7
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1
Tinjauan Teoretis
2.1.1 Pemasaran 1.
Pengertian Pemasaran Menurut Kotler dan Amstrong (2012:127) Pemasaran adalah proses sosial
dan manajerial dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk serta nilai dengan pihak lain. Dari definisi diatas dapatlah diterangkan bahwa arti pemasaran adalah jauh lebih luas dari arti penjualan. Pemasaran mencakup usaha perusahaan yang dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan konsumen yang perlu dipuaskan, produk sesuai, menentukan cara-cara promosi dan penyaluran atau penjualan produk tersebut. 2.
Sasaran Pemasaran Menurut Simamora (2010: 115), paling tidak terdapat empat sasaran yang
bisa dicapai dengan adanya sistem pemasaran yaitu : Memaksimalkan pilihan konsumen, keinginan manusia itu beragam. a.
Memaksimalkan kualitas hidup, dengan konsumen yang lebih tinggi, kepuasan yang lebih besar serta pilihan yang lebih banyak, tentu hasil akhir yang diperoleh konsumen adalah meningkatkan kualitas hidup
b.
Memaksimalkan konsumen, dimana konsumen bebas mengkonsumsikan atau memakai produk yang mampu mereka beli.
7
8
c.
Memaksimalkan kepuasan konsumen, sebab hanya produk
yang
memuaskanlah yang akan dibeli konsumen. Satu sama lain tentu memberikan yang terbaik bagi konsumen agar bisa memenangkan persaingan. Selanjutnya menurut Simamora (2010: 120) agar keempat tujuan diatas tercapai, maka pemasaran harus memberikan manfaat yang mencakup kegunaan bentuk. Pada intinya, pemasaran bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan individu dan organisasi, dengan cara menciptakan dan mempertukarkan nilai satu sama lain. a.
Kegunaan tempat Kegunaan ini diperoleh konsumen karena dengan pemasaran, produk dibuat pada tempat yang dapat ditangani konsumen.
b.
Kegunaan waktu Ini berkaitan dengan kenyataan bahwa konsumen dapat memperoleh produk yang pada saat diinginkan.
c.
Kegunaan informasi Pemasaran melakukan promosi untuk menginformasikan produk kepada konsumen, membujuk konsumen, agar membeli dan mengingatkan konsumen agar tidak melupakan produk.
d.
Kegunaan kepemilihan Kepemilihan ini terjadi pada saat konsumen membeli produk dan kepemilikan dialihkan dari penjual kepada konsumen.
9
2.1.2 Desain Kemasan Produk Desain kemasan adalah bisnis kreatif yang mengkaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi, dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan. Desain kemasan berlaku untuk membungkus, melindungi, mengirim, dan membedakan sebuah produk di pasar. Pada akhirnya desain kemasan berlaku sebagai pemasaran produk dengan mengkomunikasikan kepribadian atau fungsi produk konsumsi secara unik. Fungsi desain terletak antara fungsi-fungsi pemasaran dan operasi (Ashari, 2011: 82). Fungsi ini menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan pasar yang ditentukan oleh bagian pemasaran, kemudian oleh unit operasi dibuat ke dalam bentuk sedemikian rupa sehingga memuaskan kebutuhan tersebut. Desain kemasan harus berfungsi sebagai sarana estetika untuk berkomunikasi dengan semua orang dari berbagai latar belakang, minat, dan pekerjaan yang berbeda. Apabila kualitas desain rendah, produk tersebut tidak akan memuaskan kebutuhan. Segi yang paling penting dari desain, dengan memperhatikan pencapaian kualitas produk yang diminta, adalah spesifikasi. Spesifikasi menjelaskan dan mendefinisikan produk tersebut dan haruslah merupakan rancangan komprehensif dari semua aspeknya yang harus ada untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Dari sudut pandang perusahaan, sebuah produk yang didesain dengan baik akan mudah dibuat dan distribusikan. Dari sudut pandang konsumen, produk yang didesain dengan baik akan menyenangkan untuk dipandang, mudah dibuka, dipasang dan dipelajari cara penggunaannya, digunakan, diperbaiki dan pada akhirnya dibuang (Kotler, 2010: 132).
10
Pemahaman psikologi dan studi proses mental dan perilaku dapat membantu menganalisis motivasi manusia melalui persepsi visual. Penyelesaian masalah visualisasi adalah inti dari desain kemasan. Masalah visualisasi itu bisa berupa pengenalan produk baru atau peningkatan penampilan produk yang sudah ada, kreativitas merupakan cara penyelesaian masalah desain hingga menjadi solusi inovatif. Dengan banyaknya pilihan konsumen maka munculah kompetisi produk. Kompetisi pada akhirnya mendorong kebutuhan untuk diferensiasi pasar dan kebutuhan untuk berbeda dari pasaran. Desain kemasan berfungsi untuk mengkomunikasikan perbedaan produk secara visual. Dari sudut pandang penampilan, tanpa desain kemasan yang berbeda untuk semua merek produk, termasuk roti, susu, dan sayur-mayur hingga parfum, lipstik, dan minuman keras akan tampak sama. Para tenaga pemasar pada akhirnya bertanggung jawab untuk menentukan karakteristik yang membedakan produk mereka dan menyediakan kekontrasan yang jelas antar produk. Sehingga desain kemasan produk mampu memberikan informasi yang jelas dan spesifik kepada konsumen, dan satu poin pembanding, sebuah pembelian telah dimotivasi (Klimchuk & Krasovec, 2011: 102). Pengertian Kemasan Menurut Angipora (2010: 151) kemasan adalah seluruh kegiatan merancang dan memproduksi pembungkus suatu produk. Ada beberapa alasan mengapa kemasan sangat diperlukan antara lain : 1.
Pengemasan sebagai alat untuk melindungi produk Kemasan melindungi produk dalam perjalanannya dari produsen ke konsumen. Kemasan dirancang dengan tepat akan melindungi produk dari hal-hal yang dapat mengurangi mutu, jumlah dan penampilan.
11
2.
Pengemasan sebagai sarana yang dapat memberikan kemudahan penggunaan Kemasan harus dapat memberikan kemudahan dalam penggunaan produk. Misalnya kemasan harus mudah dibuka dan ditutup, tidak boleh terlalu berat.
3.
Kemasan berguna dalam melaksanakan program pemasaran perusahaan Melalui kemasan identifikasi produk menjadi lebih efektif sehingga produk dapat dibedakan dari produk pesaing. Beberapa kemasan dapat menjadi daya tarik sendiri dalam penjualan sehingga sekaligus menjadi media promosi. Kemasan Produk di dalam Pemasaran Perkembangan baru dalam kemasan
terjadi
dengan
cepat
sekali
sehingga
manajemen
perusahaan
dituntut
memperhatikan pembaharuan dalam desain kemasan produk misalnya bahan baru menggantikan bahan lama, bentuk dan ukuran yang dibuat semakin menarik dan ciri-ciri lain model kemasan dengan ukuran isi. Pengemasan menjadi alat pemasaran yang cukup potensial sekarang ini. Kemasan yang terancang dengan baik dapat memberikan kenyamanan bagi konsumen dan promosi bagi produsen menurut Susanto dan Kottler. (2009: 109). Berbagai faktor berperan dalam meningkatkan penggunaan kemasan sebagai alat pemasaran antara lain: 1.
Swalayan: Produk yang dijual didalam swalayan jumlahnya sangat banyak, konsumen pasti melewati berbagai merek produk, jenis produk, dan lain sebagainya. Peran kemasan disini harus menarik perhatian, menjelaskan tampilan produk, memberikan keyakinan pada konsumen, dan menimbulkan kesan yang menyenangkan.
12
2.
Kemampuan konsumen: Meningkatkan kemampuan konsumen berarti konsumen bersedia membayar lebih banyak untuk kenyamanan, penampilan, dan prestise dari kemasan yang lebih baik.
3.
Citra Perusahaan dan Merek: Perusahaan mengakui kekuatan kemasan yang terancang baik dalam menghasilkan pengakuan seketika atas perusahaan atau merek.
4.
Kesempatan Inovasi: Pengemasan yang inovatif dapat memberikan manfaat yang besar bagi konsumen dan laba bagi produsen.
2.1.3
Fungsi Kemasan Kemasan memiliki fungsi yang sangat penting, Setiadi (2013: 46)
memberikan beberapa prinsip bagi perancang kemasan agar memahami proses kemasan antara lain : 1.
Kemasan berfungsi sebagai informasi, sehingga desain kemasan harus jujur dan memberikan informasi tentang produk. Artinya kemasan harus sesuai dengan desain yang tertera pada kemasan dengan isinya.
2. Kemasan memiliki fungsi sebagai pelindung produk serta memiliki fungsi kepraktisan yang harus sesuai dengan pandangan konsumen. 3.
Kemasan memilki fungsi branding/merek sebagai sarana komunikasi citra dan posisi produk dipasar. Peranan fungsi kemasan dalam pemasaran juga ditimbulkan oleh beberapa
faktor antara lain : 1) Meningkatkan standar kesehatan dan sanitasi yang dituntut oleh masyarakat.
13
2) Mahalnya harga tempat untuk peragaan produk yang diperlukan oleh pihak produsen dan sulitnya memperoleh tempat ditoko-toko eceran. 3) Susahnya menghadapi pengecer yang hanya mau menjual produk dengan kemasan yang efektif saja.
2.1.4 Strategi Kemasan Strategi pengemasan menurut Sastradipoera (2008: 129) adalah strategi pengemasan ynga meliputi rencana dan metode yang cermat untuk melindungi dan memberikan kemudahan penggunaan produk dan memberikan kemasan yang tepat pada produk tersebut bagi kepentingan penjualan. Universitas Sumatera Utara Usaha untuk menentukan penampilan produk yang lebih baik memiliki beberapa strategi kemasan yang dapat memberikan kemasan yang tepat pada produk tersebut bagi kepentingan penjualan. Usaha untuk menentukan penampilan produk yang lebih baik memiliki beberapa strategi kemasan yang dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan antara lain : 1.
Mengubah Kemasan Menyadari kemasan yang ditampilkan tidak memiliki daya tarik yang begitu baik lagi dari konsumen, sehingga manajemen dihadapkan untuk mengambil tindakan mengubah kemasan dengan alasan : a.
Menangkal menurunnya omset penjualan
b.
Memperluas pasar dengan menarik kelompok baru para konsumen
c.
Memanfaatkan bahan kemasan baru
d.
Membantu program promosi menjadi daya tarik utama dalam iklan.
d.
Kemasan lini produk
14
Suatu perusahaan harus memutuskan apakah mengembangkan kemasan yang sama untuk beberapa produk atau kemasan yang berbeda untuk masing-masing produk. Kemasan kelompok (family packaging) mencakup pemakaian kemasan yang serupa untuk semua produk yang mempunyai kesamaan dalam ciri. 2.
Kemasan yang dipakai ulang Strategi dalam kebijakan kemasan adalah pemakaian ulang kemasan dari produk yang telah laku.
3.
Kemasan aneka ragam terdapat kecenderungan dari berbagai perusahaan yang mengarah kepada penggunaan kemasan yang beraneka ragam. Hal ini disebabkan kemasan aneka ragam dapat meningkatkan penjualan. Perkembangan dalam kemasan terjadi dengan cepat sekali dan tidak hentihentinya memaksa pihak manajemen untuk terus memperhatikan pembaharuan dalam desain kemasan mereka, misalnya : a.
Bahan baru menggantikan bahan lama
b.
Bentuk dan ukuran yang semakin menarik
c.
Model tutup kemasan yang lebih praktis
d.
Ciri-ciri lain model kemasan dengan ukuran isi
2.1.5 Program Pengemasan Semua kegiatan pemasaran perlu terprogram. Demikian pula halnya dengan pemasar. Program kemasan dalam pemasaran adalah segala rencana yang menetapkan cara pelaksanaan pengemasan produk. Menurut Klimchuk & Krasovec (2011: 165). Program pengemasan ini meliputi :
15
1.
Perencanaan
dan
pengoordinasian
kegiatan-kegiatan
pengembangan
pengemasan melalui organisasi. 2.
Pelaksanaan riset oleh para ahli yang berpengalaman di bidangnya.
3.
Pengembangan dan rekayasa yang sesuai dengan tujuan pengemasan dan efisiensi.
4.
Pengujian atas hasil pengembangan dan rekayasa yang didasarkan pada hasil riset.
5.
Spesifikasi penulisan yang biasanya merupakan gabungan hasil dari spesialis dalam bidang marketing dan kesenian.
6.
Pemilihan dan pengawasan warna agar sesuai dengan tuntutan pasar dan teknologi.
7.
Pengawasan mutu komponen–komponen pengemasan yang merupakan perpaduan antara ahli-ahli pemasaran dan teknologi.
8.
Perakitan dan penyimpanan informasi.
9.
Penganalisaan terhadap pengemasan produk. Mengembangkan kemasan yang efektif untuk suatu produk membutuhkan
beberapa keputusan antara lain : 1.
Konsep pengemasan Konsep ini mendefinisikan apa bentuk atau fungsi dasar kemasan itu bagi suatu produk. Apakah fungsi utama memberikan perlindungan yang baik bagi produk itu sendiri, memperkenalkan metode penggunaan baru, menyatakan mutu tertentu dari perusahaan.
2.
Ukuran, bentuk, bahan, warna, dan lambang merek Berbagai unsur pengemasan ini harus diselaraskan. Ukuran berhubungan dengan bahan, warna, dan sebagainya.
16
3.
Keputusan mengenai keamanan produk itu sendiri Keputusan harus dibuat atas peralatan anti bocor mengingat masalah keamanan produk itu sendiri.
4.
Keputusan penetapan harga, pengiklanan, dan unsur pemasaran lainnya Mengembangkan pengemasan yang efektif membutuhkan biaya yang besar, dan membutuhkan waktu beberapa bulan sampai beberapa tahun, dan tentu juga iklan yang dibuat harus menjadi lebih menarik. Menurut Kotler (2010: 133), perusahaan harus memilih cara-cara yang
dengannya ia berusaha untuk membedakan dirinya dengan para pesainggnya. Suatu perbedaan yang layak dilakukan jika memenuhi kriteria berikut: 1)
Penting, perbedaan tersebut membawa manfaat yang bernilai tinggi terhadap sejumlah besar pembeli.
2)
Kekhususan, perbedaan tersebut tidak dilakukan oleh yang lainnya atau dilakukan dalam cara yang khusus oleh perusahaan.
3)
Superior, perbedaan tersebut adalah superior terhadap cara lain untuk mendapatkan manfaat yang sama.
4)
Dapat dikomunikasikan, perbedaan tersebut dapat dikomunikasikan dan dapat dilihat oleh pembeli.
5)
Preventif, perbedaan tersebut tidak dapat dengan mudah ditiru oleh perusahaan saingan.
6)
Terjangkau, pembeli mampu membayar perbedaan tersebut.
7)
Menguntungkan, perusahaan akan untung bila memperkenalkan perbedaan tersebut.
17
2.1.6 Harga 1.
Pengertian Harga Kegiatan pemasaran dalam suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh
Harga. Segala keputusan yang berhubungan dengan harga akan sangat mempengaruhi beberapa aspek kegiatan perusahaan, baik menyangkut kegiatan penjualan maupun aspek keuntungan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Menurut Kotler (2010: 157) harga adalah jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu jasa atau produk, jumlah nilai yang dipertukarkan konsumen untuk manfaat yang dimiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut. Jadi dari kedua definisi tersebut, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa harga adalah suatu cara bagi produsen untuk membedakan penawaran barangnya dari para pesaing serta jumlah uang (kemungkinan ditambah beberapa barang) yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang menyertainya (Tjiptono, 2010 : 150). 2.
Kebijaksanaan Harga Menurut Gitosudarmo (2009: 129) kebijaksanaan harga adalah suatu cara
yang digunakan produsen atau perusahaan dalam menetapkan harga untuk mempengaruhi konsumen agar melakukan pembelian barang yang ditawarkan. Kebijaksanaan harga berfungsi sebagai alat pengambilan keputusan untuk mencapai apa yang menjadi tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan laba.
18
Adapun macam-macam atau bentuk dari kebijaksanaan harga (Gitosudarmo, 2009: 157) yaitu : a.
Potongan Harga Dalam hal ini pembeli memperoleh harga yang lebih rendah dari harga yang
seharusnya dibayar dengan syarat-syarat tertentu, meliputi: 1)
Waktu pembayaran yang lebih awal.
2)
Tingkat atau jumlah pembelian.
3)
Pembelian pada musim-musim tertentu.
4)
Konsumen yang memiliki member atau kartu khusus yang diberikan perusahaan.
b.
Diskriminasi Harga Dalam hal ini perusahaan melakukan modifikasi harga untuk menyesuaikan perbedaan harga karena faktor langganan, produk, tempat dan waktu.
c.
Harga Psikologis Suatu harga itu dapat berbicara lagi produknya serta dapat menunjukkan citra produknya. Misalnya suatu produk dengan harga tinggi dapat memberikan image pada kualitas yang tinggi pula.
d.
Penetapan harga setinggi-tingginya (market skimming princing) Harga yang tinggi ini dimaksudkan untuk menutup biaya-biaya penelitian pasar, biaya produksi dan lain-lain. Agar dapat berhasil diperlakukan beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu :
19
1)
Cukup banyak permintaan terhadap produk yang bersangkutan.
2)
Harga yang tinggi tidak dapat menarik pembeli dan pesaingnya.
3)
Harga yang tinggi diasumsikan akan mampu meningkatkan citra produk yang superior.
e.
Penetapan harga serendah-rendahnya (market penetration pricing) Dalam hal ini agar supaya dapat berhasil diperlukan syarat yang harus dipenuhi yaitu: 1)
Pasar sangat peka sekali, sehingga harga yang rendah mampu merangsang pertumbuhan atau permintaan pembeli potensial yang sebanyak-banyaknya.
3.
2)
Pengalaman produksi mampu menekan biaya produksi dan distribusi.
3)
Harga yang rendah tidak menarik bagi para pesaingnya.
Tujuan Penetapan Harga Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan dalam
penetapan harga yang dilakukannya. Menurut Angipora (2010: 155) tujuan dari penetapan harga adalah sebagai berikut : a.
Mendapatkan laba maksimal.
b.
Mendapatkan pengembalian investasi yang ditargetkan atau pengembalian pada penjualan bersih.
c.
Mencegah atau Mengurangi persaingan.
d.
Mempertahan atau memperbaiki market share. Adapun faktor yang mempengaruhi penetapan harga (Angipora, 2010:
159) adalah sebagai berikut :
20
a.
b.
Faktor Internal Perusahaan 1)
Tujuan Pemasaran Perusahaan
2)
Strategi Bauran Pemasaran
3)
Biaya
4)
Organisasi
Faktor Eksternal Perusahaan 1)
Sifat pasar dan permintaan
2)
Persaingan Meliputi informasi tentang jumlah perusahaan dalam industri, definisiasi produk dan kemudahan untuk memasuki industri yang bersangkutan.
3)
Unsur-unsur lingkungan eksternal perusahaan lainnya Meliputi kondisi ekonomi (inflasi dan resesi), kebijakan dan peraturan pemerintah serta aspek sosial yang terjadi.
2.1.7
Sikap Azwar, (2010: 210) menyatakan bahwa tindakan konsumen adalah fungsi
dari kepercayaan, dan dari kepercayaan itu dapat diprediksi sikap nyatanya. Menurut Kotler (2010: 157) sikap adalah evaluasi, perasaan emosional, dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap beberapa obyek atau gagasan. Pengertian sikap menurut (Gerungan, 2009: 177) itu dapat kita terjemahkan dengan sikap yang obyektif tertentu, yang dapat merupakan sikap
21
pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut di sertai sikap kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap obyektif. Sejalan dengan pendapat di atas, sikap adalah suatu kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu, dengan perkataan lain, sikap merupakan kecendeerungan yang relatif stabil yang dimiliki individu dalam mereaksi dirinya sendiri, orang lain atau situasi tertentu (Sukardi, 2010: 73). Orang yang mempunyai perasaan senang atau mendukung suatu obyek akan mempunyai perasaan positif terhadap obyek itu, atau dengan kata lain orang itu mempunyai sifat yang favoriable tehadap obyek tadi, demikian sebaliknya, jika mempunyai perasaan negatif terhadap suatu obyek berarti orang itu mempunyai perasaan tidak senang atau tidak mendukung tehadap obyek itu atau mempunyai sifat yang unfavorable terhadap obyek itu (Azwar, 2012: 231). Sikap yaitu emosi dan perasaan seperti pernyataan sangat menyenangkan atau tidak menyenangkan, sangat menarik atau tidak menarik. Sikap merupakan evaluasi keseluruhan tentang film yang ditonton konsumen dan merefleksikan respon konsumen terhadap film yang ditonton tersebut. Sikap (afeksi) yaitu emosi dan perasaan seperti pernyataan sangat menyenangkan/ sangat tidak menyenangkan, sangat menarik atau sangat tidak menarik, sangat berkesan/ sangat tidak berkesan, bagus/ jelek. Sikap menurut Loudon dan Bitta (2010: 213) memiliki empat fungsi, yaitu fungsi penyesuaian, fungsi pertahanan diri, fungsi ekspresi nilai dan fungsi pengetahuan. Juga menjelaskan bahwa sikap dapat dibentuk melalui tiga faktor, yaitu:
22
1.
Personal experience Pengalaman pribadi seseorang akan membentuk dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjamin salah satu dasar dari terbentuknya sikap. Syarat untuk mempunyai tanggapan dan penghayatan adalah harus memiliki pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologi.
2.
Group associations Semua orang dipengaruhi pada suatu derajat tertentu oleh anggota lain dalam kelompok yang nama orang tersebut termasuk didalamnya. Sikap terhadap produk, ilmu etika, peperangan dan jumlah besar obyek yang lain dipengaruhi secara kuat oleh kelompok yang kita nilai serta dengan mana kita lakukan atau inginkan untuk asosiasi (kelompok). Beberapa kelompok, termasuk keluarga, kelompok kerja, dari kelompok budaya dan sub budaya, adalah penting dalam mempengaruhi perkembangan sikap seseorang. Pengaruh orang lain dianggap penting, orang lain merupakan salah satu komponen sosial yang dapat mempengaruhi sikap individu.
3.
Influential others Pada umumnya individu cenderung memilih sikap yang searah dengan orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini dimotivasikan oleh keinginan untuk berafiliasi.
Menurut Purwanto (2011: 96), ciri-ciri sikap sebagai berikut : 1.
Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangannya
dalam
hubungan
dengan
objeknya.
Sifat
ini
membedakannya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat, dan lain-lain.
23
2.
Sikap dapat berubah-ubah, sehingga sikap dapat dipelajari. Sikap seseorang dapat berubah apabila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah perubahan sikap pada orang itu.
3.
Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari, atau berubah karena berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
4.
Objek dari sikap itu merupakan suatu hal tertentu, namun dapat juga kumpulan dari hal-hal tersebut.
5.
Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, yaitu sifat alamiah yang membedakan sikap dan pengetahuan yang dimiliki seseorang.
6.
Sikap dalam menonton seperti sikap pada umumnya dibentuk dari beberapa aspek.
Menurut Azwar (2010: 87) sikap memiliki tiga komponen, yaitu : 1.
Komponen kognitif merupakan kepercayaan seseorang terhadap suatu produk untuk dikonsumsi
2.
Komponen afektif merupakan evaluasi emosional atau perasaan seseorang terhadap suatu produk untuk dikonsumsi.
3.
Komponen konatif merupakan kecenderungan seseorang untuk berperilaku atau melakukan suatu tindakan. Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap adalah kecenderungan individu untuk
memahami, merasakan, bereaksi dan berperilaku terhadap suatu suatu produk tertentu yang merupakan hasil dari interaksi komponen kognitif, afektif dan konatif. Sikap sering mempengaruhi loyalitas apakah konsumen ingin
24
mengkonsumsi atau tidak. Sikap positif terhadap produk tertentu akan memungkinkan konsumen melakukan pembelian ulang. Sebaliknya sikap negatif akan menghalangi konsumen untuk membeli lagi (Sutisna, 2010: 95). Oleh karena itu pemasar perlu menciptakan aktivitas-aktivitas yang akan menumbuhkan sikap yang positif terhadap produk. Menurut Kotler (2010: 172) terdapat dua faktor yang mempengaruhi seseorang dalam pembelian kembali, yaitu situasi tidak terduga (Unexpected situation) dan sikap khalayak.
2.1.8 Karakteristik Menurut Brigham (dalam Dayakisni dan Hudiah, 2009:76) ada beberapa ciri atau karakteristik dasar dari sikap, yaitu : a.
Sikap disimpulkan dari cara-cara individu bertingkah laku.
b.
Sikap ditujukan mengarah kepada objek psikologis atau kategori, dalam hal ini skema yang dimiliki individu menentukan bagaimana individu mengkategorisasikan objek target dimana sikap diarahkan.
c.
Sikap dipelajari.
d.
Sikap mempengaruhi perilaku. Memegang teguh suatu sikap yang mengarah pada suatu objek memberikan satu alasan untuk berperilaku mengarah pada objek itu dengan suatu cara tertentu.
2.1.9
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap Menurut Azwar (2012: 87) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan,
25
orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu. a.
Pengalaman pribadi Middlebrook (dalam Azwar, 2012: 89) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dengan suatu objek psikologis, cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Sikap akan lebih mudah terbentuk jika yang dialami seseorang terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Situasi yang melibatkan emosi akan menghasilkan pengalaman yang lebih mendalam dan lebih lama membekas.
b.
Pengaruh orang lain yang dianggap penting Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
c.
Pengaruh Kebudayaan Burrhus Frederic Skinner, seperti yang dikutip Azwar sangat menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi seseorang. Kepribadian merupakan pola perilaku
yang
konsisten
yang
menggambarkan
sejarah
penguat
(reinforcement) yang kita alami (Hergenhan dalam Azwar, 2012: 91). Kebudayaan memberikan corak pengalaman bagi individu dalam suatu masyarakat. Kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap individu terhadap berbagai masalah.
26
d.
Media Massa Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan individu. Media massa memberikan pesan-pesan yang sugestif yang mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Jika cukup kuat, pesanpesan sugestif akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
e.
Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sesuatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaranajarannya. Konsep moral dan ajaran agama sangat menetukan sistem kepercayaan sehingga tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperanan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal. Apabila terdapat sesuatu hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya orang akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya atau mungkin juga orang tersebut tidak mengambil sikap memihak. Dalam hal seperti itu, ajaran moral yang diperoleh dari lembaga pendidikan atau lembaga agama sering kali menjadi determinan tunggal yang menentukan sikap.
27
f.
Faktor Emosional Suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustrasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama. Menurut Bimo Walgito (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2009: 85),
pembentukan dan perubahan sikap akan ditentukan oleh dua faktor, yaitu : a.
Faktor internal (individu itu sendiri) yaitu cara individu dalam menanggapi dunia luar dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau ditolak.
b.
Faktor eksternal yaitu keadaan-keadaan yang ada di luar individu yang merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap. Sementara itu Mednick, Higgins dan Kirschenbaum (dalam Dayakisni &
Hudaniah, 2008: 82) menyebutkan bahwa pembentukan sikap dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu : a.
Pengaruh sosial, seperti norma dan kebudayaan.
b.
Karakter kepribadian individu
c.
Informasi yang selama ini diterima individu Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembentukan sikap
dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik yang berasal dari luar individu dan faktor intrinsik yang berasal dari dalam individu.
28
2.1.10 Definisi Perilaku konsumen Perilaku konsumen tidak dapat dikembangkan dan dipertahankan melalui strategi pemasaran. Dengan kata lain keberhasilan suatu bisnis tergantung pada kualitas pemasaran dan pelayanan yang digunakan dalam usahanya untuk mempengaruhi konsumen, sehingga tujuan dari perusahaan dapat tercapai. Sedangkan menurut Mowen dan Minor (2012: 207), perilaku konsumen (consumer behavior) didefinisikan sebagai unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuatan barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide. 1.
Model Perilaku Konsumen Dalam studi perilaku konsumen, perlu adanya model perilaku konsumen. Dua tujuan utama dari sebuah model, yaitu untuk mengembangkan
teori
dalam
penelitian
perilaku
konsumen
dan
mempermudah dalam mempelajari apa yang telah diketahui mengenai perilaku konsumen (Mangkunegara, 2009: 121). Model perilaku konsumen menggambarkan bagaimana proses pengambilan keputusan konsumen dalam membeli suatu barang atau jasa termasuk di dalamnya. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya. Untuk itu diperlukan model perilaku yang dapat menggambarkan sebuah rancangan yang tujuannya untuk memeriksa efek-efek relatif dari sikap pengaruh sosial. Pengertian model perilaku konsumen menurut Mangkunegara (2009: 123) diartikan sebagai suatu skema atau kerangka kerja yang disederhanakan untuk menggambarkan aktivitas-aktivitas konsumen.
29
Selanjutnya Mangkunegara (2009: 126) juga menjelaskan jika model perilaku konsumen memiliki beberapa fungsi sebagai berikut: a.
Deskriptif Fungsi yang berhubungan dengan pendalaman mengenai langkahlangkah yang diambil konsumen dalam memutuskan suatu penelitian membeli.
b.
Prediksi Fungsi untuk meramalkan kejadian-kejadian dari aktivitas-aktivitas konsumen pada waktu yang akan datang.
c.
Explanation Fungsi yang mempelajari sebab-sebab dari beberapa aktivitas pembelian, seperti mempelajari mengapa konsumen sering membeli barang dagangan dengan merek yang sama.
d.
Pengendalian Fungsi untuk mempengaruhi dan mengendalikan aktivitas-aktivitas konsumen pada masa yang akan datang.
2.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Menurut Kotler dan Keller (2009: 214) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen terdiri atas: a.
Pengaruh Budaya Budaya mempunyai pengaruh yang paling luas dan paling dalam terhadap perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran yang dimainkan oleh kultur, subkultur, dan kelas sosial pembeli.
b.
Pengaruh Sosial Perilaku konsumen juga akan dipengaruhi oleh faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, peran, dan status sosial dari konsumen.
30
c.
Pengaruh Pribadi Keputusan konsumen juga dipengaruhi oleh usia dan tahap siklus hidup pembeli, pekejaan dan lingkungan ekonomi, kepribadian, konsep diri serta gaya hidup dan nilai.
d. Pengaruh Psikologis Pilihan pembelian seseorang juga dipengaruhi oleh faktor psikologis yang utama, yaitu motivasi, persepsi, proses pembelajaran, serta kepercayaan dan sikap.
2.1.11 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Menurut Kotler (2010: 210) mengatakan bahwa, “perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis”. Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah sebagai berikut : 1.
Faktor Budaya. Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku pembelian. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku paling dasar. Masing-masing budaya terdiri dari sejumlah sub-budaya yang lebih menampakkan identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya. Sub-budaya mencakup kebangsaan, agama, kelompok ras, dan wilayah geografis. Pada dasarnya, semua masyarakat manusia memiliki stratifikasi sosial. Stratifikasi lebih sering ditemukan dalam bentuk kelas sosial, pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen, yang tersusun secara hirarkis dan yang para anggotanya menganut nilai, minat, dan perilaku serupa. Kelas sosial memiliki beberapa ciri. Pertama, orangorang didalam kelas sosial yang sama cenderung berperilaku lebih seragam daripada orang-orang dari dua kelas sosial yang berbeda. Kedua, orang
31
merasa dirinya menempati posisi inferior atau superior dikelas sosial mereka. Ketiga, kelas sosial ditandai oleh sekumpulan variabel-seperti pekerjaan, penghasilan, kesejahteraan, pendidikan, dan orientasi nilaibukannya satu variabel. Keempat, individu dapat pindah dari satu tangga ke tangga lain pada kelas sosialnya selama masa hidup mereka. Besarnya mobilitas itu berbeda-beda, tergantung pada seberapa kaku stratifikasi sosial dalam masyarakat tertentu. 2.
Faktor sosial. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial. Kelompok acuan membuat seseorang menjalani perilaku dan gaya hidup baru dan memengaruhi perilaku serta konsep pribadi seseorang, kelompok acuan menuntut orang untuk mengikuti kebiasaan kelompok sehingga dapat mempengaruhi pilihan seseorang akan produk dan merek aktual. Keluarga orientasi terdiri dari orang tua dan saudara kandung seseorang. Dari orang tua seseorang mendapatkan orientasi atas agama, politik, dan ekonomi serta ambisi, pribadi, harga diri dan cinta. Kedudukan orang itu dimasing-masing kelompok dapat ditentukan berdasarkan peran dan statusnya. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Masing-masing peran menghasilkan status.
3.
Faktor pribadi. Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep diri, serta nilai dan gaya hidup pembeli.
32
4.
Faktor psikologi. Satu perangkat proses psikologis berkombinasi dengan karakteristik konsumen tertentu untuk menghasilkan proses keputusan dan keputusan pembelian. Empat proses psikologis penting-motivasi, persepsi, pembelajaran, dan memori-secara fundamental mempengaruhi tanggapan konsumen terhadap berbagai rangsangan pemasaran. Menurut Wilkie (1986) menyatakan bahwa perilaku konsumen itu dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Yang disebut internal antara lain: usia, pekerjaan, gaya hidup, kepribadian, motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakinan dan sikap. Sedangkan faktor eksternal antara lain: budaya, keluarga, kelompok acuan, kondisi lingkungan, kegiatan pemasaran perusahaan dan situasi.
2.1.12 Tipe Perilaku Keputusan Konsumen Menurut Assael dalam Simamora (2010) bahwa ada 4 (empat) tipe perilaku pembelian konsumen berdasarkan pada tingkat keterlibatan pembeli dan perbedaan diantara merek sebagai berikut: 1.
Perilaku Membeli yang rumit (Complex Buying Behavior). Perilaku membeli yang rumit akan menimbulkan keterlibatan yang tinggi dalam pembelian dan menyadari adanya perbedaan yang jelas diantara merekmerek yang ada. Perilaku membeli ini terjadi pada waktu membeli produkproduk yang mahal, tidak sering dibeli, beresiko dan dapat mencerminkan diri pembelinya, seperti mobil, televisi, pakaian, jam tangan, komputer pribadi dan lainnya. Biasanya konsumen tidak tahu banyak tentang kategori produk dan harus belajar untuk mengetahuinya.
33
2.
Perilaku Membeli untuk mengurangi keragu-raguan (Dissonace Reducing Buying Behavior). Perilaku membeli ini terjadi untuk pembelian produk itu mahal, tidak sering dilakukan, beresiko, dan membeli secara relatif cepat karena perbedaan merek tidak terlihat. Contohnya karpet, keramik, pipa PVC dan lain-lain. Pembeli biasanya mempunyai respons terhadap harga atau kenyamanan.
3.
Perilaku membeli berdasarkan kebiasaan (Habitual Buying Behavior). Konsumen membeli produk secara berulang bukan karena merek produk, tetapi karena mereka sudah mengenal produk tersebut. Setelah membeli, mereka tidak Universitas Sumatera Utara mengevaluasi kembali mengapa mereka membeli produk tersebut karena mereka tidak terlibat dengan produk. Perilaku ini biasanya terjadi pada produk-produk seperti gula, garam, air mineral dalam kemasan, deterjen dan lain-lain.
4.
Perilaku pembeli yang mencari keragaman (Variety Seeking Buying Behavior). Konsumen berperilaku dengan tujuan mencari keragaman dan bukan kepuasan. Jadi merek dalam perilaku ini bukan merupakan sesuatu yang mutlak. Perilaku demikian biasanya terjadi pada produk-produk yang sering dibeli, harga murah dan konsumen sering mencoba merek-merek baru.
2.1.13 Definisi Minat Beli Minat beli merupakan keinginan yang muncul dalam diri konsumen terhadap suatu produk sebagai dampak dari suatu proses pengamatan dan pembelajaran konsumen atau individu tersebut terhadap suatu produk.
34
Menurut Simamora (2010: 106) mengatakan bahwa Minat beli (minat beli) terhadap suatu produk timbul karena adanya dasar kepercayaan terhadap produk yang diiringi dengan kemampuan untuk membeli produk. Selain itu, minat beli terhadap suatu produk juga dapat terjadi dengan adanya pengaruh dari orang lain yang dipercaya oleh calon konsumen. Minat beli juga dapat timbul apabila seorang konsumen merasa sangat tertarik terhadap berbagai informasi seputar produk
yang
diperoleh
melalui
iklan,
pengalaman
orang
yang
telah
menggunakannya, dan kebutuhan yang mendesak terhadap suatu produk. Menurut Kumala (2010: 117) minat beli adalah suatu sumber motivasi yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan apa yang diinginkannya. Pada dasarnya minat merupakan bentuk penerimaan akan suatu hubungan antara diri seseorang dengan sesuatu di luar dirinya, semakin kuat atau dekat hubungan tersebut maka semakin besar minat. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa minat tidak dibawa dari lahir, melainkan diperoleh kemudian sebagai akibat rangsangan adanya suatu hal yang menarik. Selain itu niat beli terhadap suatu produk juga dapat terjadi dengan adanya pengaruh dari orang lain yang dipercaya oleh calon konsumen. Minat beli juga dapat timbul apabila seorang konsumen merasa sangat tertarik terhadap berbagai informasi seputar produk yang diperoleh melalui iklan, pengalaman orang yang telah menggunakannya, dan kebutuhan yang mendesak terhadap suatu produk.
35
2.1.14 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Beli Menurut Kotler (2010: 177) faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli konsumen ada 4 sebagai berikut : 1.
Harga Harga merupakan salah satu keputusan yang penting bagi manajemen.
Harga yang ditetapkan harus dapat menghasilkan
laba.
Prinsipnya
menutup semua ongkos dan dapat
dalam
penentuan
harga
ini
adalah
menitikberatkan pada kemauan pembeli untuk harga yang telah ditentukan dengan jumlah yang cukup untuk menutup ongkos-ongkos dan menghasilkan laba. Penentuan harga ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1)
Faktor Internal Perusahaan a) Keputusan harga disesuaikan dengan sasaran misalnya sasaran untuk bertahan hidup, memaksimalkan laba jangka pendek, memaksimalkan pangsa pasar, atau standar mutu suatu produk. b) Keputusan harga disesuaikan dengan strategi mix dimana manajemen harus
mempertimbangkan
marketing
mix
sebagai
satu
keseluruhan, jika produk diposisikan atas faktor-faktor bukan harga maka keputusan mengenai itu, promosi dan distribusi akan mempengaruhi harga. 2)
Faktor Eksternal Perusahaan a) Pasar dan permintaan konsumen merupakan harga tertinggi. Konsumen akan membandingkan harga suatu produk atau jasa
36
dengan manfaat yang akan diperolehnya. Hubungan antara harga dan permintaan terhadap produk atau jasa harus dipahami terlebih dahulu dan dianalisa. b) Harga dan tawaran pesaing perlu diketahui untuk menentukan harga serta reaksi mereka setelah keputusan diberlakukan. c) Kondisi ekonomi seperti inflasi, resesi, keputusan pemerintah dan tingkat bunga dapat mempengaruhi efektifitas strategi penetapan harga 3)
Produk (Tingkat Efisiensi) Produk menurut Kotler (2010: 101) produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dibeli, dikonsumsi, dan dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan, produk mencakup obyek secara fisik, jasa orang, tempat, organisasi, dan ide. Tjiptono (2010: 152) menjelaskan bahwa efesiensi produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, digunakan atau dikonsumsi pasar secara praktis, hemat dan efesien sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Pada dasarnya produk merupakan satu ikatan jasa yang disediakan untuk memuaskan kebutuhan konsumen. Berbagai atribut yang melekat pada produk
hanya
akan
menghasilkan value jika
atribut
tersebut menghasilkan manfaat bagi konsumen. Oleh karena itu, maka jasa yang dihasilkan oleh suatu produk dimulai sejak saat pelanggan berusaha
mencari
pemakaian produk.
produk
sampai
saat pelanggan menghentikan
37
4)
Jaminan (Garansi) Adalah janji yang menjadi kewajiban produsen atas produknya kepada konsumen dimana para konsumen akan diberi ganti rugi bila produk ternyata tidak bisa berfungsi sebagaimana yang diharapkan atau dijanjikan. Jaminan bisa berbentuk kualitas produk, reparasi, ganti rugi (uang kembali atau produk ditukar), dan sebagainya. Layanan Pelengkap (Supplementary Service), dapat diklasifikasikan ke dalam 8 kelompok,yaitu: 1)
Informasi, misalnya jalan menuju tempat produsen, jadwal penyampaian produk dan jasa.
2)
Konsultasi, seperti pemberian saran, auditing, konseling pribadi.
3)
Order Taking, meliputi membership (keanggotaan), order entry, dan reservasi.
4)
Hospitallity, kenyamanan yang diberikan misalnya penyambutan, transportasi, dll.
5)
Care Taking, terdiri dari perhatian dan perlindungan atas barang milik pelanggan.
6)
Exceptions, meliputi permintaan khusus sebelumnya penyampaian produk, penanganan komplain, dll.
7)
Billing, misalnya laporan rekening periodik.
8)
Pembayaran, misalnya berupa swalayan oleh konsumen.
Berdasarkan faktor-faktor diatas, maka tingkat efisiensi produk akan dapat memuaskan konsumen sehingga akan berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
38
2.1.15 Indikator Minat Beli Adapun Indikator-indikator minat beli menurut Swastha dan Irawan (2001:79), sebagai berikut: a.
Ketertarikan Ketertarikan konsumen yang menimbulkan rasa senang, puas, dalam diri seseorang yang dapat membangkitkan rasa ingin membeli.
b.
Perhatian Keaktifan pikiran, akal, ingatan yang dapat membangkitkan rasa ingin membeli
c.
Pencarian informasi Adanya rasa ingin tahu yang membangkitkan rasa ingin membeli
2.1.16 Penelitian Terdahulu Penelitian ini relevan dengan penelitian-penelitian terdahulu, ringkasan penelitian terdahulu disajikan dalam tebel berikut: Ndaru Kusuma Dewa (2009) dengan judul penelitian sebelumnya dengan judul : Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Daya Tarik Promosi Dan Harga Terhadap Minat Beli (Studi Kasus Starone Di Area Jakarta Pusat). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli prepaid StarOne di area yang dipelajari. Permasalahan telah diidentifikasi bahwa pengisian ulang voucher prepaid StarOne masih rendah, terutama di area dipelajari. Minat beli prepaid StarOne diadakan suatu hipotesis tentang pengaruh
39
kualitas produk, daya tarik promosi, dan harga nya. 200 sampel yang telah diseleksi dari pengguna prepaid StarOne di area yang dipelajari. Teknik estimasi regresi digunakan untuk menganalisa data. SPSS juga turut digunakan. Hasil telah menunjukkan bahwa model cukup baik. Dan varibel-variabel dari kualitas produk, daya tarik promosi dan harga menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan signifikan terhadap minat beli voucher StarOne. Rosandi, S. dan Sudarwanto, T. (2012). Dalam penelitian terdahulu dengan judul: Pengaruh Citra Merek Dan Desain Kemasan Terhadap minat Beli Konsumen Pada Produk Susu Ultra (Studi pada Cafetaria Srikandi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membahas pengaruh citra merek dan desain kemasan terhadap minat beli konsumen pada produk Susu Ultra. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling dengan jumlah sampel 356 responden. Teknik analisis yang digunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa citra merek dan desain kemasan berpengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen, dimana citra merek merupakan variabel yang dominan mempengaruhi. Hal ini karena merek Susu Ultra sudah terkenal di Indonesia dan memiliki kualitas yang mampu membuatnya terlihat menonjol dibandingkan pesaingnya. Sedangkan desain kemasan menjadi variabel yang kurang berperan dalam membentuk minat beli.
40
Dyah Kurniawati (2009) dalam penelitian terdahulunya mengambil judul : Studi Tentang Sikap Terhadap Merek Dan Implikasinya Pada Minat Beli Ulang (Kasus pada produk mi instan Indomie di Kota Semarang). Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: pengaruh sikap terhadap merek dan implikasinya pada minat beli ulang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling, dengan jumlah sampel sebesar 114 responden. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis The Structural Analysis Modelling (SEM) dengan software AMOS. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang kedua berbunyi “Sikap terhadap iklan berpengaruh positif terhadap brand awareness” dapat diterima dan Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang keempat berbunyi ”Sikap terhadap merek berpengaruh positif terhadap minat beli ulang” dapat diterima. Tabel 1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Nama Peneliti
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Teknik Analisis Data
Ndaru Analisis Dependen: Kusuma Pengaruh Minat Beli Dewa (2009) Kualitas Produk, Daya Independen: Tarik Promosi Kualitas Dan Harga produk, Daya Terhadap tarik dan Minat Beli harga (Studi Kasus Starone Di Area Jakarta Pusat)
Regresi Linier Berganda
Hasil Penelitian
Hasil telah menunjukkan bahwa model cukup baik. Dan varibel-variabel dari kualitas produk, daya tarik promosi dan harga menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan signifikan terhadap minat beli voucher StarOne.
41
Rosandi, S. dan Sudarwanto, T. (2012)
Dyah Kurniawati (2009)
Penelitian Yanuar (2016).
Pengaruh Citra Merek Dan Desain Kemasan Terhadap minat Beli Konsumen Pada Produk Susu Ultra (Studi pada Cafetaria Srikandi Faku ltas Ekonomi Uni versitas Negeri Surabaya) Studi Tentang Sikap Terhadap Merek Dan Implikasinya Pada Minat Beli Ulang (Kasus pada produk mi instan Indomie di Kota Semarang)
Dependen: Minat Beli
Pengaruh Desain Kemasan, Persepsi Harga Terhadap Minat Beli Dengan Sikap Konsumen Sebagai variabel Intervening
Dependen: Minat Beli
Regresi Linier Berganda
Independen: citra merek dan kemasan desain
Dependen: Minat Beli
Regresi Linier Berganda
Independen: Sikap dan merek
Independen: Desain Kemasan Produk, Persepsi Harga. Intervening: Sikap Konsumen
Analisis Jalur (Path Analisys)
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa Exterior, general interior, store layout, interior display berpengaruh signifikan secara parsial terhadap minat beli konsumen pada Toserba Nusa Permai di Kecamatan Nusa Penida Tahun 2014 terbukti kebenarannya. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang kedua berbunyi “Sikap terhadap iklan berpengaruh positif terhadap brand awareness” dapat diterima dan Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang keempat berbunyi ”Sikap terhadap merek berpengaruh positif terhadap minat beli ulang” dapat diterima. -
42
2.1.17 Rerangka Pemikiran Untuk lebih memperjelas arah dari penelitian yang menunjukkan bahwa ada pengaruh antara desain kemasan produk, persepsi harga terhadap minat beli dengan sikap konsumen sebagai variabel intervening, maka dalam penelitian ini diterjemahkan dalam kerangka pemikiran seperti pada gambar 1 dapat dijelaskan sebagai berikut ; Hubungan Terhadap Minat Beli Konsumen pada produk pewangi STELLA
Studi teori
Desain Kemasan Produk: Lockyer (2008), Kotler (2008), Pujiyanto (2009) Sikap Konsumen: Kotler dan Keller (2009), Kotler dan Amstrong (2008 )
Studi empirik
Desain Kemasan Produk dan Persepsi harga
Sikap Konsumen
Harga : Anggipora (2008), Kotler (2008), Gitosudarmo (2009) Minat Beli: Durianto (2009),Simamora (2008),Setiadi (2013), Hurlock dalam Efnita (2005), Kotler (2009),Tjiptono (2008),Crow (dalam Astuti, 2010)
H1 : H2 : H3 : H4: H5:
Minat Beli
Produk, Daya Tarik Promosi Dan Harga Terhadap Minat Beli (Studi Kasus Starone Di Area Jakarta Pusat). Hasil telah menunjukkan bahwa model cukup baik. Dan varibel-variabel dari kualitas produk, daya tarik promosi dan harga menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan signifikan terhadap minat beli voucher StarOne.. Rosandi, S. dan Sudarwanto, T. (2012). Pengaruh Citra Merek Dan Desain Kemasan Terhadap minat Beli Konsumen Pada Produk Susu Ultra (Studi pada Cafetaria Srikandi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya). Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa Exterior, general interior, store layout, interior display berpengaruh signifikan secara parsial terhadap minat beli konsumen pada Toserba Nusa Permai di Kecamatan Nusa Penida Tahun 2014 terbukti kebenarannya.. Dyah Kurniawati (2009). Studi Tentang Sikap Terhadap Merek Dan Implikasinya Pada Minat Beli Ulang (Kasus pada produk mi instan Indomie di Kota Semarang). Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang kedua berbunyi “Sikap terhadap iklan berpengaruh positif terhadap brand awareness” dapat diterima dan Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang keempat berbunyi ”Sikap terhadap merek berpengaruh positif terhadap minat beli ulang” dapat diterima.menunjukkan bahwa variabel store Atmosphere berpengaruh terhadap minat beli konsumen pada Toserba Griya Kuningan).
Desain kemasan produk secara langsung berpengaruh positif terhadap minat beli produk STELLA. Persepsi harga secara langsung berpengaruh positif terhadap minat beli produk Stella. Desain kemasan produk secara langsung berpengaruh positif terhadap sikap konsumen produk STELLA. Persepsi harga secara langsung berpengaruh positif terhadap minat beli sikap konsumen Desain kemasan produk dan persepsi harga secara tidak langsung berpengaruh positif terhadap minat beli, pada saat sikap kosnumen sebagai variabel intervening
Gambar 1 Rerangka Pemikiran
43
2.1.18 Model Konseptual Untuk lebih memperjelas arah dari penelitian yang menunjukkan bahwa ada pengaruh antara pengaruh antara desain kemasan produk terhadap minat beli dengan sikap konsumen dan harga sebagai variabel moderasi, maka dalam penelitian ini dapat diambil suatu jalur pemikiran yang diterjemahkan dalam kerangka konseptual sebagai berikut : Desain Kemasan Produk (DKP)
H1 H3
Sikap Konsumen (SK) Persepsi Harga (PH)
H5
Minat Beli (MB)
H4 H2
Gambar 2 Model Konseptual 2.2
Hipotesis Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian dan
tinjauan teoritis yang telah dikemukakan, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut : H1:
Desain kemasan produk secara langsung berpengaruh positif terhadap minat beli produk STELLA.
H2:
Persepsi harga secara langsung berpengaruh positif terhadap minat beli produk Stella.
H3:
Desain kemasan produk secara langsung berpengaruh positif terhadap sikap konsumen produk STELLA.
H4:
Persepsi harga secara langsung berpengaruh positif terhadap sikap konsumen
H5:
Desain kemasan produk dan persepsi harga secara tidak langsung berpengaruh positif terhadap minat beli, pada saat sikap kosnumen sebagai variabel intervening