BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Kinerja Keuangan Kinerja perusahaan adalah suatu usaha formal yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu. Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara seiring dengan semakin ketatnya persaingan antar perusahaan yang dapat menyebabkan naik atau turunnya eksistensi perusahaan. Sutrisno (2009) menjelaskan bahwa informasi dan gambaran perkembangan keuangan atau kinerja perusahaan dapat diperoleh dengan mengadakan interpretasi dari laporan keuangan, yaitu menghubungkan elemen-elemen yang ada dalam laporan keuangan seperti elemen-elemen passiva yang satu dengan lainnya, elemen-elemen aktiva dengan pasiva, elemen-elemen neraca dengan elemen-elemen laba-rugi, akan dapat diperoleh banyak gambaran mengenai kondisi keuangan atau kinerja suatu perusahaaan. Menurut Fahmi (2012:2), kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Seperti dengan ketentuan dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan) atau GAAP (General Acepted Accounting Principle).
8
9
Dari pengertian diatas, kinerja keuangan adalah usaha formal yang telah dilakukan oleh perusahaan yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba, sehingga dapat melihat pertumbuhan, prospek, dan potensi perkembangan perusahaan. Suatu perusahaan dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan. Kinerja keuangan perusahaan diukur dengan menggunakan Return on Assets (ROA). Return on Assets (ROA) menunjukkan keuntungan bisnis dan efisiensi perusahaan dalam pemanfaatan total aset. ROA ini mewakili rasio profitabilitas, dimana digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakn total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi nilai ROA maka akan semakin perusahaan menggunakan asetnya, baik berupa aset fisik maupun aset non-fisik (intellectual capital) sehingga menunjukkan bahwa perusahaan tersebut dapat menghasilkan earning yang lebih banyak dengan investasi yang lebih sedikit.
2.1.1.1 Pengukuran Kinerja Perusahaan Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Kinerja keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat analisis. Analisis rasio keuangan merupakan teknik analisis keuangan untuk mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi baik secara individu maupun secara simultan.
10
2.1.1.2 Manfaat Pengukuran Kinerja Kinerja suatu perusahaan merupakan gambaran dari hasil usaha yang telah dicapai perusahaan dalam suatu periode. Dengan adanya penilaian suatu kinerja perusahaan maka perusahaan akan mengetahui seberapa besar hasil usaha yang telah dilakukan dan mengetahui kelemahan yang ada di dalam perusahaan tersebut, sehingga untuk periode ke depan dapat dilakukan perbaikan atas kelemahan tersebut. Manfaat dilakukan pengukuran kinerja perusahaan sebagai berikut: 1. Mengetahui seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. 2. Mengetahui seberapa besar perusahaan dalam menghasilkan profit. 3. Mengetahui kemampuan perusahaan dalam medayagunakan semua asset yang dimiliki dalam menghasilkan profit secara efisien.
2.1.1.3 Laba Pengukur Kinerja Laba perusahaan merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dana juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Menurut Suwardjojo (2013:464) laba dari sudut pandang pemegang saham yaitu perubahan atau kenaikan ekuitas atau asset bersih atau kemakmuran bersih pemilik dalam suatu perioda yang berasal dari transaksi operasi bukan transaksi modal. Pengembalian atas total asset menyediakan dasar-dasar yang
11
diperlukan suatu perusahaan untuk menghasilkan pengembalian atas ekuitas yang baik. Laba sering kali menjadi salah satu ukuran kinerja perusahaan. Dimana ketika perusahaan memiliki laba yang tinggi berarti kinerjanya baik dan sebaliknya. Laba perusahaan terdiri dari laba operasi dan laba bersih. Laba operasi (operating income) merupakan suatu pengukuran laba perusahaan yang berasal dari aktivitas operasi yang berlangsung. Laba operasi perusahaan akan memberikan gambaran kondisi kinerja keuangan perusahaan yang telah direncanakan oleh perusahaan dan menggambarkan tingkat keberhasilan penjualan yang dilakukan perusahaan.
2.1.1.4 Implikasi Kinerja Perusahaan Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Analisis kinerja keuangan merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap review data, mengitung, mengukur, menginterprestasi, dan memberi solusi terhadap keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu. Kebijakan dalam meningkatkan kinerja perusahaan sangan perlu dilakukan, karena dengan tinggi atau rendahnya kinerja keuangan yang diraih oleh suatu perusahaan, akan mempengaruhi
keputusan
investor
dalam
penanaman
investasi
atau
mempertahankan investasinya pada perusahaan tersebut. Kebijakan yang akan diterapkan oleh perusahaan akan menggambarkan kondisi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Kebijakan dalam menggunakan struktur modal, efesiensi dan
12
efektifitas dalam melakukan aktivitas serta pengelolaan kas yang baik akan tercermin dalam laba yang diperoleh perusahaan. Dengan demikian peningkatan kinerja keuangan perusahaan akan dirasakan manfaatnya bagi investor, karyawan, kreditor, pemerintah dan masyarakat lainnya.
2.1.2 Corporate Social Responsibility 2.1.2.1 Teori Sinyal (Signaling Theory) Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar kerena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor, kreditor). Untuk mengurangi terjadinya asimetri informasi maka perusahaan harus mengungkapkan informasi yang dimiliki baik dari sisi keuangan maupun non keuangan. Salah satunya adalah laporan mengenai aktivitas CSR yang wajib diungkapkan oleh perusahaan. Tujuan dari pelaporan CSR tersebut untuk memberikan sinyal kepada para investor bahwa perusahaan tidak hanya sekedar menyajikan informasi keuangan melainkan perusahaan juga peduli pada lingkungan sekitar perusahaan. Kegiatan-kegiatan
yang
dilakukan
oleh
perusahaan
selalu
berdampak pada para stakeholders seperti karyawan, pemasok, investor, pemerintah, konsumen serta masyarakat dan kegiatan-kegiatan tersebut menjadi perhatian dan minat dari para stakeholders, terutama para investor
13
dan calon investor sebagai pemilik dan penanam modal perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan berkewajiban untuk memberikan laporan sebagai informasi kepada para stakeholders. Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan menberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal itu berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain (Sari dan Zuhrohtun, 2006). Sinyal tersebut diharapkan mampu diterima secara positif oleh pasar sehingga nantinya akan mempengaruhi kinerja keuangan.
2.1.2.2 Teori Agensi (Agency Theory) Teori agensi merupakan teori yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara pihak agen dan prinsipal yang dibangun agar tujuan perusahaan dapat tercapai dengan maksimal. Prinsip utama dari teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang yaitu manajer. Dan ini berarti hubungan keagenan adalah suatu kontrak dimana salah satu atau lebih orang (principal) melibatkan orang lain (agen) untuk melakukan beberapa layanan atas nama mereka yang melibatkan sebagian kewenangan pengambilan keputusan kepada agen (Jensen dan Meckling, 1976).
14
Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Sehingga terjadi konflik kepentingan antara pemilik dan agen karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost).
2.1.2.3 Konsep Corporate Social Responsibility The World Business Council for Suitainable Development (WBCSD) mendefinisikan corporate social responsibility: “Continuing commitment by business to behave ethically and contributed to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large” (Hadi, 2011:47). Definisi
tersebut
menunjukkan
tanggungjawab
sosial
perusahaan
(corporate social responsibility) merupakan sebuah bentuk tindakan yang berangkat dari pertimbangan etis perusahaan yang diarahkan untuk meningkatkan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup bagi karyawan dan keluarganya sekaligus peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar dan masyarakat secara lebih luas.
2.1.2.4 Pengungkapan Corporate Social Responsibility Karakteristik perusahaan dapat menjelaskan variasi luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan, karakteristik perusahaan merupakan prediktor kualitas dari suatu pengungkapan. Pengungkapan CSR berpengaruh pada kinerja
15
perusahaan. Hal ini sejalan dengan paradigma enlightened self-interest yang menyatakan bahwa stabilitas dan kemakmuran ekonomi jangka panjang hanya dapat dicapai jika perusahaan melakukan tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Dengan melaksanakan CSR secara konsisten dalam jangka panjang akan menumbuhkan rasa keberterimaan masyarakat terhadap kehadiran perusahaan. Kondisi seperti itulah yang pada gilirannya dapat memberikan keuntungan ekonomi bisnis kepada perusahaan yang bersangkutan. CSR tidaklah harus dipandang sebagai tuntutan dari masyarakat, melainkan sebagai kebutuhan dunia usaha. Menurut (Lord & Richard, 2006) dalam Hadi (2011) CSR merupakan komitmen para pelaku bisnis untuk memegang teguh pada etika bisnis dalam beroperasi, memberi kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan, serta berusaha mendukung peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan bagi para pekerja, termasuk meningkatkan kualitas hidup bagi masyarakat sekitar. Adapun pengungkapan CSR antara lain:
LINGKUNGAN 1) Pengendalian polusi kegiatan operasi; pengeluaran riset dan pengembangan untuk pengurangan polusi 2) Pernyataan
yang
menunjukkan
bahwa
operasi
perusahaan
tidak
mengakibatkan polusi atau memenuhi kebutuhan hukum dan peraturan polusi 3) Peryataan yang menunjukkan bahwa polusi operasi telah atau akan dikurangi
16
4) Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pengolahan sumber alam, misalnya reklamasi daratan atau reboisasi 5) Konservasi sumber alam, misalnya mandaur ulang kaca, besi, minyak, air dan kertas 6) Penggunaan material daur ulang 7) Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan yang dibuat perusahaan 8) Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan 9) Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah lingkungan 10) Kontribusi dalam pemugaran bangunan sejarah 11) Pengolahan limbah 12) Memperlajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak lingkungan perusahaan 13) Perlindungan lingkungan hidup
ENERGI 1) Menggunakan energi secara lebih efisien dalam kegiatan operasi 2) Memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi 3) Penghematan energi sebagai hasil produk daur ulang 4) Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumsi energi 5) Peningkatan efisiensi energi dari produk 6) Riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi dari produk 7) Kebijakan energi perusahaan
17
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA 1) Mengurangi polusi, iritasi, atau risk dalam lingkungan kerja 2) Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental 3) Statistik kecelakaan kerja 4) Mentaati peraturan standar kesehatan dan keselamatan kerja 5) Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja 6) Menetapkan suatu komite keselamatan kerja 7) Melaksanakan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja 8) Pelayanan kesehatan tenaga kerja
LAIN TENAGA KERJA 1) Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita/orang cacat 2) Persentase/jumlah tenaga kerja wanita/orang cacat dalam tingkat manajerial 3) Tujuan penggunaan tenaga kerja wanita/orang cacat dalam pekerjaan 4) Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita/orang cacat 5) Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja 6) Memberi bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang pendidikan 7) Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja 8) Bantuan atau bimbingan tenaga kerja yang dalam proses mengundurkan diri atau yang telah membuat kesalahan 9) Perencanaan kepemilikan rumah karyawan 10) Fasilitas untuk aktivitas rekreasi 11) Presentasi gaji untuk pension
18
12) Kebijakan penggajian dalam perusahaan 13) Jumlah tenaga kerja dalam perusahaan 14) Tingkat manajerial yang ada 15) Disposisi staff dimana staff ditempatkan 16) Jumlah staff, masa kerja dan kelompok usia mereka 17) Statistik tenaga kerja, misal: penjualan per tenaga kerja 18) Kualifikasi tenaga kerja yang direkrut 19) Rencana kepemilikan saham oleh tenaga kerja 20) Rencana pembagian keuntungan lain 21) Informasi hubungan manajemen dengan tenaga kerja dalam meningkatkan kepuasan dan motivasi kerja 22) Informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerja dan masa depan perusahaan 23) Laporan tenaga kerja yang terpisah 24) Hubungan perusahaan dengan serikat buruh 25) Gangguan dan aksi tenaga kerja 26) Informasi bagaimana aksi tenaga kerja dinegosiasikan 27) Kondisi kerja secara umum 28) Reorganisasi perusahaan yang mempengaruhi tenaga kerja 29) Statistik perputaran tenaga kerja
PRODUK 1) Pengembangan produk perusahaan termasuk pengemasannya 2) Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk
19
3) Informasi proyek riset perusahaan untuk memperbaiki produk 4) Produk memenuhi standar keselamatan 5) Membuat produk lebih aman untuk konsumen 6) Melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan 7) Peningkatan kebersihan/kesehatan dalam pengolahan dan penyiapan produk 8) Informasi atas keselamatan produk perusahaan 9) Informasi mutu produk yang dicerminkan dalam penerimaan penghargaan 10) Informasi dapat diverifikasi bahwa mutu produk telah meningkat (ISO 9000)
KETERLIBATAN MASYARAKAT 1) Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas masyarakat, pendidikan dan seni 2) Tenaga kerja paruh waktu dari mahasiswa/pelajar 3) Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat 4) Membantu riset medis 5) Sponsor untuk konferensi pendidikan, seminar atau pameran seni 6) Membiayai program beasiswa 7) Membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat 8) Sponsor kampanye nasional 9) Mendukung pengembangan industri lokal
20
UMUM 1) Tujuan/kebijakan perusahaan secara umum berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat 2) Informasi berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain yang disebutkan diatas.
2.1.3 Leverage Leverage merupakan pengukur aktiva yang dibiayai dengan hutang. Hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva berasal dari kreditor, bukan dari pemegang saham ataupun investor. Leverage juga dapat didefinisikan sebagai besarnya rasio total asset dalam setiap ekuitasnya. Angka rasio leverage biasanya digunakan untuk mengetahui besarnya hutang dalam total asset perusahaan. Leverage dapat dikelompokkan menjadi dua tipe yaitu financial leverage dan operating leverage. Financial leverage merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat sekuritas berpenghasilan tetap (hutang dan saham preferen) yang digunakan dalam struktur modal perusahaan. Leverage keuangan digunakan dengan harapan dapat meningkatkan pengembalian ke para pemegang saham biasa. Leverage yang menguntungkan (fovorable) atau positif terjadi jika perusahaan dapat menghasilakan pendapatan yang lebih tinggi dengan menggunakan dana yang didapat dalam bentuk biaya tetap (dana yang didapat dengan menerbitkan utang bersuku bunga tetap atau saham preferen dengan tingkat dividen yang konstan) daripada biaya pendanaan tetap yang harus dibayar. Leverage operasional adalah biaya operasional tetap yang berhubungan dengan
21
produksi barang atau jasa suatu perusahaan. Leverage operasional merupakan suatu indikator perubahan laba bersih yang diakibatkan oleh volume penjualan (Suwito dan Herawaty, 2005). Jika sebagian besar biaya perusahaan merupakan biaya tetap dan tidak menurun apabila permintaan menurun, risiko bisnis perusahaan akan besar. Perusahaan dengan rasio leverage yang rendah memiliki resiko rugi yang lebih kecil jika kondisi ekonomi sedang menurun, tetapi juga memiliki hasil pengembalian yang lebih rendah jika kondisi ekonomi membaik. Keputusan untuk menggunakan leverage oleh karenanya yang harus menyeimbangkan hasil pengembalian resiko. Penelitian ini menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) untuk menunjukkan ketergantungan perusahaan terhadap utang yang diperoleh dari ekuitas pemegang saham.
2.1.4 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan variabel independen yang banyak digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan keuangan perusahaan. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kemudahan perusahaan dalam memperoleh hutang. Perusahaan besar memiliki aktiva yang besar yang dapat menjamin dalam sumber pendanaan. Sehingga ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap akses perusahaan untuk memperoleh sumber pendanaan. Semakin tinggi proporsi hutang maka semakin tinggi harga saham, namun pada titik tertentu peningkatan hutang akan menurunkan nilai perusahaan karena
22
manfaat yang diperoleh dari penggunaan hutang lebih kecil daripada biaya yang ditimbulkan.
2.1.5 Penelitian Terdahulu Bawono (2015) dalam penelitiannya berjudul tentang “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas, Cakupan Operasional Perusahaan, Dan Sertifikasi ISO 14001 Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility”. Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan dan sertifikasi ISO 14001 mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Sedangkan variabel, profitabilitas, dan cakupan operasional perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Kurniawan (2014) dalam penelitiannya berjudul tentang “Pengaruh Leverage, Aktivitas, Dan Arus Kas Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan”. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh leverage, aktivitas dan arus kas perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan jika leverage diukur dengan time interest earned ratio; aktivitas perusahaan diukur dengan working capital turnover dan inventory turnover, dan arus kas perusahaan diukur dengan cash flow return on assets dan cash flow to sales. Berdasarkan
hasil
penelitian
diatas,
disarankan
untuk
penelitian
selanjutnya untuk melakukan analisis data antar waktu dan menambah variabel penelitian seperti likuiditas dan variabel lainnya serta memilih model yang lebih baik dari beberapa model yang ada.
23
Rahmah (2016) dalam penelitiannya berjudul dengan “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2015”. Dalam Penelitiannya untuk mengetahui pengaruh Current Ratio (CR) terhadap kinerja perusahaan, pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap kinerja perusahaan; pengaruh Total Assets Turnover (TATO) terhadap kinerja perusahaan; pengaruh CR, DER, TATO secara simultan terhadap kinerja perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2015. Kinerja perusahaan dalam penelitian ini digambarkan melalui Return On Assets (ROA) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial; CR memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan; DER memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan; TATO memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Sedangkan secara simultan CR, DER, dan TATO memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan dapat dijelaskan oelh variabel CR, DER, dan TATO sebesar 92,7% sedangkan sisanya 7,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
2.2 Rerangka Pemikiran Perusahaan mempunyai kewajiban menyususn laporan keuangan, sebagai wujud pertanggungjawaban kepada stakeholder. Tujuan dari setiap perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau memaksimalkan kekayaan pemegang saham melalui
peningkatan kinerja
keuangan. Peningkatan kinerja perusahaan tersebut dapat dicapai jika perusahaan
24
mampu beroperasi dengan mencapai kinerja keuangan yang ditargetkan, dan menerapkan corporate social responsibility (CSR) dengan baik. Kinerja keuangan perusahaan merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Kinerja keuangan yang baik di ukur dengan rasio keuangan perusahaan tersebut. Rasio keuangan tersebut diantaranya: ukuran perusahaan dan leverage. Ukuran perusahaan digunakan untuk mengetahui berapa total aset yang dimiliki perusahaan tersebut. Leverage untuk mengetahui seberapa banyak perusahaan menggunakan dana dari hutang dengan membandingkan antara total liabilitas terhadap total ekuitas. Dari penjelasan tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini:
Perusahaan
Laporan Tahunan
Laporan Keuangan
Leverage
Ukuran Perusahaan
Kinerja Keuangan (ROA)
Gambar 1 Rerangka Pemikiran Teoretis
Pengungkapan CSR
25
2.3 Perumusan Hipotesis Berdasarkan tinjauan teoretis dan tinjauan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
2.3.1 Pengaruh pengungkapan CSR terhadap kinerja keuangan Corporate social responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela menginterprestasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggungjawab organisasi di bidang hukum (Anggraini, 2006). Perusahaan dengan pengungkapan CSR yang baik memiliki tingkat pengungkapan yang lebih luas dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mengungkapkan CSR. Pengungkapan yang semakin luas akan memberikan pengaruh positif kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan (stakeholder) maupun para pemegang saham perusahaan (shareholder). Konsumen juga akan melihat citra perusahaan yang terlihat baik. Konsumen akan memiliki pandangan yang bagus karena perusahaan telah memperlihatkan kepentingan umum sehingga konsumen tidak keberatan untuk menggunakan produknya. Semakin banyak konsumen menggunakan produk perusahaan, semakin pula penjualan perusahaan meningkat. Penelitian Dahli dan Siregar (2008) menunjukkan bahwa perilaku etis perusahaan berupa tanggungjawab sosial terhadap lingkungan sekitarnya memberikan dampak positif, yang dalam jangka panjang akan tercermin pada keuntungan perusahaan (profit) dan peningkatan kinerja keuangan. Sedangkan penelitian Siegel dan Paul (2006) menyatakan bahwa aktivitas CSR memiliki
26
dampak produktif yang signifikan terhadap efisiensi, perubahan teknikal, dan skala ekonomi perusahaan Teori stakeholder menyatakan bahwa semua terlibat dalam pengungkapan kinerja perusahaan, semakin baik perusahaan melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan maka para investor akan mengetahui informasi tentang kepedulian perusahaan terkait dengan lingkungan (Ajilaksana, 2011). Atas dasar penelitian terdahulu dan diperkuat dengan teori yang ada, maka hipotesis pertama adalah: H1: Corporate social responsibility berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan.
2.3.2 Pengaruh Leverage terhadap kinerja keuangan Leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan hutang. Perusahaan dengan leverage yang tinggi akan membawa akibat meningkatnya kesulitan keuangan, perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan menenggung monitoring cost yang tinggi berarti perusahaan dengan leverage yang tinggi akan menyediakan informasi yang lebih luas dan detail untuk memenuhi tuntutan debitur jangka panjang dibandingkan dengan perusahaan dengan leverage yang rendah (Sugiarto, 2006). Tujuan perusahaan dengan menggunakan rasio leverage agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya asset dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan keuntungan pemegang saham. Sartono (2010:267) menyatakan bahwa “berbagai rasio finansial dapat dipergunakan untuk mengukur risiko dalam hubungannya
27
dengan perusahaan yang menggunakan leverage dalam struktur modalnya”. Sedangkan menurut Ridwan dan Barlian (2005:151) menyatakan bahwa leverage merupakan hasil dari proses penggunaan dana dengan biaya tetap untuk meningkatkan pengembalian kepada pemegang saham. Dalam penelitian ini leverage ratio yang akan digunakan adalah debt to equity ratio. Debt ratio mengukur seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditur. Semakin rendah rasio utang maka semakin bagus perusahaan itu. Teori stakeholder yang menyatakan bahwa semua stakeholder mempunyai hak untuk memperoleh informasi mengenai aktivitas perusahaan selama periode tertentu yang mampu mempengaruhi pengambilan keputusan. Dengan adanya informasi financial leverage maka keputusan kinerja keuangan akan ikut dipengaruhi karena dapat menggambarkan struktur modal perusahaan dan mengetahui resiko tak tertagihnya suatu utang. Atas dasar penelitian terdahulu dan diperkuat dengan teori yang ada, maka hipotesis pertama adalah: H2: Leverage berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan.
2.3.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap kinerja keauangan Ukuran perusahaan merupakan variabel independen yang banyak digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan keuangan perusahaan. Sudarmadji dan Sularto (2007) menyatakan bahwa perusahaan besar yang mempunyai sumber daya yang besar pula akan melakukan pengungkapan lebih luas dan mampu membiayai penyediaan informasi untuk keperluan internal.
28
Informasi tersebut sekaligus menjadi bahan untuk keperluan pengungkapan informasi kepada pihak eksternal seperti investor dan kreditor, sehingga tidak memerlukan tambahan biaya yang besar untuk melakukan pengungkapan lebih luas. Penelitian Lin (2006) serta Wright et al. (2009) menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Semakin besar ukuran perusahaan, semakin bagus kinerja keuangannya. Namun, berbeda dengan hasil yang ditunjukkan dalam penelitian Huang (2002) dan Talebria et al. (2010) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan bukan jaminan suatu perusahaan akan memiliki kinerja yang baik. Atas dasar penelitian terdahulu dan diperkuat dengan teori yang ada, maka hipotesis pertama adalah: H3: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.