BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1
Tinjauan Teoretis
2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori sinyal menjelaskan tentang bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyal kepada pihak pengguna laporan keuangan. Brigham dan Houston (2001) menyatakan bahwa sinyal adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang
bagaimana
manajemen
memandang
prospek
perusahaan.
Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan modal baru dengan caracara lain seperti dengan menggunakan hutang. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa informasi yang dimiliki manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan (pemegang saham, kreditor) tidak mempunyai informasi yang sama. Adanya informasi tertentu yang hanya diketahui manajemen perusahaan sedangkan pihakpihak lain yang berkepentingan belum mengetahui informasi tersebut sehingga terjadi ketidaksimetrian informasi. Informasi yang kurang didapatkan pihak-pihak yang berkepentingan mengenai perusahaan dapat membuat nilai perusahaan menjadi rendah. Nilai perusahaan dapat meningkat jika perusahaan dapat mengurangi informasi asimetri. Untuk mengurangi diberikan
informasi informasi
asimetri, keuangan 7
pihak-pihak perusahaan.
yang Dengan
berkepentingan berkurangnya
8
ketidaksimetrian informasi dapat membuat nilai perusahaan mengalami perubahan yang menunjukkan meningkatnya nilai perusahaan. Signalling theory menyatakan bahwa keputusan investasi yang diambil perusahaan dapat memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga harga saham meningkat di pasar modal yang merupakan salah satu indikator nilai perusahaan. Peningkatan penggunaan hutang diartikan oleh pihak luar sebagai kemampuan perusahaan membayar kewajiban di masa yang akan datang atau adanya risiko bisnis yang rendah, hal tersebut akan direspon positif oleh pasar (Yunitasari, 2014). Biasanya perusahaan yang memiliki kualitas baik akan memberi sinyal kepada pasar. Perusahaan memberi sinyal kepada pasar dengan harapan pasar dapat mengetahui dan membedakan perusahaan-perusahaan yang memiliki kualitas baik dan perusahaanperusahaan yang memiliki kualitas yang kurang baik. Hartono (2010) menyatakan bahwa informasi yang diaplikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Pengumuman yang mengandung nilai positif, diharapkan pasar dapat memberikan respon yang ditunjukkan dengan diterimanya pengumuman tersebut. Sinyal yang ditangkap investor sebagai good news dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap kinerja perusahaan yang dinilai baik, yang akhirnya akan berpengaruh pada nilai suatu perusahaan.
9
2.1.2 Nilai Perusahaan Salah satu tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan dapat menunjukkan nilai aset yang dimiliki perusahaan seperti surat-surat berharga. Saham merupakan salah satu surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan. Tinggi rendahnya harga saham dipengaruhi oleh kondisi perusahaan. Harga saham merupakan cerminan yang dapat digunakan untuk mengukur nilai perusahaan. Persepsi investor sering mengaitkan nilai perusahaan dengan harga saham. Sujoko dan Soebiantoro (2007:45) menyatakan bahwa nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang terkait erat dengan harga sahamnya. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat kepercayaan pasar meningkat tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini tetapi juga prospek perusahaan di masa yang akan datang. Tujuan memaksimalkan kemakmuran pemegang saham dapat dicapai dengan memaksimalkan nilai sekarang (present value) semua keuntungan yang diharapkan akan diperoleh pemegang saham di masa yang akan datang. Meningkatnya kemakmuran pemegang saham terjadi apabila harga saham yang dimiliki juga meningkat. Harga saham di pasar modal menunjukkan kapasitas dari nilai perusahaan. Jika dalam perusahaan yang go public nilai perusahaan dapat diukur menggunakan harga sahamnya, maka perusahaan yang tidak go public dapat mengukur nilai perusahaan
10
dengan harga jual apabila perusahaan tersebut akan dijual. Dimana harga jual tersebut mencerminkan tingkat keuntungan yang diharapkan, tingkat risiko, manajemen, lingkungan usaha, aset, karyawan dan faktor-faktor lainnya. Suharli
(2006)
menjelaskan
bahwa
salah
satu
hal
yang
dipertimbangkan oleh investor dalam melakukan investasi adalah nilai perusahaan dimana investor tersebut akan menanamkan modal. Harga saham yang diperjual belikan di bursa saham menjadi indikator dari nilai perusahaan. Hermuningsih (2012) menyatakan bahwa semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan. Menurut Weston dan Copeland (2008) rasio penilaian terdiri dari : a.
Price to Book Value (PBV) Price to Book Value (PBV) menggambarkan seberapa besar pasar
menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Semakin tinggi PBV berarti
pasar
percaya
akan
prospek
perusahaan
(Wardani
dan
Hermuningsih, 2011: 32). PBV= b.
Harga per lembar saham Nilai buku per lembar saham
Price Earning Ratio (PER) Price Earning Ratio (PER) menggambarkan apresiasi pasar terhadap
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Darmadji, 2001: 139). PER=
Harga pasar per saham Laba per saham
11
c.
Rasio Tobin’s Q Tobin’s Q diukur dengan membandingkan rasio nilai pasar saham
perusahaan dengan nilai buku ekuitas perusahaan. q=
(EMV+D) (EBV+D)
Dimana : q
= Nilai perusahaan
EMV = Nilai pasar ekuitas (EMV = closing price x jumlah saham yang beredar) D
= Nilai buku dari total hutang
EBV = Nilai buku dari total aktiva Pada penelitian ini nilai perusahaan diukur dengan menggunakan Price to Book Value (PBV). Price to Book Value (PBV) yang tinggi membuat pasar percaya akan prospek perusahaan. 2.1.3 Kinerja Perusahaan Kinerja merupakan gambaran prestasi yang dicapai perusahaan dalam kegiatan operasionalnya baik menyangkut aspek keuangan, aspek teknologi, aspek pemasaran, aspek penghimpunan dan penyaluran dana maupun aspek sumber daya manusia (Jumingan, 2009). Kinerja dapat diartikan juga sebagai prestasi yang dapat dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut (Sugiarso dan Winarni, 2005). Dengan demikian, kinerja adalah pencapaian perusahaan yang ada hubungannya dengan pemenuhan target
12
perusahaan dalam waktu tertentu yang mencerminkan kualitas dari suatu perusahaan. Fabozzi (dalam Siregar, 2010) menyatakan bahwa kinerja suatu perusahaan dipengaruhi beberapa faktor yang secara umum dibagi dalam dua kelompok, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 1. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang dikendalikan pihak manajemen perusahaan. Yang termasuk dalam faktor internal adalah sebagai berikut: a. Manajemen personalia, berhubungan dengan sumber daya manusia supaya dapat digunakan seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan perusahaan secara manusiawi. b. Manajemen pemasaran, berhubungan dengan program-program yang bertujuan untuk pencapaian tujuan perusahaan. c. Manajemen produksi, berhubungan dengan faktor-faktor produksi sehingga barang dan jasa sesuai dengan harapan. d. Manajemen keuangan, berhubungan dengan perencanaan, mencari, dan
memanfaatkan
dana
untuk
memaksimumkan
efisiensi
perusahaan. 2. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berada diluar kendali manajemen perusahaan. Yang termasuk dalam faktor eksternal adalah sebagai berikut:
13
a. Kondisi perekonomian adalah kondisi yang dipengaruhi kebijakan pemerintah, keadaan dan stabilitas politik, ekonomi, sosial, dan lain-lain. b. Kondisi industri meliputi tingkat persaingan, jumlah perusahaan, dan lain-lain. Menurut Suta (2009:112) kinerja perusahaan dibagi menjadi dua yaitu kinerja operasional dan kinerja keuangan. 2.1.3.1 Kinerja Operasional Kinerja operasional adalah penentuan secara periodik mengenai tampilan perusahaan yang berupa kegiatan operasional, struktur organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Kinerja operasional merupakan konsep non keuangan seperti pangsa pasar, pengenalan akan produk baru, kualitas dari produk yang dimiliki, pemasaran yang efektif, dan ukuran-ukuran dari efisiensi teknologi yang menjadi bagian operasi perusahaan (Sartono, 2000). Kinerja operasional juga berkaitan dengan penggunaan sumber daya yang efektif yang digunakan perusahaan. Kemampuan untuk mencapai sumber daya yang efektif tergantung pada kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan. Dengan demikian kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui apakah kinerja operasional perusahaan berjalan baik. Apabila kinerja operasional baik, maka akan banyak investor yang tertarik dengan perusahaan tersebut. Karena kinerja
14
operasional merupakan salah satu cerminan bila perusahaan tersebut dikatakan mampu menjalankan kegiatan operasi perusahaan dan dapat menjaga
kelangsungan
hidup
perusahaan
agar
terus
mengalami
pertumbuhan. Hal ini akan membuat tingkat kepercayaan investor akan meningkat yang dapat membuat nilai perusahaan juga meningkat. 2.1.3.2 Kinerja Keuangan Kinerja perusahaan merupakan cerminan tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis menggunakan analisis keuangan, sehingga dapat diketahui baik buruknya keuangan perusahaan yang menggambarkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Penilaian kinerja keuangan adalah salah satu cara yang dilakukan pihak manajemen untuk memenuhi kewajibannya kepada para penyandang dana. Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor dalam mencapai tujuan organisasi yang efektif dan efisien. Kinerja keuangan dikatakan efektif apabila manajemen dapat mengambil keputusan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja keuangan dikatakan efisien apabila perbandingan masukan dan keluaran dengan keuntungan yang diperoleh dari masukan dengan mengoptimalkan keluaran (Sartono, 2000). Sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan merupakan hasil dari keputusan-keputusan
yang dibuat
manajemen,
dimana
keputusan-
keputusan tersebut akan berdampak pada nilai perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan. Informasi dalam laporan keuangan digunakan investor untuk
15
memperoleh perkiraan tentang laba dan dividen dimasa yang akan datang dan risiko atas penilaian investor (Weston dan Copeland, 1997:86). Apabila kinerja perusahaan baik akan membuat investor tertarik untuk menanamkan modalnya sehingga harga saham akan mengalami kenaikan. Harga saham yang meningkat akan membuat nilai perusahaan juga meningkat karena harga saham merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi nilai suatu perusahaan. 2.1.4 Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba (keuntungan) dalam suatu periode tertentu. Sartono (2001:29) berpendapat bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sediri. Profitabilitas merupakan salah satu indikator yang penting dalam menilai suatu perusahaan. Selain digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, profitabilitas juga digunakan untuk mengetahui efektivitas perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Semakin tinggi laba yang diperoleh, return yang diterima investor akan tinggi pula. Hal ini akan membuat investor semakin tertarik untuk menginvestasikan dananya. Rasio profitabilitas terdiri dari dua jenis rasio, yaitu rasio yang menunjukkan laba yang berkaitan dengan penjualan dan rasio yang menunjukkan laba yang berkaitan dengan investasi. Kedua rasio tersebut dapat dibedakan sebagai berikut :
16
a.
Net Profit Margin (NPM) atau Marjin Laba Bersih Rasio ini mengukur perbandingan antara laba bersih setelah pajak
dengan penjualan. Semakin tinggi net profit margin semakin menunjukkan kegiatan operasional perusahaan dalam menghasilkan laba semakin baik. NPM= b.
Laba bersih setelah pajak Penjualan bersih
Return On Investment (ROI) Return On Investment atau bisa disebut dengan Return On Aset (ROA)
merupakan rasio
yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba dengan memanfaatkan penggunaan seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio ini membandingkan laba setelah pajak dengan total aktiva perusahaan dalam memperoleh labanya. ROI= c.
Laba bersih setelah pajak Total Aset
Return On Equity (ROE) Return On Equity (ROE) atau yang sering disebut dengan Rentabilitas
Modal Sendiri merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dengan menggunakan modal sendiri, baik modal dari investasi yang dilakukan pemilik modal sendiri maupun pemegang saham suatu perusahaan. ROE=
Laba bersih setelah pajak Total Ekuitas
Pada penelitian ini profitabilitas diukur dengan menggunakan Return on quity (ROE). Semakin tinggi ROE menunjukkan semakin efektif dan
17
efisien perusahaan dalam penggunaan modal sendiri dalam memperoleh laba bersih. 2.1.5 Leverage Leverage merupakan kebijakan pendanaan yang berkaitan dengan keputusan perusahaan dalam membiayai perusahaan menggunakan hutang dengan dana yang bersumber dari kreditor. Perusahaan yang menggunakan hutang sebagai pendanaannya mempunyai kewajiban atas beban bunga dan beban pokok pinjaman. Solvabilitas (leverage) mencerminkan sejauh mana aset perusahaan dibiayai oleh hutang dibandingkan dengan modal sendiri (Weston dan Copeland, 1992). Modigliani dan Miller (1963) menyatakan bahwa apabila terdapat pajak penghasilan perusahaan, maka penggunaan hutang membuat nilai perusahaan akan meningkat karena biaya bunga hutang merupakan biaya yang dapat mengurangi pembayaran pajak. Penggunaan hutang dapat meningkatkan nilai perusahaan dan juga dapat meningkatkan risiko kebangkrutan dalam waktu bersamaan apabila tidak diimbangi dengan kehati-hatian dalam memanfaatkan penggunaan hutang yang dimilikinya. Hutang merupakan suatu hal yang sangat sensitif pada perubahan nilai perusahaan. Dimana semakin tinggi tingkat hutang akan membuat harga saham juga semakin tinggi, namun pada titik tertentu hutang dapat menurunkan nilai perusahaan karena manfaat dari penggunaan hutang yang diterima lebih kecil dari pada biaya yang ditimbulkan (Soliha dan Taswan, 2002).
18
Macam-macam leverage adalah sebagai berikut : 1. Operating leverage Operating leverage pada dasarnya merupakan besarnya biaya operasi tetap atau biaya modal tetap yang dimiliki perusahaan. Operating leverage yang digunakan perusahaan dengan harapan dapat memperbesar pengaruh perubahan atas penjualan terhadap laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) yang diperoleh perusahaan. Dengan demikian, operating leverage menunjukkan pengaruh perubahan penjualan terhadap perubahan EBIT. 2. Financial leverage Financial leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap. Financial leverage diharapkan dapat memberikan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga dapat meningkatkan pendapatan bagi pemegang sahamnya. Financial leverage menujukkan perubahan laba per lembar saham (earning per share) karena EBIT. Leverage dapat diukur menggunakan rasio sebagai berikut : a.
Debt Ratio Debt ratio menunjukkan seberapa besar penggunaan utang untuk
membiayai investasinya. Semakin tinggi
debt ratio maka risiko yang
dihadapi investor akan semakin tinggi, akibatnya investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi juga. Debt ratio =
Total hutang Total aktiva
19
b.
Debt to Equiy Ratio (DER) Debt to equity ratio (DER) menggambarkan kemampuan suatu
perusahaan dalam membiayai aset yang dimiliki dengan menggunakan hutang daripada modal sendiri. Debt to equity ratio =
Total Kewajiban Modal sendiri
Dalam penelitian ini, leverage diukur menggunakan Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini digunakan dengan membandingkan total hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. 2.1.6 Kebijakan Dividen Kebijakan dividen adalah salah satu kebijakan yang harus diambil oleh manajemen untuk memutusakan apakah laba yang diperoleh perusahaan selama satu periode akan dibagi semua atau sebagian tidak dibagi dalam bentuk laba ditahan (Tampubolon, 2004). Apabila perusahaan membagi dividennya maka jumlah laba ditahan yang digunakan sebagai sumber dana intern perusahaan akan berkurang dan ketergantungan yang semakin besar terhadap sumber dana eksternal. Sedangkan apabila perusahaan tidak membagi dividennya, sumber dana intern perusahaan akan bertambah, yang berarti dapat meningkatkan kemampuan
perusahaan
dalam
mengembangkan
perusahaannya.
Perusahaan yang masih dalam pertumbuhan, biasanya lebih memilih menahan labanya karena perusahaan memerlukan sumber dana intern untuk pembelanjaan investasinya. Besarnya dividen yang akan dibagikan
20
sesuai dengan kesepakatan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang dilakukan oleh para pemegang saham. Investor mengalokasikan dana kepada perusahaan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dengan mengharapkan pengembalian dana dalam bentuk dividen maupun capital gain, sedangkan perusahaan mengharapkan
pertumbuhan
secara
terus
menerus
agar
dapat
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan sekaligus memberikan kesejahteraan pemegang sahamnya. Adapun tujuan dari perusahaan membagikan dividennya adalah sebagai berikut (Andinata, 2010) : a.
Untuk memaksimumkan kemakmuran bagi para pemegang saham, karena tingginya dividen yang dibayarkan akan mempengaruhi harga saham.
b.
Untuk menunjukkan likuiditas perusahaan. Dengan dibayarkannya dividen, diharapkan kinerja perusahaan dimata investor bagus dan dapat diakui bahwa perusahaan mampu menghadapi gejolak ekonomi dan mampu memberikan hasil kepada investor.
c.
Sebagian investor melihat bahwa risiko dividen lebih rendah jika dibandingkan dengan risiko capital gain.
d.
Untuk memenuhi kebutuhan para pemegang saham akan pendapatan tetap yang digunakan untuk keperluan konsumsi.
21
e.
Dividen dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara manajer dan pemegang saham. Sudana (2011:167) menyatakan teori mengenai kebijakan dividen
diantaranya sebagai berikut : 1.
Teori Dividend Irrelevance Franco Modigliani dan Merron Miller mengemukakan teori devidend
irrevelance bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi harga saham perusahaan atau nilai perusahaan. Nilai perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dari asetnya, sedangkan bagaimana
laba
dibagi
antara
dividen
dan
laba
ditahan
tidak
mempengaruhi nilai perusahaan. 2.
Teori Bird in-the-Hand Berdasarkan teori Bird in-the-hand, kebijakan dividen berpengaruh
positif terhadap harga pasar saham. Semakin besar dividen yang dibagikan perusahaan, harga pasar perusahaan tersebut juga akan semakin tinggi. Apabila dividen yang dibagikan perusahaan semakin kecil, harga pasar perusahaan tersebut juga akan semakin rendah. Pembagian dividen dalam teori ini diasumsikan dapat mengurangi ketidakpastian yang dihadapi oleh investor. Dengan kata lain teori ini mengansumsikan bahwa dividen lebih pasti dari pada pendapatan modal (capital gain). 3.
Teori Tax Preference Berdasarkan teori tax preference, kebijakan dividen berpengaruh
negatif terhadap harga pasar saham. Semakin besar dividen yang dibagikan
22
perusahaan, harga pasar perusahaan tersebut akan semakin rendah. Teori ini terjadi jika terdapat perbedaan antara tarif pajak personal atas pendapatan dividen dan pendapatan modal (capital gain). Apabila tarif pajak lebih tinggi dari capital gain, Investor akan lebih memilih laba ditahan perusahaan dari pada perusahaan membagi dividennya. Dengan kata lain investor lebih memilih perusahaan tidak membagi dividennya untuk
meminimumkan
biaya
modal
dan
memaksimumkan
nilai
perusahaan. 2.1.7 Keputusan Investasi Investasi merupakan penanaman dana yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam suatu aset dengan harapan memperoleh pendapatan di masa yang akan datang (Harjito dan Martono, 2013:144). Keputusan investasi yang dilakukan berpengaruh terhadap kelangsungan perusahaan karena menyangkut dana yang digunakan untuk investasi, jenis investasi, pengembalian atas investasi yang telah dilakukan, dan risiko yang timbul atas investasi yang dilakukan. Sehingga sebelum berinvestasi perusahaan perlu mencari dan mengumpulkan informasi yang relevan, barulah dapat mengevaluasi proyek yang layak untuk dilaksanakan. Keputusan investasi ini diharapkan dapat memperoleh pendapatan dari investasi tersebut yang dapat menutup biaya yang telah dikeluarkan. Keputusan investasi hanya ada dua kemungkinan, menolak atau menerima usulan investasi. Pihak manajer keuangan perusahaan harus dapat mengalokasikan dana yang dimilikinya untuk investasi yang dapat menghasilkan keuntungan di
23
masa yang akan datang. Keputusan yang menyangkut investasi akan menentukan sumber dan bentuk dana untuk pembiayaan. Investasi dikelompokkan ke dalam investasi jangka pendek diantaranya seperti investasi kedalam kas, surat-surat berharga jangka pendek, piutang dan persediaan, serta investasi jangka panjang diantaranya seperti tanah, gedung, kendaraan, mesin, peralatan produksi dan aktiva tetap lainnya. Pengeluaran modal dalam bentuk investasi berpengaruh langsung terhadap nilai perusahaan karena dapat mencerminkan bahwa pendapatan yang diperoleh perusahaan cukup besar sehingga mampu untuk berinvestasi. Suatu investasi layak atau tidak untuk dilaksanakan dapat dihitung dengan beberapa metode, diantaranya : 1. Accounting Rate of Return (ARR) Accounting Rate of Return (ARR) mengukur besarnya tingkat keuntungan dari investasi yang digunakan untuk mengukur keuntungan tersebut. ARR=
Rata-rata laba setelah pajak x 100 % Rata-rata investasi
2. Payback Period (PBP) Payback period (PBP) merupakan suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran suatu investasi dengan menggunkan aliran kas masuk neto (proceeds) yang diperoleh. PBP=
Capital outlays x 1 tahun Proceeds
24
3. Net Present Value (NPV) Net Present Value digunakan untuk mencari selisih antara nilai sekarang dari aliran kas neto (proceeds) dengan nilai sekarang dari suatu investasi (outlays). n
NPV = - Io+
At (1+r)t 𝑡=0
Keterangan : Io = Nilai investasi atau Outlays At = Aliran kas neto pada periode t r = Discount rate t = Umur proyek investasi 4. Profitability Index (PI) Profitability Index atau Benefit Cost Ratio merupakan metode yang memiliki hasil yang sama dengan metode NPV. Artinya, proyek investasi diterima dengan menggunkan perhitungan NPV maka akan diterima pula jika dihitung dengan PI. IP=
Total PV dari proceeds Investasi
5. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) digunakan untuk mencari tingkat bunga (discount rate) yang menyamakan nilai sekarang dari aliran kas netto (Present Value of Proceeds) dan investasi (Initial Outlays). IRR= rk +
NPV rk x (rb-rk) TPV rk - TPV rb
25
Keterangan : IRR
= Internal Rate of Return
rk
= tingkat bunga kecil (rendah)
rb
= tingkat bunga besar (tinggi)
NPV rk = Net Present Value pada tingkat bunga yang kecil PV rk
= Present Value of Proceeds pada tingkat bunga yang kecil
PV rb
= Present Value of Proceeds pada tingkat bunga yang besar
6. Price Earning Ratio (PER) Price Earning Ratio (PER) digunakan dengan membandingkan harga saham dengan laba per lembar saham. PER=
Harga saham Laba per lembar saham
Pada penelitian ini keputusan investasi diukur dengan menggunakan Price Earning Ratio (PER). Menurut Arifin (2004:87), price earning ratio digunakan untuk menilai murah atau mahalnya harga saham, semakin rendah nilai PER suatu saham maka semakin baik atau murah harganya untuk diinvestasikan. 2.1.8 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah satu variabel yang digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan nilai perusahaan. Menurut Analisa (2011) ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap nilai suatu perusahaan. Besar kecilnya perusahaan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menanggung risiko yang mungkin terjadi. Kontrol terhadap kondisi pasar yang dimiliki perusahaan besar lebih baik
26
daripada perusahaan kecil sehingga perusahaan besar memiliki risiko yang lebih rendah karena mampu mengahadapi persaingan ekonomi. Selain itu ukuran perusahaan juga digunakan untuk menentukan tingkat kepercayaan investor. Dimana semakin besar perusahaan, maka akan lebih dikenal masyarakat luas yang berarti akses investor dalam mendapatkan informasi akan lebih mudah. Hal ini dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan dan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aset yang dimiliki perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasi perusahaan. Jika perusahaan memiliki total aset yang besar maka akan mempermudah pihak manajemen dalam menggunakan aset yang ada dalam perusahaan. Kemudahan yang dimiliki manajemen dalam mengendalikan perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dan menarik para investor untuk menanamkan modalnya. 2.2 Penelitian Terdahulu Ernawati
(2015)
melakukan
penelitian
tentang
Pengaruh
Profitabilitas, Leverage, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan. Adapun variabel independen yang digunakan adalah profitabilitas,
leverage,
dan
ukuran
perusahaan.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa variabel profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, sedangkan variabel leverage berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
27
Hemastuti
(2014)
melakukan
penelitian
tentang
Pengaruh
Profitabilitas, Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang, Keputusan Investasi dan Kepemilikan Insider terhadap Nilai Perusahaan. Adapun variabel independen yang digunakan adalah profitabilitas, kebijakan dividen, kebijakan hutang, keputusan investasi dan kepemilikan insider. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel profitabilitas dan keputusan investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan variabel kebijakan dividen, kebijakan hutang dan kepemilikan insider tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Prasetyorini (2013) melakukan penelitian tentang Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Price Earning Ratio dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan. Adapun variabel independen yang digunakan adalah ukuran perusahaan, leverage,Price Earning Ratio dan Profitabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan, price earning ratio, dan profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan, sedangkan variabel Leverage tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Vitalia (2016) melakukan penelitian tentang Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Properti di BEI. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah descriptive research dengan 15 perusahaan properti sebagai sampel penelitian. Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa
variabel
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan institusi domestik, kepemilikan institusi asing, kepemilikan
28
publik dan profitabilitas berpengaruh signifikan dan positif terhadap nilai perusahaan. Achmad (2014) melakukan penelitian tentang Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen, dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel keputusan investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan variabel keputusan pendanaan, kebijakan dividen dan kinerja keuangan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Wijaya (2010) melakukan penelitian tentang Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Putri (2015) melakukan penelitian tentang Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan CSR sebagai Variabel Pemoderasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kinerja keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Variabel
interaksi
antara
kinerja
keuangan
dengan
pengungkapan CSR sebagai variabel moderating dapat mempengaruhi hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Irayanti (2014) melakukan penelitian tentang Analisis Kinerja Keuangan Pengaruhnya terhadap Nilai Perusahaan pada Industri
29
Makanan dan Minuman di BEI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kinerja keuangan yang meliputi Debt to Equity, Raturn on Equity, Net Profit Margin secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. 2.3 Rerangka Pemikiran Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka variabel-variabel yang terkait dengan penelitian ini dapat digambarkan dengan rerangka pemikiran sebagai berikut : Profitabilitas
Leverage
Kebijakan Dividen
Ukuran Perusahaan
Signalling Theory
Keputusan Investasi
Membeli Saham
Menanam Saham
Harga Saham
Nilai Perusahaan Gambar 1 Rerangka Pemikiran
Menjual Saham
30
2.4
Perumusan Hipotesis
2.4.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan Ratnasari (2013) menyatakan bahwa rasio profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Perusahaan memperoleh keuntungan atau laba bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup suatu perusahaan. Apabila laba yang diperoleh perusahaan tinggi dan kelangsungan hidup perusahaan terjaga diharapkan dapat berimbas pada kesejahteraan masyarakat luas termasuk pemegang saham. Semakin tinggi profitabilitas yang diperoleh perusahaan akan semakin menarik perhatian para investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan, karena semakin tinggi laba maka return yang diterima investor juga akan semakin tinggi. Tingginya minat investor dapat berpengaruh terhadap harga saham perusahaan di pasar modal. Harga saham yang tinggi mencerminkan nilai perusahaan juga tinggi. H1: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. 2.4.2 Pengaruh Leverage terhadap Nilai Perusahaan Umumnya perusahaan menggunakan hutang sebagai salah satu sumber pendanaannya. Penggunaan hutang dapat meningkatkan nilai perusahaan karena perusahaan yang berhutang akan membayar bunga pinjaman yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak yang berarti dapat mengurangi beban pajak. Dengan kata lain, penghematan pajak yang terjadi karena adanya hutang membuat kenaikan pada nilai perusahaan. Peningkatan hutang bagi pihak luar diartikan sebagai kemampuan
31
perusahaan untuk membayar kewajiban di masa yang akan datang atau adanya risiko bisnis yang rendah, pasar akan merespon positif hal tersebut (Brigham dan Hoston, 2001). Dana yang bersumber dari hutang dapat digunakan sebagai tambahan bagi perusahaan dalam mengelola dan menjalankan kegiatan usahanya untuk mendapatkan laba yang nantinya dapat meningkatkan nilai perusahaan. Ikbal et al (2011) menyatakan bahwa dengan adanya hutang, penggunaan free chash flow yang berlebihan dapat dikendalikan oleh manajemen dengan menghindari investasi yang sia-sia, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. H2 : leverage berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. 2.4.3 Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan Sari (2013:6) menyatakan kebijakan dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Semakin besar dividen yang dibagikan perusahaan menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik dan nilai perusahaan akan meningkat. Menurut teori bird in the hand, kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap harga saham. Jika dividen yang dibagi besar, investor cenderung memberikan respon yang positif sehingga harga saham di pasar modal akan tinggi sehingga nilai perusahaan akan tinggi pula. H3 : Kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
32
2.4.4 Pengaruh Keputusan Investasi terhadap Nilai Perusahaan Dampak yang terjadi atas keputusan investasi terhadap nilai perusahaan merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan investasi itu sendiri melalui pemilihan proyek yang dipilih dengan mempertimbangkan risiko yang mungkin terjadi. Rakhimsyah dan Gunawan (2011) menyimpulkan keputusan investasi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Apabila PER semakin tinggi, maka akan membuat nilai perusahaan akan naik dihadapan para investor karena PER yang tinggi dapat mencerminkan bahwa perusahaan dalam keadaan sehat dan menunjukkan pertumbuhan perusahaan. Perusahaan yang terus tumbuh mencerminkan kinerja perusahaan tersebut baik dan keputusan investasi yang dilakukan perusahaan bagus. Hal ini akan memberi respon positif kepada investor untuk membeli saham perusahaan yang membuat meningkatnya harga saham sehingga nilai perusahaan juga akan meningkat. H4 : Keputusan investasi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. 2.4.5 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Nilai perusahaan Ukuran perusahaan dalam penelitian ini mencerminkan besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari nilai total aset yang dimiliki perusahaan. Investor memiliki ekspansi yang besar terhadap perusahaan besar. Ukuran perusahaan yang besar menggambarkan jika perusahaan memiliki komitmen tinggi dalam memperbaiki kinerjanya, sehingga investor mau membayar sahamnya lebih mahal di pasar modal karena
33
investor percaya akan menerima pengembalian yang menguntungkan. Hal ini akan meningkatkan permintaan saham perusahaan yang akan membuat harga saham juga mengalami peningkatan di pasar modal. Peningkatan tersebut menunjukkan bila perusahaan dianggap memiliki nilai yang basar. H5: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.