8
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1.
Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengertian Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing (jangka panjang) dengan modal sendiri (Riyanto 2001:296). Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan hutang yang harus dibayar kembali pada saatnya nanti. Menurut Martono dan Harjito (2005:240) struktur modal merupakan perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. Struktur modal yang optimal dapat diartikan sebagai struktur modal yang dapat meminimalkan biaya penggunaan modal keseluruhan atau biaya modal rata-rata, sehingga memaksimalkan nilai perusahaan. Modal asing digolongkan menjadi tiga berdasarkan jangka waktunya, yaitu modal asing jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Sedangkan modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan yang tertanam di perusahaan untuk jangka waktu tertentu. Sumber dari modal adalah sesuatu yang dilihat dari hutang lancar, hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal
8
9
menggambarkan hak pemilik atas perusahaan, yang timbul sebagai akibat dari invetasi yang dilakukan oleh para pemilik. Dalam memenuhi kebutuhan dana, perusahaan harus mencari alternatif pendanaan yang efisien. sedangkan pendanaan efisien hanya akan terjadi bila perusahaan
mempunyai
struktur
modal
yang
optimal,
yakni
dengan
meminimalkan biaya penggunaan modal keseluruhan atau modal rata-rata, sehingga memaksimalkan perusahaan. Struktur modal merupakan cermin dari kebijakan perusahaan dalam menentukan jenis sekuritas yang dikeluarkan, karena struktur modal merupakan masalah yang penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek yang langsung terhadap posisi keuangan perusahaan. Menurut Sartono (2001: 225) struktur modal merupakan perimbangan pembelanjaan jangka panjang yang permanen, yaitu perimbangan antara hutang jangka panjang dan saham preferen dengan modal sendiri diluar hutang jangka pendek. Modal sendiri termasuk modal saham biasa, surplus modal, dan laba ditahan. Struktur keuangan atau biasa disebut struktur modal merupakan kombinasi atau bauran segenap pos yang masuk ke dalam sisi kanan neraca pendanaan perusahaan, sedangkan Weston dan Copeland (2002: 34) mengartikan struktur modal adalah bagaimana cara perusahaan membiayai aktivanya, struktur dapat dilihat pada seluruh sisi kanan neraca yang terdiri dari hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, modal pemegang saham itu sendiri.
10
Konsep penting lainnya dalam struktur pendanaan adalah faktor leverage, dalam manajemen pendanaan, leverage adalah penggunaan asset dan sumber dana (sources of funds) oleh perusahaan dengan maksud meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham (Sartono, 2001: 23). Konsep leverage tersebut sangat penting terutama untuk menunjukkan kepada analisa pendanaan dalam melihat trade – off antara resiko dan tingkat keuntungan dari berbagai tipe keputusan finansial. Tingkat pertumbuhan penjualan masa depan merupakan ukuran sampai sejauh mana laba per saham suatu perusahaan dapat ditingkatkan oleh leverage, jika laba dan penjualan meningkat per tahun, maka pembiayaan dengan hutang dengan beban tetap tertentu akan meningkatkan pendapatan pemilik saham, perusahaan harus mempertimbangkan keuntungan menggunakan leverage dengan adanya kesempatan untuk meningkatkan modal saham ketika harga sahamnya tinggi. Perusahaan dengan tingkat penjualan yang stabil dapat menggunakan hutang lebih besar daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil, karena penggunaan hutang yang besar akan dapat meningkatkan rentabilitas modal sendiri yang ditunjukkan oleh ratio antara laba bersih dengan modal sendiri yang digunakan. Weston dan Brigham (2004: 72) menyatakan bahwa struktur aktiva yang fleksibel cenderung menggunakan leverage lebih besar daripada perusahaan yang struktur aktivanya tidak fleksibel. Weston mengemukakan bahwa apabila aktiva
11
perusahaan cocok untuk dijadikan agunan kredit, maka perusahaan tersebut akan cenderung menggunakan jumlah hutang yang lebih besar. Aktiva multiguna dapat digunakan untuk tujuan tertentu, dengan demikian perusahaan yang memiliki aktiva yang dapat digunakan sebagai agunan hutang akan cenderung menggunakan hutang yang lebih besar. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata–rata tingkat penjualan dan rata-rata total aktiva. Mulyadi (2006: 89) mengemukakan bahwa perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan perusahaan kecil, oleh karena itu, memungkinkan perusahaan besar tingkat leverage akan lebih besar dari perusahaan yang berukuran kecil, dengan demikian, ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur pendanaan dengan didasarkan pada kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahan, ada kecenderungan untuk menggunakan jumlah pinjaman yang lebih besar. 2.1.2
Komponen-komponen Struktur Modal
Struktur modal suatu perusahaan secara umum terdiri atas beberapa komponen yaitu : 1. Modal asing atau modal jangka panjang Modal asing atau modal jangka panjang adalah hutang yang jangka waktunya pada umumnya lebih dari lima tahun. Hutang jangka panjang pada umumnya
12
digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan. jenis hutang jangka panjang panjang adalah sebagai berikut : a. Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak jangka panjang antara pemberi pinjaman dengan yang diberi pinjaman. Dimana peminjam dana setuju untuk membayar bunga dan pokok pinjaman pada tanggal tertentu kepada pemegang obligasi. Obligasi berdasarkan jenisnya yaitu : 1). Obligasi Bunga Tetap Obligasi yang menawarkan bunga tetap selama
jangka waktu obligasi
tersebut (di Indonesia biasanya berjangka waktu lima tahun). Bunga yang dibayarkan mungkin dilakukan setahun sekali, tetapi bisa juga dilakukan enam bulan sekali. 2). Obligasi Bunga Mengambang Obligasi yang pembayaran bunganya tidak tetap dan disesuaikan dengan tingkat bunga pasar berkala rendah. Penentu tingkat obligasi missal didasarkan pada tingkat bunga rata-rata deposito berjangka ditambah sejumlah prosentase tertentu diatas rata-rata tingkat bunga deposito tersebut. 3). Obligasi Tanpa Bunga Obligasi jenis ini dijual dengan harga yang lebih rendah daripada nilai nominal obligasinya (discounted basic) pada saat jatuh tempo, obligasi tersebut dilunasi sesuai dengan nilai nominalnya.
13
4). Obligasi Konversi Sekilas tidak perbedaan antara obligasi konversi dengan obligasi biasa hanya saja obligasi konversi memiliki keunikan yaitu dapat ditukar dengan saham biasa. Pada obligasi konversi selalu tercantum persyaratan untuk melakukan konversi. b. Pinjaman Hipotik Pinjaman hipotik adalah bentuk hutang jangka panjang yang aktivanya tidak bergerak, dimana kreditur diberi hak hipotik terhadap aktiva tersebut artinya apabila debitur tidak memenuhi kewajibannya batas jaminan tersebut dapat digunakan untuk menutupi hutangnya. 2. Modal Sendiri Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam dalam perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Pada dasarnya modal yang berasal dari pemilik, bisa berasal dari dalam perusahaan berupa keuntungan yang dihasilkan perusahaan. ada 2 sumber modal sendiri, yaitu : a. Modal Saham 1). Saham Biasa Saham biasa adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang ditanamkan oleh investor, yang pemegangnya memilik klaim residual atas laba dan kekayaan perusahaan.
14
2). Saham Preferen Saham preferen adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang mempunyai keistimewaan tertentu disbanding saham biasa. b. Laba Ditahan Laba ditahan adalah bagian laba yang ditanam kembali dalam perusahaan. laba yang diperoleh tidak semuanya dibagikan kepada para pemilik (pemegang saham) sebagai dividen, tetapi sebagai laba ditahan dan ditanamkan kembali dalam perusahaan untuk membiayai keperluan perusahaan. 2.1.3
Teori Struktur Modal
1. Teori Struktur Modal Tradisional a. Pendekatan Laba Operasi Bersih Pendekatan ini berasumsi bahwa apabila perusahaan menggunakan hutang yang lebih besar, maka pemilik saham akan memperoleh laba yang semakin kecil. Oleh karena itu tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan meningkat sebagai akibat meningkatnya resiko pasar. b. Pendekatan Tradisional Pendekatan ini berasumsi bahwa dengan menggunakan pendekatan tradisional, bisa diperoleh struktur modal yang optimal yaitu struktur modal yang memberikan biaya modal keseluruhan yang terendah dan memberikan harga saham yang tertinggi. Hal ini disebabkan karena berubahnya tingkat kapitalisasi
15
perusahaan, baik untuk modal sendiri maupun pinjaman stetlah perusahaan merubah struktur modalnya melewati batas tertentu. Perubahan tingkat kapitalisasi ini disebabkan karena adanya risiko yang berubah. 2. Trade-off Theory Menurut teori ini yang diungkapkan oleh Myers (2001), perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana penghematan pajak dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan. Biaya kesulitan keuangan adalah biaya kebangkrutan dan biaya keagenan yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan. Trade-off theory dalam menentukan struktur modal yang optimal harus memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan dan biaya kesulitan keuangan tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan informasi simetris sebagai imbangan dan manfaat penggunaan hutang. Tingkat hutang yang optimal tercapai ketika penghematan pajak mencapai jumlah yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan. Teori ini mempunyai implikasi bahwa manajer akan berpikir dalam kerangka Trade-off antara penghematan pajak dan biaya kesulitan keuangan dalam penentuan struktur modal. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi tentu akan berusaha mengurangi pajaknya dengan cara meningkatkan rasio hutangnya, sehingga tambahan hutang tersebut akan mengurangi pajak. 3. Pecking Order Theory Menurut Myers dan Majluf (1984) dengan menggunakan dasar pemikiran bahwa tidak ada suatu target debt to equity ratio tertentu tentang hirarki sumber
16
dana yang paling disukai oleh perusahaan. Esensi teori ini adalah adanya dua jenis modal external financing dan internal financing. Teori ini menjelaskan mengapa perusahaan yang profitable umumnya menggunakan hutang yang lebih besar karena dua alasan yaitu dana internal tidak mencukupi dan hutang merupakan sumber eksternal yang lebih disukai. Hasil teori pecking order ini membuat dua hirarki sumber dana, yaitu dari internal (laba ditahan) dan external (hutang dan saham). Pemilihan sumber dana external menurut Myers dan Majluf (1984) dikarenakan adanya asimetri informasi antara manajemen dan pemegang saham. Asimetri informasi ini terjadi karena pihak manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak daripada pemegang saham. Dengan demikian memungkinkan pihak manajemen berpikir bahwa harga saham saat ini sedang overvalue (terlalu mahal) sehingga manjemen akan menerbitkan saham baru dengan harga yang lebih mahal dari seharusnya. Adanya asimetri informasi ini mengakibatkan terjadinya gap antara pengelola dan pemilik perusahaan yang memungkinkan terjadinya moral hazard pengelola, sehingga harga saham tidak mencerminkan informasi secara penuh tentang kondisi perusahaan. Penerbitan saham juga berakibat pada turunnya dividen perlembar saham dan turunnya harga atau nilai saham karena jumlah saham yang bertambah. Akibatnya jika pendanaan external dilakukan dengan penerbitan saham baru akan mendapat apresiasi atau respon negatif oleh pasar.
17
2.1.4
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Memenuhi kebutuhan dana perusahaan adalah salah satu tugas dari manajemen keuangan, dalam menjalankan tugas untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut, manajer harus mencari alternatif-alternatif pendanaan yang dinilai efisien. Pendanaan yang efisien hanya akan terjadi apabila perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal, yakni dengan cara meminimalkan biaya modal ratarata. Oleh karena itu seorang manajer keuangan harus berusaha untuk mencapai sasaran tertentu mengenai perimbangan antara besarnya modal sendiri dan hutang yang ada di dalam struktur modal. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memperhitungkan berbagai faktor yang dinilai dapat mempengaruhi struktur modal. Faktor-faktor tersebut antara lain : 1. Ukuran Perusahaan Hamzah (2008) menyatakan bahwa ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dilihat dari besarnya nilai total aset. Semakin besar total aset perusahaan maka akan semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Memiliki total aset yang besar akan memudahkan perusahaan dalam masalah pendanaan. Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari tingkat penjualan, jumlah tenaga kerja atau jumlah aset yang dimiliki oleh perusahaan. Besar kecilnya perusahaan akan mempengaruhi kemampuan dalam menanggung resiko yang mungkin timbul akibat berbagai situasi yang dihadapi perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan operasionalnya.
18
Perusahaan besar dan lebih memiliki diversifikasi usaha memiliki resiko operasional kecil disbanding perusahaan kecil mono-produk, sehingga ukuran perusahaan dikaitkan secara negatif dengan peluang pailit. Dari sudut pandang asimetrik informasi, pada perusahaan besar masalah asimetrik informasi antara manajemen dan investor lebih kecil, sehingga perusahaan besar lebih mudah melakukan emisi surat berharga yang cuku peka terhadap masalah asimetrik informasi seperti saham. Berdasarkan pemikiran ini perusahaan besar kurang berhutang dibanding perusahaan kecil (Nofal, 2007:102). Perusahaan besar dapat menggunakan
dua
alternatif
sebagai
sumber
pendanaan
yaitu
dengan
menggunakan hutang dan menerbitkan saham baru. Dengan demikian ukuran perusahaan bisa berkorelasi positif maupun negatif denagn struktur modal perusahaan. 2. Aktiva Berwujud Menurut Munandar (2003: 6), aktiva berwujud merupakan bagian dari Fixed assets, adalah harta tetap yang berwujud atau materil, yang dapat ditangkap dengan panca indra terutama mata. Aktiva yang dapat digunakan lebih dari satu periode seperti tanah, gedung, mesin, alat-alat, perabot, kendaraan, dan lain – lain. Cara mencantumkan didalam neraca dimulai dari yang paling tetap (paling panjang umurnya), disusul dengan yang lebih pendek umurnya. Sedangkan menurut Hamzah (2008) bahwa aktiva berwujud merupakan analisis yang digunakan untuk menghitung seberapa besar aset dari perusahaan yang dapat dijadikan jaminan atas hutang.
19
Untuk aktiva tetap yang didepresiasi, maka di neraca harus ditunjukan harta perolehan dan akumulasi depresiasinya. Menurut Baridwan (2000: 22) bahwa Jenis – jenis aktiva berwujud antara lain : a. Investasi, ialah penanaman modal dalam bentuk aset dengan tujuan tidak dipergunakan untuk waktu sekarang, melainkan untuk dipergunakan diwaktu yang akan datang (yang jaraknya dengan waktu sekarang lebih dari satu tahun), dan yang termasuk jenis investasi antara lain : 1) Investment in Funds 2) Investment in Bond 3) Investment in Stock b. Tanah dan perlengkapan / peralatan, ialah harta yang berupa tanah dan harta lain yang merupakan harta tetap yang dipergunakan untuk usaha perusahaan pada waktu sekarang. Yang termasuk dalam jenis ini, antara lain : 1) Tanah 2) Bangunan 3) Mesin Variabel aktiva berwujud diukur dengan menggunakan rasio antara asset tetap dengan total aset, penggunaan asset tetap dalam pengukuran variabel ini karena asset tetap dapat memberikan gambaran mengenai besar kecilnya jaminan yang dapat digunakan oleh suatu perusahaan untuk melunasi utang (Hamzah, 2008).
20
3. Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Tingkat profitabilitas perusahaan dapat diketahui dari berbagai macam, yakni : laba bersih, laba operasi, tingkat pengembalian ekuitas pemilik dan tingkat pengembalian investasi/aktiva. Robert (1997) mengungkapkan bahwa rasio profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba. Rasio ini dapat dibagi menjadi enam jenis yaitu : a. Net Profit Margin (NPM) NPM digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian laba bersih terhadap penjualan bersihnya. Besarnya NPM dapat diukur dengan cara sebagai berikut (Robert, 1997). Net Income Tax NPM = Net Sales b. Gross Profit Margin (GPM) GPM digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian laba kotor terhadap penjualan bersihnya. Besarnya GPM dapat diukur dengan cara sebagai berikut (Robert, 1997) GPM
=
Gross Profit Net Sales
21
c. Return On Asset (ROA) ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Besarnya ROA data diukur dengan cara sebagai berikut (Robert, 1997).
Net Income After Tax ROA = Average Total Asset
d. Operating Return On Asset (OPROA) OPROA digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian dari keuntungan operasional
perusahaan
terhadap
seluruh
asset
yang
digunakan
untuk
menghasilkan keuntungan operasional tersebut. Besarnya OPROA dapat diukur dengan cara sebagai berikut (Robert, 1997) Operating Income OPROA = Average Total Asset
e. Return On Equity (ROE) ROE
digunakan
untuk
menghitung
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan return bagi pemegang saham biasa setelah memperhitungkan bunga dan biaya saham preferen. Besarnya ROE dapat diukur dengan cara sebagai berikut :
22
Laba Setelah Pajak ROE = Modal Sendiri Pertimbangan lain adalah bahwa direct cost untuk pembiayaan eksternal lebih tinggi dibanding dengan pembiayaan internal. Selanjutnya penjualan saham baru justru merupakan signal negatif karena pasar mengintrespestasikan perusahan dalam keadaan kesulitan likuiditas. Penjualan saham baru tidak jarang mengakibatkan terjadinya delusi dan pemegang saham akan mempertanyakan kemana laba yang diperoleh selama ini. Hal ini juga tidak terlepas adanya informasi yang tidak simetris atau simetrik information antara manajemen dengan pasar. Manajemen jelas memiliki informasi yang lebih tentang prospek perusahaan dibanding dengan pasar. Dengan demikian jika tidak ada alasan yang kuat seperti untuk deversifikasi misalnya, maka penjualan saham baru justru akan mengakibatkan harga saham turun. 2.1.5
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian saat ini dilakukan oleh: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Ooi (1999) terhadap 83 perusahaan sektor properti di Inggris pada periode 1989–1995, menunjukkan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif secara signifikan terhadap struktur modal baik menurut model nilai buku maupun nilai pasar. Jenis perusahaan, ukuran, pajak, suku bunga, kondisi pasar, beta berpengaruh negatif secara signifikan terhadap struktur modal.
23
2. Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo dan Ekaningrum (2002) terhadap 70 emiten sektor manufaktur pada periode 1991-2000, menunujukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap financial laverage. investasi dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap financial laverage (sesuai dengan pecking order theory), financial laverage dipengaruhi struktur aktiva dan variabilitas laba secara positif (tidak konsisten dengan pecking order theory). 3. Penelitian yang dilakukan oleh Tin (2003) terhadap 25 emiten sektor manufaktur tahun 2000-2001, menunjukkan bahwa struktur aktiva dan tingkat penjualan berpengaruh positif terhadap struktur modal, sedangkan profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Saidi (2004) terhadap 97 emiten sektor manufaktur, menunjukkan bahwa ukuran, pertumbuhan, profitabilitas, struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap struktur modal, dan resiko bisnis berpengaruh negatif terhadap struktur modal. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Ardianto dan Wibowo (2007) terhadap 30 emiten yang tergabung dalam indeks LQ45, konsisten pada tahun periode tahun 2001-2005, menunjukkan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal (tidak konsisten dengan pecking order theory), profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal (konsisten dengan pecking order theory), ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal (konsisten dengan pecking order theory), peluang pertumbuhan berpengaruh positif terhadap struktur modal (tidak konsisten dengan pecking order theory), defisit pembiayaan internal berpengaruh positif terhadap struktur modal (konsisten dengan pecking order theory).
24
2.3 Perumusan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban masalah atau pertanyaan penelitian yang dikembangkan berdasarkan teori-teori yang perlu diuji melalui proses pemilihan, pengumpulan dan analisis data. Berdasarkan teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang telah dijelaskan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Pengaruh Ukuran perusahaan Terhadap Struktur Modal Perusahaan yang ukurannya relatif besar juga cenderung menggunakan dana eksternal yang semakin besar. Hal ini disebabkan kebutuhan dana juga semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan perusahaan. selain pendanaan internal, alternatif selanjutnya adalah pendanaan eksternal. Hal ini sejalan dengan teori pecking order yang menyatakan bahwa, jika penggunaan dana internal tidak mencukupi, maka digunakan alternatif kedua menggunakan hutang. Ketika ukuran perusahaan diproksikan dengan total aset yang dimiliki seakin besar, perusahaan dapat dengan mudah mendapatkan jaminan, dengan asumsi pemberi pinjaman percaya bahwa perusahaan mempunyai tingkat likuiditas yang cukup. Menurut Hamzah (2008) bahwa ukuran perusahaan adalah menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dilihat dari besarnya nilai total aset. Semakin besar total aset perusahaan maka akan semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Memiliki total aset yang besar akan memudahkan perusahaan dalam masalah pendanaan. Mey Rianni (2014) melakukan penelitian tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
25 25
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang Shah dan Khan (2007) serta Frydenberg (2004) yang menjelaskan bahwa size memiliki pengaruh positif terhadap leverage. Nilai positif menunjukkan bahwa semakin besar ukuran suatu perusahaan maka akan semakin besar penggunaan hutangnya, dan sebaliknya semakin kecil suatu ukuran perusahaan maka semain kecil pengaruh hutangnya. Hal ini menandakan bahwa perusahaan yang memiliki ukuran lebih besar cenderung lebih berani untuk berhutang dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki ukuran lebih kecil. Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis pertama yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: H1: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal 2. Pengaruh Aktiva Berwujud Terhadap Struktur Modal Riyanto (2000: 28) menyatakan bahwa aktiva berwujud diukur dari perbandingan dari nilai aktiva tetap yang dibandingkan dengan total aktiva. Struktur aktiva mempengaruhi struktur modal perusahaan dalam beberapa cara. Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang, terutama permintaan akan produk cukup meyakinkan, akan banyak menggunakan hutang jangka panjang. Perusahaan yang sebagian besar aktivanya berupa piutang dan persediaan barang yang nilainya sangat tergantung pada pembiayaan hutang jangka panjang dan lebih tergantung pada pembiayaan jangka pendek. Tetapi sebaliknya jika aktiva tetap tersebut dapat dijual maka dapat menambah aktiva lancar perusahaan sehingga perusahaan dapat mengurangi proporsi jumlah hutang yang digunakan. Jika perusahaan mampu melakukan pembiayaan dengan modal
26
sendiri, keadaaan ini akan membuat perusahaan tidak terlalu tergantung kepada pihak luar. Mey Rianni (2014) melakukan penelitian tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasilnya adalah struktur aktiva memiliki pengaruh positif tehadap struktur modal. ini sesuai dengan (Qayyum, 2013) yang menyatakan adanya pengaruh positif antara struktur aktiva dengan struktur modal. Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis kedua yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: H2: Aktiva berwujud berpengaruh positif terhadap struktur modal 3. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Sartono (2001: 248) menyatakan bahwa profitabilitas merupakan faktor penting dalam menentukan struktur modal. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan utang. Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang menyarankan bahwa manajer lebih senang menggunakan pembiayaan dari pertama, laba ditahan, kemudian hutang, dan terakhir penjualan saham baru. Meskipun secara teoritis sumber modal yang biayanya paling murah adalah utang, kemudian saham preferen dan yang paling mahal adalah saham biasa dan laba ditahan. Mey Rianni (2014) melakukan penelitian tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
27
Hasilnya menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif yang signifikan antara profitabilitas dengan struktur modal. Hasil pada penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Shah & Khan (2007) yang menunjukkan terdapat pengaruh negatif yang signifikan antara profitabilitas terhadap struktur modal. Dimana, perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitast tinggi menggunakan tingkat hutang yang relatif kecil karena perusahaan yang telah memiliki tingkat pengembalian keuntungan yang tinggi dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan dananya dengan menggunakan laba ditahan. Hal ini sesuai dengan pecking order theory (Myers & Maijluf, 1984) yang menjelaskan bahwa semakin tinggi profitabilitas, maka perusahaan akan lebih mendanai perusahaan dengan menggunakan modal internal. Jadi dapat disimpulkan semakin tinggi tingkat pengembalian yang dimiliki oleh perusahaan, maka akan semakin rendah struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga net profit margin mempunyai hubungan yang negatif dengan struktur modal perusahaan. Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis ketiga yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: H3: Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal.