BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1
Pertumbuhan Perusahaan
2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan aset perusahaan. Pertumbuhan perusahaan menggambarkan tingkat ekspansi yang diusahakan oleh perusahaan dengan melihat pertumbuhan aktiva yang digunakan dalam kegiatan operasional. Pertumbuhan perusahaan merupakan indikator untuk menilai prospek perusahaan di masa mendatang dengan mengukur perubahan
total
aset.
Perusahaan
yang
aktivanya
terus
meningkat
mengindikasikan perusahaan sedang dalam tahap ekspansi. Tentu saja perusahaan yang sedang tumbuh memerlukan dana yang besar sehingga terkadang perlu mengambil pendanaan eksternal berupa utang. Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh pihak internal maupun eksternal suatu perusahaan karena dapat memberikan suatu aspek yang positif bagi mereka. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan perusahaan merupakan tanda bahwa perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan, dan mereka mengharapkan rate of return (tingkat pengembalian) dari investasi mereka memberikan hasil yang lebih baik (Sriwardany, 2007). 2.1.2 Perlunya Pertumbuhan Perusahaan 1.
Makin besar makin baik. Ukuran yang besar pada organisasi ada kaitannya dengan hubungan ekonomis. Pertumbuhan yang makin besar sangat diinginkan karena dengan
8
9
makin meningkatnya besaran organisasi maka berdampak pada skala ekonomi (economic of scale). Makin besar organisasi seringkali lebih efisien dalam operasional organisasi tersebut. Keyakinan tersebut juga mendominasi pasar-pasar saham, yaitu pertumbuhan masih menjadi penentu utama dari nilai sebuah saham. Pertumbuhan berfungsi sebagai indikator tentang kebugaran organisasi di masa yang akan datang, karena masa depan organisasi yang prospektif dapat mempengaruhi sejauhmana organisasi tersebut dapat memperoleh dukungan terus menerus dan meningkat dari lingkungan spesifiknya. Oleh karena itu para manajer sangat termotivasi untuk mencari pertumbuhan. 2.
Pertumbuhan meningkatkan kemungkinan untuk bertahan hidup. Organisasi yang besar mempunyai peluang dukungan yang lebih besar dari pemerintah dibandingkan dengan organisasi yang kecil.
3.
Pertumbuhan sinonim dengan keefektifan. Apabila organisasi tumbuh dan menjadi lebih besar, maka orang lazim mengasumsikan bahwa organisasi tersebut dikelola dengan efektif. Para eksekutif menunjukkan penjualan yang makin meningkat, manajemen rumah sakit memperlihatkan lebih banyak pasien yang ditangani dibandingkan sebelumnya dan para dekan di perguruan tinggi menyatakan bahwa mahasiswa yang berminat dan mendaftar makin meningkat. Contoh โ contoh tersebut menggambarkan bagaimana organisasi dikelola dengan baik sehingga organisasi mengalami pertumbuhan. Oleh karena itu masyarakat beranggapan bahwa pertumbuhan sinonim dengan keefektifan pengelolaan organisasi.
10
4.
Pertumbuhan adalah kekuasaan. Pertumbuhan suatu organisasi akan meningkatkan prestise, kekuasaaan dan keamanan
kerja
bagi
top
manajemen.
Pertumbuhan
organisasi
seiring dengan peningkatan gengsi manajemen puncak organisasi tersebut. Pertumbuhan juga menjadikan organisasi tersebut mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang lebih besar terhadap lingkungannya dibandingkan dengan organisasi yang kecil, seperti pengaruh yang lebih besar terhadap pemasok, serikat buruh, pelanggan, pemerintah dan lain sebagainya. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan yang logis bahwa pertumbuhan bukanlah suatu kejadian yang kebetulan saja. Pertumbuhan memberikan keuntungan
ekonomis
bagi
organisasi
dan
keuntungan
politis
(kekuasaan) bagi eksekutif puncak organisasi tersebut. 2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Perusahaan Adapun faktor yang mempengaruhi pertumbuhan perusahaan sebagai berikut: 1.
Peningkatan penjualan Hal ini dapat dilihat melalui peningkatan penjualan suatu perusahaan dari satu periode ke periode berikutnya. Penjualan juga merupakan salah satu sumber pendapatan dimana bertujuan untuk mendatangkan keuntungan atau laba dari produk maupun jasa yang dihasilkan, didukung dengan pengelolaaan yang baik. Dengan adanya peningkatan penjualan maka akan terjadi juga peningkatan atas laba yang diperoleh.
2.
Kemampu labaan
11
Kemampu labaan merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba sehingga dapat diketahui sejauh mana perusahaan dapat memanfaatkan modal secara efektif dan efisien. Untuk mengetahui kemampu labaan tersebut maka dapat dilihat dari laporan keuangan suatu perusahaan. 3.
Aktiva yang dimiliki Pertumbuhan perusahaan berkaitan dengan perubahan tahunan dari total aktiva. Perubahan tersebut dilihat melalui peningkatan aktiva perusahaan dari setiap periodenya, menyebabkan perusahaan membutuhkan dana yang besar. Karena kebutuhan dana semakin besar maka perusahaan cenderung menahan sebagian besar pendapatannya. Semakin besar pendapatan yang ditahan menyebabkan semakin kecil dividen yang dibagikan kepada pemegang saham.
2.1.4 Indikator Pertumbuhan Perusahaan Pengukuran pertumbuhan (growth) perusahaan dapat diukur dengan membandingkan antara total aktiva tahun yang bersangkutan (tahun ke-t) dikurangi jumlah total tahun sebelumnya (tahun ke t-1) kemudian dibagi dengan jumlah total tahun sebelumnya (tahun ke t-1). Seperti dinyatakan pada formula berikut: Pertumhuan Perusahaan = 2.2
๐๐๐ก๐๐ ๐ด๐ ๐๐ก ๐ก โ ๐๐๐ก๐๐ ๐ด๐ ๐๐ก๐กโ1 ๐๐๐ก๐๐ ๐ด๐ ๐๐ก ๐กโ1
x 100%
Struktur Aktiva
2.2.1 Pengertian Struktur Aktiva Struktur aktiva (Asset Tangibility) merupakan perimbangan atau perbandingan antara asset tetap dengan total asset.
12
Asset tetap adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang secara fisik tampak dan turut berperan dalam operasi perusahaan secara permanen, selain itu mempunyai unsur ekonomis lebih dari satu periode dalam kegiatan perusahaan seperti tanah, gedung, mesin, peralatan kantor, dan kendaraan. Struktur aktiva menggambarkan sebagian jumlah aktiva yang dapat dijadikan jaminan (collateral vallue of assets). Kebanyakan perusahaan industri yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal permanen yaitu modal sendiri, sedangkan hutang bersifat sebagai pelengkap. Hal ini dihubungkan dengan adanya aturan struktur finansial konservatif horizontal yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah asset tetap ditambah asset lain yang sifatnya permanen, sedangkan perusahaan yang sebagian besar asetnya terdiri dari asset lancar akan cenderung mengutamakan pemenuhan kebutuhan dan dengan hutang. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh struktur asset terhadap struktur modal suatu perusahaan (Riyanto, 2011:298). 2.2.2 Aktiva Tetap Aktiva tetap adalah
aktiva (kekayaan) yang dimiliki perusahaan yang
diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun terlebih dahulu,sifatnya permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan untuk jangka panjang serta mempunyai nilai yang cukup material Menurut definisinya, aktiva tetap mempunyai masa hidup lebih dari satu tahun, sehingga penanaman modal dalam aktiva tetap adalah investasi jangka panjang. Bagi perusahaan industri aktiva tetap menyerap sebagian besar dari modal yang ditanamkan dalam perusahaan. Jumlah aktiva tetap yang ada dalam
13
perusahaan juga dipengaruhi oleh sifat atau jenis dari proses produksi yang dilaksanakan. Sama halnya dengan investasi dalam aktiva lancar, investasi dalam aktiva tetap juga pada akhirnya mengharapkan tingkat pengembalian yang optimal atas dana yang sudah diinvestasikan. Bagi perusahaan industri, aktiva tetap merupakan power untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang optimal. Proporsi aktiva tetap yang lebih besar atas aktiva lancarnya akan berpengaruh terhadap tingkat pengembalian. Perusahaan-perusahaan industri diasumsikan akan memperoleh hasil yang lebih besar dari aktiva tetap dibandingkan aktiva lancar yang dimilikinya, sehingga dapat dikatakan bahwa aktiva tetap menggambarakan aktiva yang benarbenar dapat memberikan hasil keapada perusahaan. Apabila perusahaan tidak dapat memperoleh hasil yang lebih besar dari modal yang diinvestasikan dalam aktiva tetap dibandingkan aktiva lancarnya maka sebaiknya perusahaan menjual aktiva-aktiva tetap yang dimiliki dan dengan hasil penjualan tersebut dipergunakan untuk membeli atau melakukan investasi dalam aktiva lancar. 2.2.3 Aktiva Lancar Aktva lancar adalah bagian dari struktur aktiva. Aktiva lancar umunya memiliki umur ataupun tingkat perputaran yang relatif singkat yang biasanya kurang dari satu tahun. Aktiva lancar terbagi sebagai berikut: 1.
Kas Kas ini bisa dibilang aktiva lancar yang paling lancar, Kas ini simpel sebenarnya, sesuatu apapun yang bisa ditabungkan di Bank serta bisa dengan mudah ditarik/diambil setiap saat (sewaktu waktu) dalam bentuk kas itu
14
dianggap Cash/kas. contohnya: uang, check (belum ditarik/diuangkan) juga uang kas yang ada disimpan di bank. Tetapi sertifikat depisito tidak termasuk dalam kas karena adanya pembatasan waktu dalam penarikan. agar sebuah account bisa disebut aset lancar, kas wajib ada/tersedia untuk segera digunakan. 2.
Investasi Jangka Pendek (temporary investment) Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan atau didanai dari kelebihan dana yang bersifat sementara yang dimiliki oleh perusahaan yang dimaksudkan untuk dimiliki selama dua belas bulan atau kurang. Contohnya: obligasi pemerintah, obligasi perusahaan-perusahaan industri dan surat-surat hutang, dan saham perusahaan lain yang dibeli untuk dijual kembali.
3.
Piutang dagang (account receivable) Piutang adalah tagihan kepada seseorang atau badan usaha yang muncul karena operasi normal entitas usaha. contoh piutang adalah piutang pada perusahaan rekanan (afiliasi) piutang pada pelanggan. Apabila nanti ada penurunan nilai piutang karena return penjualan, piutang yang tidak bisa ditagih maupun diskon, harus dicantumkan dan dijelaskan dengan rinci didalam penjelasan laporan keuangan perusahaan.
4.
Persediaan barang (inventories) Persediaan merupakan aktiva yang tersimpan, baik untuk dijual (misal persediaan barang dagang) maupun untuk digunakan oleh entitas itu sendiri (misal bahan baku) dalam rentang waktu operasi normal entitas usaha. penentuan nilai persediaan perusahaan ini bisa menggunakan metode FIFA
15
dan metode weighted average cost (rata rata tertimbang) dan dicantumkan dalam penjelasan laporan keuangan perusahaan. 5.
Biaya dibayar dimuka Biaya dibayar dimuka merupakan pengeluaran untuk memperoleh jasa dari pihak lain, tetapi pengeluaran tersebut belum menjadi biaya atau jasa dari pihak lain itu belum dinikmati oleh perusahaan pada periode yang sedang berjalan.
2.2.4 Indikator Struktur Aktiva Struktur aktiva merupakan perbandingan antara aktiva tetap terhadap total aktiva (Sudana, 2013:63). Skala pengukuran variabel struktur aktiva mengunakan skala rasio dengan rumus: Struktur Aktiva = 2.3
๐ด๐๐ก๐๐ฃ๐ ๐๐๐ก๐๐ ๐๐๐ก๐๐ ๐ด๐๐ก๐๐ฃ๐
X 100%
Pertumbuhan Penjualan
2.3.1 Pengertian Pertumbuhan Penjualan Penjualan adalah suatu kegiatan transaksi yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan. Transaksi yang dilakukan dapat berupa barang maupun jasa. Pertumbuhan penjualan adalah kenaikan jumlah penjualan dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu. Pertumbuhan penjualan merupakan indikator permintaan dan daya saing perusahaan dalam suatu industri. Pertumbuhan penjualan mencerminkan keberhasilan investasi pada periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa yang akan datang. Menurut Brigham dan Houston (2011:39), perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang
16
penjualannya tidak stabil. Lain halnya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah, kebutuhan modal baru relatif kecil sehingga dapat dipenuhi dari laba di tahan. Agar tingkat penjualan dan pendapatan yang dihasilkan dapat optimal maka perusahaan harus memiliki strategi sehingga mampu menguasai pangsa pasar dengan cara menarik konsumen agar tetap memilih produk dari perusahaan tersebut. Untuk faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan penjualan harus diperhatikan. 2.3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penjualan Dalam praktek, kegiatan penjualan itu dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut: 1.
Kondisi dan Kemampuan Penjual Transaksi jual-beli atau pemindahan hak milik secara komersial atas barang dan jasa itu pada prinsipnya melibatkan dua pihak, yaitu penjual sebagai pihak pertama dan pembeli sebagai pihak kedua. Di sini, penjual harus dapat meyakinkan kepada pembelinya agar dapat berhasil rnencapai sasaran penjualan yang diharapkan. Untuk maksud tersebut penjual harus memahami beberapa masalah penting yang sangat berkaitan, yaitu :
a.
Jenis dan karakteristik barang yang ditawarkan.
b.
Harga produk.
c.
Syarat penjualan, seperti pembayaran, penghantaran, pelayanan sesudah penjualan, garansi, dan sebagainya.
17
Masalah-masalah tersebut biasanya menjadi pusat perhatian pembeli sebelum melakukan pembelian. Selain itu, manajer perlu memperhatikan jumlah serta sifatsifat tenaga penjualan yang akan dipakai. Dengan tenaga penjualan yang baik dapatlah dihindari timbulnya kemungkinan rasa kecewa pada para pembeli . 2.
Kondisi Pasar Pasar, sebagai kelompok pembeli atau pihak yang menjadi sasaran dalam penjualan, dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualannya. Adapun faktorfaktor kondisi pasar yang perlu diperhatikan adalah : Jenis pasarnya, apakah pasar konsumen, pasar industri, pasar penjual, pasar
pemerintah, ataukah pasar internasional. a.
Kelompok pembeli atau segmen pasarnya.
b.
Daya belinya.
c.
Frekuensi pembeliannya.
d.
Keinginan dan kebutuhannya.
3.
Modal Akan lebih sulit bagi penjual untuk menjual barangnya apabila barang yang dijual tersebut belum dikenal oleh calon pembeli, atau apabila lokasi pembeli jauh
dari
tempat
penjual.
Dalam
keadaan
seperti
ini,
penjual
harus memperkenalkan dulu membawa barangnya ke tempat pembeli. Untuk melaksanakan maksud tersebut diperlukan adanya sarana serta usaha, seperti : alat transport, tempat peragaan baik di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan, usaha promosi, dan sebagainya. Semua ini hanya dapat dilakukan apabila penjual memiliki sejumlah modal yang diperlukan untuk itu. 4.
Kondisi Organisasi Perusahaan
18
Pada perusahaan besar, biasanya masalah penjualan ini ditangani oleh bagian tersendiri (bagian penjualan) yang dipegang orang-orang yang ahli di bidang penjualan. Lain halnya dengan perusahaan kecil di mana masalah penjualan ditangani oleh orang yang juga melakukan fungsi-fungsi lain. Hal ini disebabkan karena jumlah tenaga kerjanya lebih sedikit, sistem organisasinya lebih sederhana, masalah-masalah yang dihadapi, serta sarana yang dimilikinya juga tidak sekompleks perusahaan besar. Biasanya, masalah penjualan ini ditangani sendiri oleh pimpinan dan tidak diberikan kepada orang lain. 2.3.3 Jenis Penjualan Adapun jenis-jenis penjualan yang diantaranya yaitu: a.
Trade Selling Merupakan suatu jenis penjualan yang dilakukan oleh pedagang kepada grosir, tujuan utamanya untuk dijual kembali.
b.
Tehnical Selling Merupakan suatu cara atau usaha-usaha untuk meningkatkan penjualan dengan cara memberikan saran dan nasehat kepada konsumen atau pembeli akhir dari barang dan jasanya. Dalam hal yang satu ini wirausaha tersebut mempunyai tugas utama untuk mengidentifikasi dan juga menganalisa segala macam masalah yang dihadapi oleh pembeli lalu setelah itu menunjukkan bagaimana produk atau jasa yang ditawarkan bisa mengatasi masalah si konsumen dan pembeli.
c.
Missionary Selling
19
Merupakan suatu bentuk wirausaha dimana pengusaha atau perusahaan berusaha untuk meningkatkan penjualannya dengan cara mendorong pembeli dan tentu saja untuk membeli produk atau jasanya. Dalam hal ini pengusaha atau perusahaan yang bersangkutan memiliki penyalur tersendiri dalam menyalurkan atau mendistribusikan produk maupun jasanya. d.
New Business Selling Merupakan suatu usaha-usaha untuk membuka transaksi batu dengan cara mengubah seorang calon konsumen menjadi konsumen.
2.3.4 Proses dalam Penjualan Menurut Kotler, P dan Armstrong, G (2004) dialih bahasakan oleh Alexander Sindoro langkah-langkah dalam proses penjualan meliputi: 1.
Memilih Prospek dan Menilai Langkah pertama dalam proses penjualan adalah memilih prospek (prospecting), yaitu mencari siapa yang dapat masuk sebagai pelanggan potensial. Tenaga penjual perlu mengetahui cara menilai prospek (qualify) artinya cara mengenali calon yang baik dan menyisihkan calon yang jelek. Prospek dapat dinilai dengan meneliti kemampuan keuangan, volume bisnis, kebutuhan spesial, lokasi dan kemungkianan untuk tumbuh.
2.
Prapendekatan. Sebelum mengunjungi seorang calon pembeli, tenaga penjual sebaiknya mempelajari sebanyak mungkin mengenai organisasi (apa yang dibutuhkan, siapa yang terlibat dalam pembelian) dan pembelinya (karakteristik dan gaya membeli). Langkah-langkah ini dikenal dengan istilah prapendekatan.
20
Wiraniaga sebaiknya menetapkan tujuan kunjungan yang mungkin untuk menilai calon, mengumpulkan informasi, atau membuat penjualan langsung. 3.
Pendekatan Dalam langkah ini, wiraniaga sebaiknya mengetahui caranya bertemu dan menyapa pembeli serta menjalin hubungan menjadi awal yang baik. Langkah ini mencakup penampilan wiraniaga, kata-kata pembukaan, dan tindak lanjutan.
4.
Presentasi dan Demonstrasi Dalam langkah presentasi dari proses penjualan, tenaga penjual menceritakan produk kepada pembeli, menunjukan bagaimana produk akan menghasilkan dan menghemat uang. Presentasi penjualan dapat diperbaiki dengan alat bantu demonstrasi, seperti buku kecil, pita video, dan sempel produk.
5.
Mengatasi Keberatan Pelanggan hampir selalu mempunyai keberatan selama presentasi atau kettika diminta untuk memesan. Dalam mengatasi keberatan wiraniaga harus menggunakan pendekatan positif, menggali keberatan tersembunyi, meminta pembeli untuk menjelaskan keberatan, menggunakan keberatan sebagai peluang untuk memberikan informasi lebih banyak dan mengubah keberatan menjadi alasan untuk membeli.
6.
Menutup Menutup merupakan langkah dalam proses penjualan ketika wiraniaga meminta pelanggan untuk memesan. Tenaga penjual harus mengetahui cara mengenali tanda-tanda penutupan dari pembeli termasuk gerakan fisik, komentar dan pertanyaan.
21
7.
Tindak Lanjut Merupakan langkah terakhir dalam proses penjualan ketika wiraniaga melakukan tindak lanjut setelah penjualan untuk memastikan kepuasan pelanggan dan bisnis berulang.
2.3.5 Indikator Pertumbuhaan Penjualan Pertumbuhan penjualan adalah perhitungan kenaikan dan penurunan penjualan perusahaan dari tahun ke tahun. Perusahaan dengan penjualan yang stabil dapat lebih banyak mengambil hutang dan dapat menanggung biaya tetap yang tinggi dibandingkan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Cara pengukurannya adalah dengan membandingkan penjualan pada tahun ke t setelah dikurangi penjualan periode sebelumnya terhadap penjualan pada pada periode sebelumnya. Seperti dinyatakan pada formula berikut: Pertumbuhan Penjualan =
๐๐๐๐๐ข๐๐๐๐๐ก โ๐๐๐๐๐ข๐๐๐๐๐กโ1 ๐๐๐๐๐ข๐๐๐๐๐กโ1
X 100%
2.4 Struktur Modal 2.4.1 Pengertian Struktur Modal Dalam menjalankan kegiatan operasinya, struktur atau komposisi modal harus direncanakan se-efektif dan se-efisien mungkin sehingga tingkat stabilitas keuangan perusahaan dapat terjamin dan seimbang antara hutang dengan modal yang dimiliki perusahaan. Pada dasarnya pengaturan struktur modal dalam perusahaan harus berorientasi pada tingkat stabilitas keuangan serta kelangsungan hidup perusahaan agar dapat menghasilkan laba yang terus meningkat setiap tahunnya. Menurut Riyanto (2011:282) struktur modal adalah pembelanjaan permanen yang mencerminkan pertimbangan atau perbandingan antara utang
22
jangka panjang dengan modal sendiri. Struktur modal menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang untuk membiayai invetstasinya, sehingga dengan mengetahui struktur modal, investor dapat mengetahui keseimbangan antara risiko dan tingkat pengembalian investasinya. Menurut Harjito dan Martono (2013:256) struktur modal (capital structure) adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal sendiri berasal dari modal saham, laba ditahan, dan cadangan. Menurut pembelanjaan
Sudana jangka
(2011:189), panjang
struktur
perusahaan
modal yang
berkaitan
dengan
digambarkan
dengan
perbandingan utang jangka panjang dan modal sendiri. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari dalam perusahaan seperti modal saham, laba ditahan, dan cadangan. Sedangkan, modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang bersifat sementara dan bagi perusahaan yang bersangkutan, modal tersebut merupakan utang yang pada saatnya harus dibayar kembali seperti utang jangka pendek (short term debt), utang jangka menengah (intermediate term debt), dan utang jangka panjang (long term debt). Jika dalam pendanaan perusahaan yang berasal dari berasal modal sendiri masih mengalami kekurangan (defisit) maka perlu dipertimbangkan pendanaan perusahaan yang berasal dari luar, yaitu dari hutang (debt financing). 2.4.2 Komponen Struktur Modal Menurut Riyanto (2012:238) struktur modal perusahaan memiliki beberapa komponen yang terdiri dari:
23
1.
Modal asing atau utang jangka panjang, yaitu utang yang memiliki jangka waktu lebih dari 1 tahun. Adapun jenis atau bentuk utama dari kewajiban jangka panjang antara lain:
a.
Pinjaman obligasi, yaitu pinjaman utang jangka wakktu yang panjang dimana pihak debitur mengeluarkan surat pengakuan hutang yang memiliki nominal tertentu.
b.
Pinjaman hipotik, yaitu pinjaman jangka panjang dimana kreditur diberi hak hipotik terhadap suatu barang tidak bergerak, dan apabila pihak debitur tidak memenuhi kewajibannya, barang tersebut dapat dijual dan dari hasil penjualan tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihannya.
2.
Modal Sendiri, modal yang berasal dari pemilik perusahaan yang tertanam dalam perusahaan untuk waktu yang tidak ditentukan. Dalam perusahaan berbentuk perseroan, modal sendiri terdiri dari:
a.
Saham biasa, merupakan tanda kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan tanpa hak istimewa.
b.
Saham preferen, merupakan saham dimana pemegang sahamnya memiliki hak istimewa terutama dalam hal pembagian deviden dan pembagian kekayaan.
c.
Cadangan, yang dibentuk dari keuntungan yang diperoleh dari perusahaan selama beberapa waktu yang lampau atau dari tahun berjalan.
d.
Laba ditahan, modal yang berasal dari dalam perusahaan yaitu kumpulan laba dan rugi sampai saat tertentu sesudah dikurangi deviden yang dibagi dan jumlah yang dipindahkan ke rekening modal.
2.4.3 Struktur Modal yang Optimal
24
Struktur modal yang optimal suatu perusahaan adalah komposisi antara hutang jangka panjang dan modal sendiri yang merupakan sumber pembelanjaan aktiva-aktiva jangka panjang perusahaan. Dalam kondisi tertentu perusahaan dapat memenuhi kebutuhan dananya dengan menggunakan sumber dana dari dalam perusahaan, tetapi mungkin saja kebutuhan dananya diperoleh dari luar perusahaan apabila dana dari dalam perusahaan tidak mencukupi. Kebijakan struktur modal melibatkan perimbangan antara resiko dan tingkat pengembalian, antara lain: a.
Menggunakan lebih banyak hutang berarti memperbesar resiko yang ditanggung pemegang saham.
b.
Menggunakan lebih banyak hutang juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan.
2.4.4 Teori Struktur Modal Teori struktur modal bertujuan memberikan landasan pola piker untuk mengetahui struktur modal yang optimal. Dalam hal ini, struktur yang memaksimumkan nilai perusahaan haruslah menyediakan keuntungan besar bagi pemegang saham (Hanafi 2013:297-316). 1.
Pendekatan Tradisional Menurut Sudana (2011:195), pendekatan tradisional mengemukakan struktur modal optimal dan perusahaan dapat meningkatkan total perusahaan dengan mempergunakan jumlah utang tertentu. Dengan mempergunakan utang yang semakin besar, perusahaan dapat menurunkan biaya modalnya dan meningkatkan nilai perusahaan. Walaupun pemegang saham meningkatkan tingkat kapitalisasi saham karena meningkatnya risiko bagi pemegang saham,
25
peningkatan tersebut tidak melebihi manfaat yang diperoleh dari penggunaan utang yang biayanya lebih murah. Menurut Hanafi (2013:297) Pendekatan tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal. Dengan kata lain, struktur modal mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. Struktur modal bisa diubah-ubah agar diperoleh nilai perusahaan yang optimal. 2.
Trade Off Theory Menurut Hanafi (2013:309), dalam kenyataan ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan utang sebanyak-banyaknya. Satu hal yang terpenting adalah dengan semakin tinggi utang maka akan semakin tinggi kemungkinan (probabilitas) kebangkrutan, misalnya dengan semakin tinggi utang maka semakin besar dana yang harus dibayarkan. Pemberi pinjaman bisa membangkrutkan perusahaan jika perusahaan tidak bisa membayar hutang. Biaya kebangkrutan tersebut terdiri dari 2 (dua) hal, yaitu:
a.
Biaya langsung merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar biaya administrasi, biaya pengacara, biaya akuntan, dan biaya lainnya yang sejenis.
b.
Biaya tidak langsung merupakan biaya yang terjadi karena dalam kondisi insolvensi, perusahaan lain atau pihak lain tidak ingin berhubungan dengan perusahaan secara normal. Misalnya adalah supplier tidak ingin memasok barang karena mengkhawatirkan kemungkinan tidak dapat membayar. Walaupun model trade off theory tidak dapat menentukan secara tepat struktur modal yang optimal, namun model tersebut memberikan kontribusi penting yaitu:
26
a.
Perusahaan yang memiliki aktiva yang tinggi, sebaiknya menggunakan hutang.
b.
Perusahaan
yang
membayar
pajak
tinggi
sebaiknya
lebih
banyak
menggunakan hutang dibandingkan perusahaan yang membayar pajak rendah. 3.
Signaling Theory Istilah sinyal (signal) dalam signaling theory diartikan sebagai tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk kepada para investor mengenai bagaimana cara pandang manajemen terhadap prospek perusahaan (Brigham and Houston. 2006: 40). Signaling theory adalah teori yang menerangkan suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk pada investor tentang cara manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan modal baru dengan cara-cara yang lain, termasuk penggunaan utang yang melebihi target struktur modal yang normal. Sebaliknya, perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan
akan cenderung menjual sahamnya.pengumuman
emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya merupakan suatu sinyal bahwa manajemen memandang suramnya prospek perusahaan tersebut. Prospek perusahaan yang terlihat dari tindakan yang diambil manajemen tersebut akan mempengaruhi keputusan investor untuk menanamkan dananya kedalam perusahaan tersebut. 4.
Pecking Order Theory
27
Pecking Order Theory dikembangkan oleh Myers dan Majlus pada tahun 1984. Secara spesifik, perusahaan mempunyai urutan-urutan prefrensi dalam pengunaan dana. Menurut Hanafi (2013:313) skenario urutan dalam Pecking Order Theory adalah sebagai berikut: a.
Perusahaan memilih pendanaan internal yang diperoleh dari laba (profit) yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan.
b.
Perusahaan menghitung target rasio pembayaran yang didasarkan pada perkiraan kesempatan investasi.
c.
Akibat kebijakan deviden yang konstanta (sticky), digabung dengan fluktuasi keuntungan dan kesempatan yang tidak bisa diprediksi akan menyebabkan aliran kas yang semula diterima oleh perusahaan akan lebih besar dibandingkan
dengan
pengeluaran
investasipada
saat
tertentu
dan
kemungkinan akan lebih kecil pada periode selanjutnya. d.
Jika pendanaan eksternal diperlukan, perusahaan akan mengeluarkan surat berharga yang paling aman terlebih dahulu. Perusahaan akan memulai dengan utang, kemudian dengan surat berharga campuran (hybrid) seperti obligasi, konvertibel, dan kemudian saham sebagai pilihan terakhir. Pecking Order Theory mengindikasikan target struktur modal melainkan berusaha menjelaskan urutan-urutan pendanaan. Manajer keuangan tidak memperhitungkan tingkat utang yag optimal, melainkan kebutuhan akan investasi. Pecking Order Theory dapat menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi dengan tingkat utang yang lebih kecil.
28
Tingkat keuntungan yang tinggi menjadikan dana internal cukup untuk memenuhi kebutuhan investasi dalam suatu perusahaan. 2.4.5 Faktor- faktor Struktur Modal Menurut Brigham dan Houston (2011) faktor-faktor yang mempunyai pengaruh terhadap struktur modal adalah : a.
Stabilitas Penjualan. Jika penjualan relatif stabil, perusahaan dapat secara aman menggunakan hutang lebih tinggi dan berani menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.
b.
Struktur Aktiva Apabila aktiva perusahaan cocok digunakan untuk dijadikan agunan kredit perusahaan cenderung menggunakan banyak hutang.
c.
Leverage operasi Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena akan mempunayi resiko bisnis yang lebih kecil.
d.
Tingkat pertumbuhan Perusahaan Perusahaan-perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan lebih cepat, akan membutuhkan dana dari sumber ekstern yang lebih besar.
e.
Profitabilitas Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi, menggunakan hutang yang relatif kecil. Laba ditahannya yang tinggi sudah memadai membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan.
f.
Pajak
29
Bunga merupakan biaya yang dapat mengurangi pajak perusahaan, sedangkan dividen tidak. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat pajak perusahaan, semakin besar keuntungan dari penggunaan pajak, semakin besar daya tarik penggunaan hutang. g.
Pengendalian Pengaruh hutang lawan saham terhadap posisi pengendalian manakemen bisa mempengaruhi struktur modal.
h.
Sikap manajemen Sifat manajemen akaan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan dana.
i.
Sikap pemberi pinjaman dan lembaga pemeringkat. Tanpa memperhatikan analisis para manajer atas faktor-faktor leverage yang tepat bagi perusahaan, sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penilai peringkat seringkali mempengaruhi keputusan struktur keuangan.
2.4.6 Indikator Struktur Modal Struktur Modal merupakan perimbangan atau perbandingan antara modal asing (jangka panjang) dengan modal sendiri. Struktur modal diukur dengan menggunakan Debt to Equity Ratio. Rasio ini mengukur perimbangan antara kewajiban yang dimilki perusahaan dengan modal sendiri. Skala pengukuran variabel struktur modal menggunakan skala rasio dengan rumus: DER = 2.5
๐๐๐ก๐๐ ๐ป๐ข๐ก๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐
X 100%
Pengaruh Antar Variabel
2.5.1 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Struktur Modal
30
Menurut Brigham dan Houston (2006:43) mengatakan jika hal-hal yang lain dianggap sama, perusahaan yang tumbuh dengan cepat harus lebih banyak mengandalkan diri pada modal eksternal. Pendapat Brigham dan Houston ini senada dengan Signaling Theory yang mengatakan bahwa suatu perusahaan dengan prospek yang cerah akan cenderung menghindari penjualan saham dan lebih memilih menggunakan dana eksternal utang. Perusahaan lebih memilih utang karena pengumuman penawaran saham dianggap sebagai sinyal bahwa prospek perusahaan tidak terlalu baik. Perusahaan yang memiliki prospek yang bagus mengindikasikan akan meraup banyak keuntungan tentu saja para pemegang saham juga akan merasakan keuntungan ini namun dengan adanya pemegang saham baru keuntungan yang akan didapat pemegang saham lama akan berkurang karena itulah perusahaan cenderung memilih utang ketika prospek perusahaan baik. 2.5.2 Pengaruh Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal Struktur aktiva mencerminkan dua komponen aktiva secara garis besar dalam komposisinya yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap, aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva-aktiva lain yang dapat direalisasikan menjadi uang kas atau dijual dalam satu periode akuntansi. Sedangkan aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai dalam operasi perusahaan. Struktur aktiva yang menggunakan ukuran aset tetap berwujud yang dapat digunakan sebagai jaminan untuk memperoleh hutang. Pihak kreditur akan merasa lebih aman jika memberikan pinjaman kepada perusahaan yang memiliki aktiva tetap tinggi karena aktiva tetap dapat diukur dengan jelas dan dapat bermanfaat
31
dalam waktu yang relatif lama. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal. 2.5.3 Pengaruh Pertumbuhan Penjualan terhadap Struktur Modal Penjualan adalah suatu kegiatan transaksi yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan. Transaksi yang dilakukan dapat berupa barang maupun jasa. Nilai penjualan yang diukur dengan membagi penjualan periode terakhir dibagi dengan penjualan periode awal disebut tingkat pertumbuhan penjualan. Menurut Brigham dan Houston (2011:39), perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Hal ini disebabkan karena kebutuhan dana yang digunakan untuk pembiayaan pertumbuhan penjualan semakin besar. Perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal. 2.6
Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan pertumbuhan penrusahaan,
struktur aktiva, dan pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal adalah : 1. Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap struktur modal menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahjati Abidah (2013) menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif signifikan
terhadap struktur
modal. 2. Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap struktur modal menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Pungkas Prayogo (2016) menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal.
32
3 Pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Rachma dan Wida (2014) menunjukkan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal.. 4. Pengaruh tingkat pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Chalimatus Saโadah (2015) menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Untuk lebih jelasnya peneliti terdahulu dapat dilihat pada Tabel 1.
33
Tabel 1 Mapping Penelitian Terdahulu Nama Peneliti
Variabel Penelitian
Mahjati Abidah Variabel Terikat: (2013) Struktur Modal Variabel Bebas: Pertumbuhan perusahaan Stabilitas penjualan Profitabilitas Ukuran perusahaan Pungkas Prayogo (2016)
Variabel Terikat: Struktur Modal Variabel Bebas: Struktur aktiva Profitabilitas Ukuran perusahaan Likuiditas Pertumbuhan perusahaan
Rachma Eka Variabel Terikat: Putri dan Wida Struktur Modal Fadhlia (2014) Variabel Bebas: Tingkat Pertumbuhan penjualan Struktur aktiva
Chaliatus Saโadah (2015)
Variabel Terkait: Struktur Modal Variabel Bebas : Ukuran Perusahaan Struktur aktiva Pertumbuhan Penjualan
Teknik Analisis Hasil Penelitian Data Analisis Regresi Hasil dari penelitian menunjukkan Berganda bahwa variabel pertumbuhan perusahaan dan stabilitas penjualan berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan profitabilitas dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
Regresi Linier Hasil dari penelitian menunjukkan Berganda bahwa struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan, likuiditas dan pertumbuhan perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal.
Analisis Regresi Hasil penelitian menunjukkan bahwa linier berganda struktur aktiva dan tingkat pertumbuhan penjualan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap struktur modal.
Analisis regresi Hasil penelitian menunjukkan bahwa linier berganda struktur aktiva dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap struktur modal, sedangkan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
34
2.7 Model Konseptual Penelitian Model adalah pola (contoh, acuan dan ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Sedangkan, model konseptual merupakan sebuah kerangka kerja yang dibangun melalui kerangka teori atau tinjauan teoritis yang menggambarkan model hubungan/keterkaitan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen dalam hal ini adalah Struktur Modal, sedangkan variabel independennya adalah Pertumbuhan Perusahaan, Struktur Aktiva, dan Tingkat Pertumbuhan Penjualan yang dilakukan dengan menggunakan model regresi linier berganda. Berikut rerangka pemikiran dari penelitian ini: PERTUMBUHAN PERUSAHAAH (PP) STRUKTUR AKTIVA (SA)
STRUKTU MODAL (SM)
PERTUMBUHAN PENJUALAN (PP)
Gambar 1 MODEL KONSEPTUAL PENELITIAN
2.8
Perumusan Hipotesis Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan
tinjauan teoretis yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
35
H1: Pertumbuhan perusahaan (PP) berpengaruh terhadap struktur modal (SM) pada PT. Gudang Garam Tbk. H2: Struktur aktiva (PP) berpengaruh terhadap struktur modal (SM) pada PT. Gudang Garam Tbk. H3: Pertumbuhan penjualan (PP) berpengaruh terhadap struktur modal (SM) pada PT. Gudang Garam Tbk. H4: Variabel struktur aktiva (SA) berpengaruh dominan terhadap struktur modal (SM) pada PT. Gudang Garam Tbk.