11
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1
Tinjauan Teoretis
2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory) Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham (shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih, maka pihak manajemen harus mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya kepada pemegang saham. Menurut Jensen dan Meckling (1976) hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (principal) memerintah orang lain (agent) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Jika kedua
belah
pihak
tersebut
mempunyai
tujuan
yang
sama
untuk
memaksimumkan nilai perusahaan, maka diyakini agen akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan prinsipal. Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan agency cost sebagai jumlah dari biaya yang dikeluarkan prinsipal untuk melakukan pengawasan terhadap agen. Hampir mustahil bagi perusahaan untuk memiliki zero agency cost dalam rangka menjamin manajer akan mengambil keputusan yang optimal dari pandangan shareholders karena adanya perbedaan kepentingan yang besar diantara mereka.
10
12
Biaya keagenan akan membengkak apabila pemegang saham berusaha untuk memastikan bahwa setiap tindakan manajerial sesuai dengan kepentingan para pemegang saham. Dan apabila tidak ada upaya pemegang saham untuk mengubah manajerial, biasanya akan ada kehilangan sebagian kekayaan pemegang saham karena tindakan manajerial yang tidak pantas. Sehingga indikasi audit delay bagi pihak perusahaan adalah diperlukannya biaya agensi untuk mengembalikan kepercayaan investor seperti biaya untuk pengungkapan informasi tambahan, kaitannya adalah semakin panjang audit delay dan semakin sering audit delay terjadi maka akan semakin besar pula biaya agensi yang harus dikeluarkan. 2.1.2 Teori Sinyal (Signalling Theory) Isyarat atau signal adalah tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan dimana manajemen mengetahui informasi yang lebih lengkap dan akurat mengenai internal perusahaan dan prospek perusahaan di masa depan dari pada pihak investor. Oleh karena itu, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada para stakeholder. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti publikasi laporan keuangan. Manajer melakukan publikasi laporan keuangan untuk memberikan informasi kepada pasar. Umumnya pasar akan merespon informasi tersebut sebagai suatu sinyal good news atau bad news. Sinyal yang diberikan akan mempengaruhi pasar saham khususnya harga saham perusahaan. Jika sinyal manajemen mengindikasikan good news, maka dapat meningkatkan harga saham. Namun sebaliknya, jika sinyal manajemen mengindikasikan bad
13
newsdapat mengakibatkan penurunan harga saham perusahaan. Oleh karena itu, sinyal dari perusahaan merupakan hal yang penting bagi investor guna pengambilan keputusan. Menurut Suwardjono, 2005 (dalam Widosari dan Rahardja, 2012) menyatakan bahwa teori signalling berakar pada teori akuntansi pragmatik yang memusatkan perhatiannya kepada pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pemakai informasi. Salah satu informasi yang dapat dijadikan sinyal adalah pengumuman yang dilakukan oleh suatu emiten. Pengumuman ini nantinya dapat mempengaruhi naik turunnya harga sekuritas perusahaan emiten yang melakukan pengumuman. Sedangkan menurut Gumantri, 2009 (dalam Fitria, et al., 2015) menyatakan teori sinyal merupakan salah satu teori pilar dalam memahami manajemen keuangan. Secara umum, teori sinyal diartikan sebagai isyarat yang dilakukan oleh perusahaan (manajemen) kepada pihak luar (investor). Investor dapat melakukan kesalahan dalam pengambilan keputusan ekonomi, jika informasi yang disampaikan oleh manajemen perusahaan tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Sehingga terjadi asimetris informasi dimana manajer lebih superior dalam menguasai informasi dibanding pihak lain (stakeholder). Dalam meminimalisir terjadinya information asymmetry berdasar signalling theory, pihak manajemen wajib membuat struktur pengendalian internal yang mampu menjaga harta perusahaan dan menjamin penyusunan laporan keuangan yang dapat dipercaya.
14
Teori signalling juga dapat menunjukkan perbedaan-perbedaan industri dalam pengungkapan. Dengan pengungkapan informasi yang lebih luas dapat memberikan sinyal yang lebih banyak kepada publik mengenai kondisi perusahaan. Manfaat utama teori ini adalah akurasi dan ketepatan waktu penyajian laporan keuangan ke publik adalah sinyal dari perusahaan akan adanya informasi yang bermanfaat dalam kebutuhan untuk pembuatan keputusan dari investor. Semakin panjang audit delay menyebabkan ketidakpastian pergerakan harga saham. Investor dapat mengartikan lamanya audit delay dikarenakan perusahaan memiliki bad news sehingga tidak segera mempublikasikan laporan keuangannya, yang kemudian akan berakibat pada penurunan harga saham. 2.1.3 Teori Kepatuhan (Compliance Theory) Kepatuhan merupakan suatu bentuk kedisiplinan dalam melaksanakan perintah. Menurut Tyler (dalam Sunaningsih, 2014) menjelaskan bahwa terdapat dua perspektif dasar dalam literatur sosiologi terkait dengan kepatuhan individu pada hukum. Perspektif dasar tersebut antara lain instrumental dan normatif. Perspektif instrumental mengasumsikan individu secara utuh didorong oleh kepentingan pribadi dan tanggapan terhadap perubahan inisiatif yang berhubungan dengan perilaku, sedangkan perspektif normatif berhubungan dengan apa yang dianggap orang sebagai moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi. Terkait permasalahan dalam dunia akuntansi khusunya audit delay, maka timbul tuntutan kepada perusahaan yang telah go public di Indonesia atas kepatuhannya
terhadap
ketepatan
waktu
dalam
menyampaikan
atau
15
mempublikasikan laporan keuangan tahunan kepada publik. Hal ini telah diatur dalam Peraturan No. X.K.2 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam-LK No. Kep346/BL/2011 tentang penyampaian laporan keuangan berkala serta Kep431/BL/2012 tentang penyampaian laporan tahunan. Perusahaan yang tidak menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan maka akan diberikan sanksi administratif. Dalam hal ini berfungsi agar informasi dalam laporan keuangan dapat bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan akibat timbulnya asimetri informasi yang dikarenakan keterlambatan publikasi laporan keuangan auditan. Dengan adanya tuntutan kepatuhan tersebut menunjukkan kesesuaian dengan teori kepatuhan (compliance theory). 2.1.4 Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya disusun untuk memberitahukan informasi mengenai keadaan suatu perusahaan yang akan bermanfaat bagi sebagian besar pemakai laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan digunakan oleh manajemen puncak untuk dapat mengambil keputusan yang bermanfaat bagi perkembangan perusahaan, sedangkan bagi investor laporan keuangan juga berguna dalam pengambilan keputusan, apakah ingin menanamkan sahamnya atau tidak dalam perusahaan tersebut. Pengertian laporan keuangan dalam Standar Akuntansi Keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2015:1) yaitu: “Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas”.
16
Pengertian laporan keuangan lainnya yang diungkapkan oleh Munawir (2010:2) yaitu: “Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan
atau
aktivitas
suatu
perusahaan
dengan
pihak-pihak
yang
berkepentingan dengan data atau aktivitas suatu perusahaan”. Laporan keuangan yang lengkap menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK No. 1 (2015:1-3) terdiri dari komponen-komponen berikut ini : a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode b. Laporan laba rugi dari penghasilan komprehensif lain selama periode c. Laporan perubahan ekuitas selama periode d. Catatan atas laporan keuangan e. Laporan posisi keuangan pada awal periode Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi para pemakainya. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia tahun 2015, terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu : 1. Dapat dipahami Informasi yang berkualitas adalah informasi yang dapat dipahami oleh para pengguna.
Informasi
dalam laporan keuangan
akan mudah dipahami
informasinya jika disajikan dengan baik dan digunakan oleh pengguna yang memiliki pengetahuan tentang aktivitas ekonomi, bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi.
17
2. Relevan Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan apabila dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa ini, atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi pengguna di masa lalu. 3. Keandalan Agar bermanfaat informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus dan jujur (faithfull representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. 4. Dapat diperbandingkan Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif. 2.1.5 Auditing Menurut Boynton Johnson, et al., (2006), auditing adalah suatu proses sistematik memperoleh dan mengevaluasi bukti mengenai asersi-asersi tentang aktivitas dan peristiwa ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara
18
asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada para pihak yang berkepentingan. Menurut Arens, et al., (2006) tujuan audit secara umum atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia. Kewajaran laporan keuangan dinilai berdasarkan asersi yang terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan. Asersi adalah pernyataan manajemen yang terkandung dalam komponen laporan keuangan. Auditing umumnya digolongkan menjadi tiga golongan (Mulyadi, 2013) : 1. Audit Laporan Keuangan (financial statement audit) Audit laporan keuangan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai laporan keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan yang telah disajikan secara wajar sesuai kriteria yang telah ditentukan yaitu prinsip akuntansi berterima umum (PABU). 2. Audit Kepatuhan (compliance audit) Audit kepatuhan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti dengan tujuan untuk menentukan apakah kegiatan finansial maupun operasi tertentu dari suatu entitas sesuai dengan kondisi-kondisi, aturan-aturan, dan regulasi yang telah ditentukan. 3. Audit Operasional (operational audit) Audit operasional meliputi penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai kegiatan operasional organisasi dalam hubungannyadengan tujuan
19
pencapaian efisien, efektivitas, maupun kehematan (ekonomis) operasional. Efisiensi merupakan perbandingan antara masukan dengan keluaran, sedangkan efektivitas merupakan perbandingan antara keluaran dengan target yang sudah ditetapkan. Orang
atau
kelompok
orang
yang
melaksanakan
audit
dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (Mulyadi, 2013) : 1. Auditor Independen Auditor independen merupakan auditor profesional yang mengaudit laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Auditor independen mendapat honorarium dari kliennya dalam menjalankan keahliannya, namun auditor independen tidak memihak kliennya. Pihak yang memanfaatkan jasa auditor independen merupakan pihak selain kliennya, oleh karena itu independensi auditor dalam melaksanakan pekerjaannya merupakan hal sangat penting, meskipun auditor tersebut dibayar oleh kliennya. Untuk berpraktik sebagai auditor independen, seorang audit harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah diatur oleh IAI. 2. Auditor Pemerintah Auditor pemerintah merupakan auditor profesional yang bekerja di instansi milik pemerintah yang tugasnya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit entitas pemerintahan. Umumnya auditor yang disebut oleh auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja di BPKP (Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan) dan BPK (Badan Pemeriksa Keuangan).
20
3. Auditor Intern Auditor intern merupakan auditor yang bekerja di perusahaan yang tugasnya menentukanapakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi. 2.1.6 Standar Auditing Standar auditing merupakan pedoman umum untuk membantu auditor dalam memenuhi tanggung jawab dan profesionalisme mereka dalam mengaudit suatu laporan keuangan. Berikut merupakan tiga standar auditing yang telah ditetapkan oleh Institut Akuntan Indonesia (IAI), yang disusun oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik (DSPAP) (Mulyadi, 2013) : 1. Standar umum Bagian yang mengatur tentang mutu profesional auditor independen atau persyaratan pribadi auditor. Standar umum terdiri dari tiga standar, yaitu : a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi, dalam sikap mental harus dipertahankan auditor. c. Dalam
pelaksanaan
audit
dan
penyusunan
laporan,
auditor
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
wajib
21
2. Standar pekerjaan lapangan Bagian yang mengatur mengenai pertimbangan-pertimbangan yang harus digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan audit lapangan. Standar pekerjaan lapangan terdiri dari tiga standar, yaitu : a. Pekerjaan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang harus dilakukan. c. Bukti audit kompeten harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. 3. Standar pelaporan Bagian yang mengatur tentang pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam penyusunan laporan audit. Standar pelaporan terdiri dari empat standar, yaitu : a. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum. b. Laporan audit harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada konsistensi penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
22
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus disajikan secara memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit. d. Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal mana auditor dihubungkan dengan laporan keuangan, laporan audit harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor. 2.1.7 Audit Delay Audit delay atau dengan kata lain Audit Report Lag (ARL).Menurut Rachmawati (2008) audit delay merupakan rentang waktu penyelesaian dalam pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan, yang diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan, untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan sejak tanggal tahun tutup buku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen. Selisih jarak waktu antara berakhirnya fiskal dengan tanggal diterbitkannya laporan audit inilah yang disebut dengan audit delay. Ketepatan waktu merupakan kualitas yang berkaitan dengan ketersediaan informasi pada saat dibutuhkan. Waktu antara tanggal laporan keuangan dan laporan audit (audit delay) mencerminkan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Akan tetapi, bila tidak sesuai dengan tujuan pokok audit, maka informasi yang disampaikan juga tidak baik dan dapat merugikan pihak-pihak
23
yang bersangkutan. Proses audit sangat memerlukan waktu sehingga dapat berakibat pada audit delay yang akan berpengaruh pada ketepatan waktu pelaporan keuangan. Menurut Angruningrum dan Wirakusuma (2013) menyatakan panjangnya masa audit delay ini berbanding lurus dengan lamanya masa pekerjaan lapangan diselesaikan auditor sehingga semakin lama pekerjaan lapangan maka semakin lama audit delay terjadi. Apabila laporan keuangan disajikan delay maka informasi yang terkandung didalamnya menjadi tidak relevan dalam mengambil keputusan. Menurut Knechel dan Payne, 2001 (dalam Surbakti, 2009) audit report lag (istilah lain dari audit delay) dibedakan menjadi tiga, yaitu : 1. Scheduling lag, yaitu selisih waktu antara tahun penutupan buku perusahaan dengan dimulainya pekerjaan lapangan oleh auditor. 2. Fieldwork lag, yaitu selisih waktu antara dimulainya pekerjaan lapangan dan saat penyelesaiannya. 3. Reporting lag, yaitu selisih waktu antara penyelesaian pekerjaan lapangan dengan tanggal laporan auditor. Menurut Dyer dan McHugh, 1975 (dalam Ilmiah, 2013) terdapat tiga keterlambatan dalam penyampaian laporan keuangan, antara lain : 1. Preliminary lag, yaitu interval jumlah hari antara tanggal berakhirnya tahun buku sampai dengan tanggal diterimanya laporan keuangan pendahuluan oleh bursa.
24
2. Auditor’s signature lag, yaitu interval jumlah hari antara tanggal berakhirnya tahun buku sampai dengan tanggal laporan auditor ditandatangani. 3. Total lag, yaitu interval jumlah antara hari antara tanggal berakhirnya tahun buku sampai dengan tanggal penerimaan laporan keuangan tahunan dipublikasikan di bursa. 2.1.8 Total Aset Menurut Jusup (2011), aset adalah sumber-sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan yang biasa dinyatakan dalam satuan uang. Jenis sumber-sumber ekonomi atau lazim disebut aset perusahaan bisa bermacam-macam. Ada aset yang berupa barang berwujud seperti kas, persediaan barang dagangan, tanah, gedung, dan mesin. Ada pula yang tidak berwujud seperti misalnya tagihan kepada pelanggan yang dalam akuntansi disebut piutang, serta berbagai bentuk pembayaran dimuka (uang muka) atas jasa tertentu yang baru akan diterima di masa yang akan datang seperti premi asuransi dibayar dimuka. Untuk memudahkan pembaca laporan biasanya aset dicantumkan dalam laporan posisi keuangan dengan susunan yang telah ditetapkan. Menurut Martani, et al. (2012), aset tidak lancar adalah aset yang tidak memenuhi definisi aset lancar. Aset tidak lancar adalah sebagai berikut : a. Investasi jangka panjang, biasanya mencakup beberapa bentuk, baik yang berbentuk investasi dalam obligasi dan saham, atau investasi dalam bentuk dana yang disisihkan untuk tujuan tertentu. b. Aset tetap, adalah aset yang tak berwujud yang digunakan dalam operasi entitas, misalnya tanah, bangunan, mesin, dan furnitur.
25
c. Aset tak berwujud, merupakan aset tanpa wujud fisik yang bukan berbentuk instrumen keuangan, misalnya hak paten, hak cipta, franchise dan goodwill. d. Aset lain yang bersifat aset tidak lancar, seperti piutang jangka panjang dan biaya dibayar dimuka jangka panjang. Semakin besar nilai total aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan maka semakin pendek proses penyelesaian terhadap audit delay. Perusahaan yang memiliki total aset lebih besar cenderung lebih cepat dalam proses penyelesaian audit karena pada umumnya perusahaan yang memiliki total aset yang lebih besar lebih diawasi oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah jika dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki total aset yang sedikit, sehingga perusahaan yang memiliki total aset yang besar tersebut cenderung meminimalisir adanya audit delay. Perusahaan besar atau perusahaan yang memiliki total aset besar juga memiliki sistem pengendalian internal yang baik, sehingga memudahkan dalam proses audit. Dalam penelitian ini, total aset dapat dirumuskan sebagai berikut : UP = LN(Total Aset) 2.1.9 Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Perusahaan tidak akan menunda penyampaian informasi yang berisi berita baik. Oleh karena itu, perusahaan yang mampu menghasilkan profit akan cenderung mengalami audit delay yang lebih pendek karena merupakan good news bagi perusahaan, sehingga perlu disampaikan segera kepada pihak investor dan pihak-pihak lain yang
26
berkepentingan. Dan sebaliknya, jika perusahaan mengalami kerugian maka cenderung mengalami audit delay yang lebih panjang karena merupakan bad news bagi perusahaan sehingga menunda penyampaian laporan keuangan. Dalam penelitian Dyer dan Mc Hugh, 1975 (dalam Carbaja dan Yadnyana, 2015) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki laba yang tinggi akan tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya, dan sebaliknya jika perusahaan mengalami kerugian akan menunda laporan keuangannya. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Che-Ahmad, 2008 (dalam Angruningrum dan Wirakusuma, 2013) apabila profitabilitas rendah, maka auditor akan melakukan tugas auditnya lebih hati-hati karena adanya resiko bisnis yang lebih tinggi, sehingga akan memperlambat proses audit dan menyebabkan penerbitan laporan auditan yang lebih panjang. Pengukuran rasio profitabilitas terdiri dari : 1. Hasil pengembalian atas aset (Return on Assets), merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas penggunaan aset perusahaan dalam menciptakan laba bersih. 2. Hasil pengembalian atas ekuitas (Return on Equity), merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas penggunaan ekuitas perusahaan dalam menciptakan laba bersih. 3. Marjin laba kotor (Gross Profit Margin), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya persentase laba kotor atas penjualan bersih. 4. Marjin laba operasional (Operating Profit Margin), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya persentase laba bersih atas penjualan bersih.
27
Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat profitabilitas perusahaan LQ 45 yang terdaftar di BEI yaitu return on asset (ROA), rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan tingkat aset tertentu. Profitabilitas mempengaruhi perusahaan yang mengumumkan rugi atau profitabilitas yang rendah. Ini berkaitan dengan akibat yang dapat ditimbulkan oleh pasar terhadap pengumuman rugi tersebut bagi perusahaan. Profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan ROA (Return On Asset) dengan rumus : 𝑅𝑂𝐴 =
laba bersih 𝑥 100 % total aset
2.1.10 Leverage Tingkat leverage merupakan pengukuran kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan, baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut Brigham dan Houston (2009), rasio leverage memiliki tiga implikasi penting yaitu : 1. Dengan memperoleh dana melalui hutang, para pemegang saham dapat mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan. 2. Kreditor akan melihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri, sebagai suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal yang diberikan oleh pemegang saham, maka semakin kecil resiko yang harus dihadapi kreditor. 3. Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka
28
pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar atau “diungkit” (leveraged). Pengukuran tingkat leverage dalam penelitian ini menggunakan debt to total equity ratio (DER), yang menggambarkan perbandingan hutang dengan modal sendiri untuk menilai batas kemampuan modal sendiri, dalam menanggung resiko atau batas perluasan usaha dengan menggunakan modal pinjaman. DER ini mengindikasikan kesehatan dari perusahaan. Proporsi DER yang tinggi akan meningkatkan perhatian bahwa ada kemungkinan laporan keuangan kurang dipercaya. DER yang tinggi memberikan sinyal bahwa perusahaan sedang dalam kesulitan keuangan. Dengan rumus sebagai berikut :
𝐷𝐸𝑅 =
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝑥 100 % 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
2.1.11 Opini Auditor Auditor sebagai pihak yang independen di dalam pemeriksaan laporan keuangan suatu perusahaan, yang nantinya akan memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan yang diauditnya. Ada lima tipe pendapat laporan audit yang diterbitkan oleh auditor (Mulyadi, 2002) : 1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion) Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi berterima umum tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan.
29
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (Unqualified Opinion Report with Explanatory Language) Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau telah sesuai standar auditing. Penyajian laporan keuangan sesuai prinsip akuntansi yang diterima umum, tetapi terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan (penjelasan lain) laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan. 3. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion) Auditor memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan audit apabila lingkup audit dibatasi oleh klien, auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor, laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum, dan prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten. 4. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion) Pendapat tidak wajar merupakan kebalikan dari pendapat wajar tanpa pengecualian. Akuntan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien.
30
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinioin) Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat adalah : a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit. b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya. Pada penelitian ini alat ukur yang digunakan dalam variabel opini auditor adalah dengan menggunakan metode interval, dengan skor sebagai berikut (Kusumawardani, 2013) : a. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) diberi skor 5. b. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas (unqualified opinion report with explanatory language) diberi skor 4. c. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion) diberi skor 3. d. Pendapat tidak wajar (adverse opinion) diberi skor 2. e. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion) diber skor 1. 2.1.12 Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) Di dalam hal publikasi laporan keuangan, suatu perusahaan akan membutuhkan jasa Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk menjamin kredibilitas dari laporan keuangan tersebut, perusahaan cenderung akan menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik (KAP) yang besar dan mempunyai nama baik. Kantor Akuntan Publik yaitu lembaga yang memiliki izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi akuntan publik dalam menjalankan pekerjaannya.
31
Kantor Akuntan Publik yang bereputasi baik, diperkirakan dapat melakukan audit lebih cepat untuk menyelesaikan auditnya sesuai jadwal sehingga informasi yang didapatkan lebih cepat diterima pengguna laporan keuangan didalam pengambilan keputusan. Jumlah kantor akuntan publik di Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah sejalan dengan perkembangan perekonomian dan bisnis. Dewasa ini di seluruh Indonesia terdapat 448 kantor akuntan publik yang dapat digolongkan menjadi kantor akuntan besar, sedang dan kecil. Kantor akuntan publik yang tergolong besar hanya sedikit jumlahnya dan umumnya bekerjasama dengan kantor-kantor akuntan besar yang berskala internasional. Sebagian besar terdiri dari kantor-kantor akuntan publik kecil dengan wilayah operasi yang terbatas (Jusup, 2011). Auditor Empat Besar (The Big Four Auditors) adalah kelompok empat firma jasa profesional dan akuntansi internasional terbesar, yang menangani mayoritas pekerjaan audit untuk perusahaan publik maupun perusahaan tertutup. Menurut Yuliana dan Aloysia (2004:115) Kantor Akuntan Publik di Indonesia dibagi menjadi Kantor Akuntan Publik the big four dan Kantor Akuntan Publik non the big four. Kantor Akuntan Publik yang masuk kategori KAP the big four di Indonesia adalah : a. Kantor Akuntan Publik Price Water House Cooper, yang bekerja sama dengan Kantor Akuntan Publik Drs. Hadi Susanto dan rekan. b. Kantor Akuntan Publik KPMG (Klynfeld Peat Marwick Goedelar), yang bekerjasama dengan Kantor Akuntan Publik Sidharta dan Wijaya.
32
c. Kantor Akuntan Publik Ernest and Young, yang bekerja sama dengan Kantor Akuntan Publik Drs. Sarwoko dan Sanjoyo. d. Kantor Akuntan Publik Delloite Tauche Thomatshu, yang bekerja sama dengan Kantor Akuntan Publik Drs. Hans Tuanokata. MenurutRolinda (2007:114) Kantor Akuntan Publik internasional atau yang dikenal dengan the Big Four dianggap dapat melaksanakan auditnya secara efisien dan memiliki jadwal waktu yang lebih tinggi untuk menyelesaikan audit tepat pada waktunya. Kantor Akuntan Publik yang besar memperoleh insentif yang tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya lebih cepat dibandingkan Kantor Akuntan Publik lainnya. Waktu audit yang lebih cepat adalah cara bagi Kantor Akuntan Publik besar untuk mempertahankan reputasinya, karena jika tidak menyelesaikan audit dengan cepat maka untuk tahun yang akan datang mereka akan kehilangan kliennya. Pemilihan Kantor Akuntan Publik yang berkompeten kemungkinan dapat membantu waktu penyelesaian audit menjadi lebih segera atau tepat waktu. Penyelesaian waktu audit secara tepat waktu kemungkinan dapat meningkatkan reputasi Kantor Akuntan Publik dan menjaga kepercayaan klien untuk memakai jasanya kembali untuk waktu yang akan datang. Dengan demikian besar kecilnya Ukuran Kantor Akuntan Publik kemungkinan dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit laporan keuangan. 2.1.13 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay dan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan publik telah banyak
33
dilakukan dan berkembang secara baik di Indonesia maupun di negara-negara lain. Beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan adalah sebagai berikut: Tabel 1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No.
Nama Peneliti
Variabel Penelitian
Metode Penelitian
1.
Subekti dan Widiyanti (2004)
Variabel Regresi Linier Independen: Berganda Ukuran perusahaan, jenis industri perusahaan, opini, tingkat profitabilitas, dan ukuran KAP. Variabel Dependen: Audit delay.
2.
Wiwik Utami Variabel Regresi Linier (2006) Independen: Berganda Jenis industri, lamanya perusahaan menjadi klien KAP, jenis opini, laba/ rugi perusahaan, rasio hutang terhadap ekuitas, ukuran perusahaan, reputasi auditor. Variabel Dependen: Audit delay.
Hasil Penelitian Tingkat profitabilitas, ukuran perusahaan, jenis industri, opini, dan ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Laba/rugi perusahaan, lamanya menjadi klien KAP dan opini auditor berpengaruh positif terhadap audit delay. Sedangkan ukuran perusahaan, jenis industri, reputasi auditor, dan rasio hutang terhadap ekuitas tidak berpengaruh terhadap audit delay.
34
3.
Andi Kartika Variabel Regresi Linier (2009) Independen: Berganda Ukuran Perusahaan, laba/ rugi operasi, opini auditor, tingkat profitabilitas, reputasi auditor. Variabel Dependen: Audit delay.
4.
Dewi Lestari Variabel Regresi Linier (2010) Independen: Berganda Ukuran perusahaan, profitabilitas, opini, leverage, reputasi auditor. Variabel Dependen: Audit delay.
5.
Ani Yulianti Variabel Regresi Linier (2011) Independen: Berganda Profitabilitas, solvabilitas, opini auditor, ukuran KAP, dan ukuran perusahaan. Variabel Dependen: Audit delay.
Ukuran perusahaan, laba/rugi, dan opini auditor mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap audit delay. Tingkat Profitabilitas dan reputasi auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap audit delay. Profitabilitas, leverage, dan reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Sedangkan ukuran perusahaan dan opini tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Ukuran perusahaan dan ukuran KAP mempunyai pengaruh signifikan terhadap audit delay, sedangkan profitabilitas,
35
6.
2.2
Novelia Sagita Indra dan Dicky Arisudhana (2012)
Variabel Regresi Linier Independen: Berganda Ukuran perusahaan, umur perusahaan, ukuran KAP, dan profitabilitas. Variabel Dependen: Audit delay.
solvabilitas, dan opini auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Umur perusahaan dan ukuran KAP mempunyai pengaruh signifikan terhadap audit delay, sedangkan ukuran perusahaan dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay.
Rerangka Pemikiran Audit delay dapat mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian informasi
dalam laporan keuangan, sehingga akan berpengaruh pula pada tingkat ketidakpastian pengambilan keputusan yang berdasarkan pada informasi laporan keuangan tersebut. Semakin lama auditor menyelesaikan pekerjaan auditnya, maka semakin lama pula audit delay-nya. Jika audit delay semakin lama, maka kemungkinan keterlambatan penyampaian laporan keuangan akan semakin besar. Pada penelitian ini menggunakan 2 teori dasar yaitu agency theory dan signalling theory. Perusahaan yang go public cenderung menghindari terjadinya
36
audit delay, karena jika terjadi penundaan dalam menyajikan laporan keuangan maka informasi yang terkandung dalam informasi tersebut akan kehilangan relevansinya dan tidak akurat lagi bagi pihak eksternal perusahaan. Yang mana, informasi yang sebenarnya bernilai tinggi dapat menjadi tidak relevan jika tidak tersedia pada saat dibutuhkan. Keterlambatan pelaporan akan menimbulkan reaksi negatif bagi para pelaku modal pasar. Dengan kata lain, keterlambatan pelaporan dapat diartikan investor sebagai sinyal yang buruk untuk perusahaan. Penelitian ini akan menguji faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay dengan variabel bebasnya yaitu total aset, profitabilitas, leverage, opini auditor, dan ukuran KAP. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut :
37
2.3
Perumusan Hipotesis
2.3.1 Hubungan Total Asetterhadap Audit Delay Apabila total aset suatu perusahaan adalah besar, maka semakin singkat audit delay-nya. Menurut penelitian Kartika (2009) bahwa audit delay memiliki hubungan negatif dengan total aset, hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki total aset yang besar mempunyai sistem pengendalian internal yang baik sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyajian laporan keuangan perusahaan dan memudahkan auditor dalam melakukan pengauditan laporan keuangan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Subekti dan Widiyanti (2004) dan Rachmawati (2008). Karena perusahaan dengan total aset yang besar dituntut untuk menyampaikan laporan keuangan auditannya lebih
38
cepat. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1: Total Aset berpengaruh negatif terhadap Audit Delay. 2.3.2 Hubungan Profitabilitasterhadap Audit Delay Menurut Subekti dan Widiyanti (2004) menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat profitabilitas lebih tinggi diperkirakan audit delay-nya akan lebih pendek dibandingkan dengan tingkat profitabilitas yang lebih rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2009), profitabilitas berpengaruh negatif terhadap audit delay.Perusahaan yang mengumumkan rugi atau tingkat profitabilitas yang rendah, maka akan membawa reaksi negatif terhadap pasar dan turunnya penilaian atas kinerja perusahaannya. Perusahaan yang mengumumkan laba yang tinggi mempunyai nilai positif dari pihak lain yang menilai kinerja perusahaannya. Perusahaan yang mendapatkan laba tidak mempunyai alasan untuk menunda penerbitan laporan keuangan auditan karena hal tersebut merupakan good news yaitu prestasi yang dicapai perusahaan cukup menggembirakan, sehingga perusahaanmendapatkan audit delay yang lebih pendek. Dan jika perusahaan mengalami kerugian, alasannya adalah ketika terjadi kerugian perusahaan ingin menunda bad news sehingga perusahaan akan meminta auditor untuk mengatur waktu auditnya lebih lama dibandingkan waktu yang biasanya dilakukan.Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap audit delay.
39
2.3.3 Hubungan Leverage terhadap Audit Delay Leverage merupakan kemampuan perusahaan menutupi seluruh kewajibankewajibannya (Rachmawati, 2008). Tingkat leverage perusahaan yang tinggi akan membuat auditor lebih berhati-hati untuk melakukan auditnya, karena hal ini dapat memicu resiko kerugian dari perusahaan tersebut, sehingga menyebabkan audit delay semakin lama. Menurut Hilmi dan Ali (2008) bahwa perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan cenderung tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Carslaw dan Kaplan (1991) menemukan adanya hubungan positif antara leverage dengan audit delay. Karena proporsi dari hutang yang begitu besar terhadap ekuitas akan meningkatkan kecenderungan kerugian dan meningkatkan kewaspadaan oleh auditor dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan. Rasio leverage yang tinggi akan cenderung memiliki rentang waktu penyajian laporan keuangan yang lebih lama, sehingga audit delay-nya semakin lama. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H3: Leverage perusahaan berpengaruh positif terhadap audit delay. 2.3.4 Hubungan Opini Auditor terhadap Audit Delay Pengambilan opini audit terhadap laporan keuangan menjadi suatu keandalan bagi laporan keuangan perusahaan. Ada lima tipe pendapat laporan audit yang diterbitkan oleh auditor Hery (2016) yaitu: Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion), pendapat wajar tanpa pengecualian dengan
40
bahasa penjelasan (Unqualified Opinion Report with Explanatory Language), pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion), pendapat tidak wajar (Adverse Opinion), pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion). Opini auditor atas laporan keuangan perusahaan menjadi tolak ukur para penggunanya dalam mengambil keputusan. Carslaw dan Kaplan (dalam Prabandari dan Rustiana, 2007), mengemukakan bahwa adanya hubungan positif antara opini audit dengan audit delay. Pada perusahaan yang menerima jenis pendapat qualified opinion akan menunjukkan audit delay yang relatif lama, karena proses pemberian opini auditor melibatkan negosiasi dengan klien, konsultasi dengan partner audit yang lebih senioratau staf teknis lainnya dan perluasan lingkup audit. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Kartika (2011), yang menyatakan bahwa opini auditor punya pengaruh positif dan signifikan terhadap audit delay perusahaan. Perusahaan yang tidak menerima opini audit standar unqualified opinion diperkirakan mengalami audit delay yang lebih panjang, alasannya perusahaan yang menerima opini tersebut memandang sebagai bad news dan akan memperlambat proses audit.Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H4 : Opini audit berpengaruh positif terhadap audit delay. 2.3.5 Hubungan Ukuran KAP terhadap Audit Delay Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi atau badan akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundangundangan, yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam praktek akuntanpublik.
Pemilihan
kantor
akuntan
publik
yang
berkompeten
41
kemungkinan dapat membantu waktu penyelesaian audit menjadi lebih segera atau tepat waktu. Kualitas audit diukur dengan ukuran Kantor Akuntan Publik yang dibedakan menjadi Kantor Akuntan Publik yang masuk empat besar yaitu, Kantor Akuntan Publik the big four dan Kantor Akuntan Publik non the big four. Dimana Kantor Akuntan Publik empat besar cenderung untuk lebih cepat menyelesaikan tugas audit yang mereka terima dan mengeluarkan pendapat yang going concern.Menurut Utami (2006), audit delay pada KAP the big four akan lebih pendek dibandingkan dengan audit delay pada KAP non big four. Hal ini dikarenakan KAP besar memiliki karyawan dalam jumlah yang besar, dapat mengaudit lebih efisien dan efektif, memiliki jadwal yang fleksibel sehingga memungkinkan untuk menyelesaikan audit tepat waktu, dan memiliki dorongan yang lebih kuat untuk menyelesaikan auditnya lebih cepat guna menjaga reputasinya.Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H5 : Ukuran KAP berpengaruh negatif terhadap audit delay.