BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1
Tinjauan Teoritis
2.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan gambaran dari kondisi keuangan dalam sebuah perusahaan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:30), laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan tersebut pada periode tertentu. Laporan keuangan dihasilkan dari kegiatan operasi dalam sebuah perusahaan yang nantinya akan berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan baik dalam maupun luar perusahaan. Pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas. Neraca menggambarkan jumlah aktiva, kewajiban, dan ekuitas yang dimiliki perusahaan pada periode tertentu. Harahap (2004:105) menyatakan bahwa laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Laporan keuangan bisa digunakan untuk melihat perkembangan keuangan perusahaan dari waktu ke waktu. Laporan keuangan juga dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan bagi perbaikan kinerja keuangan perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya. Munawir
(2010:5)
menjelaskan
bahwa
“Perhitungan
laba-rugi
memperlihatkan pendapatan yang telah dicapai oleh perusahaan serta beban yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan dana yang menyebabkan perubahan ekuitas di dalam
8
9
perusahaan”. Harahap (2004:190) menjelaskan bahwa “Analisis laporan keuangan berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data nonkuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat”. Menurut Kasmir (2015:104) laporan keuangan adalah melaporkan aktivitas yang sudah dilakukan perusahaan dalam satu periode tertentu, aktivitas tersebut dituangkan dalam angka baik bentuk mata uang rupiah ataupun mata uang asing. Laporan keuangan disajikan setiap periode tertentu dalam bentuk laporan yang berisi informasi keuangan suatu perusahaan. Menurut Harahap (2004:120), para pemakai laporan keuangan beserta kegunaannya dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pemegang Saham Ingin mengetahui tentang kondisi keuangan perusahaan, aset, utang, modal, hasil, biaya, dan laba. Selain itu pihak investor juga ingin mengetahui jumlah dividen yang diterima dan perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu. Informasi tersebut digunakan para pemegang saham untuk mengambil keputusan apakah tetap mempertahankan sahamnya, menjualnya, atau menambahnya. 2. Investor Informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan digunakan untuk melihat potensi keuntungan yang akan diperoleh.
10
3. Analisis Pasar Modal Informasi keuangan digunakan untuk mengetahui nilai perusahaan, kekuatan, dan posisi perusahaan apakah layak disarankan untuk dibeli sahamnya, dijual, atau dipertahankan. 4. Manajer Ingin mengetahui mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dipimpinnya secara tepat dan akurat yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. 5. Karyawan dan Serikat Pekerja Karyawan perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan untuk melihat apakah ia masih harus bekerja disitu atau pidah. Selain itu, digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam menilai apakah penghasilan yang diterimanya adil atau tidak. 6. Instansi Pajak Laporan keuangan digunakan sebagai dasar kebenrana dalam menentukan perhitungan pajak, pembayaran pajak, pemotongan pajak, restitusi, dan juga untuk dasar penindakan. 7. Pemberi Dana (Kreditur) Untuk menilai kelayakan perusahaan dalam menerima kredit yang diluncurkan. 8. Supplier Laporan keuangan menjadi informasi untuk mengetahui apakah perusahaan layak diberikan fasilitas kredit, seberapa lama akan diberikan, dan sejauh mana potensi risiko yang dimiliki.
11
9. Pemerintah Untuk melihat apakah perusahaan sudah mengikuti aturan yang berlaku atau tidak mengenai standar laporan yang telah ditetapkan. Ada beberapa fungsi laporan keuangan. Pertama, untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dan informasi tentang aktiva, hutang, serta modal yang biasa disebut dengan Neraca. Kedua, mengetahui posisi keuangan dan memberikan informasi mengenai penghasilan, biaya serta laba-rugi dalam kurun waktu tertentu yang biasa disebut dengan Laporan Laba Rugi. Ketiga, mengetahui posisi keuangan perusahaan dan memberikan informasi tentang aktivitas investasi, pendanaan, dan operasi selama periode pelaporan yang biasa disebut dengan Laporan Perubahan Ekuitas. Laporan keuangan yang berupa neraca dan laporan laba-rugi dari suatu perusahaan bila disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh perusahaan selama kurun waktu tertentu. Menurut Harjito dan Martono (2014:52) laporan keuangan yang baik dan akurat dapat menyediakan informasi yang berguna antara lain dalam: 1. Pengambilan keputusan investasi bagi para investor 2. Keputusan pemberian kredit 3. Penilaian aliran kas 4. Penilaian sumber-sumber ekonomi 5. Melakukan klaim terhadap sumber dana 6. Menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi terhadap sumber-sumber dana 7. Menganalisis penggunaan dana.
12
Dalam setiap perusahaan, laporan keuangan memiliki tujuan yang disesuaikan dengan kebijakan yang berlaku dalam perusahaan tersebut dan tentunya sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku. Menurut Harahap (1996:120) tujuan dari penyusunan laporan keuangan adalah : 1. Tujuan utama untuk memberikan informasi keuangan tentang suatu perusahaan tertentu yang berguna dalam proses pengambilan keputusan. 2. Tujuan umum untuk menentukan isi laporan keuangan yang tepat. Tujuan ini dimaksdukan untuk dapat menyajikan informasi keuangan yang dapat dipercaya tentang kekayaan bdan kewajiban perusahaan, kemajuan ekonomi yang dicapainya, dan perubahan dalam kekayaan dan kewajiban, menyajikan informasi yang berguna dalam menaksir potensi laba dan menyajikan informasi lainnya yang diperlukan oleh pemakainya khusunya pemilik dan kreditur. Ada beberapa jenis dari laporan keuangan. Menurut Harjito dan Martono (2014:51), terdapat empat jenis laporan keuangan yaitu: a. Neraca Menunjukkan posisi keuangan dari asset, liabilitas, dan kekayaan para pemegang saham pada periode tertentu. b. Laporan Laba Rugi Menyajikan hasil perusahaan berupa beban dan laba rugi bersih pada periode akuntansi tertentu. c. Laporan Perubahan Modal Merekonsiliasi saldo awal dan saldo akhir dari laba ditahan ke dalam neraca pada periode tertentu.
13
d. Laporan Arus Kas Memberikan informasi tentang arus kas masuk dan arus kas keluar dalam tindakan operasi, investasi, dan pendanaan pada periode tertentu. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan kepada pihak yang berkepentingan disajikan dalam bentuk neraca, laporan laba-rugi, dan laporan perubahan ekuitas dalam suatu periode tertentu. 2.1.2 Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal Ada berbagai macam definisi tentang pasar modal, namun pada dasarnya dari semua definisi – definisi yang ada memiliki kesamaan. Di bawah ini ada beberapa definisi dari pasar modal, yaitu : Pasar modal menurut Samsul (2006:43) didefinisikan sebagai tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari satu tahun. Secara hukum pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan, serta lembaga profesi yang berkaitan dengan efek. Menurut Husnan (2009:3) pasar modal didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (saham) jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.
14
Dengan demikian pasar modal di Indonesia dapat didefinisikan sebagai pasar instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjual belikan, baik surat utang (obligasi), saham, reksa dana, instrument derivative yang diterbitkan oleh pemerintah, maupun swasta yang tempat kedudukannya di Indonesia. 2. Fungsi Pasar Modal Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu Negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana pendanaan bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana. Pasar modal menurut Tandelilin (2010:26) berfungsi sebagai lembaga perantara (intermediaries), di mana fungsi ini menunjukkan peran penting pasar modal
dalam
menunjang
perekonomian
karena
pasar
modal
dapat
menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang mempunyai kelebihan dana. Di samping itu, pasar modal dapat mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien, karena dengan adanya pasar modal maka pihak yang kelebihan dana (investor) dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang paling optimal.
15
3. Jenis Pasar Modal Menurut Sunariyah (2006:13) terdapat beberapa jenis pasar modal, antara lain sebagai berikut : a. Pasar perdana (Primary Market) Pasar perdana adalah Penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham kepada investor selama waktu yang ditetapkan oleh pihak yang menerbitkan sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. b. Pasar sekunder (Secondary Market) Pasar sekunder adalah perdagangan saham yang telah melewati penawaran pada pasar perdana. Jadi, pasar sekunder dapat diartikan sebagai pasar yang dimana saham dan sekuritasnya diperjual belikan secara bebas dan luas setelah melalui pasar perdana. Penentuan harga saham di pasar sekunder ditentukan dari permintaan dan penawaran yang dipengaruhi oleh dua pihak yaitu, pertama adalah faktor internal perusahaan, yang berhubungan dengan kebijakan dan kinerja perusahaan yang telah dicapainya. Kedua adalah faktor eksternal perusahaan, yang dimana hal tersebut diluar kemampuan perusahaan. c. Pasar ketiga (Third Market) Pasar ketiga adalah tempat dimana saham dan sekuritasnya diperdagangkan diluar bursa. Di Indonesia, pasar ketiga juga disebut dengan bursa paralel yang merupakan sistem perdagangan efek yang terorganisasi diluar bursa efek, yang menyerupai pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek dengan dikontrol oleh Badan Pengawasan Pasar
16
Modal. Jadi di dalam pasar ketiga ini tidak memiliki lantai bursa (floor trading) tetapi pemusatan informasi (trading information). Informasi yang diberikan adalah harga saham, jumlah transaksi, dan keterangan lainnya mengenai surat berharga. d. Pasar keempat (Fourth Market) Pasar keempat adalah pasar yang didalamnya hanya terdapat pemodal satu dengan yang lainnya, dengan kata lain pemindah tangan saham pemodal satu dengan pemodal yang lain tanpa melalui perantara bursa efek. 4. Instrumen Pasar Modal Menurut Tandelilin (2010:30), ada beberapa saham yang umumnya diperdagangkan di pasar modal antara lain adalah saham, obligasi, bukti right, waran dan instrument derivative. Masing-masing saham tersebut memberikan return dan resiko yang berbeda-beda antara lain sebagai berikut: a. Saham Merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan. b. Obligasi Merupakan tanda bukti perusahaan memiliki utang jangka panjang kepada measyarakat yaitu diatas tiga tahun. c. Bukti right Merupakan hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam jangka waktu tertentu yang dimiliki oleh pemegang saham lama.
17
d. Waran Merupakan hak untuk membeli saham tertentu pada jangka waktu tertentu, dimana tidak saja diberikan kepada pemegang saham lama tetapi juga diberikan kepada pemegang obligasi saat perusahaan menerbitkan obligasi. e. Instrumen derivatif (Produk turunan) Merupakan perdagangan yang dilakukan tidak memerlukan penyerahan barang secara fisik, melainkan hanya perhitungan untung rugi dari selisih antara harga beli dan harga jual. Indeks saham dan indeks obligasi diperdagangkan secara berjangka. mekanisme derivative ini dilakukan secara future dan option. 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasar modal Keberhasilan pembentukan pasar modal dipengaruhi oleh supply dan demand. Adapun faktor–faktor yang mempengaruhi keberhasilan tersebut antara lain Husnan (2001:8-13): a. Supply sekuritas Faktor ini harus banyak perusahaan yang bersedia menerbitkansekuritas di pasar modal, sehingga jumlah perusahaan pada suatu negara disini sangat mempengaruhi. b. Demand sekuritas Faktor ini berarti bahwa terdapat anggota masyarakat yang memiliki jumlah danayang cukup besar diperdagangkan. Pembeli sekuritas–sekuritas tersebut mungkin berasal dari individu, perusahaan non keuangan, maupun lembaga– lembaga keuangan. Sehubungan denganfaktor ini, maka income perkapita
18
suatu negara dan distribusipendapatan mempengaruhi besar kecilnya demand akan sekuritas. c. Kondisi politik dan ekonomi Faktor ini akhirnya akan mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas. Kondisi politik yang stabil akan ikut membantu pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas. d. Masalah hukum dan peraturan Pembeli sekuritas pada dasarnya mengendalikan diri pada informasi yang di sediakan perusahaan yang menerbitkan sekuritas. Kebenaran akan informasi menjadi sangat penting disamping kecepatan dan kelengkapan informasi. Peraturan yang melindungi pemodal dari informasi yang tidak benar akan menyesatkan menjadi mutlak diperlukan. 2.1.3 Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2013:104) rasio keuangan merupakan kegiatan yang membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada di antara laporan keuangan, kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses pencatatan keuangan. Laporan keuangan yang baik dapat memberikan informasi mengenai keadaan keuangan di masa lalu, masa sekarang, dan dapat digunakan untuk meramalkan
19
kondisi keuangan di masa yang akan datang. Analisis laporan yang banyak digunakan adalah analisis tentang rasio keuangan. Menurut Harjito dan Martono (2014:53) berdasarkan sumber analisis, rasio keuangan dapat dibedakan: 1. Perbandingan internal, yaitu membandingkan rasio saat ini dengan rasio pada masa lalu dan masa yang akan datang dalam perusahaan yang sama. 2. Perbandingan eksternal, membandingkan rasio perusahaan dengan perusahaan sejenis atau dengan rata-rata industri pada saat yang sama. Setelah laporan keuangan didapat, langkah selanjutnya adalah dengan menganalisis laporan keuangan tersebut menggunakan rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan menunjukan hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya. Rasio keuangan dihitung dengan menggunakan pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan dan biasanya hasil yang didapat dinyatakan dalam bentuk persen (%). Menurut Murhadi (2013:56) analisis rasio keuangan dilakukan dengan cara membandingkan suatu angka tertentu pada suatu akun terhadap angka dari akun lainnya. Analisis individual merupakan analisis yang dilakukan pada unsur-unsur yang ada pada salah satu laporan keuangan, misalnya analisis rasio yang ada pada neraca saja atau laba-rugi saja. Sedangkan analisis silang merupakan analisis yang menggabungkan unsur-unsur yang ada pada neraca dan laba-rugi sekaligus. Hubungan perbandingan secara matematis antara satu pos dengan pos lainnya dalam laporan keuangan dapat diungkapkan dengan menggunakan rasio keuangan. Rasio keuangan bertujuan untuk menilai efektifitas keputusan yang diambil perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasinya. Analisis rasio
20
keuangan merupakan cara yang penting dan paling banyak digunakan untuk menyatakan adanya hubungan antara satu pos dengan pos lainnya dalam laporan keuangan dan analisis rasio memiliki keunggulan dibanding teknik analisis lainnya. Menurut Harahap (2004:298) keunggulan analisis rasio keuangan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Rasio merupakan angka-angka statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan 2. Pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit 3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain 4. Bermanfaat untuk bahan pengambilan keputusan dan prediksi Z-score 5. Menstandarisir size perusahaan 6. Lebih mudah digunakan untuk memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik 7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang. Secara garis besar, ada lima macam rasio keuangan yang dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Kelima kelompok rasio tersebut adalah sebagai berikut: 1. Rasio Likuiditas Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
21
2. Rasio Aktivitas Dikenal juga dengan rasio efisiensi. Rasio ini digunakan untuk mengukur efisiensi perusahaan dalam menggunakan asetnya. 3. Rasio Solvabilitas Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mengelola dan melunasi hutang jangka panjangnya. 4. Rasio Probabilitas Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam memperoleh laba atau ukuran efektifitas perusahaan dalam mengelola manajemennya. 5. Rasio Nilai Pasar Rasio yang digunakan untuk mengukur hubungan antara harga saham dengan laba dan nilai buku saham. Dari rasio-rasio diatas, yang digunakan dalam penelitian ini untuk menguji pengaruhnya terhadap perubahan harga saham adalah Current Ratio (CR), Debt to Asset Ratio (DAR), Total Asset Turn Over (TATO), Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS). 1. Current Ratio (CR) Current Ratio (CR) atau rasio lancar merupakan rasio likuiditas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang akan segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan Kasmir (2015:134).
22
Rasio lancar dapat dihitung dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar. Aktiva lancar merupakan harta yang dimiliki perusahaan yang paling likuid atau yang paling cepat diubah menjadi uang. Aktiva lancar terdiri dari kas, bank, surat-surat berharga, piutang, persediaan, biaya dibayar di muka, pendapatan yang masih harus diterima, dan aktiva lancar lainnya. Sedangkan utang lancar terdiri dari utang pajak, utang bunga, utang wesel, utang gaji, dan utang jangka pendek lainnya Sartono (1997:62). Rasio lancar merupakan indikator terbaik untuk mengukur sampai sejauh mana pinjaman yang diberikan dari kreditor jangka pendek mampu dibayar oleh perusahaan melalui aktiva-aktiva yang diharapkan dapat diubah menjadi kas dengan cukup cepat. Dengan kata lain, rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar Harahap (2004:301). Rasio lancar merupakan ukuran solvabilitas jangka pendek yang paling sering digunakan. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan suatu perusahaan Kasmir (2015:134). Jika kewajiban lancar meningkat lebih cepat daripada aktiva lancar maka akan membuat rasio lancar menurun dan tentunya akan sangat membahayakan. Likuiditas rendah ditunjukkan dengan rasio yang rendah, sedangkan likuiditas yang tinggi ditunjukkan dengan rasio lancar yang tinggi. Rasio yang tinggi menggambarkan adanya kelebihan aktiva lancar dan resiko yang rendah. Current Ratio (CR) yang tinggi di suatu perusahaan menunjukkan semakin kecil peluang kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, dengan kata lain pembayaran hutang jangka pendeknya terjamin.
23
Current Ratio (CR) yang tinggi menunjukan bahwa kreditur berada pada posisi yang aman, dikarenakan terdapat kemungkinan yang besar bahwa perusahaan dapat membayar hutangnya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Selain bagi pihak kreditur, nilai Current Ratio (CR) yang tinggi juga dapat mengurangi risiko ketidakpastian bagi investor. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
2. Debt to Asset Ratio (DAR) Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya besarnya jumlah utang yang
digunakan
perusahaan
untuk
membiayai
kegiatan
usahanya
jika
dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri. Dengan kata lain, berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi (dibubarkan) menurut Kasmir (2013:151). Debt to Asset Ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Dari hasil pengukuran, apabila rasionya tinggi artinya pendanaan dengan utang semakin tinggi pula, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang
24
dimilikinya. Demikian pula apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai dengan utang. Standar pengukuran untuk menilai baik tidaknya rasio perusahaan, digunakan rata-rata industri yang sejenis. Untuk menghitung Debt to Asset Ratio menggunakan rumus: Debt to Asset Ratio (DAR) =
Total Utang
X 100%
Total Aktiva
3. Total Asset Turn Over (TATO) Total Asset Turn Over (TATO) merupakan rasio yang tergolong dalam rasio aktivitas. Rasio aktivitas atau dikenal dengan juga dengan rasio efisiensi merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi perusahaan dalam menggunakan aset-asetnya Harjito dan Martono (2014:53). Rasio ini mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengolah persediaan bahan mentah, barang dalam proses, dan barang jadi, serta kebijakan manajemen dalam mengelola aktiva lainnya dan kebijakan pemasaran. Rasio aktivitas menganalisis hubungan antara laporan laba-rugi, yaitu perbandingan antara penjualan dengan aktiva. Menurut Kasmir (2015:172) rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Ada beberapa jenis rasio aktivitas yang biasanya digunakan untuk mengukur efektifitas dan efisiensi perusahaan yaitu, perputaran piutang, perputaran persediaan, perputaran piutang harian, dan perputaran aktiva. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio perputaran aktiva atau biasa disebut dengan Total Asset Turn Over (TATO).
25
Total Asset Turn Over (TATO) dapat dihitung dari penjualan dibandingkan dengan semua aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan perputaran total aktiva diukur dari volume penjualan sampai sejauh mana kemampuan semua aktiva dapat menghasilkan penjualan Harahap (2004:309). Semakin tinggi perputaran aktiva yang dihasilkan perusahaan, maka akan semakin efektif tingkat penggunaan aktiva tersebut dalam menghasilkan total penjualan bersih. Semakin efektif penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan bersih, maka menggambarkan semakin baik kinerja yang telah dicapai oleh perusahaan. Prihadi (2012:255) menyatakan bahwa “Semakin efektif perusahaan dalam menggunakan aktivanya, dengan
demikian aktiva yang terdapat dalam
perusahaan semakin sedikit dan membuat biaya atas penngunaan aktiva juga semakin berkurang sehingga profitabilitas semakin meningkat”. Apabila rasio yang dihasilkan rendah, merupakan indikasi bahwa perusahaan tidak menggunakan aktivanya dengan efektif dalam menghasilkan penjualan bersih. Apabila hal itu terjadi, maka perusahaan harus meningkatkan penjualannya, menjual beberapa aset, atau melakukan kombinasi keduanya Brigham dan Houston (2006:100). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
4. Return On Equity (ROE) Return On Equity atau profitabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini semakin baik. Artinya, perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya
26
semakin rendah rasio
ini semakin jelek, artinya perusahaan semakin
menurun.Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Menurut Riyadi (2006:155) Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antaralaba bersih dengan modal (modal inti) perusahaan. Rasio ini menunjukkan tingkat persentase yang dapat dihasilkan. ROE sangat penting bagi para pemegang saham dancalon investor, karena ROE yang tinggi berarti para pemegang saham akan memperoleh dividen yang tinggi pula dan kenaikan ROE akan menyebabkan kenaikan saham. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007:196) ROE adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari pengelolaan modal yang diinvestasikan oleh pemilik perusahaan. ROE diukur dengan perbandingan antara laba bersih dengan total modal. Angka ROE yang semakin tinggi memberikan indikasi bagi para pemegang saham bahwa tingkat pengembalian investasi makin tinggi. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007:196) angka ROE dapat dikatakan baik apabila>12%. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
5. Earning Per Share (EPS) Earning Per Share (EPS) adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki menurut Fahmi (2012:138). Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa Syamsuddin (2009:66). Tujuan perhitungan Earning Per Share (EPS) untuk
27
melihat progres dari operasi perusahaan, menentukan harga saham, dan menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan. Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang mengukur berapa laba bersih yang dihasilkan perusahaan untuk tiap lembar saham yang beredar. Dalam pengertian yang tidak jauh beda, EPS adalah keuntungan bersih perusahaan dibagi dengan seluruh saham perusahaan. Secara matematis, rumus untuk menghitung EPS adalah sebagai berikut Husnan (2001:300):
Harga Saham 1. Pengertian Harga Saham Penetapan harga saham dalam proses kegiatan emisi saham oleh suatu perusahaan emiten merupakan hal yang sangat penting, karena proses ini mempengaruhi proses dari suatu emisi itu sendiri. Menurut Jogiyanto (2003:88) harga saham merupakan harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa. Menurut Sunariyah (2003:170) harga saham (market value) yaitu harga saham yang ditentukan oleh mekanismemodal. Harga saham pada hakikatnya merupakan penerimana besarnya pengorbanan yang harus dilakukan setiap investor untuk penyertaan dalam perusahaan. Harga saham dipasar sekunder bergerak sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi atas saham. Tinggi rendahnya harga saham lebih banyak dipengaruhi oleh pertimbangan pembeli ataupenjual tentang internal dan eksternal.
28
Harga suatu saham merupakan nilai sekarang dari arus kas yang akan diterima oleh pemilik saham dikemudian hari. Untuk itu, untuk menaksirkan harga saham yang wajar hanya dapat dilakukan dengan tepat bila arus kas yang akan diterima tersebut dapat diestimasikan secara tepat pula. Dalam praktik tidak ada satu cara yang dapat memberikan hal estimasi terbaik terhadap keadaan masa depan yang mengandung unsur ketidakpastian. Untuk keperluan analisis saham telah dikembangkan beberapa pendekatan dalam penilaian dan penentuan harga saham. Analisis terhadap harga saham meliputi analisis fundamental dan analisis teknikal. Jadi dapat disimpulkan bahwa harga saham adalah harga yang terbentuk dari kesepakatan penjual dan pembeli saham atau harga yang terbentuk dari kekuatan permintaan dan penawaran saham yang terjadi di pasar bursa saat tertentu. 2. Analisis Harga Saham Pada dasarnya terdapat kegiatan investasi yang mengacu pada masa depan dalam memperhitungkan return on equity, yakni modal yang diinvestasikan didalam perusahaan. Masa depan adalah sesuatu yang tidak dapat dipastikan dan ketidakpastian, mengandung risiko dalam berbagai tingkatan tertentu. Namun masa depan juga menjanjikan sesuatu yang lebih baik dari masa sekarang, atas dasar itulah banyak orang yang melakukan investasi, salah satunya dalam bentuk saham. Untuk menentukan harga saham ada dua pendekatan, yaitu : 1. Pendekatan Fundamental Pendekatan ini didasari pada informasi – informasi yang diterbitkan oleh perusahaan maupun administrator bursa efek. Analisis ini diawali dengan siklus
29
usaha perusahaan yang secara umum, lalu dilanjutkan ke sektor industri, dan akhirnya pengevaluasian terhadap kinerja perusahaan dan saham yang diterbitkan. Formula yang umum digunakan analisis fundamental dalam menaksir harga saham. 2. Pendekatan Teknikal Pendekatan yang berdasarkan atas data (perubahan) harga saham di masa yang lalu untuk memperkirakan harga saham di masa yang akan datang. Analisis ditentukan oleh besarnya permintaan (demand) dan penawaran (supply) pada jangka pendek. Namun bagi mereka yang menggunakan pendekatan ini cenderung tidak memperhitungkan risiko dan pertumbuhan laba sebagai barometer dari permintaan dan penawaran. 3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Faktor – faktor yang mempengaruhi harga saham menurut Weston dan Bringham (2001:26) adalah : 1. Laba per lembar saham (Earning per Share) Semakin tinggi profit yang diterima oleh investor akan memberikan tingkat pengembalian investasi yang cukup baik. Hal ini akan menjadi motivasi bagi investor untuk mau melakukan investasi yang lebih besar lagi yang otomatis akan menaikkan harga saham perusahaan. 2. Tingkat Bunga Mempengaruhi laba perusahaan, karena bunga adalah biaya, jadi semakin tinggi suku bunga akan menurunkan laba perusahaan. Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan obligasi, jika suku bunga
30
naik maka investor akan menjual sahamnya dan ditukarkan dengan obligasi, hal ini akan menurunkan harga saham. 3. Jumlah Kas Dividen yang Diberikan Peningkatan pembagian dividen dalam jumlah yang besar akan meningkatkan harga saham dan juga meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan. 4. Jumlah Laba yang Diperoleh Perusahaan Investor pada umumnya melakukan investasi di perusahaan yang memliki profit cukup baik karena menunjukkan prospek yang cerah dan dapat menarik investor untuk berinvestasi yang nantinya akan mempengaruhi harga saham perusahaan. 5. Tingkat Resiko dan Pengembalian Meningkatnya tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan akan mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut. Pada umumnya semakin tinggi tingkat resikonya akan semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham yang akan diperoleh. 2.1.4 Perubahan Harga Saham Perubahan harga saham adalah perubahan rata-rata nilai saham di setiap waktu dan setiap hari, sehingga terjadi pergerakan harga saham yang naik dan turun secara tidak beraturan. Setiap investor yang melakukan investasi saham memiliki tujuan yang sama, yaitu mendapatkan manfaat yang lebih besar dari apa yang dibayarkan pada saat membeli saham. Saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki
31
hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan. Harga sebuah saham sangat dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran, harga suatu saham akan cenderung naik bila suatu saham mengalami kelebihan permintaan dan cenderung turun jika terjadi kelebihan penawaran. Perubahan harga saham di pasar terjadi karena faktor permintaan dan penawaran mencakup kinerja perusahaan, tingkat bunga, tingkat inflasi, tingkat pertumbuhan, kurs valuta asing, atau indeks harga saham dari negara lain. Perubahan harga saham bermula dari penutupan harga saham periode ini dikurangi dengan harga saham periode sebelumnya, hasil ini akan dibandingkan dengan harga saham periode sebelumnya. Untuk menentukan nilai harga saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan dan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan atas saham (apakah akan membeli atau menjual saham). Menghitung perubahan harga saham dengan menggunakan harga saham penutupan (Clossing Price) pada akhir tahun. Perubahan Harga Saham
–
– –
2.1.5 Analisis Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen 1. Pengaruh Current Ratio (CR) Terhadap Perubahan Harga Saham Menurut Kasmir (2013:135) dari hasil pengukuran apabila Current Ratio rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan sedang baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin. Untuk mengatakan suatu kondisi baik atau tidaknya, ada suatu
32
standar rasio yang digunakan, misalnya rata-rata industri untuk usaha yang sejenis. Semakin besar Current Ratio maka akan mempengaruhi investor dalam membeli saham dan hal ini akan meningkatkan harga saham. 2. Pengaruh Debt to Asset Ratio (DAR) Terhadap Perubahan Harga Saham Menurut Kasmir (2013:156) dari hasil pengukuran Debt to Asset Ratio apabila rasionya tinggi artinya pendanaan dengan utang semakin banyak. Maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Demikian pula apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai dengan utang. Standar pengukuran untuk menilai baik tidaknya rasio perusahaan, digunakan rata-rata industri yang sejenis. 3. Pengaruh Total Asset Turn Over (TATO) Terhadap Perubahan Harga Saham Rasio ini mengukur perputaran semua aktiva dan mengukur jumlah penjualan yang diperoleh Kasmir (2015:185). Total Asset Turn Over (TATO) merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aktiva baik aktiva lancar maupun tetap. Semakin tinggi Total Asset Turn Over (TATO) maka menunjukkan semakin
efektif
perusahaan
dalam
menggunakan
aktivanya
untuk
menghasilkan penjualan bersih. Apabila penjualan bersih bisa meningkat dari tahun ke tahun maka menunjukkan perusahaan memiliki kinerja yang baik. Total Asset Turn Over (TATO) yang besar sangat baik karena menggambarkan bahwa perusahaan tersebut menggunakan seluruh aktivanya dengan efisien untuk meningkatkan volume penjualan. Peningkatan volume penjualan berdampak pada peningkatan laba perusahaan.
33
4. Pengaruh Return on Equity (ROE) Terhadap Perubahan Harga Saham Menurut Kasmir (2013:204) rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini semakin baik. Artinya, perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya semakin rendah rasio ini semakin jelek, artinya perusahaan semakin menurun. Menurut Hanafi dan Halim (2012:82) rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Meskipun rasio ini mengukur laba dari sudut pandang pemegang saham, rasio ini tidak memperhitungkan dividen maupun Capital Gain untuk pemegang saham. 5. Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Perubahan Harga Saham Menurut Kasmir (2013:207) rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham meningkat. Dengan pengertian lain, pengembalian akan tinggi. Semakin tinggi nilai EPS maka hal ini mengidentifikasikan bahwa perusahaan telah mampu mensejahterahkan para pemegang sahamnya dan apabila rasio ini rendah maka perusahaan belum bisa memberikan keuntungan yang maksimal. 2.1.6 Penelitian Terdahulu Beberapa dari penelitian terdahulu dengan permasalahan yang sama telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
34
1. Adhita (2013) dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Surabaya, melakukan penelitian mengenai Pengaruh Current Ratio (CR), Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Inflasi, Suku Bunga, dan Perubahan Earning After Tax terhadap perubahan harga saham pada perusahaan yang terdaftar di LQ45 Bursa Efek Indonesia. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa pengaruh variabel bebas yaitu Current Ratio (CR), Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Inflasi, dan EAT secara bersama-sama terhadap perubahan harga saham adalah signifikan. Pada uji parsial variabel bebas Current Ratio (CR), Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Inflasi, dan EAT menunjukkan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham adalah Return On Asset (ROA) dan Inflasi. Melihat dari hasil koefisien determinasi parsial dapat disimpulkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh dominan adalah Inflasi. 2. Feri (2013) dari Universitas Negeri Surabaya, melakukan penelitian mengenai Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Sektor Properti Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012. Dari hasil penelitian tersebut hanya variabel ROE yang berpengaruh terhadap perubahan harga saham, sedangkan variabel lain yakni OPM, NPM dan ROA tidak memiliki pengaruh terhadap perubahan harga saham perusaham sektor properti yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012.
35
3. Yonantha (2014) dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Surabaya, melakukan penelitian mengenai Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dari hasil penelitian tersebut Secara simultan atau bersamasama variabel yang terdiri dari Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS) mempunyai pengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sedangkan secara parsial variabel Earning Per Share (EPS) berpengaruh tidak signifikan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pada variabel Debt to Asset Ratio (DAR) berpengaruh dominan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 4. Deitiana (2013) dari STIE Trisakti Jakarta, melakukan penelitian mengenai Current Ratio, Return On Equity dan Total Assets Turn Over Terhadap Devidend Payout Ratio dan Implikasi Pada Harga Saham Perusahaan LQ45. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa variabel bebas yaitu hasil bahwa harga saham berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE) tetapi pada variabel Current Ratio (CR), Total Assets Turn Over (TATO), dan Devidend Payout Ratio (DPR) tidak berpengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada perusahaan LQ 45. 5. Gejali (2013) dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Surabaya, melakukan penelitian mengenai Pengaruh Current Ratio (CR), Return On
36
Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Otomotif Di Bursa Efek Indonesia. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa ketiga variabel bebas yaitu Debt to Equity Ratio Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS) secara simultan berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dan secara parsial yaitu Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
37
2.2 Rerangka Pemikiran
Gambar 1 Rerangka Pemikiran
38
2.3 Perumusan Hipotesis Adapun hipotesis yang diajuakan penulis mengenai masalah yang terjadi pada perubahan harga saham di peusahaan property adalah : H1
: Current Ratio (CR) berpengaruh terhadap perubahan harga saham pada perusahaan Property di BEI.
H2
: Debt to Asset Ratio (DAR) berpengaruh terhadap perubahan harga saham pada perusahaan Property di BEI.
H3
: Total Asset Turn Over (TATO) berpengaruh terhadap perubahan harga saham pada perusahaan Property di BEI.
H4
: Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap perubahan harga saham pada perusahaan Property di BEI.
H5
: Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap perubahan harga saham pada perusahaan Property di BEI.
H6
: Terdapat variabel Current Ratio (CR), Debt to Asset Ratio (DAR), Total Asset Turn Over (TATO), Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS) yang memiliki pengaruh dominan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan Property di BEI.