BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1
Tinjauan Teoretis
2.1.1 Pasar Modal Indonesia 1.
Pengertian Pasar Modal Pasar modal ( Capital Market) merupakan salah satu elemen penting dan
tolak ukur kemajuan perekonomian suatu negara. Salah satu ciri negara industri maju ataupun industri baru adalah adanya pasar modal yang berkembang dengan baik. Menurut undang-undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 “Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.” Menurut Husnan (2005) pasar modal didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai
instrumen
keuangan
(sekuritas)
jangka
panjang
yang
bisa
diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public authoritis, maupun perusahaan swasta. Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dengan pihak yang membutuhkan dana (perusahaan) dengan cara memperdagangkan sekuritas. Pasar modal secara fisik bisa berwujud bursa efek. Perusahaan emiten yang ingin menambah modal bisa melakukan penawaran umum (go public) dan menjual sahamnya melalui bursa efek. Sedangkan
masyarakat yang memiliki kelebihan dana (investor) bisa melakukan investasi di bursa efek dengan membeli saham, obligasi, produk derivatif, dan reksadana. Investasi di pasar modal atau bursa efek lebih berisiko dibanding dengan investasi tabungan dan deposito. Jika dikelola dengan baik dan hati-hati, maka investasi ini dapat menghasilkan keuntungan yang besar. Pengalaman berinvestasi dipasar modal sangat penting untuk mengasah insting dalam berinvestasi. Para investor yang sudah berpengalaman di pasar modal lebih bijak dalam membuat keputusan yang tepat kapan harus membeli dan menjual efek. Investasi di pasar modal tidak dijamin oleh pemerintah sehingga investor dapat rugi bahkan rugi total karena sahamnya tidak memiliki nilai sama sekali. Semakin besar risiko investasi, maka semakin besar pula keuntungan yang akan diperoleh. Menurut Husnan (2005) ada beberapa daya tarik pasar modal. Pertama, diharapkan pasar modal ini akan bisa menjadi alternatif penghimpunan dana selain sistem perbankan. Kedua, pasar modal memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi risiko mereka. Pasar modal dan pasar uang memiliki kesamaan yaitu sama-sama bagian dari industri jasa keuangan. Di pasar uang instrumen yang diperdagangkan adalah surat berharga yang memiliki jangka waktu pendek. Untuk pasar modal instrumen yang diperdagangkan adalah surat berharga berjangka waktu panjang. Pasar modal memiliki tempat transaksi yang nyata yaitu bursa efek, sedangkan pasar uang tidak memiliki tempat transaksi yang nyata.
Pasar modal dan lembaga keuangan non bank diawasi oleh BAPEPAM-LK dibawah mentri keuangan RI, sedangkan pasar uang berada dibawah pengawasan Bank Indonesia. Namun, kelak sesuai dengan pasal 34 UU Bank Indonesia ( UU 23 / 1999 jo UU 3 / 2004) semua sektor jasa keuangan akan diawasi oleh otoritas jasa keuangan (OJK). 2.
Jenis – Jenis Pasar Modal Penjualan saham kepada masyarakat dapat dilakukan sesuai dengan jenis
sekuritas tersebut diperjualbelikan. Berikut jenis-jenis pasar modal: a.
Pasar Perdana (Primary Market) Pasar perdana adalah tempat terjadinya penawaran saham pertama kali dari emiten kepada para pemodal selama waktu yang telah ditetapkan. Harga saham di pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang go public. Dalam pasar perdana perusahaan akan memperoleh dana yang diperlukan serta dapat menggunakan dana hasil emisi untuk mengembangkan dan memperluas perusahaan. Harga saham pada pasar perdana adalah tetap, pihak yang berwenang adalah penjamin emisi dan pialang, tidak dikenakan komisi dengan pemesanan yang dilakukan melalui agen penjualan.
b.
Pasar Sekunder (Secondary Market) Pasar sekunder adalah tempat terjadinya transaksi jual beli saham antar investor setelah melewati masa penawaran di pasar perdana. Dengan adanya pasar sekunder para investor dapat membeli dan menjual efek yang tercatat di bursa setiap saat. Harga saham dipasar sekunder berfluktuasi sesuai dengan ekspetasi pasar,
Menurut Tandelilin, (2001) jenis-jenis pasar modal ada beberapa macam, yaitu: a.
Pasar perdana (primary market) Pasar perdana adalah penawaran dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada investor selama waktu yang ditetapkan oleh pihak yang menerbitkan sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder.
b.
Pasar sekunder (secondary market) Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah melewati masa penawaran pada pasar perdana.
c.
Pasar ketiga (third market) Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas di luar bursa (over the counter market). Di Indonesia bursa ketiga disebut bursa paralel.
d.
Pasar keempat (fourth market) Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar investor atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang saham lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek.
Jogiyanto (2008) membagi pasar modal menjadi empat kategori, yaitu: a.
Pasar primer Pasar dimana untuk pertama kalinya surat berharga yang baru dikeluarkan
oleh perusahaan dijual. b.
Pasar sekunder Tempat perdagangan surat berharga yang sudah beredar.
c.
Pasar ketiga Pasar perdagangan surat berharga pada saat pasar kedua tutup.
d.
Pasar keempat Merupakan pasar modal yang dilakukan di antara institusi berkapasitas besar untuk menghindari komisi untuk broker.
3.
Instrumen Pasar Modal Iswi
dan
Serfianto
(2010)
menyebutkan
bahwa
instrumen
yang
diperdagangkan di pasar modal Indonesia adalah efek atau surat berharga yang terbagi ke dalam lima kelompok besar yaitu : a. Efek bersifat ekuitas (contoh: saham); b. Efek bersifat Utang (contoh: obligasi); c. Produk derivatif (contoh: warrant, right, opsi); d. Produk reksadana; e. Produk pasar modal syariah. a.
Efek bersifat ekuitas (saham) Saham
adalah
salah
satu
instrumen
pasar
modal
yang
umum
diperdagangkan di pasar modal karena memberi keuntungan yang menarik. Saham merupakan tanda penyertaan modal dari seseorang atau badan usaha dalam suatu perusahaan perseroan terbatas yang berarti ikut menjadi pemilik perusahaan tersebut sebesar modal yang ditanamkannya. Saham bisa memberi keuntungan bagi investor yang membelinya yaitu deviden dan capital gain. Ada dua jenis saham yang dipasarkan yaitu: saham biasa (common stock) dan saham preferen
(preferred stock). Saham biasa adalah saham yang tidak memiliki hak istimewah sedangkan saham preferen adalah saham yang memiliki hak istimewah. b.
Efek bersifat utang (obligasi) Obligasi adalah surat utang jangka menengah dan jangka panjang yang
dapat dialihkan serta dapat memberikan keuntungan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan. Obligasi meruapakan sekuritas yang memberikan pendapatan dalam jumlah tetap kepada pemiliknya. c.
Instrumen derivatif Produk derivatif atau turunan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih
guna untuk membeli atau menjual asset/commodities yang dijadikan sebagai objek yang diperdagangkan pada waktu dan harga yang telah disepakati bersama. Nilai instrumen derivatif merupakan sekuritas yang nilainya sangat tergantung dari harga sekuritas lain yang ditetapkan sebagai patokan. Ada tiga jenis efek yang merupakan turunan dari saham yaitu: right, warrant, dan opsi. d.
Instrumen reksadana Reksadana adalah penghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk
diinvestasikan dalam portofolio oleh manajer investasi. Manajer investasi akan mengelola dana yang dihimpun dari pemodal untuk membeli efek yang dinilai menguntungkan. Reksadana merupakan alternatif investasi bagi pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan tidak punya keahlian menghitung risiko investasi.
e.
Produk pasar modal syariah Pasar modal syariah adalah pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip
syariah islam. Instrumen yang diperdagangkan tidak terkait bisnis yang diharamkan seperti riba, perjudian, produsen minuman keras, produsen makanan yang mengandung babi, spekulasi dan lain-lain. Instrumen yang diperdagangkan di pasar modal syariah di Indonesia adalah saham syariah, obligasi syariah (sukuk), reksadana syariah, dan efek beragun aset syariah (EBA Syariah). 4.
Mekanisme Perdagangan di Bursa Efek Indonesia Masyarakat investor atau pemodal yang ingin melakukan transaksi jual beli
efek di BEI, pada tahap awal harus melakukan pendaftaran sebagai nasabah perusahaan efek yang menjadi anggota BEI. Pertama, investor harus melakukan pembukaan rekening dengan mengisi dokumen pembukaan rekening yang ada di perusahaan efek. Menurut Iswi dan Soerfianto (2010) dilihat dari prosesnya, urutan perdagangan saham atau efek lainnya di Bursa Efek Indonesia, dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Investor menjadi nasabah di perusahaan efek Pada bagian ini, seseorang yang akan menjadi investor terlebih dahulu
menjadi nasabah atau membuka rekening di salah satu broker atau perusahaan efek. 2.
Broker menerima order dari nasabah Kegiatan jual beli saham diawali dengan instruksi yang disampaikan
investor kepada broker.
3.
Order dari broker diteruskan kepada floor trader Setiap order yang masuk ke broker selanjutnya akan diteruskan ke petugas
broker tersebut yang berada di lantai bursa atau yang disebut floor trader. 4.
Memasukkan order ke JATS (Jakarta Automated Trading System) Dalam tahap ini, ada komunikasi antara pihak broker dan investor agar
dapat terpenuhi tujuan order yang disampaikan investor baik untuk beli maupun untuk jual. Termasuk dalam tahap ini, berdasarkan perintah investor, floor trader melakukan beberapa perubahan order, seperti perubahan harga penawaran dan beberapa perubahan lainnya. 5.
Transaksi telah terjadi (Matched) Pada tahap ini, floor trader atau petugas di kantor broker akan memberikan
informasi kepada investor bahwa order yang disampaikan telah terpenuhi. 6.
Penyelesaian Transaksi (Settlement) T + 3. Di Bursa Efek Indonesia (BEI), proses penyelesaian transaksi berlangsung
selama tiga hari bursa. Artinya, jika melakukan transaksi hari ini (T), hak-hak kita akan dipenuhi paling lama tiga hari bursa berikutnya, atau dikenal dengan istilah T + 3
2.1.2 1.
Investasi Pengertian Investasi Investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk
memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut (Komaruddin, 2004).
Menurut Jogiyanto (2008) menyatakan bahwa investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu. Donald E. Fischer dan Ronald J. Jordan (dalam Komaruddin, 2004) mendefinisikan : An investment is a commitment of funds made in the expectation of some positive rate of return. Investasi merupakan penggunaan dana lebih dalam produksi yang efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. 2.
Tipe-Tipe Investasi
Menurut Jogiyanto, (2008:7) menyatakan tipe investasi sebagai berikut: a.
Investasi Langsung Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang
dapat diperjualbelikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital market), atau di pasar turunan (derivative market). Investasi langsung juga dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang tidak dapat diperjualbelikan. Aktiva keuangan yang tidak dapat diperjualbelikan biasanya diperoleh melalui bank komersial. Aktiva-aktiva ini dapat berupa tabungan di bank atau sertifikat deposito. Aktiva yang dapat diperjualbelikan di pasar uang (money market) berupa aktiva yang mempunyai risiko gagal kecil, jatuh temponya pendek dengan singkat cair yang tinggi. Contoh aktiva ini dapat berupa Treasury-bill (T-bill) yang banyak digunakan di penelitian keuangan sebagai proksi return bebas
resiko (risk-free rate of return). Contoh yang lain adalah sertifikat deposito yang dapat dinegoisasi. Istilah negoisasi berarti dapat dijual kembali. b.
Investasi Tidak Langsung Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli surat-surat berharga
dari perusahaan investasi. Perusahaan investasi adalah perusahaan yanag menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya ke publik dan menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam portofolionya. 3.
Tujuan Investasi Menurut Tandelilin (2001) alasan seseorang melakukan investasi antara
lain: a.
Untuk Mendapatkan Kehidupan yang Lebih Layak di Masa Datang Seseorang yang bijaksana akan berfikir bagaimana meningkatkan taraf
hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang. b.
Mengurangi Tekanan Inflasi Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau objek lain,
seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi. c.
Dorongan untuk Menghemat Pajak Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat
mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas
perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu. 4.
Keuntungan dan Risiko Investasi Jika seseorang sudah memiliki uang yang lebih, ada beberapa cara untuk
investasi agar nilai uang bisa bertambah antara lain: mendirikan perusahaan sendiri, membeli tanah atau rumah, membeli mobil, menanamkan uang di bank, dan membeli produk investasi di pasar modal (saham). a.
Mendirikan perusahaan sendiri Mendirikan perusahaan sendiri menjanjikan keuntungan yang sangat besar
di masa depan dan memiliki risiko yang besar. Perusahaan yang didirikan dapat memberi keuntungan dan kerugian bahkan kebangkrutan. Jenis investasi ini banyak disukai oleh orang-orang yang senang
dengan tantangan dan
mempunyai minat serta bakat sebagai pengusaha. b.
Membeli tanah dan rumah Menginvestasikan uang dengan cara membeli tanah dan rumah untuk dijual
kembali. Nilai tanah dan rumah cenderung selalu naik tiap tahunnya, apalagi didukung dengan lokasi yang strategis. Investasi ini juga memiliki beberapa kekurangan antara lain tanah dan rumah pada umumnya sulit untuk dijual dan sulit untuk diuangkan, Investasi tanah dan rumah membutuhkan dana yang relatif besar, dan pajak tanah atau rumah yang belum terjual harus dibayar.
c.
Membeli Mobil Investasi ini dapat ditempuh dengan cara membeli mobil untuk disewakan
sehingga dapat mendatangkan keuntungan yang cukup besar. Keuntungan dapat diperoleh dari ongkos sewa yang diterima dikurangi biaya perbaikan, biaya perpanjangn STNK, biaya asuransi dan lain sebagainya. Investasi ini juga mengandung risiko antara lain mobil hilang, mobil rusak, sedikitnya penyewa dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan dan lain-lain. d.
Tabungan dan deposito Iswi dan Serfianto (2010) investasi dalam bentuk tabungan dan deposito di
bank tergolong aman karena dijamin oleh pemerintah melalui LPS (lembaga penjamin simpanan). Meskipun demikian, investasi dalam bentuk tabungan dan deposito kurang menjanjikan karena tingkat tabungannya kecil dan sering kali lebih rendah daripada tingkat inflasi tahunan. Untuk tabungan, bunganya sangat kecil, biaya administrasi (biaya ATM-nya) mahal sehingga tidak jarang malahan menyedot pokok tabungan, khusunya bagi penabung skala kecil. e.
Membeli produk investasi di pasar modal (saham) Iswi dan Serfianto (2010) saat investor membeli saham perusahaan, investor
dapat menerima pembagian keuntungan dari perusahaan yang disebut dengan deviden. Namun, perusahaan tidak wajib membayar deviden kepada para pemegang saham. Manajemen perusahaan bisa memutuskan menggunakan keuntungan untuk membeli aset baru, untuk memperluas pemasaran, atau untuk membayar utang.
2.1.3 Laporan Keuangan 1.
Pengertian Laporan Keuangan Menurut Harahap (2008) Laporan keuangan menggambarkan kondisi
keuangan dan hasil usaha suata perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Djarwanto (2004) laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntasi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan. Laporan keuangan adalah hasil proses akuntansi yang menggambarkan kondisi suatu perusahaan dalam periode waktu tertentu dan dapat dimanfaatkan oleh pihak yang berkepentingan. 2.
Tujuan Laporan Keuangan Dari laporan keuangan akan diperoleh informasi yang dapat membantu
untuk menilai kemampuan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang, struktur modal perusahaan, keefektivan penggunaan aktivanya, laba yang diperoleh, membiayai operasi perusahaan tanpa menderita kerugian, dan kemampuan mendapatkan tambahan dana dari investor maupun kreditur. Menurut Bensten (Dalam Harahap, 2008) adalah sebagai berikut: a.
Screening Analisis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi
perusahaan dari laporan keuangan tanpa pergi langsung ke lapangan.
b.
Understanding Memahami perusahaan, kondisi keuangan, dan hasil usahanya.
c.
Forcasting Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di
masa yang akan datang. d.
Diagnosis Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah
yang terjadi baik dalam manajemen, operasi keuangan atau masalah lain perusahaan. e.
Evaluation Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola
perusahaan. 3.
Pemakai Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan komoditi yang bermanfaat dan dibutuhkan
masyarakat, karena dapat memberikan informasi yang dibutuhkan para pemakainya dalam dunia bisnis yang dapat menghasilkan keuntungan, dengan membaca laporan keuangan dengan tepat, seseorang dapat melakukan tindakan ekonomi menyangkut lembaga perusahaan yang dilaporkan dan diharapkan akan menghasilkan keuntungan baginya (Harahap, 2008). Menurut Djarwanto (2004) Pihak-pihak yang berkepentingan adalah a.
Pimpinan perusahaan Mengadakan analisis laporan keuangan perusahaannya akan dapat
mengetahui keadaan perkembangan keuangan perusahaan dan hasil-hasil
keuangan yang telah dicapai baik pada waktu-waktu yang lalu maupun yang sekarang. b.
Pemilik perusahaan/pemegang saham Dari analisisnya, pemilik dapat menilai berhasil tidaknya manajemen dalam
memimpin perusahaannya. c.
Para kreditur Berkepentingan dengan laporan keuangan dari perusahaaan dimana ,mereka
memberi pinjaman-pinjaman. d.
Investor Investor memerlukan analisis laporan keuangan dalam rangka penentuan
kebijaksanaan penanaman modalnya. e.
Pemerintah Di mana perusahaan tersebut berada, sangat berkepentingan terhadap
laporan keuangan tersebut, disamping untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung perusahaan tersebut, juga sangat diperlukan oleh lembaga pemerintah lainnya. f.
Karyawan dan serikat kerja Berkepentingan dengan laporan keuangan dari perusahaan dimana mereka
bekerja, karena sumber penghasilan atau mati hidupnya tergantung pada perkembangan perusahaan yang bersangkutan. g.
Masyarakat umum Kepentingan mereka berhubungan dengan kesempatan kerja, pendapatan
masyarakat, dan fasilitas-fasilitas lain yang bermanfaat bagi mereka.
h.
Supplier Sebagai pihak yang menyediakan faktor-faktor produksi seperti bahan baku,
tenaga kerja, dan modal. i.
Pelanggan/konsumen Mengharapkan adanya harga produk yang pantas, kuantitas yang cukup,
mutu yang baik, pelayanan yang memuaskan. j.
Analis pasar modal Melakukan analisis secara lengkap dan tajam terhadap laporan keuangan
perusahaan-perusahaan yang telah go public maupun perusahaan yang akan masuk pasar modal k.
Lembaga swadaya masyarakat Analisis laporan keuangan digunakan untuk menilai sejauh mana
perusahaan merugikan pihak-pihak tertentu yang dilindunginya. 4.
Jenis-Jenis Laporan Keuangan Dalam penyajian suatu informasi keuangan perusahaan, laporan keuangan
terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. a.
Neraca Neraca adalah laporan yang menunjukkan posisi keuangan suatu unit usaha pada periode waktu tertentu, yang ditunjukkan dengan jumlah kewajiban perusahaan yang disebut passiva, kekayaan yang dimiliki perusahaan dengan kata lain aktiva dan modal.
b.
Laporan laba - rugi Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatan yang diperoleh perusahaan dan total biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu. Selisih antara pendapatan dan biaya merupakan laba atau rugi yang diperoleh perusahaan.
c.
Laporan perubahan ekuitas Laporan yang menyajikan informasi mengenai perubahan modal perusahaan akibat kegiatan perusahaan dan pemilik pada suatu periode tertentu.
d.
Laporan aliran arus kas Menyajikan informasi secara relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan selama suatu periode.
e.
Catatan atas laporan keuangan Menyajikan informasi penjelas pada setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas.
5.
Keterbatasaan Laporan Keuangan Menurut Djarwanto (2004) empat keterbatasan laporan keuangan adalah :
a.
Laporan keuangan pada dasarnya hanya merupakan laporan antara (intern report), bukan merupakan laporan final, karena laba rugi riil (laba-rugi final) hanya dapat ditentukan bila perusahaan dijual atau dilikuidir.
b.
Laporan keuangan ditunjukkan dalam jumlah rupiah yang nampaknya pasti. Sebenarnya jumlah rupiah ini dapat saja berbeda bila dipergunakan standar lain (kerena adanya lebih dari satu standar yang diperkenankan).
c.
Neraca dan laporan laba-rugi mencerminkan transaksi-transaksi keuangan dari waktu ke waktu.
d.
Laporan keuangn tidak memberikan gambaran yang lengkap mengenai keadaan perusahaan. Menurut Harahap (2004), keterbatasan analisis laporan keuangan harus
memperhatikan keterbatasan sebagai berikut: a. Laporan keuangan dapat bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat. b. Laporan keuangan yang menggambarkan nilai harga pokok atau nilai pertukaran pada saat terjadinya transaksi, bukan harga saat ini. c. Laporan Keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu. Informasi disajikan untuk dapat digunakan semua pihak. d. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan dalam memilih alternatif dari berbagai pilihan yang ada yang sama-sama dibenarkan tetapi menimbulkan perbedaan angka laba maupun aset. e. Akuntansi tidak mencakup informasi yang tidak material. f. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian, bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil.
g. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis, dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan. h. Akuntansi didominasi informasi kuantitatif. i. Perubahan dalam tenaga beli uang jelas ada, akan tetapi hal ini tidak tergambar dalam laporan keuangan. 2.1.4 Analisis Laporan Keuangan 1.
Pengertian Analisis Laporan Keuangan Menurut Hanafi dan Halim (2007) analisis laporan keuangan adalah analisis
terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan perusahaan. Analisis laporan keuangan meliputi penelaahan tentang hubungan dan kecenderungan atau trend untuk mengetahui apakah keadaan keuangan, hasil usaha, dan kemajuan keuangan memuaskan atau tidak memuaskan. Analisis dilakukan dengan mengukur hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan dan bagaimana perubahan unsur-unsur itu dari tahun ketahun untuk mengetahui arah perkembangannnya (Djarwanto, 2004). Analisis Laporan keuangan adalah penelaahan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan untuk mengetahui apakah keadaan keuangan, hasil usaha, dan kemajuan suatu perusahaan baik atau tidak.
2.
Tujuan Analisis Laporan Keuangan Hongren (1999) menyatakan bahwa analisis laporan keuangan bermanfaat
karena kinerja masa lalu acapkali merupakan indikator yang baik untuk kinerja masa mendatang, dan posisi saat ini adalah dasar untuk mecapai kinerja di kemudian hari. Menurut Hanafi dan Halim (2007) menguraikan tujuan dari analisis laporan keuangan yaitu: a.
Investasi pada saham Sertifikat saham merupakan kepemilikan suatu perusahaan. Investasi bisa
membeli, menahan, dan kemudian menjual saham tersebut. b.
Pemberian kredit Analisis yang menjadi tujuan pokok adalah kemampuan perusahaan untuk
mengembalikan pinjaman yang diberikan beserta bunga yang berkaitan dengan pinjaman tersebut. c.
Kesehatan pemasok (customer) Apabila perusahaan akan memberikan penjualan kredit kepada pelanggan
maka perusahaan memerlukan informasi keuangan pelanggan, terutama informasi mengenai kemampuan pelanggan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. d.
Kesehatan perusahaan ditinjau dari karyawan Karyawan atau calon karyawan memungkinkan akan tertarik menganalisis
keuangan perusahaan untuk memastikan apakah perusahaan yang akan dimasuki tersebut mempunyai prospek keuangan yang bagus. Beberapa faktor yang bisa
dianalisis antara lain profitabilitas perusahaan kondisi keuangan perusahaan, dan kemampuan menghasilkan kas dari perusahaan (cash generatingability). e.
Pemerintah Pemerintah bisa menganalisis keuangan perusahaan untuk menentukan
besarnya pajak yang dibayarkan, atau menentukan tingkat keuntungan yang wajar bagi industri. f.
Analisis internal Pihak internal perusahaan sendiri (seperti pihak manajemen) akan memerlukan
informasi
mengenai
kondisi
keuangan
perusahaan
untuk
menentukan sejauh mana perkembagan perusahaan. Informasi semacam ini bisa digunakan sebagai basis evaluasi prestasi manajemen. g.
Analisis pesaing Kondisi keuangan pesaing bisa dianalisis oleh perusahaan untuk
menentukan sejauh mana kekuatan keuangan pesaing. Informasi semacam ini bisa dipakai untuk penentuan strategi harga, strategi merebut pangsa pasar, atau keputusan-keputusan lainnya. h.
Penilaian kerusakan Analisis perusahaan dipakai untuk menentukan besarnya kerusakan yang
dialami oleh perusahaan. 3.
Manfaat Analisis Laporan Keuangan Menurut Harahap (2004) manfaat laporan keuangan yaitu sebagai berikut:
a. Memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa.
b. Menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan keuangan (implicit). c. Mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keungan. d. Membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan. e. Mengetahui sifat-sifat hubungannya yang akhirnya dapat melahirkan modelmodel dan teori-teori yang terdapat dilaporan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis. f. Memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. g. Menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria yang sudah dikenal dalam dunia bisnis. h. Membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal. i. Memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan dan sebagainya. j. Memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan dimasa yang akan datang.
4.
Metode dan Teknik Analisis Terdapat beberapa macam metode dan teknik analisis laporan keuangan,
Djarwanto (2004) metode dan teknik analisis laporan keuanga tersebut antara lain seperti disebutkan di bawah ini: a.
Analisis perbandingan neraca, laporan laba-rugi yang ditahan dengan menunjukkan: data absolut, kenaikan dan penurunan dalam jumlah rupiah, kenaikan dan penurunan dalam jumlah persen, perbandingan yang dinyatakan dalam jumlah rasio, persentase dari total.
b.
Analisis perubahan modal
c.
Analisis trend dari rasio unsur-unsur neraca dan data operasi yang ada kaitannya
d.
Analisis persentase per komponen dari neraca dan laporan laba-rugi
e.
Analisis rasio yang memperlihatkan hubungan beberapa unsur neraca, laporan laba-rugi, dan kedua laporan keuanga tersebut
f.
Analisis perbandingan dengan rasio industri
g.
Analisis perubahan pendapatan netto atau analisis perubahan laba bruto
h.
Analisis titik impas atau analisis break-even point.
2.1.5 Rasio Keuangan 1.
Pengertian Rasio Menurut Harahap (2008) rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari
hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan denga pos lainnya yang mempunyai hubungan relevan dan signifikan (berarti). Rasio bermanfaat untuk
menganalisis laporan keuangan oleh investor karena rasio menyimpan informasi kritis dari kinerja ekonomi suatu perusahaan. Rasio keuangan hanya menyederhanakan informasi yang ada dan dengan penyederhanaan ini investor dapat menilai secara cepat hubungan antar pos serta membandingkan dengan rasio lain sehingga investor dapat memperoleh informasi dan memberi penilaian. 2.
Jenis Rasio Keuangan Menurut
Mamduh
(dalam
Zuriyah,2010)
rasio
keuangan
dapat
dikelompokkan menjadi lima jenis berdasarkan ruang lingkupnya yaitu: 1.
Rasio Likuiditas Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenui kewajiban jangka
pendek. Rasio ini terbagi menjadi dua yaitu rasio lancar (current rastio) dan rasio cepat (quick ratio). 2.
Rasio Aktivitas Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menggunakan asetnya
dengan efisien. Rasio ini terbagi menjadi rata-rata umur piutang, perputaran persediaan, perputaran aktiva tetap, dan perputaran total aktiva. 3.
Rasio Utang/Laverage Rasio
yang
mengukur
kemampuan
perusahaan
memenuhi
total
kewajibannya. Rasio ini terbagi menjadi: rasio utang terhadap total aset, rasio times interest earned, dan rasio fixed charge coverage.
4.
Rasio Profitabilitas Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan
(profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset dan modal saham tertentu. Rasio ini terbagi menjadi profit margin, return on asset, dan return on equity. 5.
Rasio Pasar Rasio ini digunakan untuk mengukur harga pasar saham perusahaan relatif
terhadap nilai bukunya. Rasio ini terbagi menjadi PER (price earning ratio), EPS (earning per share), devidend yield, dan pembayaran deviden (devidend pay out ratio). Dari rasio-rasio tersebut diatas yang berkaitan langsung dengan kepentingan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Return on Asset (ROA) Menurut Prastowo (2005) ROA adalah mengukur kemampuan perusahaan
dalam memanfaatkan aktivanya untuk mempeoleh laba. Return On Assets (ROA) sering juga disebut sebagai Return On Investment (ROI). Semakin besar ROA maka menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Rasio ini merupakan rasio terpenting diantara rasio profitabilitas yang lainnya. ROA dapat dihitung dengan rumus: Laba bersih setelah pajak ROA =
X 100% Total Aktiva
2.
Return on Equity (ROE) Rasio ini menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari
modal pemilik. Semakin besar semakin bagus (Harahap, 2008). ROE merupakan
rasio keuangan yang banyak digunakan untuk mengukur kenerja perusahaan, khususnya menyangkut profitabilitas perusahaan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: Laba bersih setelah pajak ROE=
X 100% Modal sendiri
3.
Earning per Share (EPS) EPS merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return)
yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham (Darmadji, 2001). Saham dengan return paling tinggi pada umumnya memiliki pendapatan yang lebih besar daripada yang diperkirakan, sedangkan saham dengan return paling rendah memiliki pendapatan di bawah perkiraan. Earning per share memiliki hubungan positif dengan harga saham, sehingga apabila jumlah earning per share meningkat maka harga saham juga akan meningkat begitu juga dengan tingkat pengembalian investasi, dan sebaliknya. EPS dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Laba bersih setelah pajak EPS= Jumlah saham yang beredar 4.
Price Earning Ratio Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio antara harga saham dengan
pendapatan tiap lembar saham, dan merupakan indikator perkembangan perusahaan di masa mendatang. Perusahaan yang mempunyai kesempatan untuk tumbuh dan berkembang lebih besar adalah perusahaan yang memiliki price earning ratio yang tinggi. Semakin tinggi rasio PER, semakin tinggi
pertumbuhan laba yang diharapkan oleh pemodal. Apabila PER perusahaan tinggi, maka saham perusahaan dapat memberikan return yang tinggi bagi para investor (Hanafi dan Halim, 2007). PER dapat dirumuskan sebagai berikut: Harga Saham PER= EPS
2.1.6 Return Saham 1.
Pengertian Return Return adalah laba yang diperoleh dari suatu investasi. Return saham adalah
tingkat keuntungan yang didapat oleh pemodal atas suatu investasi saham yang dilakukannya. Return saham dibedakan menjadi dua yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi (realized return) merupakan return yang sudah terjadi dan telah dihitung berdasarkan data historis serta digunakan sebagai alat pengukur kinerja perusahaan. Return ekspektasi (expected return) merupakan return yang diharapkan oleh investor di masa mendatang. Dalam melakukan investasi, investor selalu dihadapkan pada ketidakpastian (uncertainty) antara return yang akan diperoleh dengan risiko yang akan dihadapinya. Semakin besar return yang diharapkan dari suatu investasi, maka semakin besar pula risikonya, sehingga dapat dikatakan bahwa return ekspektasi memiliki hubungan yang positif dengan risiko.
Return yang digunakan dalam penelitian ini adalah return relisasi (realized return). Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja keuangan dan berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan risiko di masa yang akan datang. Return realisasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah capital again/loss tanpa memperhitungkan adanya dividend. Karena pada dasarnya dividen yang dibagikan nilainya lebih kecil dibandingkan dengan capital gain sehingga tidak terlalu berpengaruh. 2.
Komponen Return Komponen return terdiri atas dua jenis yaitu:
a.
Deviden Deviden adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan
berasal dari keuntungan perusahaan setiap tahun (Iswi dan Serfianto, 2010). Jika seorang investor ingin mendapatkan deviden, maka investor tersebut harus memgang saham dalam kurun waktu yang lama hingga kepemilikan saham terrsebut masuk dalam periode yang sudah diakui. Deviden yang akan diterima dapat berupa uang tunai atau berupa saham. b.
Capital gain/loss Capital gain/loss adalah keuntungan/kerugian yang diterima karena adanya
selisih antara harga jual dengan harga beli saham. Capital gain/loss ini merupakan return realisasi yang akan digunakan dalam penelitian ini (Jogiyanto, 2000). Besarnya return realisasi dapat dihitung dengan rumus: Pt – Pt-1 Return saham = Pt-1
Pt
= Harga saham periode sekarang
Pt-1
= Harga saham periode yang lalu
2.1.7 Pengaruh Return on Asset (ROA) Terhadap Return Saham Return on Assets (ROA), digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (return) dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Perusahaan yang memiliki nilai ROA tinggi akan menunjukkan gambaran kinerja perusahaan yang baik dan menunjukkan tingginya kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Kinerja perusahaan yang semakin baik dan nilai perusahaan yang semakin meningkat akan memberikan kenaikan harga saham pada perusahaan tersebut yang pada akhirnya akan berdampak kepada kenaikan return saham. 2.1.8 Pengaruh Return on Equity (ROE) Terhadap Return Saham Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan modal yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal yang dimilikinya. Semakin tinggi nilai ROE maka akan menggambarkan semakin efisien perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba bagi perusahaan. Apabila perusahaan memiliki ROE yang tinggi, investor akan menganggap bahwa perusahaan telah menggunakan modalnya secara efisien. Perusahaan yang semakin efisien dalam menggunakan modalnya untuk menghasilkan laba akan memberikan harapan naiknya return saham yang dimilikinya.
2.1.9 Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Return Saham Earning per share merupakan salah satu rasio pasar (market ratio) yang diperoleh dengan cara membagi laba bersih setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar. EPS merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar keuntungan perusahaan yang dibagikan untuk tiap lembar saham yang beredar. Semakin tinggi nilai EPS maka akan menggembirakan para pemegang saham karena menunjukkan semakin besar laba yang disediakan untuk para pemegang saham, sehingga harga saham akan naik dan pada akhirnya meningkatkan return saham. 2.1.10 Pengaruh Price Earning Ratio (PER) Terhadap Return Saham Price earning ratio merupakan perbandingan harga pasar saham (market price) dengan EPS saham tersebut. PER dapat menjadi penentu harga saham karena dapat memprediksi perkembangan laba di masa mendatang. Apabila PER mengalami kenaikan maka harga saham juga akan mengalami kenaikan. Para investor melakukan analisis PER terhadap suatu saham karena rasio ini dapat menggambarkan kinerja perusahaan di masa akan datang dan karena para investor mengharapkan hasil yang maksimal dari investasi saham. 2.2
Rerangka Pemikiran Dari penjelasan teoritis maka yang menjadi variabel-variabel didalam
penelitian ini adalah nilai ROA, ROE, EPS dan PER sebagai variabel independen (variabel bebas). Dalam penelitian ini tidak hanya melihat hubungan antara ROA, ROE, EPS dan PER terhadap return saham, tetapi juga menghitung seberapa
besar pengaruh variabel tersebut terhadap return saham. Sehingga kerangka pemikiran yang terbentuk adalah sebagai berikut: ROA
ROE Return saham EPS
PER Gambar 1 Rerangka Pemikiran 2.3
Perumusan Hipotesis Dengan mengacu pada rumusan masalah dan tinjauan teoritis yang telah
diuraikan maka hipotesis yang diajukan adalah: H1 : ROA mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan retail trade yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H2 : ROE mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan retail trade yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H3 : EPS mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan retail trade yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H4 : PER mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan retail trade yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.