BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1
Tinjauan Teoritis
2.1.1 Teori Sinyal (Signaling Theory) Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang dari pada pihak luar (investor, kreditor).
Kurangnya
informasi
bagi
pihak
luar
mengenai
perusahaan
menyebabkan mereka melindingi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satucara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang (Wolk et al., 2000). Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi
lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain (Sari dan Zuhrohtun, 2006). 2.1.2 TeoriKeagenan (Agency Theory) Pemahaman mengenai Corporate Governance banyak dilatarbelakangi oleh perspektif agency theoryyang menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah adanya pemisahan antara kepemilikan pihak principal (pihak investor) dan kepengurusan oleh pihak agent. Berdasarkan agency theory, pihak manajemen adalah agen (agents) pemilik, sedangkan pemilik perusahaa merupakan prinsipal. Pemilik dapat meyakinkan diri mereka bahwa agen akanmembuat keputusan yang optimal bila terdapat insentif yang memadai dan mendapatkan pengawasan dari pemilik. Konflik kepentingan antar amanajer dan pemegang saham akanmengakibatkan biaya keagenan (agency cost). Biaya keagenan dapat diminimalkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan yang terkait tersebut. Salah satu upaya mengurangi konflik keagenan tersebut adalah memberikan kesempatan kepada pihak manajemen untuk memiliki saham perusahaan, dimana kepentingan manajemen menjadi lebih sejajar dengan kepentingan pemegang saham karena pihakmanajemen juga pemegang saham. Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bias berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akanmenerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Menurut Shleifer dan Vishny (2001) dalam Ujiyanto (2007).Corporate governanceberkaitan dengan bagaimana para investor yakin
bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana/kapital yang telah ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer dimana dengan kata lain corporate governance diharapkan dapat berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan. 2.1.3 Nilai Perusahaan Menurut Christiawan dan Tarigan (2007), terdapat beberapa konsep nilai yangmenjelaskan nilai suatu perusahaan antara lain: 1. Nilai nominal yaitu nilai yang tercantum secara formal dalam anggarandasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan juga ditulis jelas dalam surat saham kolektif. 2. Nilai pasar, sering disebut kurs adalah harga yang terjadi dari proses tawar menawar di pasar saham. Nilai ini hanya bisa ditentukan jika saham perusahaan dijual di pasar saham. 3. Nilai intrinsik merupakan nilai yang mengacu pada perkiraan nilai riil suatu perusahaan. Nilai perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan sekadar harga dari sekumpulan aset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian hari. 4. Nilai buku, adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep akuntansi.
5. Nilai likuidasi itu adalah nilai jual seluruh aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai sisa itu merupakan bagian para pemegang saham. Nilai likuidasi bisa dihitung berdasarkan neraca performa yang disiapkan ketika suatu perusahaan akan likuidasi. Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar. Karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi kemakmuran pemegang saham. Untuk mencapai nilai perusahaan umumnya para pemodal menyerahkan pengelolaannya kepada para professional. Para professional diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris. Nilai perusahaan merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan.Atau dapat dikatakan nilai perusahaan merupakan harga yang dibayar oleh calon pembeli pandai perusahaan. Terdapat
beberapa
metode
yang digunakan untuk menilai
nilai
pasar
perusahaan.Metode-metode tersebut menggunakan rasio-rasio yang ada di dalam keuangan. Penggunaan rasio nilai pasar perusahaan, memberikan indikasi bagi manajemen mengenai penilaian investor terhadap kinerja perusahaan dimasa lampau dan prospeknya dimasa yang akan datang. Salah satu rasio yang dapat digunakan adalah dengan Tobin’s Q atau
Q
ratio.Rasio ini dinilai bisa memberikan informasi paling baik karena dapat menjelaskan berbagai fenomena dalam kegiatan perusahaan, seperti terjadinya
perbedaan cross sectional dalam pengambilan keputusan investasi dan diversifikasi, Wennerfield et al. (dalam Suranta dan Machfoedz, 2003) menyimpulkan bahwa tobin’s Q dapat digunakan sebagai alat ukur dalam menentukan kinerja perusahaan. 2.1.4 Kinerja Keuangan Laporan
tahunan
merupakan
salah
satu
sumber
informasi
guna
mendapatkangambaran kinerja perusahaan. Informasi ini diberikan oleh pihak manajemen perusahaan merupakan salah satu cara untuk memberikan gambaran tentang kinerja perusahaan kepada para stakeholder. Kinerja manajemen perusahaan memiliki dampak terhadap likuiditas dan solvabilitas harga saham, yang dijadikan dasar oleh para investor dalam melakukan investasi (Junaedi, 2005) Menurut Helfert (2000) kinerja keuangan adalah hasil dari banyak keputusan manajemen yang dibuat secara terus menerus oleh manajer. Penilaian kinerja keuangan perusahaan merupakan upaya untuk mengetahui prestasi yang ingin dicapai oleh perusahaan sebagai suatu unit usaha yang umumnya banyak dilakukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksisitensi perusahaan. Secara umum, ada banyak teknik analisis dalam melakukan penilaian investasi, tetapi yang paling banyak dipakai adalah analisis yang bersifat fundamental, analisis teknikal, analisis ekonomi, dan analisis rasio keuangan (Anoraga, 2003:108). Robert (2000:18) menyataka bahwa analisis rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis berdasarkanruang lingkupnya, yaitu:
1. Rasio Likuiditas Rasio ini menyatakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dalam jangka pendek. Rasio likuiditas terdiri dari: Current Ratio, Quick Ratio, dan Net Working Capital. 2. Rasio Solvabilitas Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio solvabilitas terdiri dari: Debt Ratio, debt to Equity Ratio, Long Term Debt to equity Ratio, long Term Debt to Capitalization Ratio, Times Interest Earned, Cash Flow Interest Coverage, Cash Flow Interest Coverage ,Cash Flow to Net Income, dan Cash Return on Sales. 3. Rasio Aktivitas Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan harta yang dimilikinya. Rasio Aktivitas terdiri dari: Total Asset Turnover, Fixed AssetTurnover, AccountReceivable Turnover, Inventory Turnover, Average CollectionPeriod, dan Day’s Sales in Inventory. 4. Rasio Rentabilitas/Profitabilitas Rasio ini menunjukkan kemampuan dari perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Rasio rentabilitas terdiri dari: Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return on Assets, Return on Equity, dan Operating Ratio. 5. Rasio Pasar Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan dan diungkapkan dalam basis per saham. Rasio pasar terdiri dari: Dividend Yield, Dividend Per Share,
Dividend Payout Ratio, Price Earning Ratio, Earning Per Share, Book Value Per Share, dan Price to Book Value. Menurut Putri (2009), ada dua macam kinerja yang diukur dalam berbagai penelitian, yaitu kinerja operasi perusahaan dan kinerja pasar. Kinerja operasi perusahaan diukur dengan melihat kemampuan perusahaan yang tampak pada laporan keuangannya. Untuk mengukur kinerja operasi perusahaan biasanya digunakan rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuangan pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu, rasio yang sering digunakan adalah ROE, yaitu rasio keuangan yang berfungsi
untuk
mengukur
kemampuan perusahaan
menghasilkan
keuntungan dengan modal tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pemegang saham. ROE merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada yang menyebut rentabilitas modal sendiri (Sutrisno, 2000:267). Salah satu alasan utama perusahaan beroperasi adalah menghasilkan laba yang bermanfaat bagi para pemegang saham, ukuran yang digunakan dalam pencapaian alasan ini adalah tinggi rendahnya angka ROE yang berhasil dicapai. Semakin tinggi ROE, maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba untuk para pemegang saham.
2.1.5 Corporate Social Resposibility 1. Pengertian Corporate Social Responsibility
Keterkaitan
perusahaan
dengan
daerah
lingkungan
sosialnya
menuntut
dipenuhinya pertanggungjawaban sosial perusahaan. Definisi umum menurut World Business Council in Sustainable Development, corporate social responsibility adalah komitmen dari perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan secara meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas. Dengan CSR perusahaan diharapkan dapat meningkatkan perhatian terhadap lingkungan, kondisi tempat kerja, hubungan perusahaan masyarakat, investasi social perusahaan, dan citra perusahaan di mata publik menjadi baik, meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dan akses kapital. Dalam aktifitasnya setiap perusahaan akan beinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Akibat dari interaksi itu menuntut adanya timbal balik antara perusahaan dan lingkungan sosialnya yang berimplikasi pada timbulnya dampak-dampak sosial atas kegiatan operasi perusahaan pada lingkungannya. Sepanjang perusahaan menggunakan sumber daya manusia dan komunitas yang ada, maka perusahaan memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan profit dan mengembalikan sebagian profit tersebut bagi masyarakat.. 2. Pengungkapan Corporate Social Responsibility Menurut Sembiring (2005) pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan yang sering juga disebut sebagai social disclosure, corporate social reporting, social accounting,
atau
corporate
social
responsibilitymerupakan
pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan
dari kegiatan
proses ekonomi
organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Pratiwi dan Djamhuri (2004) dalam Titisari (2009)
mengartikan
pengungkapan
socialsebagai
suatu
pelaporan
atau
penyampaianinformasi kepadastakeholdersmengenai segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan lingkungan sosialnya. Hasil penelitian diberbagai negara membuktikan, bahwa laporan tahunan (annual report) merupakan media yang tepat untuk menyampaikan tanggung jawa bsosial perusahaan.Pertanggung jawaban sosial timbul jika organisasi memiliki kesadaran bahwa mereka memiliki kewajiban untuk melakukan pertanggung jawaban terhadap lingkungannya. 3. Ruang lingkup Corporate Sosial Responsibility Ruang
lingkup
Corporate
Sosial
Responsibility
perusahaan
merupakan
pengklasifikasian dari bidang – bidang utama perusahaan perseroan atas perbuatan sosial untuk memudahkan perusahaan dalam mengetahui item – item mana saja yang merupakan tanggung jawab sosialnya, klasifikasi tersebut meliputi: a. Klasifikasi yang melibatkan masyarakat Mencakup aktivitas yang pada dasarnya menguntungkan masyarakat seperti pelayanan kesehatan, program pemberian makanan, serta perencanaan dan perbaikan masyarakat.
b. Klasifikasi sumber daya manusia Mencakup bidang – bidang yang menguntungkan karyawan seperti program pendidikan dan pelatihan kebijakan kenaikan pangkat serta tunjangan karyawan.
c. Klasifikasi sumber daya fisik dan sumbangan lingkungan Mengenai kualitas udara dan air serta pengendalian polusi maupun pelestarian lingkungan hidup. d. Klasifikasi sumbangan produk dan jasa. Memperhatikan pengaruh produk atau jasa perusahaan terhadap masyarakat dengan memperhitungkan beberapa pertimbangan seperti kualitas produk, pembungkusan produk, pengiklanan produk, ketentuan garansi produk dan keamanan produk. Pemahaman ruang lingkup tersebut dapat dibagi menjadi enam bagian, yaitu: a. Environment Meliputi aspek lingkungan dalam produksi, mencegah polusi selama proses produksi, mencegah atau memperbaiki kerusakan lingkungan akibat dari proses sumber daya alam dan peremajaan sumber daya alam yang digunakan. b. Energi Meliputi penghematan energi dalam hubungannya dalam operasi bisnis dan meningkatkan efisiensi konsumsi energi dari pemakaian produk yang dihasilkan perusahaan.
c. Human Resources Berhubungan dengan aktivitas-aktivitas orang-orang yang ada dalam perusahaan dan menguntungkan pihak manajemen dalam perusahaan.
d. Fair Business Practice Memusatkan perhatian pada hubungan antara perusahaan dengan kelompok kepentingan khusus tertentu. e. Community Involvement Meliputi aktivitas yang melibatkan dan berhubungan dengan masyarakat. f. Product Menyangkut aspek kualitatif dari produk yang dihasilkan. 2.1.6 Good Corporate Governance Perwujudan Good Corporate Governance dilakukan untuk meminimalisasi manajemen laba dalam pengelolaan dunia usaha. Ada beberapa faktor yang ditengarai mengapa upaya manajemen laba seringkali terjadi dalam dunia usaha, antara lain aturan dan standar akuntansi, transparansi, dan auditing yang lemah, sistem pengawasan serta pengendalian sebuah perusahaan yang cenderung mendahulukan dan mengutamakan kesejahteraan pribadi dan kelompoknya (Sulistyanto dan Wibisono, 2008). Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2001) corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.
1. Pengertian Good Corporate Governance Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2001) corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Sulistiyanto dan Wibisono (2008) mengemukakan bahwa Good Corporate Governance atau tata kelola perusahaan yang baik dapat didefinisi sebagai sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah bagi setiap stakeholder.Kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan secara akurat, tepat waktu, dan transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan dan stakeholder.Hal ini disebabkan karena Good Corporate Governance dapat mendorong terbentuknya pola kerja manajemen yang bersih, transparan, dan profesional. Komite Nasional Kebijakan Governance (2004) mendefinisi Good Corporate Governance sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan
guna
memberi
nilai
tambah
pada
perusahaan
secara
berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang saham, dengan tetap memperhatikan
kepentingan
stakeholder
perundangan dan norma yang berlaku. 2. Manfaat Good Corporate Governance
lainnya,
berlandaskan peraturan
Manfaat corporate governance menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2001) adalah: a. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta meningkatkan pelayanan kepada stakeholder. b. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga dapat meningkatkan corporate value. c. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. d. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholder value dan dividen. 3. Prinsip Dasar Good Corporate Governance Asas GCG menurut Pedoman GCG Indonesia 2006 yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) adalah: a. Transparansi (Transparency) Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses
dan
dipahami
oleh
pemangku
kepentingan.
Perusahaan
harus
mengambilinisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku
kepentingan lainnya. b. Akuntabilitas (Accountability) Perusahaan harus dapat mempertanggung jawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
c. Responsibilitas (Responsibility) Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagaigood corporatecitizen. d. Independensi (Independency) Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. e. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness) Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. 4. Mekanisme Good Corporate Governance
Mekanisme GCG merupakan suatu aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang melakukan control, pengawasan terhadap keputusan tersebut.Mekanisme CG diarahkan untuk menjamindan mengawasi berjalannya sistem governance dalam sebuah organisasi menurut Arifin (2005). Menurut Barnhart dan Rosenstein (1998) dalam Lastanti (2004), mekanisme GCG dibagi menjadi dua, yaitu internal mechanism (mekanisme internal), seperti komposisi dewan direksi/komisaris, kepemilikan manajerial, dan kompensasi eksekutif. Mekanisme yang kedua yaitu external mechanism (mekanisme eksternal), seperti pengendalian oleh pasar dan level debt financing. Mekanisme GCG yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial,Kepemilikan
manajerial
merupakan
salah
satu
dari
struktur
kepemilikan saham yang dapat mempengaruhi insentif bagi manajemen untuk melaksanakan kepentingan terbaik dari pemegang saham. Semakin tinggi kepemilikan manajerial diharapkan pihak manajemen akan berusaha semaksimal mungkin untuk kepentingan para pemegang saham(Hermawati, 2012). 5. Kepemilikan Manajerial Salah satu elemen GCG yang mempengaruhi insentif bagi manajemen untuk melaksanakan kepentingan terbaik dari pemegang saham adalah pemilikan saham oleh manajemen.Kepemilikan manajemen didefinisikan sebagai persentase saham yang dimiliki oleh manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan yang meliputi komisaris dan direksi (Midiastuty dan Machfoedz, 2003).
Menurut Siallagan dan Mahfoedz (2006) kepemilikan saham yang besar dari segi ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor.Hal ini dapat terjadi karena dengan memberikan saham kepada manajemen maka manajemen.
2.2 Perumusan Hipotesis 2.2.1 Pengaruh Kinerja Keuangan Pada Nilai Perusahaan Para investor melakukan overview suatu perusahaan dengan melihat rasio keuangan sebagai alat evaluasi investasi, karena rasio keuangan mencerminkan tinggi rendahnya nilai perusahaan. Jika investor ingin melihat seberapa besar perusahaan menghasilkan return atas investasi yang akan mereka tanamkan, yang akan dilihat pertama kali adalah rasio profitabilitas, terutama ROE, karena rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan menghasilkan return bagi para investor. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin besar nilai profitabilitas perusahaan, yang pada akhirnya dapat menjadi sinyal positif bagi investor dalam melakukan investasi untuk memperoleh return tertentu. Tingkat return yang diperoleh menggambarkan seberapa baik nilai perusahaan di mata investor. Apabila perusahaan berhasil membukukan tingkat keuntungan yang besar, maka hal ini akan memotivasi para investor untuk menanamkan modalnya pada saham, sehingga harga saham dan permintaan akan saham pun akan meningkat. Harga saham dan jumlah saham yang beredar akan mempengaruhi nilai Tobins Q sebagai proksi dari nilai perusahaan, jika harga saham dan jumlah saham yang beredar naik, maka nilai Tobins Q juga akan naik. Tobins Q yang bernilai lebih dari satu, menggambarkan bahwa perusahaan menghasilkan earning dengan
tingkat return yang sesuai dengan harga perolehan asset-asetnya (Tobins dan Brainard, 2004). Hal ini selaras dengan penelitian Wahyuni (2005) yang menunjukkan bahwa rasio profitabilitas ROE berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, H1 : ROE berpengaruh positif pada nilai perusahaan.
2.2.2 Pengaruh
Kinerja
Keuangan
Pada
Nilai
Perusahaan
Dengan
Pengungkapan Corporate Social Responsibility Sebagai Variabel Moderasi. Adanya ketidak konsistenan hubungan antara kinerja keuangan dengan proksi ROE terhadap nilai perusahaan, terdapat berbagai hasil penelitian yang mengungkapkan ROE mempunyai pengaruh positif dan negatif terhadap nilai perusahaan, diduga terdapat variabel kontingen yang turut menginteraksi. Dalam penelitian ini, variabel kontingen yang akan digunakan adalah pengungkapan CSR. Variabel kontingen CSR akan turut menginteraksi hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan pada suatu kondisi tertentu. Desakan lingkungan perusahaan menuntut perusahaan agar menerapkan strategi untuk memaksimalkan nilai perusahaan.Strategi perusahaan seperti CSR dapat dilakukan untuk memberikan image perusahaan yang baik kepada pihak eksternal.Perusahaan dapat memaksimalkan modal pemegang saham, reputasi perusahaan, dan
kelangsungan hidup jangka panjang perusahaan dengan menerapkan CSR. Disamping kinerja keuangan yang akan dilihat investor sebelum memutuskan untuk berinvestasi dalam suatu perusahaan, adanya pengungkapan item CSR dalam laporan keuangan diharapkan akan menjadi nilai plus yang akan menambah kepercayaan para investor, bahwa perusahaan tersebut akan terus berkembang dan berkelanjutan (sustainable). Para konsumen akan lebih mengapresiasi perusahaan yang mengungkapkan CSR dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mengungkapkan CSR, mereka akan membeli produk yang sebagian laba dari produk tersebut disisihkan untuk kepentingan sosial lingkungan, misalnya untuk beasiswa, pembangunan fasilitas masyarakat, program pelestarian lingkungan, dan lain sebagainya. Hal ini akan berdampak positif terhadap perusahaan, selain membangun image yang baik di mata para stakeholder karena kepedulian perusahaan terhadap sosial lingkungan, juga akan menaikkan laba perusahaan melalui peningkatan penjualan. Dengan demikian nilai ROE akan tinggi, dan akan menarik perhatian para investor untuk berinvestasi serta berpengaruh bagi peningkatan kinerja saham di bursa efek. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis alternatif yang diajukan adalah sebagai berikut. H2:
Pengungkapan CSR memoderasi positif pengaruh ROE pada nilai
perusahaan.
2.2.3
Pengaruh
Kinerja
Keuangan
Pada
Nilai
Perushaan
Dengan
Pengungkapan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi.
Peneliti juga memasukkan variabel kontingen GCG sebagai suatu struktur yang sistematis untuk memaksimalkan nilai perusahaan.GCG mensyaratkan adanyatata kelola perusahaan yang baik.Tata kelola perusahaan yang baik menggambarkan bagaimana usaha manajemen mengelola aset dan modalnya dengan baik agar menarik para investor.Pengelolaan aset dan modal suatu perusahaan dapat dilihat dari kinerja keuangan yang ada. Jika pengelolaannya dilakukan dengan baik maka otomatis akan meningkatkan nilai perusahaan. Proksi dari GCG yang digunakan adalah kepemilikan manajerial. Menurut Wahyudi dan Pawestri (2006), penyatuan kepentingan pemegang saham dan manajemen yang merupakan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap tujuan perusahaan seringkali menimbulkan masalah-masalah (agency problem). Agency problem dapat dipengaruhi oleh struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional). Struktur kepemilikan dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. Hal ini disebabkan oleh karena adanya kontrol yang mereka miliki. Hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan akan diperkuat oleh kepemilikan manajerial karena semakin besar proporsi kepemilikan manajerial pada perusahaan, maka manajemen cenderung lebih giat untuk kepentingan pemegang saham dimana pemegang saham adalah dirinya sendiri (Gray et.al,2002). Dengan adanya motivasi tersebut, maka manajer akan berusaha semaksimal mungkin untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
Jadi, jika perusahaan menerapkan sistem GCG, diharapkan kinerja perusahaan tersebut akan meningkat menjadi lebih baik, dengan meningkatnya kinerja perusahaan diharapkan juga dapat meningkatkan harga saham perusahaan sebagai indikator dari nilai perusahaan, sehingga nilai perusahaan meningkat. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis alternatif yang diajukan adalah sebagai berikut. H3:
Kepemilikan manajerial memoderasi positif pengaruh ROE pada nilai
perusahaan.
2.3
Penelitian Terdahulu
Penelitian
dengan
tema
nilai
perusahaan
telah
banyak
dilakukan.TermasukModigliani dan Miller dalam Ulupui (2007) yang menyatakan bahwa nilai perusahaanditentukan oleh earning power dari asset perusahaan. Ulupui (2007) yang melakukanpenelitian mengenai analisis pengaruh rasio likuiditas, leverage, aktivitas, danprofitabilitas terhadap return saham, sampel yang digunakan dalam penelitian iniadalah perusahaan makanan dan minuman dalam kategori industri barang konsumsidi Bursa Efek Jakarta. Dalam penelitian ini didapat bahwa ROA berpengaruh positifsignifikan terhadap return saham satu periode kedepan dengan kata lain ROAberpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Penelitian lain dilakukan oleh makaryawati (2002), Carlson dan Bathala(1997) dalam Suranta dan Pranata (2004) yang juga menemukan hasil bahwa ROAberpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Tetapi, hasil berbeda
diungkapkanoleh Kaaro (2002) dalam Suranta dan Pranata (2004) yang menyatakan bahwa ROAberpengaruh negative terhadap nilai perusahaan. Penelitian yag dilakukanoleh Sayekti dan Wondabio (2007) tentang pengaruh CSR disclosure terhadapearning response coefficient yang disampaikan dalam simposin nasional akuntansike-10 menunjukkan hasil bahwa CSR berpengaruh negative terhadap ERC. Hal inimendukung hipotesa yang diajukan, yang mengindikasikan bahwa investormengapresiasi informasi CSR yang diungkapkan perusahaan dalam laporantahunannya untuk pengambilan keputusan investasi. Vinola
herawati
(2006)
melakukan
penelitian
dengan
judul
peran
praktekcorporate governance sebagai moderating variable dari pengaruh earning management terhadap nilai perusahan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta denganperiode penelitian dari tahun 2004 sampai tahun 2006. Hasil penelitian inimembuktikan
bahwa
kepemilikaninstitusional
komisaris
independen,
merupakan variabel
kualitas
pemoderasi
audit
antara
dan
earnings
management dan nilaiperusahaan, sedangkan kepemilikan manajerial bukan merupakan variablepemoderasi. Yuniasih dan Wirakusuma (2007) meneliti pengaruh kinerja keuanganterhadap nilai perusahaan dengan mempertimbangkan CSR dan corporategovernance sebagai variabel moderasi.Kinerja keuangan diproksikan dengan ROA,sedangkan corporate governance diproksikan dengan kepemilikan manajerial.Hasilnya mengindikasikan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap nilaiperusahaan, pengungkapan CSR dapat memoderasi hubungan antara ROA dengan nilai
perusahaan, akan tetapi kepemilkan manajerial tidak dapat memoderasihubungan antara ROA dengan nilai perusahaan.
2.4
Rerangka Pemikiran
Perbedaan hasil penelitian yang meneliti pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan mengindikasikan terdapat variabel lain yang ikut mempengaruhi. Dalam hal ini penulis memasukkan variabel CSR dan GCG yang nantinya akan dapat dilihat apakah variabel ini akan mempengaruhi hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan atau tidak. Oleh karena itu dapat digambarkan suatu kerangka pemikiran sebagai berikut: LAPORAN TAHUNAN
LAPORAN KEUANGAN
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
KINERJA KEUANGAN (ROE)
NILAI PERUSAHAAN (TOBINS’Q) Gambar1 Rerangka Pemikiran
GOOD CORPORATE GOVERNANCE (KEPEMILIKAN MANAJERIAL) TRANSPARANSI AKUNTABILITAS INDEPENDENSI KEWAJARAN DAN KESETARAAN
Penelitian berawal dari pemikiran bahwa setiap perusahaan yang go public pasti menerbitkan laporan tahunan yang didalamnya terdapat laporan keuangan. Laporan keuangan dapat digunakan sebagai data untuk mengukur sejauh mana kinerja sebuah perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan khususnya rasio profitabilitas. Peneliti memiliki asumsi bahwa kinerja keuangan diukur melalui ROE akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan Tobins’ Q. Peneliti juga menambahkan CSR dan GCG sebagai variabel moderasi. CSR dan GCG disini dimaksudkan untuk memperkuat hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.Pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan merupakan cerminan hubungan perusahaan dengan lingkungan sekitar perusahaan sehingga dapat mencerminkan kualitas dariperusahaan tersebut.Pengungkapan tanggung jawab sosial diharapkan dapat mempengaruhi keputusan investor untuk pengambilan
keputusan
investasi.Keputusan
investasi
tersebut
dapat
meningkatkan penghasilan perusahaan. Demikian juga dengan kepemilikan manajerial yang diukur dari kepemilikan saham manajer, direktur dan komisaris.Dengan kepemilikan saham oleh pihak manajerial diharapkan kebijakan-kebijakan yang diambil nanti dapat lebih menguntungkan perusahaan.Sehingga pihak manajerial juga ikut menikmati keuntungan dari laba yang diperoleh perusahaan. Dengan demikian, apabila kinerja keuangan di interaksikan dengan CSR dan GCG diharapkan bedampak positif terhadap nilai perusahaan.sehinggareturn on equity benar – benar dapat meningkatkan nilai perusahaan, perusahaan harus selalu memperhatikan pengungkapan CSR dan GCG.