BAB 2 Tinjauan Teoretis dan Perumusan Hipotesis
2.1
Tinjauan Teoritis
2.1.1 Kope rasi 1.
Definisi Koperasi Sumarsono (2003) menyatakan bahwa koperasi adalah suatu perkumpulan
yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan para anggotanya. Definisi tersebut memiliki makna yang sama dengan pengertian koperasi menurut UU No. 25 tahun 1992 Pasal 1 yaitu koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Menurut Baswir (1997: 98), koperasi digolongkan menjadi beberapa karakteristik-karakteristik dan kriteria tertentu, yaitu: a. Berdasarkan Bidang Usaha, terdiri dari koperasi konsumsi, koperasi produksi, koperasi pemasaran, dan koperasi kredit. b. Berdasarkan Jenis Komoditi, terdiri dari koperasi ekstraktif, koperasi pertanian dan peternakan, koperasi industri dan kerajinan dan koperasi jasajasa.
7
8
c. Berdasarkan profesi anggota terdiri dari Koperasi Karyawan (Kopkar), Koperasi Pegawai (KP), Koperasi Angkatan Darat (Kopad), Koperasi Mahasiswa (Kopma), Koperasi Pedagang Pasar (Koppas), Koperasi Veteran Republik Indonesia (Koveri), dan Koperasi Nelayan. d. Berdasarkan daerah kerja terdiri dari koperasi primer, koperasi pusat, koperasi gabungan dan koperasi induk.
2.
Tujuan, Fungsi dan Peran serta Prinsip Koperasi Berdasarkan UU No.25 tahun 1992 Pasal 2 menyatakan bahwa koperasi
bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Setiap organisasi pasti memiliki fungsi dan perannya masing- masing, begitu pula dengan koperasi. Fungsi dan peran koperasi yaitu: a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial. b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya.
9
d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. (Pasal 4 UU No. 25 tahun 1992) Dalam sebagian besar organisasi memiliki sebuah pedoman untuk berpikir dan bertindak atau bisa dikatakan sebuah prinsip. Dan prinsip koperasi tertera pada Pasal 5 UU No. 25 tahun 1992 tentang pengkoperasian yaitu a. keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka; b. pengelolaan dilakukan secara demokratis; c. pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing- masing anggota; d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal; dan e. Kemandirian. 3.
Organisasi Koperasi Organisasi adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan
bersama. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa organisasi merupakan sarana dalam pencapaian tujuan. Dalam organisasi terdapat perangkat-perangkat yang mempunyai tugas masing- masing dalam proses pencapaian tujuan. Berikut ini perangkat organisasi koperasi terdiri dari: a. Rapat Anggota, merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dan menetapkan kebijaksanaan umum di bidang organisasi, manajemen dan usaha koperasi (Hendar dan Kusnadi, 1999:189). Namun kekuasaaan itu tetap ada batasnya yaitu prinsip koperasi dan peraturan perundang-undangan (Sumarsono, 2003:27). Rapat Anggota dihadiri oleh anggota yang pelaksanaannya diatur dalam anggaran dasar. Rapat Anggota dilakukan paling sedikit sekali dalam
10
setahun. Berdasarkan UU No. 25 tahun 1992 Pasal 23, rapat anggota menetapkan: 1) Anggaran Dasar; 2) Kebijaksanaan umum di bidang organisasi, manajemen, dan usaha Koperasi, serta pengesahan laporan keuangan; 3) Pemilihan, pengangkatan, pemberhentian Pengurus dan Pengawas; 4) Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja Koperasi, serta pengesahan laporan keuangan; 5) Pengesahan pertanggungjawaban Pengurus dalam pelaksanaan tugasnya; 6) Pembagian sisa hasil usaha; 7) Penggabungan, peleburan, pembagian, dan pembubaran Koperasi. b. Pengurus, merupakan pemegang kuasa rapat anggota dan melaksanakan kebijaksanaan umum serta mengelola organisasi dan usaha koperasi, sebagaimana telah ditetapkan rapat angota (Hendar dan Kusnadi, 1999:189). Masa jabatan pengurus paling lama 5 (lima) tahun, syarat- syarat pengangkatan
sebagai
pengurus
ditetapkan
dalam
anggaran
dasar.
Berdasarkan pasal 30 UU N0. 25 tahun 1992, tugas dan wewenang pengurus adalah sebagai berikut: 1) Tugas pengurus adalah mengajukan rancangan rencana kerja serta rancangan
rencana
anggaran
pendapatan
dan
belanja
koperasi,
menyelenggarakan rapat anggota, mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas, serta memelihara daftar buku anggota dan pengurus.
11
2) Wewenang pengurus adalah mewakili Koperasi di dalam dan di luar pengadilan, memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian anggota sesuai dengan ketentuan anggaran dasar serta melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan koperasi sesuai dengan tanggung jawabnya dan keputusan Rapat Anggota. c. Pengawas, mewakili anggota melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan koperasi yang dilaksanakan oleh pengurus dan pengelola (Hendar dan Kusnadi, 1999:189). Menurut Sumarsono (2003:43) mengungkapkan bahwa fungsi pengawas adalah seorang pengurus yang merupakan kepercayaan dari anggota untuk melindungi semua kekayaan organisasi. Tugas dan wewenang pengawas sebagai berikut: 1) Tugas pengawas adalah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan koperasi dan membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya. 2) Wewenang Pengawas adalah meneliti catatan yang ada pada koperasi dan mendapatkan segala keterangan yang diperlukan. Pengawas juga harus merahasiakan hasil pengawasannya terhadap pihak ketiga sesuai dengan UU No. 25 tahun 1992 pasal 39. d. Pengelola melaksanakan pengelolaan usaha sesuai dengan kuasa dan wewenang yang diberikan oleh pengurus (Hendar dan Kusnadi, 1999:189). Terdapat unsur lain yang melengkapi koperasi yaitu unsur penasehat, unsur pelaksana, manajer dan karyawan-karyawan koperasi (Sumarsono, 2003:25).
12
2.1.2 Modal Sendiri Sumber modal pada koperasi menurut Pasal 41 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian menyebutkan bahwa: 1. Modal koperasi terdiri atas modal sendiri dan modal pinjaman; 2. Modal sendiri dapat berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan hibah; 3. Modal pinjaman dapat berasal dari anggota, koperasi lainnya dan atau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat utang lainnya dan sumber lainnya yang sah. Selain sumber modal di atas, koperasi dapat memperoleh modal dari modal penyertaan baik dari pemerintah maupun masyarakat. Modal penyertaan tersebut dilaksanakan dalam rangka memperkuat kegiatan koperasi dalam bentuk investasi. Namun pemilik modal penyertaan tidak dapat diikutsertakan dalam Rapat Anggota dan dalam menentukan kebijakan koperasi secara keseluruhan. Namun pemilik modal penyertaan dapat diikutsertakan dalam pengelolaan dan pengawasan usaha investasi yang didukung oleh modal penyertaannya sesuai dengan perjanjian (Anoraga dan Sudantoko, 2002:77-78). Riyanto (2008:21) menyatakan bahwa modal sendiri atau sering disebut modal badan usaha adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari pengambil bagian, peserta atau pemilik (modal saham, modal peserta, dan lain- lain). Menurut Riyanto (2008:240) modal sendiri dapat berasal dari sumber intern dan sumber ekstern. Dimana sumber intern
13
berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan, dan sumber ekstern ialah modal yang berasal dari pemilik perusahaan. Modal yang berasal dari pemilik perusahaan terdapat berbagai macam bentuknya,
sesuai badan
hukum dari
masing- masing perusahaan
yang
bersangkutan. Dalam PT modal yang berasal dari pemilik disebut modal saham, dalam Firma disebut modal dari anggota Firma, dalam CV adalah modal yang berasal dari anggota bekerja dan anggota diam/ komanditer, dari perusahaan perseorangan adalah modal yang berasal dari pemiliknya dan pada koperasi ialah simpanan-simpanan pokok dan wajib yang berasal dari para anggotanya. Ada tiga alasan dasar koperasi dalam membutuhkan modal, yaitu untuk membiayai proses pendirian koperasi atau disebut biaya organisasi, untuk membeli barang-barang modal yang dalam perhitungan perusahaan digolongkan menjadi harta tetap/fixed assets dan untuk modal kerja/ working capital, yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional koperasi. Pengertian modal sendiri menurut Pasal 41 ayat 2 Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 adalah modal yang menanggung resiko atau disebut modal ekuiti. Berikut ini adalah sumber-sumber modal sendiri: 1. Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota. 2. Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan
14
tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota. 3. Dana Cadangan adalah sejumlah dana yang diperole h dari penyisihan sisa hasil usaha, yang dimaksudkan untuk menutup kerugian Koperasi bila diperlukan. 4. Hibah adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang yang diterima dari pihak lain yang bersifat hibah/pemberian dan tidak mengikat.
2.1.3
Kinerja Keuangan
1.
Definisi Kinerja Keuangan Kinerja Keuangan merupakan gambaran dari kondisi keuangan suatu
badan usaha atau perusahaan yang meliputi posisi keuangan serta hasil- hasil yang telah dicapai terus menerus oleh manajemen yang tercermin dalam laporan keuangan. Dengan kata lain, kinerja keuangan adalah prestasi atau kemampuan yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan laba. Untuk mengetahui kinerja keuangan diperlukan analisis laporan keuangan untuk mengukur kinerja keuangan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa rasio keuangan yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas/rentabilitas.
2.
Pengukuran Kine rja Keuangan Menurut Mulyadi (2001:415) bahwa penilaian kinerja adalah penentuan
secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan
15
karyawannya berdasarkan sasaran standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Jadi, pengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Pengukuran kinerja dilakukan oleh pihak manajemen mempunyai tujuan-tujuan tertentu jadi pengukuran kinerja perusahaan berhubungan dengan data kondisi masa lampau. Tujuan pengukuran kinerja perusahaan menurut Munawir sebagai berikut: a. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya pada saat ditagih. b. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. c. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu dengan menggunakan aktiva atau modal secara produktif. d. Untuk mengetahui tingkat stabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam menjalankan dan mempertahankan usahanya agar tetap stabil diukur dengan kemampuan perusahaan membayar pokok hutang dan beban bunga tepat pada waktunya.
16
3.
Manfaat Pengukuran Kinerja Keuangan Menurut Mulyadi (2001:416) bahwa penilaian kinerja dimanfaatkan oleh
manajemen untuk: a. Mengelola operasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara umum; b. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan, seperti: promosi, transfer dan pemberhentian; c. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan; d. Meyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka; dan e. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan. 2.1.4
Analisis Laporan Keuangan Analisa laporan keuangan terdiri dari penelaahan ata u mempelajari
daripada hubungan-hubungan atau tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 2002:35). Adapun tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan menurut Kasmir (2009:68) sebagai berikut: a. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu; b. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan; c. Untuk mengetahui kekuatan yang dimiliki perusahaan;
17
d. Untuk mengetahui langkah- langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan; e. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen; dan f.
Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang dicapai. Dalam mengukur kinerja dibutuhkan metode atau teknik sebagai alat bantu
untuk menganalisa. Metode dan teknik analisa (alat-alat analisa) digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan, sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan dari masing- masing pos bila diperbandingkan dengan laporan dari berbagai periode untuk satu perusahaan tertentu atau diperbandingkan dengan alat pembanding
lainnya, seperti
diperbandingkan dengan laporan keuangan yang dibudgetkan atau dengan laporan keuangan perusahaan lainnya (Munawir, 2002:36). Munawir (2002:36) menyatakan bahwa terdapat dua metode yang digunakan dalam analisa laporan keuangan yaitu analisa horisontal dan analisa vertikal. Analisa horisontal adalah analisa dengan mengadakan pembandingan laporan
keuangan
untuk
beberapa
periode,
sehingga
akan
diketahui
perkembangannya. Dan analisa vertikal adalah menganalisa laporan keuangan yang hanya meliputi satu periode, yaitu dengan memperbandingkan antara pos yang satu dengan pos lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada periode tersebut saja.
18
1.
Laporan Keuangan Munawir (2002:5) menyatakan bahwa akuntansi adalah seni daripada
pencatatan, penggolongan dan peringkasan daripada peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang setidak-tidaknya sebagian bersifat keuangan dengan cara yang setepat-tepatnya dan dengan petunjuk atau dinyatakan dalam uang, serta penafsiran terhadap hal- hal yang timbul daripadanya. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa peristiwa-peristiwa keuangan dicatat, digolongkan dan diringkas dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan menurut Kasmir (2009:7) adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Terdapat definisi lain yang memiliki makna sama, dikemukakan oleh Harahap (2004:105) yang menyatakan bahwa laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Secara umum laporan keuangan terdiri dari Neraca dan Perhitungan Laba Rugi serta
Laporan
Perubahan
Modal,
dimana
Neraca
menunjukkan/
menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan tertentu, sedangkan Perhitungan (laporan) Rugi Laba memperlihatkan hasil- hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi pada periode tertentu, dan Laporan Perubahan Modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasanalasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan (Munawir, 2002:5). Adapun tujuan laporan keuangan sebagai berikut:
19
a. Memberi informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan; b. Memberi informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan; c. Memberi informasi tentang jumlah pendapatan dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu; d. Memberi informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu; e. Memberi informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan; f.
Memberi informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode;
g. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan; dan h. Informasi keuangan lainnya (Kasmir, 2009:10). Munawir menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil- hasil yang dicapai oleh perusahaan. Dengan kata lain, laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Dan laporan keuangan tersebut dapat berguna bagi para pemakainya dalam pengambilan keputusan. Pihak yang perlu laporan keuangan terdiri dari pemilik, manajemen, kreditor, pemerintah dan investor.
20
Oleh karena itu, dalam penelitian ini untuk mengukur rasio keuangan dibutuhkan laporan keuangan koperasi. Laporan Keuangan koperasi berdasarkan PSAK 27 terdiri dari Neraca, Perhitungan Hasil Usaha, Laporan Arus Kas, Laporan Promosi Ekonomi Anggota, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan yang disajikan pengurus atau pengelola koperasi bertujuan untuk dapat menyediakan informasi yang bermanfaaat bagi pengguna utama (main users). Pengguna utama menurut Sitio dan Tamba (2001:107) adalah para anggota koperasi, pejabat koperasi, calon anggota koperasi, bank, kreditur dan kantor pajak. Tujuan atau kepentingan pemakai terhadap laporan keuangan koperasi, adalah: a. Menilai pertanggungjawaban pengurus; b. Menilai prestasi pengurus; c. Menilai manfaat yang diberikan koperasi terhadap anggotanya; d. Menilai kondisi keuangan koperasi (rentabilitas, likuiditas, dan solvabilitas); e. Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan jumlah sumber daya dan jasa yang akan diberikan kepada koperasi. Menurut Munawir (2002:13) laporan keuangan harus memberikan informasi sebagai berikut: a. Yang bermanfaat bagi investor maupun calon investor dan kreditor dalam mengambil keputusan investasi dan keputusan kredit secara rasional. b. Yang menyeluruh kepada mereka yang mempunyai pemahaman yang memadai tentang bisnis maupun aktifitas ekonomi bagi yang menginginkan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang memadai.
21
c. Tentang sumber daya ekonomi milik perusahaan, asal sumber tersebut, serta pengaruh transaksi atau kejadian yang mengubah sumber daya dan hak atas sumber daya tersebut. d. Tentang kinerja perusahaan dalam satu periode. e. Untuk membantu pemakai laporan dalam mengakses jumlah, waktu, dan ketidakpastian penerimaan kas dari dividen atau bunga dan penerimaan dari penjualan atau penarikan kembali surat berharga atau pinjaman. Tujuan laporan keuangan koperasi berdasarkan Sitio dan Tamba (2001:108) adalah untuk menyediakan informasi yang berguna bagi pemakai utama dan pemakai lainnya. Beberapa hal yang diinformasikan oleh laporan keuangan koperasi adalah sebagai berikut: a. Mengetahui manfaat yang diperoleh setelah menjadi anggota koperasi; b. Mengetahui prestasi keuangan koperasi selama satu periode dengan sisa hasil usaha dan pembagian untuk kepentingan anggota koperasi; c. Mengetahui sumber daya ekonomis yang dimiliki koperasi, kewajiban dan kekayaan bersih dengan pemisahan antara yang berkaitan dengan anggota dan bukan anggota; d. Mengetahui transaksi, kejadian dan keadaan yang mengubah sumber daya ekonomis, kewajiban dan kekayaan bersih dalam suatu periode dengan pemisahan antara yang berhubungan dengan anggota dan bukan anggota. e. Mengetahui informasi penting lainnya yang mungkin mempengaruhi likuiditas dan solvabilitas koperasi.
22
2.
Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio menurut Munawir (2002:37) adalah suatu metode analisis
untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Dalam Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar (Munawir, 2002:64). Pengertian rasio menurut James C Van Horne (dalam Kasmir, 2009:104) merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisis keuangan dan kinerja perusahaan. Berikut beberapa pengertian alat analisis rasio keuangan dan pengukuran kinerja berdasarkan peraturan menteri dan KUKM NO.06/Per/M.KUKM/V/2006 tentang pedoman penilaian koperasi berprestasi/ koperasi award: a. Current Ratio Current Ratio tersebut termasuk dalam rasio likuiditas. Current Ratio (rasio lancar), merupakan rasio untuk mengukur kemampuan p erusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo.
23
Menurut Munawir (2002:72) bahwa rasio lancar dapat menunjukkan tingkat keamanan (margin safety) kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat waktu berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, dan perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat waktu apabila perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran ataupu aktiva lancer yang lebih besar daripada hutang lancarnya atau hutang jangka pendek. Sebaliknya jika perusahaan tidak dapat segera memenuhi kewajiban keuangannya saat ditagih, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan illikuid (Munawir, 2002:31). Rumus Current Ratio sebagai berikut:
Current Ratio =
Aktiva lancar Kewajiban lancar
X 100%
b. Debt to Equity Ratio Debt to Equity Ratio merupakan rasio Solvabilitas yaitu rasio yang dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Suatu perusahaan dikatakan solvabel apabila perusahaan tersebut mampu membayar semua hutangnya, sebaliknya apabila perusahaan tidak mampu membayar semua hutangnya, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan insolvabel.
24
Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Untuk mencari rasio ini dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini digunakan untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Rumus Debt to Equity Ratio sebagai berikut: Debt to Equity Ratio =
Total Hutang/Kewajiban Modal Sendiri
X 100%
c. Debt to Asset Ratio Debt to Asset Ratio juga termasuk rasio solvabilitas. Debt to Asset Ratio merupakan perbandingan antara total hutang/kewajiban dengan total asset. Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan koperasi dalam membayar hutangnya berdasarkan asset yang dimiliki. Rumus Debt to Asset Ratio sebagai berikut: Debt to Asset Ratio =
Total Hutang/Kewajiban Total asset
X 100%
d. Return On Equity (ROE) Return On Equity (ROE) merupakan rasio profitabilitas/ rentabilitas yang dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas/ rentabilitas perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. Return On Equity (ROE)/ rentabilitas modal sendiri
25
merupakan salah satu rasio profitabilitas yang menunjukkan kemampuan koperasi untuk memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya. Rumus Return On Equity (ROE) sebagai berikut: Return On Equity Ratio =
Sisa Hasil Usaha Modal Sendiri
X 100%
e. Return On Asset (ROA) Return On Asset (ROA) juga termasuk rasio profitabilitas/ rentabilitas. Return On Asset (ROA) merupakan perbandingan antara hasil usaha yang diperoleh dengan asset koperasi pada tahun yang bersangkutan. Maka Return On Asset (ROA) dapat menunjukkan kemampuan koperasi untuk memperoleh keuntungan dari penggunaan assetnya. Rumus Return On Asset (ROA) sebagai berikut: Return On Asset Ratio = f.
Sisa Hasil Usaha Asset
X 100%
Net Profit Margin Net Profit Margin merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat
menunjukkan kemampuan koperasi dalam menghasilkan laba. Rasio tersebut diperoleh dari perbandingan antara hasil usaha yang diperoleh dengan pendapatan bruto koperasi pada tahun yang bersangkutan. Rumus Net Profit Margin sebagai berikut: Net Profit Margin =
Sisa Hasil Usaha Penjualan/Pendapatan
X 100%
26
g. Asset Turn Over Asset Turn Over merupakan salah satu rasio aktivitas yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki atau mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan. Asset Turn Over merupakan perbandingan antara volume usaha yang diperoleh dengan asset koperasi pada tahun yang bersangkutan. Rumus Asset Turn Over sebagai berikut: Asset Turn Over (ATO) =
Volume Usaha Sisa Hasil Usaha Asset
X 1 kali
h. Perputaran piutang Perputaran piutang juga merupakan rasio aktivitas yang dihitung berdasarkan penjualan terhadap piutang rata-rata. Rumus Perputaran piutang sebagai berikut: Perputaran Piutang =
i.
Penjualan Saldo piutang (thn sebelumnya+thn saat ini)/2
X 1 kali
Transaksi usaha koperasi dengan usaha anggota Transaksi usaha koperasi dengan usaha anggota merupakan perbandingan
antara transaksi yang dilakukan anggota kepada koperasi terhadap total transaksi koperasi. Dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Transaksi anggota Transaksi usaha koperasi dengan usaha anggota=
terhadap koperasi Total transaksi seluruhnya
X 100%
27
Rasio
yang
terdapat
pada
peraturan
menteri
dan
KUKM
NO.06/Per/M.KUKM/V/2006 tentang pedoman penilaian koperasi berprestasi/ koperasi award yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Current Ratio (rasio likuiditas), Debt to Equity Ratio (rasio solvabilitas) dan Return On Asset (rasio profitabilitas).
2.1.5
Sisa Hasil Usaha (SHU)
1.
Pengertian SHU Dalam
koperasi
tidak
menggunakan
istilah
keuntungan
untuk
menunjukkan selisih antara penghasilan yang diterima selama periode tertentu dengan pengorbanan yang dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan itu. Selisih tersebut di dalam Koperasi dikenal sebagai Sisa Hasil Usaha/SHU (Baswir, 1997). SHU pasal 45 UU No. 25 / 1992 dirumuskan sebagai berikut: a.
Sisa hasil usaha koperasi merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku bersangkutan.
b.
Sisa hasil usaha setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing- masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan lain dari koperasi sesuai dengan keputusan rapat anggota.
c.
Besarnya pemupukan dana cadangan ditetapkan dalam rapat anggota. Sisa Hasil Usaha (SHU) dapat dirumuskan sebagai berikut: SHU = TR – TC (dalam Partomo dan Soejoedono, 2004:84)
28
Keterangan : SHU: Sisa Hasil Usaha TR : Total Revenue adalah pendapatan total koperasi dalam satu tahun TC : Total Cost adalah biaya total koperasi dalam satu tahun Berdasarkan persamaan tersebut menurut Partomo dan Soejoedono (2004:84) akan ada tiga kemungkinan yang akan terjadi, yaitu: a. Jumlah pendapatan koperasi lebih besar daripada jumlah biaya-biaya koperasi sehingga terdapat selisih yang disebut SHU positif; b. Jumlah pendapatan koperasi lebih kecil daripada jumlah biaya-biaya koperasi sehingga terdapat selisih yang disebut SHU minus; dan c. Jumlah pendapatan koperasi sama dengan jumlah biaya-biaya koperasi sehingga terdapat selisih yang disebut SHU nihil atau berimbang.
2.
Pembagian SHU Pembagian SHU pada koperasi menurut Anoraga dan Sudantoko
(2002:81) dibagi menjadi dua yaitu pertama, SHU yang berasal dari usaha yang diselenggarakan oleh anggota dibagikan untuk cadangan koperasi, jasa anggota, dana pengurus, dana pegawai atau karyawan, dana pendidikan, dana sosial dan dana pembangunan daerah kerja. Kedua, SHU yang berasal dari usaha yang diselengarakan oleh bukan anggota dibagikan untuk cadangan koperasi, dana pengurus, dana pegawai, dana pendidikan, dana social dan dana pembangunan daerah kerja.
29
Besarnya SHU dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing- masing anggota dengan koperasi maka besarnya SHU yang diterima setiap anggota akan berbeda, tergantung besarnya partisipasi modal dan transaksi anggota terhadap pembentukan pendapatan koperasi. Jadi, semakin besar transaksi (usaha dan modal) anggota dengan koperasinya, maka semakin besar SHU yang akan diterima. Perhitungan SHU bagian anggota menurut Sitio dan Tamba (2001:88) dapat dilakukan bila beberapa informasi dasar diketahui sebagai berikut: a. SHU Total Koperasi pada satu tahun buku. SHU total koperasi itu sendiri adalah sisa hasil usaha yang terdapat pada neraca atau laporan laba rugi koperasi setelah pajak; b. Bagian (persentase) SHU anggota; c. Total simpanan seluruh anggota; d. Total seluruh transaksi usaha (volume usaha atau omzet) yang bersumber dari anggota. Transaksi anggota adalah kegiatan ekonomi (jual-beli barang atau jasa), antara anggota terhadap koperasinya; e. Jumlah simpanan per anggota yang merupakan partisipasi modal yaitu kontribusi anggota dalam memberi modal koperasinya dalam bentuk simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan usaha dan simpanan lainnya. f.
Omzet atau volume usaha per anggota. Omzet atau volume usaha adalah total nilai penjualan atau penerimaan dari barang dan atau jasa pada suatau periode waktu atau tahun buku yang bersangkutan;
30
g. Bagian (persentase) SHU untuk simpanan anggota adalah SHU yang diambil dari SHU bagian anggota, yang ditujukan untuk jasa modal anggota; dan h. Bagian (persentase) SHU untuk transaksi usaha anggota adalah SHU yang diambil dari SHU bagian anggota, yang ditujukan untuk jasa transaksi anggota. Pembagian SHU yang diterima oleh anggota, bersumber dari dua kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh anggota sendiri (dalam Sitio dan Tamba, 2001:89), yaitu: 1. SHU atas jasa modal Pembagian ini mencerminkan anggota sebagai pemilik ata upun investor, karena jasa atas modalnya (simpanan) tetap diterima dari koperasinya sepanjang koperasi tersebut menghasilkan SHU pada tahun buku yang bersangkutan. 2. SHU atas jasa usaha Dalam pembagian atas jasa usaha menegaskan bahwa anggota koperasi selain pemilik juga sebagai pemakai atau pelanggan. Secara umum SHU koperasi dibagi sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan pada Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga Koperasi yaitu terdiri dari cadangan koperasi, jasa anggota, dana pengurus, dana karyawan, dana pendidikan, dana sosial dan dana pembangunan daerah kerja. Dari komponen-komponen di atas tidak semua diadopsi oleh koperasi dalam membagi SHU-nya. Hal tersebut tergantung keputusan anggota yang ditetapkan dalam rapat anggota. Berikut persentase pembagian SHU menurut Sitio dan Tamba (2001:90):
31
a. Cadangan koperasi
: 40%
b. Jasa anggota
: 40%
c. Dana pengurus
: 5%
d. Dana karyawan
: 5%
e. Dana pendidikan
: 5%
f.
: 5%
3.
Dana sosial
Prinsip Pembagian SHU Prinsip-prinsip pembagian SHU koperasi menurut Sitio dan Tamba
(2001:92) sebagai berikut: a. SHU yang dibagi adalah yang bersumber dari anggota. SHU yang dibagi pada anggota adalah yang bersumber dari anggota sendiri sedangkan SHU yang bukan berasal dari anggota pada dasarnya tidak dibagi pada anggota, melainkan dijadikan sebagai cadangan koperasi. b. SHU anggota adalah jasa dari modal dan transaksi usaha yang dilakukan anggota sendiri. SHU yang diterima setiap anggota pada dasarnya merupakan insentif dari modal yang diinvestasikannya dan dari hasil transaksi yang dilakukannya dengan koperasi. Maka perlu ditentukan proporsi SHU untuk jasa modal dan jasa transaksi usaha yang dibagi pada anggota. c. Pembagian SHU anggota dilakukan secara transparan Proses perhitungan SHU per anggota dan jumlah SHU yang dibagi kepada anggota harus diumumkan secara transparan sehingga setiap anggota dapat
32
dengan mudah menghitung secara kuantitatif berapa partisipasinya kepada koperasi. d. SHU anggota dibayar secara tunai. SHU anggota haruslah diberikan secara tunai, karena dengan demikian koperasi membuktikan dirinya sebagai badan usaha yang sehat kepada anggota dan masyarakat mitra bisnisnya.
2.1.6
Pengaruh Modal Sendiri dan Kinerja Keuangan terhadap SHU Koperasi memerlukan sejumlah modal yang digunakan untuk mendanai
kegiatan operasinya. Modal tersebut digunakan untuk membiayai pengeluaranpengeluaran koperasi dari awal pendirian hingga koperasi dapat menjalankan kegiatan usahanya. Modal yang digunakan tersebut berasal dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri ini bisa diperoleh dari anggota koperasi (simpanan pokok dan wajib) dan bisa juga berasal dari pemberian pihak lain yang koperasi tidak perlu memberikan bentuk balas jasa kepada pihak yang memberikan, pemberian itu disebut hibah serta koperasi dapat memupuk modalnya sendiri dari keuntungan yang diperoleh kegiatan usaha yaitu SHU, dengan menyisihkan Sisa Hasil Usaha ke dalam bentuk cadangan yang berfungsi sebagai penanggulangan resiko koperasi yaitu dengan menutup kerugian koperasi. Jadi, modal sendiri berpengaruh terhadap SHU karena dengan modal sendiri koperasi dapat menjalankan usahanya dan memperoleh SHU. Serta terdapat hubungan antara modal sendiri dengan SHU. Dalam memupuk modal sendiri koperasi, SHU dapat
33
disisihkan dalam bentuk cadangan dimana cadangan ini merupakan komponen modal sendiri koperasi. Arifin Sitio dan Halomoan Tamba (2001:79) menyatakan bahwa semakin tinggi partisipasi anggota maka idealnya semakin tinggi manfaat yang diterima anggota. Partisipasi anggota adalah partisipasi modal berupa modal sendiri dan transaksi yang dilakukan anggota. Apabila semakin besar modal sendiri yang disetor, maka akan semakin besar pada keleluasaan para anggotanya dalam beroperasi untuk meningkatkan volume usahanya sehingga hal ini tentunya akan meningkatkan Sisa Hasil Usaha (SHU) yang dapat diperoleh pihak koperasi. Koperasi yang berjalan dengan baik yaitu efektif dan efisien dalam menjalankan usahannya. Koperasi dapat dikatakan efektif bila kesejahteraan anggota terpenuhi dan efisien bila koperasi memperoleh SHU. Dikatakan efisien, karena koperasi dapat mengelola modal dengan baik hingga memperoleh SHU. Perolehan SHU pada koperasi menunjukkan bahwa koperasi tersebut berhasil mengelola usahanya dan dapat dikatakan kinerja koperasi berjalan dengan baik. Maka sangat penting koperasi mengukur kinerjanya. Pengukuran kinerja koperasi dapat
menjadi
bahan
evaluasi
dan
pertimbangan-pertimbangan
dalam
pengambilan keputusan bagi pihak yang berkepentingan. Dibutuhkan alat analisis untuk mengukur kinerja koperasi, salah satunya dengan mengukur kinerja keuangan dapat dilihat dari Current Ratio, Debt to Equity Ratio,dan Return On Asset. Pengukuran kinerja keuangan tersebut biasanya dijadikan bahan pertimbangan oleh kreditur dalam memberi pinjaman pada koperasi dan investor dalam berinvestasi. Apabila kinerja keuangan koperasi dianggap baik oleh
34
kreditur dan investor maka koperasi dapat memperoleh tambahan modal yang berasal dari kreditur dan investor. Dari tambahan modal tersebut koperasi dapat mengembangkan usahanya, bila berhasil dapat meningkatkan SHU koperasi.
2.2
Rerangka Pe mikiran Koperasi adalah suatu badan usaha yang memiliki tujuan untuk
mensejahterakan anggotanya. Tujuan tersebut ditegaskan oleh Sumarsono (2003) yang menyatakan bahwa koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk
mempertinggi kesejahteraan para anggotanya.
Kesejahteraan anggota koperasi dapat diukur dengan ma nfaat yang diberikan koperasi kepada anggotanya baik secara materil maupun non materil. Agar koperasi dapat memenuhi tujuannya maka koperasi tersebut harus beroperasi. Dalam mendirikan dan mengoperasikan suatu koperasi diperlukan suatu modal untuk mendanai kegiatan koperasi sampai koperasi dapat dijalankan. Adapun modal koperasi dapat berasal dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri diperoleh dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan hibah. Modal pinjaman dapat diperoleh dari anggota, koperasi lainnya dan atau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat utang lainnya dan sumber lainnya yang sah. Pemberian manfaat secara materil oleh koperasi kepada anggotanya dapat berupa Sisa Hasil Usaha (SHU) yang mana anggota memperoleh bagian beberapa
35
persen dari SHU sesuai dengan keputusan yang ditentukan rapat anggota koperasi. Oleh karena itu, untuk memberikan kesejahteraan kepada anggota maka koperasi perlu mengusahakan agar tidak mengalami kerugian. Selain itu, perolehan Sisa Hasil Usaha dapat menunjukkan bahwa koperasi dapat menjaga kelangsungan usahanya. Adapun upaya koperasi dalam memperoleh SHU dapat dilihat dengan kinerja keuangannya. Kinerja keuangan merupakan gambaran setiap hasil ekonomi yang mampu diraih oleh perusahaan/ badan usaha pada periode tertentu melalui aktifitasaktivitas perusahaan untuk menghasilkan keuntungan secara efektif dan efisien, yang dapat diukur perkembangannya dengan mengadakan analisis terhadap datadata keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan. Kinerja keuangan koperasi dapat dilihat dari rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas. Dengan kinerja keuangan yang baik koperasi dapat memperoleh SHU dan koperasi tersebut dapat dikatakan telah dikelola secara baik dan profesional.
36
Koperasi Tujuan Kesejahteraan Anggota
Modal Koperasi
Modal Sendiri
Kinerja Keuangan
Modal Pinjaman
Likuiditas
Solvabilitas
Rentabilitas
SHU Gambar 1 Rerangka Pe mikiran
2.3
Perumusan Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah penelitian ini maka hipotesis yang disusun
adalah: H1 :
Modal sendiri berpengaruh terhadap SHU.
H2 :
Current Ratio berpengaruh terhadap SHU.
H3 :
Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap SHU.
H4 :
Return On Asset berpengaruh terhadap SHU.