagai cara untuk memaksimumkan efisiensi (daya guna) dari operasi-operasi perusahaan. Hal ini memerlukan pengetahuan akan pasar uang darimana modal diperoleh dan bagaimana keputusan-keputusan yang tepat di bidang keuangan harus dibuat dan efisiensi dalam operasi perusahaan yang digalakkan. Manajer harus mempertimbangkan berbagai sumbersumber keuangan yang luas dan cara-cara menggunakan uang tersebut sewaktu melakukan pilihan.
7
8
Tujuan manajemen keuangan telah terlihat dalam proses penilaian yang telah dilakukan oleh pasar uang. Tujuan utama manajemen keuangan adalah memaksimumkan kekayaan pemegang saham.Tingkah laku pasar keuangan harus dipakai dalam menetapkan tujuan-tujuan perusahaan yang bersifat membela kepentingan pemegang saham. Husnan dan Pudjiastuti (2012:6) menyatakan bahwa manajemen keuangan dalam kegiatannya harus mengambil keputusan tentang: a. Penggunaan dana, disebut sebagai keputusan investasi. b. Memperoleh dana, disebut sebagai keputusan pendanaan. c. Pembagian laba, disebut kebijakan dividen. Keputusan investasi akan tercermin pada sisi asset perusahaan. Dengan demikian akan mempengaruhi struktur kekayaan perusahaan, yaitu perbandingan antara asset
lancar dan asset tetap. Sebaliknya keputusan pendanaan dan
kebijakan dividen akan tercermin dalam sisi pasiva perusahaan. Apabila hanya memperhatikan dana yang tertanam dalam jangka waktu yang lama maka perbandingan itu dikatakan sebagai struktur modal.
2.1.2 Laporan keuangan 1.
Pengertian Laporan Keuangan Berdasarkan Ikatan Akuntansi Indonesia (2012:1) yang mendefinisikan
laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perusahaan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya
9
laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan perusahaan. Martono dan Harjito (2010:51), menyatakan bahwa Laporan keuangan (financial statement) merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan perusahaan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu.Laporan keuangan secara garis besar dibedakan menjadi empat macam, yaitu laporan neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan modal dan laporan aliran kas.Dari keempat macam laporan tersebut dapat diringkas lagi menjadi dua macam yaitu laporan neraca dan laporan labarugi saja. Hal ini karena laporan perubahan modal dan laporan aliran kas pada akhirnya akan diikhtisarkan dalam laporan neraca dan atau laporan laba-rugi. 2.
Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan berdasarkan Ikatan Akuntansi Indonesia (2012:3)
adalah sebagai berikut: a. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. b. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.
10
c. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pengguna yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi; keputusan ini mungkin mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam entitas atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.
2.1.3 Struktur Modal 1.
Pengertian Struktur Modal Riyanto
(2010:22)
menyatakan
pembelanjaan
permanen
dimana
mencerminkan perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri.Sedangkan menurut Martono dan Harjito (2010: 240), menyatakan bahwa struktur modal adalah perbandingan atau perimbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan utang jangka panjang terhadap modal sendiri. Pengertian–pengertian yang telah dipaparkan di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang struktur modal yaitu gambaran dari bentuk proporsi finansial perusahaan yaitu antara modal yang dimiliki yang bersumber dari utang jangka panjang (long-term debt) dan modal sendiri (shareholders’ equity) yang menjadi sumber pendanaan suatu perusahaan. Untuk
mengukur
struktur
modaltersebut
digunakan
rasio
struktur
modalyang disebut dengan leverage ratio. Leverageratio adalah perbandingan
11
yang dimaksudkanuntuk mengukur seberapa jauh asset perusahaan dibiayai dengan utang.Dalam perhitungan leverage ratio yangdigunakan adalah long term debt to equityratio. Long term debt to equity ratiomenunjukkan persentasi modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk utang jangkapanjang yang dihitung dengan membandingkan antara utang jangka panjang denganmodal sendiri. Sumber pendanaan yang dilakukan oleh perusahaan terbagi kedalam dua sumber yaitusumber pendanaan internal dan pendanaan eksternal.Pendanaan internal dapat diperoleh dari sumber saldo laba sedangkan pendanaan eksternal dapat
diperoleh
dari
parakreditur
atau
yang
disebut
dengan
utang
(Sambharakreshna, 2010). 2.
Komponen Struktur Modal Ada beberapa komponen dalam struktur modal:
a.
Modal sendiri Menurut Riyanto (2010:240) modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam didalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya.Ada beberapa sumber utama dari modal sendiri yaitu: 1) Modal saham a) Saham biasa (Common Stock) Saham biasa adalah komponen modal jangka panjang yang diinvestasi oleh para investor, yang pemegangnya memiliki klaim residual atas laba dan kekayaan perusahaan. Bagi pemegang saham biasa, dengan
12
membeli saham tersebut berarti membeli prospek dan siap menanggung segala resiko sebesar dana yang diinvestasi. b) Saham preferen (Preferred Stock) Saham preferen adalah komponen modal jangka panjang yang mempunyai keistimewaan tertentu dibandingkan saham biasa. Keistimewaan tersebut antara lain mengenai pembagia dividen dan pembagaian
kekayaan
apabila
perusahaan
yang
bersangkutan
dilikuidasi. 2) Cadangan Cadangan yang dibentuk dari keuntungan yang diperolah oleh perusahaan selama beberapa waktu yang lampau atau dari tahun yang berjalan.Cadangan yang termasuk dalam modal sendiri adalah cadangan ekspansi, cadangan modal kerja, cadangan modal kurs dan cadangan untuk menampung hal-hal yang tidak terduga sebelumnya (cadangan umum). 3) Saldo Laba Keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan dapat sebagaian dibayarkan
sebagai
dividen
dan
sebagaian
ditahan
oleh
perusahaan.Perusahaan yang belum mempunyai tujuan tertentu mengenai penggunaan keuntungan tersebut, maka keuntungan tersebut merupakan keuntungan yang ditahan (retained earning).
13
b.
Utang jangka panjang Utang jangka panjang adalah utang yang jangka waktumya adalah panjang, umurnya lebih dari 1 tahun.Adapun jenis dari utang jangka panjang antara lain: 1) Pinjaman obligasi Pinjaman obligasi adalah pinjaman uang untuk jangka waktu yang panjang, untuk si debitur mengeluarkan surat pengakuan utang yang mempunyai nominal tertentu. 2) Pinjaman hipotik Pinjaman hipotik adalah pinjaman jangka panjang di mana pemberi uang (kreditor) diberi hak hipotik terhadap suatu barang tidak bergerak, agar supaya bila pihak debitur tidak memenuhi kewajibannya, barang itu dapat dijual dan dari hasil penjualan tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihannya. 3) Utang bank Merupakan Pinjaman Jangka Panjang yang diterima dari bank atau lembaga keuangan lain yang digunakan untuk perluasan usaha atau melakukan investasi.
2.1.4 Teori Struktur Modal Teori
struktur
modal
bertujuan
memberikan
landasan
berpikir
untukmengetahui struktur modal yang optimal.Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang dapat meminimumkan biaya penggunaan modal atau
14
biaya modal. Biaya pengguna modal tersebut dimaksudkan untuk dapat menentukan besarnya biaya riil dari pengguna modal dari masing-masing sumber dana (Riyanto, 2010:246). 1.
Teori Modigliani-Miller Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2012:266) mengutip dari artikel
Modigliani dan Miller (MM), menyebutkan bahwa dimungkinkan munculnya proses arbitrase yang akan membuat harga saham (nilai perusahaan) yang tidak menggunakan utang maupun yang menggunakan utang, akhirnya sama. Proses arbitrase muncul karena investor selalu lebih menyukai investasi yang memerlukan dana yang lebih sedikit tetapi memberikan penghasilan bersih yang sama dengan tingkat risiko yang sama pula. Dengan demikian MM menunjukkan bahwa dalam keadaan pasar modal sempurna dan tidak ada pajak, maka keputusan pendanaan menjadi tidak relevan, artinya penggunaan utang ataukah modal sendiri akan memberikan dampak yang sama bagi kemakmuran pemilik perusahaan. Dalam keadaan pasar sempurna dan adanya pajak, MM berpendapat bahwa keputusan pendanaan menjadi tidak relevan. Karena pada umumnya bunga dibayarkan akibat penggunaan hutang untuk mengurangi penghasilan yang dikarenakan pajak atau dengan kata lain bersifat tax deductible. Dengan kata lain, apabila dua perusahaan yang memperoleh laba operasi yang sama tetapi yang satu menggunakan hutang dan membayar bunga sedangkan perusahaan yang lain tidak, maka perusahaan yang membayar bunga akan membayar pajak penghasilan yang lebih kecil. Karena menghemat membayar pajak merupakan manfaat bagi pemilik perusahaan, maka
15
nilai perusahaan yang menggunakan hutang akan lebih besar dari nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang (Husnan dan Pudjiastuti, 2012:269). Namun pendapat M&M yang menunjukkan bahwa perusahaan dapat meningkatkan nilainya bila menggunakan utang sebesar-besarnya (dalam keadaan kena pajak) ini mengandung kritik dan keberatan dari para prektisi.Keberatan tersebut disebabkan oleh asumsi yang digunakan M&M dalam analisis mereka, yaitu pasar modal yang sempurna. Adanya ketidak sempurnaan pasar modal menyebabkan pemilik perusahaan atau pemegang saham mungkin keberatan untuk menggunakan leverage yang ekstrim karena akan menurunkan nilai perusahaan. Apabila pasar modal tidak sempurna, salah satu kemungkinannya adalah munculnya biaya kebangkrutan (Husnan dan Pudjiastuti, 2012:272). 2.
Teori Trade-off Teori trade-off mengasumsikan bahwa struktur modal perusahaan
merupakan hasil trade-off dari keuntungan pajak dengan menggunakan utang dengan biaya yang akan timbul sebagai akibat penggunaan utang tersebut. Esensi teoritrade-off dalam struktur modal adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan utang. Sejauh manfaat lebih besar, tambahan utang masih diperkenankan.Apabila pengorbanan karena penggunaan utang sudah lebih besar, maka tambahan utang sudah tidak diperbolehkan. Teori Trade-off telah mempertimbangkan berbagai faktor seperti corporate tax, biaya kebangkrutan, dan personal tax, dalam menjelaskan mengapa suatu perusahaan memilih struktur modal tertentu (Husnan dan Pudjiastuti, 2012:275).
16
Kesimpulannya adalah penggunaan utang akan meningkatkan nilai perusahaan tetapi hanya pada sampai titik tertentu. Setelah titik tersebut, penggunaan utang justru menurunkan nilai perusahaan. Walaupun teori trade-off tidak dapat menentukan secara tepat struktur modal yang optimal, namun model tersebut memberikan kontribusi penting yaitu: a. Perusahaan yang memiliki asset yang tinggi, sebaiknya menggunakan sedikit utang. b. Perusahaan yang membayar pajak tinggi sebaiknya lebih banyak menggunakan utang dibandingkan perusahaan yang membayar pajak rendah. 3.
Teori Pecking Order Penamaan teori pecking order dilakukan oleh Myers pada tahun 1984. Teori
ini disebut pecking order karena teori ini menjelaskan bagaimana perusahaan akan menentukan hierarki sumber dana yang paling disukai (Husnan dan Pudjiastuti, 2012:276) Secara ringkas teori pecking order adalah sebagai berikut : a. Perusahaan lebih menyukai pendanaan internal (pendanaa dari hasil operasi perusahaan yang berwujud saldo laba) b. Perusahaan akan berusaha menyesuaikan rasio pembagian dividen dengan kesempatan investasi yang dihadapi, dan berupaya untuk tidak melakukan perubahan pembayaran dividen yang terlalu besar. c. Pembayaran dividen yang cenderung konstan dan fluktuasi laba yang diperoleh mengakibatkan dana internal kadang-kadang berlebih ataupun kurang untuk investasi.
17
d. Apabila pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu, yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, keudian diikuti dengan oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), baru akhirnya apabila masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan. Sesuai dengan teori ini, tidak ada suatu target long term debt to equity ratio, karena ada dua jenis modal sendiri, yaitu internal dan eksternal.Modal sendiri yang berasal dari dalam perusahaan lebih disukai daripada modal sendiri yang berasal dari luar perusahaan. Urutan penggunaan sumber dana dengan mengacu teori pecking order yakni dana internal terlebih dahulu (saldo laba), kemudian baru diikuti oleh penerbitan utang baru, dan akhirnya dengan penerbitan ekuitas baru. Dana internal lebih disukai karena memungkinkan perusahaan untuk tidak perlu “membuka diri lagi” dari sorotan pemodal luar. Kalau bisa memperoleh sumber dana yang diperlukan tanpa memperoleh “sorotan dan publisitas publik” sebagai akibat penerbitan saham baru. Dana eksternal lebih disukai dalam bentuk utang daripada modal sendiri karena dua alasan.Pertama adalah pertimbangan biaya emisi. Biaya emisi obligasi lebih murah dari biaya emisi saham baru (Husnan dan Pudjiastuti, 2012:277), hal ini disebabkan karena penerbitan saham baru akan menurunkan haraga saham lama. Kedua, manajer khawatir kalau penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh pemodal, dan membuat harga saham akan turun. Hal ini disebabkan antara lain oleh
18
kemungkinan adanya informasi asimetrik antara pihak manajemen dengan pihak pemodal. 4.
Teori Keagenan Teori ini dikemukakan oleh michael C. Jensen dan William H. Meckling
pada tahun 1976. Horne dan Wachowicz (2007:482) menyatakan bahwa manajemen merupakan agen dan pemegang saham sebagai pemilik perusahaan, para pemilik perusahaan berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Untuk dapat melakukan fungsi dengan baik, manajemen harus diberi insentif dan pengawasan yang memadai.Pengawasan yang dilakukan melalui cara-cara pengikatan agen, pemeriksaan
dan
pembatasan
terhadap
keputusan
yang
dapat
diambil
manajemen.Kegiatan pengawasan tentu saja membutuhkan biaya yang disebut dengan biaya agensi.Biaya agensi adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditor dan pemegang saham. Menurut Horne dan Wachowicz (2007:482 ) salah satu pendapat dalam teori agensi adalah siapapun yang menimbulkan biaya pengawasan, biaya yang timbul pasti tanggungan pemegang saham. Sebagai misal, pemegang obligasi, mengantisipasi biaya pengawasan, serta membebankan bunga yang lebihtinggi. Semakin besar peluang timbulnya pengawasan, semakin tinggi tingkat bunga,dan semakin rendah nilai perusahaan bagi pemegang saham. Biaya pengawasan berfungsi sebagai diisentif dalam penerbitan obligasi, terutama dalam jumlah yang
19
besar. Jumlah pengawasan yang diminta pemegang obligasi akan meningkat seiringdengan meningkatnya jumlah obligasi yang beredar. 5.
Teori Signal Isyarat atau signal menurut Bringham dan Hauston (2006:39) adalah suatu
tindakan yang diambil suatu manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor
tentang
bagaimana
manajemen
memandang
prospek
yang
menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara lain–lain, termasuk penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang normal. Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual sahamnya, yang berarti mencari investor baru untuk berbagi kerugian. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat bahwa manajemen memandang prospek perusahaan tersebut suram. Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru, lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan menurun karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun harga prospek perusahaan cerah. 6.
Teori Asymetric Information Teori ini diperkenalkan oleh Gordon Donaldson pada awal tahun 1960,
asymmetric information atau informasi asimetri menurut Sundjaja dan Barlian (2002) adalah suatu situasi di mana manajer dari suatu perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak dari investor tentang operasi dan prospek masa yang akan datang. Ketidaksamaan informasi ini terjadi karena pihak manajemen
20
mempunyai informasi yang lebih banyak daripada para pemodal. Dengan demikian, pihak manajemen berpikir bahwa harga saham saat ini sedang sangat mahal (overvalue). Kalau hal ini yang diperkirakan terjadi, maka manajemen tentu akan berpikir untuk lebih baik menawarkan saham baru (sehingga dapat dijual dengan harga yang mahal dari yang seharusnya). Tetapi pemodal akan menafsirkan
kalau
perusahaan
menawarkan
saham
baru,
salah
satu
kemungkinannya adalah harga saham saat ini sedang terlalu mahal (sesuai dengan persepsi dengan manajemen). Sebagai akibatnya para pemodal akan menawar harga saham tersebut dengan harga yang lebih rendah. Oleh karena itu emisi saham baru akan menurunkan harga saham.
2.1.5 Faktor-Faktor Struktur Modal Seorang manajer keuangan harus mampu mengambil kebijakan yang tepat dalam hal pendanaan. Tugas manajer keuangan dihadapkan pada adanya siklus dalam pendanaan, dalam arti terkadang perusahaan lebih baik menggunakan dana yang bersumber dari utang, tetapi terkadang perusahaan menggunakan dana yang bersumber dari modal sendiri (equity). Oleh karena itu, manajer keuangan di dalam operasinya perlu berusaha untuk memenuhi suatu sasaran tertentu mengenai perimbangan antara utang dengan modal sendiri tersebut, yang tercermin dalam struktur modal perusahaan sehingga perlu diperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Menurut Sartono (2010:248), faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan adalah:
21
1. Tingkat penjualan Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil berarti memiliki aliran kas yang relatif stabil pula, maka dapat menggunakan utang lebih besar daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil. 2. Struktur asset Perusahaan yang memiliki aset tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar. Hal ini disebabkan karena dari skalanya perusahaan besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil. Kemudian, besarnya asset tetap dapat dijadikan sebagai jaminan atau kolateral utang perusahaan. 3. Tingkat pertumbuhan perusahaan Semakin cepat pertumbuhan perusahaan, maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan masa mendatang, maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba. 4. Profitabilitas Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan utang. 5. Variabel laba dan perlindungan pajak Variabel ini sangat erat kaitannya dengan stabilitas penjualan.Jika variabilitas atau volatibilitas laba perusahaan kecil, maka perusahaan mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk menanggung beban tetap dari utang.
22
6. Skala perusahaan Perusahaan besar yang sudah well-established akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding dengan perusahaan kecil. Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula. 7. Kondisi intern perusahaan dan ekonomi makro Sebagai contoh, perusahaan membayar dividen sebagai upaya untuk meyakinkan pasar tentang prospek perusahaan, dan kemudian menjual obligasi.Strategi itu diharapkan dapat meyakinkan investor bahwa prospek perusahaan baik. Dengan kata lain, agar menarik minat investor dalam hal pendanaan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal menurut Riyanto (2010:296) yaitu: 1. Tingkat Bunga Tingkat bunga mempengaruhi pemilihan jenis modal apa yang akan ditarik,karena penarikan obligasi (pinjaman) hanya dibenarkan apabila tingkatbunganya lebih rendah dari pada rentabilitas ekonomi dari tambahan modaltersebut. 2. Stabilitas dari Earning Suatu perusahaan yang mempunyai earning stabil akan selalu dapatmemenuhi kewajiban finansialnya sebagai akibat dari penggunaan modalasing, sebaliknya perusahaan yangmempunyai earningtidak stabil akan menanggung resiko tidak dapat membayar beban bunga.
23
3. Susunan dari asset Hal ini dapat dihubungkan dengan adanya aturan struktur financial konservatif yanghorizontal yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya palingsedikit dapat menutup jumlah asset tetap ditambah dengan asset lain yangsifatnya permanen. 4. Kadar resiko asset Apabila ada asset yang peka resiko, maka perusahaan harus lebih banyakmembelanjai dengan modal sendiri, modal yang tahan resiko, dan sedapatmungkin mengurangi pembelanjaan dengan modal asing. 5. Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan Apabila jumlah modal yang dibutuhkan besar, maka perusahaan dirasakanperlu untuk mengeluarkan beberapa golongan securities secara bersama-sama, sedangkan bagi perusahaan yang membutuhkan modal yang tidak begitu besar cukup hanya mengeluarkan satu golongan securities saja. 6. Keadaan pasar modal Perusahaan
dalam
mengeluarkan
atau
menjual
securities
haruslahmenyesuaikan dengan keadaan pasar modal. 7. Sifat manajemen Seorang manajer yang berani menanggung resiko akan lebih beranimembiayai pertumbuhan penjualan dana yang berasal dari utang dibandingkan dengan manajer yang pesimis.
24
8. Besarnya perusahaan Perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas akan lebihberani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhan untukmembiayai pertumbuhan penjualan dibandingkan dengan perusahaan yang kecil.
2.1.6 Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan
perusahaan
menggambarkan
tolok
ukur
keberhasilan
perusahaan.Keberhasilan tersebut juga menjadi tolok ukur investasi untuk pertumbuhan pada masa yangakan datang(Sunarto dan Budi, 2009).Pertumbuhan (growth)adalah perubahan (penurunan atau peningkatan) total asset yang dimiliki oleh perusahaan. Berdasarkan definisi di atas dapat dijelaskangrowth merupakan perubahan total asset baik berupa peningkatan maupun penurunan yang dialami oleh perusahaan selama satu periode (satu tahun).Pertumbuhan perusahaan dapat dijadikan sebagai dasar evaluasi terhadap operasionalisasi perusahaan. Pemegang saham serta pihak manajemen perusahaan tentunya mengharapkan dapat memperoleh keuntungan yang berkelanjutan, mempertahankan kualitas dan kuantitas pendapatan serta pertumbuhan usaha yang berkesinambungan. Tingkat pertumbuhan perusahaan akan menunjukkan sampai seberapa besar perusahaan akan menggunakan utang sebagai sumber pembiayaannya. Dalam hubungannya dengan leverage, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak terjadi keagenan (agency cost) antara pemegang saham dengan manajemen
25
perusahaan. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah sebaiknya
menggunakan
utang
sebagai
sumber
pembiayaannya
karena
pembayaran utang akan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara teratur (Safrida, 2008).
2.1.7 Profitabilitas Menurut Sartono (2010:122), menyatakan bahwa Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memeperolah laba dalam hubungannya dengan penjualan, total asset, dan modal sendiri. Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profiabilitas ini. Misalnya, bagi pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen. Profitabilitas merupakan gambaran dari kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan.
Ukuran profitabilitas
perusahaan dapat
berbagai
macamseperti : laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian investasi/asset, dan tingkat pengembalian ekuitas pemilik. Beberapa rasio yang dapat digunakan untuk mengukur Profitabilitas menurut Sartono (2010:122) sebagai berikut: 1. Gross profit margin Setiap satu rupiah penjualan mampu menghasilkan laba kotor sekian.Maka semakin tinggi profitabilitasnya berarti semakin baik.Tetapi perlu diperhatikan bahwa gross profit margin sangat dipengaruh oleh harga pokok penjualan. Apabila harga pokok penjualan meningkat maka gross profit marginakan
26
menurun begitu pula sebaliknya. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah: r oss margin ratio
Pen ualan
a rga Pokok Pen ualan Pen ualan
2. Net profit margin Apabila gross profit margin selama satu periode tidak berubah sedangkan net profit margin mengalami penurunan maka berarti bahwa biaya meningkat relatif lebih besar daripada peningkatan penjualan. e t Profit ar gin
aba etelah Pa ak Pen ualan
3. Return On Investment (ROI) Return on investment menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari asset yang digunakan. Oleh karena itu maka dapat dirumuskan sebagai berikut: eturn n Investment
aba etelah Pa ak Total sset
4. Return On Equity (ROE) Return On Equity mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rumus yang digunakan untuk menghitung ROE adalah: aba etelah Pa ak odal endiri Dalam penelitian ini tingkat profitabilitas suatu perusahaan dihitung dengan menggunakan rasio laba setelah pajak dengan modal sendiri atau dikenal juga dengan rasio Return On Equity (ROE). Karena rasio ini menunjukkan
27
tingkatkembalian yang dihasilkan oleh manajemen dari modal yang disediakan oleh pemilik perusahaan. Dengan kata lain, ROE menunjukkan keuntungan yang akan dinikmati oleh pemegang saham.
2.2
Penelitian Terdahulu Peneliti-peneliti terdahulu yang sudah dilakukan oleh para peneliti
diantaranya Nurhasanah (2012),Wahyuni (2012), danHansen dan Juniarti (2014) Nurhasanah (2012) dengan judul pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).Populasisampel penelitian ini adalah pembuatan entitas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 dantelah menerbitkan laporan tahunan tahun 2011.Berdasarkan hasil penelitian dari pembahasan sebelumnya maka dapat diuraikan beberapa simpulan sebagai berikut : (1) Berdasarkan hasil uji simultan (f-test) disimpulkan bahwa variabel struktur modal berupa DAR (Debt to Assets Ratio) dan DER (Debt to Equity Ratio) secara simultan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROE (Return onEquity) sebab nilaisignifikansiuji-f > taraf nyata (10%). (2) Berdasarkan hasil uji parsial(t-test) disimpulkan bahwa DAR (Debt to Assets Ratio) yaitu rasio utang yang digunakan sebagai dana untuk membeli aset perusahaan secara parsial berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas perusahaan berupa ROE (H0 diterima). Dan DER (Debt to Equity Ratio) yaitu rasio utang yang digunakan sebagai penambah ekuitas perusahaan secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE (H0 diterima).
28
Wahyuni (2012) dengan judul efek struktur modal terhadap profitabilitas padaperusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa EfekIndonesia.Perusahaan yang menjadi sampel yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2007-2009. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data yang berbentuk bilangan yang diukur dalam suatu sekala numerik, data tersebut merupakan data runtut waktu (time series) yaitu data yang secara kronologis disusun menurut waktu pada suatu variabel tertentu dan disurvei secara terus menerus selama beberapa periode, sehingga jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 121 x 3 tahun adalah 363 sampel penelitian. Penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling.Metode analisis data menggunakan regresi berganda.Analisis regresi linear berganda. Simpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah (1) variabel short debt to assetratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return on equity artinya semakin menurun variabel short debt to asset ratio maka variabel return on equity mengalami peningkatan, begitu pula sebaliknya (2) variabel longterm debt to assetratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return on equity artinya semakin menurun variabel longterm debt to asset ratio maka variabel return on equity mengalami peningkatan, begitu pula sebaliknya. 3) variabel debt to equity ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap return on equity artinya semakin meningkat variabel debt to equity ratio maka variabel returnon equity mengalami peningkatan, begitu pula sebaliknya (4) variabel equity to asset ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap return on equity artinya apabila variabel equity to
29
asset ratio mengalami peningkatan maupun penurunan maka tidak berpengaruh terhadap variabel returnon equity. Hansen dan Juniarti (2014) dengan judul pengaruh family control, size, sales growth, dan leverage terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan pada sektor perdagangan, jasa, dan investasi.Sampel pada penelitian ini diambil dari 84 perusahaan yang tercatat di BEI pada sektor perdagangan, jasa, dan investasi dari tahun 2009-2011. Variabel utama yang dipakai adalah family control, sedangkan variabel kontrolnya adalah size, sales growth, dan leverage.Pada penelitian ini, ada dua model analisis yang digunakan.Model pertama menggunakan variabel dependen berupa profitabilitas perusahaan yang diukur menggunakan ROA. Sedangkan untuk model kedua menggunakan variabel dependen berupa nilai perusahaan yang diukur dengan menggunakan Tobin’s Q.
asil penelitian
menunjukkan bahwa family control memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap profitabilitas perusahaan dan memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan size memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap profitabilitas maupun nilai perusahaan.Untuk sales growth, hasil penelitian menunjukkan pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas sedangkan pada nilai perusahaan, sales growth memiliki pengaruh yang negatif dan tidak signifikan.Selanjutnya untuk leverage, hasilnya adalah positif dan tidak signifikan untuk profitabilitas sedangkan pada nilai perusahaan hasilnya adalah positif dan signifikan.
30
2.3
Rerangka Pemikiran Rerangka pemikiran dimaksudkan sebagai konsep untuk menjelaskan,
mengungkapkan, dan menunjukkan keterkaitan antara variabel yang akan diteliti, yaitu profitabilitas sebagai variabel dependen, serta struktur modal dan pertumbuhan perusahaan sebagai variabel independen, maka rerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Perusahaan
Laporan Keuangan
Pertumbuhan Perusahaan
Struktur Modal
Utang Jangka Panjang
Asset
Modal Sendiri
Profitabilitas
Gambar 1 Rerangka Pemikiran
31
2.4
Perumusan Hipotesis Berdasarkan teori dan rerangka pemikiran, maka rumusan hipotesis
penelitian ini adalah sebagai berikut:
2.4.1 Pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas. Struktur modal merupakan hal yang penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek langsung terhadap posisi finansial perusahaan. Hal ini menyebabkan setiap perusahaan berupaya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan menggunakan sumber dana yang dimiliki perusahaan secara efektif danefisien dalam memaksimalkan return (Wahyuni, 2012 ). Maka dengan adanya target dalam menentukan struktur modal dapat membantu perusahaan untuk bisa membiayai investasi yang akan dilakukan oleh perusahaan, guna untuk kelangsungan hidup perusahaan. Jika pada kenyataannya rasio utang ternyata berada dibawah tingkat sasaran, ekspansi modal (modal pemilik)biasanya akan dilakukan dengan menerbitkan utang, sedangkan jika rasio utang berada diatas tingkat sasaran, biasanya ekuitas yang akan diterbitkan (Brigham & Houston, 2006:6). Pada umumnya, perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan tinggi menggunakan utang yang relatif kecil.Tingkat keuntungan yang tinggi memungkinkan mereka untuk memperoleh sebagian besar pendanaan dari saldo laba (Atmaja, 2003). Dalam hal ini perusahaan akan cenderung memilih saldo laba untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan. Sehingga dapat
32
disimpulkan, semakin tinggi ROE, maka semakin kecil proporsi utang di dalam struktur modal perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Yahya (2012) secara parsial bahwa tingkat Leverage Keuangan (DAR) pada perusahaan telekomunikasi Indonesia yang terdaftar di BEI memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap peningkatan profitabilitasnya. : struktur modal berpengaruh positif terhadap profitabilitas
2.4.2 Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap profitabilitas. Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh pihak internal maupun eksternal suatu perusahaan karena dapat memberikan suatu aspek yang positif bagi mereka.Dari sudut pandang investor, pertumbuhan perusahaan merupakan tanda bahwa perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan dan mereka mengharapkan tingkat pengembalian (return) dari investasi mereka dan dapat memberikan hasil yang lebih baik. Perusahaan dengan peluang pertumbuhan tinggi cenderung memiliki rasio utang yang kecil untuk membiayai investasinya, sehingga perusahaan dapat menghasilkan labamaksimum dan meningkatkan nilai perusahaan.Tetapi, perusahaan dengan peluang pertumbuhan rendah, akan cenderung mempunyai rasio utang yang tinggi untuk membiayai investasinya untuk meningkatkan nilai perusahaannya (Sumani, 2012) Salah satu cara pengukuran kinerja perusahaan dapat dilihat dari tingkat profitabilitas. Profitabilitas adalah kemampuan memperoleh laba dalam
33
hubungannya dengan penjualan, total asset, maupun modal sendiri (Sartono, 2010:122).Pertumbuhan perusahaan mempengaruhi profitabilitas, melalui asset yang dimiliki sehingga berpengaruh terhadap produktivitas dan efesiensi perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada profitabilitas. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan potensial yang tinggi memiliki kecenderungan untuk menghasilkan arus kas yang tinggi di masa yang akan datang dan kapitalisasi pasar yang tinggi sehingga akan menarik minat investor untuk menanamkan modal, hal ini akan berpengaruh terhadap naiknya nilai perusahaan (Sriwardany, 2006). Penelitian yang telah dilakukan oleh Sriwardany (2006) menemukan bahwa pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh langsung dan positif terhadap perubahan harga saham, yang artinya bahwa informasi tentang adanya pertumbuhan perusahaan direspon positif oleh investor, sehingga akan meningkatkan harga saham. :pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas