10
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1
Tinjauan Teoretis
2.1.1 Struktur Modal 1.
Pengertian Modal Perusahaan membutuhkan modal untuk menjalankan aktivitasnya. Modal
merupakan faktor yang sangat penting dalam perusahaan. Modal adalah jumlah dari utang jangka panjang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa, atau mungkin pos-pos tersebut plus utang jangka pendek yang dikenakan bunga (Brigham dan Houston, 2006:62). Sedangkan definisi modal dalam standar akuntansi keuangan adalah hak residual atas asset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban (IAI, 2007:9). 2.
Pengertian Struktur Modal Menurut Martono dan Harjito (2007:240) struktur modal merupakan
perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang terhadap modal sendiri. Menurut Brigham dan Houston (2006:6) struktur modal adalah kombinasi antara utang, saham preferen atau prioritas dan saham ekuitas yang digunakan perusahaan untuk merencanakan mendapatkan modal. Sedangkan menurut Riyanto (2008:22) struktur
modal
adalah
pembelanjaan
permanen
dimana
mencerminkan
perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Struktur modal merupakan cermin dari kebijakan perusahaan dalam menentukan jenis securities yang ditentukan.
10
11
Struktur modal mempunyai pengertian yang berbeda dengan struktur keuangan. Menurut Warsono (2003:235) menyatakan bahwa struktur keuangan merupakan kombinasi bauran dari segenap pos yang termasuk dalam sisi kanan neraca keuangan perusahaan (pasiva), sedangkan struktur modal merupakan bauran dari segenap sumber pembelanjaan jangka panjang yang digunakan perusahaan. Pengertian struktur modal dibedakan dengan struktur keuangan, dimana struktur modal merupakan pembelanjaan permanen yang mencerminkan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Kesimpulannya, struktur modal hanya merupakan bagian dari struktur keuangan. Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan tentang struktur modal, yaitu perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang terdiri dari saham biasa, saham preferen, dan laba ditahan. Dengan kata lain, struktur modal adalah hasil atau akibat dari keputusan pendanaan yang intinya memilih apakah menggunakan utang atau ekuitas yang digunakan perusahaan untuk mendanai operasi perusahaan. 3.
Teori Struktur Modal Di dalam struktur modal terdapat beberapa teori yang dikemukakan oleh
beberapa ahli, diantaranya : a.
Agency Theory Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976, dimana manajemen merupakan agen dari pemegang saham sebagai
12
pemilik perusahaan. Para pemegang saham mengharapkan bahwa agen tidak akan bertindak atas kepentingan diri sendiri akan tetapi juga bertindak atas kemauan dari para pemegang saham, sehingga pendelegasian kewenangan pemegang saham dapat dijalankan oleh agen. Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, manajemen harus diberi insentif dan pengawasan yang memadai. Tujuan utama teori keagenan ini adalah untuk menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang melakukan hubungan kontrak dapat mendesain kontrak yang tujuannya untuk meminimalkan biaya sebagai dampak adanya informasi yang asimetris dan kondisi ketidakpastian. b.
Signaling Theory Istilah sinyal (signal) dalam signalling theory diartikan sebagai suatu tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk kepada para investor mengenai bagaimana cara pandang manajemen terhadap prospek perusahaan (Brigham dan Houston, 2006:39). Perusahaan
dengan
prospek
yang
menguntungkan
akan
mencoba
menghindari penjualan saham dan mengusahakan modal baru dengan caracara yang lain, termasuk penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang normal. Sebaliknya, perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya merupakan suatu sinyal bahwa manajemen memandang suramnya prospek perusahaan tersebut. Prospek
13
perusahaan yang terlihat dari tindakan yang diambil manajemen tersebut akan mempengaruhi kebijakan struktur modal perusahaan yang nantinya juga akan mempengaruhi keputusan investor untuk menanamkan danaya kedalam perusahaan tersebut. c.
Asymmetric Information Theory Menurut Brealey dan Myers (2003:511) mengemukakan bahwa manajemen mempunyai informasi atau pengetahuan lebih luas (tentang prospek, risiko, dan nilai perusahaan) daripada pemodal. Keadaan ini memungkinkan manajemen menggunakan informasi yang diketahuinya untuk mengambil keputusan-keputusan keuangan khususnya keputusan pendanaan, menyusun berbagai rencana perusahaan, dan sebagainya. Kondisi ini dapat dibuktikan dari reaksi harga saham akibat suatu keputusan yang diambil manajemen. Dalam teori ini, dijelaskan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap lebih tertutup atau terbukanya perusahaan untuk membagi informasi kepada pihak luar. Perusahaan kecil menganggap bahwa membagi informasi kepada pihak pemberi pinjaman atau modal membutuhkan biaya yang besar. Hal ini menghambat
penggunaan
pendanaan
eksternal
dan
meningkatkan
kecenderungan bagi perusahaan kecil untuk menggunakan ekuitas. d.
Pecking Order Theory Teori ini pertama kali dikenalkan oleh Donalson pada tahun 1961, sedangkan penamaan pecking order theory dilakukan oleh Myers dan
14
Majluf pada tahun 1984. Teori ini disebut pecking order karena teori ini menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hierarki sumber dana yang paling disukai. Secara ringkas teori ini menyatakan bahwa : 1.
Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan)
2.
Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio pembagian dviden yang ditargetkan, dengan berusaha menghindari perubahan pembayaran dividen secara drastis
3.
Kebijakan dividen ketat dimana perusahan menetepkan jumlah pembayaran dividen dan target dividend payout ratio yang konstan. Sehingga pada periode tertentu jumlah pembayaran dividen tidak berubah, baik perusahan untung maupun rugi
4.
Apabila pendanaan dari luar dibutuhkan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu yang dimulai dari penerbitan obigasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi seperti obligasi konversi, baru kemudian penerbitan saham. (Husnan, 2000:324-325)
Kesimpulannya, sesuai dengan teori ini maka investasi akan dibiayai dengan dana internal terlebih dahulu (yaitu dengan laba yang ditahan), kemudian baru diikuti penerbitan hutang baru, dan akhirnya dengan penerbitan ekuitas baru. Hal ini dikarenakan penggunaan dana internal memungkinkan perusahaan untuk tidak membuka diri kepada pemodal luar.
15
e.
Trade-off Theory Teori ini menjelaskan adanya hubungan antara pajak, risiko kebangkrutan, dan penggunaan utang yang disebabkan keputusan struktur modal yang diambil perusahaan. Teori trade-off menyatakan bahwa manajer keuangan seharusnya meningkatkan utang sampai pada satu titik di mana nilai perlindungan pajak bunga tambahan (interest tax shields) hanya terimbangi oleh tambahan biaya masalah keuangan yang mungkin timbul (Brealy dan Myers, 2006:32). Konsep trade-off menjelaskan bahwa suatu perusahaan akan meningkat seiring dengan peningkatan penggunaan leverage (akibat interest tax shields). Sampai pada suatu titik ketika ekspektasi ongkos tekanan finansial (cost of financial distress) atau ongkos kebangkrutan (bankruptcy cost) lebih besar dari interest tax shields sehingga mengurangi nilai perusahaan. Teori ini secara tidak langsung menyatakan bahwa perusahaan yang tidak menggunakan pinjaman sama sekali dan perusahaan yang menggunakan pembiayaan investasinya dengan pinjaman seluruhnya adalah buruk. Hal ini berarti pengambilan keputusan dalam struktur modal hendaknya bersifat moderat dalam mempertimbangkan penggunaan dana maupun modal sendiri dan mempertimbangkan kedua instrument pembiayaaan.
4.
Komponen Struktur Modal Komponen struktur modal terdiri dari (Riyanto, 2001:227) :
a.
Modal Sendiri Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Modal sendiri berasal dari sumber intern maupun sumber ekstern. Sumber
16
intern didapat dari keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan, sedangkan sumber ekstern berasal dari pemilik perusahaan. Dalam perusahaan berbentuk perseroan, modal sendiri terdiri dari: 1)
Modal saham Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu perseroan terbatas (PT). Bagi perusahaan yang bersangkutan, yang diterima dari hasil penjualan sahamnya akan tetap tertanam di dalam perusahaan tersebut selama hidupnya, meskipun bagi pemegang saham sendiri hal tersebut bukanlah merupakan penanaman yang permanen, karena setiap waktu pemegang saham dapat menjual sahamnya. Adapun jenis-jenis dari saham adalah sebagai berikut: a. Saham Biasa Saham biasa adalah suatu sertifikat atau piagam yang memiliki fungsi sebagai bukti pemilikan suatu perusahaan dengan berbagai aspek-aspek penting bagi perusahaan. Pemilik saham akan mendapatkan hak untuk menreima sebagian pendapatan tetap atau dividen dari perusahaan serta kewajiban menanggung risiko kerugian yang diderita perusahaan. b. Saham Preferen Saham preferen merupakan saham yang memiliki nilai lebih berharga daripada saham biasa. Sebab, pemilik atau pemegang saham preferen akan memiliki hak-hak yang lebih menguntungkan
17
daripada hak-hak pemegang saham biasa. Pemegang saham preferen berhak untuk mendapatkan dividen terlebih dahulu. Sehingga, hal ini akan membuat seorang pemegang saham preferen berada dalam posisi aman saat perusahaan jatuh, sebab tidak akan mengalami kerugian sebanyak pemegang saham biasa. Selain itu, pemegang saham preferen juga memiliki hak suara yang lebih banyak dalam pemilihan direksi. 2)
Cadangan Cadangan dibentuk dari keuntungan yang diperoleh perusahaan selama beberapa waktu yang lampau atau dari tahun berjalan. Cadangan yang termasuk dalam modal sendiri meliputi cadangan ekspansi, cadangan modal kerja, cadangan selisih kurs, dan cadangan untuk menampung hal-hal atau kejadian-kejadian yang tidak diduga sebelumnya.
3)
Laba ditahan Laba ditahan adalah laba yang tidak dibagi, merupakan sebagian atau keseluruhan keuntungan yang diperoleh perusahaan yang tidak dibagikan atau dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen.
Komponen modal sendiri ini merupakan modal perusahaan yang dipertaruhkan untuk segala risiko, baik risiko usaha maupun risiko-risiko
18
kerugian lainnya. Modal sendiri ini tidak memerlukan jaminan atau keharusan untuk pembayaran kemabali dalam setiap keadaan maupun tidak adanya kepastian tentang jangka waktu pembayaran kembali. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus mempunyai jumlah minimum modal yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan. b.
Modal Asing atau utang jangka panjang (Long Term Debt) Utang jangka panjang adalah utang yang jangka waktunya adalah panjang, umumnya lebih dari sepuluh tahun. Utang jangka panjang pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar. Adapun jenis atau bentuk-bentuk utama dari utang jangka panjang antara lain: 1)
Pinjaman Obligasi (bonds payables) Pinjaman obligasi adalah pinjaman uang untuk jangka waktu yang panjang, dimana pihak debitur mengeluarkan surat pengakuan utang yang mempunyai nominal tertentu. Terdapat berbagai jenis obligasi, antara lain: a. Obligasi Biasa Obligasi biasa yaitu obligasi yang bunganya tetap dibayar oleh debitur dalam waktu tertentu, dengan tidak memandang apakah debitur memperoleh keuntungan atau tidak.
19
b. Obligasi Pendapatan Obligasi pendapatan
yaitu jenis obligasi di mana pembayaran
bunga hanya dilakukan pada waktu-waktu debitur atau perusahaan yang
mengeluarkan
surat
obligasi
tersebut
mendapatkan
keuntungan. c. Obligasi yang Dapat Ditukarkan Obligasi yang dapat ditukarkan yaitu obligasi yang memberikan kesempatan kepada pemegang surat obligasi tersebut untuk pada saat tertentu menukarkannya dengan saham dari perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian, maka jenis obligasi ini memungkinkan pemegangnya untuk mengubah statusnya yaitu dari kreditur menjadi pemilik. 2)
Pinjaman Hipotik (mortgage) Pinjaman adalah pinjaman jangka panjang di mana kreditur diberi hak hipotik terhadap suatu barang tidak bergerak, agar apabila pihak debitur tidak memenuhi kewajibannya, maka barang tersebut dapat dijual dan dari hasil penjualan tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihannya.
5.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Menurut Sartono (2005:248) mengemukakan bahwa untuk menentukan
struktur modal yang optimal, para manajer keuangan perlu mempertimbangkan beberapa faktor penting, yaitu :
20
a.
Tingkat penjualan Perusahaan dengan penjualan relatif stabil berarti memiliki aliran kas yang relatif stabil pula, maka dapat menggunakan utang lebih besar daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil.
b.
Struktur aktiva Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan utang yang lebih besar karena dengan skala perusahaan yangbesar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil.
c.
Tingkat pertumbuhan perusahaan Semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana untuk ekspansi. Semakin besar kebutuhan dana untuk masa mendatang, semakin besar keinginan untuk menahan laba. Jadi, untuk perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya tidak membagikan dividen tetapi lebih baik digunakan untuk mendanai investasi.
d.
Profitabilitas Profitabilitas sebelumnya merupakan faktor penting dalam menentukan struktur modal. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan utang.
e.
Variabel laba dan perlindungan pajak Jika variabilitas laba perusahaan kecil maka perusahaan mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk menanggung beban tetap dari utang, dan
21
ada kecenderungan bahwa penggunaan utang yang besar akan memberikan manfaat berupa perlindungan pajak. f.
Skala perusahaan Perusahaan besar akan mudah memperoleh modal dari pasar modal dibandingkan perusahaan kecil. Bukti empirik menyatakan bahwa skala perusahaan berhubungan positif dengan rasio utang dengan nilai buku ekuitas.
g.
Kondisi intern perusahaan dan ekonomi mikro Perusahaan perlu menanti saat yang tepat untuk menjual obligasi dan saham. Kondisi yang paling tepat saat menjual obligasi atau saham pada saat tingkat bunga pasar sedang rendah dan pasar sedang bullish. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan empat variabel yaitu struktur
aktiva, risiko bisnis, pertumbuhan penjualan, dan profitabilitas sebagai faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan.
2.1.2 Struktur Aktiva Menurut Brigham dan Weston (2005:175) struktur aktiva adalah perimbangan atau perbandingan antara aktiva tetap dan total aktiva. Sedangkan menurut Syamsudin (2007:9) struktur aktiva adalah penentuan berapa besar alokasi dana untuk masing-masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva tetap.
22
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa struktur aktiva merupakan perbandingan antara aktiva tetap dan total aktiva yang dapat menentukan besarnya alokasi dana untuk masing-masing komponen aktiva.
2.1.3 Risiko Bisnis Brigham dan Houston (2001:45) menyatakan bahwa risiko bisnis adalah ketidakpastian dalam proyeksi perusahaan atas tingkat pengembalian (laba) atau ekuitasnya di masa mendatang. Suatu perusahaan mempunyai risiko bisnis yang kecilapabila permintaan akan produknya stabil, harga-harga masukan dan produknya relatif konstan, bila harga produknya dapat segera disesuaikan dengan kenaikan biaya, dan bila sebagian besar biayanya adalah biaya variabel sehingga biayanya menurun jika produksi dan penjualannya menurun. Apabila hal-hal lain sama, makin rendah risiko bisnis perusahaan, makin tinggi risiko utang yang optimal. Dalam perusahaan, risiko bisnis akan meningkat jika menggunakan hutang yang tinggi. Hal ini juga akan meningkatkan kemungkinan kebangkrutan. Oleh karena itu, perusahaan dengan risiko yang tinggi seharusnya menggunakan utang yang lebih sedikit untuk menghindari risiko kebangkrutan.
2.1.4 Pertumbuhan Penjualan Pertumbuhan penjualan adalah kenaikan jumlah penjualan dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu. Pertumbuhan dapat ditingkatkan secara internal melalui ekspansi atau secara eksternal melalui penambahan divisi usaha. (Daft, 2007:356).
23
Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi akan membutuhkan lebih banyak investasi pada berbagai elemen aset, baik aset tetap maupun aset lancar. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan yang tinggi akan mampu memenuhi kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut membelanjai asetnya dengan utang, begitu pula sebaliknya.
2.1.5 Profitabilitas Menurut Sutrisno (2007:222) profitabilitas adalah alat untuk mengukur seberapa besar tingkat kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan, semakin besar tingkat keuntungan menunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan. Profitabilitas suatu perusahaan dapat dilihat melalui berbagai cara tergantung pada laba, aset, atau modal yang akan diperbandingkan satu dengan lainnya.
2.1.6 Penelitian Terdahulu Beberapa penilitian telah dilakukan untuk menguji pengaruh variabelvariabel yang mempengaruhi struktur modal perusahaan, diantaranya adalah sebagai berikut : 1.
Penelitian Wijaya dan Hadianto (2008) dengan judul Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran, Likuiditas, dan profitabilitas Terhadap Struktur Modal Emiten Sektor Ritel di Bursa Efek Indonesia : Sebuah Pengujian Hipotesis Pecking Order menjelaskan bahwa struktur aktiva dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal, likuiditas berpengaruh negatif terhadap struktur modal, dan profitabilitas berpengaruh positif terhadap terhadap struktur modal.
24
2.
Hadianto (2008) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Emiten Sektor Telekomunikasi Periode 2000-2006 : Sebuah Pengujian Hipotesis Pecking Order menunjukkan bahwa struktur aktiva dan profitabilitas berpengaruh positif dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
3.
Penelitian
Wijaya
dan
Utama
(2014)
yang
berjudul
Pengaruh
Profitabilitas, Struktur Aset, dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Struktur Modal Serta Harga Saham menghasilkan bahwa profitabilitas dan struktur
aset
berpengaruh
terhadap
struktur
modal,
sedangkan
pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap struktur modal. 4.
Kiswanto dan Pradana (2013) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Risiko Bisnis, Struktur Aset, Ukuran dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Struktur Modal. Hasil Penelitiannya menunjukkan bahwa variabel risiko bisnis, struktur aset, dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal.
5.
Penelitian Bayunitri dan Malik (2015) yang berjudul Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa struktur aktiva dan risiko bisnis memiliki pengaruh positif
25
signifikan terhadap struktur modal, pertumbuhan penjualan dan tingkat profitabilitas memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal, sedangkan kebijakan dividen tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. 6.
Temuan Hadianto dan Tanaya (2010) yang berjudul Pengaruh Pengaruh Risiko Sistematik, Struktur Aktiva, Profitabilitas, dan Jenis Perusahaan Terhadap Struktur Modal Emiten Sektor Pertambangan: Pengujian Hipotesis Static-Trade Off
menghasilkan bahwa risiko sitematik,
profitabilitas, dan jenis perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal, sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap struktur modal. 7.
Indrajaya et al. (2011) melakuan penelitian dengan judul Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas dan Risiko Bisnis. Hasilnya menunjukkan bahwa struktur aktiva dan ukuran
perusahaan
berpengaruh
positif
signifikan,
profitabilitas
berpengaruh negatif dan signifikan, sedangkan tingkat pertumbuhan dan risiko bisnis tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. 8.
Penelitian
Firnanti
(2011)
yang
berjudul
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia menghasilkan penelitian bahwa ukuran perusahaan dan risiko bisnis tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal
26
perusahaan. Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap struktur modal adalah profitabilitas, time interest earned, dan pertumbuhan perusahaan. 2.2
Rerangka Pemikiran Rerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut : Perusahaan
Mengembangkan Usaha dan Mempertahankan Eksistensi
Modal
Faktor-Faktor yang Menentukan Keputusan Pendanaan
Struktur Aktiva
Semakin besar struktur aktiva perusahaan, maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan pinjaman untuk meningkatkan utang.
Risiko Bisnis
Pertumbuhan Penjualan
Perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi, cenderung menggunakan utang yang lebih sedikit untuk menghindari kebangkrutan.
Pertumbuhan penjualan yang tinggi cenderung menggunakan utang lebih besar untuk pemenuhan kebutuhan dananya, begitu juga sebaliknya.
Struktur Modal Gambar 1 Rerangka Pemikiran
Profitabilitas
Profitabilitas yang tinggi, memungkinkan perusahaan memiliki sumber pendanaan internal yang tinggi, sehingga cenderung menggunakan utang yang relatif kecil untuk memenuhi kebutuhan dananya.
27
2.3
Perumusan Hipotesis
2.3.1 Pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal Brigham dan Weston (2005:175) mendefinisikan struktur aktiva adalah perimbangan atau perbandingan antara aktiva tetap dan total aktiva. Menurut Adrianto dan Wibowo (2007), aktiva berwujud yang semakin besar akan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan yang lebih tinggi, sehingga dengan mengasumsikan semua faktor lain konstan, perusahaan akan meningkatkan utang untuk mendapatkan keuntungan dari penggunaan utang. Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Hadianto (2008), Bayunitri dan Malik (2015), dan Indrajaya et al. (2011) mengungkapkan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H1: Struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal.
2.3.2 Pengaruh risiko bisnis terhadap struktur modal Brigham dan Houston (2001:45) menyatakan bahwa risiko bisnis adalah ketidakpastian dalam proyeksi perusahaan atas tingkat pengembalian (laba) atau ekuitasnya di masa mendatang. Risiko bisnis dapat berubah dari waktu ke waktu. Setiap perusahaan akan menghadapi risiko sebagai akibat dari kegiatan operasi yang dilakukan perusahaan, baik itu risiko bisnis maupun risiko utang yang harus digunakan oleh perusahaan.
28
Risiko bisnis berhubungan dengan jenis usaha yang dipilih dari kondisi ekonomi yang dihadapi. Perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi seharusnya menggunakan utang yang lebih sedikit untuk menghindari risiko kebangkrutan (Brigham dan Houston, 2006:7). Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prabansari dan Yuke (2005) dan Rupianti (2013). Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah : H2 :
Risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
2.3.3 Pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi, maka modal yang dibutuhkan akan semakin besar pula. Tiingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi membuat aktivitas keuangan meningkat sehingga manajer sebagai agen perlu untuk meningkatkan aktivitas pengawasan terhadap aktivitas yang berkaitan dengan kondisi keuangan perusahaan tersebut. Menurut Sartono (2005:248) perusahaan yang mempunyai pertumbuhan penjualan yang tinggi, maka kecenderungan penggunaan utang sebagai sumber dana eksternal lebih besar dibandingkan perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan penjualan yang rendah. Brigham dan Houston (2006:42) mengungkapkan bahwa sebuah perusahaan yang penjualannya relatif stabil dapat dengan aman mengambil lebih banyak utang dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil.Penelitian yang dilakukan oleh Santika dan Sudiyatno (2011) menyatakan bahwa
29
pertumbuhan penjualan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan : H3 :
Pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap struktur modal.
2.3.4 Pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal Tujuan perusahaan secara umum didirikan adalah menghasilkan laba atau keuntungan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut Sutrisno (2007:222) profitabilitas adalah alat untuk mengukur seberapa besar tingkat kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan, semakin besar tingkat keuntungan menunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan. Menurut pecking order theory, perusahaan dengan tingkat keuntungan yang besar memiliki sumber pendanaan internal yang lebih besar dan memiliki kebutuhan untuk melakukan pembiayaan investasi melalui pendanaan eksternal yang lebih kecil (Adrianto dan Wibowo, 2007). Apabila dalam komposisi struktur modal penggunaan modal sendiri lebih besar daripada penggunaan hutang, maka rasio struktur modal akan semakin kecil. Hal tersebut senada dengan Atmaja (2008:273) yang menyatakan perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan yang tinggi cenderung menggunakan utang yang kecil, karena keuntungan yang tinggi memungkinkan untuk memperoleh sebagian besar pendanaan dari laba ditahan. Penelitian yang dilakukan oleh Indrajaya et al. (2011) dan Kartika (2009)
30
mengungkapkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Berdasarkan teori di atas, maka semakin besar tingkat profitabilitas maka akan semakin kecil rasio struktur modal, sehingga profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut : H4 : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal.