BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1
Tinjauan Teoretis Rasio aktivitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam menghasilkan penjualan dengan kemampuan aktiva yang dimiliki. Aktiva yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif.
2.1.1 Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan laba (keuntungan) dalam suatu periode tertentu. Profitabilitas menggambarkan kemampuan badan usaha untuk menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh modal yang dimiliki. Rasio profitabilitas mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Profitabilitas merupakan faktor yang seharusnya mendapat perhatian penting karena untuk melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Tanpa adanya keuntungan (profit), maka akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Dalam melakukan analisis perusahaan, di samping melihat laporan keuangan perusahaan, juga bisa dilakukan dengan menggunakan analisis rasio keuangan.
Penilaian profitabilitas adalah proses untuk menentukan seberapa baik aktivitasaktivitas bisnis dilaksanakan untuk mencapai tujuan strategis, mengeliminasi pemborosan-pemborosan dan menyajikan informasi tepat waktu untuk melaksanakan penyempurnaan secara berkesinambungan (Supriyono, 1999). Ada beberapa pengukuran kinerja terhadap profitabilitas perusahaan dimana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total aktiva dan modal sendiri. Profitabilitas keuangan perusahaan dideskripsikan dalam bentuk laporan laba-rugi yang merupakan bagian dari laporan keuangan korporasi, yang dapat digunakan oleh semua pihak yang berkepentingan untuk membuat keputusan ekonomi. Berdasarkan financial report yang diterbitkan perusahaan, selanjutnya dapat digali informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, struktur permodalan, aliran kas, kinerja keuangan dan informasi lain yang mempunyai relevansi dengan laporan keuangan perusahaan. Profitabilitas keuangan perusahaan sudah tentu merupakan kinerja perusahaan yang ditinjau dari kondisi keuangan perusahaan. Profitabilitas keuangan perusahaan tercermin dari laporan keuangannya, oleh sebab itu untuk
mengukur profitabilitas
keuangan perusahaan diperlukan analisis terhadap laporan keuangannya. Menurut Shapiro (1991) yang menunjukkan bahwa profitabilitas sangat cocok untuk mengukur efektivitas manajemen dan pengevaluasian kinerja manajemen dalam menjalankan bisnis dan produktivitasnya dalam mengelola aset-aset perusahaan secara keseluruhan seperti yang nampak pada pengembalian yang dihasilkan oleh penjualan dan investasi, serta untuk mengevaluasi kinerja profitabilitas merupakan pengukuran dari
ekonomi dari bisnis. Secara umum
keseluruhan produktivitas dan kinerja
perusahaan yang pada akhirnya akan menunjukkan efisiensi dan produktivitas perusahaan tersebut. Penggunaan
rasio
profitabilitas
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan
perbandingan antara berbagai komponen yang ada dilaporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut. Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan yaitu untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu, menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang, menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu, menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri, mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri, untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri, dan tujuan lainnya. Sementara itu, manfaat yang diperoleh adalah untuk mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode, mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang, mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu, mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri, mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas terbagi lagi menjadi dua jenis rasio, yaitu rasio profitabilitas yang terkait dengan penjualan dan rasio yang berkaitan dengan investasi. Ukuran yang banyak digunakan adalah return on asset (ROA) dan return on equity (ROE), rasio
profitabilitas yang diukur dari ROA dan ROE mencerminkan daya tarik bisnis (bussines attractive). Return on asset (ROA) merupakan pengukuran kemampuan perusahaaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. ROA digunakan untuk melihat tingkat efisiensi operasi perusahaan secara keseluruhan. Semakin tinggi rasioini, semakin baik suatu perusahaan. 1.
Pengertian Return On Asset (ROA) Menurut Munawir (2002) Return On Asset merefleksikan seberapa banyak
perusahaan telah memperoleh hasil atas sumber daya keuangan yang ditanamkan oleh perusahaan. Rasio ROA ini sering dipakai manajemen untuk mengukur
kinerja
keuangan perusahaan dan menilai kinerja operasional dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki perusahaan, disamping perlu mempertimbangkan masalah pembiayaan terhadap aktiva tersebut. Nilai ROA yang semakin mendekati 1, berarti semakin baik profitabilitas perusahaan karena setiap aktiva yang ada dapat menghasilkan laba. Dengan kata lain semakin tinggi nilai ROA maka semakin baik kinerja keuangan perusahaan tersebut. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA menunjukkan kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba. ROA (Return On Asset) adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilaiseberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi, hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba.
2.
Keunggulan ROA (Return On Asset). ROA menggambarkan sejauh mana tingkat pengembalian dari seluruh aset yang
dimiliki perusahaan.ROA digunakan oleh manjemen perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA memiliki keuntungan yaitu ROA merupakan pengukuran yang komprehensif dimana seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini. Laporan keuangan yang dimaksud adalah laporan laba rugi dan neraca. Keunggulan lain yang didapat dari pengukuran kinerja dengan ROA adalah perhitungan ROA sangat mudah dihitung dan dipahami. ROA juga merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit usaha. Dalam pengukuran kinerja keuangan perusahaan, setiap unit organisasi yang ada dalam perusahaan dapat menggunakan ROA untuk mengetahui profitabilitas dari setiap unit usaha. 3.
Kelemahan ROA (Return On Asset) Dalam pengukuran kinerja perusahaan dengan ROA juga memiliki kelemahan
disamping memiliki keunggulan yaitu dalam mengukur kinerja dengan ROA manajemen cenderung untuk berfokus pada tujuan jangka pendek dan bukan tujuan jangka panjang. Sebuah project dalam pengukuran kinerja dengan ROA dapat meningkatkan tujuan jangka pendek, tetapi project tersebut mempunyai konsekuensi negatif dalam jangka panjang. Yang berupa pemutusan beberapa tenaga penjualan, pengurangan
budget pemasaran, dan pengguanaan bahan baku yang relatif murah
sehingga menurunkan kualitas produk dalam jangka panjang. Oleh karena itu, manajer divisi memiliki kecenderungan untuk melewatkan proyek-proyek jangka panjang,
meskipun pada kenyataannya proyek-proyek tersebut dapat meninngkatkan tingkat keuntungan perusahaan secara keseluruhan. 4.
Faktor yang Mempengaruhi Return on Assets Profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
laba. Return on Assets (ROA) termasuk salah satu rasio profitabilitas. Menurut Brigham dan Houston (2001) rasio profitabilitas (profitability ratio) menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang terhadap hasil operasi.
2.1.2 Piutang 1.
Pengertian Piutang Piutang merupakan komponen aktiva lancar dalam neraca perusahaan dan juga
aktiva lancar paling besar setelah kas yang timbul akibat adanya transaksi penjualan barang dan jasa atau pembelian secara kredit terhadap debitur. Dalam arti luas, piutang merupakan tuntutan terhadap pihak lain yang berupa uang, barang-barang atau jasa-jasa yang dijual secara kredit. Piutang bagi kegunaan akuntansi lebih sempit yaitu untuk menunjukkan tuntutan-tuntutan pada pihak luar perusahaan yang diharapkan akan diselesaikan dengan penerimaan jumlah uang tunai. Menurut Yusuf (2005) Piutang merupakan hak untuk menagih sejumlah uang dari penjual kepada pembeli yang timbul karena adanya suatu transaksi. Menurut Munandar (2006) definisi piutang adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang nantinya akan dimintakan pembayarannya bilamana telah sampai jatuh tempo. Menurut Syamsudin (2007) Piutang merupakan tagihan yang timbul karena adanya transaksi secara kredit oleh perusahaan kepada langganannya. Menurut Sugiri (2009) Piutang adalah tagihan
baik kepada individu-individu maupun kepada perusahaan lain yang akan diterima dalam bentuk kas. 2.
Klasifikasi Piutang Pengklasifikasian piutang dilakukan untuk memudahkan pencatatan transaksi.
Menurut Weygandt (2008) piutang dapat diklasifikasikan sebagai piutang lancar (piutang jangka pendak) dan piutang tidak lancar (piutang jangka panjang). Menurut Suharli (2006) klasifikasi piutang antara lain piutang usaha, wesel tagih dan piutang lain-lain. Piutang dagang adalah jumlah piutang dari pelanggan yang terjadi karena penjualan barang atau jasa. Umumnya piutang dagang memiliki jangka waktu pelaksanaan 30-60hari. Dokumen pendukung piutang dagang biasanya berupa dokumen jual-beli yaitu faktur penjualan dan surat pengiriman tanpa perjanjian tertulis dari yang berhutang. Piutang wesel adalah surat pernyataan yang berhutang atau janji pelunasan secara tertulis. Wesel tagih biasanya memberi jangka waktu 60-90 hari atau lehih lama serta menuntut debitur membayar bunga atas wesel tersebut. Piutang lainnya adalah piutang yang berasal dari bukan pelanggan. Contohnya piutang bunga, piutang karyawan, piutang deviden dan piutang pemegang saham. Piutang jenis ini belum tentu memiliki tanggal jatuh tempo yang ditetapkan. 3.
Penggolongan Piutang dan Umur Piutang Menurut Muslich (2004) Penggolongan piutang dan umur piutang dapat
digolongkan ke dalam 4 jenis, yaitu :
a.
Piutang lancar adalah piutang yang diharapkan tertagihnya dalam 1 tahun. Piutang yang dihapuskan adalah tagihan/piutang yang tidak dapat ditagih dalam jangka waktu 1 tahun.
b.
Piutang macet adalah piutang tidak lancar yang berkembang terus dan setelah jatuh tempo ditambah dengan masa kesempatan mengusahakan perbaikan selama tiga bulan setelah jatuh tempo tersebut, piutang tidak dapat dilunasi juga tergolong dalam kategori diragukan atau macet.
c.
Piutang yang harus dihapuskan adalah suatu tagihan yang tidak dapat ditagih lagi dikarenakan pelanggan mengalami kerugian atau bangkrut.
d.
Piutang yang dicadangkan adalah tagihan yang disisihkan sebelumnya untuk menghindari piutang tidak tertagih.
4.
Risiko Kerugian Piutang Setiap kebijakan yang dilakukan perusahaan pasti akan mempunyai dampak dan
pengaruh yang ditimbulkan, baik ituyang menguntungkan atau merugikan perusahaan itu sendiri. Menurut Prijanto (2005) mengemukakan bahwa jumlah piutang yang disajikan dalam neraca hendaknya menunjukkan jumlah bersih yang diperkirakan dapat direalisir, untuk itu harus dilakukan prediksi terhadap jumlah piutang yang mungkin tidak akan tertagih, piutang yang tidak tertagih diakui sebagai kerugian piutang. Menurut Muslich (2004) menyatakan risiko yang mungkin terjadi dalam piutang adalah risikotidak dibayarkan seluruh tagihan piutang, risiko keterlambatan dalam pelunasan piutang, risiko tidak diterimanya sebagai piutang, risiko tertanamnya modal kerja dalam piutang.
Risiko tidak dibayarkan seluruh tagihan piutang merupakan risiko yang terjadi apabila jumlah risiko kerugian piutang tidak dapat direalisasikan sama sekali. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya karena seleksi yang kurang baik dalam memilih langganannya yang tidak potensial dalam membayar tagihan, juga dapat terjadi karena adanya stabilitas ekonomi dan kondisi negara yang tidak menentu sehingga piutang tidak dapat dikembalikan. Risiko keterlambatan dalam pelunasan piutang merupakan risiko yang terjadi karena bagian penagihan kurang efektif dalam menagih piutang sehingga menyebabkan keterlambatan dalam penerimaan piutang. Hal ini juga menyebabkan timbulnya tambahan biaya penagihan. Oleh karena itu, untuk menanggulangi semua piutang yang macet maka manajemen perusahaan dapat memberikan sanksi atau denda kepada pelanggan sehingga dapat menekan risiko piutang yang macet. Risiko tidak diterimanya sebagai piutang merupakan risiko yang dapat menyebabkan berkurangnya pendapatan perusahaan, bahkan bisa menimbulkan kerugian jika jumlah piutangnya berkurang dari yang seharusnya atau kurang dari harga pokok barang yang dijual secara kredit. Tentu saja perusahaan tidak akan mendapatkan laba dari hasil pendapatan yang berkurang. Risiko tertanamnya modal kerja dalam piutang merupakan risiko yang terjadi karena rendahnya tingkat perputaran piutang, sehingga jumlah modal kerja yang ditanam dalam piutang terlalu besar dan mengakibatkan adanya modal kerja yang tidak produktif yang akan mengakibatkan kinerja perusahaan menjadi menurun.
5.
Perputaran Piutang Piutang sebagai unsur modal kerja dalam kondisi berputar, yaitu dari kas, proses
komoditi, penjualan, piutang, kembali ke kas. Makin cepat perputaran piutang makin baik kondisi keuangan perusahaan. Periode perputaran piutang tergantung pada panjang pendeknya ketentuan waktu yang dipersyaratkan dalam syarat pembayaran kredit. Disisi lain, syarat pembayaran kredit juga akan mempengaruhi tingkat perputaran piutang di manatingkatperputaran piutang menggambarkan berapa kali modal yang tertanam dalam piutang berputar dalam satu tahun. Menurut Riyanto (2001)yang dimaksud dengan perputaran piutang adalah periode terikatnya modal dalam piutang yang tergantung kepada syarat pembayarannya. Makin lunak atau makin lama syarat pembayarannya, berarti makin lama modal terikat pada piutang, yang berarti bahwa tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah makin rendah. 6.
Mengukur Perputaran Piutang Menurut Riyanto (2001) tingkat perputaran piutang (receivable turnover) dapat
diketahui dengan membagi jumlah penjualan kredit selama periode tertentu dengan jumlah rata-rata piutang (average receivales) pada periode tersebut. Suatu perusahaan semakin baik pengelolaan piutangnya apabila account receivable turnover suatu perusahaannya tinggi. Account receivable turnover dapat ditingkatkan dengan jalan memperketat kebijaksanaan penjualan kredit, misalnya dengan jalan memperpendek waktu pembayaran. Suatu perusahaan tidak cukup hanya dilihat dari tingkat perputaran piutang, tetapi juga perlu dikaitkan dengan hari rata-rata
pengumpulan piutang. Namun hari rata-rata pengumpulan piutang ini baru akan berarti jika dibandingkan dengan syarat pembayaran yang telah ditetapkan perusahaan. Menurut Riyanto (2001) periode terikatnya modal dalam piutang atau hari ratarata pengumpulan piutang (average period) dapat dihitung dengan cara 360 dibagi receivable turnover. Apabila hari rata-rata pengumpulan piutang selalu lebih besar dari pada batas waktu pembayaran yang telah ditetapkan tersebut berarti bahwa cara pengumpulan piutangnya kurang efisien. Ini berarti banyak para langganan yang tidak memenuhi syarat pembayaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan. 7.
Penyebab Turunnya Rasio Perputaran Piutang Makin tinggi peputaran piutang menunjukkan modal kerja yang ditanam dalam
piutang rendah, sebaliknya apabila rasio perputaran piutang semakin rendah maka akan terjadi over investment. Penurunan rasio perputaran piutang menurut Munawir (2004) dapat disebabkan oleh beberapa antara lain turunnya penjualan dan naiknya piutang, turunnya piutang dan diikuti turunnya penjualan dalam jumlah lebih besar, naiknya penjualan diikuti oleh naiknya piutang dalam jumlah yang lebih besar, turunnya penjualan dengan piutang yang tetap, naiknya penjualan sedangkan piutang tidak berubah. Penurunan rasio perputaran piutang juga dapat disebabkan karena bagian kredit dan penagihan yang tidak bekerja dengan efektif atau mungkin karena ada perubahan dalam kebijaksanaan pemberian kredit.
2.1.3 Persediaan Sutrisno (2009) menyatakan persediaan adalah sejumlah barang atau bahan yang dimiliki oleh perusahaan yang tujuannya untuk dijual atau untuk diolah kembali. Perusahaan dagang memiliki barang dagangan yang tujuannya untuk dijual kembali. Perusahaan manufaktur mempunyai bahan baku untuk diolah kembali menjadi barang jadi yang kemudian dijual. Perusahaan memiliki persediaan dengan maksud untuk menjaga kelancaran operasinnya. Persediaan diperlukan untuk mengantisipasi ketidaksempurnaan pasar sebagai contoh idealnya jika perusahaan membutuhkan bahan mentah untuk proses produksinya, bahan mentah akan datang pada saat itu juga. Jika situasi seperti itu terjadi maka persediaan bahan mentah tidak diperlukan. Tetapi dalam kenyataannya bahan mentah bisa saja terlambat datang. Untuk mengantisipasi keterlambatan tersebut (ketidaksempurnaan pasar), persediaan bahan mentah sangat diperlukan, sehingga proses produksi tidak akan terhambat hanya karenabahan mentah belum datang (Hanafi, 2010). Secara spesifik berikut beberapa manfaat investasi pada persediaan: 1.
Memanfaatkan diskon kuantitas. Diskon kuantitas diperoleh jika perusahaan membeli dalam kuantitas yang besar. Jika perusahaan ingin memanfaatkan diskon kuantitas, maka perusahaan akan menyimpan persediaan, karena mungkin perusahaan membeli bahan melebihi kebutuhan saat ini.
2.
Menghindari kekurangan bahan. Jika pelanggan datang untuk membeli barang dagangan, kemudian perusahaan tidak mempunyai barang tersebut,
maka
perusahaan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan. Untuk menghindari situasi tersebut, perusahaan harus memiliki persediaan barang jadi.
Jika bahan mentah tidak ada pada waktu proses produksi membutuhkannya, maka proses produksi bisa terganggu. Untuk menghindari situasi tersebut, perusahaan harus memiliki persediaan bahan mentah. 3.
Manfaat pemasaran. Jika perusuahaan mempunyai persediaan barang dagangan yang lengkap, maka pelanggan atau calon pelanggan akan
terkesan dengan
kelengkapan barang dagangan yang kita tawarkan. Reputasi perusahaan bisa meningkat. Disamping itu jika perusahaan selalu mampu memenuhi keinginan pelanggan (memberikan barang dagangan pada saat dibutuhkan oleh pelanggan), maka kepuasan pelanggan semakin baik. Pelanggan tersebut akan kembali lagi ke perusahaan, sehingga diharapkan akan semakin meningkatkan profitabilitas perusahaan. 4.
Spekulasi. Kadang-kadang persediaan digunakan untuk berspekulasi. Jika perusahaan mengantisipasi kenaikan harga (misalnya inflasi menigkat),
nilai
persediaan akan semakin meningkatkan profitabilitas perusahaan. Pengelolaan persediaan barang sangat penting untuk menjaga agar persediaaan barang yang ada tidak terlalu banyak tetapi juga tidak terlalu sedikit. Masalah penentuan jumlah dana atau alokasi dana dalam persediaan mempunyai dampak langsung terhadap keuntungan perusahaan (Rangkuti, 2007). Persediaan barang yang terlalu banyak memerlukan biaya-biaya penyelenggaraan, resiko-resiko dan investasi yang sangat tinggi. Sehingga terlalu banyaknya uang yang tertanam dalam persediaan barang dapat merugikan perusahaan karena uang tersebut tidak menghasilkan keuntungan. Sebaliknya, investasi dalam persediaan yang terlalu kecil akan mempunyai dampak yang menekan keuntungan, juga karena kekurangan bahan
baku akan mengakibatkan perusahaan tidak dapat bekerja dengan kapasitas penuh yang berarti tenaga kerja dan aktiva perusahaan tidak dapat dimanfaatkan secara penuh, sehingga akan mempertinggi biaya produksi rata-rata, yang akhirnya akan menekan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Tingkat persediaan yang tidak memadai mungkin akan menimbulkan kerugian karena adanya permintaan yang tidak terpenuhi (Riyanto, 2001). Menurut Hanafi (2010) analisis efisiensi dan efektifitas persediaan dapat diketahui dari perputaran persediaan (inventory turnover) dan rata-rata hari persediaan (average day’s inventory). Rasio ini digunakan untuk mengukur efektif
tidaknya perusahaan dalam menggunakan dan
mengendalikan persediaan. Kemudian membandingkan dengan ratio rata-rata industrinya, apabila ratio perusahaan lebih rendah dari rata-rata industrinya, maka dapat dikatakan perusahaan memiliki banyak persediaan yang telah usang atau persediaan yang terlalu tinggi. Tinggi rendahnya perputaran persediaan mempunyai pengaruh langsung terhadap modal perusahaan yang diinvestasikan pada persediaan. Makin tinggi perputaran persediaan berarti makin rendah modal yang terikat pada persediaan. Inventory turnover adalah penjualan barang selama periode tertentu dibagi dengan persediaan pada periode tersebut. Perputaran persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam
dalam persediaan ini
berputar dalam suatu periode. Rasio ini dikenal dengan nama rasio perputaran persediaan (inventory turnover). Dapat diartikan pula bahwa perputaran persediaan merupakan rasio yang menunjukan beberapa kali jumlah barang persediaan diganti
dalam satu tahun, semakin kecil rasio ini semakin jelek begitu pula sebaliknya (Kasmir, 2008). Munawir (2002) inventory turnover merupakan ratio antara jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilai rata-rata yang dimilki oleh perusahaan. Turnover ini menunjukan berapa kali jumlah persediaan barang dagangan diganti dalam satu tahun (dijual dan diganti). Rasio perputaran persediaan mengukur berapa kali persediaan perusahaan telah dijual selama periode tertentu, misalnya selama satu tahun. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat perputaran persediaan adalah lamanya waktu rata-rata berapa kali persediaan tersebut diganti dalam kurung waktu tertentu. Perputaran persediaan barang merupakan salah satu teknik pengendalian jumlah barang adalah dengan menggunakan rasio perputaran persediaan barang. Suatu tingkat perputaran persediaan yang rendah dapat menunjukan adanya investasi yang terlalu besar dalam persediaan barang. Sebaliknya tingkat perputaran persediaan barang yang tinggi menunjukan makin pendek waktu terikatnya modal dalam persediaan barang pada suatu periode tertentu. Menurut Kasmir (2008) Cara menghitung rasio perputaran persediaan dilakukan dengan dua cara yaitu: Pertama, dengan membandingkan antara harga pokok barang yang dijual dengan nilai persediaan. Dan yang kedua dengan cara membandingkan nilai penjualan dengan persediaan. Apabila rasio yang diperoleh lebih tinggi, ini menunjukan perusahaan bekerja secara efisien dan likuid persedian semakin membaik. Demikian pula apabila perputaran persediaan rendah berarti persediaan bekerja secara tidak efisien
atau tidak produktif dan banyak barang persediaan yang menumpuk, hal ini akan mengakibatkan investasi dalam tingkat pengendalian yang rendah. Adapun secara jelas rumus untuk mencari perputaran persediaan dapat digunakan dengan dua cara sebagai berikut: Inventory turn over = Harga pokok persediaan : Persediaan, atau Inventory turn over = Penjualan : Persediaan
2.1.4 Aktiva Tetap 1.
Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap terkait dengan faktor produksi yang digunakan perusahaan untuk
menjalankan kegiatan produksi dan operasional perusahaan. Perusahaan melakukan investasi dalam aktiva tetap dengan harapan perusahaan dapat memperoleh kembali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap tersebut. Pengertian aktiva tetap antara lain: a.
Aktiva tetap ialah properti yang berwujud dan bersifat relatif permanen yang digunakan dalam operasi bisnis.
b.
Aset tetap adalah asset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administrative dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode (IAI, 2009). Berdasarkan pengertian tersebut disimpulkan bahwa aktiva tetap adalah investasi
yang dilakukan perusahaan dalam jangka panjang, tidak untuk dijual kembali dan digunakan untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan.
2.
Klasifikasi Aktiva Tetap Aktiva tetap yang dimiliki perusahaan sangat beragam, sehingga untuk
membedakan diperlukan pengklasifikasian yang cermat, agar tidak tercampur dengan aktiva lainya. Aktiva tetap yang digunakan dalam operasi perusahaan ada dua jenis, yaitu aktiva tetap berwujud (Tangible Assets) dan aktiva tetap tidak terwujud (intangible Assets). Menurut Weygandt (2008) yang diterjemahkan oleh menyatakan bahwa aktiva tetap yang terdiri dari: a.
Aktiva Tetap Berwujud (tangible assets)
1) Tanah, yaitu bidang tanah yang digunakan untuk tujuan usaha. 2) Bangunan, bangunan yang digunakan untuk menempatkan operasi perusahaan. 3) Peralatan, aktiva yang dipergunakan dalam proses produksi atau penyediaan jasa. Contohnya antara lain mobil, truk, mesin, furnitur. b.
Aktiva tetap tidak terwujud (intangible Assets)
1) Paten, yaitu suatu hak ekslusif yang diberikan oleh pemerintah suatu Negara yang memungkinkan seorang penemu/pencipta untuk mengendalikan produksi, penjualan, atau penggunaan dari suatu penemuan /ciptaannya. 2) Merek Dagang, yaitu suatu hak ekslusif yang diberikan oleh pemerintah suatu Negara yang mengizinkan suatu simbol, label dan rancangan khusus. Masa berlaku sahnya tidak terbatas. 3) Hak Cipta, yaitu suatu hak ekslusif yang diberikan oleh pemerintah suatu Negara yang mengizinkan seorang pengarang untuk menjual, memberi izin atau mengendalikan pekerjaanya.
4) Hak Waralaba, yaitu suatu hak ekslusif atau keistimewahan yang diterima suatu perusahaan atau individu untuk menjalankan fungsi-fungsi tertentu atau menjual produk atau jasa tertentu. 5) Daftar Pelanggan, yaitu suatu daftar atau database yang berisi informasi tentang pelanggan seperti nama, alamat, pembelian sebelumnya dan lainnya. 6) Goodwill, yaitu sumber daya. Faktor dan kondisi tak berwujud lain yang memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan laba diatas laba normal dengan aktiva yang dapat diidentifikasikan. Goodwill dicatat hanya jika suatu entitas usaha diakuisisi melalui pembelian. Berdasarkan uraian diatas aktiva tetap merupakan kekayaan yang dimiliki perusahaan yang berwujud maupun tidak berwujud, yang umur kegunaanya jangka panjang dan tidak akan habis dipakai dalam satu periode kegiatan perusahaan. 3.
Perputaran Aktiva tetap Astuti (2004) menyatakan fixed assets turnover merupakan rasio yang mengukur
seberapa efektif perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Perputaran aktiva tetap (fixed assets turnover) adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi perputaran aktiva tetap (fixed assets turnover) berarti semakin efektif penggunaan aktiva tersebut, dan sebaliknya jika perputaran aktiva tetap (fixed assets turnover) menurun maka aktiva tetap yang digunakan kurang efektif atau banyak yang menganggur. Rasio perputaran aktiva tetap digunakan oleh manajemen perusahaan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva tetap dalam menunjang kegiatan penjualan perusahaan, merupakan rasio antara jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi
(operating assets) terhadap jumlah penjualan yang diperoleh selama periode tertentu, perputaran aktiva tetap merupakan ukuran tentang sampai seberapa jauh aktiva ini telah dipergunakan di dalam kegiatan perusahaan atau menunjukan berapa kali operating assets berputar dalam suatu periode tertentu. Brigham (2010) menyatakan rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan pendapatan, jika perputarannya lambat (rendah) kemungkinan terdapat kapasitas terlalu besar atau ada banyak aktiva tetap, namun kurang bermanfaat. Satuan perputaran aktiva tetap adalah kali per tahun (periode akuntansi). Perputaran aktiva tetap = penjualan : rata-rata aktiva tetap.
2.1.5 Total Aktiva 1.
Pengertian Aktiva Aktiva adalah sumber daya yang dimilikioleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darimana manfaat ekonomi dimasa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan. Menurut Baridwan (2000) mengemukakan bahwa aktiva adalah manfaat ekonomi dimasa yang akan datang yang diharapkan akan diterima oleh suatu badan usaha sebagai hasil dari transaksi-transaksi dimasa lalu.
2.
Klasifikasi Aktiva Menurut Baridwan (2000) jenis-jenis aktiva adalah aktiva lancar dan aktiva tidak lancar, adapun uraian dari jenis-jenis aktiva yang dikemukakan adalah sebagai berikut:
a. Aktiva Lancar Aktiva Lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumsi dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan). Elemen-elemen aktiva lancar antara lain: 1) Kas yang tersedia untuk usaha sekarang dan elemen – elemen yang yang dapat disamakan dengan kas, misalnya : sek, money order, pos wesel dan lain-lain. 2) Surat-surat berharga yang merupakan investasi jangka pendek 3) Piutang dagang dan piutang wesel 4) Piutang pegawai, anak perusahaan dan pihak-pihak lain, jika akan diterima dalam waktu satu tahun 5) Piutang angsuran dan piutang wesel angsuran, jika merupakan hal yang umum akan diterima dalam waktu satu tahun. 6) Persediaan barang dagangan, bahan mentah, barang dalam proses, bahan bahan pembantu dan bahan-bahan serta suku cadang yang dipakai dalam pemeliharaan alat-alat atau mesin-mesin. 7) Biaya-biaya yang dibayar di muka seperti asuransi, bunga, sewa, bahan bahan pembantu dan lain-lain. Ditinjau dari batasan bahwa aktiva lancar itu adalah kas atau aktiva lain yang diharapkan dapat segera diubah menjadi uang, maka sesungguhnya biayabiaya yang dibayar dimuka tidak dapat memenuhi kreteria sebagai aktiva lancar,
karena biaya dibayar dimuka tidak akan kembali menjadi uang. Tetapi tidak dapat dibayar dimuka maka biaya-biaya tadi akan dibayar dengan menggunakan sumber aktiva lancar, oleh karena itu maka biaya dibayar di muka harus dimasukkan dalam kelompok aktiva lancar. b. Aktiva Tidak Lancar Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relative permanen atau jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan). 3.
Total Assests Turn Over (perputaran aktiva) Menurut Sartono (2001) mengemukakan bahwa Perputaran total aktiva
menunjukkan bagaimana efektivitas perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva untuk menciptakan penjualan dan mendapatakan laba. Tingkat perputaran ini juga ditentukan oleh elemen aktiva itu sendiri. Menurut Harahap (2001) menyatakan perputaran total aktiva adalah merupkan rasio yang menggambarkan perputaran total aktiva yang diukur dari volume penjualan. Dari pengertian diatas dijelaskan bahwa penjualan dan total aktiva merupakan komponen penting dalam perputaran total aktiva. Pemanfaatan sumber daya yang dimilki yaitu dengan melakukan aktivitas perputaran total aktiva maka akan memperoleh laba. Total assets turn over merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aktiva suatu perusahaan dimana rasio ini menggambarkan kecepatan perputarannya total aktiva dalam satu periode tertentu. Total assets turnover merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu (Syamsuddin, 2009). Total assets turn over
merupakan rasio yang menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Jadi semakin besar rasio ini semakin baik yang berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba dan menunjukkan semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Total assets turn over ini penting bagi para kreditur dan pemilik perusahaan, tapi akan lebih penting lagi bagi manajemen perusahaan, karena hal ini akan menunjukkan efisien tidaknya penggunaan seluruh aktiva dalam perusahaan. Total assets turn over dihitung sebagai berikut:
2.1.6 Penjualan Pertumbuhan penjualan memiliki peran penting dalam pencapaian tujuan perusahaan. Menurut Kesuma (2009) dalam pertumbuhan penjualan (growth of sales) adalah kenaikan jumlah penjualan dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu. Nugroho (2011) menyebutkan dengan mengetahui seberapa besar pertumbuhan penjualan, perusahaan dapat memprediksi seberapa besar profit yang akan didapatkan. Pertumbuhan atas penjualan merupakan indikator penting dari penerimaan pasar dari produk dan jasa perusahaan tersebut, dimana pendapatan yang dihasilkan dari penjualan akan dapat digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan penjualan. Pertumbuhan dapat diukur dengan rasio pertumbuhan. Menurut Fahmi (2012) menyebutkan rasio pertumbuhan yaitu rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisinya
didalam industri dan dalam perkembangan ekonomi secara umum. Rasio pertumbuhan ini yang umum, dapat dilihat dari segi penjualan. Harahap (2010) menyebutkan rasio yang menggambarkan prestasi pertumbuhan penjualan dari tahun ketahun. Untuk mengukur pertumbuhan penjualan adalah Pertumbuhan penjualan= (Penjualan tahun ini – Penjualan tahun lalu) : Penjualan tahun lalu.
2.1.7 Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh May Diana (2013) dengan judul pengaruh perputaran aktiva tetap, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap profitabilitas (ROA) pada perusahaan otomotif dan komponennya periode 2009 -2011. Hasil penelitian menyatakan bahwa secara parsial hanya perputaran persediaan yang berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas (ROA) sedangkan perputaran aktiva tetap, perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas (ROA). Hasil penelitian secara simultan perputaran aktiva tetap, perputaran piutang dan perputaran persediaan tidak berpengaruh terhadap Profitabilitas (ROA). Penelitian yang dilakukan oleh Rosita Alia (2010) dengan judul pengaruh perputaran piutang, perputaran persediaan, perputaran modal, ROE, DAR, DER terhadap profitabilitas pada perusahaan real estate dan propertyperiode 2007-2009. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa secara parsial hanya perputaran modal, ROE, DAR dan DER berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA) sedangkan perputaran piutang, perputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas (ROA).
Secara simultan perputaran piutang, perputaran persediaan perputaran modal, ROE, DAR dan DER berpengaruh terhadap ROA. Penelitian yang dilakukan oleh Seprina Ruleta Sitanggang (2008) mengenai pengaruh tingkat perputaran piutang terhadap profitablilitas pada PT Gresik Cipta Sejahtera Cabang Medan periode 2005-2007 dengan 36 sampel laporan keuangan bulanan . variabel independen adalah tingkat perputaran piutang dan variabel independen adalah return on assest. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat perputaran piutang memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap profitabilitas. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier sederhana menggunakan uji t. Penelitian yang dilakukan oleh Elis Rosmiati (2009) dengan judul Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap profitabilitas, dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa Berdasarkan hasil perhitungan statistik untuk mencari pengaruh perputaran kas, perputaran piutangdan perputaran persediaan terhadap profitabilitas dengan uji hipotesis secara simultan diperoleh kesimpulan bahwa perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan memiliki korelasi yang sangat rendah dengan profitabilitas. Hal ini menunjukkan bahwa secara simultan Perputaran kas, Perputaran Piutang, dan Perputaran Persediaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan tehadap Profitabilitas.
2.2
Rerangka Pemikiran Menurut Erlina (2008) Kerangka konseptual adalah suatu model yang
menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah
diketahui
dalam
suatu
masalah
tertentu.
Kerangka
konseptual
akan
menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian, yaitu antara variabel independen dengan variabel dependen. Pada penelitian ini variabel independen adalah perputaran piutang usaha, perputaran persediaan, perputaran aktiva tetap, perputaran total aktiva dan pertumbuhan penjualan sedangkan variabel dependen adalah profitabilitas (ROA). Bagan pemikiran sebagai berikut:
Gambar 1 Rerangka Pemikiran
Perusahaan
Kebutuhan Modal Kerja
Pengelolaan Aktiva
Penjualan
Perputaran Piutang
Perputaran Aktiva Tetap
Peningkatan Kinerja
Perputaran Persediaan
Perputaran Total Aktiva
Pertumbuhan Penjualan
Profitabilitas-ROA
2.3 Perumusan Hipotesis Berdasarkan pada latar belakang masalah,rumusan masalah, tujuan penelitian serta telaah pustaka, dan juga penelitian-penelitian terdahulu, maka variabel yang mempengaruhi Profitabilitas (ROA) dapat dijelaskan sebagai berikut: 2.3.1 Pengaruh Perputaran Piutang terhadap Profitabilitas Perputaran piutang yaitu peredaran dana yang menunjukkan berapa kali tiap tahunnya dana yang tertanam dalam piutang berputar dari bentuk piutang menjadi kas, kemudian kembali ke bentuk piutang lagi. Tingkat perputaran piutang yang tinggi berarti pengembalian dana yang tertanam dalam piutang berlangsung secara tepat sehingga resiko kerugian piutang dapat diminimalkan. Kas yang kembali tersebut dapat digunakan kembali untuk penjualan. Semakin tinggi penjualan dan pengelolaan piutang maka keuntungan (rasio profitabilitas) akan semakin besar. Maka dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas, sehingga dapat diambil hipotesis: H1: Perputaran piutang berpengaruh positif terhadap profitabilitas. 2.3.2 Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Profitabilitas Periode perputaran persediaan dapat digunakan untuk melihat apakah terdapat ketidakseimbangan, yang bisa saja menunjukkan kelebihan investasi dalam berbagai komponen tertentu persediaan. Menurut Riyanto (2001) masalah penentuan besarnya investasi atau alokasi modal dalam persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan perusahan. Kesalahan dalam penetapan besarnya investasi dalam persediaan akan menekan keuntungan perusahaan.
Perusahaan manufaktur selalu berhubungan dengan persediaan karena kegiatan produksi yang dilakukan selalu membutuhkan adanya barang yang siap untuk digunakan sepanjang waktu. Periode perputaran persediaan perlu diperhatikan untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk menghabiskan persediaan dalam proses produksinya. Hal ini dikarenakan semakin lama periode perputaran persediaan, maka semakin banyak biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk menjaga agar persediaan di gudang tetap baik. Oleh karena itu, diperlukan adanya tingkat perputaran persediaan yang tinggi untuk mengurangi biaya yang timbul, karena kelebihan persediaan. Dilihat dari segi biaya, apabila perputaran persediaan semakin lama, maka persediaan menumpuk, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan semakin tinggi hal ini akan semakin memperkecil laba. Karena laba merupakan hasil dari pendapatan dikurangi biaya. Sehingga semakin besar biaya yang harus ditanggung perusahaan, semakin kecil laba yang akan didapat. Sehingga disimpulkan bahwa perputaran persediaan berpengaruh terhadap profitabilitas, sehingga dapat disimpulkan bahwa perputaran persediaan berpengaruh terhadap profitabilitas sehingga dapat diambil hipotesis: H2: Perputaran persediaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas. 2.3.3 Pengaruh Perputaran Aktiva Tetap terhadap Profitabilitas Perputaran aktiva tetap merupakan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aset tetapnya untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan. Penggunaan aktiva tetap yang maksimum dapat mengurangi biaya tetap dan meningkatkan keuntungan perusahaan. Maka dapat disimpulkan bahwa Perputaran aktiva tetap berpengaruh terhadap profitabilitas, sehingga dapat diambil hipotesis: H3: Perputaran aktiva tetap berpengaruh positif terhadap profitabilitas.
2.3.4 Pengaruh Perputaran Total Aktiva terhadap Profitabilitas Perputaran total Perputaran total aktiva menunjukkan bagaimana efektivitas perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva untuk menciptakan penjualan dan mendapatakan laba. Tingkat perputaran ini juga ditentukan oleh elemen aktiva itu sendiri. Menurut Harahap (2001) menyatakan perputaran total aktiva adalah merupkan rasio yang menggambarkan perputaran total aktiva yang diukur dari volume penjualan. Dari pengertian diatas dijelaskan bahwa penjualan dan total aktiva merupakan komponen penting dalam perputaran total aktiva. Pemanfaatan sumber daya yang dimilki yaitu dengan melakukan aktivitas perputaran total aktiva maka akan memperoleh laba. Sehingga disimpulkan bahwa perputaran total aktiva berpengaruh terhadap profitabilitas, maka dapat diambil hipotesis: H4: Perputaran total aktiva berpengaruh positif terhadap profitabilitas. 2.3.5 Pengaruh Pertumbuhan penjualan terhadap Profitabilitas Perusahaan manufaktur tidak akan berjalan tanpa adanya sistem penjualan yang baik. Penjualan merupakan ujung tombak dari sebuah perusahaan. Ramalan penjualan yang tepat sangatlah diperlukan, agar perusahaan dapat mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk proses produksi. Dengan menggunakan rasio pertumbuhan penjualan, perusahaan dapat mengetahui trend penjualan dari produknya dari tahun ke tahun. Brigham dan Houston (2001) menyatakan bahwa penjualan harus dapat menutupi biaya sehingga dapat meningkatkan keuntungan Maka perusahaan dapat menentukan langkah yang akan diambil untuk mengantisipasi kemungkinan naik atau turunnya penjualan pada tahun yang akan datang. Bila penjualan ditingkatkan, maka aktiva pun
harus ditambah sedangkan di sisi lain, jika perusahaan tahu dengan pasti permintaan penjualannya di masa mendatang, hasil dari tagihan piutangnya, serta jadwal produknya, perusahaan akan dapat mengatur jadwal jatuh tempo utangnya agar sesuai dengan arus kasbersih di masa mendatang. Akibatnya, laba akan dapat dimaksimalkan. Sehingga
disimpulkan
bahwa
pertumbuhan
penjualan
berpengaruh
profitabilitas, maka dapat diambil hipotesis: H5: Pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap profitabilitas.
terhadap